Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor utama Indonesia. Dimana Indonesia adalah
produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan menyumbang sekitar
6% dari produksi total kopi dunia, dan Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar keempat
dunia dengan pangsa pasar sekitar 11% di dunia.

Kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai
penghasil devisa negara, sumber pendapatan bagi petani, penciptaan lapangan kerja, pendorong
agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Produksi kopi Indonesia telah
mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80 persen berasal dari perkebunan rakyat Devisa
yang diperoleh dari ekspor kopi dapat mencapai ± US $ 824,02 juta (tahun 2009), dengan
melibatkan ± 1,97 juta KK yang menghidupi 5 juta jiwa keluarga petani (Anonimous, 2011).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
- Berapa besar pengaruh komoditi kopi terhadap permintaan komoditi kopi di Indonesia

1.3. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :


- Untuk mengetahui berapa besar pengaruh komoditi kopi terhadap permintaan komoditi
kopi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

Sektor non migas merupakan salah satu sumber pendapatan devisa negara. Sektor non
migas dibagi menjadi tiga, antara lain : (i) sektor industri, (ii) sektor pertambangan, dan (iii)
sektor pertanian. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian mata pencaharian
penduduknya adalah dengan cara bertani atau berkebun sehingga sub sektor pertanian sangat
vital bagi Indonesia. Salah satu sub sektor perkebunan Indonesia adalah komoditi kopi. Kopi
merupakan salah satu komoditi ekspor utama Indonesia. Kopi sebagai tanaman perkebunan
merupakan salah satu komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang,
karena perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan
devisa yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional (Spillane, 1990).
Indonesia termasuk dalam produsen ketiga besar di dunia saat ini dibawah Brazil dan
Vietnam.

Tabel 1 : 10 Negara Produsen Kopi Terbesar Dunia, tahun 2010/2011

NO NEGARA PRODUKSI PERSENTASE DARI TOTAL DUNIA


(%)
1 Brazil 48095 35,8
2 Vietnam 19467 14,5
3 Indonesia 9129 6,8
4 Colombia 8523 6,4
5 Ethiopia 7500 5,6
6 India 5033 3,8
7 Mexico 4850 3,6
8 Honduras 4326 3,2
9 Peru 3976 3
10 Guatemala 3950 2,9
Sumber: Internasional Coffee Organization
Berdasarkan tabel 1 Brazil masih mendominasi produksi kopi dunia sekaligus sebagai
penyumbang terbesar kopi dunia sebesar 35,8% dari total produksi dunia. Kemudian diikuti
Vietnam yang menyuplai 14,5% dari total produksi kopi dunia. Dan di bawahnya Indonesia dan
Colombia yang menyumbang masing-masing 6,8% dan 6,4% dari produksi kopi dunia.

Jika dilihat secara Nasional tingkat produktivitas kopi per hektarnya di Indonesia
umumnya masih relatif rendah, hal ini dipengaruhi oleh iklim, ekologi, tanah dan sistem
pertanian yang ada sangat mempengaruhi tinggi rendahnya produktifitas hasil kopi Indonesia
(Ilyas, 1991). Dimana produktivitas kopi diIndonesia hanya rata-rata 500 Kg/ha, sementara
negara Brazil bisa menghasilkan 600 Kg/ha, Costarica menghasilkan 1.200 Kg/ha dan Colombia
menghasilkan 800 Kg/ha.

Mubyarto (1984), juga menyampaikan bahwa mutu kopi yang dihasilkan oleh Indonesia
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga merupakan
produsen komoditi kopi, hal ini disebabkan karena di Indonesia penanganan proses produksinya
masih sederhana. Dan sekitar 80% luas areal tanaman kopi di Indonesia dikelola oleh rakyat
(perkebunan rakyat) dan 88,80% produksi kopi Indonesia berasal dari perkebunan kopi rakyat
dengan sistem pertanian, teknik budidaya, perlakuan dalam proses pasca panen dan kondisi
sosial petani kopi masih relatif sederhana dan bersifat tradisional sehingga menyebabkan mutu
kopi yang dihasilkan petani kita sangat rendah (Mubiyarto, 1984).

Kopi yang di perdagangkan dipasaran sekarang ini, bukan saja dalam bentuk tradisional
green coffee (biji kopi mentah) yang ditampung oleh para pengolah roasters, tetapi juga telah
siap untuk dikonsumsi dalam bentuk produk turunan. Produk turunan dari kopi tersebut
diantaranya kopi bubuk nescafe, indocafe, coffeemix dan capuccino dalam bentuk powder coffee.
Kopi selain digunakan sebagai minuman kenikmatan juga dipergunakan sebagai penyedap
berbagai jenis makanan ringan seperti; tar moka (kue) hingga es krim moka yang sangat disukai
oleh masyarakat, hal ini menyebabkan komoditi kopi menjadi komoditi yang menarik dalam
dunia perdagangan (Spillane, 1991).

Produksi kopi Indonesia didominasi oleh hasil perkebunan rakyat hampir 90% dari total
produksi Indonesia. Ini menyebabkan kualitas kopi Indonesia masih terbilang rendah. Dari aspek
mutu Indonesia lebih dikenal sebagai sumber kopi yang murah, harga yang murah tersebut
berhubungan dengan citra negatif dari kopi Indonesia yang bermutu rendah dibawah mutu kopi
dari negara-negara lain terutama Brazil dan Columbia (Siswoputranto, 1993).

Pada tahun 2006 dengan ekspor 411,7 ribu ton dan memperoleh devisa ekspor sebesar
US$ 583,3 juta. Pada tahun 2007 mengalami penurunan, dengan volume ekspor sebesar 320,5
ribu ton namun nilai devisa ekspor kopi meningkat menjadi US$ 634,1 juta. Ekspor komoditas
kopi sepanjang tahun 2008 mengalami tren positif dan nilai devisanya pun melambung mencapai
US$ 989,4 juta berbeda jauh dengan pencapaian 2007 ini seiring tren masyarakat dunia minum
kopi meningkat sehingga permintaan kopi dunia pun ikut meningkat. Namun pada 2009 dan
2010 mengalami penurunan devisa ekspor kopi akibat dampak dari krisis ekonomi global yang
mengakibatkan melemahnya harga dan semakin turunnya permintaan komoditas tersebut di pasar
internasional.

Pada akhir-akhir ini perkembangan kopi Indonesia sudah mulai menunjukkan perbaikan,
baik dari sisi produksi maupun dari sisi lahan (areal) tanamannya. Pengelola perkebunan kopi
terbesar di Indonesia adalah perkebunan rakyat (PR) yang luasnya mencapai 94,2% dari total
luas tanaman kopi di Indonesia (Hiraw, 2006). Perkebunan kopi tersebut tersebar diseluruh
wilayah Indonesia, namun hanya beberapa kawasan yang sangat cocok untuk menjadi sentra
produksi kopi seperti Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu serta Sumatera Utara. Pertumbuhan
produksi kopi di Lampung dan Sumatera Utara mencapai 14% per tahun, sedangkan
pertumbuhan luas areal tanaman untuk daerah Lampung mencapai 9,1% dan Sumatera Utara
mencapai 4,1%, hal ini menggambarkan bahwa produktifitas untuk kedua kawasan tersebut
sudah mengalami perbaikan (Hiraw, 2006).

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, kopi produksi Indonesia merupakan komoditas


yang mempunyai daya saing yang tinggi dengan komoditas kopi luar negeri dan mempunyai
potensi untuk menambah devisa negara sehingga peneliti ingin menganalisis pengaruh PDB riil,
kurs, harga ritel kopi negara pengimpor, dan variabel dummy krisis moneter 1998 terhadap
ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan utama.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis terhadap faktor penentu ekspor kopi Indonesia
ke negara-negara tujuan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Mengenai besarnya permintaan ekspor kopi Indonesia memperlihatkan bahwa PDB riil,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, harga ritel kopi negara pengimpor memiliki pengaruh
yang positif terhadap volume permintaan ekspor kopi Indonesia. sedangkan, krisis
moneter tidak berpengaruh signifikan terhadap volume kopi Indonesia, ini membuktikan
bahwa komoditas ekspor kopi merupakan tahan akan krisis.

2. Harga ritel kopi negara pengimpor menunjukkan koefisien yang positif. Hal ini membuat
hukum permintaan tidak berlaku. Karena semakin tingginya harga ritel kopi di negara
pengimpor akan meningkat volume ekspor kopi Indonesia dan ini membuat nilai dari
ekspor Indonesia juga bertambah.

3. Krisis moneter 1998 tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa krisis moneter bukan merupakan penghambat
ataupun faktor penentu besar kecilnya volume ekspor kopi Indonesia ke negara-negara
tujuan ekspor.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, ada beberapa saran penulis agar
ekspor kopi Indonesia bisa meningkat dan berkembang, antara lain:
1. Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin ketat dimana
masing-masing negara saling membuka pasarnya. Pengembangan produk diversifikasi
kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix, decaffeinated coffee,
soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai arti penting, karena dapat
menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya saing tinggi di pasar internasional.
Indonesia sebagai negara tropis disamping berpeluang untuk pengembangan produk
diversifikasi kopi olahan tersebut diatas, juga berpotensi untuk pengembangan produk
industri pengolahan kopi specialties dengan rasa khas seperti: kopi Gayo, Kopi Lintong,
Kopi Mandheling, Kopi Lampung, Kopi Jawa, Kopi Kintamani, Kopi Toradja.
2. Dalam upaya pengembangan produksi kopi menjadi industri hulu dan hilir perlu adanya
keseriusan dari pemerintah maupun dari pihak-pihak yang terkait, melalui (i) perlu
adanya sinkronisasi kebijakan antara pemerintah dengan industri pengolahan kopi, (ii)
perlu pengembangan lembaga riset khususnya penggunaan teknologi di bidang kopi
untuk mendukung pengembangan produksi kopi dan industri kopi, (iii) pembentukan
lembaga promosi khusus untuk mempromosikan produk kopi Indonesia ke negara-negara
tujuan ekspor dalam upaya meningkatkan akses pasar, (iv) meningkatkan investasi di
industri kopi, dan (v) komitmen yang tinggi dari pemerintah untuk pengembangan
industri kopi dengan memberikan fasilitas sarana dan prasarana penunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dewi. 2006. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi Indonesia
Dari Amerika Serikat. Semarang: Universitas Diponogoro. Tesis.

Arifin, Bustanul. 2011. Ekonomi Kopi Indonesia di Tengah Dinamika Global.


http://metrotvnews.com. Di akses pada Oktober 2012.

ICO. International Coffee Organization Annual Review 2010-2011. 2011. http://www.ico.org/.


Diakses pada Oktober 2012.

Kementrian Pertanian. 2008. Profil Peluang Dan Potensi Investasi Kopi. Pusat Perizinan dan
Investasi Kementrian Pertanian.

Kementrian Pertanian. 2009. Outlook Komoditas Pertanian (Perkebunan).


http://www.deptan.go.id/, diakses pada Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai