Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisme pengganggu tanaman atau sering disingkat OPT, merupakan organismeorganisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas
panen, sehingga merugikan secara ekonomi.Untuk menghindari kerugian karena serangan
OPT, tanaman harus dilindungi dengan cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan istilah
"mengendalikan", OPT tidak harus diberantas habis. Dengan usaha pengendalian populasi
atau tingkat kerusakan karna OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak
merugikan.
Menurut Herianto (2013), gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan
tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja
ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh
sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan
bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum
diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu
pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat
suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma.
Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak
mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur kedelai dapat
dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman
utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti
teki dan alang-alang.
Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai
ilmu gulma. Gulma dapat tumbuh dengan baik dan menimbulkan gangguan dalam proses
budidaya pertanian. Dalam hal ini, gulma umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang baik
dibandingkan tanaman. Akan tetapi, tidak berarti bahwa gulma selalu hidup dengan baik
tanpa mengalami cekaman dalam lingkungan. Hal ini berkaitan dengan siklus hidup dan
komunitas dalam ekosistem itu sendiri.Kehadiran gulma sendiri secara langsung dapat
mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas, kemudian juga
dapat menghambat praktek budidaya pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitas akan
menurun, karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. kemudian
kuantitas juga akan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh ( hara, air, udara,
cahaya, ruang gerak ) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis,
kerapatan, dan lamanya tumbuh.Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan petani
untuk mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan
produktifitas tanaman.
Pada pertanian konvensional, pengendalian gulma pada pertanaman kedelai dapat
dilakukan melalui pengolahan tanah dan penyiangan atau pengendalian manual, tetapi
pengolahan tanah secara konvensional memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar.
Umumnya, gulma pada pertanaman kedelai tanpa induksi olah tanah dapat
dikendalikan dengan herbisida. Sebelum kedelai ditanam, herbisida disemprotkan untuk
mematikan gulma yang tumbuh diareal pertanaman atau biasa disebut pengendalian
pratumbuh. Kemudian, setelah kedelai tumbuh, gulma masih perlu dikendallikan untuk
melindungi tanaman. Pengendalian pada fase ini dapat dilakukan dengan cara manual seperti
penyiangan dengan tangan , penggunaan alat mekanis, dan secara kimiawi dengan
penyemprotan herbisida. Akan tetapi Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak

lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan herbisida terhadap
lingkungan, penggunaannya perlu dibatasi degan memadukan dengan cara pengendalian
lainnya.
Kehadiran gulma dalam siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif
terhadap tanaman budidaya. Dalam hal ini, terdapat suatu periode dimana tanaman budidaya
peka terhadap kehadiran gulma di dalam lingkungan hidup tumbuh tanaman. Periode waktu
ini umumnya dikatakan sebagai periode kritis. Pada periode atau selang waktu tersebut
tanaman sangat peka terhadap kecaman dari lingkungan, baik ruang tumbuh, unsur hara, air
atau cahaya matahari. Oleh sebab itu, pada periode kritis tersebut kehadiran gulma akan
sangat mengganggu tanaman, dan apabila tanaman kalah bersaing dalam memanfaatkan
faktor-faktor lingkungan tersebut maka produksi akhir tanaman akan sangat menurun. Pada
periode inilah gulma harus dikendalikan agar tidak mengganggu siklus hidup dan
metabolisme tanaman budidaya. Pengetahuan mengenai periode kritis tanaman yang akan
dibudidayakan memiliki kolerasi yang positif terhadap persaingan gulma. Sehingga,
pengetahuan ini merupakan salah satu langkah yang penting dalam menyusun rencana
pengendalian yang tepat, efektif dan efisien.
B. TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gulma pada
pertanaman kedelai dan juga cara tepat pengendalian gulma tersebut.

Herianto. 2013. Pengendalian gulma. http://b4ro3s.blogspot.com/2013/04/ pengendaliangulma.html. Diakses 07-3-2015.

Anda mungkin juga menyukai