Pengelolaan Gulma
saat penanaman kacangan. Rotasi pada 6 bulan pertama setelah penanaman dapat
dilakukan 2 minggu sekali, pada periode 3 bulan pertama memerlukan tenaga
kerja 20 - 30 HK/ha, dan 3 bulan berikutnya memerlukan 4 - 6 HK/ha untuk setiap
rotasi. Rotasi berikutnya dapat dilakukan sebulan sekali dengan pemakaian tenaga
kerja 3 - 4 HK/ha setiap rotasinya (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian gulma
pada gawangan secara manual dilakukan dengan cara mencabuti dan menggulung
gulma yang tumbuh menjalar, gulma berkayu harus dipotong dan didongkel agar
tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008).
Pengendalian gulma pada gawangan secara kimia menggunakan herbisida
pra tumbuh yang diaplikasikan bersamaan pada waktu membangun tanaman
kacangan penutup tanah. Rotasi pada periode tiga bulan pertama yang dianjurkan
adalah sekali dalam dua minggu, selanjutnya rotasi dapat dilakukan sebulan sekali
tergantung pada perkembangan tanaman kacangan penutup tanah. Herbisida pra
tumbuh yang dianjurkan adalah herbisida dengan bahan aktif Ametryne, Diuron,
Atrazine dan Asulan. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 hari sebelum atau setelah
penananaman kacangan (Syamsuddin et al., 1999).
dan Dicamba. Herbisida pra tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif
Alpachlor, Prometryne, Amertryne, dan Triazine (Lubis, 2008).
Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pemberantasan gulma di
sekitar piringan dan pasar rintis adalah Paraquat dan Glifosat, dengan rotasi 2 - 3
kali setiap bulan untuk Paraquat dan 4 - 5 kali untuk Glifosat. Bahan aktif
herbisida yang tepat digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan adalah
2,4 - D dimetil amin dan Glifosat (Syamsuddin, et al., 1999).
Gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit TM tidak semuanya
untuk diberantas. Jenis gulma tahunan sperti rumput lunak, berakar dangkal, dan
tidak tumbuh tinggi di gawangan, tanaman tersebut masih dapat ditoleransi untuk
tidak dikendalikan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tanah gundul sehingga
mengurangi terjadinya erosi (Pahan, 2008).