yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi
tanaman tersebut, viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95% karena dalam
tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh normal sangat kecil dan biasanya
sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian
(Farnham, 1999).
tanam yang berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan
produksi jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun berbeda halnya
yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang
dan produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan
produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji
cahaya matahari.
satu cara pengendalian gulma secara kultur teknis, yang dapat untuk
persatuan luas pada suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji jagung.
terjadi kompetesi unsur hara, air, ruang tumbuh dan sinar matahari.
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
ditekan (Dad Resiworo, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit
mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena
adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak
Pengendalian Gulma
tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui
tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan
mencabut , membabat, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat
ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak
mengolah tanah. Sebagian petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali.
gulma secara penuh dibawah semua kondisi mungkin tidak diperlukan dan tidak
dianjurkan. Pada semua pertanaman terdapat suatu periode yang saat itu gulma
Pengendalian gulma dengan olah tanah ialah tanah langsung diolah sehingga akan
penyiangan yang dilakukan secara manual dengan alat siang serta pengendalian
Herbisida paling tepat jika diaplikasikan pada saat gulma berada pada
stadia yang peka terhadap pestisida. Umumnya, makin dini tahap perkembangan
OPT, makin peka pula terhadap herbisida, Gulma yang baru berdaun 2-4 helai
lebih mudah dikendalikan dengan herbisida daripada gulma yang sudah tumbuh
besar. Susahnya, perkembangan gulma di suatu lahan atau hamparan kebun tidak
mengganggu dan menurunkan hasil mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada
jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan
oleh gulma. Secara keseluruhan, kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma
melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit (Violic,
2000). Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan rendah
tidak terganggu,. Dalam pengendalian gulma dikenal adanya masa kritis tanaman
terhadap gulma. Pada jagung, misalnya, masa kritis itu adalah ketika jagung
berumur antara 10-40 hari. Artinya gulma yang tumbuh antara umur kritis
dsb). Oleh karena itu usaha pengendalian gulma pada tanaman jagung diarahkan
diusahakan dan herbisida yang digunakan dari satu musim kemusim berikutnya
(Francis and Clegg, 1990). Perubahan jenis gulma dapat berimplikasi pada
pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif untuk membunuh gulma yang
mengendalikan gulma berdaun lebar serta rumput setahun pada tanaman jagung
dan sorgum. Jagung sangat toleran terhadap atrazin karena tanaman ini mampu
sistemik, diserap terutama oleh akar dan sebagian oleh daun, serta