Anda di halaman 1dari 128

SKRIPSI

TINGKAT PARTISIPASI DAN PENDAPATAN


KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) TERHADAP
USAHA TANI TANAMAN CABAI
DI KOTA PALANGKA RAYA

RENSA
CBA 118 028

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
TINGKAT PARTISIPASI DAN PENDAPATAN
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) TERHADAP
USAHA TANI TANAMAN CABAI
DI KOTA PALANGKA RAYA

RENSA
CBA 118 028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2023
TINGKAT PARTISIPASI DAN PENDAPATAN
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) TERHADAP
USAHA TANI TANAMAN CABAI
DI KOTA PALANGKA RAYA

RENSA
CBA 118 028

Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr. Tri Prajawahyudo, S.P,M.Sc. Dr. Ir Hj. Masliani, M.P


NIP. 19691201 199802 1 002 NIP. 19620509 198903 2 001

Mengetahui :

Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,


Dekan, Ketua,

Dr. Ir. Sosilawaty, M.P. Dr, Ir. Eka Nor Taufik, M.P.
NIP. 19660326 199303 2 008 NIP. 19650905 199303 1 005

ii
Judul : Tingkat Partisipasi Dan Pendapatan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Pada Program Pekarangan Pangan Lestari
(P2L) Terhadap Usahatani Tanaman Cabai Di Kota
Palangka Raya
Nama : Rensa
NIM : CBA 118 028
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Pada:


Hari : Selasa
Tanggal : 27 Juni 2023
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Tim Penguji :

1. Dr. Tri Prajawahyudo, S.P,M.Sc. (Ketua) (……………………)

2. Dr. Ir Hj. Masliani, M.P (Sekretaris) (……………………)

3. Dr. Eti Dewi Nopembereni, S.P, M.P. (Anggota) (……………………)

4. Dr. Ir. Evi Feronika, M,Si (Anggota) (……………………)

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun, sebagai syarat memperoleh
gelar sarjana merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu
dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan
sanksi-sanki lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian
hari ditemukan plagiat pada skripsi ini.

Palangka Raya, Juni 2023

Rensa
CBA 118 028

iv
RINGKASAN

RENSA, CBA 118 028. Tingkat Partisipasi Dan Pendapatan Kelompok


Wanita Tani (KWT) Pada Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L)
Terhadap Usahatani Tanaman Cabai Di Kota Palangka Raya. Dibawah
bimbingan Dr. Tri Prajawahyudo, S.P,M.Sc. dan Dr. Ir Hj. Masliani, M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik Kelompok Wanita


Tani pada Program Pekarangan Pangan Lestari di Kota Palangka Raya.
Menganalisis Partisipasi Kelompok Wanita Tani pada Program Pekarangan
Pangan Lestari terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka Raya. Menganalisis
Pendapatan pada Program Pekarangan Pangan Lestari terhadap usaha tani cabai di
Kota Palangka Raya.
Populasi dalam penelitian ini adalah 8 Kelompok Wanita Tani Cabai di
Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode Simple Random Sampling populasi diperoleh sebanyak 32
responden mewakili 8 Kelompok Wanita Tani. Untuk melihat karakteristik yaitu
menggunakan metode analisis deskriptif dilakukan dengan survei dan wawancara
dengan responden, untuk menilai partisipasi kelompok wanita tani digunakan
skala penilaian (Rating Scale) dengan indikator meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pemanfaatan. Sedangkan untuk mengetahui pendapatan
menggunakan alat analisis rata-rata pendapatan petani dengan menggunakan
analisis usahatani yaitu penerimaan, biaya dan pendapatan. Dari hasil penelitian
dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik
Kelompok wanita tani rata-rata 69% berusia 40 hingga 56 tahun sebanyak 22
orang, termasuk usia yang masih produktif pendidikan SMA 65% sebanyak 21
orang, tanggungan keluarga 47% sebanyak 15 orang, 1 hingga 5 tahun 90% lama
berusahatani 30 orang dan pekerjaan 87% ibu rumah tangga sebanyak 28 orang. 2.
Berdasarkan skala pengukuran (rating scale) yang telah dilakukan, diketahui
partisipasi kelompok wanita tani memperoleh skor total sebesar 1.772 poin atau
97,14% dan dapat disimpulkan bahwa partisipasi kelompok wanita tani dikatakan
“Tinggi” dikarenakan kelompok wanita tani atau masing-masing kelompok tani
mampu untuk menerapkan secara baik ketiga indikator tersebut yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfataan dalam pelaksanaan penyuluhan
maupun di lapangan. 3. Hasil perhitungan pendapatan petani cabai di Kota
Palangka Raya total biaya usahatani per petani Rp 5.178.311 dengan total rata-rata
biaya usahatani per petani yaitu Rp 161.822 yang merupakan total keseluruhan
dari biaya tetap dan variabel. Total penerimaan usahatani cabai per musim yaitu
sebesar Rp 18.320.000 dan total rata penerimaan yaitu Rp. 572.500 Dapat
disimpulkan bahwa pendapatan petani cabai yaitu sebesar Rp 13.141.689 dengan
total rata-rata pendapatan yaitu sebesar Rp 410.678.

v
ABSTRAK

TINGKAT PARTISIPASI DAN PENDAPATAN


KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) TERHADAP
USAHATANI TANAMAN CABAI
DI KOTA PALANGKA RAYA

RENSA

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui Karakteristik Kelompok


Wanita Tani pada Program Pekarangan Pangan Lestari di Kota Palangka Raya. (2)
Menganalisis Partisipasi Kelompok Wanita Tani pada Program Pekarangan
Pangan Lestari terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka Raya (3) Menganalisis
Pendapatan pada Program Pekarangan Pangan Lestari terhadap usaha tani cabai di
Kota Palangka Raya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple
Random Sampling populasi diperoleh sebanyak 32 responden mewakili 8
Kelompok Wanita Tani. Untuk melihat karakteristik yaitu menggunakan metode
analisis deskriptif dilakukan dengan survei dan wawancara dengan responden,
untuk menilai partisipasi kelompok wanita tani digunakan skala penilaian (Rating
Scale) dengan indikator meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan.
Sedangkan untuk mengetahui pendapatan menggunakan alat analisis rata-rata
pendapatan petani dengan menggunakan analisis usahatani yaitu penerimaan,
biaya dan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis ini, Karakteristik
KWT rata-rata 69% berusia 40 hingga 56 tahun sebanyak 22 orang, termasuk usia
yang masih produktif pendidikan SMA 65% sebanyak 21 orang, tanggungan
keluarga 47% sebanyak 15 orang, 1 hingga 5 tahun 90% lama berusahatani 30
orang dan pekerjaan 87% ibu rumah tangga sebanyak 28 orang. Berdasarkan skala
pengukuran (rating scale) yang telah dilakukan, diketahui partisipasi kelompok
wanita tani memperoleh skor total sebesar 1.772 poin atau 97,14% dan dapat
disimpulkan bahwa partisipasi kelompok wanita tani dikatakan “Tinggi”
dikarenakan kelompok wanita tani atau masing-masing kelompok tani mampu
untuk menerapkan secara baik ketiga indikator tersebut yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pemanfataan dalam pelaksanaan penyuluhan maupun di
lapangan. Hasil perhitungan pendapatan petani cabai total biaya usahatani per
petani Rp 4.300.311 dengan total rata-rata biaya usahatani per petani yaitu Rp
134.385 yang merupakan total keseluruhan dari biaya tetap dan variabel. Total
penerimaan usahatani cabai per musim yaitu sebesar Rp 6.880.000 dan total rata
penerimaan yaitu Rp 215.000. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani cabai
yaitu sebesar Rp 2.579.689 dengan total rata-rata pendapatan yaitu sebesar Rp
80.615.

Kata kunci: Partisipasi, Kelompok Wanita Tani, Usahatani Cabai, Pendapatan


Petani Cabai

vi
ABSTRACT

LEVELS OF PARTICIPATION AND INCOME


WOMEN FARMER GROUP (KWT) IN THE PROGRAM
SUSTAINABLE FOOD YARD (P2L) AGAINST
CHILI PLANT BUSINESS
IN THE CITY OF PALANGKA RAYA

RENSA

The aims of this study were (1) to find out the characteristics of women
farmer group in the Sustainable Food Yard Program in Palangka Raya City. (2)
Analyzing participation of women farmer group in the Sustainable Food Yard
Program for chili farming in Palangka Raya City (3) Analyzing Income in the
Sustainable Food Yard Program for chili farming in Palangka Raya City.
Sampling was carried out using the Simple Random Sampling method. The
population was obtained by 32 respondents representing 8 of women farmer
group. To see the characteristics, namely using descriptive analysis methods
carried out by surveys and interviews with respondents, to assess the participation
of women farming groups used a rating scale (Rating Scale) with indicators
covering planning, implementation, and utilization. Meanwhile, to find out the
income using an analysis tool the average income of farmers using farming
analysis, namely revenue, costs and income. Based on the results of this research
and analysis, the average of women farmer group characteristics are 69% aged 40
to 56 years as many as 22 people, including those who are still productive in high
school education 65% as many as 21 people, family dependents 47% as many as
15 people, 1 to 5 years 90% length of farming 30 people and the work of 87% of
housewives as many as 28 people. Based on the measurement scale (rating scale)
that has been carried out, it is known that the participation of the women farmer
group obtained a total score of 1,772 points or 97.14% and it can be concluded
that the participation of the women farmer group is said to be "High" because the
women farmer group or each farmer group is able to properly apply the three
indicators are planning, implementation, and utilization. The results of calculating
the income of chili farmers in Palangka Raya City total farming costs per farmer
Rp. 5,178,311 with an average total farming cost per farmer of Rp. 161,822 which
is the total total of fixed and variable costs. The total income for chili farming per
season is Rp. 18,320,000 and the average total income is Rp. 572,500 It can be
concluded that the income of chili farmers is IDR 13,141,689 with an average
total income of IDR 410,678.

Keywords: Participation, Farming Women's Group, Chili Farming, Chili


Farmer's Income

vii
RIWAYAT HIDUP

Rensa, lahir pada tanggal 8 Februari 2001 di Desa Tewang Pajangan


Kecematan Kurun Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara ayah Rodi Hartono dan ibu Irawati.
Penulis menempuh Pendidikan formal pertama di Taman Kanak-Kanak
(TK) TK Bukit Raya Indah di Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah pada
tahun 2004 dan pada taun 2006 lulus dari Pendidikan TK. Kemudian penulis
melanjutkan kejenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2006 di SD-
Negeri 3 Palangka Raya dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya, pada tahun 2012
penulis melanjutkan Pendidikan kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMP-Negeri 3 Palangka Raya dan lulus pada tahun 2015. Setelah lulus dari SMP,
penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2015
di SMA-Negeri 3 Palangka Raya dan lulus pada tahun 2018.
Pada tahun 2018 penulis melanjutkan Pendidikan ke Universitas Palangka
Raya melalui jalur SBMPTN dan mendapatkan kesempatan menempuh
Pendidikan Strata-1 di program studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pertanian, maka penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Tingkat
Partisipasi Dan Pendapatan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pada Program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Terhadap Usaha Tani Tanaman Cabai Di
Kota Palangka Raya dibawah bimbingan Bapak Dr. Tri Prajawahyudo,
S.P,M.Sc. dan Dr. Ir Hj. Masliani, M.P.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Berkat Rahmat dan Karunia-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga usulan
penelitian yang berjudul “ Tingkat Partisipasi Dan Pendapatan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Pada Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Terhadap Usaha
Tani Tanaman Cabai Di Kota Palangka Raya” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan usulan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, petunjuk, saran
dan dukungan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat rahmat dan karunia-
Nya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Salampak Dohong, M.S selaku Rektor Universitas
Palangka Raya.
3. Ibu Dr. Ir. Sosilawati, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Palangka Raya.
4. Kedua Orang Tua, Bapak Rodi Hartono dan Ibu Ira Waty serta Kaka dan
Adik, Astry Widia dan Yeremia Putra Utama penulis sayangi dan cintai,
yang sudah mendidik, menasihat dan memotivasi penulis. Dan berkat
dukungan doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian.
5. Bapak Dr. Tri Prajawahyudo, S.P,M.Sc. dan Dr. Ir Hj. Masliani, M.P selaku
Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan arahan dan nasihat yang baik dan telah menyediakan waktu dan
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, masukan maupun saran selama
proses menyelesaikan usulan penelitian ini, penulis ucapkan terimakasih.
6. Ibu Dr. Eti Dewi Nopembereni, S.P, M.P. dan Dr. Ir. Evi Feronika, M,Si
Selaku Dosen Partisipan pertama dan Dosen Partisipan kedua yang telah
memberikan arahan dan masukan yang baik dan telah menyediakan waktu
selama proses menyelesaikan usulan penelitian ini, penulis ucapkan
terimakasih.

ix
7. Kepada pimpinan dan seluruh staf pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertnian
yang telah memberikan pengajaran kepada penulis dengan berbagai macam
disiplin ilmu selama penulis belajar di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
8. Kepada Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya, serta
instansi terkait lainnya yang telah berkenan memberikan informasi selama
penelitian ini berlangsung.
9. Kepada Ketua Kelompok Wanita Tani Kota Palangka Raya beserta anggota
yang telah bersedia memberikan informasi mengenai usahatani Cabai serta
besedia mengisi kuisioner selama penelitian ini berlangsung.
10. Kepada Natalino selaku kekasih saya yang terus memberikan dukungan
dengan tulus untuk berjuang menyelesaikan penelitian ini.
11. Kepada Vaska dan Devina selaku sahabat terkasih selama masa kuliah yang
telah memberikan semangat dan motifasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
12. Kepada kawan-kawan angkatan 2018 telah berjuag Bersama-sama
memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian dan Pendidikan di
Program Studi Agribisnis.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga Laporan
MagangKerja ini dapat berguna dan bermanfaat.

Palangka Raya, Juni 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv
RINGKASAN .................................................................................................. v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ... ix
DAFTAR ISI................................................................................................ .... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ... xiv
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah.......................................................................... 5
1.3. Tujuan penelitian ........................................................................... 6
1.4. Manfaat penelitian ......................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori .............................................................................. 7
2.1.1. Gambaran Umum Tanaman Cabai .................................... 7
2.1.2. Manfaat Cabai .................................................................. 9
2.1.3. Pengolahan Usaha Tani Cabai ........................................... 10
2.1.4. Usaha Tani ........................................................................ 13
2.1.5. Peran .................................................................................. 19
2.1.6. Peran Wanita ..................................................................... 22
2.1.7. Ekofeminisme .................................................................... 23
2.1.8 Partisipasi ......................................................................... 27
2.1.9 Bentuk Partisipasi .............................................................. 30
2.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ................. 30

xi
2.1.11 Kelompok Wanita Tani (KWT) ....................................... 32
2.1.12 Pekarangan Pangan Lestari (P2L) .................................... 36
2.1.13 Strategi Pelaksanaan P2L .................................................. 37
2.1.14 Ketahanan Pangan ............................................................ 38
2.1.15 Konsep Ketahanan Pangan ................................................ 39
2.1.16 Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga ..................... 40
2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................... 40
2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................ 45
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 48
3.2. Metode Pengambilan Sampel ........................................................ 48
3.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 49
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.......................................... 51
3.5. Definisi Operasional ...................................................................... 53
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Luas Wilayah Letak Geografis Dan Tofografis ............................ 54
4.2. Keadaan Iklim ............................................................................... 54
4.3. Keadaan Penduduk ........................................................................ 56
4.4. Sarana Dan Prasarana .................................................................... 57
4.5. Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka
Raya ............................................................................................... 57
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Kelompok Wanita Tani (KWT) .............................. 59
5.2. Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) ..................... 61
5.2.1. Perencanaan ....................................................................... 62
5.2.2. Pelaksanaan ....................................................................... 64
5.2.3. Pemanfaatan ...................................................................... 66
5.2.4. Rekapitulasi Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) .. 68
5.3. Pendapatan Usahatani Tanaman Cabai Di Kota Palangka Raya... 69

xii
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan.................................................................................... 73
6.2. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN ..................................................................................................... 81

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Rasio Jenis Kelamin Pada


Tingkat Kecamatan Di Kota Palangka Raya, 2021 ................... 2
Tabel 1.2. Populasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota
Palangka Raya ............................................................................ 3
Tabel 3.1. Populasi Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Palangka
Raya ........................................................................................... 49
Tabel 4.1. Penduduk Palangka Raya Berdasarkan Kecematan.................... 56
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis
Kelamin ....................................................................................... 56
Tabel 4.3. Kelompok Wanita Tani (Kwt) Di Kota Palangka Raya ............. 58
Tabel 5.1. Keadaan Umum Responden Petani Cabai Di Kota Palangka
Raya ............................................................................................ 60
Tabel 5.2. Partisipasi Dalam Perencanaan Kelompok Wanita Tani
Terhadap Usahatani Tanaman Cabai .......................................... 63
Tabel 5.3. Partisipasi Dalam Pelaksanaan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Terhadap Usahatani Tanaman Cabai .......................................... 65
Tabel 5.4. Partisipasi Dalam Pemanfaatan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Terhadap Usahatani Tanaman Cabai .......................................... 67
Tabel 5.5. Rekapitulasi Hasil Penilaian Partisipasi Kelompok Wanita
Tani (KWT) ............................................................................... 68
Tabel 5.6. Rata-Rata Biaya Usahatani Cabai Di Kota Palangka Raya
Tahun 2023 ................................................................................. 70
Tabel 5.7. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Cabai Di Kota Palangka
Raya Tahun 2023 ........................................................................ 71
Tabel 5.8. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Cabai Di Kota Palangka Raya
Tahun 2023 ................................................................................. 71

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ............................................................... 47
Gambar 21.1. Dokumentasi Tanaman Usahatani Cabi Di Kelompok
Wanita Tani (KWT) Di Kota Palangka Raya ....................... 107
Gambar 21.2. Dokumentasi Hasil Pendapatan Usahatani Cabi Di
Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Kota Palangka Raya....... 108
Gambar 21.3. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Bawi
Pangaring................................................................................ 109
Gambar 21.4. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Karanggan
Makmur .................................................................................. 109
Gambar 21.5. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Gatsu
Palangka Asri ......................................................................... 110
Gambar 21.6. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar Mekar
Sari ........................................................................................ 110
Gambar 21.7. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Bawi
Mawiney ................................................................................ 111
Gambar 21.8. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Berdikari ...... 111
Gambar 21.9. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi ....... 112
Gambar 21.10. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Bajenta ......... 112

xv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup petani, kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan gizi dan
ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan, mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal
guna mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Upaya penganekaragaman
pangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 26 pada Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi, salah satunya
dapat melalui optimalisasi pemanfaatan lahan (BKP Kementerian Pertanian,
2021).
Kegiatan yang dilakukan kelompok wanita tani (KWT) dalam usaha tani
cabai di Kota Palangka Raya tidak hanya pada kegiatan penyemaian, penanaman,
pemeliharaan (penyiangan), serta pemanenan, seperti dalam usaha tani cabai.
Kelompok Wanita Tani (KWT) juga melakukan kegiatan pengolahan lahan,
karena salah satu faktor tumbuhan cabai bisa tumbuh dengan baik dan subur
adalah pengolahan lahan yang benar dengan campuran bahan-bahan organik.
Luas lahan pekarangan mereka tidak luas, maka dari itu mereka masih bisa
menyanggupi kegiatan tersebut dengan para anggota yang lainnya. Usaha tani
sayuran di 8 Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program Pemerintah
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kota Palangka Raya dapat berkembang
karena dari Dana DAK Non Fisik APBD Tahun 2021. Berikut berdasarkan
keadaan jumlah penduduk rumah tangga di Kecamatan, Kota Palangka Raya dapat
dilihat pada tabel 1.1.
2

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Rasio Jenis Kelamin Pada


Tingkat Kecamatan Di Kota Palangka Raya, 2021

Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah


No
Kecamatan (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1. Pahandut 48.437 47.213 95.650
2. Sabangau 12.117 11.445 23.562
3. Jekan Raya 75.334 73.594 148.928
4. Bukit Batu 7.124 6.566 13.690
5. Rakumpit 1.952 1.719 3.671
Jumlah 144.964 140.537 285.501
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2021

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya bahwa
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2021
terdiri dari 5 (lima) Kecamatan memiliki jumlah penduduk sebanyak 285 501 jiwa
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Kelompok Wanita Tani (KWT) selain dalam pelaku usaha tani, juga
memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan usaha tani
dilakukan setelah mereka selesai mengerjakan kewajiban mereka sebagai ibu
rumah tangga. Berbeda dengan petani yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja di sawah, para wanita tani memiliki peran ganda. Wanita tani dituntut
untuk menyelesaikan kewajiban mereka sebagai ibu rumah tangga dan setelah itu
melakukan kegiatan usaha tani. Sehingga waktu yang tercurah bagi usahatani
sayuran di pekarangan tidak sama dengan waktu yang dicurahkan petani dalam
usahatani di sawah. Besarnya curahan waktu wanita tani dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan yang dilakukan dalam usaha taninya dan faktor sosial ekonomi yang
dihadapi oleh wanita tani tersebut (Munir, 2008). Badan Ketahanan Pangan (BKP)
melalui pusat penganekaragaman konsumsi dan Keamanan Pangan sejak
Tahun 2020 sampai dengan tahun 2019 telah melaksanakan Kegiatan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dalam upaya memperluas penerima manfaat
dan pemanfaatan lahan sejak tahun 2020. Kegiatan KPRL berubah menjadi
Pekarangan Pangan Lestari atau disingkat P2L (BKP Kementerian Pertanian,
2021).
3

Table 1.2. Populasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota


Palangka Raya.

No Kecamatan Nama Kelompok Populasi Anggota


1 Jekan Raya Kwt. Tunas Mekar Putri 30 orang
2 Jekan Raya Kwt. Gatsu Palangka Asri 30 orang
3 Jekan Raya Kwt. Bawi Pangaringan 30 orang
4 Jekan Raya Kwt. Karanggan Makmur 30 orang
5 Pahandut Kwt. Srikandi 33 orang
6 Pahandut Kwt. Bajenta 31 orang
7 Pahandut Kwt. Bawi Mawiney 30 orang
8 Sabangau Kwt. Berdikari 30 orang
Total 244 orang
Sumber: Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya
Tentang P2L DAK 2021.

Kegiatan P2L dilaksankan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas,


dan pemanfaatan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan rumah
tangga dan mendukung program pemerintah penanganan lokasi prioritas intervensi
penurunan stunting. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan
pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil
pangan dalam memenuhi pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar
untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga (BKP Kementerian Pertanian,
2021).
Lahan pekarangan dapat dijadikan aset berharga bagi pengembangan usaha
tani skala rumah tangga. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan pekarangan dapat
dijadikan basis usaha pertanian tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan
sumber daya keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi.
Usaha pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan,
di samping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat
memberikan sumbangan pendapatan bagikeluarga (Sabir, 2014).
4

Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebuah Kota yang
memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar dan dimasa sekarang
Pandemi Coronavirus (Covid-19) Pemerintah mengimbau masyarakat melakukan
aktivitas di rumah saja dan banyak pekerja yang diberhentikan atau pengurangan
pekerja banyak dilakukan dalam rangka menekan kerugian perusahaan.
Kebutuhan akan sayuran yang belum mencukupi dikarenakan lahan yang
terbatas menjadi peluang bagi pemanfaatan lahan pekarangan yang belum
termanfaatkan dengan maksimal. Lahan pekarangan memiliki fungsi multi guna,
karena lahan relatif sempit bisa menghasilkan bahan pangan nabati dan bahan
pangan hewani yang berasal dari unggas. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk
pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran sekaligus untuk mewujudkan
kemandirian pangan rumah tangga (Astuti, 2012).
Menurut Ach, Wazir Ws., et al. dalam Akhmaddhian, S., & Fathanudien,
A. (2015) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke
dalam interaksi sosial dalam interaksi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang
bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok,
melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
perasaan,kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama. Penelitian ini
diharapkan agar Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) pada program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka
Raya Provinsi Kalimantan Tengah harus mampu menghasilkan wanita tani yang
mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu
mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang
yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
5

1.2. Rumusan Masalah


Kota Palangka Raya memiliki 8 kelompok wanita tani (KWT) yang terdiri
dari 3 KWT di Kecamatan Pahandut, 4 KWT di Kecamatan Jekan Raya dan 1
KWT di Kecamatan Sabangau. Suatu kegiatan dari Kelompok Wanita Tani
(KWT) tidak terlepas dari partisipasi setiap anggota kelompok nya dimana pada 8
KWT di Kota Palangka Raya memiliki peran yang harus dilaksanakan untuk
perkembangan Kelompok Wanita Tani (KWT). Kejadian yang saat ini terlihat
terjadi penurunan partisipasi anggota di 8 KWT yang dimana awalnya saat
bergabung kedalam kelompok wanita tani para anggota sangat antusias dalam
berpartisipasi tetapi seiring berjalannya waktu terjadi penurunan partisipasi
anggotanya.
Tingkat Partisipasi dan Pendapatan Kelompok Wanita Tani (KWT) pada
Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Terhadap Pendapatan Usaha Tani
Cabai di Kota Palangka Raya harus mampu menghasilkan wanita tani yang
mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu
mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang
yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya. Berdasarkan uraian diatas,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana Karakteristik Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kota Palangka Raya?
2. Bagaimana Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka
Raya?
3. Bagaimana Pendapatan Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka
Raya.
6

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui Karakteristik Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kota Palangka Raya.
2. Menganalisis Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) pada
Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota
Palangka Raya.
3. Menganalisis Pendapatan Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka
Raya.

1.4. Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan diatas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan pertimbangan dan mampu
memberikan penambahan kontribusi bagi perekonomian masyarakat agar
pekarangan mereka dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, dan
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
2. Bagi kalangan akademis dan pembaca, sebagai tambahan ilmu pengetahuan
dan pengalaman tentang pemanfaatan lahan pekarangan agar bisa
dimanfaatkan dengan benar.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait
permasalahan Tingkat Partisipasi dan Pendapatan Kelompok Wanita Tani
(KWT) pada Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani
cabai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Gambaran Umum Tanaman Cabai
Berdasarkan klarifikasinya, tanaman cabai rawit mempunyai sistematika
sebagai berikut (Setiadi, 2006) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (Suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens L. (Cabai rawit)
Varietas : Bhaskara
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae).
Famili ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2.000 spesies yang terdiri
dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan kerdil yang lain. Tanaman cabai
sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis. Tanaman cabai berbentuk
perdu atau semak yang tumbuh pada permukaan tanah dengan tinggi kurang dari
1,5 m. Cabai rawit termasuk golongan tanaman semusim atau berumur pendek,
hanya sekali bereproduksi dengan beberapa kali petik, dan setelah itu mati. Cabai
rawit pada umumnya ditanam pada musim kemarau, namun dapat pula ditanam
pada musim penghujan. Produksi cabai rawit yang ditanam pada musim kemarau
lebih tinggi dari pada yang ditanam pada musim penghujan. 12 Cabai rawit
termasuk tanaman yang mudah untuk dibudidayakan, baik didataran rendah
maupun didataran tinggi, hingga terkadang tumbuh dengan liar. Tanaman ini
cocok ditanam pada tanah yang gembur, kaya humus, tidak tergenang air,
dengan pH ideal sekitar. 5-6. Musim tanam yang baik untuk lahan kering adalah
8

pada penghujung musim hujan sekitar bulan Maret-April serta dapat ditanam pada
bulan Oktober dan panen pada bulan Desember.
Jenis cabai rawit sangat beraneka ragam sehingga terdapat beberapa
varietas yang dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, tingkat kepedasan, dan
warna buahnya. Menurut Rukmana (2002), jenis cabai rawit yang sering ditanam
adalah sebagai berikut (Haryanto, 2018) :
1. Cabai Kecil, sering disebut sebagai cabai jemprit. Cabai jenis ini memiliki
karakteristik ukuran buah kecil, panjang 2 - 2,5 cm dan lebar 5 mm, serta
berat 0,65 g/buah. Pada saat masih muda, buah berwarna hijau dan pada saat
masak berubah menjadi merah.
2. Cabai Hijau memiliki panjang 3 – 3,5 cm dan lebar 11 mm,serta berat 1,4
g/buah. Pada waktu masih muda, buah berwarna hijau dan berubah menjadi
merah pada saat matang. Rasa buah pedas, tetapi masih kurang pedas jika
dibandingkan dengan cabai kecil dan cabai putih.
3. Cabai Putih memiliki ciri – ciri buah berbentuk bulat agak lonjong dan
berukuran panjang 3 cm serta berat rata – rata 2,5 g/buah. Buah yang muda
memiliki rasa yang kurang pedas, namun buah yang matang memiliki rasa
pedas.
4. Cabai Bhaskara memiliki panjang 5,2-6,9 cm, diameter 0,6-0,8 cm, warna
buah muda hijau terang, warna buah tua merah cerah, bentuk buah silindris,
bentuk ujung buah lancip, rasa buah pedas.
Berdasarkan klarifikasinya, tanaman cabai hijau besar mempunyai
sistematika sebagai berikut (Haryanto. 2018) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Dicotyledoneae (Tumbuhan berbiji belah)
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L. (Cabai hijau besar)
9

Cabai merupakan tanaman perdu dari family terong-terongan yang


memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai merupakan tanaman yang berasal dari
bagian tropis dan subtropics benua Amerika, khususnya Kolombia, Amerika
Selatan. Pada umumnya cabai hijau besar dapat ditanam di dataran rendah sampai
pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak
terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman
cabai adalah 24 – 27°C dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16 – 3°C.
hamper semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok
pula bagi tanaman cabai hijau besar. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas
hasil yang tinggi, cabai hijau besar menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya
akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan
penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah 5.5 – 6.8 (Humaerah,
2015). Di daerah dataran rendah, tanaman cabai dapat dipanen pertama kali pada
umur 70 - 75 hari setelah tanam, sedangkan waktu panen pertama di dataran tinggi
biasanya lebih lambat yaitu mulai umur 4 – 5 bulan setelah tanam.

2.1.2. Manfaat Cabai


Tanaman cabai memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :
1. Menurunkan berat badan Cabai mengandung capsaicin yang akan
mempercepat metabolisme dan membantu tubuh membakar kalori lebih
cepat.
2. Menyehatkan jantung Cabai menyehatkan jantung, dengan cara mencegah
pembekuan darah. Kadar kolesterol jahat dapat mencegah oksidasi yang bisa
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
3. Melancarkan sirkulasi rasa pedas pada cabai akan melancarkan sirkulasi dan
menurunkan tekanan darah. Cabai juga membantu menguatkan dinding
pembuluh darah karena kandungan vitamin A dan C.
4. Antikanker Capsaicin memperlambat pertumbuhan sel kanker, sel kanker
mati tanpa merusak sel sehat di sekitarnya.
5. Meningkatkan fungsi cerna manfaat cabai dalam saluran cerna adalah
meningkatkan sirkulasi darah di perut.
10

6. Flu Capsaicin membantu meningkatkan pengeluaran keringat, membantu


membuka jalan napas, mengurangi sinusitis, dan gejala flu.
7. Menjaga mood Cabai merah meningkatkan level endorfin dan serotonin yang
menghilangkan nyeri dan memberi perasaan nyaman.
8. Melancarkan pernapasan rasa pedas pada cabai bertindak seperti espektoran
dan membantu penderita asma, bronkitis kronik, sinusitas, dan penyakit
pernapasan.

2.1.3. Pengolahan Usaha Tani Cabai


Budidaya tanaman cabai perlu pemilihan lokasi penanaman yang tepat agar
hasil usaha tersebut mendatangkan hasil yang digunakan Tanaman cabai
memerlukan persyaratan tumbuh yang sesuai dengan hidupnya, walaupun
tanaman ini memiliki daya penyesuaian yang cukup baik. Tanaman cabai dapat
tumbuh subur diberbagai ketinggian tempat, mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, tergantunng varietasnya. Sebagian besar sentra produsen cabai
berada didataran tinggi dengan ketinggian 1.000-1250 mdpl.
Menurut Alex S (2011) Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau
menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas
cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000-
100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama
dengan varietas cabai lainnya. Cabai rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi,
maupun di dataran rendah. Bertanam cabai rawit dapat memberikan nilai ekonomi
yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh-sungguh Satu hektar
tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena tananan
cabai rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama
musim tanam Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada
ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100
cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai,
letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit,
tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna
hijau.
11

Menurut Alex S (2011) Cabai hijau besar merupakan salah satu jeni cabai
yang sering digunakan dalam masakan. Ada empat jenis cabai yang beredar di
pasaran, yaitu cabai merah besar dan cabai merah hijau besar. Biasanya cabai
hijau besar ini digunakan sebaga pelengkap masakan, begitu juga dengan cabai
merah. Karakteristik cabai hijau besar Bunga putih, permukaan buah rata dan
hlus, diameter sedang – besar, kulit daging buah tebal, berumur genjah dan dapat
tumbuh di berbagai ketinggian.
Untuk mendapatkan cabai yang kualitas tinggi kita harus mengetahui yang
syarat tumbuh yang diinginkan oleh cabai. Adapun syarat nya sebagai berikut:
1. Tanah
 Gembur
 Subur atau banyak mengandung zat makan
 Pembuangan airnya baik (tidak tergenang), dan banyak mengandung
humus
2. Tempat Tumbuh (Daerah)
 Dataran rendah
 Dataran tinggi
3. Iklim tanaman cabai dapat tumbuh, baik pada daerah yang kurang hujan
maupun yang sering hujan. Suhu udara yang diperlukan tanaman ini adalah
berkisar antara 25 derajat-31 derajat celcius.
Pertumbuhan tanaman cabai yang baik dan hasil produksinya tinggi
merupakan dambaan dan harapan kita semua. Untuk mencapai tahapan tersebut
kita harus melakukan kegiatan bercocok tanam cabai yang menggunakan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Pengolahan tanah dapat dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25-30
cm hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu biarkan 7-14 hari untuk
mendapatkan sinar matahari. Pada saat pembuatan bedeng, lebar bedeng 100-
120 cm, tinggi bedeng 20-30 cm, dan jarak antara bedeng dengan bedeng
lainnya 30 - 45 cm. Arah bedeng memanjang ke utara selatan.
12

2. Persemaian
Pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau calon
tanaman yang baik.
3. Penanaman
Bibit tanaman cabai yang telah berumur 1 bulan segera ditanam. Penanaman
sebaiknya pada sore hari agar tanaman tidak layu ciri-ciri bibit yang siap
tanam adalah sebagai berikut:
 Telah berumur satu bulan
 Tidak terserang hama dan penyakit
Pertumbuhan tanaman seragam cara penanaman
 Siram bibit yang akan ditanam
 Pilih bibit yangakan ditanam
 Lepaskan bumbung atau pelastik dari bibit
 Padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang
agar tidak rebah
4. Pemeliharaan tanaman
 Penyiraman penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau di sesuaikan dengan
keadaan tanah.
 Penyiangan rumpu liar yang tumbuh disekita tanaman harus dicabit atau di
siang dengan kored atau sabit.
 Pemupukan jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam satu hektar adalah -
urea = 200 kg -tsp =200 kg -kci = 150 kg
 Hama dan penyakit hama yang sering menyerang
5. Panen
Panen merupakan kegiatan yang dinanti-nanti untuk menikmati jerih
payah selama penanaman. Produksi cabai hampir sama dengan cabai besar, hanya
saja umur cabai rawit lebih lama yaitu 2-3 tabun, sehingga produksi cabai rawit
lebih tinggi dari pada cabai besar. Cabai dapat dipanen hijau dan dipanen merah
atau sudah masak. Bila cabai di panen hijau, cabai kelihatan bernas dan berisi.
Pemanenan cabai dapat dilakukan 4-7 hari sekali atau tergantung pada situasi
harga pasaran.
13

2.1.4. Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang mengkaji tentang cara
penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian
untuk mendapatkan produksi yang sebanyak – banyaknya (Agustina, 2011).
Menurut Adiwilaga (1982) dalam Agustina (2011), ilmu usahatani merupakan
ilmu yang mengkaji tentang cara seorang petani melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan pertanian dan permasalahan yang ditinjau dari kedudukan
usahanya dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan miliknya.
Terdapat empat bentuk aplikasi sistem usahatani campuran yaitu: 1) sistem
usahatani yang dilakukan secara alami maupun berdasarkan budaya oleh
masyarakat setempat, 2) sistem usaha tani dengan tidak menggunakan ternak, 3)
sistem usahatani dengan melibatkan ternak, dan 4) sistem usaha yang
menggunakan modal tenaga kerja dan lahan. Keseluruhan sistem usahatani
tersebut mempunyai akibat dan resiko usaha dimasa depan (Hamka, 2010).
Menurut Saeri (2018) dalam Zaman, dkk (2020), sistem usahatani dapat
digolongkan menjadi :
1. Sistem penggunaan lahan, yaitu sistem dalam usahatani di mana petani
menggunakan lahan untuk menanam berbagai macam tanaman sesuai
kemampuan dan keinginannya, seperti menanam tomat, cabe, padi, sayuran
dan lain - lain.
2. Sistem produksi ternak, yaitu sistem usahatani di mana petani menggunakan
lahannya untuk memelihara ternak dan ikan sesuai kemampuan dan
keinginannya.
3. Sistem rumah tangga petani, yaitu petani tidak melakukan kegiatan pertanian
(off farm) akan tetapi petani menggunakan lahannya untuk membuat usaha
diluar pertanian seperti mendirikan warung makan, bengkel motor dan
menjual barang campuran.
Usahatani bukan hanya kelompok tanaman, hewan, peralatan maupun
tenaga kerja, akan tetapi usaha tani merupakan hubungan yang kompleks antara
pengaruh dan input yang dikelola oleh petani sesuai dengan kemampuannya.
Usahatani perkebunan merupakan semua aktivitas yang membudidayakan
14

tanaman tertentu dilahan perkebunan dengan menggarap dan memasarkan barang


dan jasa dari hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan, teknologi, modal serta tata kelola yang baik, untuk memenuhi
kesejahteraan masyarakat. Tanaman yang dibudidayakan berukuran besar dengan
waktu penanaman yang relatif lama, ada yang kurang dari satu tahun bahkan
ada yang sampai tahunan untuk dapat berproduksi. Di Indonesia, usahatani di
kategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat.
b. Mempunyai sumber daya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang
rendah.
c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten.
d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya
(Shinta, 2011).
Klasifikasi usahatani terbentuk karena adanya perbedaan beberapa faktor
dalam kegiatan pertanian, pertama yaitu faktor fisik yang terdiri dari letak
geografi dan topografi suatu lahan, kondisi iklim dan jenis tanah yang dapat
menyebabkan perbedaan tanaman yang dapat ditanam oleh para petani. Kedua
yaitu faktor ekonomis yang terdiri dari biaya, modal yang dimiliki petani,
penawaran pasar, permintaan pasar dan resiko yang dihadapi. Sehingga faktor
ekunomis tersebut akan memberikan batas kepada petani dalam melakukan usaha
tani. Yang ketiga yaitu faktor lainnya yang terdiri dari kondisi sosial, hama dan
penyakit tanaman dan lain-lain yang juga dapat menghambat kegiatan usahatani
yang dilakukan oleh para petani. Ketiga faktor tersebut akan menentukan para
potani dalam melakukan kegiatan usahatani. Menurut Ken Suradiyah (2015)
dalam Saeri (2018) klasifikasi usahatani dapat dibagi menjadi empat bagian,
antara lain :
1. Corak dan sifat kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani menurut corak
dan sifatnya terbagi menjadi dua yaitu subsisten dan komersial. Usahatani
yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri disebut subsiten
sedangkan usaha tani yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan
memperhatikan kualitas dan kuantitas hasil produksinya di sebut usaha tani
15

komersial.
2. Organisasi Usahatani menurut organisasinya dapat dibagi kedalam tiga
kelompok. Pertama yaitu individual, dimana dalam melakukan kegiatan
usahatani seluruh proses mulai dari perencanaan, pengelolaan lahan,
penanaman, perawatan, pemanenan hingga pemasaran dilakukan sendiri
beserta keluarganya. Kedua kolektif, dimana dalam proses usahatani
dilakukan oleh suatu kelompok. Ketiga kooperatif, usahatani yang prosesnya
dikerjakan sendiri, hanya saja ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok seperti halnya pemasaran, pembelian saprodi dan lain-lain.
3. Pola usahatani menurut pola yang dilakukan di bagi kedalam tiga kelompok.
Pertama yaitu pola khusus, usahatani ini hanya melakukan satu cabang dalam
kegiatan usahataninya seperti usahatani tanaman pangan, usahatani
hortikultura, usahatani peternakan dan lain-lain. Kedua, pola tidak khusus
yaitu melakukan beberapa cabang usahatani secara bersama- sama akan tetapi
memiliki batas yang jelas. Ketiga, usahatani campuran yaitu melalukan
beberapa cabang usahatani dalam satu lahan tanpa ada batas. Seperti mina
padi, tumpang sari dan lain-lain.
4. Tipe-tipe usahatani dapat dilihat dari berdasarkan komoditas yang di
usahakan, seperti halnya usahatani jagung, usahatani padi, usahatani kambing
dan lain-lain.
Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan usahatani, misalnya
faktor internal yang melekat pada usahatani itu sendiri, seperti individu
petani, kelembagaan petani, tanah yang digunakan dalam usahatani, tenaga
internal keluarga dan eksternal keluarga, biaya dan modal, tingkat penguasaan
teknologi, besaran biaya belanja keluarga, sedangkan faktor eksternal usahatani
berupa ketersediaan sarana transportasi, sarana komunikasi, kemudahan pelaku
usaha tani dalam mendapatkan informasi dan ketersediaan fasilitas kredit yang
dapat di akses oleh petani (Supristiwendi dan Monika, 2015 dalam Zaman, dkk,
2020).
16

Faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan usahatani adalah faktor alam.


Faktor alam dibagi menjadi dua, yaitu: (1) faktor tanah, tanah merupakan faktor
yang sangat penting dalam kegiatan usaha tani karena tanah merupakan tempat
tumbuhnya tanaman. Tanah merupakan faktor produksi yang istimewa karena
tanah tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat berubah tempat, (2) faktor iklim,
iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan baik ternak maupun
tanaman. Iklim dengan jenis komoditas yang akan diusahakan harus sesuai agar
dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dan manfaat yang baik. Faktor iklim
juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi (Suratiyah, 2015).
1. Biaya Usahatani
Biaya memegang peranan yang penting dalam kegiatan usahatani.
Usahatani dapat dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi semua
kewajiban membayar semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
usahatani. Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan
(opportunity cost). Konsep ini tetap digunakan dalam analisis biaya
produksi. Berkaitan dengan konsep tersebut dikenal istilah biaya eksplisit
dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar keluar dari
kantong petani untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, membayar upah
tenaga kerja dan lain-lain. Biaya implisit adalah biaya yang sebenarnya ada
dan harus ditanggung oleh petani, meskipun tidak terdapat transaksi keuangan
secara langsung. Misalnya biaya penyusutan alat, dihitung dalam analisis
usahatani, meskipun tidak dikeluarkan secara langsung. Begitu juga dengan
tenaga kerja keluarga dalam kegiatan usahatani (Raharja dan Manurung,
2008).
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan
barang yang dihasilkan, dimana didalamnya terdapat unsur biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan
demikian biaya produksi merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk
mendapatkan faktor - faktor produksi dan bahan baku yang akan digunakan
untuk menghasilkan suatu produk (Hansen dan Mowen, 2000). Biaya adalah
semua pengeluaran produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
17

bahan-bahan penunjang lainnya yang akan di dayagunakan dalam


menghasilkan produk-produk yang direncanakan. Biaya produksi dapat
dibedakan menjadi:
a. Biaya Variabel (Variable Cost - VC)
Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah
sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya
variabel berubah menurut tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau
tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya
variabel dalam usahatani seperti biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-
obatan serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan
perhitungan volume produksi.
b. Biaya Tetap (Fixed Cost — FC)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
(dalam batas tertentu). Artinya biaya yang besarmya tidak bergantung
pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk
biaya tetap seperti gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah alat
dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.
c. Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit dapat disebut sebagai biaya tegas, yaitu
pengeluaran-pengeluaran pihak produsen berupa pembayaran dengan
uang atau cek untuk memperoleh faktor-faktor produksi atau bahkan
penunjang lainnya.
d. Biaya Implisit
Biaya implisit yaitu biaya taksiran pengeluaran atas faktor-faktor
produksi yang dimiliki produsen itu sendiri, seperti modal sendiri yang
digunakan untuk kegunaan produksi dan sebagainya. Secara matematis
untuk mengetahui biaya total produksi usaha tani dapat dirumuskan
sebagai berikut (Sutrisno, 1988).
18

Keterangan :
TC = Total pendapatan (Total Cost)
= Jenis input yang digunakan
= Harga input ke- i (Rp)
i = 1,2,3,… n
2. Penerimaan Usahatani
Soekartawi (1995), menyatakan penerimaan adalah jumlah total dari
output suatu kegiatan usaha yang besarnya merupakan hasil dari perkalian
antara harga per satuan dengan jumlah output yang dihasilkan. Total
Revenue (TR) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan
outputnya dikalikan dengan harga jual output. Menurut Sutrisno (1998),
penerimaan usahatani adalah hasil produksi fisik output yang dinyatakan
dalam jumlah uang, diperoleh dengan cara mengalikan output. Secara
matematisnya dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan :
TR = Total Penerimaan (Total Revenue) (Rp).
= Jumlah Output (Kg).
= Harga persatuan Output (Rp).
i = 1,2,3,….n
3. Pendapatan Usahatani
Soekartawi (1995) mengatakan bahwa pendapatan usahatani adalah
selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dimana pendapatan dapat
dihitung dengan dengan nilai input total atau disebut juga biaya. Selanjutnya
Sutrisno (1998), menyatakan perbedaan antara penerimaan usahatani dengan
biaya usahatani disebut dengan pendapatan usahatani, secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut :
19

I = TR – TC

Keterangan
I = Income (Pendapatan) (Rp/panen)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total biaya produksi) (Rp)
= Jumlah output (Rp)
= Harga persatuan output (Rp)
= Jenis input yang digunakan
= Harga input ke – i (Rp)
I = 1,2,3,….n

2.1.5. Peran
1. Pengertian Peran
Secara etimologi peran berarti sesorang yang melakukan tindakan yang
dimana tindakan tersebut diharapkan oleh masyarakat lain. Artinya setiap
tindakan yang dimiliki setiap individu memiliki arti penting untuk sebagian orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:2) peran diartikan
sebagai bagian yang dimainkan dalam suatu kegiatan dalam adegan film,
sandiwara dengan berusaha bermain baik dan secara aktif dibebankan kepadanya.
Selain itu di KBBI juga menyebutkan peranan merupakan tingkah seorang pemain
yang memiliki sifat yang mampu menghasilkan dan menggerakan sesuatu hal
yang baik ke dalam sebuah peristiwa. Peran merupakan perpaduan antara berbagai
teori, orientasi maupun disiplin ilmu yang digunakan dalam dunia sosiologi, peran
merupakan istilah yang biasanya digunakan dalam dunia teater yang mana
seorang aktor harus bermain sebagai tokoh tertentu dan membawakan sebuah
perilaku tertentu, dalam hal ini posisi seorang aktor tersebut disamakan dengan
posisi seorang masyarakat dan keduanya memiliki posisi yang sama (Sarlito,
2015: 215).
20

Sedangkan menurut Raho (2007: 67) peran didefinisikan sebagai pola


tingkah laku yang dari seseorang yang menduduki status tertentu, dalam hal ini
juga berkaitan dengan hubungan berdasarkan peran yang dimiliki seseorang yang
menduduki status sosial tertentu. Peran sebuah gambaran interaksi sosial dalam
terminilogi aktor-aktor yang bermain sesuai yang telah ditetapkan, berdasarkan
dengan teori ini harapan dari peran menjadi pemahaman bersama yang menuntun
individu untuk berperilaku dalam kesehariannya, seseorang yang mempunyai
peran tertentu misalnya sebagai dokter, guru, mahasiswa, orang tua, laki-laki
maupun wanita, diharapkan seseorang yang mempunyai peran tersebut
berperilaku sesuai dengan perannya Cahyono (2008: 194).
Selain itu, Ahmad dan Taylor (2009: 554) menyatakan bahwasannya
lingkungan organisasi juga dapat mempengaruhi harapan setiap individu
mengenai perilaku peran mereka, harapan tersebut berupa norma ataupun tekanan
untuk bertindak dalam cara tertentu sehingga individu tersebut akan menerima
pesan tersebut serta merespon dengan berbagai cara, namun masalah akan muncul
ketika pesan tidak tersampaikan dengan jelas dan tidak dapat diterima dengan
mudah, serta tidak sesuai dengan daya tangkap si penerima pesan yang akan
mengakibatkan pesan tersebut dinilai ambigu dan ketika hal ini terjadi maka
individu akan merespon dengan cara tidak sesuai dengan harapan si pengirim
pesan.
Menurut Soekanto (2012: 212) menyebutkan arti peran yang merupakan
aspek dinamis kedudukan (status). Peran adalah suatu pekerjaan yang dilakukan
seseorang berdasarkan status yang disandang. Meskipun setiap tindakan untuk
menunjukkan peran berdasarkan status yang disandang tapi tetap dalam koridor
keteraturan yang berbeda yang menyebabkan hasil peran dari setiap orang
berbeda.
Menurut Berry (2009: 105) menyebutkan bahwa peran sekumpulan
harapan yang dibebabnkan kepada sseorang individu atau kelompok yang
sedang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut bisa timbul
dari masyarakat ataupun yang sedang menduduki posisi tersebut.
Apabila seorang sudah melakukan hak serta kewajibannya didalam
21

kedudukan yang ia miliki, berarti ia sedang menjalankan peran. Adanya peran


dihasilkan dari banyak sekali latarbelakang, peran dan kedudukan dua aspek
yang tidak mungkin terpisahkan. Adanya peran berarti kedudukan sudah
mendasari setiap tindakan atau peran yang dihasilkan sesuai kesempatan yang
diberikan dalam suatu masyarakat kepadanya. (Siagian (2012: 212)
Sedangkan menurut Rivai (2004: 148) menyebutkan bahwasannya
peranan adalah sebuah perilaku yang diatur dan diharapkan oleh seseorang
dalam posisi tertentu. Adapun pendapat lain mengatakan peran adalah sebuah 8
kumpulan perilaku yang dihubungkan dengan jabatan atau kedudukan.
Sehingga dapat disimpulkan peran adalah aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk menghasilkan suatu perubahan
yang iinginkan oleh masyarakat berdasarkan kedudukan atau jabatan yang
dimiliki seseorang atau sekumpulan orang tersebut.

2. Jenis Peran
Mengacu pada penjelasan di atas, peran dapat dibagi menjadi tiga jenis.
Menurut Soekanto (2012: 214), adapun jenis-jenis peran adalah sebagai berikut:
1) Peran Aktif
Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif dalam tindakannya
pada suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat atau diukur dari
kehadirannya dan kontribusinya terhadap suatu organisasi.
2) Peran Partisipasif
Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang berdasarkan
kebutuhan atau hanya pada saat tertentu saja.
3) Peran Pasif
Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh individu.
Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai simbol dalam kondisi tertentu di
dalam kehidupan masyarakat.
22

2.1.6. Peran Wanita


Pada umumnya masyarakat di Indonesia, pembagian kerja antara lelaki
dan perempuan menggambarkan peran perempuan Basis awal dari pembagian
kerjamenurut jenis kelamin ini tidak diragukan lagi terkait dengan kebedaan
perandan perempuan dalam fungsi reproduksi. Dalam masyarakat
mempresentasikan peranyang ditampilkan oleh seorang perempuan Analisis peran
perempuan dapat dilakukan dari perspektif posisi mereka dalam berurusan dengan
pekerjaan produktif tidak langsung (domestik) dan pekerjaan produktif langsung
(publik), yaitu sebagai berikut :
1. Peran Tradisi menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi (mengurus
rumah tangga, melahirkan dan mengasuh anak, serta mengayomi suami).
Hidupnya 100% untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, yaitu
perempuan di rumah dan lelaki di luar rumah.
2. Peran transisi mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain.
Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan
keharmonisan dan urusan rumahtangga tetap tanggung jawab perempuan.
3. Dwiperan memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu
menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting Dukungan
moral suami pemicu ketegaran atau sebaliknya keengganan suami akan
memicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atau terpendam.
4. Peran egalitarian menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan di
luar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk
menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan Jika
tidak, yang terjadi adalah masing-masing akan saling ber argumentasi untuk
mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidak nyamanan suasana kehidupan
berkeluarga.
5. Peran kontemporer adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam
kesendirian. Jumlahnya belum banyak. Akan tetapi benturan demi benturan
dari dominasi lelaki atas perempuan yang belum terlalu peduli pada
kepentingan perempuan mungkin akan meningkatkan populasinya (Aida
Vitalaya, 2010:145)
23

2.1.7. Ekofeminisme
Secara etimologi ekofeminisme berasal dari kata ekologi dan feminis.
Ekologi berasal dari bahasa Yunani Oikos (rumah atau tempat hidup) dan Logos
(ilmu), yang artinya ekologi adalah tempat tinggal bagi semua yang ada di bumi
seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, dan tanah (Lia Andriani, 2021).
Ekologi juga disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang hubungan antara
organisme dan lingkungannya, atau ilmu yang mempelajari tentang pengaruh
faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Demikian dapat diartikan bahwa ekologi
adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan alam, dari guna
makhluk hidup memperoleh sesuatu memenuhi kebutuhan hidupnya (Mohammd
Soerjani,2018). Sedangkan feminisme adalah sebuah gerakan sosial yang
menuntut persamaan dan kesetaraan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan
kaum laki-laki (Aji S dan Risma K N, 2020). Feminisme juga disebut sebagai
antara kaum sebuah gerakan kesetaraan gender perempuan dan laki-laki, baik
dalam ranah domestik maupun ranah publik. Feminisme secara luas harus
dipahami sebagai gerakan kemanusiaan demi keadilan sosial. Karena, pada
hakikatnya feminisme adalah gerakan perlawanan, ketidakadilan, anti penindasan,
dan kekerasan terutama yang terjadi pada kaum perempuan.
Secara terminologis ekofeminisme adalah sebuah gagasan mengenai
adanya keadilan bagi kaum perempuan dan alam karena masalah krisis ekologis
yang berasal dari dominasi patriarki, dominasi terhadap alam dan kaum
perempuan, dan persoalan ekologis yang dikaitakan secara multidimensional
Ekofeminisme melihat keterkaitan antara perempuan dan alam, karena perempuan
secara langsung mengalami masalah krisis ekologi serta perempuan juga dianggap
memiliki keahlian serta pengetahuan lebih dalam bidang ekologi dibandingkan
dengan laki-laki. Oleh sebab itu perempuan dapat dijuluki sebagai garda terdepan
yang paling siap dalam mengatasi krisis ekologi, dengan naluri bawaan yang
dimiliki mampu membentuk komunitas tanpa adanya sebuah kekerasan.
Kedua gerakan tersebut hendak membangun sebuah pandangan terhadap
dunia prakteknya yang tidak berdasarkan patriarki dan dominasi. Karena kedua
gerakan tersebut saling berkaitan antara dominasi terhadap kaum perempuan dan
24

dominasi terhadap alam. Sehingga ekofeminisme berusaha menunjukan relasi


antara semua bentuk penindasan manusia khususnya kaum perempuan dan alam.
Karena dalam hal ini ekofeminisme memandang bahwa kaum perempuan secara
kultural dikaitkan dengan alam.
Usaha pelestarian lingkungan dimengerti sebagai kesediaan manusia
mengakui keterbatasannya, bahwa ia tidak pernah dapat memahami sepenuhnya
kerja dunia dan semua unsurnya. Maka manusia mau bekerjasama dengan alam
lingkungan untuk mengarahkan hidup ini secara bersama-sama kepada
kesejahteraan seluruh anggota komunitas dunia, itu berarti mengakui dan
menghargai hak hidup setiap makhluk sebagai subyek yang mandiri dan
bermartabat dalam dunia yang konkret integral (Darmawati, 2002).
Feminisme muncul untuk menanggapi masalah ketimpangan antar jenis
kelamin, diskriminasi, penindasan, dan kekerasan terhadap perempuan. Gerakan
feminisme dan ekologis mempunyai tujuan yang saling memperkuat, keduanya
hendak membangun pandangan terhadap dunia prakteknya yang tidak berdasarkan
model-model yang patriarkhis dan dominasi-dominasi. Ada kaitan yang sangat
penting antara dominasi terhadap perempuan dan dominasi terhadap alam.
Kehancuran ekologi saat ini akibat pandangan dan praktek yang andosentris.
Kaitan antara feminisme dan lingkungan hidup adalah historis kausal. Para filsuf
ekofeminisme berpendapat konsep dasar dari dominasi kembar terhadap alam dan
perempuan adalah dualisme nilai dan hirarki nilai. Maka peran etika feminisme
dan lingkungan hidup adalah mengekspos dan membongkar dualisme ini serta
menyusun kembali gagasan filosofis yang mendasarinya (Darmawati, 2002).
Ekologi merupakan kajian yang menaruh perhatian kepada keterkaitan
antara kehidupan manusia dan lingkungannya. Ellen Swallow (1842-1911) adalah
penemu ilmu lingkungan. Teori-teori feminis mengenai lingkungan dan perilaku
memberikan bukti kuat mengenai biaya yang dibebankan kepada perempuan yang
tinggal di lingkungan terutama di kota-kota yang tidak siap mengakomodasi
partisipasi perempuan dalam angkatan kerja atau perubahan pola keluarga. Sebuah
paradigma besar yang menuntun untuk riset feminis dan keadilan lingkungan
adalah konsep mengenai akses yang setara atas rumah, transportasi dan layanan
25

publik bagi perempuan. Ekofeminisme biasanya dianggap sebagai bagian dari


feminism kultural. Susan Griffin menyatakan bahwa envoronmentalisme ekologis
atau yang ilmiah menekankan pada arti pentingnya mempertahankan lingkungan
biologis atau fisik; dan bahwa lingkungan humanistik menekankan
ketidakcocokan ilmu modern dan perkembangan teknologis dengan prinsip-
prinsip kemanusiaan (Griffin, 1978). Sementara itu, kalangan feminis radikal
sendiri sangat memberikan respek kepada alam yang non-manusia, sebagaimana
yang terlihat dalam karya Firestone, „The Dialectic of Sex‟ (1970) yang
mengkaitkan antara feminisme dengan ekologi. Kalangan feminis radikal lainnya
mengkaitkan antara ekologi dengan komunitas spiritual perempuan bersama
dengan alam yang non-manusia (Humm, 2002).
Ekofeminisme adalah sebuah istilah baru untuk gagasan lama yang
tumbuh dari berbagai gerakan sosial yakni gerakan feminis, perdamaian dan
ekologi pada tahun 1970an dan awal 1980-an. Namun baru menjadi popular
dalam kaitannya berbagai proses dan aktivitas menentang perusakan lingkungan
hidup, yang semula dipicu oleh bencana ekologis yang terjadi secara berulang-
ulang. Ekofeminisme merupakan suatu keterkaitan dan keseluruhan dari teori dan
praktek. Hal ini menuntut kekuatan khusus dan integritas dari setiap unsur hidup.
Bila kita berbicara tentang ekofeminisme maka kita berbicara tentang adanya
ketidakadilan di dalam masyarakat terhadap perempuan. Ketidakadilan terhadap
perempuan dalam lingkungan ini berangkat pertama-tama dari pengertian adanya
ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia terhadap non-manusia atau alam.
Karena perempuan selalu dihubungkan dengan alam maka secara konseptual,
simbolik dan linguistik ada keterkaitan antara isu feminis dan ekologis..
Menurut seorang ekofeminis, Karen J Warren (dalam Arivia, 2002)
mengatakan bahwa keterkaitan tersebut tidak mengherankan mengingat bahwa
masyarakat kita dibentuk oleh nilai, kepercayaan, pendidikan, tingkah laku yang
memakai kerangka kerja patriarkhi, dimana ada justifikasi hubungan dominasi dan
subordinasi, penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki. menurutnya, kerangka
kerja tersebut berjalan sebagai berikut: (1) cara berpikir dengan nilai hirarkhis,
misalnya, “atas-bawah”, cara berpikir yang menempatkan nilai, prestise, status
26

sebagai yang “atas” dan yang lainnya “bawah”; (2) nilai dualisme, misalnya
bersikap oposisional (bukan saling melengkapi), ekslusif (bukan inklusif), status
dan prestise menjadi dasar dualisme ini, dualisme yang memberikan nilai pada
“akal”, “rasio”, “laki-laki” dan bukan pada “tubuh”, “emosi”, dan “perempuan”;
dan (3) penekanan pada logika dan dominasi, misalnya, struktur argumentasi yang
membenarkan subordinasi (Warren, 1996).
Warren sangat yakin bahwa cara berpikir hirarkhis, dualistik, dan
menindas adalah cara berpikir maskulin yang telah mengancam keselamatan
perempuan dan alam. Kenyataannya memang perempuan selalu di “alam-kan”
atau di “feminin-kan”. Di “alam-kan” bila diasosiasikan dengan binatang
misalnya, ayam, kucing, ular. Sementara itu perempuan di “feminin-kan”
berkaitan dengan aktivitas seperti diperkosa, dipenetrasi, digarap, dikesploitasi,
dan lain-nya yang sejenis. Perhatikan bahwa kata-kata tersebut adalah kata-kata
yang dipakai dalam menunjukkan aktivitas yang berhubungan dengan alam.
Misalnya tanah yang digarap, bumi yang dikuasai, dan hutan yang diperkosa,
tambang yang dieksploitasi. Jadi tidak mengada-ada jika perempuan dan alam
mempunyai kesamaan semacam simbolik karena sama-sama ditindas oleh
manusia yang berciri maskulin. Atas dasar pemikiran tersebut maka para feminis
harus menyadari keterkaitan antara perempuan dengan alam. Hal yang lebih
penting dan perlu digarisbawahi di sini adalah menyadari adanya hubungan
kekuasaan yang tidak adil, adanya model relasi dominasi di dalam wacana
lingkungan hidup yang sama persis dengan wacana perempuan. Langkah
selanjutnya, adalah juga, untuk tidak menginterpretasikan karakteristik perempuan
dengan alam yang melemahkan perempuan, misalnya dengan menarik kesimpulan
bahwa “dengan demikian perempuan karena secara karakteristik sama dengan
alam, maka, ia bersifat sebagai perawat, penjaga dan pelestarialam” . Itu artinya
tugas tersebut didefinisikan bukan karena keasadaran tapi karena konstruksi
sosial. Pemikiran yang ingin mengembalikan perempuan kepada ranah domestik
dengan stereotip yang membelenggu dan merugikan inilah yang amat berbahaya
karena bermain di “menyanjung” dan “menindas” perempuan. Para ekofeminisme
tidak ingin mengembalikan perempuan pada argumentasi mitos, stereotop dan
27

domistikasi, akan tetapi ingin melihatnya sebagai argumentasi berdasarkan


kesadaran feminis, yakni, melihat adanya relasi yang harus imbang di dalam
masyarakat, demikian pula relasi di dalam wacana lingkungan.
Wawasan yang disumbangkan oleh ekofeminisme pada dunia sosiopolitik
adalah kebutuhan penting untuk berbagi dalam masa kita. Dalam berbagi, kita
perlu mengendalikan diri untuk memberikan kesempatan bagi yang lain.
Ekofeminisme juga sangat menekankan perlunya mengakhiri permainan kekuatan,
dan mulai berbagi serta membangun solidaritas antar penghuni Oikos, sehingga
setiap penghuni dapat tinggal dengan aman dan damai bersama-sama. Semangat
untuk berbagi sungguh menjadi dasar untuk bertahan hidup dan membangun
segalanya diperlukan hubungan cinta kasih dan keadilan, yang kesemuanya
dipanggil untuk membangun kebudayaan dengan gaya hidup yang eco-friendly
serta women-friendly.

2.1.8. Partisipasi
Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke
dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui
berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,
kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama (Wazir, 2008).
Partisipasi masyarakat adalah keikut sertaan masyarakat dalam proses
identifikasi masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevakuasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007).
Theodorson dan Mardikanto (2007) mengemukakan bahwa dalam
pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan
seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu
keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi
secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu partisipasi akan
lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok
28

sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan


atau profesinya sendiri.
Mikkelsen (2011) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:
a) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan; b) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat
peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan
untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan; c) Partisipasi adalah keterlibatan
suka rela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri; d) Partisipasi
adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok
yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasan untuk melakukan
hal itu; e) Partisipasi adalah pemantapan dialog atau masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks local, dan dampak-dampak sosial; f)
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan,
dan lingkungan mereka.
Dari empat pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi diatas, dapat
dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau
sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk kontribusi secara sukarela
dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring sampai pada tahap evaluasi. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh
(Conyers, 2009) sebagai berikut:
1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal;
2) Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaan, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut;
3) Bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
29

Kondisi-kondisi yang mendorong partisipasi antara lain: 1) orang akan


berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktifitas yang dilaksanakan
penting; 2) orang harus merasa bahwa aksi-aksi mereka akan membuat perubahan;
3) berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai; 4) orang harus bisa
berpartisipasi dan didukung oleh partisipasinya; 5) struktur dan proses tidak boleh
mengucilkan (Ife dan Tesoriero, 2008).
Menurut Mardikanto (1987), mengemukakan tentang adanya kegiatan
yang menunjukkan partisipasi masyarakat didalam kegiatan pembangunan, yaitu:
1. Partisipasi dalam perencanaan, merupakan partisipasi masyarakat secara
langsung didalam proses pengambilan keputusan tentang program
pembangunan diwilayah lokal (setempat).
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan merupakan pemerataan sumbangan
masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan uang tunai yang sepadan dengan
manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang
bersangkutan.
3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur
terpenting dalam pembangunan. Sebab, tujuan pembangunan adalah untuk
memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil
pembangunan merupakan tujuan utama. Pemanfaatan hasil akan merangsang
kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam
setiap program pembangunan yang akan datang.

Menurut Arnstein dalam Azhari (2011), kategori tingkat partisipasi


masyarakat dapat dibagi sebagai berikut:
a. Partisipasi Rendah (Nonparticipation), klasifikasi ini dikatakan sebagai bukan
peran serta, masyarakat hanya dijadikan sebagai obyek suatu kegiatan.
b. Partisipasi Sedang (Tokenism), klasifikasi pada level ini menurut Arnstein
adalah masuk ke dalam derajat Penghargaan dan Mengalah, yaitu saat masyarakat
sudah diajak bicara tentang keinginannya dan gagasannya, tetapi keputusan apa
yang akan diambil sepenuhnya berada di tangan pemerintah.
c. Partisipasi Tinggi (Citizen Power), klasifikasi yang dimaksud adalah apa yang
30

sebenarnya ada dalam gagasan Arnstein tentang peran serta masyarakat itu
sendiri, yaitu pada derajat kekuasaan masyarakat dimana sudah terjadi pembagian
hak, tanggung jawab dan wewenang antara masyarakat dan pemerintah
pengambilan dalam keputusan. Jadi peran serta masyarakat seharusnya
dirumuskan sebagai mengambil bagian dalam menentukan hal-hal menyangkut
yang mempengaruhi hidup dan penghidupan masyarakat itu sendiri.

2.1.9. Bentuk Partisipasi


Menurut Effendi (2007), partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi
vertikal dan partisipasi horizontal.
1. Partisipasi Vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat
yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak
lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.
2. Partisipasi Horizontal adalah di mana masyarakatnya tidak mustahil untuk
mempunyai prakarsa di mana setiap anggota/kelompok masyarakat.
berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan
pihak lain menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini
merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu
berkembang secara mandiri.

2.1.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu
keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat
keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda,
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Menurut Angel (dalam Ross, 2007),
mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecendrungan seseorang dalam
berpartisipasi, yaitu:
31

a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok
usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
b. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan
seluruh masyarakat.
c. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan
seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya.
Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari
dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,
harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.
d. Lamanya Tinggal
Lamanya seseorang tinggal dilam lingkungan tertentu dan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh
pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan
tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat
dalam partisipasi yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Holil (2006), unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang
juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah a) kepercayaan diri
masyarakat; b) solidaritas; c) tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat; d)
kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan
membangun atas kekuatan sendiri; e) prakarsa masyarakat atau prakarsa
perseorangan yang diterima dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat; f)
kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat
32

yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena
penunggangan oleh kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat;
g) organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha; h) musyawarah untuk mufakat
dalam pengambilan keputusan; i) kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap
masalah. Kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga
dapat berasal dari unsur luar/lingkungan.
Menurut Holil (2006) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi
masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu: 1) Komunikasi yang
intensif antara semua warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan
pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem
diluarnya; 2) Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan
keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang
menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi
masyarakat; 3) Kesempatan untuk berpatisipasi keadaan lingkungan serta
proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkirkan dan
mendorong terjadinya partisipasi sosial.

2.1.11. Kelompok Wanita Tani (KWT)


Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan
petani yang mana para anggotanya terdiri dari para wanita-wanita yang
berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan kelompok tani yang
lainnya. Kelompok wanita tani dalam pembinaannya diarahkan untuk mempunyai
suatu usaha produktif dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau
mengolah hasil-hasil pertanian, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga.
Wanita tani memiliki peranan penting dalam pengelolaan usaha tani termasuk
dalam hal ini usaha pengolahan hasil pertanian. Usaha yang dilakukan disela-sela
menunggu musim panen serta untuk menambah penghasilan bagi keluarga.
Pada dasarnya kelompok tani tidak bisa lepas dari pengertian kelompok itu
sendiri. Kelompok tani ialah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
33

sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha


anggota. Keanggotaan kelompok tani berjumlah 20-25 orang atau disesuaikan
dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usahataninya (Pusat Penyuluh
Pertanian, 2011).
Menurut Mulyana (2000). Menjelaskan bahwa kelompok ialah
sekumpulan orang yang mempunya tujuan bersama yang berinteraksi satu sama
lain untuk tercapai tujuan bersama, untuk mengenal antara anggota satu dengan
anggota yang lainnya serta diharapkan mereka memandang bahwa mereka bagian
dari kelompok tersebut. Menurut Santoso (2004) Kelompok tani memiliki satu
fungsi yaitu sebagai kelompok unit produkisi dimana unit sama dengan produksi
ini erat hubungannya dengan wadah kerja melaksanakan kegiatan secara bersama-
sama dapat dicapai efisiensi yang lebih tinggi baik dalam hal pengadaan sarana
produksi, perkreditan, dan pemasaran hasil.
Kelompok tani disebut juga pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama
yaitu orang yang melakukan usaha tani dibidang pangan, hortikultura, peternakan
dan perkebunan. Sementara pelaku usaha ialah setiap orang yang melakukan
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya
lainnya untuk dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraan sehingga mampu meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
lingkungan hidup.
Perbedaan kelompok wanita tani dan kelompok tani. Kelompok tani adalah
kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk atas dasar
kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk
mencapai tujuan bersama Nuryanti dan Swastika (2011), menjelaskan bahwa
secara umum, kelompok tani dibentuk untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi petani yang tidak bisa diatasi secara individu, kelompok tani dapat
dibentuk secara swadaya maupun atas dasar kepentingan kebijakan dari
pemerintah melalui Dinas Pertanian. sedangkan Kelompok Wanita Tani (KWT)
merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata,
34

disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan


anggotanya. Beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti
gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha tani
(Hermanto, 2007).
Adapun perbedaan yang terdapat pada kelompok tani dengan kelompok
wanita tani antara lain:
1. Anggota
Menurut Kurniyati (2014), bahwa anggota kelompok tani dapat berupa
petani dewasa dan petani muda, wanita dan pria. Anggota keluarga petani (istri
dan anak) yang berperan membantu kegiatan usaha tani keluarga tidak
dimasukkan menjadi anggota kelompok tani tetapi diarahkan membentuk
kelompok wanita tani atau pemuda tani. Anggota kelompok tani terdiri atas
sekumpulan orang yang berprofesi sebagai petani yang memiliki tujuan dan minat
yang sama. Sedangkan kelompok wanita tani terdiri atas sekumpulan wanita yang
mempunyai aktivitas di bidang pertanian atau istri dari petani yang memiliki
tujuan bersama untuk meningkatkan produktivitas tani dan kesejahteraan
anggotanya.
2. Pembinaan
Kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan
peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan
menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk
mengembangkan usaha taninya. Pengembangan tani dalam kelompok tani
diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok melaksanakan
fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan
agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi kuat dan mandiri Rendono (2012).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kelompok Wanita Tani


adalah sekumpulan wanita yang dibentuk untuk mempunyai aktivitas dalam
bidang pertanian yang tumbuh berdasarkan tujuan yang sama, keinginan yang
sama serta mengenal satu sama lain. Yang bertujuan untuk mampu menambahkan
pendapatan keluarga. Kegiatan kelompok tani merupakan perkumpulan yang
35

beranggotakan para petani desa tersebut. Meskipun tidak semua petani di desa
tersebut mengikuti kegiatan ini. Ketua kelompok tani dipilih dari salah seorang
petani yang dianggap memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ketua kelompok
tani yang terpilih diharapkan dapat menjalankan tugas dan kewajibannya antara
lain mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong untuk pengolahan lahan anggota
kelompok tani secará bergantian, mengkoordinasikan penjualan hasil produksi,
dan melakukan hubungan dengan pihak penyuluh maupun dinas pertanian.
Tohir (2008) mengatakan bahwa kerjasama Antara petani dan wanita tani
ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berkembangnya koperasi kredit
khususnya adalah berkat keaktifan kaum wanita petani. Karena merekalah yang
menentukan akan keperluan kredit untuk tata rumah tangga keluarga maupun tata
rumah tangga usaha tani. Sehingga dapat diartikan bahwa karakter wanita tani itu
sendiri mempunyai nilai yang positif, selain mengurusi rumah tangga, membantu
suami melaksanakan usaha tani nya dan sambil menunggu panen tiba disela-sela
waktunya mencoba melakukan usaha pengolahan hasil pertanian untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Wanita tani yang melakukan usaha pengolahan hasil
pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sudah barang tentu harus memiliki
keberanian untuk mengambil risiko apabila hasil olahannya tidak diterima
dipasaran/konsumen. Kemampuan untuk membaca dan menangkap peluang
tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan.
Namun dibalik hal tersebut menurut Eksi (2010) dimana permasalahan yang
dijumpai di lapangan bahwa: masyarakat desa terutama kaum wanita, mengalami
keterbatasan dalam permodalan, teknologi, dan organisasi yang berpengaruh
terhadap rendahnya produktivitas usaha, lemahnya posisi tawar menawar di pasar,
dan rendahnya tanggapan terhadap program pemerintah, sehingga partisipasi
kelompok menjadi rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik wanita
tani selain mempunyai kemauan untuk memperoleh penghidupan yang layak
melalui usaha pengolahan namun juga terkendala oleh berbagai permasalahan yang
melingkupinya antara lain wanita tani dengan tingkat keterampilan dan
pengetahuan yang cenderung belum optimal serta belum profesional dalam
pengolahan hasil pertanian. Anggota KWT merasakan bagaimana keikut sertaan
36

dalam KWT telah meningkatkan kualitas hidup mereka , dan banyak merasa bahwa
dampak sosial proyek tersebut merupakan hasilnya yang paling penting. Anggota
KWT menghargai kesempatan untuk berbagi waktu dengan perempuan lain secara
rutin. Mereka juga menjelaskan bahwa fokus untuk bekerja sama demi mencapai
tujuan bersama adalah faktor yang menentukan kesuksesan kegiatan yang mereka
lakukan (Strempel, 2011).
Food and Fertiliser Technology Centre (FFTC) menekankan pentingnya
mengembangkan kelompok wanita sebagai strategi untuk mengembangkan akses
perempuan terhadap informasi, meningkatkan kemampuan mereka untuk ikut
mengambil keputusan dan menciptakan kesempatan untuk membentuk kegiatan
bersama dalam usaha mengakses masukan ekonomi (FFTC, 2007).
Menurut Mosher (2008), salah satu syarat pelancar pembangunan
pertanian adalah adanya kerja sama kelompok tani. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa banyak hasil dan manfaat yang diperoleh dengan
dibentuknya kelompok tani, di antaranya adalah: semakin cepatnya perembesan
(difusi) inovasi atau teknologi baru, semakin meningkatnya orientasi pasar baik
yang berkaitan dengan input maupun produk yang dihasilkannya, serta dapat
memanfaatkan secara lebih optimal semua sumber daya yang tersedia. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa untuk memudahkan koordinasi dan pembinaan wanita
tani maka dibentuklah suatu Kelompok Wanita Tani (KWT). Kelembagaan KWT
ini dibentuk sebagai wadah para wanita tani agar dapat berhimpun, berusaha dan
bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui usaha bersama
dalam kelompok.

2.1.12. Pekarangan Pangan Lestari (P2L)


Badan Ketahanan Pangan (BKP) melalui pusat penganekaragaman
konsumsi dan Keamanan Pangan sejak Tahun 2020 sampai dengan tahun 2019
telah melaksanakan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dalam
upaya memperluas penerima manfaat dan pemanfaatan lahan sejak tahun 2020
kegiatan KPRL berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari atau disingkat P2L
(BKP Kementrian Pertanian, 2021).
37

Kegiatan P2L dilaksanakan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas,


dan pemanfaatan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan rumah
tangga dan mendukung program pemerintah penanganan lokasi prioritas intervensi
penurunan stunting. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan,
lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam
memenuhi pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar untuk
meningkatkan pendapatan rumah tangga (BKP Kementerian Pertanian, 2021).
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan
sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan
aksesibilitas, dan pemanfaatan serta pendapatan.
Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah/bangunan tempat
tinggal/fasilitas publik dengan batas pemilikan yang jelas. Lestari adalah
keberlangsungan atau berkelanjutan kelompok penerima manfaat dalam
pengelolaan komponen kegiatan P2L.

2.1.13. Strategi Pelaksanaan P2L


Kegiatan P2L tahun 2021 dilaksanakan melalui Tahap Penumbuhan dan
Tahap Pengembangan dengan rincian sebagai berikut.

a. Kegiatan Tahap Penumbuhan


Kegiatan tahap penumbuhan merupakan kegiatan P2L yang dialokasikan
pada 4.500 kelompok penerima manfaat, yang dibagi menjadi 3 (tiga) zona
yaitu:
1. Zona 1 sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
2. Zona 2 sebesar Rp60.000.000,- ( enam puluh juta rupiah)
3. Zona 3 sebesar Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah)
Pembagian zonasi tersebut dilakukan berdasarkan atas perbedaan
harga antar wilayah, baik harga barang fasilitas untuk sarana pembibitan,
pengembangan demplot, pertanaman, dan/atau penanganan pascapanen.
Komponen kegiatan tahap penumbuhan terdiri atas (1) sarana pembibitan,
(2) pengembangan demplot, (3) pertanaman, dan (4) penanganan pascapanen.
38

Setiap kelompok penerima manfaat kegiatan P2L mendapat pendampingan


teknis dan administrasi dari tim teknis kabupaten/kota baik dalam
pelaksanaan budidaya tanaman sayuran, pemanfaatan dana, dan pelaporan
(BKP Kementerian Pertanian, 2021).
b. Kegiatan Tahap Pengembangan
Kegiatan tahap pengembangan tahun 2021 merupakan kegiatan
lanjutan dari P2L yang ditumbuhkan pada Tahun 2020. Kegiatan ini
dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas pembibitan,
pengembangan demplot, pertanaman, dan penanganan pasca panen. Setiap
kelompok penerima manfaat mendapat pendampingan teknis dan administrasi
dari Tim Teknis Kabupaten/Kota baik dalam pelaksanaan budidaya berbagai
jenis tanaman, pemanfaatan dana, dan pelaporan. Alokasi dana bantuan
pemerintah untuk kegiatan P2L Tahap pengembangan sebesar
Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) pada 1.600 kelompok P2L (BKP
Kementrian Pertanian, 2021).
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Palangka Raya Provinsi
Kalimantan Tengah pada Tahap Pertumbuhan termasuk dalam Zona 2 sebesar
Rp60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) karena di Palangka Raya, memiliki
harga yang masih bisa di jangkau dengan harga relatif dan alokasi dana bantuan
pemerintah untuk kegiatanP2L Tahap Pengembangan sebesar Rp.15.000.000,-
(lima belas juta rupiah).

2.1.14. Ketahanan Pangan


Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan kondisi terpenuhinya
kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Sementara FIVIMS (2005) menyatakan kondisi ketika semua orang pada segala
waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup,
aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan
seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat. Adapun Mercy
Corps (2007) menyatakan keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai
39

akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan
bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan
sehat. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan
pangan memiliki lima unsur yang harus dipenuhi: (i) Berorientasi pada rumah
tangga dan individu; (ii) Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat
diakses; (iii) Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,
ekonomi dan sosial; (iv) Berorientasi pada pemenuhan gizi; dan (v) Ditujukan
untuk hidup sehat dan produktif (Nuhfil Hanani AR, 2008)

2.1.15. Konsep Ketahanan Pangan


Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1996
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan
terjangkau. Berdasar konsep tersebut, maka terdapat beberapa prinsip yang terkait,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap ketahanan pangan (food security),
menurut (Sumardjo, 2006) Konsep ketahanan pangan dapat diringkas kedalam
aspek:
1. Ketersediaan pangan: ketercukupan jumlah pangan (food sufficiency).
2. Keamanan pangan (food safety): pangan yang bebas dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat menganggu,
merugikandan membahayakan keadaan manusia, serta terjamin mutunya (food
quality) yaitu memenuhi kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap
bahan makanan dan minuman.
3. Kemerataan pangan: sistem distribusi pangan yang mendukung
tersedianyapangan setiap saat dan merata.
4. Keterjangkauan pangan: kemudahan rumah tangga untuk memperoleh pangan
dengan harga yang terjangkau.
40

2.1.16. Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga


Ketahanan pangan bagi rumah tangga dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti pemilikan lahan (fisik) yang didukung iklim yang sesuai dan sumber daya
manusia (SDM). Kebijakan pertanian juga menentukan pelaku produksi atau pasar
untuk menyediakan pangan yang cukup. Konsep ketahanan pangan rumah tangga
yang didefinisikan sebagai berikut: ketahanan pangan rumah tangga adalah
kemampuan untuk memenuhi pangan anggota keluarga dari waktu ke waktu dan
berkelanjutan balk dari produksi sendiri maupun membeli dalam jumlah, mutu dan
ragamnya sesuai dengan lingkungan setempat serta sosial budaya rumah tangga
agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara produktif.
Kondisi negara yang memiliki ketahanan yang terjamin tidak selalu mencerminkan
ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga justru menjadi
indikator terbentuknya ketahanan pangan daerah baik di wilayah atau regional.
Sedangkan pengeluaran pangan (pangan dan non pangan) rumah tangga merupakan
salah satu indikator ketahanan pangan rumah tangga (Pakpahan, 1993). Semakin
besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tanga maka akan semakin rendah
ketahanan pangan rumah tangga tersebut. Ketahanan pangan rumah tangga juga
dapat dilihat dari indikator kecukupan gizi. Zat gizi yang hingga kini digunakan
sebagai indikator ketahanan pangan adalah tingkat kecukupan gizi makro yaitu
energi dan protein.

2.2. Penelitian Terdahulu


Hasil kajian terdahulu mengenai partisipasi anggota kelompok wanita tani
pada program pekarangan pangan lestari terhadap usaha tani tanaman cabai. Berikut
beberapa tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang dikaji dan sudah relavan
dengan penelitian ini, yakni:
Menurut penelitian Manein, Melgi Yudi, Juliana R. Mandei, dan Paulus A
(2016), “Partisipasi Amggota Kelompok Tani Dalam Pengelolaan Usahatani Di
Desa Matani Kecematan Tumpaan” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana partisipasi anggota kelompok tani dalam pengelolaan usahatani.
Penelitian ini di laksanakan di Desa Matani Kecamatan tumpaan Kabupaten
41

Minahasa Selatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor kecamatan
Tumpaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proporsional
stratified random sampling. Kelompok dibagi dalam dua strata yaitu kelompok
tani lanjut dan kelompok tani pemula. Jumlah sampel kelompok tani yang diambil
adalah 3 kelompok tani yang terdiri dari yaitu 1 kelompok tani lanjut (Karisma)
dan 2 kelompok tani pemula (Beringin dan Bina Karya), masing-masing
kelompok tani di ambil 10 anggota. Variabel yang di ukur dalam penelitian ini
adalah partisipasi anggota kelompok tani dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan dengan menggunakan Skala Likert. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan
bahwa, partisipasi anggota kelompok tani dalam pengelolaan usahatani mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan tergolong tinggi.
Menurut penelitian Simanjuntak, Basa Uli (2016), “Partisipasi Petani
Wanita Pada Kelompok Wanita Tani Jaya Putri Dalam Meningkatkan Pendapatan
Rumah Tangga (Studi Di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri,
Provinsi Jawa Timur)” Penelitian dilakukan di Desa Pagung, Kecamatan Semen,
Kabupaten Kediri dengan penentuan lokasi secara purposive dengan pengambilan
sampel secara Cluster Random Sampling. Penentuan jumlah sub-populasi
didasarkan pada informasi dari key informan. Sub-populasi pertama pada
penelitian ini adalah petani wanita anggota KWT Jaya Putri yang berusahatani
padi yang berjumlah 123 orang dan sub-populasi kedua yang tidak bergabung
dengan KWT Jaya Putri berjumlah 14 orang. Berdasarkan perhitungan penentuan
sampel yang dilakukan secara proporsional menggunakan rumus Slovin, diperoleh
sebanyak 33 orang untuk sub-populasi pertama dan sub-populasi kedua sebanyak
11 orang. Metode analisis yang digunakan yaitu; (1) analisis deskriptif yang
digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan KWT Jaya Putri dan
mendeskripsikan partisipasi petani wanita pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil yang dibantu dengan Skala ii
Likert dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani wanita; (2) analisis
42

kuantitatif yaitu pertama analisis Khai Kuadrat untuk menganalisis hubungan


faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani pada kegiatan KWT, kedua
Analisis Pendapatan Usahatani untuk menganalisis pendapatan usahatani padi
petani wanita anggota dan non anggota KWT, dan ketiga Uji Beda Rata-rata untuk
menganalisis perbedaan antara pendapatan petani anggota KWT dan non anggota.
Partisipasi petani wanita pada beberapa tahap kegiatan di KWT Jaya Putri
termasuk dalam kategori tinggi. Artinya petani wanita sudah memiliki kesadaran
yang tinggi untuk terlibat dalam setiap kegiatan-kegiatan KWT Jaya Putri. Pada
tahap perencanaan termasuk dalam kategori sedang dikarenakan pengetahuan dan
keterampilan petani wanita yang masih kurang dalam kegiatan pada tahap
perencanaan sehingga cenderung menyerahkan tugas perencanaan pada pengurus
KWT Jaya Putri. Partisipasi petani pada tahap pelaksanaan termasuk kategori
tinggi. Artinya petani wanita sudah memiliki kesadaran yang tinggi untuk terlibat
dalam pelaksanaan setiap kegiatan-kegiatan KWT. Partisipasi petani wanita pada
tahap evaluasi tergolong sedang yang menunjukkan bahwa petani masih memiliki
memberikan perhatian yang kurang terhadap monitoring dan evaluasi demi
kontinuitas keberhasilan kegiatan kelompok. Partisipasi petani wanita pada tahap
penerimaan manfaat tergolong sedang dikarenakan pengetahuan petani wanita
yang masih kurang sehingga masih ada rasa takut dalam memanfaatkan fasilitas
atau hasil dari kegiatan yang dijalankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi petani wanita dalam kegiatan KWT Jaya Putri adalah usia, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan
faktor lamanya petani wanita tinggal di Desa Pagung belum tentu menentukan
keaktifannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan KWT. Hasil dari analisis
usahatani didapatkan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh petani wanita
anggota KWT lebih besar yaitu sebesar Rp 11.798.173, sedangkan pada petani
wanita non anggota KWT total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp
15.186.709. Untuk hasil penerimaan dari usahatani padi diperoleh sebesar Rp
19.710.00 untuk petani wanita anggota KWT dan Rp 18.281.818 yang diperoleh
petani wanita non anggota KWT. Berdasarkan perhitungan penerimaan dikurangi
biaya maka diperoleh pendapatan yang diperoleh petani wanita anggota KWT
43

adalah sebesar Rp 7.911.827 dan pendapatan yang diperoleh petani wanita non
anggota KWT adalah sebesar Rp 3.095.109. Dari data ini diperoleh bahwa
pendapatan yang diperoleh petani wanita anggota KWT lebih besar dibandingkan
pendapatan yang diperoleh petani wanita non anggota KWT.
Menurut penelitian Thabrani (2015), “Partisipasi Kelompok Wanita Tani
Dalam Pemanfaatan Lahan Terhadap Usahatani Tanaman Kangkung Darat Di
Desa Alesipotto Kecamatan Ma‟arang Kabupaten Pangkep” teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling
(sampel acak sederhana). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan melalui
wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pernyataan
(kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dulu. Data sekunder diperoleh dari
literature-literatur atau pustaka dan instansi atau lembaga-lembaga yang terkait
dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi kelompok wanita tani
dalam pemanfaatan lahan terhadap usahatani tanaman kangkung darat dapat
menerima informasi dalam penyuluhan mengenai kangkung darat di Desa
Alesipitto memiliki rata-rata 1,99 termasuk dalam kategori sedang. Pada
perencanaan penggunaan lahan pekarangan yang akan dilakukan memiliki rata-
rata 1,65 termasuk kategori rendah. Pada pelaksanaan penggunaan lahan
pekarangan yang akan dilaksanakan memiliki rata- rata 2,43 termasuk kategori
tinggi.
Menurut penelitian Sariyono (2015), “Partisipasi Perempuan Tani Dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Terhadap Tanaman Cabai Di Desa
Tonrokassi Timur Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto” Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui partisipasi kelompok wanita tani dalam pemanfaatan
pekarangan rumah terhadap tanaman cabai di desa Tonrokassi Timur kecamatan
Tamalatea kabupaten Heneponto. Metode penelitian ini menggunakan metode
sensus, populasi dalam penelitian ini adalah wanita tani yang berpartisipasi dalam
pengelolaan usaha tani cabai yang berjumlah 26 orang petani, kemudian populasi
semua dijadikan sampel dengan teknik sensus. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer diperoleh melalui
44

observasi dan melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar


pernyataan (kuisioner) yang telah dipersipkan terlebih dahulu. Data sekunder
diperoleh dari literature-literatur atau pustaka dan instansi atau lembaga-lembaga
yang terkait dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat partisipasi
tenaga kerja wanita dalam pengelolaan usaha tani cabai pada tahap perencanaan
berada pada kategori sedang atau 59,77 % pada tahap pelaksanaan berada pada
kategori tinggi atau 70,89 %, sehingga rata-rata partisipasi wanita dalam
pengelolaan usaha tani cabai berada pada kategori tinggi atau 68,77%.
Menurut penelitian Risky Nurjannah (2015), “Tingkat Partisipasi Anggota
Kelompok Wanita Tani Dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
(M-KRPL) Di Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak”. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi anggota kelompok wanita
tani (KWT) dalam program model kawasan rumah pangan lestari (M-KPRL) di
desa tualang kabupaten siak. metode penelitian yang digunakan adalah metode
survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota KWT
secara keseluruhan 3,88 (kategori tinggi) hal tersebut dikarenakan tingginya
partisipasi angggota dalam perencanaan program, tingginya partisipasi angggota
dalam pelaksanaan, tingginya partisipasi angggota dalam memanfaatkan hasil
program, tingginya partisipasi angggota dalam proses penilaian program.
Menurut penelitian Dwi Panggah Yoga Nur Utami (2015), “Partisipasi
Wanita Tani Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari Di Kabupaten Purworejo”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tingkat partisipasi wanita tani dalam pelaksanaan program pengembangan model
KPRL, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi wanita tani dalam
pelaksanaan program pengembangan model KPRL. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Hasil penelitian
menunjukkan 55% wanita tani tergolong dalam partisipasi rendah dan 45% wanita
tani tergolong dalam partisipasi tinggi. Urutan tingkat partisipasi dari yang tinggi
adalah partisipasi inisiasi (59,47%), partisipasi legitimasi (46,20%), dan partisipasi
eksekusi (31,90%). Faktor yang tidak mempengaruhi tingkat partisipasi wanita tani
adalah usia, luas pekarangan, persepsi terhadap manfaat program, sikap,
45

perilaku, aktivitas penyuluh, dan peran tokoh masyarakat.


Menurut penelitian S. Masithoh (2016), “Partisipasi Anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KPRL) Di
Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pelaksanaan program kawasan rumah pangan lestari (KPRL) secara konsep maupun
praktek, mengetahui tingkat partisipasi serta mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi serta berhubungan dengan tingkat partisipasi. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode Rank Spearman. Hasil penelitian dari 55 responden
menunjukan bahwa tingkat partisipasi termasuk tinggi dengan jumlah skor 6433
dengan rataan skor 2,62. Faktor yang berhubungan paling kuat adalah dukungan
keluarga dengan nilai korelasi 0,635.

2.3. Kerangka Berpikir


Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara
individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, dengan kata lain penerapan adalah suatu perbuatan mempraktikkan
suatu teori, metode, dan lain-lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah
terencana dan tersusun sebelumnya. Penyuluhan pertanian adalah sistem
pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan keluarganya agar
berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better bussines), hidup lebih
sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (bettercommunity), serta
menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). Untuk mencapai
keberhasilan dalam mengelola tingkat produksi pertanian khususnya pada tanaman
cabai maka perlu diketahui cara pembudidayaan dan tidak menghendaki
persyaratan tumbuh yang sulit.
46

Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Pada Program Pekarangan


Pangan Lestari (P2L) Terhadap Usaha Tani Cabai di Kota Palangka Raya yakni:
1. Karakteristik, yaitu ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti
jenis kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan,
status ekonomi dan sebagainya.
2. Partisipasi, yaitu suatu keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi
sosial dalam situasi tertentu.
3. Perencanaan, yaitu suatu permulaan yang direncanakan dalam suatu
kegiatanatau organisasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
4. Pelaksanaan, yaitu suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
perencanaanyang sudah disusun secara matang dan terperinci.
5. Pemanfaatan, yaitu suatu hasil kerja atau pemanfaatan dari sebuah
pelaksanansuatu kegiatan.
6. Pendapatan, yaitu jumlah total pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan
barang atau jasa yang terkait.
7. Penerimaan adalah total pendapatan yang diterima oleh produsen berupa uang
yang diperoleh dari hasil penjualan barang yang diproduksi.
8. Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh produsen
dalam memproduksi barang dan jasa pada tingkat output tertentu.
9. Keberhasilan Program P2L Terhadap Usaha Tani Cabai, yaitu suatu hasil
keberhasilan dari suatu kegiatan tertentu.
47

Berikut berdasarkan kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kelompok Wanita Tani (KWT) Pada Program Pekarangan


Pangan Lestari (P2L) Terhadap Usaha Tani Cabai

Karakteristik

Partisipasi Pendapatan

Indikator - Penerimaan
- Perencanaan - Total biaya
- Pelaksanaan
- Pemanfatan

Keberhasilan Program P2L Terhadap Usahatani Cabai

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir


III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan
Tengah. pemilihan lokasi penelitian di Kota Palangka Raya dilakukan dengan
sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian dengan alasan bahwa di Kota Palangka Raya
merupakan salah satu kota yang memprogramkan Pekarangan Pangan Lestari (P2L)
dengan menggunakan Dana DAK Non-fisik Tahun 2021 salah satunya usaha tani
tanaman cabai.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Februari
sampai dengan bulan Mei 2023, terhitung sejak penyusunan usulan penelitian,
pengumpulan data di lapangan dan analisis data, sampai dengan penyusunan hasil
penelitian.

3.2. Metode Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah 8 Kelompok Wanita Tani Cabai di
Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 244 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode Simple Random Sampling (sampel acak sederhana) dimana setiap unsur
yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel, populasi dalam satu kelompok terdiri dari 30-33 orang dari jumlah
populasi sehingga diambil 13%. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut
Arikunto (2019) jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah
sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100
orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya. Populasi
dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut.
49

Tabel 3.1. Populasi dan Jumlah Responden Kelompok Wanita Tani (KWT)
di Kota Palangka Raya

Populasi Jumlah
No Kecamatan Nama Kelompok
Anggota Sampel
1 Jekan Raya Kwt. Tunas Mekar Putri 30 orang 4 orang
2 Jekan Raya Kwt. Gatsu Palangka Asri 30 orang 4 orang

3 Pahandut Kwt. Bawi Pangaringan 30 orang 4 orang


4 Pahandut Kwt.Karanggan Makmur 30 orang 4 orang

5 Jekan Raya Kwt. Srikandi 33 orang 4 orang


6 Jekan Raya Kwt. Bajenta 31 orang 4 orang

7 Pahandut Kwt. Bawi Mawiney 30 orang 4 orang

8 Sabangau Kwt. Berdikari 30 orang 4 orang

Total 244 orang 32 orang


Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya Tentang
P2L DAK 2021

3.3. Metode Pengambilan Data


Penelitian ini menggunakan dua macam metode pengambilan data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama yaitu sampel responden melalui wawancara
langsung dengan bantuan pernyataan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
sebelumnya dan pengamatan secara langsung (observasi).
1. Data Primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh
dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu,
kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer jika
kuesioner disebarkan melalui internet (Sekaran, 2011). Data primer meliputi
informasi mengenai kelompok wanita tani di Kota Palangka Raya. Data
Primer dikumpulkam melalui:
a. Wawancara adalah cara yang digunakan untuk menggali informasi
sebanyak- banyaknya dengan cara bertanya langsung kepada responden.
50

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data


hingga mengalami kejenuhan, dan pengumpulan data diawali dengan
mewawancarai informan awal atau informan kunci dan berhenti pada
responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan
informasi baru lagi. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan
panduan kuesioner. Kuesioner. merupakan teknik pengumpulan data
primer yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2004). Pada penelitian ini wawancara langsung dengan bantuan
pernyataan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya dan
pengamatan secara langsung (observasi).
b. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, dengan melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut, peneliti secara langsung mengamati perilaku atau peristiwa
yang menjadi fokus penelitian seperti partisipasi kelompok wanita tani
terhadap usahatani tanaman cabai di Kota Palangka Raya.
2. Data Sekunder
Adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari
sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau
dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
situs, web, internet dan seterusnya (Sekaran, 2011). Data sekunder diperoleh
dari berbagai literatur dilembaga atau instansi yang erat kaitannya dengan
penelitian yang dilakukan, seperti Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pemerintah, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, serta buku acuan yang
berkaitan dengan penelitian. Data sekunder yang diperlukan seperti jumlah
populasi kelompok, tanaman cabai dan data-datalain yang berkaitan dengan
variable-variabel yang akan diteliti.
51

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Alat analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu mendeskripsikan
Karakteristik Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program Pekarangan
Pangan Lestari (P2L) terhadap pendapatan usaha tani cabai di Kota Palangka
Raya. Untuk menjawabnya yaitu menggunakan metode Analisis Deskriptif
dilakukan dengan survei dan wawancara dengan responden. Analisis data ini
digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan secara umum mengenai
karakteristik wanita tani pada Program Pekarangan Pangan Lestari terhadap
usahatani cabai di Kota Palangka Raya.
2. Untuk menjawab tujuan penelitian yang ke dua yaitu mengetahui Partisipasi
Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program Pekarangan Pangan Lestari
(P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka Raya dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dalam penelitian ini mengunakan “Rating Scale”.
Rating Scale adalah rangkaian pilihan jawaban dimana responden diminta
untuk menggunakannya dalam menunjukkuan respon atau sikap (Zuhdi dan
Azizah, 2015). Selanjutnya dengan menggunakan data kualitatif dan
kuantitatif yang berasal dari partisipasi kelompok wanita tani adalah analisis
ditentukan berdasarkan indikator skoring dengan menggunakan “Rating
Scale” dengan ketentuan:
a. Jawaban ya 3
b. Jawaban kadang-kadang 2
c. Jawaban tidak 1
Dengan perhitungan :

Skor Maksimum  Skor Minimum


Interval (angka) = 3
52

Sedangkan presentase jarak interval adalah sebagai berikut.

608,00 – 1.013,33 1.013,34 – 1.418,67 1.418,68 – 1.824,01

Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan presentase jarak interval di atas dapat digolongkan sebagai


berikut.
a. Tergolong Partisipasi KWT Rendah jika nilai skor rata-rata = 608,00 –
1.013,33
b. Tergolong Partisipasi KWT Sedang jika nilai skor rata-rata = 1.013,34
– 1.418,67
c. Tergolong Partisipasi KWT Tinggi jika nilai rata-rata = 1.418,68 –
1.824,01
3. Untuk menjawab tujuan penelitian yang ke tiga yaitu mengetahui
Pendapatan Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Program Pekarangan
Pangan Lestari (P2L) terhadap usaha tani cabai di Kota Palangka Raya
menggunakan alat analisis rata-rata pendapatan petani dengan menggunakan
analisis usahatani yaitu biaya, penerimaan dan pendapatan.
a. Penerimaan usahatani cabai
Untuk mengetahui penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
TR = Y . Py
Keterangan :
TR = Total Revenue (Total penerimaan usahatani cabai) (Rp)
Y = Produksi cabai yang diperoleh dalam usahatani cabai (Kg)
Py = Harga cabai (Rp)
53

b. Biaya usahatani cabai


TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost (Total biaya produksi cabai) (Rp)
FC = Fixed Cost (Biaya tetap usahatani cabai) (Rp)
VC = Variabel Cost (Biaya variabel usahatani cabai) (Rp)
c. Pendapatan usahatani cabai

I = TR – TC
Keterangan :
I = Income (Pendapatan usahatani cabai) (Rp/panen)
TR = Total Revenue (Total penerimaan usahatani cabai) (Rp/panen)
TC = Total Cost (Total biaya usahatani cabai) (Rp/panen)

3.5. Definisi Operasional


1. Karakteristik adalah ciri-ciri individu yang terdiri dari jenis kelamin, umur
serta status sosial seperti tingkat Pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi
dan sebagainya.
2. Partisipasi adalah ke ikut sertaan, peran atau keterlibatan seseorang secara
sadar ke dalam interaksi sosial pada kelompok wanita tani di Kota Palangka
Raya.
3. Kelompok Wanita Tani adalah wadah atau tempat dari setiap anggota
kelompok yang berjenis kelamin wanita dalam mengembangkan dan
menuangkan aspirasi serta pendapat dalam menjalankan usahatani Cabai
Rawit di Kota Palangka Raya.
4. Program Pangan Lestari adalah upaya dalam menunjang dan menjalankan
program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan
pekarangan masyarakat Kota Palangka Raya.
5. Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat
digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu masakan.
6. Capsicum frutescens L. (cabai rawit) adalah buah dan tumbuhan
anggota genus Capsicum yang buahnya tumbuh menjulang menghadap ke
54

atas. Warna buahnya hijau kecil sewaktu muda dan jika telah masak berwarna
merah tua.
7. Capsicum annuum L. (cabai hijau besar) adalah merupakan salah satu bahan
pangan nabati yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jenis cabai hijau ini
memiliki flavor yang khas sehingga banyak ditambahkan dalam masakan .
8. Penerimaan usahatani merupakan satuan rupiah yang dihitung dari jumlah
produksi Cabai dengan harga yang berlaku di tingkat petani (Rp).
9. Produksi cabai adalah Kegiatan pokok ekonomi produksi dilakukan oleh
produsen dalam rangka menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen (Kg).
10. Harga cabai adalah nilai suatu barang yang diukur dengan jumlah uang yang
dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dan barang
atau jasa (Rp).
11. Biaya usahatani cabai adalah beban biaya yang harus dikeluarkan dan
diperhitungkan oleh petani untuk membiayai kegiatan usahatani Cabai yang
dimiliki petani meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan
berbagai biaya lainnya (Rp).
12. Biaya tetap usahatani cabai adalah biaya yang dikeluarkan tanpa dipengaruhi
besar atau kecilnya produksi usahatani dan bersifat konstan hingga periode
tertentu. Biaya tetap dikeluarkan untuk menjaga agar petani cabai di Kota
Palangka Raya tetap mampu menjalankan usahatani dengan baik (Rp).
Contohnya : cangkul, sabit, mulsa, polybag, gembor, siang, arco, timbangan,
pompa air, cling wrap, plastik bungkus, timbangan, mesin pengikat isolatif.
13. Biaya variabel usahatani cabai adalah biaya yang dapat berubah-ubah
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi cabai yang dihasilkan (Rp).
Contohnya : benih cabai rawit, pupuk, sekam bakar, tanah subur.
14. Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani cabai
dengan total biaya atau pengeluaran usahatani (biaya variabel ditambah biaya
tetap), selama 3 bulan atau pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi
usahatani setelah dikurangi dengan biaya total produksi yang dikeluarkan
(Rp).
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Luas Wilayah Letak Geografis dan Tofografis


Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113˚30`- 114˚07` Bujur
Timur dan 1˚35`- 2˚24` Lintang Selatan, dengan luas wilayah 2.853,52 Km2
(267.851 Ha) Wilayah administrasi, Kota Palangka Raya terdiri atas 5 (lima)
wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Sabangau, Jekan Raya, Bukit
Batu dan Rakumpit dengan luas masing-masing 119,37 Km2, 641,51 Km2, 387,53
Km2, 603,16 Km2 dan 1.101,95 Km2 yang terdiri dari 30 Kelurahan.
Kota Palangka Raya, berbatasan dengan wilayah berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan
Secara topografi, seluruh wilayah Kota Palangka Raya berada di bawah
100 mdpl. Kecamatan dengan wilayah tertinggi adalah Kecamatan Rakumpit
dengan ketinggian ±75 mdpl, sedangkan kecamatan dengan wilayah terendah
adalah Kecamatan Sebangau dengan ketinggian kurang dari 20 mdpl. Berdasarkan
tingkat kemiringan lahan, Kota Palangka Raya merupakan wilayah dengan tingkat
kemiringan datar hingga landai. Di wilayah utara kota ini, tingkat kemiringan
lahan sebesar ≤40%, sedangkan di wilayah selatan tingkat kemiringan lahan
berkisar antara 0–8% dan berada pada tingkat ketinggian 16–25 mdpl.

4.2. Keadaan Iklim


Keadaan Iklim di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah Suhu
udara di wilayah Kota Palangka Raya berkisar antara 22°–32 °C dengan tingkat
kelembapan nisbi sebesar ±83%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kota
Palangka Raya beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang tinggi
sepanjang tahun. Curah hujan tahunan di wilayah Palangka Raya berkisar antara
2.300–2.700 mm per tahun dan jumlah hari hujan berada di antara 140 hingga 190
hari hujan per tahun. Curah hujan maksimum terjadi di bulan Desember dengan
curah hujan bulanan lebih dari 330 mm per bulan dan curah hujan minimum
56

terjadi di bulan Agustus dengan curah hujan bulanan sebesar 111 mm per bulan.
4.3. Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tingkat Kecamatan Di
Kota Palangka Raya, 2021
Tabel 4.1. Penduduk Palangka Raya berdasarkan Kecematan

Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah


No
Kecamatan (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1. Pahandut 48.437 47.213 95.650
2. Sabangau 12.117 11.445 23.562
3. Jekan Raya 75.334 73.594 148.928
4. Bukit Batu 7.124 6.566 13.690
5. Rakumpit 1.952 1.719 3.671
Jumlah 144.964 140.537 285.501
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2021

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya bahwa
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2021
terdiri dari 5 (lima) Kecamatan memiliki jumlah penduduk sebanyak 285 501 jiwa
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Table 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Laki – Laki Perempuan Jumlah


0-4 9.497 8.741 18.238
5-9 14.081 13.223 27.304
10-14 14.198 13.193 27.391
15-19 12.715 12.065 24.780
20-24 13.1491 12.972 26.463
25-29 13.131 13.651 26.782
30-34 12.897 13.355 26.525
35-39 12.470 12.501 24.971
40-44 11.890 11.229 23.119
45-49 10.082 9.429 19.511
50-54 8.056 7.570 15.626
55-59 6.048 5.735 11.783
60-64 4.466 4.137 8.603
65-69 1.812 2.456 5.628
70-74 1.343 1.303 2.646
75+ 1.380 1.760 3.140
Tidak Tahu 798 782 1.580
Jumlah Total 149.355 144.102 293.457
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya 2021
57

Berdasarkan tabel 4.2. keseluruhan penduduk Kota Palangka Raya jumlah


penduduk dengan jumlah terbanyak yakni penduduk pada usia 10 -14 tahun
berjumlah 27.391 orang dengan rasio laki-laki 14.198 orang dan perempuan
13.193 orang. Sedangkan jumlah penduduk dengan jumlah terendah yakni
penduduk pada usia 70 tahun sampai 74 tahun berjumlah 2.646 orang dengan rasia
laki-laki 1.343 orang dan perempuan 1.303.

4.4. Sarana dan Prasarana


Kota Palangka Raya memiliki beberapa sarana dan prasarana dalam moda
transportasi, yaitu transportasi darat (jalan), sungai (pelabuhan), udara (bandara).
Moda transportasi darat Kota Palangka Raya memiliki panjang jalan sepanjang
911,83km yang dapat dilalui kendaraan bermotor/ angkutan darat. Moda
transportasi sungai (Pelabuhan), Kota Palangka Raya memiliki pelabuhan yaitu
pelabuhan Rambang yang siap mengangkut barang dan Penumpang yang akan
masuk dan keluar Kota Palangka Raya. Moda Transportasi udara (Bandara), Kota
Palangka Raya memiliki bandara yang bernama Bandara Udara Tjilik Riwut.

4.5. Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani di Kota Palangka Raya


Kelompok wanita tani (KWT) selain dalam pelaku usaha tani, juga
memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan usaha tani
dilakukan setelah mereka selesai mengerjakan kewajiban mereka sebagai ibu
rumah tangga. Berbeda dengan petani yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja di sawah, anggota wanita tani memiliki peran ganda. Wanita tani dituntut
untuk menyelesaikan kewajiban mereka sebagai ibu rumah tangga dan setelahitu
melakukan kegiatan usaha tani. Sehingga waktu yang tercurah bagi usahatani
sayuran di pekarangan tidak sama dengan waktu yang dicurahkan petani dalam
usahatani di sawah. Besarnya curahan waktu wanita tani dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan yang dilakukan dalam usaha taninya dan faktor sosial ekonomi yang
dihadapi oleh wanita tani tersebut. Dalam upaya memperluas penerima manfaat
dan pemanfaatan lahan sejak tahun 2020. Kegiatan KPRL berubah menjadi
Pekarangan Pangan Lestari atau disingkat P2L.
58

Tabel 4.3. Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Palangka Raya.


No Kecamatan Nama Kelompok Populasi Anggota
1 Jekan Raya Kwt. Tunas Mekar Putri 30 orang
2 Jekan Raya Kwt. Gatsu Palangka Asri 30 orang
3 Jekan Raya Kwt. Bawi Pangaringan 30 orang
4 Jekan Raya Kwt. Karanggan Makmur 30 orang
5 Pahandut Kwt. Srikandi 33 orang
6 Pahandut Kwt. Bajenta 31 orang
7 Pahandut Kwt. Bawi Mawiney 30 orang
8 Sabangau Kwt. Berdikari 30 orang
Total 244 orang
Sumber: Dinas pertanian dan ketahanan pangan Kota Palangka Raya
tentang P2L DAK 2021.

Pada Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa Kelompok Wanita Tani yang
ada di Kota Palangka Raya berjumlah 8 kelompok tani dengan total petani yang
tergabung dalam kelompok tani tersebut 244 orang petani.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Kelompok Wanita Tani (KWT)


Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) merupakan program
Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya. Dengan adanya Program
tersebut maka dibentuklah Kelompok Wanita Tani (KWT) pada masing-masing
daerah, tak terkecuali di Kota Palangka Raya untuk pemanfaatan pekarangan yang
ada di sekitar rumah. Bagi masyarakat yang tentunya tidak memiliki pekerjaan
tetap atau ibu rumah tangga tentunya, peluang dalam mengikuti P2L adalah
kesempatan bagi ibu rumah tangga dalam menghasilkan sumber pendapatan
ataupun kebutuhan pangan sehari-hari. Kelompok Wanita Tani juga berperan
sebagai wadah untuk memberikan pengalaman-pengalaman baru dibidang
pertanian, serta sebagai wadah bagi masyarakat untuk saling bekerjasama dalam
memaksimalkan potensi pertanian. Peran kelompok wanita tani merupakan media
belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Semua wanita petani harus
bergabung kedalam kelompok wanita tani untuk memenuhi kebutuhan
usahataninya. Partisisipasi anggota kelompok tani dalam mengikuti kegiatan
kelompok tani sangat mempengaruhi produktivitas tanaman usahatani cabai.
Karakteristik kelompok tani adalah sebagai berikut:
1) Adanya pandangan dan kepentingan yang sama diantara para anggotanya.
2) Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara
para anggotanya.
3) Adanya ketua tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.
4) Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya
sebagian besar anggotanya.
5) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program pekarangan pangan lestari (P2L).
6) Adanya interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk
waktu yang relatife lama.
7) Adanya kesadaran anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan
60

kelompoknyapun mengakuinya.
8) Adanya kesepakatan bersama antara anggota mengenai norma-norma yang
berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan
dicapai.
9) Adanya struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui
adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban
yang semuanya tumbuh di dalam kelompok.
Responden petani cabai yang tersebar dalam 8 Kelompok tani yaitu sebanyak 32
petani keadaan umum petani dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1. Keadaan Umum Responden Petani Cabai di Kota Palangka


Raya Tahun 2023

No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Usia (Tahun)
1. 27-39 8 25%
2. 40-56 22 69%
3. 61-70 2 66%
2 Pendidikan Formal
1. SD 1 3%
2. SMP 2 7%
3. SMA 21 65%
4. Sarjana 8 25%
3 Jumlah Tanggungan Keluarga
1. 0-2 15 47%
2. 3-5 17 53%
4 Lama Berusahatani (Tahun)
1. 1-5 30 93%
2. 7-20 2 7%
5 Pekerjaan
1. Ibu RT 1 3%
2. Ibu Rumah Tangga 28 87%
3. Buruh harian 2 7%
4. PNS 1 3%
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 5.1. Terdapat jumlah petani responden berdasarkan


usia, tingkat pedidikan, pengalaman berusahatani dan tanggungan keluarga.
Jumlah petani cabai di Kota Palangka Raya menurut rentang usia yaitu usia 27
hingga 39 tahun sebanyak 8 orang, usia 40 hingga 56 tahun sebanyak 22 orang
61

dan usia 61 hingga 70 tahun sebanyak 2 orang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa rata-rata usia petani berada pada usia produktif dan 2 responden tergolong
usia tidak produktif namun masih produktif dalam melakukan kegiatan usahatani.
Diliihat dari persentase, 69% petani cabai di Kota Palangka Raya di dominasi oleh
petani usia 40 hingga 56 tahun. Jumlah petani berdasarkan Tingkat Pendidikan
Formal yaitu SD sebanyak 1 orang, SMA sebanyak 21 orang dan Sarjana
sebanyak 8 orang. Petani cabai 65% di dominasi oleh petani dengan latar belakang
Pendidikan SMA.
Jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh setiap petani responden
yaitu 0 hingga 2 orang sebanyak 15 KK (Kartu Keluarga) dan 3 hingga 5 orang
yaitu sebanyak 17 orang. Terdapat 93% masing-masing 30 petani responden yang
telah berusahatani cabai selama 1 hingga 5 tahun, sedangkan petani yang telah
lama berusahatani 7-20 tahun sebanyak 2 orang. Pekerjaan yang dimiliki
responden yaitu 87% ibu rumah tangga yang mendominasi sebanyak 28 orang, ibu
RT sebanyak 1 orang, PNS sebanyak 1 orang, dan buruh harian sebanyak 2 orang.
Dan dapat dilihat partisipasi tentunya lebih banyak yang pekerjaannya sebagai ibu
rumah tangga, dikarenakan waktu luang lebih banyak dibandingkan yang
memiliki pekerjaan yang tetap.

5.2. Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT)


Kota Palangka Raya merupakan salah satu kota yang memilik 8 Kelompok
Wanita Tani dari Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Tujuan dari P2L ini
adalah untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, kesempatan kerja
dan berusaha, meningkatkan gizi dan ketahanan pangan rumah tangga.
Kelokmpok wanita tani berkaitan erat dengan teori Ekofemisme, yaitu
secara garis besar berkaitan dengan menjaga lingkungan atau alam. Peran wanita
tanipun memiliki dampak yang positif untuk keberlangsung lingkungan dan
memanfaatkan alam dengan cara yang produktif dan menghasilkan. Sadarnya
akan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, wanita tani tidak melewatkan
kesempatan dari program pemerintah untuk meningkatkan taraf hidupnya,
contohnya membangun sebuah kelompok wanita tani yang anggotanya terdiri dari
62

ibu rumah tangga, belajar mengelola suatu usahatani memanfaatkan lahan di


pekarangan rumah agar mendapatkan penghasilan atau pendapatan di sela-sela
selesai mengerjakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, tidak menggunakan
bahan kimia untuk nutrisi pada tanaman cabai. Penggunaan pupuk organik tidak
dapat merusak alam, serta aman di konsumsi oleh masyarakat.
Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita Tani di Kota Palangka Raya dilihat
dari 3 (tiga) indikator yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemanfaatan. Ketiga
indikator tersebut sacara berturut-turut diuraikan sebagai berikut:

5.2.1. Perencanaan
Partisipasi dalam perencanaan adalah sebuah pendekatan untuk
memberikan kesempatan bagi masyarakat terlibat secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan terkait urusan-urusan publik agar keputusan yang diambil
memiliki dasar informasi yang mendekati sempurna dengan tingkat penerimaan
masyarakat yang tinggi. Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antara kelompok tani
lainya.
Jika ketiga indikator tersebut dapat dilakukan oleh kelompok tani secara
optimal maka akan berdampak pada keberlangsungan kegiatan usahataninya.
Sebelum melakukan kegiatan usahatani setiap kelompok mengadakan pertemuan
rutin bersama seluruh anggotanya, untuk membahas cara kerja pengelolaan
usahatani tanaman cabai. Penilaian pertama dilihat dari partisipasi dalam tahap
perencanaan meliputi:
1) Pengelolaan usahatani cabai
2) Kegiatan dan pembelajaran usahatani cabai secara berkala
3) Menyampaikan masukan dan saran
4) Pengambilan keputusan
5) Tenaga berpengalaman dalam bidang pertanian
6) Pemberian pupuk
7) Perlengkapan peralatan berkebun
63

Hasil penelitian terhadap partisipasi dalam perencanaan wanita tani dapat dilihat
seperti pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Partisipasi Dalam Perencanaan Kelompok Wanita Tani Terhadap


Usahatani Tanaman Cabai

Analisis Skoring
No. Pernyataan Jumlah Skoring Rata-rata Kriteria
(poin) (poin)
1. Ibu dalam mengelola usaha tani cabai 96 3 Tinggi
selalu melakukan perencanaan.
2. Perencanaan kegiatan dan 96 3 Tinggi
pembelajaran secara berkala sudah
terlaksanakan.
3. Sikap memahami keinginan dan 96 3 Tinggi
pendapat maupun masalah anggota
sudah sesuai.
4. Perumusan kesepakatan bersama 96 3 Tinggi
dalam memecahkam masalah dan
melakukan kegiatan sudah sesuai.
5. Dalam mengelola tanaman cabai ibu 92 2,9 Tinggi
memerlukan tenaga yang
berpengalamandalam bidang
pertanian.
6. Dalam pemberian nutrisi yang 88 2,8 Tinggi
diberikan pada tanaman cabai sesuai
dengan standar dari pemerintah.
7. Persiapan perlengkapan peralatan yang 88 2,8 Tinggi
akan digunakan ibu dalam mengelola
usaha cabai sudahdisiapkan secara
lengkap.
Kesimpulan 662 2,91 Tinggi
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 5.2. Dapat diketahui bahwa penilaian kemampuan


kelompok tani berdasarkan perencanaan, responden menjawab dengan skor total
jawaban sebesar 662 poin dengan rata-rata jawaban sebesar 2,91 poin, hal ini
dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pernyataan yang diajukan oleh peneliti
untuk melihat kemampuan kelompok dalam melakukan fungsi kelompok tani
sebagai kelas belajar dinilai tinggi.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa partisipasi dalam
perencanaan kelompok wanita tani berdasarkan indikator perencanaan di kota
Palangka Raya masuk dalam kriteria “Tinggi” dengan skor penilaian 662 poin dan
rata-rata jawabannya yaitu 3,30 poin.
64

Perbedaan dari penelitian Simanjuntak, Basa Uli (2016) adalah pada tahap
indikator perencanaan termasuk dalam kategori “sedang” dikarenakan
pengetahuan dan keterampilan petani wanita yang masih kurang dalam kegiatan
pada tahap perencanaan sehingga cenderung menyerahkan tugasnya perencanaan
pada pengurus KWT. Sedangkan pada penelitian ini pada tahap indikator
perencanaan termasuk dalam kategori “tinggi” dikarenakan ada beberapa poin
pertanyaan yang dinilai oleh responden sangat baik dan dikarenakan kelompok
wanita tani atau masing-masing anggota mampu mengikuti pembelajaran pada
saat pertemuan bersama penyuluh dan ikut serta dalam pelaksanaan serta
mempraktekan pembelajaran yang telah di terima pada saat pertemuan seluruh
anggota kelompok bersama dengan penyuluh.

5.2.2. Pelaksanaan
Partisipasi dalam pelaksanaan adalah pemerataan sumbangan masyarakat
dalam bentuk tenaga kerja dan uang tunai yang sepadan dengan manfaat yang
akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan dan
suatu pelaksanaan dari sebuah perencanaan yang sudah disusun secara matang dan
terperinci.
Penilaian kedua dilihat dari partisipasi dalam pelaksanaan kelompok
wanita tani terhadap usahatani tanaman cabai meliputi:
1) Persemaian tanaman cabai rawit dan cabai hijau besar
2) Pengolahan tanah
3) Penanaman tanaman cabai
4) Pemupukan
5) Pemeliharaan tanaman cabai
6) Penyiangan (mencabut gulma)
7) Pemberantasan hama dan penyakit
Hasil penelitian terhadap partisipasi dalam pelaksanaan wanita tani dapat dilihat
seperti pada Tabel 5.3.
65

Tabel 5.3. Partisipasi Dalam Pelaksanaan Kelompok Wanita Tani (KWT)


Terhadap Usahatani Tanaman Cabai

Analisis Skoring
No. Pernyataan Jumlah Rata-rata
Kriteria
Skoring (poin) (poin)
1. Pelaksanaan persemaian yang ibu
92 2,9 Tinggi
lakukan sudah terlaksanakan
2. Pelaksanaan pengolahan tanah usahatani
cabai sudah memiliki lahan yang siap 96 3 Tinggi
digunakan
3. Pelaksanaan penanaman tanaman cabai
di pekarangan lahan sudah 88 2,8 Tinggi
terlaksanakan
4. Pelaksanaan dalam pemupukan tanaman
cabai sudah sesuai kebutuhan untuk 92 2,9 Tinggi
pertumbuhan tanaman cabai
5. Pelaksanaan dalam pemeliharan tanaman
96 3 Tinggi
cabai sudah terlaksanakan
6. Pelaksanaan dalam penyiangan untuk
merawat pertumbuhan tanaman sudah 92 2,9 Tinggi
terlaksanakan
7. Pelaksanaan dalam pemberatasan hama
dan penyakit tanaman sudah 88 2,8 Tinggi
terlaksanakan
Kesimpulan 644 2,87 Tinggi
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 5.3. Dapat dilihat bahwa penilaiann kemampuan


kelompok wanita tani berdasarkan partisipasi dalam pelaksanaan, responden
menjawab dengan total skor sebesar 644 poin dengan rata-rata jawaban sebesar
2,87 poin, hal ini dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pernyataan yang
diajukan oleh peneliti untuk melihat kemampuan kelompok wanita tani dalam
melakukan fungsi kelompok tani sebagai partisipasi dalam pelaksanaan dinilai
cukup tinggi.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa partisipasi dalam
pelaksanaan kelompok wanita tani berdasarkan indikator pelaksanaan di kota
Palangka Raya masuk dalam kriteria yang “Tinggi‟ dengan skor penilaian 644
poin dan rata-rata jawaban 2,87 poin.
Perbedaan dari penelitian Simanjuntak, Basa Uli (2016) adalah tidak ada,
karena tingkat partisipasi pada tahap indikator pelaksanaan termasuk dalam
kategori “tinggi”. Artinya petani wanita sudah memiliki kesadaran yang tinggi
untuk terlibat dalam pelaksanaan setiap kegiatan-kegiatan KWT dan pada
66

penelitian ini pada tahap indikator pelaksanaan juga termasuk dalam kategori
“tinggi” karena kelompok tani atau masing-masing anggota mampu melaksanakan
sesuai dengan perencanaan yang sebelumnya sudah di rencanakan dan mampu
mengikuti pelaksanaan penyuluhan, ikut serta dalam pelaksaanaan penyuluhan
dan mampu mempraktekkan hasil dari perencanaan. Serta memelihara dan
merawat tanaman cabai hingga dapat memproduksi cabai itu sendiri untuk
pendapatan yang menghasilkan.

5.2.3. Pemanfaatan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan adalah unsur terpenting
dalam pembangunan. Sebab, tujuanan pembangunan adalah untuk memperbaiki
mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan
merupakan tujuan utama. Pemanfaatan hasil akan merangsang kemauan dan
kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program
pembangunan yang akan datang.
Penilaian ketiga dilihat dari partisipasi dalam pemanfaatan kelompok
wanita tani terhadap usahatani tanaman cabai melalui:
1) Panen
2) Pasca panen
3) Pengemasan
4) Promosi
5) Penjualan
Hasil penelitian terhadap partisipasi dalam pemanfaatan wanita tani dapat dilihat
seperti pada Tabel 5.4.
67

Tabel 5.4. Partisipasi Dalam Pemanfaatan Kelompok Wanita Tani (KWT)


Terhadap Usahatani Tanaman Cabai

Analisis Skoring
Jumlah
Rata-rata
No. Pernyataan Skoring Kriteria
(poin)
(poin)
1. Ibu turut berpartisipasi dalam pemanenan
untuk hasil pendapatan dalam berusaha 96 3 Tinggi
tani cabai.
2. Dalam hal pasca panen ibu turut
berpartisipasi untuk hasil pendapatan 96 3 Tinggi
dalam berusaha tani cabai.
3. Dalam hal pengemasan ibu turut
berpartisipasi untuk hasil pendapatan 96 3 Tinggi
dalam berusaha tani cabai.
4. Dalam hal promosi tanaman cabai ibu
turut berpartisipasi untuk hasil 92 2,9 Tinggi
pendapatan dalam berusaha tani cabai.
5. Dalam hal penjualan ibu turut
berpartisipasi untuk hasil pendapatan 96 3 Tinggi
dalam berusaha tani cabai.
Kesimpulan 476 2,95 Tinggi
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 5.4. Dapat kita lihat bahwa penilaian kemampuan


kelompok wanita tani berdasarkan parisipasi dalam pemanfaatan, responden
menjawab dengan total skor sebesar 476 poin dengan rata-rata jawaban sebesar
2,53 poin, hal ini dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pernyataan yang
diajukan oleh peneliti untuk melihat kemampuan kelompok tani dalam melakukan
fungsi kelompok tani sebagai partisipasi dalam pemanfaatan dinilai tinggi.
Interval jawaban dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat partisipasi delam pemanfaatan
kelompok wanita tani berdasarkan indikator perencanaan di kota Palangka Raya
masuk dalam kriteria “tinggi” dengan skor penilaian sebesar 476 poin dan rata-
rata 2,53 poin.
Perbedaan dengan penelitian Simanjuntak, Basa Uli (2016) adalah pada
tahap indikator pemanfaatan tergolong sedang dikarenakan pengetahuan petani
wanita yang masih kurang sehingga masih ada rasa takut dalam memanfaatkan
fasilitas atau hasil dari kegiatan yang dijalankan. Sedangkan pada penelitian ini
pada tahap indikator pemanfaatan masuk dalam kategori “tinggi” dikarenakan
kelompok tani mampu untuk memperkuat memperlancar dan mendorong
68

pengembangan produksi yang menguntungkan. Serta mampu menanggulangi


pasca panen tanaman cabai hingga dapat memproduksi cabai itu sendiri untuk
hasil pendapatan yang menghasilkan dan menguntungkan.

5.2.4. Rekapitulasi Partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT)


Berdasarkan penelitian partisipasi kelompok wanita tani berdasarkan
indikator perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfataan yang merupakan hasil dari
pernyataan 32 orang responden terpilih. Dapat disimpulkan bahwa untuk
partisipasi kelompok wanita tani tergolong “tinggi”, dapat dibuktikan dari hasil
Tabel 5.2, Tabel 5.3 dan Tabel 5.4. Lebih rincinya tentang rekapitulasi partisipasi
kelompok wanita tani dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Rekapitulasi Hasil Penilaian Partisipasi Kelompok Wanita Tani


(KWT)

Kesimpulan Jawaban Responden


Indikator (poin) Hasil
Skor total Rata-rata total Analisis

a. Perencanaan 662 2,91 Tinggi


b. Pelaksanaan 644 2,87 Tinggi
c. Pemanfaatan 476 2,95 Tinggi
Total Rata-Rata Jawaban 1.772 2,91 Tinggi
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 5.5. diatas dapat kita lihat bahwa penilaian kemampuan
kelompok wanita tani berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan.
Responden menjawab dengan skor sebesar 1.772 poin dengan rata-rata jawaban
sebesar 2,91 poin, hal ini dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pernyataan yang
diajukan oleh peneliti untuk melihat kemampuan kelompok wanita tani dalam
melakukan fungsi kelompok wanita tani sebagai perencanaan, pelaksanaan dan
pemanfaatan dinilai tinggi.
Partisipasi dalam perencanaan menyatakan dari hasil penilaian responden
tinggi karena poin penilaian menunjukkan skor sebesar 662 poin atau rata-rata
per;nyataan responden sebesar 2,91 poin. Dimana 2,91 poin ini masuk kedalam
69

kategori tinggi.
Pada Tabel.5.5. diatas dapat dilihat total skor penilaian kemampuan
kelompok tani sabesar 1.772 poin atau 97,14%. Hal ini dapat diartikan bahwa
responden rata-rata menjawab kriteria tinggi.
Secara kontinu dapat dibuat kategori sebagai berikut.

35% 65% 100%

1 2 3

97,14%

Berdasarkan presentase jarak interval di atas dapat digolongkan sebagai


berikut.
Keterangan :
Interval rata-rata :
0% – 33,33% : 1 (Rendah)
33,34% – 66,66% : 2 (Sedang)
66,67% – 100% : 3 (Tinggi)

5.3. Pendapatan Usahatani Tanaman Cabai di Kota Palangka Raya


Biaya dalam kegiatan berusahatani yang dilakukan oleh petani ditujukan
untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi. Biaya usahatani dihitung
berdasarkan jumlah nilai uang yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk
membiayai kegiatan usahataninya yang meliputi biaya sarana produksi, biaya
tenaga kerja dan biaya lain-lainnya. Biaya usahatani merupakan jumlah dari biaya
tetap yang berlangsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan terdiri
dari pajak lahan dan pembelian alat-alat yang digunakan dalam usahatani. Biaya
(Cost) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (Y), dan biaya variabel
(VC = variabel cost), yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya
produksi (Suratiyah, 2015).
70

1. Biaya Tetap (Fixed Cost), yaitu biaya yang penggunaanya tidak habis dalam
satu masa produksi dan besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi. Pada usahatani Cabai di Kota Palangka Raya yang termasuk pada
biaya tetap adalah pajak lahan dan biaya penyusutan alat perhitungan biaya
alat-alat yang digunakan yaitu menggunakan perhitungan nilai penyusutan.
Biaya penyusutan merupakan pendekatan dari pengurangan nilai alat tiap
tahunnya.
2. Biaya Variabel (Variabel Cost) merupakan biaya yang besar-kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan atau keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel. Adapun biaya
variabel yang terdapat dalam usahatani petani responden yaitu biaya benih
cabai rawit, pupuk organik, pupuk kandang.

Tabel 5.6. Rata-Rata Biaya Usahatani Cabai Di Kota Palangka Raya Tahun
2023

Total Biaya Total Rata-Rata


Jenis Biaya Jumlah Harga Per Petani Biaya Per Petani
(Rp) (Rp)
Biaya Tetap
1. Cangkul 16 Buah 69.994
2. Gembor 16 Buah 33.324
3. Mulsa 8 Buah 1.110.000 1.428.311 44.635
4. Polybag Besar 16 Kg 36.658
5. Polybag Kecil 16 Kg 55.000
6. Parang 16 Buah 123.332
Biaya Variabel
1. Cabai Rawit 16 Bungkus 500.000
2. Cabai Hijau Besar 16 Bungkus 500.000 3.750.000 117.188
3. Pupuk Kandang 18 Kg 690.000
4. Pupuk Organik 132 Liter/Kg 2.060000
Total 5.178.311 161.822
Sumber : Data primer yang diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa biaya tetap pada usahatani
cabai di Kota Palangka Raya terbagi menjadi biaya penyusutan alat dan bahan.
Jumlah rata-rata biaya tetap usahatani senilai Rp 44.635 yang diperoleh dari
jumlah seluruh jenis biaya tetap. Adapun biaya penyusutan alat yaitu cangkul
sebanyak 16 buah senilai Rp 66.994, gembor sebanyak 16 buah senilai Rp 33.332,
mulsa sebanyak 8 buah senilai Rp 1.110.000, polybag besar 16 kg senilai Rp
71

36.658, polybag kecil 16 kg senilai Rp 55.000, parang 16 buah senilai Rp


123.332. Jumlah jenis biaya tetap tertinggi yaitu mulsa dan biaya terendah yaitu
biaya gembor.
Biaya variabel dalam usahatani cabai yang digunakan petani responden
yaitu cabai rawit sebanyak 16 bungkus senilai Rp 500.000, cabai hijau besar
sebanyak 16 bungkus senilai Rp 500.000, pupuk kendang sebanyak 18 kg senilai
Rp 690.000, pupuk organik 132 liter/kg senilai Rp 2.060000 dengan total rata-rata
biaya variabel sebesar Rp 117.188. Biaya variabel tertinggi yaitu pupuk organik.
Berdasarkan Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa biaya usahatani yang di keluarkan
oleh petani responden yaitu sebesar Rp 5.178.311 dengan rata-rata Rp 161.822.

Tabel 5.7. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Cabai Di Kota Palangka Raya


Tahun 2023

Total Produksi Total Rata-Rata Total Total Rata-Rata


(Kg/Panen) Harga (Rp) Penerimaan Penerimaan
272 4.260.000 18.320.000 572.500
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 5.7. dapat dilihat total produksi cabai per sekali panen
seluruh petani responden sebanyak 272 kg/panen. Total rata-rata harga cabai pada
tingkat petani sebesar Rp 4.260.000 maka dapat diperoleh penerimaan petani pada
usahatani cabai sebesai Rp 18.320.000 dengan total rata-rata penerimaan Rp
572.500.

Tabel 5.8. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Cabai Di Kota Palangka Raya


Tahun 2023

Uraian Jumlah
Biaya Produksi (Rp) 5.178.311
Penerimaan (Rp) 18.320.000
Total Pendapatan (Rp) 13.141.689
Rata-Rata Pendapatan (Rp) 410.678
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023
72

Berdasarkan Tabel 5.8. Menunjukkan bahwa hasil jumlah dan rata-rata


pendapatan petani 1 kali panen pada usahatani cabai yang diperoleh petani
responden dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 18.320.000 dan rata-rata
anggota petani sebesar Rp 572.500/panen dan jumlah produksi Rp
5.178.311/panen dan rata-rata per anggota petani sebesar Rp 161.822/panen,
adapun jumlah pendapatan bersih usahatani cabai adalah Rp 13.141.689/panen
dengan rata-rata per anggota petani sebesar Rp 410.678/panen.
VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Tingkat Partisipasi dan
Pendapatan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pada Program Pekarangan Pangan
Lestari (P2L) Terhadap Usahatani Tanaman Cabai Di Kota Palangka Raya dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik Kelompok Wanita Tani (KWT) rata-rata 69% berusia 40
hingga 56 tahun sebanyak 22 orang, termasuk usia yang masih produktif
pendidikan SMA 65% sebanyak 21 orang, tanggungan keluarga 47%
sebanyak 15 orang, 1 hingga 5 tahun 90% lama berusahatani 30 orang dan
pekerjaan 87% ibu rumah tangga sebanyak 28 orang.
2. Berdasarkan skala pengukuran (rating scale) yang telah dilakukan, diketahui
partisipasi kelompok wanita tani pada program pekarangan pangan lestari
terhadap usahatani tanaman Cabai di Kota Palangka Raya memperoleh skor
total sebesar 1.772 poin atau 97,14% dan dapat disimpulkan bahwa partisipasi
kelompok wanita tani dikatakan “Tinggi” dikarenakan kelompok wanita tani
atau masing-masing kelompok tani mampu untuk menerapkan secara baik
ketiga indikator tersebut yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfataan
dalam pelaksanaan penyuluhan maupun di lapangan.
3. Hasil perhitungan pendapatan petani cabai di Kota Palangka Raya total biaya
usahatani per petani Rp 5.178.311 dengan total rata-rata biaya usahatani per
petani yaitu Rp 161.822 yang merupakan total keseluruhan dari biaya tetap
dan variabel. Total penerimaan usahatani cabai per musim yaitu sebesar Rp
18.320.000 dan total rata penerimaan yaitu Rp. 572.500 Dapat disimpulkan
bahwa pendapatan petani cabai yaitu sebesar Rp 13.141.689 dengan total
rata-rata pendapatan yaitu sebesar Rp 410.678.
74

6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, disarankan untuk perlu adanya
pendekatan yang intensif kepada setiap anggota kelompok tani agar lebih
meningkatkan keterbukaan secara interaksi dan komunikasi sesama anggota
sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik dan meningkatkan peran individu
petani untuk berperan lebih aktif dalam menjaga hubungan yang erat antar
anggota dan mengayomi anggota kelompok tani. Mengadakan diskusi mengenai
permasalahan dalam kelompok tani, rapat rutinan sebagai salah satu wadah
pengembangan dalam kelompok tani serta memberi respon terhadap keinginan
anggota yang ingin mengembangkan usahatani. Sehingga kelompok tani dapat
mencapai tujuan dan menjalankan perannya dengan baik yang dapat memberi
pengaruh terhadap kualitas produksi hasil cabai serta pendapatan petani.
Informasi mengenai harga dan akses pasar penjualan cabai yang
menguntungkan dapat mendorong petani untuk memproduksi cabai yang
berkualitas serta memperbanyak tanaman cabai di media polybag disetiap rumah
petani agar lebih optimal memproduksi cabai, sehingga dengan demikian dapat
meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani cabai di Kota Palangka Raya.
Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat mengembangkan kembali penelitian yang
telah dilakukan peneliti tidak hanya dari aspek pendapatan tetapi jenis komuditi,
produksi dan produktivitas dengan variabel, indikator serta metode analisis yang
lebih beragam.
75

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. (1982). Ilmu Usaha Tani. Penerbit Alumni. Bandung. Agustina, S.


(2011). Ilmu usaha tani. UB press. Malang.

Ahmad, Z., & Taylor, D. (2009). Commitment to Independence by Internal


Auditors: The Effects of Role Ambiguity and Role Conflict. Managerial
Auditing Journal, 899-925.

Aida Vitayala S. Hubeis, (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa.


IPB Press. Bogor.

Aji S dan Risma K N. (2020). Kritik sastra ekofeminisme (Pengantar Kritik


sastra berwawasan perempuan dan alam), Cet 2. Ciamis: PT insan cerdas
bermartabat, 68.

Akhmaddhin, S., & Fathanudien, A. (2015). Partisipasi masyarakat dalam


mewujudkan kuningan sebagai kabupaten konservasi (studi kabupaten
kuningan). Unifikasi:Jurnal Ilmu Hukum, 2(1)

Alex, S. (2011). Usaha Tani Cabai Kiat Jitu Bertanam Cabai di Segala Musim.
Yogyakarta

Arikunto, S. 2019. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arivia, Gadis. 2002. “Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan dengan


Perampuan”. dalam Jurnal Perempuan. No. 21. hal. 111-120

Astuti, (2012). Pengembangan Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta.

Azhari, Ibnu. (2011). Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan


dalam Program Neighbourhood Development. Surakatra. Universitas
Sebelas Maret.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. (2021). Petunjuk Teknis


Bantuan Pemerintah Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Jakarta
Selatan.

Badan Pusat Statistik, (2021). Jumlah Penduduk Berdasarkan Rasio Jenis


Kelamin Pada Tingkat Kecematan Di Kota Palangka Raya. BPS Kota
Palangka Raya.

Berry, David. (2009). Pokok-Pokok Pikiran daalam Sosiologi. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.
76

Cahyono, Dwi. (2008). Persepsi Ketidakpastian Lingkungan, Ambiguitas Peran


dan Konflik Peran Sebagai Mediasi Antara Program Mentoring dengan
Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Niat Ingin Pindah. Disertasi.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Conyers, Diana. (1991). Perencanaan Sosial Di Dunia Ketiga. Yogyakarta: UGM


Press.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dwi Panggah Yoga Nur Utami, (2015). Partisipasi Wanita Tani Dalam
Pelaksanaan Program Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari Di Kabupaten Purworejo. Skipsi. Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

Effendi, (2007). Bentuk Partisipasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Eksi, (2010). Keterbatasan Permodalan. Surakarta: University Press

FAO, (1997). Kriteria dan konsep ketahanan pangan. Food Agriculture


Organisation. Jakarta.

FIVIMS: Food Insecurity and Vulnerability Information and Mapping


Systems.(2005).(http://www.fivims.net/static.jspx?lang=en&page=overvie
w) (diakses pada 20 Maret 2023 pukul 19:02)

Food and Fertiliser Technology Centre (FFTC), (2007). Mengembangkan


informasi. Kelompok wanita tani (KWT). Jakarta

Griffin, S. 1978. Women and nurture: The Roaring Inside Her. New York: Harper
& Row

Hanani AR, Nuhfil, (2008). Pengertian Ketahanan Pangan. Sumber:


http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/05/20/pengertian-ketahanan-
pangan

Hamka, H. (2010). System usaha tani terintegrasi tanaman-ternak. Agrikan:


Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 1-8.

Hansen dan Mowen. (2000). Akuntansi Manajemen Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Haryanto. (2018). Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah pada Berbagai Metode
Irigasi dan Pemberian Pupuk Kandang di Wilayah Pesisir Pantai.
Universitas Jenderal Soedirman : 11 hlm

Hermanto. (2007). Rancangan Kelembagaan Tani Dalam Implementasi Prima


Tani Di Sumatera Selatan. Analisis Sosek Dan Kebijakan Pertanian.
77

Bogor.

Holil, (2006). Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi. PT. Citra Aditya


Bakti.Bandung.

Humm, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme. Terjemahan Mundi Rahayu.


Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru.

Humaerah DA. 2015. Budidaya Tanaman Cabai Keriting (Capsicum annum L)


pada berbagai Wadah Tanam dengan Pupuk Anorganik dan Organik.
Jurnal Ilmiah Biologi. 1(2) : 69-75

Isbandi, (2007). Perencanaan Partisipator Berbasis Aset Komunitas Dari


Pemikiran Menuju Penerapan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Ife J & Tesoriero F, (2008). Partisipasi Perempuan Dalam Kegiatan Usaha. Skripsi
Fakultas Pertanian UMM. Makassar.

Ken, S. (2015). Ilmu Usahatani. In: Penebar Swadaya.

Lia Andriani. (2021). Telah Pemikiran Tokoh Ekofeminisme Dari Kalangan


Perempuan Sebagai Sumber Nilai Sikap Peduli Lingkungan. Skripsi,
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung. Hal.19

Manein, Melgi Yudi, Juliana R. Mandei, and Paulus A. (2016). Pangemanan.


Partisipasi anggota kelompok tani dalam pengelolaan usahatani di Desa
Matani Kecamatan Tumpaan. Agri-Sosioekonomi 12.2A : 157-164.

Mardikanto, (2007). Partisipasi Dengan Interaksi Dan Komunikasi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Mardikanto, (1987). Komunikasi Pembangunan Pertanian. UNS. Press.


Surakarta.

Mercy Corps,(2007). Definisi operasional ketahanan pangan. Jakarta.

Mikkelsen,(2011). Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya


Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi
Lapangan.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Mohammad Soerjani. (2018). Ekologi manusia. Tanggerang Selatan. Penerbit


Universitas Terbuka. 2.41

Monsher, AT. (2010). Menggerakan Dan Membangun Pertanian. Jakarta:


Yasaguna.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja


78

Rosdakarya

Munir, (2006). Pengolahan Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Munir, (2008). Produksi Pengolahan Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nuryanti S, Swastika DKS. (2011). Peran kelompok tani dalam penerapan


teknologi pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29(2): 115-128.

Pakpahan, A.H. Saliem. (1993). Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan


Rendah. Monograph Series No. 14. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, (2015). Peraturan Pemerintah Nomor


17 Pasal 26 Tentang Ketahanan Pangan Dan Gizi. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, (2012). Peraturan Pemerintah Nomor


18 Tentang Pangan. Jakarta.

Pusat Penyuluh Pertanian, 2011, Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan


Kelompok Tani.

Rahardja, P., & Manurung, M. (2008). Pengantar ilmu ekonomi (mikroekonomi &
makroekonomi).

Raho, Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustaka

Rendono C. 2012. Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam


Mewujudkan Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri. J Ilmu-ilmu
Pertanian 15(1): 1-10.

Risky Nurjannah, (2015). Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani


Dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Di
Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Pekan Baru.

Rivai,Veithzal (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari


Teori ke Praktik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Ross, Murray G, dan B.W. Lappin. (1967). Community Organization: Theory,


Principles And Practice. Second Edition. NewYork: Harper & row
publishers.

Rukmana, R. (2002). Usahatani Cabai Rawit. Kanisius: Yogyakarta.


79

Sabir, (2020). Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan.


https://bppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/optimalisasi-pemanfaatan-
pekarangan. (diakses Mei 2023).

Saeri. Moh. (2015). Usahatani dan Analisisnya. Universitas Wisnuwardhana


Malang Press (Unidha Press). Malang.

Santoso, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sariyono, (2015). Partisipasi Perempuan Tani Dalam Pemanfaatan Lahan


Pekarangan Rumah Terhadap Tanaman Cabe Di Desa Tonrokassi Timur
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah. Makassar.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2015). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Rajawali
Pers.
Setiadi, (2006). Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Depok. Hal:3.

Sekaran, U. (2011). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis I Edisi 4. Salameba


Empat. Jakarta.

Shinta, A. (2011). Manajemen pemasaran. Universitas Malang Press.

Siagian. Sondang P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.

Jakarta.

Simanjuntak, BasaUli (2016) Partisipasi Petani Wanita Pada Kelompok Wanita


Tani Jaya Putri Dalam Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga (Studi
Di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa
Timur). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

S. Masithoh, (2016). Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dalam


Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KPRL) Di Kecamatan Bogor
Barat Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Djuanda.
Bogor.

Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta.

Soekanto, Soejono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja


Grafindo
Persada

Strempel, (2011). Kesuksesan Dalam Bekerjasama Kelompok Wanita Tani (KWT).


Jakarta.

Sutrisno. (1988). Analisis usahatani. Direktrat jenderal tanaman pangan. Jakarta.


80

Sumardjo, (2006). Kompetensi Penyuluh. Makalah disampaikan pada

Pertemuan KPPN dengan Departemen Pertanian. Batam.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT


Alfabet: Bandung.

Sugiyono, (2004). Metode penelitian. Alfabet. Bandung.

Supristiwendi, dan Monika Azizah, (2015). Pengaruh Penerapan Sistem


Agribisnis Terhadap Pendapatan Usahatani Mentimun (Cucumis Sativus
L). Di Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. AGRISAMUDRA,
Jurnal Penelitian Vol.2 No.2. Januari-Juni 2015.

Suratiyah, K. (2015). Ilmu Usahatani: Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Thabrani (2015), Partisipasi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemanfaatan Lahan


Terhadap Usahatani Tanaman Kangkung Darat Di Desa Alesipotto
Kecamatan Ma’arang Kabupaten Pangkep. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah. Makassar.

Tim Bina Karya Tani, (2008). Pedoman Bertanam Cabai.

Theodarson, & Mardikanto. (2012:01) Teori Partisipasi Masyarakat.


Alfabeta. Bandung.

Warren, K. J. (1996), The Power and T he Promise of Ecological Feminism,


dalam buku Ecological Feminist Philosophies, diedit Karen J. Warren,
Bloomington Indianapolis : Indiana University Press.

Wazir, (2008). Panduan Penguatan Manejemen Lembaga Swadaya Masyarakat.


Jakarta: Sekretariat Bina Desa Dengan Dukungan AusAID Melalui
Indonesia HIV/AIDS And STD Prevention And Care Project.

Zaman, N, dkk. (2020). Ilmu Usahatani. Yayasan Kita Menulis.

Zuhdi, FA, & Azizah, DF, (2015). Pengaruh Penerapan E-SPT Dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Perpajakan, 7 (1)
81
81

LAMPIRAN

Lampiran 1. Partisipasi Dalam Perencanaan Kelompok Wanita Tani (KWT)

Pernyataan untuk item (poin)


No. Responden Total (poin) Rata-rata (poin) Kategori
1 2 3 4 5 6 7
1 3 3 3 3 2 1 1 16 2,3 Tinggi
2 3 3 3 3 2 1 1 16 2,3 Tinggi
3 3 3 3 3 2 1 1 16 2,3 Tinggi
4 3 3 3 3 2 1 1 16 2,3 Tinggi
5 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
6 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
7 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
8 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
9 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
10 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
11 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
12 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
13 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
14 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
15 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
16 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
17 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
18 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
19 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
20 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
22 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
82
82

23 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
24 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
25 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
26 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
27 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
28 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
29 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
30 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
31 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
32 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
Total 96 96 96 96 92 88 88
652 2,91 Tinggi
Rata-rata 3 3 3 3 2,9 2,8 2,8

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


83 83

Lampiran 2. Partisipasi Dalam Perencanaan Kelompok Wanita Tani (KWT)

Pernyataan untuk item (poin)


No. Responden Total (poin) Rata-rata (poin) Kategori
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 1 2 3 2 1 14 2 Sedang
2 2 3 1 2 3 2 1 14 2 Sedang
3 2 3 1 2 3 2 1 14 2 Sedang
4 2 3 1 2 3 2 1 14 2 Sedang
5 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
6 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
7 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
8 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
9 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
10 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
11 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
12 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
13 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
14 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
15 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
16 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
17 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
18 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
19 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
20 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
22 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
23 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
24 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
25 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
84 84

26 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
27 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
28 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
29 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
30 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
31 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
32 3 3 3 3 3 3 3 21 3 Tinggi
Total 92 96 88 92 96 92 88
644 2,87 Tinggi
Rata-rata 2,9 3 2,8 2,9 3 2,9 2,8

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


85
85

Lampiran 3. Partisipasi Dalam Pemanfaatan Kelompok Wanita Tani (KWT)

Pernyataan untuk item (poin)


No. Responden Total (poin) Rata-rata (poin) Kategori
1 2 3 4 5
1 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
2 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
3 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
4 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
5 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
6 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
7 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
8 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
9 3 3 3 1 3 13 2,6 Tinggi
10 3 3 3 1 3 13 2,6 Tinggi
11 3 3 3 1 3 13 2,6 Tinggi
12 3 3 3 1 3 13 2,6 Tinggi
13 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
14 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
15 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
16 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
17 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
18 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
19 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
20 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
21 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
22 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
23 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
24 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
25 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
86
86

26 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
27 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
28 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
29 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
30 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
31 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
32 3 3 3 3 3 15 3 Tinggi
Total 96 96 96 92 96
476 2,95 Tinggi
Rata-rata 3 3 3 2,9 3

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


87

Lampiran 4. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok


Tani Untuk Indikator Perencanaan

( ) ( )
( )

( )

Tabel 4.1. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok Tani


Untuk Indikator Perencanaan

Interval (poin) Total skoring Interval Total rata- Kategori


(poin) (poin) rata (poin)
608,00 – 1.013,33 1,00 – 1,66 Rendah
1.013,34 – 1.418,67 1,67 – 2,32 Sedang
1.418,68 – 1.824,01 652 2,33 – 3,00 2,91 Tinggi
Sumber : Data Primer yng diolah, 2023

Keterangan :

Interval poin : Interval rata-rata :

608,00 – 1.013,33 : 1 (rendah) 1,00 – 1,66 : 1 (rendah)

1.013,34 – 1.418,67 : 2 (sedang) 1,67 – 2,32 : 2 (sedang)

1.418,68 – 1.824,01 : 3 (tinggi) 2,33 – 3,00 : 3 (tinggi)


88

Lampiran 5. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok


Tani Untuk Indikator Pelaksanaan

( ) ( )
( )

( )

Tabel 5.1. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok Tani


Untuk Indikator Pelaksanaan

Interval (poin) Total skoring Interval Total rata- Kategori


(poin) (poin) rata (poin)
608,00 – 1.013,33 1,00 – 1,66 Rendah
1.013,34 – 1.418,67 1,67 – 2,32 Sedang
1.418,68 – 1.824,01 644 2,33 – 3,00 2,87 Tinggi
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Keterangan :

Interval poin : Interval rata-rata :

608,00 – 1.013,33 : 1 (rendah) 1,00 – 1,66 : 1 (rendah)

1.013,34 – 1.418,67 : 2 (sedang) 1,67 – 2,32 : 2 (sedang)

1.418,68 – 1.824,01 : 3 (tinggi) 2,33 – 3,00 : 3 (tinggi)


89

Lampiran 6. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok


Tani Untuk Indikator Perencanaan

( ) ( )
( )

( )

Tabel 6.1. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok Tani


Untuk Indikator Perencanaan

Interval (poin) Total skoring Interval Total Kategori


(poin) (poin) rata-rata
(poin)
608,00 – 1.013,33 1,00 – 1,66 Rendah
1.013,34 – 1.418,67 1,67 – 2,32 Sedang
1.418,68 – 1.824,01 476 2,33 – 3,00 2,95 Tinggi
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Keterangan :

Interval poin : Interval rata-rata :

608,00 – 1.013,33 : 1 (rendah) 1,00 – 1,66 : 1 (rendah)

1.013,34 – 1.418,67 : 2 (sedang) 1,67 – 2,32 : 2 (sedang)

1.418,68 – 1.824,01 : 3 (tinggi) 2,33 – 3,00 : 3 (tinggi)


90

Lampiran 7. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok


Tani Untuk Indikator Perencanaan

( ) ( )
( )

( )

Tabel 7.1. Perhitungan Kelas Interval Penilaian Partisipasi Kelompok Tani


Untuk Indikator Perencanaan

Interval (poin) Total skoring Interval Total rata- Kategori


(poin) (poin) rata (poin)
608,00 – 1.013,33 1,00 – 1,66 Rendah
1.013,34 – 1.418,67 1,67 – 2,32 Sedang
1.418,68 – 1.824,01 1,772 2,33 – 3,00 2,91 Tinggi
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Presentase (%) x 100% = 97,14%


91

Lampiran 8. Tabel Biaya Tetap Cangkul Petani Cabai Responden Kelompok


Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Cangkul
Luas lahan Lama Biaya Total
No Jumlah
(Meter) Harga Awal (Rp) Harga Akhir (Rp) pemakaian penyusutan biaya
(unit)
(tahun) (Rp) Tetap (Rp)
1 10x30 1 75000 100000 3 25000 8.333
2 10x30 1 75000 100000 3 25000 8.333
3 10x30 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0
5 20x30 1 80000 100000 3 20000 6.666
6 20x30 1 80000 100000 3 20000 6.666
7 20x30 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0
9 20x30 1 100000 110000 3 10000 3.333
10 20x30 1 100000 110000 3 10000 3.333
11 20x30 0 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0 0
13 17x40 1 100000 110000 3 10000 3.333
14 17x40 1 100000 110000 3 10000 3.333
15 17x40 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0
17 17x40 1 100000 110000 3 10000 3.333
18 17x40 1 100000 110000 3 10000 3.333
19 17x40 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0
21 15x30 1 100000 110000 3 10000 3.333
22 15x30 1 100000 110000 3 10000 3.333
23 15x30 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0
25 15x30 1 100000 110000 3 10000 3.333
26 15x30 1 100000 110000 3 10000 3.333
27 15x30 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0
29 20x60 1 200000 210000 3 10000 3.333
30 20x60 1 200000 210000 3 10000 3.333
31 20x60 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0
J 19.840 16 1.710.000 1.920.000 48 210.000 69.994
R 620 0,5 53.437,5 60.000 1,5 6562,5 2.187
*Biaya Penyusutan : Harga Awal – Harga Akhir
*Total : (Biaya Penyusutan x Jumlah Unit) / Lama Pemakaian
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023
92

Lampiran 6. Tabel Biaya Tetap Gembor Petani Cabai Responden Kelompok


Wanita Tani Di Kota Palangka Raya
Gembor
Total
Luas lahan Lama Biaya
No Harga Akhir biaya
(Meter) Jumlah (unit) Harga Awal (Rp) pemakaian penyusutan
(Rp) Tetap
(tahun) (Rp)
(Rp)
1 10x30 1 50000 60000 3 10000 3.333
2 10x30 1 50000 60000 3 10000 3.333
3 10x30 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0
5 20x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
6 20x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
7 20x30 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0
9 20x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
10 20x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
11 20x30 0 0 0 0 0 0.00
12 20x30 0 0 0 0 0 0.00
13 17x40 1 65000 70000 3 5000 1.666
14 17x40 1 65000 70000 3 5000 1.666
15 17x40 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0
17 17x40 1 65000 70000 3 5000 1.666
18 17x40 1 65000 70000 3 5000 1.666
19 17x40 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0
21 15x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
22 15x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
23 15x30 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0
25 15x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
26 15x30 1 65000 70000 3 5000 1.666
27 15x30 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0
29 20x60 1 100000 110000 3 10000 3.333
30 20x60 1 100000 110000 3 10000 3.333
31 20x60 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0
J 19.840 16 1080000 1180000 48 100000 33.324
R 620 0,5 33750 71515,1515 1,5 3125 1.041
*Biaya Penyusutan : Harga Awal – Harga Akhir
*Total : (Biaya Penyusutan x Jumlah Unit) / Lama Pemakaian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


93

Lampiran 7. Tabel Biaya Tetap Mulsa Petani Cabai Responden Kelompok


Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Mulsa
Luas lahan Lama Biaya
No Harga Awal Harga Akhir Total biaya
(Meter) Jumlah (roll) pemakaian penyusutan
(Rp) (Rp) Tetap (Rp)
(Tahun) (Rp)
1 10x30 1 900000 1000000 2 100000 5.000
2 10x30 0 0 0 0 0 0
3 10x30 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0
5 20x30 1 550000 650000 1 100000 100.000
6 20x30 0 0 0 0 0 0
7 20x30 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0
9 20x30 1 300000 500000 1 200000 200.000
10 20x30 0 0 0 0 0 0
11 20x30 0 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0 0
13 17x40 1 300000 500000 1 200000 200.000
14 17x40 0 0 0 0 0 0
15 17x40 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0
17 17x40 1 300000 500000 1 200000 200.000
18 17x40 0 0 0 0 0 0
19 17x40 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0
21 15x30 1 300000 500000 1 200000 200.000
22 15x30 0 0 0 0 0 0
23 15x30 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0
25 15x30 1 300000 500000 1 200000 200.000
26 15x30 0 0 0 0 0 0
27 15x30 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0
29 20x60 1 800000 900000 2 100000 5.000
30 20x60 0 0 0 0 0 0
31 20x60 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0
J 19.840 8 3750000 5050000 10 1300000 1.110.000
R 620 0,25 117188 157813 0,3125 40625 34.687
*Biaya Penyusutan : Harga Awal – Harga Akhir
*Total : (Biaya Penyusutan x Jumlah Roll) / Lama Pemakaian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


94

Lampiran 8. Tabel Biaya Tetap Polybag Besar Petani Cabai Responden


Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Polybag Besar
Luas lahan
No Harga Awal Harga Akhir Lama pemakaian Biaya Total biaya
(Meter) Jumlah (kg)
(Rp) (Rp) (bulan) penyusutan (Rp) Tetap (Rp)
1 10x30 1 40000 50000 3 10000 3.333
2 10x30 1 40000 50000 3 10000 3.333
3 10x30 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0
5 20x30 1 50000 60000 3 10000 3.333
6 20x30 1 50000 60000 3 10000 3.333
7 20x30 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0
9 20x30 1 30000 35000 3 5000 1.666
10 20x30 1 30000 35000 3 5000 1.666
11 20x30 0 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0 0
13 17x40 1 30000 35000 3 5000 1.666
14 17x40 1 30000 35000 3 5000 1.666
15 17x40 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0
17 17x40 1 30000 35000 3 5000 1.666
18 17x40 1 30000 35000 3 5000 1.666
19 17x40 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0
21 15x30 1 30000 35000 3 5000 1.666
22 15x30 1 30000 35000 3 5000 1.666
23 15x30 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0
25 15x30 1 30000 35000 3 5000 1.666
26 15x30 1 30000 35000 3 5000 1.666
27 15x30 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0
29 20x60 1 55000 65000 3 10000 3.333
30 20x60 1 55000 65000 3 10000 3.333
31 20x60 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0
J 19.840 16 590000 700000 48 110000 36.658
R 620 0,5 184375 21875 1,5 34375 1.146
*Biaya Penyusutan : Harga Awal – Harga Akhir
*Total : (Biaya Penyusutan x Jumlah Kg) / Lama Pemakaian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


95

Lampiran 9. Tabel Biaya Tetap Polybag Kecil Petani Cabai Responden


Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Polybag Kecil
Luas lahan Total
No Jumlah Harga Awal Harga Akhir Lama pemakaian Biaya
(Meter) biaya
(kg) (Rp) (Rp) (bulan) penyusutan (Rp)
Tetap (Rp)
1 10x30 1 40000 50000 2 10000 5.000
2 10x30 1 40000 50000 2 10000 5.000
3 10x30 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0
5 20x30 1 50000 60000 2 10000 5.000
6 20x30 1 50000 60000 2 10000 5.000
7 20x30 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0
9 20x30 1 30000 35000 2 5000 2.500
10 20x30 1 30000 35000 2 5000 2.500
11 20x30 0 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0 0
13 17x40 1 30000 35000 2 5000 2.500
14 17x40 1 30000 35000 2 5000 2.500
15 17x40 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0
17 17x40 1 30000 35000 2 5000 2.500
18 17x40 1 30000 35000 2 5000 2.500
19 17x40 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0
21 15x30 1 30000 35000 2 5000 2.500
22 15x30 1 30000 35000 2 5000 2.500
23 15x30 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0
25 15x30 1 30000 35000 2 5000 2.500
26 15x30 1 30000 35000 2 5000 2.500
27 15x30 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0
29 20x60 1 55000 65000 2 10000 5.000
30 20x60 1 55000 65000 2 10000 5.000
31 20x60 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0
J 19.840 16 590000 700000 32 110000 55.000
R 620 0,5 18437,5 21875 1 3437,5 1.718
*Biaya Penyusutan : Harga Awal – Harga Akhir
*Total : (Biaya Penyusutan x Jumlah Kg) / Lama Pemakaian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


96

Lampiran 10. Tabel Biaya Tetap Sabit Petani Cabai Responden Kelompok
Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Sabit/parang
Luas lahan Lama Biaya
No Jumlah Harga Awal Harga Akhir Total biaya Tetap
(Meter) pemakaian penyusutan
(unit) (Rp) (Rp) (Rp)
(tahun) (Rp)
1 10x30 1 50000 60000 3 10000 3.333
2 10x30 1 50000 60000 3 10000 3.333
3 10x30 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0
5 20x30 1 85000 100000 3 15000 5.000
6 20x30 1 85000 100000 3 15000 5.000
7 20x30 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0
9 20x30 1 75000 105000 3 30000 10.000
10 20x30 1 75000 105000 3 30000 10.000
11 20x30 0 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0 0
13 17x40 1 75000 105000 3 30000 10.000
14 17x40 1 75000 105000 3 30000 10.000
15 17x40 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0
17 17x40 1 75000 105000 3 30000 10.000
18 17x40 1 75000 105000 3 30000 10.000
19 17x40 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0
21 15x30 1 75000 105000 3 30000 10.000
22 15x30 1 75000 105000 3 30000 10.000
23 15x30 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0
25 15x30 1 75000 105000 3 30000 10.000
26 15x30 1 75000 105000 3 30000 10.000
27 15x30 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0
29 20x60 1 125000 135000 3 10000 3.333
30 20x60 1 125000 135000 3 10000 3.333
31 20x60 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0
J 19.840 16 1270000 1640000 48 370000 123.332
R 620 0,5 39687,5 51250 1,5 11562,5 3.854
*Biaya Penyusutan : Harga Awal – Harga Akhir
*Total : (Biaya Penyusutan x Jumlah unit) / Lama Pemakaian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


97

Lampiran 11. Tabel Biaya Variabel Bibit Cabai Rawit Petani Cabai
Responden Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Bibit cabai rawit


No Lahan Jumlah Total Harga Per
Harga Per Gram (Rp)
(Meter) (Bungkus) Petani (Rp)
1 10x30 1 35000 35000
2 10x30 1 35000 35000
3 10x30 0 0 0
4 10x30 0 0 0
5 20x30 1 45000 45000
6 20x30 1 45000 45000
7 20x30 0 0 0
8 20x30 0 0 0
9 20x30 1 25000 25000
10 20x30 1 25000 25000
11 20x30 0 0 0
12 20x30 0 0 0
13 17x40 1 25000 25000
14 17x40 1 25000 25000
15 17x40 0 0 0
16 17x40 0 0 0
17 17x40 1 25000 25000
18 17x40 1 25000 25000
19 17x40 0 0 0
20 17x40 0 0 0
21 15x30 1 25000 25000
22 15x30 1 25000 25000
23 15x30 0 0 0
24 15x30 0 0 0
25 15x30 1 25000 25000
26 15x30 1 25000 25000
27 15x30 0 0 0
28 15x30 0 0 0
29 20x60 1 45000 45000
30 20x60 1 45000 45000
31 20x60 0 0 0
32 20x60 0 0 0
J 19.840 16 500.000 500.000
R 620 0,5 15.625 15.625

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


98

Lampiran 12. Tabel Biaya Variabel Bibit Cabai Hijau Besar Petani Cabai
Responden Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Bibit cabai hijau besar


No Lahan Jumlah Total Harga Per
Harga Per Gram (Rp)
(Meter) (Bungkus) Petani (Rp)
1 10x30 1 35000 35000
2 10x30 1 35000 35000
3 10x30 0 0 0
4 10x30 0 0 0
5 20x30 1 45000 45000
6 20x30 1 45000 45000
7 20x30 0 0 0
8 20x30 0 0 0
9 20x30 1 25000 25000
10 20x30 1 25000 25000
11 20x30 0 0 0
12 20x30 0 0 0
13 17x40 1 25000 25000
14 17x40 1 25000 25000
15 17x40 0 0 0
16 17x40 0 0 0
17 17x40 1 25000 25000
18 17x40 1 25000 25000
19 17x40 0 0 0
20 17x40 0 0 0
21 15x30 1 25000 25000
22 15x30 1 25000 25000
23 15x30 0 0 0
24 15x30 0 0 0
25 15x30 1 25000 25000
26 15x30 1 25000 25000
27 15x30 0 0 0
28 15x30 0 0 0
29 20x60 1 45000 45000
30 20x60 1 45000 45000
31 20x60 0 0 0
32 20x60 0 0 0
J 19.840 16 500.000 500.000
R 620 0,5 15.625 15.625

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


99

Lampiran 13. Tabel Biaya Variabel Pupuk Kandang Petani Cabai Responden
Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Pupuk Kandang


No Lahan Total Harga Per
Jumlah (Sak) Harga Per Kg (Rp)
(Meter) Petani (Rp)
1 10x30 1 50000 50000
2 10x30 1 50000 50000
3 10x30 0 0 0
4 10x30 0 0 0
5 20x30 1 70000 70000
6 20x30 1 70000 70000
7 20x30 0 0 0
8 20x30 0 0 0
9 20x30 1 40000 40000
10 20x30 1 40000 40000
11 20x30 0 0 0
12 20x30 0 0 0
13 17x40 1 40000 40000
14 17x40 1 40000 40000
15 17x40 0 0 0
16 17x40 0 0 0
17 17x40 1 40000 40000
18 17x40 1 40000 40000
19 17x40 0 0 0
20 17x40 0 0 0
21 15x30 1 40000 40000
22 15x30 1 40000 40000
23 15x30 0 0 0
24 15x30 0 0 0
25 15x30 1 40000 40000
26 15x30 1 40000 40000
27 15x30 0 0 0
28 15x30 0 0 0
29 20x60 1 25000 25000
30 20x60 1 25000 25000
31 20x60 0 0 0
32 20x60 0 0 0
J 19.840 16 690.000 690.000
R 620 0,5 21.5625 21.562
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023
100

Lampiran 14. Tabel Biaya Variabel Pupuk Organik Petani Cabai Responden
Kelompok Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Pupuk Organik


No Lahan Jumlah Total Harga Per Petani
Harga Per Kg (Rp)
(Meter) (Sak/Liter) (Rp)
1 10x30 25 5000 125000
2 10x30 25 5000 125000
3 10x30 0 0 0
4 10x30 0 0 0
5 20x30 1 180000 180000
6 20x30 1 180000 180000
7 20x30 0 0 0
8 20x30 0 0 0
9 20x30 1 120000 120000
10 20x30 1 120000 120000
11 20x30 0 0 0
12 20x30 0 0 0
13 17x40 1 120000 120000
14 17x40 1 120000 120000
15 17x40 0 0 0
16 17x40 0 0 0
17 17x40 1 120000 120000
18 17x40 1 120000 120000
19 17x40 0 0 0
20 17x40 0 0 0
21 15x30 1 120000 120000
22 15x30 1 120000 120000
23 15x30 0 0 0
24 15x30 0 0 0
25 15x30 1 120000 120000
26 15x30 1 120000 120000
27 15x30 0 0 0
28 15x30 0 0 0
29 20x60 25 5000 125000
30 20x60 25 5000 125000
31 20x60 0 0 0
32 20x60 0 0 0.00
J 19.840 112 1580000 2.060.000
R 620 3,5 49375 64.375

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


101

Lampiran 15. Tabel Total Biaya Tetap Petani Cabai Responden Kelompok
Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Lahan Cangkul Gembor Polybag Polybag Parang Total Biaya


No Mulsa (Rp)
(Meter) (Rp) (Rp) Besar (Rp) Kecil (Rp) (Rp) Tetap (Rp)
1 10x30 8.333 3.333 5.000 3.333 5.000 3.333 28.332
2 10x30 8.333 3.333 0.00 3.333 5.000 3.333 23.332
3 10x30 0 0 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0 0 0
5 20x30 6.666 1.666 100.000 3.333 5.000 5.000 121.665
6 20x30 6.666 1.666 0.00 3.333 5.000 5.000 21.665
7 20x30 0 0 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0 0 0
9 20x30 3.333 1.666 200.000 1.666 2.500 10.000 219.165
10 20x30 3.333 1.666 0.00 1.666 2.500 10.000 19.165
11 20x30 0 0 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0 0 0
13 17x40 3.333 1.666 200.000 1.666 2.500 10.000 219.165
14 17x40 3.333 1.666 0.00 1.666 2.500 10.000 19.168
15 17x40 0 0 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0 0 0
17 17x40 3.333 1.666 200.000 1.666 2.500 10.000 219.165
18 17x40 3.333 1.666 0.00 1.666 2.500 10.000 19.165
19 17x40 0 0 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0 0 0
21 15x30 3.333 1.666 200.000 1.666 2.500 10.000 219.165
22 15x30 3.333 1.666 0.00 1.666 2.500 10.000 19.165
23 15x30 0 0 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0 0 0
25 15x30 3.333 1.666 200.000 1.666 2.500 10.000 219.165
26 15x30 3.333 1.666 0.00 1.666 2.500 10.000 19.165
27 15x30 0 0 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0 0 0
29 20x60 3.333 3.333 5.000 3.333 5.000 3.333 23.332
30 20x60 3.333 3.333 0.00 3.333 5.000 3.333 18.332
31 20x60 0 0 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 69.994 33.324 1.110.000 36.658 55.000 123.332 1.428.311
Rata-rata 2.187 1.041 34.687 1.146 1.718 3.854 44.635
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023
102

Lampiran 16. Tabel Total Biaya Variabel Petani Cabai Responden Kelompok
Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Lahan Cabai Rawit Cabai Besar Pupuk Kandang Pupuk Organik Total Biaya
No
(Meter) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Variabel (Rp)
1 10x30 35000 35000 50000 125000 245000
2 10x30 35000 35000 50000 125000 245000
3 10x30 0 0 0 0 0
4 10x30 0 0 0 0 0
5 20x30 45000 45000 70000 180000 340000
6 20x30 45000 45000 70000 180000 340000
7 20x30 0 0 0 0 0
8 20x30 0 0 0 0 0
9 20x30 25000 25000 40000 120000 210000
10 20x30 25000 25000 40000 120000 210000
11 20x30 0 0 0 0 0
12 20x30 0 0 0 0 0
13 17x40 25000 25000 40000 120000 210000
14 17x40 25000 25000 40000 120000 210000
15 17x40 0 0 0 0 0
16 17x40 0 0 0 0 0
17 17x40 25000 25000 40000 120000 210000
18 17x40 25000 25000 40000 120000 210000
19 17x40 0 0 0 0 0
20 17x40 0 0 0 0 0
21 15x30 25000 25000 40000 120000 210000
22 15x30 25000 25000 40000 120000 210000
23 15x30 0 0 0 0 0
24 15x30 0 0 0 0 0
25 15x30 25000 25000 40000 120000 210000
26 15x30 25000 25000 40000 120000 210000
27 15x30 0 0 0 0 0
28 15x30 0 0 0 0 0
29 20x60 45000 45000 25000 125000 240000
30 20x60 45000 45000 25000 125000 240000
31 20x60 0 0 0 0 0
32 20x60 0 0 0 0 0
Jumlah 500000 500.000 690.000 2060000 3.750.000
Rata-rata 15.625 15.625 21.562 64.375 117.188

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


103

Lampiran 17. Tabel Total Penerimaan Petani Cabai Responden Kelompok


Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Produksi Total


Produksi Penerimaan Penerimaan
No Lahan Harga (Rp) cabai besar Harga (Rp) Penerimaan
rawit (kg) (Rp) (Rp)
(Meter) (Kg) (Rp)
1 10x30 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
2 10x30 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
3 10x30 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
4 10x30 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
5 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
6 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
7 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
8 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
9 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
10 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
11 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
12 20x30 4 75.000 300.000 6 65.000 390.000 690.000
13 17x40 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
14 17x40 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
15 17x40 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
16 17x40 3 70.000 210.000 5 60.000 300.000 510.000
17 17x40 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
18 17x40 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
19 17x40 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
20 17x40 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
21 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
22 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
23 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
24 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
25 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
26 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
27 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
28 15x30 3 70.000 210.000 4 60.000 240.000 450.000
29 20x60 5 75.000 375.000 7 65.000 455.000 830.000
30 20x60 5 75.000 375.000 7 65.000 455.000 830.000
31 20x60 5 75.000 375.000 7 65.000 455.000 830.000
32 20x60 5 75.000 375.000 7 65.000 455.000 830.000
Jumlah 108 2.300.000 8.100.000 164 1.960.000 10.220.000 18.320.000
Rata-rata 3.375 71.875 253.125 5.125 61.250 319.375 572.500

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


104

Lampiran 18. Tabel Total Biaya Petani Cabai Responden Kelompok Wanita
Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Lahan Total Biaya Tidak


No Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya
(Meter) Tetap (Rp)
1 10x30 28.332 245000 273.332
2 10x30 23.332 245000 268.332
3 10x30 0 0 0
4 10x30 0 0 0
5 20x30 121.665 340000 461.665
6 20x30 21.665 340000 361.665
7 20x30 0 0 0
8 20x30 0 0 0
9 20x30 219.165 210000 429.165
10 20x30 19.165 210000 229.165
11 20x30 0 0 0
12 20x30 0 0 0
13 17x40 219.165 210000 429.165
14 17x40 19.168 210000 229.168
15 17x40 0 0 0
16 17x40 0 0 0
17 17x40 219.165 210000 429.165
18 17x40 19.165 210000 229.165
19 17x40 0 0 0
20 17x40 0 0 0
21 15x30 219.165 210000 429.165
22 15x30 19.165 210000 229.165
23 15x30 0 0 0
24 15x30 0 0 0
25 15x30 219.165 210000 429.165
26 15x30 19.165 210000 229.165
27 15x30 0 0 0
28 15x30 0 0 0
29 20x60 23.332 240000 263.332
30 20x60 18.332 240000 258.332
31 20x60 0 0 0
32 20x60 0 0 0
Jumlah 1.428.311 3.750.000 5.178.311
Rata-rata 44.635 117.188 161.822

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


105

Lampiran 19. Tabel Total Pendapatan Petani Cabai Responden Kelompok


Wanita Tani Di Kota Palangka Raya

Luas Lahan
No Penerimaan (Rp) Total Biaya Total Pendapatan
(Meter)
1 10x30 510.000 273.332 236.668
2 10x30 510.000 268.332 241.668
3 10x30 510.000 0 510.000
4 10x30 510.000 0 510.000
5 20x30 690.000 461.665 228.335
6 20x30 690.000 361.665 328.335
7 20x30 690.000 0 690.000
8 20x30 690.000 0 690.000
9 20x30 690.000 429.165 260.835
10 20x30 690.000 229.165 460.835
11 20x30 690.000 0 690.000
12 20x30 690.000 0 690.000
13 17x40 510.000 429.165 80.835
14 17x40 510.000 229.168 280.832
15 17x40 510.000 0 510.000
16 17x40 510.000 0 510.000
17 17x40 450.000 429.165 20.835
18 17x40 450.000 229.165 220.835
19 17x40 450.000 0 450.000
20 17x40 450.000 0 450.000
21 15x30 450.000 429.165 20.835
22 15x30 450.000 229.165 220.835
23 15x30 450.000 0 450.000
24 15x30 450.000 0 450.000
25 15x30 450.000 429.165 20.835
26 15x30 450.000 229.165 220.835
27 15x30 450.000 0 450.000
28 15x30 450.000 0 450.000
29 20x60 830.000 263.332 566.668
30 20x60 830.000 258.332 571.668
31 20x60 830.000 0 830.000
32 20x60 830.000 0 830.000
Jumlah 18.320.000 5.178.311 13.141.689
Rata-rata 572.500 161.822 410.678

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023


106

Lampiran 20. Rencana Kegiatan Dan Kebutuhan (RKKA) Kegiatan


Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Kelompok Wanita Tani
(KWT) TahapPenumbuhan Tahun 2021

Anggaran
No. Keterangan
Vol Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5
1 Sarana pembibitan 22,000,000
Bangunan fisik kebun bibit 3 m x 4 m 1 unit 12,000,000 12,000,000
- Pembelian aneka benih 4,195,000
- Benih cabai rawit 15 bks 50,000 750,000
- Benih cabai Besar 15 bks 55,000 825,000
- Benih terong 8 bks 50,000 400,000
- Benih tomat 8 bks 90,000 720,000
- Benih sawi 8 bks 50,000 400,000
- Benih seledri 8 bks 60,000 480,000
- Benih bunga kol 4 bks 75,000 300,000
- Benih kol 4 bks 80,000 320,000
Pengadaan peralatan dan media tanam 5,805.00
- Tanah subur 2 ret 850,000 1,700,000
- Pupuk kandang 30 sak 40,000 1,200,000
- Pupuk organic 5 sak 200,000 1,000,000
- Sekam bakar 6 sak 45,000 270,000
- Bak plastik persemaian 15 kg 50,000 750,000
- Polybag kecil 5 kg 40,000 200,000
- Polybag besar 4 kg 50,000 200,000
- Siang 19 m 18,000 285,000
- Gembor 2 buah 100,000 200,000
2 Pengembangan demplot 10,000,000
- Tanah subur 1 ret 850,000 850,000
- Mulsa 1 rol 500,000 500,000
- Pupuk kandang 60 sak 40,000 2,400,000
- Pupuk organic 6 sak 200,000 1,200,000
- Polybag besar 6 kg 50,000 300,000
- Cangkul 2 buah 200,000 400,000
- Sabit 3 buah 150,000 450,000
- Siang 20 m 15,000 300,000
Pompa air dan pemasangannya 1 unit 3,000,000 3,000,000
3 Pengadaan peralatan dan media tanam 23,000,000
- Tanah subur 10 ret 850,000 8,600,000
- Pupuk kandang 120 sak 40,000 4,800,000
- Pupuk organic 36 sak 200,000 7,200,000
- Polybag besar 50 kg 50,000 2,500,000
4 Penanganan pasca panen 5,000,000
- Styrofoam 1,450 buah 1,000 1,450,000
- Cling wrap 5 rol 250,000 1,250,000
- Plastik bungkus 10 rol 80,000 800,000
- Timbangan 1 unit 1,000,000 1,000,000
- Mesin pengikat isolative buat plastik 1 unit 500,00 500,000

Jumlah 60,000,000
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya, 2021
107

Lampiran 21. Dokumentasi Penilitian Di Kelompok Wanita Tani (KWT) Di


Kota Palangka Raya

Gambar 21.1. Dokumentasi Tanaman Usahatani Cabi Di Kelompok Wanita


Tani (KWT) Di Kota Palangka Raya

Sumber : Dokumentasi Sekunder, 2023


108

Gambar 21.2. Dokumentasi Hasil Pendapatan Usahatani Cabi Di Kelompok


Wanita Tani (KWT) Di Kota Palangka Raya

Sumber : Dokumentasi Sekunder, 2023


109

Gambar 21.3. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Bawi Pangaring

Sumber : Dokumentasi Primer, 2023

Gambar 21.4. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Karanggan


Makmur

Sumber :Dokumentasi Primer, 2023


110

Gambar 21.5. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Gatsu Palangka


Asri

Sumber : Dokumentasi primer, 2023

Gambar 21.6. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar Mekar


Sari

Sumber : Dokumentasi Primer, 2023


111

Gambar 21.7. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Bawi Mawiney

Sumber : Dokumentasi Primer, 2023

Gambar 21.8. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Berdikari

Sumber : Dokumentasi Primer, 2023


112

Gambar 21.9. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi

Sumber : Dokumentasi primer, 2023

Gambar 21.10. Dokumentasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Bajenta

Sumber : Dokumentasi Primer, 2023

Anda mungkin juga menyukai