Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman dikenal mempunyai kemampuan menghasilkan metabolit sekunder
yang tinggi dan telah digunakan untuk pengobatan penyakit. Banyak produk alam
menunjukkan adanya bahan biologi yang menarik dan mempunyai aktifitas
farmakologi sebagai bahan kemoterapi yang digunakan untuk pengembangan
pengobatan modern. Penggunaan herbal telah digunakan sejak tahun 1990. Pada
beberapa tanaman ditemukan kandungan melimpah dari metabolit sekunder seperti
tanin, terpenoid, alkaloid, flavonoid (Solanki & Selvanagayam 2013). Selada air
(Nasturtium officinale R. Br.) adalah tumbuhan yang tergolong dari famili
Brassicaceae berasal dari Eropa dan Asia.
Selada air biasanya dikonsumsi sebagai sayuran atau salad. Selada air
merupakan sumber vitamin A dan C yang baik, mengandung niasin, asam askorbat,
tiamin, riboflavin, dan zat besi (Stephens 2012). Masyarakat Turki menggunakan
tumbuhan ini untuk mengobati sakit perut (Ozen 2009). Selada air juga digunakan
sebagai obat untuk diabetes, bronkitis, diuresis, sebagai anti-ulserogenik,
mengobati kudis, tuberkulosis, influenza, asma, suplemen nutrisi, melancarkan
pencernaan, antimikroba, serta antikarsinogenik (Hoseini et al, 2009). Selada air
merupakan salah satu sayuran yang mempunyai efek antikanker, penelitian ini
memprediksi kandungan selada air yaitu phenetyl isothiocyanate yang berperan
sebagai anti kanker dengan menggunakan metode docking analysis (Rajalakshmi
& Agalyaa 2010). Menurut Ibrahim et al. (2015), selada air mengandung senyawa
isotiosinat, kaemferol glikosida dan l-triptofan yang berfungsi untuk menangkal
radikal bebas, membantu memperbaiki kerusakan dan sintesis DNA.
Penelitian mengenai selada air belum banyak dilakukan di Indonesia dan
hanya sebatas pada kandungan fitokimia dan antioksidan. Oleh sebab itu,
diperlukan penelitian yang berbasis in vitro untuk mengetahui efektifitas dan
peranan selada air. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi dari ekstrak selada
air sebagai antioksidan dan inhibitor pembelahan sel yang tidak terkendali pada
kanker.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana cara budidaya tanaman watercress dengan sistem hidroponik di
Pham Van Choi, Chu Chi, Kota Ho Chi Minh, Vietnam?
2. Bagaimana cara mengetahui cara panen watercress di Pham Van Choi, Chu
Chi, Kota Ho Chi Minh, Vietnam?
3. Bagaimana cara pasca panen tanaman watercress di Pham Van Choi, Chu
Chi, Kota Ho Chi Minh, Vietnam?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah maka tujuannya adalah untuk :
1. Mengetahui cara cara yang baik dalam budidaya tanaman watercress dengan
sistem hidroponik di Pham Van Choi, Chu Chi, Kota Ho Chi Minh, Vietnam.
2. Mengetahui cara panen tanaman watercress di Pham Van Choi, Chu Chi,
Kota Ho Chi Minh, Vietnam.
3. Mengetahui pasca panen tanaman watercress Pham Van Choi, Chu Chi, Kota
Ho Chi Minh, Vietnam.

1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengetahuan dan pengalamandalam melaksanakan proses kerja
secara nyata. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme budidaya serta
penanganan panen dan pasca panen tanaman selada di Vietnam.
2. Bagi pelaku usaha selada, hasil Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan dalam menerapkan teknik budidaya serta
penanganan panen dan pasca panen selada yang baik.
3. Bagi pihak lain, hasil Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai
referensi untuk memulai usaha dan penelitian yang sejenis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Watercress
Selada air (watercress) termasuk ke dalam genus Nasturtium. Nasturtium
yang umum agak berbeda, para ahli tumbuhan juga menyebutnya Rorippa dan
Radicula sebagai nama umum alternatif. Kultivar watercress dikenal sebagai
variasi dari nama-nama umum seperti eker, biller, bilure, rib cress, brown cress,
teng tongue, long tails, dan well grass. Watercress mempunyai daun majemuk yang
halus dengan tiga sampai selusin anak daun yang berbentuk hampir bulat dengan
lebar 1 inch. Daun dan batang sebagian terendam air selama masa pertumbuhan.
Watercress tumbuh dengan baik di tempat yang beriklim dingin di aliran air yang
tenang dan bersih. Jika tidak ada aliran air, watercress mungkin masih bisa tumbuh
dengan jumlah kecil. Watercress adalah sumber vitamin A dan C yang baik,
mengandung niasin, asam askorbat, tiamin, riboflavin, dan zat besi. Tumbuhan ini
dibawa ke Amerika Serikat oleh para imigran Eropa dan sekarang tumbuh liar di
air yang mengalir dan tempat-tempat yang terbanjiri air di seluruh Amerika Serikat.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae/Cruciferae
Genus : Nasturtium
Spesies : Nasturtium spp.
(Anonim, 2015.)
Tumbuhan yang termasuk Brassicaceae meliputi pohon, semak, atau herba
yang dapat memproduksi glukosinolat (minyak mustard) dan memiliki sel-sel
mirosin. Duduk daun biasanya berseling dan spiral, terkadang ada yang roset akar.
Tipe daun tunggal, pertulangan menyirip, seringnya tepi daun berombak atau
berdaun majemuk menjari atau menyirip, tepi daun bergerigi, vena menjari atau
menyirip, ada yang berstipula dan ada yag tidak.

4
5

Bangsa Brassicaceae sering disebut juga sebagai bangsa mustard karena


dapat menghasilkan minyak mustard. Mustard memiliki 4 petal yang tersusun
seperti huruf X atau H. Petalnya mungkin terpisah dengan dalam yang membuatnya
muncul seperti 8 petal. Kulit biji mustard mempunyai banyak bentuk dan ukuran,
tetapi selalu berbentuk tandan pada tangkai tangkai bunga yang terkadang terlihat
seperti tangga spiral. Mustard mempunyai 4 sepal, 4 petal, dan 6 stamen (2 pendek,
4 panjang). Ovari terletak superior dan terdiri atas gabungan dari dua karpel
(bicarpellate) membentuk satu ruang tunggal. Buahnya matang seperti siliqua,
artinya sebuah kulit yang berada di dinding luar jatuh meninggalkan bagian dalam
yang murni secara sempurna. Genus yang ditemukan di dunia ada 375 genus dan
3200 spesies, sekitar 55 genus ditemukan di Amerika Utara. Spesies yang paling
umum dan tersebar luas dari genus Nasturtium adalah N. Officinale R. Br. dan N.
Microphyllum (Boenn.) Rchb.. Keduanya mempunyai ciri morfologi yang hampir
sama, tetapi bunga dan buahnya sedikit berbeda.
N. officinale R. Br. merupakan herba air yang termasuk ke dalam famili
Brassicaceae dan sering diasosiasikan dengan Veronica anagallis-aquatica.
Keduanya tidak ada hubungan kekerabatan, hanya habitatnya saja yang sama. N.
Officinale R. Br. merupakan herba perenial. Tumbuhan ini biasanya berupa rumpun
di tempat dingin, air yang mengalir pelan, dan perairan dangkal. Tumbuhan ini bisa
muncul pada musim dingin pada air yang tidak membeku. N. Officinale R. Br.
berdaun majemuk dengan banyak daun muda yang bertepi berombak, oval, atau
berbentuk tombak yang tumbuh dari tangkai pusat. Panjang daunnya antara 4-12
cm pada tipe daun muda yang terlebar, batangnya antara 10-60 cm dan pada bagian
bawahnya terdapat akar serabut yang tipis.
Bunganya berukuran 3-5 mm terdapat di ujung batang dan tangkai yang
pendek dengan 4 mahkota yang berwarna putih. Panjang buahnya antara 10-25 mm
dan lebarnya 2mm yang terletak pada tangkai yang panjangnya 8-12 mm. Buahnya
tipis, silinder agak melengkung dan terdiri atas 4 deret biji bulat yang kecil. N.
officinale R. Br. bisa keliru dianggap sebagai Western bittercress (Cardamine
occidentalis) yang cenderung tumbuh di tanah yang basah dari pada di air, tangkai
bunganya lebih panjang, daun muda lebih berombak dan lebih besar, dan buah yang
6

lebih besar. N. officinale R.Br. juga bisa dibingungkan dengan Amoracia latuscris
atau spesies Nasturtium dan Rorippa yang lain, termasuk N. microphyllum (Boenn.)
Rchb. yang hanya mempunyai satu deret biji dalam kulitnya.
2.2 Morfologi Tanaman
Biologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Morfologi adalah studi mengenai bentuk dan
perkembangan, penampilan eksternal tubuhnya dan berbagai organnya. Morfologi
Tumbuhan adalah cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang bentuk dan
susunan luar tubuh tumbuhan beserta fungsinya dalam kehidupan tumbuhan.
Karakter morfologi merupakan ciri yang umum digunakan untuk
mengklasifikasikan tumbuhan. Morfologi tumbuhan berdasarkan kesamaan ciri
dapat dikelompokkan dalam kelompok taksa tertentu. Karakter morfologi pada
Pteridophyta dan Spermatopyhta yang dapat diamati adalah semua organ
tumbuhan, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji beserta bagian-bagian
dan bentuk-bentuknya, sedangkan dalam penelitian ini yang akan dikarakterisasi
hanya organ daun, batang, dan akar.
a. Daun (Folium)
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang penting. Daun mempunyai
fungsi antara lain sebagai resopsi (pemecahan), mengolah makanan melalui
fotosintesis, serta sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan
dan pertukaran gas). Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami
modifikasi yang kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel yang dan
jaringan seperti yang terdapat pada batang. Organ pembuat makanan ini berbentuk
pipih lebar, agar dapat melaksanakan tugas utamanya, yaitu fotosintesis dengan
efektif.
Bagian-bagian daun yang lengkap meliputi upih daun atau pelepah daun
(vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun yang lengkap
dapat dijumpai pada beberapa tumbuhan, seperti pisang (Musa paradisiaca L.),
pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa sp.) dan lain-lain. Tumbuhan
seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap selain bagian-bagian
tersebut di atas, diantaranya daun penumpu (stipula), selaput bumbung (ocrea atau
7

ochrea), dan lidah-lidah (ligula). Sifat-sifat daun yang perlu diperhatikan adalah
bangunnya (circumscriptio), ujungnya (apex), pangkalnya (basis), susunan tulang-
tulangnya (nervatio atau nevatio), tepinya (margo), daging daunnya (intervenium),
dan sifat-sifat lain seperti keadaan permukaan atas maupun bawahnya (gundul,
berambut, atau lainnya), warnanya, dan lain-lain.
Tipe-tipe daun meliputi daun tunggal dan daun majemuk (folium
compasitum). Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk
dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk
menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus), dan daun majemuk
campuran (digitato pinntatus). Daun juga mengalami modifikasi pada banyak
tumbuhan sehingga membuatnya berguna bagi manusia, diantaraya adalah sulur,
piala, dan duri.
Sulur atau pembelit adalah daun yang berubah dan berfungsi sebagai
penunjang dengan membelit. Sulur dapat berasal dari tangkai daun (Nepenthes,
kantung semar), seluruh daun atau ujung daun (Gloirosa superba, kembang
sungsang), anak daun pada daun majemuk bahkan stipula, dan lain-lain. Piala
adalah modifikasi tangkai daun yang menjadi pipih lebar dan mengambil alih fungsi
helaian daun untuk berfotosintesis, misalnya pada Nepenthes, Acacia
auriculiformis, Utricularia dan Dischidia raffesiana. Daun yang kehilangan warna
hijaunya dan berubah menjadi runcing dan keras disebut duri. Contoh yang umum
adalah kaktus dan sebangsanya. Duri juga dapat berasal dari stipula seperti pada
jeruk kingkit.
Karakter morfologi tumbuhan lain yang dapat diamati adalah tata letak daun
pada batang (phyllotaxis atau dispositio foliorum). Sebelum menentukan tata letak
daun harus ditentukan dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-
buku batang yang memiliki kemungkinan hanya terdapat satu daun saja, dua daun,
atau lebih dari dua daun. Tata letak daun dihitung dengan menggunakan rumus yang
disebut dengan deret Fibonacci berdasarkan karakter yang dimiliki oleh daun.

b. Batang (Caulis)
8

Batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga daun. Daerah pada


batang yang menumbuhkan daun disebut nodus (buku), sedangkan daerah antara
dua nodus disebut internodium (ruas). Berdasarkan kenampakan batang, tumbuhan
dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis), seperti lobak
(Rhapanus sativus L.), dan sawi (Brassica juncea L.), dan tumbuhan yang jelas
berbatang, yang terdiri atas batang basah (herbaceus), batang berkayu (lignosus),
batang rumput (calmus), dan batang mendong (calamus).
Bentuk batang berdasarkan penampang melintangnya dapat dibedakan
menjadi bulat (teres), bersegi (angularis), dan pipih yang biasanya lalu melebar
menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang juga dapat
dikarakterisasi melalui sifat permukaannya, apakah licin (laevis), berusuk
(costatus), beralur (sulcatus), bersayap (alatus), berambut (pilosus), berduri
(spinosus), dan sebagainya. Arah tumbuh batang juga berbeda-beda, seperti tegak
lurus (erectus), menggantung (dependens, pendulus), berbaring (humifusus),
menjalar atau merayap (repens), serong ke atas atau condong (ascendens),
mengangguk (nutans), memanjat (scandens), dan membelit (volubilis). Sedangkan
percabangan pada batang dibedakan menjadi monopodial, simpodial, dan
menggarpu atau dikotom.
Batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas, sehingga tumbuhan
seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek umurnya, yaitu:
1) Tumbuhan annual (annulus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,
umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak mencapai
umur setahun, mislnya jagung (Zea mays L.), kedelai (Soya max Piper),
kacang tanah (Arachis hypogea L.), dan lain-lain.
2) Tumbuhan bienial; dua tahun (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk
hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru)
memerlukan waktu dua tahun, misalnya biet (Beta vulgaris L.) dan digitalis
(Digitalis purpurea L.).
3) Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur
sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat mencapai
umur sampai ratusan tahun. Terna yang berumur panjang biasanya
9

mempunyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup, meskipun bagiannya


yang di atas tanah sudah mati, misalnya empon-empon (Zingiberaceae).
c. Akar (Radix)
Akar tidak berfungsi untuk membawa daun, jadi akar tidak beruas atau
berbuku. Fungsi akar ialah untuk menegakkan berdirinya tumbuhan dan untuk
mengisap air beserta garam-garam dari tanah, dan menyalurkan air ini ke batang.
Akar harus menembus tanah dengan partikel-partikelnya yang keras, maka titik
vegetasi pada ujungnya dilindungi oleh calyptra (tudung akar).
Bagian-bagian akar meliputi leher akar atau pangkal akar (collum), ujung akar
(apex radix), batang akar (corpus radicis), cabang-cabang akar (radix lateralis),
serabut akar (fibrilla radicalis), dan rambut-rambut akar atau bulu-bulu (pilus
radicalis). Sedangkan sistem perakaran dapat dibedakan menjadi sistem akar
tunggang yang terdapat pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut yang
terdapat pada tumbuhan monokotil. Akar tunggang hanya dapat dijumpai pada
tumbuhan yang ditanam dari biji. Akar tunggang menurut percabangan dan
bentuknya dibedakan menjadi:
1) Akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang, dan jika ada
cabang-cabangnya biasanya cabang-cabang ini terdiri atas akar-akar yang
halus berbentuk serabut. Akar tunggang yang bersifat demikian seringkali
berhubungan dengan fungsinya sebagai tempat penimbunan zat makanan lalu
mempunyai bentuk yang istimewa, seperti:
a) Berbentuk sebagai tombak (fusiformis), pangkalnya besar meruncing ke
ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan, misalnya akar
lobak (Raphanus sativus L.), wortel (Daucus carota I.). bentuk akar ini
disebut pula akar tombak atau akar pena.
b) Berbentuk gasing (napiformis), pangkal akar besar membulat, akar-akar
serabut sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit meruncing,
seperti terdapat pada bengkuang (Pachyrrhizus erosus Urb.) dan biet
(Beta vulgaris L.), berdasarkan bentuknya dinamakan akar gasing.
10

c) Berbentuk benang (filiformis), jika akar tunggang kecil panjang seperti


akar serabut saja dan juga sedikit sekali bercabang, misalnya pada
kratok (Phaseolus lunatus L.).
2) Akar tunggang yang bercabang (ramosus), akar tunggang yang berbentuk
kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan
cabang-cabangnya bercabang lagi. Susunan akar yang demikian terdapat pada
pohon-pohon yang ditanam dari biji. Akar-akar pada sistem akar serabut
dapat dikemukakan hal-hal seperti berikut:
a. Akar yang menyusun akar serabut kecil-kecil berbentuk benang,
misalnya pada padi (Oryza sativa L.).
b. Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang, mislnya
pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.).
c. Akar serabut besar-besar hampir sebesar lengan, masing-masing tidak
banyak memperlihatkan percabangan, misalnya pada pandan
(Pandanus tectorius 501.).
2.3 Hidroponik
Hidroponik merupakan budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada
budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok
diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas. Dalam kajian
bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti
kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam
dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam
pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat
bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin
tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman. Di
mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila
nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari
tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi,
untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan
11

teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan


kebutuhan nutrisi.
Sistem hidroponik bisa digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan
lahan yang semakin tahun semakin sempit. Diharapkan hidroponik mampu menjadi
manfaat untuk masa depan karena mampu diberdayakan dalam kondisi lahan
sempit.
Macam-macam hidroponik antara lain :
a. Static solution culture (kultur air statis)
b. Continuous-flow solution culture, contoh : NFT (Nutrient Film Technique),
DFT (Deep Flow Technique)
c. Aeroponics
d. Passive sub-irrigation
e. Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
f. Run to waste
g. Deep water culture
h. Bubbleponics
i. Bioponic
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Tempat


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan pada tanggal 23
Februari – 3 Maret 2019 di Green Land yang berlokasi di Pham Van Coi, Cu Chi,
Kota Ho Chi Minh, Vietnam.
3.2 Metode Pelaksanaan
3.2.1 Metode Dasar
Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan
menggunakan metode deskriptif. Dimana metode deskriptif merupakan metode
yang memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan
atau masalah yang bersifat aktual. Berdasarkan pengamatan tersebut mahasiswa
menggambarkan kondisi dan kegiatan selama Praktik Kerja Lapangan serta
penerapan budidaya Watercress dengan sistem hidroponik.
3.2.2 Metode Praktik Kerja
1) Observasi
Observasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung pada
kondisi di lokasi Praktik Kerja Lapangan. Observasi dilakukan guna memperoleh
berbagai informasi dan data faktual serta memahami situasi dan kondisi dinamis
objek penelitian.
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data primer dari pihak
Perusahaan yang dijadikan informan penelitian dengan memberikan pertanyaan
yang terkait dengan aspek yang dikaji.
3) Tindakan
Tindakan yaitu mahasiswa secara aktif mengikuti kegiatan sesuai bimbingan
dari pihak perusahaan.
4) Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengambilan data atau bukti pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan dengan cara mengabadikan melalui media kamera.

12
13

3.3 Sumber Data


Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada dua
macam jenis data yaitu:
1) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur
dan teknik pengambilan data dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan, berupa wawancara dan observasi.
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung dari
lokasi Praktik Kerja Lapangan, berupa data dokumentasi, arsip resmi instansi
terkait, buku harian atau catatan yang diambil selama masa Praktik Kerja
Lapangan.
3.4 Tabel Kegiatan
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan PKL
Hari ke Hari Kegiatan
1 Sabtu, 23 Februari 2019 Pengenalan pemilik Green
Land
2 Minggu, 24 Feruari 2019 Pemotongan rockwool untuk
media tanam
Pembuatan instalasi
Pengenalan tanaman yang
terdapat di Green Land
Penyemaian benih
3 Senin, 25 Februari 2019 Pembuatan instalasi
4 Selasa, 26 Februari 2019 Pemotongan rockwool untuk
media tanam
5 Rabu, 27 Februari 2019 Pembuatan instalasi
6 Kamis, 28 Februari 2019 Penanaman bibit watercress
7 Jumat, 1 Maret 2019 Pemanenan watercress
8 Sabtu, 2 Maret 2019 Pemanenan watercress
9 Minggu, 3 Maret 2019 Freeday
Perpisahan dengan pemilik
kebun dan makan bersama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi PKL


4.1.1 Kota Ho Chi Minh Vietnam
Kota Ho Chi Minh (bahasa Vietnam: Thành phố Hồ Chí Minh),
adalah kota terbesar di Vietnam dan terletak dekat delta Sungai Mekong. Kota Ho
Chi Minh terletak pada 10°45' LU, 106°40' BT (10.75, 106.667) di wilayah tenggara
Vietnam, 1.760 km selatan dari Hanoi. Ketinggian rata-ratanya adalah 19 meter di
atas permukaan laut. Kota ini berbatasan dengan Provinsi Tay Ninh dan Binh
Duong di utara, Provinsi Dong Nai dan Ba Ria - Vung Tau di sebelah timur,
Provinsi Long An di barat dan Laut Timur di selatan dengan pantai yang
panjangnya 20 km. Luas kotanya 2.095 km² (0.63% dari daratan Vietnam),
membentang hingga ke Cu Chi (20 km dari perbatasan Kamboja), dan di bagian
bawah hingga ke Can Gio di pantai Laut Timur. Jarak dari titik paling utara (Komun
Phu My Hung, Distrik Cu Chi) ke titik yang paling selatan (Komun Long Hoa,
Distrik Can Gio) adalah 120 km, dan dari titik paling timur (Ward Long Binh,
Distrik Sembilan) hingga ke titik paling barat (Komun Binh Chanh, Distrik Binh
Chanh) adalah 46 km.
Kota ini beriklim tropis, dengan kelembapan rata-rata 75%. Satu tahun
dibagi menjadi dua musim yang sangat berbeda: Musim hujan dengan curah hujan
rata-rata sekitar 1.800 mm per tahun (sekitar 100 hari hujan per tahun), yang
biasanya dimulai pada bulan Mei dan berakhir pada akhir November. Musim kering
berlangsung dari Desember hingga April. Temperatur rata-ratanya 28 °C,
temperatur tertinggi kadang-kadang mencapai 39 °C sekitar tengah hari pada akhir
April, sementara yang terendah mungkin hingga di bawah 16 °C pada pagi-pagi
sekali di akhir Desember.

14
15

4.1.2 HCMC Hi-Tech Agriculture


HCMC Hi-Tech Agriculture seluas 88,17 ha di Cu Chi, didirikan pada tahun
2004 dan mulai dioperasikan pada tahun 2010.

Gambar 4.1 Pintu Gerbang HCMC Hi-Tech Agriculture


4.1.3 Green Land
Green Land adalah pusat pertanian di bawah pembibitan area pertanian
berteknologi tinggi di Kota Ho Chi Minh. Lokasi: Pham Van Coi, Cu Chi, Kota Ho
Chi Minh, Vietnam. Green Land mengkhususkan diri dalam penanaman dan
penggandaan banyak sayuran hijau dengan metode hidroponik, mengeksploitasi
tegakan vertikal untuk mengurangi luas lahan dan memastikan kesehatan dan
keselamatan lingkungan untuk memerangi perubahan iklim. Green Land mampu
menyediakan kebutuhan pasar dengan sayuran-sayuran yang bersih dan dengan
hasil produksi yang tinggi di setiap rumah tangga melalui transfer teknologi. Pusat
Green Land pada akhir pekan juga menyelenggarakan kursus dan seminar seperti
layanan pembelajaran bagi siswa di sekolah di HCMC tentang metode dan makna
pengembangan teknologi pertanian yang diterapkan dalam kehidupan manusia,
mengurangi kecacatan penyakit dan perubahan iklim.
16

Green Land juga secara aktif berpartisipasi dalam kontes transfer teknologi
untuk mendukung masyarakat dan memberikan pendidikan tentang perlindungan
kesehatan dan lingkungan. HCMC Hi-Tech Agriculture yang berada di Cu Chi
memiliki banyak Green Land yang digarap oleh petani lokal. Setiap petani memiliki
satu area Green Land yang dijadikan tempat budidaya. Dan Green Land yang kami
jadikan sebagai tempat PKL adalah Green Land milik Mr. Pham Than Loc.

4.2 Kegiatan Proses Budidaya Watercress


4.2.1 Persiapan Media Tanam

Gambar 4.2 Pemotongan dan Pemasangan Rockwool


Watercress dianggap sebagai sayuran paling tua yang dikonsumsi oleh
manusia, watercress adalah sepupu dekat sawi, kol dan arugula. Watercress
menyediakan banyak nutrisi dan manfaat kesehatan, dan bisa digunakan dalam
salad, sup, roti isi dan untuk memberi rasa pedas yang segar. Walau dianggap
sebagai tanaman tahan lama yang akuatik atau semi akuatik yang sering ditemukan
di air yang mengalir pelan, Anda juga bisa menanam watercress di dalam wadah di
dalam ruangan atau bisa juga di budidayakan dengan sistem hidroponik.
Budidaya watercress umumnya dilakukan pada lahan basah dan biasanya
dibudidayakan pada tanah di pinggiran sungai yang menggenang. Namun media
yang digunakan dalam budidaya watercress dengan sistem hidroponik di kebun ini
17

adalah dengan menggunakan rockwool. Di Indonesia pun media tanam juga sudah
menggunakan rockwool. Perlu diketahui rockwool merupakan media tanam yang
memiliki banyak pori-pori, sehingga dapat menyimpan air lebih baik dari media
tanam lain. Rockwool juga memiliki tingkat sterilitas yang tinggi, maka tanaman
tidak akan terserang hama, jamur, hingga bakteri.
Pengelolaan media tanam juga harus dilaksanakan dengan sebaik baiknya
agar menghasilkan tanaman yang baik dan sehat. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah memotong rockwool dengan ukuran ±3cm-5cm. Lalu memasukkan
rockwool basah yang sudah diberi pupuk kedalam net pot. Sebelum dimasukkan
kedalam net pot, rockwool dimasukkan kedalam air bersih terlebih dahulu agar
rockwool lunak dan dapat memudahkan saat memasukkan ke dalam net pot. Pupuk
yang biasa digunakan untuk dimasukkan kedalam rockwool adalah pupuk kandang.
4.2.2 Penanaman
Budidaya watercress dengan menggunakan sistem hidroponik, maka hasil
panen akan lebih cepat. Namun juga harus memperhatikan aspek lain yaitu
ketepatan dalam pemberian nutrisi, intensitas cahaya, dan juga suhu di sekitar
tanaman tumbuh. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah air nutrisi yang
benar-benar tepat dan dapat terserap dengan sempurna. Hal ini karena dengan
memakai cara hidroponik, maka nutrisi yang didapatkan hanya melalui air nutrisi
saja.
Proses penanaman watercress dengan system hidroponik harus dilakukan
secara hati-hati mengingat tanaman ini memiliki batang yang lunak. Pertama tama
bibit watercress dipotong sepanjang 15cm dengan ujung yang lancip, tujuannya
agar memudahkan saat penanaman. Kemudian watercrees ditanam pada rockwool
yang sudah disediakan dengan cara menancapkan ujung bibit pada rockwool.
Setelah itu meletakkan net pot yang sudah ditanami ke wadah berbahan sterofoam.
Pemilihan wadah ini bertujuan agar net pot dapat mengambang diatas air. Nantinya
akar akan melilit pada net pot, jadi akar tidak akan tumbuh sampai kedasar kolam.
Setelah penanaman selanjutnya watercress yang sudah ditata di dalam sterofoam
diletakkan dengan rapi memenuhi kolam hidroponik, tujuannya agar tanaman
terlihat rapi dan tumbuh dengan baik.
18

Gambar 4.3 Penanaman watercress

Gambar 4.4 Penanaman watercress

4.2.3 Pemupukan
Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan
19

kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat
makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi
tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.
Pemupukan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui akar dan daun.

Gambar 4.5 Tanki Penyimpanan Pupuk

Pemupukan melalui akar bertujuan memberikan unsur hara pada tanah


untuk kebutuhan tanaman. Pada umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat
dilakukan secara disebar (broadcasting), ditempatkan dalam lubang (spot
placement), larikan atau barisan (ring placement). Sedangkan melalui daun,
pemupukan dilakukan secara penyemprotan (spraying). Sistem pemupukan di
Agricultural Hi-Tech Park sudah menggunakan nutrisi AB Mix yang kemudian
disalurkan ke setiap sistem penanaman. Nutrisi hidroponik AB Mix merupakan
nutrisi hidroponik yang populer digunakan untuk budidaya hidroponik. AB Mix
merupakan campuran antara pupuk A dan pupuk B. Pupuk A mengandung unsur
kalium sedangkan pupuk B mengandung sulfat dan fosfat. Ketiga unsur ini tidak
boleh dicampur dalam keadaan pekat agar tidak menimbulkan endapan.
20

Gambar 4.6 Alat timer pemupukan

Keunggulan dari nutrisi hidroponik AB Mix ini adalah terdapat pada kelengkapan
unsur haranya, sedangkan kekurangannya adalah dapat meyebabkan tanaman
terbakar bila diberikan pada tanaman dalam dosis yang terlalu banyak (berlebihan).
Pada setiap tabung terdapat pupuk yang berbeda, pada tabung A berisi pupuk mikro
dan tabung B berisi pupuk makro. Pada sistem pemupukan ini sudah menggunakan
sistem yang terkontrol dan pemupukan sudah diatur menggunakan timer. Di
Indonesia mungkin sudah ada yang menggunakan sistem timer, hanya saja belum
banyak yang menggunakan. Di Green Land ini pemupukan diatur setiap 6 jam
sekali. Pupuk akan dialirkan menuju pipa kolan sesuai dengan timer yang sudah
diatur. Pada proses pemupukan dengan sistem AB Mix ini, nutrisi yang diberikan
tidak boleh terlalu pekat dan akar tanaman hanya dapat menyerap nutrisi yang
benar-benar telah terlarut dalam air.

4.2.4 Panen
Setelah melalui beberapa tahapan mulai dari menyiapkan media tanan,
penanaman, pemupukan dan perawatan selanjutnya memasuki tahap akhir yaitu
pemanenan. Pemanenan watercrees dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 2
bulan. Cara memanennya yaitu dengan cara memotong tanaman. Pemotongan
21

watercress dilakukan menggunakan gunting dapur atau gunting tanaman, cara


pemotongannya yaitu dengan cara memotong bagian terujung dari tanaman
sepanjang 10-15cm sesuai dengan keperluan. Memotong tanaman lebih dari
sepertiga tanaman sangat dihindarkan agar tanaman memiliki daun yang cukup
untuk tetap tumbuh.

Gambar 4.7 Pemanenan watercress

Panen secara periodik membantu pertumbuhan baru pada tanaman.


Pemanenan dapat dilakukan sampai 6 kali panen. Setelah pemanenan selanjutnya
watercress akan disortasi. Klasifikasi watercress yang dapat dipasarkan yaitu yang
tidak layu dan tidak busuk. Harga jual watercrees dipasaran sekitar 1 USD.
Sedangkan watercress yang layu dan busuk akan dijadikan pupuk. Pengolahan
pupuk dari watercress ini juga diolah sendiri oleh Mr. Loc.

4.3 Jadwal Kegiatan


Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan
Hari ke Hari Kegiatan
22

1 Sabtu, 23 Februari 2019 Pengenalan pemilik Green


Land
2 Minggu, 24 Feruari 2019 Pemotongan rockwool untuk
media tanam
Pembuatan instalasi
Pengenalan tanaman yang
terdapat di Green Land
Penyemaian benih
3 Senin, 25 Februari 2019 Pembuatan instalasi
4 Selasa, 26 Februari 2019 Pemotongan rockwool untuk
media tanam
5 Rabu, 27 Februari 2019 Pembuatan instalasi
6 Kamis, 28 Februari 2019 Penanaman bibit watercress
7 Jumat, 1 Maret 2019 Pemanenan watercress
8 Sabtu, 2 Maret 2019 Pemanenan watercress
9 Minggu, 3 Maret 2019 Freeday
Perpisahan dengan pemilik
kebun dan makan
malam bersama
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1) Agricultural Hi-Tech Park merupakan tanah milik pemerintah yang kemudian
dikelola oleh masyarakat, lalu hasilnya dibagi dua untuk Green Land dan
masyarakat itu sendiri. Green Land ini memiliki lahan seluas 88,14 ha.
2) Green Land ini sudah menggunakan alat dan mesin yang canggih, dan green
land juga menyediakan berbagai macam fasilitas seperti laboraturium, kantor
pemasaran, gudang pupuk dan benih.
3) Perbedaan budidaya di Indonesia dan di Vietnam yaitu terletak pada alat dan
mesin pertaniannya, di Indonesia belum terlalu banyak yang menggunakan
sistem timer untuk pemupukannya.
5.2 SARAN
1) Sebaiknya pemanenan dilakukan dengan cepat agar hasil panen watercrees
tidak banyak yang layu.
2) Sortasi sabaiknya dilakukan ditempat terpisah diluar green house, karena
suhu di green house sangat panas dan menyebabkan watercrees cepat layu
saat dipanen.

23
DAFTAR PUSTAKA

Assidiq, Abdul Kahfi. 2008. Kamus Lengkap Biologi. Panji Pustaka. Yogyakarta.

Elpel, Thomas J. 2010. Botany In A Day; The Pattern Method of Plant Identification
5th ed. HOPS Press. hlm 86.

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Sutrian, Yayan. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan


Jaringan). Rineka Cipta. Jakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Tjitrosomo, dkk. Botani Umum 1. hlm 32.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi, dkk. Botani Umum 1. Penerbit Angkasa. Bandung.

Wulandari, Dania Retno. 2009. “Karakteristik Morfologi dan Anatomi Beberapa


Spesies dan Kultivar Begonia Serta Analisis Hubungan Kekerabatannya”,
Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.

24
25

LAMPIRAN
26

Gambar 1. Identitas kepemilikan green house

Gambar 2. Lokasi green house


27

Gambar 3. Watercrees yang baru ditanam

Gambar 4. Watercress siap panen

Gambar 5. Tanaman Watercress


28

Gambar 5. Proses pemanenan watercress

Gambar 6. Watercress yang sudah dikemas


29

Gambar 7. Pemberian materi dan pengenalan lahan oleh Mr. Loc

Gambar 8. Proses penanaman watercress


30

Gambar 9. Foto bersama Mr. Loc

Gambar 10. Foto bersama volunteer Vietnam


31

Gambar 11. Pengenalan beberapa tanaman obat di Green Land

Gambar 12. Pemberian materi tentang hidroponik


32

Gambar 13. Berkunjung ke green house milik petani lain

Gambar 14. Gapura pintu masuk Green Land


33

Gambar 15. Pross penanaman watercrees

Gambar 16. Pemberian materi oleh Mr. Loc

Anda mungkin juga menyukai