Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
Oleh:
Nadya Nur Novalita
NIM : 11150840000033
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Nadya Nur Novalita
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 29 September 1996
3. Alamat : Jalan Cipinang Lontar 1 No 20
003/008 Kelurahan Cipinang,
Kecamatan Pulogadung
Jakarta Timur, 13240
4. Telepon : 088221900781
5. Email : ndynvlt@gmail.com
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
Kata Kunci: Lokasi usaha, modal, jam kerja, pendapatan, jenis dagangan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala rahmat hidayah dan karunia-Nya, sehingg penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ PENGARUH LOKASI USAHA, MODAL, JAM
KERJA, DAN JENIS DAGANGAN TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG KECIL DI SEKITAR STASIUN TANAH ABANG, TEBET
DAN JAKARTA KOTA.“, tak lupa salawat dan salam kita haturkan Rasulallah
SAW atas syafa’atnya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan bimbingan, bantuan, saran, doa, dan
dukungan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka
dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih untuk
pihak yang ikut andil, yaitu:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Asep Noval Hasyimi dan Ibu Endah Nur
Mukamah yang selalu mendoakan, menyemangati, menasihati, dan
memfasilitasi semua kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Pheni Chalid, Ph.D sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan dan arahan dengan sabar, meluangkan waktu, serta memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga
akhir. Semoga bapak selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufriani, Lc, M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
4. Bapak Dr. M. Hartana I Putra, M.si dan Bapak Deni Pandu Nugraha, M.sc
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang
telah memberikan arahan dan bantuan selama masa perkuliahan ini.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, Bapak Djaka Badranaya, dan Bapak Sofyan
Rizal, M.Si selaku dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang senantiasa
viii
membantu, meluangkan waktu, dan memberikan masukan bagi penulis selama
masa perkuliahan.
6. Seluruh jajaran dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya dosen
Jurusan Ekonomi Pembangunan yang mana selama masa perkuliahan telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta staf yang selalu
melayani dan membantu selama masa perkuliahan
7. Teman-teman Panjat Sosial ( Syifa Aliani, Dena Putri, Azizha Delvine, Gera
Rahma, Kasanti, Anindya, dan Syifa Budi) yang selalu menolong,
mengingatkan, memotivasi, dan menghibur dari masa awal perkuliahan hingga
proses akhir penulisan skripsi.
8. Mohammad Afriareza selaku orang terdekat yang setiap saat membantu,
memberikan motivasi, memfasilitasi, mendengarkan keluh kesah, dan
menghibur penulis selama proses penulisan skripsi ini.
9. Areste Kirana Cita selaku saudara dan sahabat terdekat penulis yang selalu
membantu, memberikan informasi, mendengarkan keluh kesah dan menghibur
selama proses penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman PEKA ( Pembangunan Ekonomi Kelas A) yang namanya tidak
bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan semangat dan
menghibur selama masa perkuliahan.
11. Senior- senior Jurusan Ekonomi Pembangunan ( Abang Tanu, Abang Hilmi,
Abang Azka, Abang Naufal, Abang Idham, Abang Temon, Kak Vanya, dan
Kak Wini ) yang selalu membantu dan memberikan masukan untuk penulis
ketika dalam masa sulit selama perkuliahan.
12. Intan Choirunnisa dan Indy M Boer yang selalu mendengarkan curahan hati
dan keluh kesah penulis.
13. Senior-senior dan teman-teman HMI KAFEIS yang memberikan ilmu dan
memberikan dukungan bagi penulis selama masa perkuliahan.
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan masukan agar skripsi ini dapat berguna
dan memberikan manfaat pada bidang terkait.
Tangerang Selatan
x
DAFTAR ISI
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 38
C. Metode Pengumpulan data ......................................................................... 40
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 43
E. Skala Pengukuran ....................................................................................... 43
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 44
1. Uji Validitas ........................................................................................... 44
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 45
3. Crosstabulation atau Tabulasi Silang..................................................... 45
4. Uji Korelasi Spearman ........................................................................... 45
G. Operasional Variabel .............................................................................. 46
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tidak jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia.
Tabel 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2013-2017 ( Dalam Persentase)
Tahun Tingkat
2013 6,17
2014 5,94
2015 6,18
2016 5,61
2017 5,5
Sumber : BadanvPusat Statistik, Survei Angkatan Kerja Nasional ( Sakernas),
diolah, 2018.
2
menentukan target sendiri, dan dapat mengembangkan ide dan berkarya
dengan maksimal. Dapat dikatakan bahwa dengan menjadi seorang pekerja
mandiri jam kerja yang digunakan lebih bebas dari pada jam kerja seorang
karyawan perusahaan, lalu tekanan dalam melakukan pekerjaan sangat minim
karena seorang pekerja mandiri hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri,
karena minimnya tekanan seorang pekerja mandiri lebih mudah untuk
mendapatkan dan mengembangkan ide terkait dengan pekerjaannya. Hal – hal
ini dapat pula menjadi pendorong mengapa seseorang lebih memilih untuk
menjadi pekerja mandiri
Jenis pekerjaan yang merupakan pekerja mandiri salah satunya adalah
dengan menjadi seorang pedagang. Berdagang merupakan solusi yang tepat
dan potensi untuk menghasilkan pendapatan dikala sulitnya mencari pekerjaan
pada bidang lain dan tidak ingin terkekang pada aturan perusahaan. Namun,
pada banyak kasus terdapat kendala-kendala tertentu yang dialami oleh
pedagang yang baru akan memulai usahanya. Kendala- kendala yang dialami
tersebut biasanya adalah modal usaha yang terbatas dan perizinan usaha yang
berbelit-belit, dikarenakan kendala ini pada akhirnya masyarakat lebih
memilih untuk menjadi pedagang kecil karena tidak membutuhkan modal
yang besar dan perizinan usaha.
Yan Pieter dalam Rachbini (1994) menyebutkan bahwa
pedagangpkecil merupakan pedagang yangpberjualan pada tempat yang tidak
resmi seperti tepi jalan, taman-taman, emper toko dan pasar yang tidak
ditujukan untuk itu. Berdasarkan pendapat tersebut maka pedagang kecil ini
juga dapat disebut dengan pedagang kaki lima, istilah tersebut didapatkan
karena lokasi jualan mereka yang menggunakan trotoar yang merupakan tepi
jalan, yang mana pada masa penjajahan Belanda dibuat aturan bahwa setiap
pembangunan jalan harus menyisakan ruang untuk pejalan kaki sepanjang 5
feet atau 5 kaki, maka dari itu pedagang yang berdagang memanfaatkan
trotoar disebut pedagang kaki lima atau bisa disingkat dengan PKL.
3
Tabel 1.2
Jumlah Usaha Non Pertanian Sensus Ekonomi 2016
S
Nama Pulau Jumlah Unit Usaha
u
Pulau Maluku dan Papua 500 Ribu
m
Pulau Kalimantan 1,4 Juta
bPulau Bali dan Nusa Tenggara 1,5 Juta
e Pulau Sulawesi 2,2 Juta
Pulau Sumatera 5 Juta
r
Pulau Jawa 16,2 Juta
4
lakukan adalah guna mendapatkan penghasilan dan lokasi yang mereka
tempati saat itu adalah lokasi yang ramai dan sering dilalui banyak orang,
maka dari itu mereka enggan untuk pindah ke lokasi lain walaupun telah
melanggar Undang-Undang. Lokasi yang biasa dilalui banyak orang salah
satunya adalah Stasiun Kereta. Statiun kereta selalu ramai oleh pengguna
kereta khususnya pengguna KRL.
Tabel 1.3
Nama Stasiun Kereta Commuter Line dengan Jumlah Penumpang
Terpadat di Jabodetabek Tahun 2017
5
ramainya kegiatan jual-beli yang ada di sekitar stasiun kereta dianggap
mengganggu pejalan kaki karena terjadi penyempitan ruang gerak untuk
berjalan dan juga mengganggu arus lalu lintas.
Akibatnya, beberapa stasiun kereta di Jabodetabek melarang pedagang
untuk berdagang di sekitar, stasiun tersebut diantaranya adalah Stasiun
Manggarai, Buaran, Jatinegara dan Pasar Minggu. Satuan Polisi Pamong Praja
atau Satpol PP rutin berjaga di stasiun tersebut untuk menindak tegas
pedagang yang kedapatan melanggar aturan. Namun, terdapat pula banyak
stasiun yang tidak terlalu ketat pengawasannya sehingga pedagang dengan
leluasa berkerumun di stasiun tersebut seperti pada Stasiun Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota.
Pada kasus ini, banyaknya penumpang yang ada mempunyai pengaruh
pada pedagang, karena jumlah penumpang yang ada merupakan potensi
pendapatan bagi pedagang yang lokasinya berada di sekitar stasiun. Potensi
pendapatan pedagang di sekitar stasiun pun berbeda antara satu stasiun dengan
stasiun yang lain sesuai dengan kepadatan jumlah penumpangnya.
Menurut Sundari (2017) dalam penelitiannya, sebelum seseorang
membuka bisnisnya faktor yang diperhatikan adalah lokasi usaha, dalam
berbelanja lokasi usaha akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk
membeli barang. Maka lokasi usaha merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pendapatan pedagang, lokasi yang kurang strategis dapat
menjadi hambatan bagi para pedagang untuk memaksimalkan keuntungannya.
Namun, menurut Rheza (2018) lokasi usaha tidak mempunyai terhadap
pendapatan pedagang, hal ini dikarenakan pada berbagai lokasi usaha
pedagang mempunyai tingkat keramaian yang sama.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang adalah
modal. Modal adalah seluruh kekayaan yang memiliki fungsi produktif dalam
kelangsungan usaha. Modal dapat diperoleh dari pedagang itu sendiri atau
pinjaman dari bank maupun non-bank. Seringkali pedagang mendapatkan
kesulitan untuk mendapatkan modal terutama para pedagang kecil atau
pedagang kaki lima. Mereka kesulitan mendapatkan modal dari bank karena
6
tidak memiliki jaminan yang sesuai dengan standar bank serta tidak dapat
membayar bunga, karena bunga pada bank cukup tinggi sementara pendapatan
yang mereka terima tidak menentu tiap harinya.
Selain itu pedagang juga harus menyiapkan modal operasional sehari-
hari. Menurut Swastha (2008) untuk meningkatkan keuntungan maka harus
ada tambahan modal untuk membeli barang dagangan. Apabila ada tambahan
modal harian, maka dapat menambah jumlah produk yang akan dijual,
semakin banyak produk yang dijual maka pendapatan pedagang akan
meningkat.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang
adalah jam kerja. Jam kerja merupakan waktu yang digunakan oleh pedagang
dalam menjajahkan barang dagangannnya perhari. Jam kerja pedagang pun
beragam, seperti jam kerja pedagang di sekitaran stasiun yang menyesuaikan
jenis dagangannya dan menyesuaikan dengan perkiraan ramainya penumpang
pada jam tertentu. Berdasarkan pengamatan, biasanya pedagang minuman
kaleng dan makanan ringan mempunyai jam kerja yang lebih banyak dari pada
pedagang lainnya, biasanya mereka berjualan dari pukul jam sibuk berangkat
kerja hingga malam hari hingga stasiun dirasa sudah sepi. Pedagang makanan
ringan lainnya, perkakas, dan aksesoris handphone biasanya mulai berjualan
pukul 13.00 hingga 21.00 WIB. Sedangkan pedagang makanan berat biasanya
berjualan pukul 17.00 hingga 23.00 WIB, namun ada pula yang berjualan dari
siang hingga sore hari.
Menurut Efni (2015) dalam penelitiannyammengatakanpbahwa
semakin tinggi jam kerja yang digunakan maka akan meningkatkan
produktivitas, dan semakin rendah jam kerja yang digunakan maka akan
menurunkan produktivitas. Sedangkan menurut Efendi dan Marijono (2014)
mengatakan semakin tinggi produktivitas maka penghasilan yang didapatkan
akan bertambah. Berdasarkan penelitian tersebut apabila pedagang
menggunakan jam kerja yang panjang maka akan meningkatkan produktivitas,
dan peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan pedagang.
7
Menurut Nur Isni (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
seringkali pedagang mengganti jenis dagangannya karena hasil penjualan
dagangan sebelumnya jenis tidak maksimal. Pedagang yang berada di sekitar
stasiun juga harus memperkirakan jenis dagangan apa yang akan diminati
penumpang sesuai dengan kondisi penumpang disana, dimana biasanya
penumpang kereta tidak ingin menghabiskan waktu yang lama di stasiun
karena akan menuju suatu tempat, jadi pedagang harus tau betul jenis
dagangan apa yang akan menarik perhatian penumpang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih judul: “ Pengaruh Lokasi
Usaha, Modal, Jam Kerja dan Jenis Dagangan terhadap Pendapatan
Pedagang Kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota
“, judul ini menarik untuk diteliti karena pada penelitian-penelitian
sebelumnya banyak yang menjadikan pedagang pasar tradisonal dan pasar
sebagai subjek dan lokasi penelitiannya, masih jarang yang membahas tentang
pedagang kaki lima dan belum ada yang menggunakan stasiun kereta sebagai
lokasi penelitian. Lalu peneliti juga tertarik mengetahui apakah kesamaan
variabel yang digunakan dengan penelitian sebelumnya akan menghasilkan
hasil yang berbeda karena menggunakan lokasi penelitian yang berbeda dan
karakteristik konsumen yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Pedagang kecil berada di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta
Kota sekiranya mempunyai permasalahan-permasalahan tertentu seperti
menemukan lokasi usaha yang strategis, menentukan jumlah modal hariannya,
keterbatasan jam kerja karena harus mengikuti jam operasional stasiun kereta,
serta menentukan jenis dagangan yang banyak peminatnya. Hal- hal ini akan
berpengaruh pada pendapatan yang diterima oleh pedagang. Atas dasar
tersebut, maka pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
2. Bagaimanappengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
4. Bagaimana pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang
kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
C. Batasan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
9
a. Mengetahui pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan kecil pedagang di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
b. Mengetahui pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
c. Mengetahui pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
d. Mengetahui pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang kecil
di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang sudah dijelaskan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah dan
instansi terkait khususnya Dinas Koperasi dan UKM dalam membuat
kebijakan yang mendukung berkembangnya usaha pedagang-pedagang
kecil.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan media
pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat yang akan memulai
usaha kecil dalam menentukan jenis dagangan apa yang lebih diminati.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lokasi Usaha
11
b. Lokasi berdasar sejarah
Lokasi usaha berdasarkan sejarah ialah usaha yang aktivitasnya di
suatu daerah hanya dapat dijelaskan berdasarkan dengan sejarah. Contoh
lokasi usaha ini adalah usaha batik yang berlokasi di Pekalongan.
12
Melimpah tenaga kerja dan murahnya upah tenaga kerja
merupakan pendukung faktor produksi variabel. Bila kelimpahan
ini diimbangi juga dengan keahlian tenaga kerja yang memadai,
maka perusahaan akan semakin mampu bersaing.
5) Favourable climate / Iklim yang menguntungkan
Iklim yang menguntungkan maksudnya adalah iklim seringkali
menjadi hal yang buruk bagi kondisi kesehatan tenaga kerja dan
juga ketahanan bahan baku, maka dari itu dalam pemilihan lokasi
usaha pelaku usaha harus mencari lokasi dimana iklimnya dapat
membawa keuntungan.
6) Capital available for investment / Tersedianya modal untuk
Investasi merupakan hal yang baik bagi perusahaan, karena dengan
masuknya investasi maka perusahaan dapat mengembangkan
usahanya.
7) Transportation / Transportasi
Transportasi berpengaruh besar terhadap pendistribusian produk.
Lancarnya pasokan bahan mentah ke lokasi perusahaan juga
dipengaruhi oleh kelancaran transportasi tersebut.
13
2) Kondisi ekonomi setempat, yaitu keadaan masyarakat yang
dicerminkan dari kesempatan kerja, pendapatan, dan daya beli.
3) Persaingan, yaitu banyaknya usaha sejenis yang terdapat dalam suatu
tempat. Semakin banyak usaha yang memiliki jenis dagangan yang
sama, maka persaingan semakin meningkat.
4) Iklim sosial, yaitu adanya fasilitas penunjang di sekitar lokasi usaha
seperti bank, angkutan umum, perusahaan jasa, fasilitas air, telfon dan
juga fasilitas lainnya seperti sekolah, rumah ibadah, tempat hiburan,
dan rumah sakit.
14
f. Meminimalisir tejadinya konflik, khususnya antara masyarakat dan
pemerintah daerah setempat.
B. Modal
1. Definisi Modal
Menurut Amirullah dan Hardjanto (2005) Modal dalam pengertian dapat
dijelaskan sebagai sejumlah uang yang dipakai dalam melangsungkan
kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam sebuah bisnis membeli faktor-faktor produksi
seperti bahan baku dan bangunan usaha tentunya diperlukan uang.
Sedangkan Suyadi dalam Nur Isni (2016) semua bentuk kekayaan yang
digunakan dalam proses produksi atau menghasilkan output disebut dengan
modal.
Apabila kita akan membuka suatu usaha atau akan mengembangkan usaha
yang telah berjalan, maka perlu memikirkan berapa jumlah modal yang
diperlukan. Pemasaran suatu produk atau iklan harus dilakukan dengan
intensif dan efisien untuk mendapatkan hasil penjualan yang maksimal,
perkiraan-perkiraan biaya yang akan membebani usaha-usaha, termasuk
segala pengeluaran yang terkait juga harus dipikirkan. Dengan demikian,
perkiraan kebutuhan dana akan dapat diprediksi (Titik Sartika, 2009).
2. Sumber Modal
Menurut Dedi (2016), dalam memulai usaha pada dasarnya membutuhkan
modal yang dapat bersumber dari:
a. Modal Sendiri
Sumber permodalan yang paling mudah adalah model yang
diperoleh sendiri. Dananya dapatpdiperolehpdariptabungan, dana
cadangan, atau memanfaatkan asset yang sebelumnya tidak produktif
milik pemilik modal itu sendiri. Menurut Kasmir dalam Satin (2017)
modal sendiri memiliki kelebihan yaitu:
15
2) Tidak bergantung pada pihak lain.
3) Tidak membutuhkan persyaratan yang berbelit dan memakan
waktu yang cukup lama.
4) Apabila pemilik modal ingin mengalihkan usaha ke pihak lain,
maka tidak ada keharusan untuk pengembalian modal.
Namun modal sendiri juga memiliki kelemahan diantaranya adalah
jumlah modal yang terbatas dan motivasi yang rendah, karena biasanya
usaha dengan modal sendiri akan sulit berkembang.
b. Pinjaman Bank
Apabila modal sendiri tidak dapat mencukupi pemenuhan
kebutuhan modal, maka kekurangan modal tersebut dapat diantisipasi
dengan berhutang bank. Terdapat tiga jenis kredit perbankan,
diantaranya:
16
maka dari itu pemilik usaha akan memaksimalkan dan
mengoptimalkan usahanya agar menerima pendapatan yang tinggi
dan dapat mengembalikan pinjaman.
c. Modal Patungan
Selain modal sendiri dan modal pinjaman, terdapat pula modal
patungan, modal patungan ialah modal yang diperoleh dari modal
sendiri dan juga modal salah satu teman atau beberapa orang (yang
berperan sebagai partner atau mitra usaha).
3. Jenis Modal
Dalam pengelolaan dan menjalankan usaha, pada prinsipnya terdapat
tiga jenis modal yang dibutuhkan. Menurut Dedi (2016) adalah sebagai
berikut:
b. Modal Operasional
Modal operasional adalah modal yang harus dikeluarkan oleh
pelaku usaha yang digunakan untuk membiayai kegiatan produksi agar
usaha dapat terus beroperasi.
c. Modal Kerja
17
Modal kerja ialah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pelaku
usaha untuk membeli atau membuat barang dan jasa yang dihasilkan.
Sementara Brigham dan Weston dalam Okki (2016) mengartikan
modal kerja sebagai investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
bentuk aset-aset jangka pendek contohnya adalah kas, sekuritas,
piutang dan persedian. Modal kerja jenis ini disebut modal kerja bruto
sedangkan modal kerja bersih adalah aset saat ini dikurangi dengan
hutang.
18
1) Kas
Kas merupakan uang yang dapat digunakan apabila ada
kebutuhan tertentu dan biasanya dalam bentuk rekening bank
yang sewaktu-waktu dapat diambil mana kala dibutuhkan.
2) Piutang
Piutang berarti pendapatan yang tertunda. Pada saat proses
penjualan pelaku usaha memberikan kesempatan pada
konsumen untuk membayar sesuatu yang dibeli dikemudian
hari atau berhutang, pendapatan inilah yang disebut dengan
piutang.
3) Persedian
Persedian merupakan modal kerja yang selalu berfluktuasi
sesuai dengan kondisi volume produksi dan penjualan.
C. Jam Kerja
19
pedagang dapat menghemat waktu apabila melakukan pengurusan-pengurusan
pekerjaan yang akan dikerjakan sebelumnya (Su'ud, 2007) .
Sedangkan jam kerja pada penelitian ini adalah waktu yang digunakan
oleh pedagang untuk berdagang atau melakukan proses jual beli yang dimulai
dari persiapan hingga tutup.
20
c. Yakin dalam membuat keputusan.
d. Memaksimalkan waktu senggang dengan menyiapkan
pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai.
e. Mengaturphal-halpyang hendak dikerjakan sebelumnya
memulai suatupkunjunganpataupperjalanan.
f. Melibatkan pemimpin dalam kegiatan-kegiatan yang
dijalankan.
g. Menggunakan sumber yang tersedia untuk menjalankan
pekerjaan.
h. Mengkoordinir masa, sewaktu kegiatan dijalankan (Su'ud,
2007).
a. Apabila jam kerja kurang dari 25 jam sehari maka dikatakan bekerja
rendah.
b. Apabila bekerja normal jam kerja yang digunakan 35-44 dan bekerja
panjang 45 jam perminggu.
Lama jam kerja yang digunakan oleh pedagang, dapat menentukan
pendapatan yang akan diterima, biasanya pedagang yang menggunakan jam
kerja panjang akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar daripada
pedagang yang menggunakan jam kerja pendek, namun hal ini juga tidak
dapat sepenuhnya benar karena pendapatan yang diterima oleh pedagang dapat
bersumber dari faktor-faktor lain..
D. Pendapatan
1. Definisi Pendapatan
Hery (2015) pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan
lainnya atas aktiva penyelesaian kewajiban entitas ( atau kombinasi dari
keduanya ) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya
21
yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Total jumlah
yang ditanggung konsumen atas barang dagang yang telah dijual, yang
dalamnya termasuk tunai dan nontunai.
2. Jenis Pendapatan
Pendapatan terdapat banyak jenisnya, berikut ini adalah jenis pendapatan
menurut cara perolehannya:
a. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum
dikurangi dengan pengeluaran atau biaya lain.
b. Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh setelah
dikurangi dengan pengeluaran atau biaya lain (Adisasmita 2010).
Sedangkan untuk kepentingan manajerial pendapatan dapat
dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Pendapatan total atau total revenue yaitu seluruh pendapatan
dari penjualan, pendapatan total ini didapatkan yang diperoleh
dari hasil perkalian jumlah unit produk yang dijual dengan
harga produk per unit.
2) Pendapatan rata-rata atau average revenue yaitu pendapatan
rata-rata dari setiap unit penjualan. Hasil bagi dari pendapatan
total dengan jumlah unit yang dijual juga disebut sebagai
pendapatan rata-rata
22
3) Pendapatan tambahan atau marginal revenue yaitu adanya
tambahan pendapatan apabila terdapat penambahan satu unit
penjualan. (Noor, 2008:).
23
E. Pedagang Kecil
1. Definisi Pedagang Kecil
Menurut Winardi dalam Favian (2017) pedagang- pedagang kecil
merupakan pedagang dengan modal yang tidak banyak dan melangsungkan
kegiatan produksi yaitu produksi barang, menjual barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu dalam masyarakat yang mana
dilangsungkan pada tempat yang strategis menurut pedagang dalam
lingkungan informal. Sedangkan Yan Pieter dalam Racbini (1994)
menyebutkan bahwa pedagang kecil adalah pedagang yang menajajakan
barang dagangannya pada tempat ilegal seperti tepi jalan, emper toko, pasar
dan taman.
Secara definisi pedagang kecil sama halnya dengan pedagang kaki lima,
keduanya sama-sama menggunakan modal yang minim dan berjualan di
tempat yang tidak semestinya atau lingkungan yang informal seperti tepi jalan
atau trotoar. Maka dapat disimpulkan bahwa pedagang kecil atau pedagang
kaki lima ini adalah pedagang yang berdagang dengan modal yang relatif
sedikit dan melangsungkan kegiatan usahanya pada tempat yang tidak
seharusnnya atau tempat yang ilegal.
24
dengan cara seperti ini merupakan berdagang dengan cara sangat
tradisional.
c. Meja
Pedagang kaki lima jenis ini mempergunakan meja sebagai instrumen
penjualan barang yang diperdagangkan, pada kelompok pedagang
yang memakai meja biasanya ada yang diberi atap dan ada yang tidak
beratap. Fungsi atap tersebut adalah untuk melindungi
barang,pedagang itu sendiri, maupun konusmen dari cuaca seperti
panas, hujan atau polusi.
d. Kios
Sarana penjualan pedagang ini adalah kios. Kios dapat dikatakan
mempunyai pola kegiatan berdagang yang lebih modern dibanding
dengan bentuk sarana kegiatan berdagang yang lain. Kios dapat berupa
berupa kios permanen maupun semi permanen.
e. Kereta Dorong
Pedagang kaki lima jenis ini menggunakan sebuah kereta dorong
sebagai sarana dalam berdagang. Pedagang jenis ini ada yang
menggunakan atap ada pula yang tidak menggunakannya. Penggunaan
kereta dorong ini banyak dipakai karena mempermudah dalam
mengangkut dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang
lain.
25
Pedagang kecil menetap adalah pola kegiatan pedagang dalam
melaksanakan proses jual--beli dengan cara menetap pada suatu lokasi
tertentu. Kegiatan dalam kelompok ini mempunyai sifat yang mirip
dengan pola kegiatan usaha yang dijumpai pada kegiatan perdagangan
formal. Dengan kata lain setiap pelanggan yang membutuhkan suatu
produk akan datang ke lokasi penjualan.
a. Menjadi pedagang kaki lima adalah salah satu usaha yang paling mudah
untuk dikerjakan. Dalam ekonomi mikro, usaha dagang kaki lima
memiliki entry - barrier atau (hambatan masuk) yang rendah sekali.
Artinya semua orang bebas masuk untuk berdagang dan bersaing
dengan pedagang lainnya.
b. Modal yang dibutuhkan secara finansial bisa dibilang kecil. Modal
lainnya yang dibutuhkan adalah tekad, niat, kemauan serta ketahanan
terhadap resiko yang ada. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa
26
pedagang kaki lima atau pedagang kecil merupakan entrepreneur dalam
skala mini.
c. Adanya kebebasan dan tidak terikat dengan rantai komando atau aturan
organisasi tertentu. Dalam menjalankan usahanya seorang pedagang
kaki lima menentukan sendiri bagaimana nasib usahanya di masa
depan. Mereka terbiasa menganalisa tren permintaan konsumen
walaupun tidak pernah mempelajari teori bisnis. Keputusan-keputusan
diambil sendiri dan resiko juga diterima sendiri. Dengan adanya
kekuasaan terhadap usaha yang dijalankan, dengan sendirinya akan
membawa kepuasan sendiri apabila para pedagang tersebut mampu
mengatasi berbagai kesulitan yang dialami.
d. Berdasarkan pembicaraan santai dengan beberapa pedagang kaki lima,
ada alasan menarik lain yang mereka kemukakan sehubungan dengan
alasan memilih untuk menjadi pedagang kaki lima. Yaitu kebebasan
dari rutinitas kerja.
F. Jenis Dagangan
Jenis barang atau dagangan yang dijual oleh pedagang disebut dengan jenis
dagangan. Jenis dagangan dapat berupa apa saja, misalnya: buah, sayur, rempah-
rempah, pakaian, daging, alat elektronik dan sebagainya. Pada penelitian ini jenis
dagangan dibagi menjadi jenis dagangan makanan dan jenis dagangan minuman.
Menurut Okki (2016) jenis dagangan harus ditentukan sebelum memulai
sebuah usaha, hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah adalah jenis
dagangan harus disesuaikan dengan lokasi tempat berjualan, dimana jenis
dagangan harus sesuai dengan kebutuhan pasar.
27
G. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran penelitian atau studi terdahulu yang sudah
dilakukan, penulis menemukan beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan
penelitian penulis, penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
.
1. Sundari (2017)
28
post facto bersifat asosiatif kausal dengan pendekatan kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh pedagang Pasar Prambanan Kabupaten
Sleman sebanyak 2108 pedagang. Sampel yang digunakan berjumlah 95
pedagang. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, angket dan
dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat pengaruh positif modal terhadap
pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman; (2) terdapat
pengaruh positif lokasi terhadap pendapatan Pedagang Pasar Prambanan
Kabupaten Sleman; (3) terdapat pengaruh positif antara jenis dagangan
terhadap pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman; (4)
terdapat pengaruh positif modal, lokasi, dan jenis dagangan terhadap
pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman. Koefisien
determinasi R² sebesar 0,942 dapat diartikan bahwa sebesar 94,2% variasi
pendapatan pedagang Pasar Prambanan dipengaruhi oleh variasi modal,
lokasi, dan jenis dagangan. Sedangkan yang sebesar 5,8% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Sumbangan efektif variabel modal sebesar
79,67%, lokasi sebesar 9,46%, dan jenis dagangan sebesar 5,07% terhadap
pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman.
Persaingan di dunia bisnis semakin kompetitif. Hal ini pula yang dirasakan
oleh pedagang di Pasar Mranggen yang harus membuat perbaikan dan inovasi
untuk menarik minat konsumen yang nantinya akan meningkatkan pendapatan
yang diterima oleh pedagang
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh modal, jam
kerja dan lokasi terhadap pendapatan pedagang. Pada penelitian ini
menggunakan metode pengambilan data random sampling yang melibatkan 89
orang pedagang yang kemudian data yang diperoleh akan dianalisis secara
kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi: uji validitas dan uji reliabilitas, uji
asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan
uji f, serta analisis koefisien determinasi R².
29
Variabel Pendapatan (Y), Variabel Modal (X1), Variabel Jam Kerja (X2)
dan Lokasi (X3). Pengujian Hipotesis menggunakan uji t menunjukan bahwa
ketiga variabel independen terbukti secara signifikan berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen pendapatan pedagang. Kemudian melalui
Uji f dapat ditemukan bahwa ketiga variabel independen yang di teliti secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen pendapatan pedagang angka
adjusted R² sebesar 0,663 menunjukan bahwa 66,3% variabel pendapatan
pedagang dapat di jelaskan oleh ketiga variabel indpenden dalam persamaan
regresi.
30
5. Nyimas Rafita (2015)
31
sampel adalah 100 pedagang. Teknik analisis data yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda dan uji statistik.
Hasil analisis data menggunakan regresi linear berganda menunjukan
bahwa variabel independen yaitu modal usaha, jam kerja dan jumlah
karyawan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang. Sedangkan
variabel lokasi usaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan pedagang. Nilai R2 yang diperoleh yaitu sebesar 0,564 artinya
variabel independen modal awal, lokasi usaha, jam kerja dan jumlah karyawan
menjelaskan variasi variabel dependen pendapatan pedagang Pasar Bendungan
Kabupaten Kulon Progo sebanyak 54,5%.
32
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
33
koefisien 0,663.
determinasi
(R2).
4. Akhbar Nurseta Analisis Variabel Penelitian ini Hasil penelitian ini
Priyandika Pengaruh Independen menggunakan menunjukkan bahwa
(2015) , Skripsi ,
Jarak, Lama (X) Jarak, metode variabel lama usaha,
Fakultas Usaha, Modal Lama Usaha, analisis modal, dan jam kerja
Ekonomi dan dan Jam Kerja Modal. Regresi berpengaruh positif
Bisnis terhadap Variabel (OLS) dengan dan signifikan
Universitas Pendapatan Dependen 62 responden. terhadap pendapatan
Diponegoro. Pedagang (Y) pedagang.
Kaki Lima Pendapatan Sedangkan variabel
Konveksi ( Pedagang jarak antar pedagang
Studi Kasus di Kaki Lima tidak berpengaruh
Kelurahan Konveksi. secara signifikan
Purwodinatan terhadap pendapatan
Kota pedagang.
Semarang).
5. Nyimas Rafita Pengaruh Variabel Data Hasil uji regresi
Az-Zahra ( Modal, modal (X1), dianalisis menunjukkan
2015), Skripsi, Pendapatan, pendapatan menggunakan pengaruh modal
Fakultas Syariah dan Lokasi (X2), lokasi uji asumsi terhadap
IAIN Syekh Terhadap (X3) dan klasik, uji t, kesejahteraan
Nurjati Cirebon. Kesejahteraan kesejahteraan dan uji F. pedagang sebesar
Pedagang pedagang 2.229, pengaruh
Kaki Lima di kaki lima pendapatan terhadap
Kota Cirebon (Y). kesejahteraan
(Pedagang pedagang sebesar
Kaki Lima di 2.946, pengaruh
depan Gedung lokasi terhadap
B.A.T kesejahteraan
Cirebon). pedagang kaki lima
sebesar 2.242 , dan
sebesar 15.266
secara simultan.
6. Rifqi Pengaruh Variabel Analisis data Hasil analisis data
Khoirunnisa Modal Usaha, Independen menggunakan menggunakan
Tissa (2017), Lokasi Usaha, (X) Modal regresi linear regresi linear
Skripsi, Jam Kerja dan Usaha, berganda dan berganda
Fakultas Jumlah Lokasi 100 menunjukan bahwa
34
Ekonomi dan Karyawan Usaha, Jam responden variabel independen
Bisnis Terhadap Kerja dan yang yaitu modal usaha,
Universitas Pendapatan Jumlah diperoleh dari jam kerja dan jumlah
Muhammadiyah Pedagang Karyawan. rumus slovin. karyawan
Yogyakarta. Pasar Variabel berpengaruh positif
Bendungan Dependen terhadap pendapatan
Kabupaten (Y) pedagang.
Kulon Progo. Pendapatan Sedangkan variabel
pedagang. lokasi usaha tidak
mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
pendapatan
pedagang.
7. Satin Misriatun Pengaruh Variabel Penelitian ini Variabel modal (X1)
(2017) , Skripsi , Modal dan modal (X1), menggunakan dan Jam Kerja (X2)
Fakultas Lama Jam Lama Jam pendekatan mempunyai t hitung
Ekonomi Kerja Kerja (X2), kuantitatif sebesar 4,241 dan
Syariah Sekolah terhadap Pendapatan dan metode 4,255 dengan
Tinggi Agama Pendapatan Pedagang analisis probabilitas (sig)
Islam Negeri Pedagang di (Y). regresi 0,000 sehingga
Kudus. Pasar Babalan berganda variabel modal dan
Desa Kalirejo. serta Lama jam kerja
melibatkan 85 berpengaruh positif
responden. terhadap pendapatan
pedagang.
35
H. Kerangka Berpikir Umum
36
Tabel 2.3
Kerangka Umum
Latar Belakang :
Keterbatasan-keterbatasan yang dialami oleh pedagang kecil di
sekitar stasiun dalam hal lokasi usaha, modal, jam kerja, dan jenis
dagangan yang menjadi penentu berapa banyak pendapatan yang
diterima oleh pedagang.
Variabel Penlitian:
1. Lokasi Usaha
2. Modal
3. Jam Kerja
4. Jenis Dagangan
5. Pendapatan
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang
kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
2. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang kecil
di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
4. Bagaimana pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang
kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
38
Purposive sampling dijadikan sebagai metode untuk mengambil jumlah
sampel. Purposive sampling adalah cara mengambil sampel dengan menentukan
kriteria atau ciri-ciri tertentu terhadap sampel yang digunakan (Priyono, 2016).
Berikut adalah kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini:
1. Lokasi pengambilan sampel merupakan stasiun kereta commuter line di
Jakarta yang di sekitarnya terdapat pedagang kecil atau pedagang kaki
lima.
2. Stasiun yang menjadi lokasi pengambilan sampel adalah stasiun yang
tidak dijaga ketat oleh Satpol PP yang membuat pedagang leluasa
berjualan di sekitar stasiun tersebut.
3. Pedagang berjualan di trotoar jalan yang berada di sekitar stasiun.
Tabel 3.1
Jumlah Pedagang di Lokasi Penelitian
Keterangan :
n = besaran sampel
N = besaran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) dengan nilai 10%
(Priyono, 2016).
39
Hasil sampel yang didapatkan sudah cukup dapat mewakili
populasi apabila persentase kelonggaran ketidaktelitian menggunakan angka
10%. Maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:
40
2. Studi Lapangan
Untuk mendapatkan data yang lebih detail maka dilakukan studi lapangan.
Berikut adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dalam studi
lapangan :
a. Observasi
Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ilmiah diantaranya
yaitu survey dan observasi. Mencatat elemen lemen yang diteliti dengan
mempertimbangkan pola perlikau subyek, obyek atau kejadian disebut
dengan oberservasi (Nur & Bambang, 1999).
Peneliti melakukan observasi di ketiga lokasi penelitian yaitu Stasiun
Tanah Abang, Stasiun Tebet, dan Stasiun Jakarta Kota.
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara pengambilan data yang
dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan yang terstruktur, semi
tersetruktur, maupun tak tersetruktur. Wawancara yang pertanyaannya
sudah diarahkan secara ketat merupakan wawancara yang terstruktur.
Wawancara yang tidak menutup kemungkinan munculnya pertanyaan baru
yang muncul secara spontan berhubungan dengan konteks pembicaraan
disebut wawancara semi terstruktur. Sedangkan, wawancara yang mana
peneliti hanya terfokus pada pokok-pokok permasalahan disebut dengan
wawancara tak berstruktur (Suyitno, 2018)
Objek wawancara dalam penelitian ini adalah pedagang kecil atau
pedagang kaki lima yang terdapat di Stasiun Tanah Abang, Stasiun Jakarta
Kota, dan Stasiun Tebet dengan topik mengenai permasalahan yang
dialami oleh pedagang terkait dengan lokasi usaha, modal, dan jam kerja
terhadap pendapatan yang diperoleh.
41
c. Kuesioner
Pertanyaan yang diberikan kepada reponden untuk dijawab disebut
dengan keusiner. Terdapat dua jenis kuesioner yaitu kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup (Sugiyono, 2015). Kuesioner yang dijawab dengan
bentuk uraian merupakan kuesioner terbuka. Sedangkan, kuesioner yang
jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti disebut dengan kuesioner
tertutup.
Bahasa yang dipakai dalam kuesioner akan disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden, namun apabila responden kurang
memahami atau mengerti isi dari kuesioner, maka dapat dibantu oleh
peneliti. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner adalah pertanyaan yang
berkaitan tentang pengaruh lokasi usaha, modal, jam dan jam kerja
terhadap pendapatan yang diperoleh oleh responden serta biodata
responden sebagai pelengkap.
d. Dokumentasi
Pada penelitian ini digunakan metode dokumentasi yang mana,
menurut Arikunto (2006) metode dokumentasi merupakan metode yang
digunakan untuk menemukan data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan-catatan, buku, surat kabar, transkrip, majalah, agenda,
notulen rapat dan lainnya. Metode dokumentasi ini digunakan sebagai
pelengkap dalam memperoleh data sebagai bahan informasi tambahan
yang berkaitan dengan kegiatan pedagang kecil yang berada di lokasi
penelitian ini.
42
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai jenis dan sumber
yang berbeda. Berikut ini adalah jenis dan sumber data penelitian:
1. Data Primer
Data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui
perantara) merupakan penjelasan dari data primer. Data primer dapat berupa
opini subyek, hasil observasi dan kuesioner. Data yang sesuai dengan yang
dinginkan peneliti merupakan salah satu keuntungan sendiri dalam memilih
data primer (Nur & Bambang, 1999). Dalam penelitian ini data primer yang di
analisis adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner yang ditujukan pada
pedagang kecil di lokasi penelitian,
2. Data Sekunder
Sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung lewat perantara.
Data sekunder umunya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (dokumen) disebut dengan data sekunder (Nur &
Bambang. 1999). Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari sumber yang tercetak yaitu buku, dan juga data sekunder dalam
bentuk digital yang diperoleh melalui website, portal berita, dan e-book. Data
sekunder yang diperoleh dari website pada penelitian ini adalah data yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (bps.go.id) dan juga PT Kereta Api
Indonesia.
E. Skala Pengukuran
Menurut Ghozali (2016) pengukuran adalah proses yang mana suatu angka
atau simbol dilekatkan pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan
aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Menurut Stevens dalam Ghozali
(2016) skala pengukuran dibagi menjadi empat jenis yaitu skala nominal, skala
ordinal, skala interval dan skala rasio. Pada penelitian kali ini, terdapat dua jenis
skala pengukuran yang digunakan yaitu:
43
1. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, atau
kelompok dari suatu subyek. Misalnya, variabel jenis kelamin dapat
dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua
kelompok ini dapat diberi kode angka 1 dan 2. Angka 1 dan 2 hanya sebagai
cara untuk mengelompokan subyek ke dalam kelompok yang berbeda atau
hanya untuk menghitung berapa banyak jumlah di setiap kategori.
(Ghozali,2016).
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran dimana responden memberikan
nilai (rate) terhadap preferensi merek sesuai dengan skala penilaian misalnya
sangat tinggi, tinggi, moderat, rendah, sangat rendah (Ghozali,2016)
1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006) validitas ialah pengukuran yang
memperlihatkan kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Semakin valid
suatu instrument validitas tinggi dan berlaku sebaliknya. Sedangkan
menurut Ghozali (2016) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
validnya sebuah kuesioner
Teknik yang digunakan pada penelitian ini untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau Produk Momen Pearson
dengan rumus:
√
Keterangan:
R = Koefisien validitas item yang dicari.
X = Skor dari responden untuk setiap item.
Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan. Signifikansi
yang digunakan adalah 5%, instrument dinyatakan valid apabila rhitung
> rtabel.
44
2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2016) realiabilitas adalah alat ukur untuk
mengetahui ukuran kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau
konstruk. Kuesioner dapat dinyatakan reliabel jika jawaban responden
terhadap pernyataan konsisten dari waktu kewaktu. Menurut Arikunto
(2006:178) Pengujian reliabilitas biasa digunakan dengan rumus Alpha
Cronbach. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2016) kriteria untuk menilai
reliabel tidaknya suatu instrumen adalah jika Alpha Cronbach > 0.70 maka
suatu konstruk atau variebel dinyatakan reliabel.
45
= Koefisien korelasi Spearman Rank
d = Beda ranking antara dua pengamatan berpasangan
n = banyaknya pasangan
G. Operasional Variabel
46
Tabel 3.2
Operasional Variabel
47
sebagai penjual
minuman dan makanan.
5 Pendapatan Pendapatan pedagang 1. Kesesuaian Ordinal
(Y) kecil dalam penelitian dengan modal
ini yaitu jumlah barang 2. Kesesuaian
dagangan yang laku dengan jam
dikalikan dengan harga kerja
barang perunit yang 3. Kesesuaian
dinyatakan dengan dengan lokasi
satuan rupiah per hari
48
BAB IV
49
stasiun ini juga dekat dengan wilayah perkantoran yang menyebabkan
tingginya kepadatan penumpang.
b. Stasiun Tebet
Gambar 4.2
Stasiun Tebet
50
diberikan lokasi khusus untuk berjualan, lokasi berjualannya yaitu dekat
dengan pintu masuk dan keluar arah timur, lokasi berjualannya pun
dilengkapi dengan tenda kecil yang didapat digunakan pedagang secara
bergantian.
Stasiun Jakarta Kota pada masa kolonial mempunyai nama lain yaitu
Batavia Zuid. Batavia Zuid dibangun pada tahun 1887, namun pada tahun
1926 stasiun ini ditutup lalu direnovasi sehingga menjadi Stasiun Jakarta
Kota yang kita lihat saat ini. Stasiun Jakarta Kota berlokasi di Taman
Sari, Jakarta Barat. Pada tahun 1993 stasiun ini ditetapkan sebagai cagar
budaya oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Saat ini Stasiun Jakarta
Kota hanya diperuntukan sebagai stasiun kereta commuter line, yang
mana sebelumnya digunakan juga untuk stasiun kereta api jarak jauh.
Namun, saat ini sudah dialihkan ke Stasiun Pasar Senen. Selain itu stasiun
ini juga masuk ke dalam daftar stasiun dengan jumlah kepadatan yang
tinggi dengan jumlah penumpang perharinya mencapai 25.044 orang.
Kepadatan ini dikarenakan Stasiun Jakarta Kota dekat dengan wilayah
51
perkantoran dan juga Wisata Kota Tua yang mana terdapat banyak
museum dan bangunan bersejarah.
Gambar 4.4
Pedagang Kaki Lima Stasiun Tanah Abang
52
b. Stasiun Tebet
Gambar 4.5
Pedagang Kaki Lima Stasiun Tebet
53
dapat meningkatkan kesempatan pedagang untuk mendapatkan
konsumen.
Stasiun Jakarta Kota memiliki 2 pintu keluar dan masuk, yaitu pintu
yang mengarah ke Jalan Lada dan pintu yang mengarah ke Jalan
Jembatan Batu. Pedagang kaki lima banyak ditemukan setalah pintu
keluar yang mengarah ke Jalan Lada depan museum BNI. Pedagang kaki
lima distasiun ini sangat beragam, pedagang yang menjual makanan kecil
biasanya hanya menggunakan meja dan gerobak untuk menjajakan
dagangannya, lalu terdapat pula pedagang makanan berat yang
menyediakan meja dan kursi. Lalu, tidak seperti di stasiun lainnya,
pedagang di sekitar Stasiun Jakarta Kota ada yang menggunakan tikar
sehingga konsumen dapat menikmati hidangan dengan duduk ala lesehan,
Pedagang yang menggunakan tikar ini lokasinya berada di depan
museum BNI. Lapak pedagang yang berada di lokasi ini tidak beraturan
seperti pada pedagang yang ditemui di stasiun lainnya.
54
B. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima makanan dan
minuman yang berada di sekitar stasiun kereta commuter line Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota yang totalnya berjumlah 64 pedagang. Pada kuesioner
yang telah dijawab oleh responden, diperolehlah informasi mengenai usia, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, dan jenis dagangan. Berikut adalah penyajian
informasi yang diperoleh :
55
Tabel 4.1
Usia Responden
22-27 9 14%
28-33 12 19%
34-39 12 19%
40-45 11 17%
46-51 11 17%
52-57 9 14%
58-60 0 0%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.
56
Tabel 4.2
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 63%
Perempuan 24 37%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.
Total 64 100%
Sumber : Data Primer diolah, 2019.
57
cemilan seperti telur gulung, kripik, cimol hingga makanan besar seperti
bakso, pecel ayam, dan soto. Sedangkan sisanya yaitu 36% pedagang atau 23
responden berdagang dengan menjual minuman contohnya adalah minuman
kemasan atau kaleng. Banyaknya pedagang yang memilih menjual makanan
dikarenakan makanan lebih variatif dari pada minuman sehingga
meminimalisir saingan. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis dagangan
yang diperdagangkan responden:
Tabel 4.4
Jenis Dagangan
58
setelah pintu keluar yang menuju flyover, kategori sangat strategis diberikan
karena lokasi ini paling mencolok dan paling dekat dengan pintu keluar.
Lalu terdapat 19 responden atau 30% responden yang menempati lokasi yang
strategis. Pada Stasiun Jakarta Kota pedagang yang menempati lokasi yang
strategis adalah pedagang yang berada di depan pintu masuk dan keluar Museum
BNI dikarenakan lokasi ini jaraknya lebih jauh dari pintu keluar namun masih
terlihat dari kejauhan. Pada Stasiun Tanah Abang lokasi yang strategis adalah
pedagang yang berada kurang dari 20 meter sebelah kiri setelah pintu keluar
utara, hal ini dikarenakan lokasi yang sering dilalui penumpang. Sedangkan pada
Stasiun Tebet pedagang yang menempati lokasi yang strategis adalah pedagang
yang berada di sebelah kanan mesin tap-in Transjakarta yang berada di kolong
jembatan..
Sedangkan untuk pedagang yang menempati lokasi yang kurang strategis ada
7 responden atau 11% pedagang. Pada Stasiun Jakarta Kota pedagang yang
menempati lokasi yang kurang strategis adalah pedagang yang berada di depan
gedung Museum BNI yang bersebrangan dengan halte Transjakarta, hal ini
dikarenakan lokasi pedagang yang lumayan jauh dari pintu keluar stasiun
sehingga tidak terlihat dari kejauhan. Pada Stasiun Tanah Abang pedagang yang
menempati lokasi yang kurang strategis adalah pedagang yang berada di paling
ujung sebelah kiri pintu utara, hal ini dikarenakan lokasi yang lumayan jauh dari
pintu utara dan tidak terlihat dari jarak pandang dekat karena padatnya lokasi.
Sedangkan pada Stasiun Tebet lokasi yang kurang strategis adalah pedagang
yang ditandai dengan tenda biru, karena tenda-tenda tersebut ditempatkan paling
jauh dari pintu keluar stasiun.
Tabel 4.5
Lokasi Usaha
Lokasi Frekuensi Persentase
Sangat Strategis 38 59%
Strategis 19 30%
Kurang strategis 7 11%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.
59
2. Deskripsi Modal
Besaran modal pada penelitian ini merupakan modal operasional yaitu modal
yang dikeluarkan pedagang perharinya agar bisa berjualan. Dari hasil yang
peroleh sebanyak 77% pedagang berjumlah 49 pedagang mengeluarkan modal
dibawah Rp. 300.000 perharinya, pedagang yang mengeluarkan modal sebanyak
ini biasanya adalah pedagang yang menjual cemilan namun tidak terlalu
bervariasi, jadi pedagang ini hanya menjual satu jenis makanan saja seperti telur
gulung, cimol, otak-otak dan sebagainya. Selain itu juga ada pedagang minuman
kemasan (botol dan kaleng), jadi pedagang ini tidak membuat barang
dagangannya, pedagang ini hanya membeli, menyiapkan lalu dijual kembali,
sebab itu modal yang dikeluarkan pedagang perharinya tidak banyak
Lalu terdapat 11% pedagang yang berjumlah 17 pedagang mengeluarkan
modal sebanyak Rp 300.000 sampai dengan Rp 500.000. Pedagang dengan
modal sebanyak ini biasanya menjual makanan yang lebih bervariasi. Seperti
salah satu responden yang ditemui, responden ini menjual gorengan dan kue
tradisional mulai dari bakwan, tahu goreng, lontong, klepon dan onde-onde, dan
kue basah lainnya modal yang dikeluarkan pun lebih banyak karena banyaknya
variasi bahan makanan. Terdapat pula responden yang menjual makanan berat
seperti bakso dan siomay.
Terakhir, terdapat 6% responden berjumlah 4 pedagang mengeluarkan modal
sebanyak lebih dari Rp. 500.000. Kebanyakan responden ini menjual makanan
berat seperti pecel ayam, nasi bebek, dan sate ayam. Modal yang dikeluarkan pun
cukup besar karena bahan makanan yang digunakan juga tidak murah, pedagang
harus menyiapkan nasi, ayam, sambal dalam jumlah yang banyak. Berikut ini
adalah tabel yang menjelaskan bersaran modal yang dikeluarkan pedagang:
60
Tabel 4.6
Besaran Modal
Pinjaman 17 27%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.
61
3. Deskripsi Jam Kerja
Terdapat beragam jam kerja yang digunakan oleh responden dalam
berdagang. Sebanyak 6% responden yang berjumlah 4 orang memiliki jam kerja
dibawah 6 jam perharinya. Penjual dengan jam kerja ini biasanya adalah penjual
makanan berat seperti pecel ayam. Penjual jenis ini mulai berdagang pada sore
hari, karena beranggapan sore hari banyak orang yang sudah beraktivitas seharian
dan kemudian mencari makanan untuk kembali mengisi energi. Namun ada pula
yang berdagang dari siang hingga sore hari.
Sebanyak 45% responden yang berjumlah 29 orang berdagang mulai dari 6
hingga 8 jam perharinya, pedagang yang menggunakan jam kerja ini biasanya
adalah pedagang makanan ringan seperti telur gulung serta makanan berat seperti
mie ayam dan somay. Responden tidak berjualan dari pagi hari karena
beranggapan bahwa masyarakat kurang minat untuk bersantap cemilan dan
makanan berat pada pagi hari.
Terakhir, terdapat 48% responden yang berjumlah 31 pedagang yang
berdagang hingga lebih dari 8jam perharinya, pedagang yang menggunakan jam
kerja jenis ini biasanya adalah pedagang yang menjual minuman kemasan,
penjual jenis ini menjajakan dagangannya mulai dari jam sibuk berangkat kerja
hingga malam hari ketika stasiun sudah sepi, pedagang beranggapan minuman
dapat dibutuhkan pada kapan saja. Berikut ini adalah tabel yang memaparkan jam
kerja yang digunakan oleh pedagang.
Tabel 4.8
Jam Kerja
62
4. Deskripsi Pendapatan
Agar pedagang mendapatkan keuntungan, maka pendapatan yang diterima
perharinya harus lebih besar dari pada modal perhari yang dikeluarkan. Sebanyak
39% responden berjumlah 25 pedagang menerima pendapatan sebanyak kurang
dari Rp 300.000 perharinya, kebanyakan jenis pedagang ini adalah pedagang
yang berjualan makanan ringan dan juga minuman kalengan, mereka juga tidak
mengeluarkan modal yang banyak sehingga pendapatan yang mereka terimapun
tidak banyak. Beberapa dari responden mengatakan keuntungan dari pendapatan
yang mereka terima hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Lalu, sebanyak 38% responden berjumlah 24 orang menerima pendapatan Rp
300.000 – Rp 500.000 perharinya, pedagang jenis ini kebanyakan merupakan
pedagang yang menjajakan makanan berat , makanan ringan yang bervariasi dan
minuman dengan berbagai variasi. Terakhir, sebanyak 23% responden berjumlah
15 pedagang menerima pendapatan lebih dari Rp 500.000 perharinya, pedagang
jenis ini adalah pedagang yang menjual makanan berat seperti bakso, soto, nasi
bebek, pecel ayam dan juga sate. Apabila dibandingkan dengan jawaban
responden terkait dengan modal operasional, banyak pedagang dengan
pendapatan yang diterima lebih banyak daripada modal, namun ada juga
beberapa pedagang yang pendapatannya tidak jauh lebih banyak dari modal yang
dikeluarkan. Berikut adalah tabel pendapatan yang diterima oleh pedagang:
Tabel 4.9
Pendapatan
Pendapatan yang
diterima Frekuensi Persentase
< Rp. 300.000 25 39%
Rp. 300.000 - Rp 500.000 24 38%
> Rp. 500.000 15 23%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer dolah, 2019.
63
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur kevalidan atau kesahihan sebuah
instrumen. Suatu instrumen dinyatakan sahih apabila memiliki nilai validitas
yang tinggi, jadi semakin tinggi nilai validitas maka semakin sahih instrumen
yang digunakan. Uji validitas dan uji lainnya pada penelitian ini dianalisis
menggunakan SPPS versi 23.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas
Dapat dilihat dari tabel di atas, terdapat rtabel dengan nilai 0.2461. Nilai
rtabel tersebut didapatkan dari N=64 dengan tingkat signifikansi 0.05 untuk
uji validitas. Semua butir kuesioner terkait dengan variabel X yaitu lokasi
usaha (X1), modal (X2), jam kerja (X3) dan jenis dagangan (X4) variabel
pendapatan (Y) ditanyakan valid karena memenuhi asumsi rhitung > rtabel .
64
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur apakah jawaban responden
terhadap setiap pertanyaan yang diberikan konsisten. Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach’s
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Nilai Cronbach N of
Variabel Kritis 's Alpha Items Keterangan
Lokasi 0.7 0.857 4 Reliabel
Modal 0.7 0.869 3 Reliabel
Jam Kerja 0.7 0.907 4 Reliabel
Pendapatan 0.7 0.767 3 Reliabel
Sumber: Data Primer diolah , 2019.
Dapat dilihat dari tabel yang sudah disajikan bahawa seluruh variabel
terikat dan variabel bebas memenuhi asumsi dari uji reliabilitas, asumsi yang
digunakan adalah apabila Alpha Cronbach’s > 0.70 maka dinyatakan reliabel.
Pada penelitian ini seluruh variabel memiliki Alpha Cronbach’s > 0.70, dapat
dikatakan responden menjawab kuesioner dengan konsisten,
Tabel 4.12
Tabulasi Silang Lokasi Usaha dengan Pendapatan
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
SLokasi kurang strategis 4 1 2 7
u strategis 6 8 5 19
m sangat strategis 15 16 7 38
bTotal 25 25 14 64
65
Dari hasil tabulasi silang diatas, dapat dilihat terdapat 14 responden
yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000 perharinya, dimana
diantaranya 2 responden menempati lokasi usaha yang kurang strategis, 5
responden menempati lokasi usaha yang strategis dan 7 responden
menempati lokasi usaha yang sangat strategis. Lalu terdapat 25 responden
yang memiliki pendapatan Rp 300.000 –Rp500.000 perharinya, dimana
diantaranya 1 responden menempati lokasi usaha yang kurang strategis, 8
responden menempati lokasi usaha yang strategis dan 16 responden
menempati usaha yang menempati lokasi usaha yang sangat strategis.
Terakhir, sama dengan sebelumnya terdapat 25 responden yang memiliki
pendapatan kurang dari Rp 300.000, dimana diantaranya 4 responden
menempati lokasi usaha yang kurang strategis, 6 respoonden menempati
lokasi usaha yang strategis dan 15 responden menempati lokasi usaha yang
sangat strategis.
b. Modal dengan pendapatan
Tabel 4.13
Tabulasi Silang Modal dengan Pendapatan
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
300.000 - 500.000 0 2 9 11
>500.000 0 0 4 4
Total 25 25 14 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019
66
responden memiliki modal harian kurang dari Rp 300.000, 2 reponden
memiliki modal harian RP 300.000- 500.000, dan tidak ada responden yang
memiliki modal harian lebih dari Rp 500.000 karena hal tersebut akan
membuat rugi pedagang, Terakhir terdapat pula 25 responden yang memilik
pendapatann kurang dari Rp 300.000, dimana pada kategori ini seluruh
responden juga memiliki modal harian yang kurang dari Rp 300.000
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
6-8jam 4 18 9 31
> 8 jam 21 7 1 29
Total 25 25 14 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019.
67
d. Jenis dagangan dengan pendapatan
Tabel 4.15
Tabulasi Silang Jenis Dagangan dengan Pendapatan
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
JenisDagangan minuman 20 3 0 23
makanan 5 22 14 41
Total 25 25 14 64
Sumber : Hasil SPSS, 2019.
Dari tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 14
responden memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000, yang mana
diantaranya sebanyak 14 responden menjual makanan, tidak ada responden
dalam kategori ini yang menjual minuman. Lalu terdapat 25 responden yang
memiliki pendapatan Rp 300.000 – 500.000 yang mana diantaranya sebanyak
3 responden menjual minuman dan 22 responden menjual makanan. Terakhir
terdapat 25 responden yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp.300.000
yang mana diantaranya 5 responden menjual makanan dan 25 responden
menjual minuman.
H Pendapatan Lokasi
aSpearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 -,031
i N 64 64
N 64 64
68
Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,809)
lebih besar dari nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar -
0,031. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel lokasi dengan
variabel pendapatan termasuk dalam kategori korelasi negatif dan pengaruh
yang tidak signifkan. Hal ini menandakan bahwa lokasi yang strategis belum
tentu dapat meningkatkan pendapatan.
Menurut Nur Isni (2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
semakin strategis lokasi usaha maka akan mempermudah para pedagang
dalam berjualan sehingga pendapatan akan meningkat. Namun kondisi yang
berbeda terjadi dalam penelitian ini dimana lapak yang mecolok, lapak yang
mudah dijangkau dan dekat dengan pintu masuk/keluar belum tentu dapat
meningkatkan pendapatan pedagang, bahkan beberapa pedagang yang
menempati lokasi usaha yang sangat strategis memiliki pendapatan yang
lebih rendah dari pada pedagang yang menempati lokasi usaha yang strategis
dan kurang strategis. Salah satu faktor yang diperkirakan menjadi penyebab
kondisi ini adalah keadaan lokasi penelitian yaitu Stasiun Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota dimana pedagang yang berada di sekitaran stasiun
tersebut jarak lapaknya sangat dekat satu sama lain. Lalu pada Stasiun Jakarta
Kota, lapak pedagang kecil berkerumun di sekitaran pintu masuk/keluar. Pada
Stasiun Tanah Abang dan Tebet lapak pedagang berada dalam satu jalur yang
dilewati oleh penumpang sehingga menyebabkan setiap pedagang
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan konsumen dan lokasi
lapak yang ditempati tidak berpengaruh.
Faktor lain yang mungkin menyebabkan kondisi ini adalah
penumpang kereta yang ingin membeli makanan atau minuman di sekitar
stasiun memilih untuk menyusuri lapak-lapak pedagang terlebih dahulu
sembari menemukan makanan atau minuman apa yang ingin dibeli, sehingga
lapak pedagang yang berada dekat dengan pintu keluar/masuk.
69
b. Modal dengan pendapatan
Tabel 4.17
Hasil Uji Spearman Modal dengan pendapatan
Correlations
Pendapatan Modal
**
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,719
N 64 64
**
Modal Correlation Coefficient ,719 1,000
N 64 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019.
Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,000)
lebih besar dari nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar
0,719. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel modal dengan
variabel pendapatan mempunyai korelasi yang kuat dan signifikan.
Menurut Rifqi Khoirunnisa (2017) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa responden yang mengeluarkan modal lebih banyak otomatis memiliki
lebih banyak barang untuk dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Kondisi yang serupa juga terjadi dalam penelitian ini dimana semakin banyak
modal harian yang dikeluarkan oleh pedagang maka dapat meningkatkan
pendapatan. Dengan meningkatkan jumlah modal yang dikeluarkan
perharinya pedagang dapat pula meningkatkan jumlah dagangan yang dijual,
dengan begitu kesempatan pedagang untuk mamaksimalkan pendapatan
meningkat. Lalu dengan meningkatkan modal yang dikeluarkan perharinya
pedagang dapat menambah variasi produk, dengan menambah jumlah modal
perharinya pedagang yang biasanya menjual satu jenis makanan dapat
menambah jenis makanan yang lainnya, begitupun dengan pedagang
minuman, semakin bervariasi produk yang dijual maka kesempatan utnuk
memaksimalkan pendapatan akan meningkat.
70
c. Jam kerja dengan pendapatan
Tabel 4.18
Hasil Uji Spearman Jam Kerja dengan Pendapatan
Correlations
Pendapatan JamKerja
**
H
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,668
s N 64 64
**
JamKerja Correlation Coefficient ,668 1,000
i
Sig. (2-tailed) ,000 .
l
N 64 64
71
d. Jenis dagangan dengan pendapatan
Tabel 4.19
Hasil Uji Spearman Jenis Dagangan dengan Pendapatan
Correlations
Pendapatan JenisDagangan
N 64 64
JenisDagangan Correlation **
,706 1,000
Coefficient
N 64 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019.
Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,000)
lebih besar dari nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar
0,706. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel jenis dagangan
dengan variabel pendapatan mempunyai korelasi yang kuat dan signifikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rheza (2018) jenis
dagangan berpengaruh terhadap pendapatan, dimana semakin bervariasi jenis
dagangan maka pendapatan akan meningkat. Kondisi yang serupa juga terjadi
dalam penelitian ini, mayoritas pedagang yang menjual berbagai jenis
makanan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penjual minuman, salah satu faktor penyebabnya adalah karena makanan
yang dijual di sekitaran stasiun lebih bervariasi dari pada jenis minuman yang
dijual. Lalu harga makanan lebih tinggi dari pada harga minuman sehingga
mayoritas penjual makanan memiliki pendapatan yang lebih banyak dari pada
pendapatan yang diperoleh penjual minuman.
72
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi usaha tidak berpengaruh
terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota. Walaupun lapak pedagang berada di lokasi yang
strategis tetapi tidak mempengaruhi pendapatan yang diterima, hal itu
dikarenakan penumpang yang lebih memilih untuk berkeliling terlebih
dahulu apabila ingin membeli sesuatu.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal berpengaruh positif dan
signifkan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun Tanah
Abang, Tebet dan Jakarta Kota. Semakin banyak modal harian yang
dikeluarkan maka pedagang dapat jumlah produk yang akan dijual
sehingga pendapatan akan meningkat.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa jam kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun Tanah
Abang, Tebet, dan Jakarta Kota. Semakin panjang jam kerja yang
digunakan oleh pedagang maka kesempatan untuk memaksimalkan
pendapatan akan meningkat.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis dagangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun
Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota. Pedagang yang menjual jenis
makanan mempunyai pendapatan lebih tinggi dari pada penjual dari
minuman dikarenakan jenis makanan yang dijual lebih bervariasi dari
pada jenis minuman yang dijual.
73
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasannya, maka
terdapat saran untuk pembuat kebijakan dan pedagang:
1. Bagi pembuat kebijakan atau pemerintah daerah diharapkan dapat
lebih peka terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pedagang
kaki lima atau pedagang kecil seperti modal, pembuat kebijakan atau
pemerintah seharusnya menyediakan dan memudahkan pinjaman
modal bagi pedagang kecil dengan bunga yang rendah atau dengan
membuat kebijakan bagi hasil. Lalu, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnnya bahwa pemerintah daerah telah menyediakan tenda yang
telah diatur posisinya untuk ditempati oleh pedagang kecil di Stasiun
Tebet, diharapkan penyediaan tenda juga diberikan pada pedagang di
stasiun lainnya, karena penyediaan dan pengaturan tenda membawa
dampak yang baik yaitu posisi lapak pedagang beraturan dan tidak
mengganggu pejalan kaki.
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Universitas Gajah Mada.
Kasmir, & Jakfar. (2006). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana.
Kiyosaki, R. T., & Lechter, S. L. (2001). The Cashflow Quadrant : Panduan Mencari
Kebebasan Keuangan. Jakarta: Gramedia.
Manullang. (2013). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
Miaz, O. T. (2016). Memulai Usaha Baru " Strategi Yang Perlu Anda Ketahui
Untuk Memulai Sebuah UKM ". Malang, Jawa Timur: NAMS.
Noor, H. F. (2008). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Nurhayati, S. F. (2017). Analisis Kondisi Sosial Ekonomi, Kendala dan Peluang
Usaha Pedagang Kaki Lima: Studi Pada Pedagang Kaki Lima di Seputar
Alun-Alun Kabupaten Klaten. Surakarta: ISBN: 978-602-361-067-9.
Partomo, T. S. (2009). Ekonomi Koperasi. Ciawi, Bogor: Ghalia Indonesia.
Pratama, R. (2018). Pengaruh Modal, Lokasi dan Jenis Dagangan Terhadap
Pendapatan Pedagang Pasar. Jurnal Mitra Manajemen, 249.
Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: ZIFATAMA
PUBLISHSING.
Rachbini, D. J., & Hamid, A. (1994). Ekonomi Informal Perkotaan: Gejala Involusi
Gelombang Kedua. Jakarta: LP3S.
Ramadhan, F. (2017). Pengaruh Modal, Lama Usaha, dan Jam Kerja terhadap
Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Lawang, Kabupaten
Malang. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Subagyo, J. (2011). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. (1999). Metode Penlitian Bisnis. Bandung: Alfabeta,CV.
Suparmoko. (2012). Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta: BPFE.
Su'ud, A. (2007). Pengembangan Ekonomi Mikro . Jakarta: Antonio.
Suyitno. (20018). Metode Penelitian Kualitatif: Konsep, Prinsip, dan
Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka. ISBN: 978-602-6706-
34-8.
Swasta, B. (2008). Manajemen Penjualan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
76
Swastha, I. B. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
Takdir, D., AS, M., & Zaid, S. (2016). Kewirausahaan. Depok,Sleman,Yogyakarta:
Wijana Mahadi Karya.
W. Creswell, J. (2003). Research Design ( Qualitative, Quantitative, and mixed
methods approaches ). California: Sage Publications, inc.
Weston, J. F., & Brigham, E. F. (1994). Dasar Managemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga.
Weygandth, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2013). Financial Accounting IFRS
Eddition. John Wiley & Sons Inc.
Winardi. (1986). Bunga Rampai Masalah Ekonomi. Bandung: Tarsito.
Winarno, N. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YPKN Yogyakarta.
ISBN:979-3532-270.
Zarra, A. (2017). Perngaruh Modal Kerja, Jenis Produk, Tingkat Pendidikan dan
Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Umum Gilimanuk
Kabupaten Jembrana. Denpasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
77
LAMPIRAN 1: Dokumentasi
78
LAMPIRAN 2 : Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
No. Kuesioner :
Hari/Tanggal Observasi :
Lokasi :
Nama : ……………………………………………………
Usia : ……………………………………………………
79
Petunjuk:
a. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan memilih jawaban yang sesuai
dengan kondisi usaha yang sebenarnya.
b. Jawaban dapat diberi tanda centang (✔).
A. Lokasi Usaha
1. Apakah lokasi usaha yang anda tempati mudah dijangkau oleh pembeli
(tidak terhalang tembok atau pagar) ?
a. Sangat mudah dijangkau
b. Mudah dijangkau
c. Biasa saja
2. Apakah lokasi usaha yang anda tempati saat ini terlihat mencolok ( mudah
dilihat dan tidak terhalang pedagang lain) ?
a. Sangat mencolok
b. Mencolok
c. Biasa saja
3. Apakah lokasi usaha yang anda tempati saat ini sering dilewati orang
banyak ?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Biasa saja
80
B. Modal
C. Jam Kerja
1. Berapakah jam kerja atau waktu berdagang yang digunakan perharinya ?
a. Lebih dari 8 jam
b. 6-8 jam
c. Kurang dari 6 jam
81
2. Keyakinan pedagang dalam berdagang.
D. Pendapatan
1. Berapakah pendapatan yang diterima perharinya ?
a. Lebih dari Rp. 500.000
b. Rp. 300.000 – Rp. 500.000
c. Kurang dari Rp. 300.000
82
LAMPIRAN 3 : Hasil Analisis Data
A. Uji Validitas
Correlations
skor
N 64
N 64
N 64
N 64
N 64
N 64
N 64
83
Uji Validitas
Correlations
skor
**
JAMKERJA1 Pearson Correlation ,907
N 64
**
JAMKERJA2 Pearson Correlation ,928
N 64
**
JAMKERJA3 Pearson Correlation ,631
N 64
**
JAMKERJA4 Pearson Correlation ,731
N 64
*
JDAGANGAN Pearson Correlation ,298
N 64
**
PENDAPATAN1 Pearson Correlation ,731
N 64
**
PENDAPATAN2 Pearson Correlation ,725
N 64
**
PENDAPATAN3 Pearson Correlation ,678
N 64
Sig. (2-tailed)
N 64
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
84
B. Uji Reliabilitas
1. Lokasi Usaha
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,857 4
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
2. Modal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,869 3
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
85
3. Jam Kerja
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
,907 4
Item-Total Statistics
Cronbach’s
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
4. Pendapatan
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
,767 3
Item-Total Statistics
Cronbach’s
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
86
C. Hasil Tabulasi Silang
1. Lokasi Usaha terhadap Pendapatan
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
Strategis 6 8 5 19
sangat strategis 15 16 7 38
Total 25 25 14 64
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
300.000 - 500.000 0 2 9 11
>500.000 0 0 4 4
Total 25 25 14 64
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
6-8jam 4 18 9 31
> 8 jam 21 7 1 29
Total 25 25 14 64
87
4. Jenis Dagangan terhadap Pendapatan
Pendapatan
300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
JenisDagangan Minuman 20 3 0 23
Makanan 5 22 14 41
Total 25 25 14 64
Correlations
Pendapatan Lokasi
N 64 64
N 64 64
Correlations
Pendapatan Modal
**
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,719
N 64 64
**
Modal Correlation Coefficient ,719 1,000
N 64 64
88
3. Jam Kerja terhadap Pendapatan
Correlations
Pendapatan JamKerja
**
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,668
N 64 64
**
JamKerja Correlation Coefficient ,668 1,000
N 64 64
Correlations
Pendapatan JenisDagangan
N 64 64
JenisDagangan Correlation **
,706 1,000
Coefficient
N 64 64
89
LAMPIRAN 4 : Data Responden
Jenis
No Nama Usia Kel Modal Operasional
Dagangan
90
Data Responden
91
Pinjaman
25 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
26 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
27 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
28 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
29 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
30 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pinjaman
31 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
32 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
33 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
34 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
35 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pribadi
36 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
37 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
38 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pinjaman
39 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
40 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
41 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
42 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
43 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pribadi
44 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
45 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
46 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
47 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
48 Lebih dari Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
49 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
50 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
51 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
92
Pinjaman
52 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
53 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
54 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pinjaman
55 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
56 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
57 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
58 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
59 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
60 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pribadi
61 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
62 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
63 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
64 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
61 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
62 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
63 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
64 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
93
LAMPIRAN 5 : Data Penelitian
95
Data Penelitian
96