Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH LOKASI USAHA, MODAL, JAM KERJA DAN JENIS

DAGANGAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI

SEKITAR STASIUN TANAH ABANG, TEBET DAN JAKARTA KOTA.

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)

Oleh:
Nadya Nur Novalita
NIM : 11150840000033

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Nadya Nur Novalita
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 29 September 1996
3. Alamat : Jalan Cipinang Lontar 1 No 20
003/008 Kelurahan Cipinang,
Kecamatan Pulogadung
Jakarta Timur, 13240
4. Telepon : 088221900781
5. Email : ndynvlt@gmail.com

II. Latar Belakang Keluarga


1. Nama Ayah : Asep Noval Hasyimi
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juli 1967
3. Nama Ibu : Endah Nur Mukamah
4. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 29 November 1968

III. Pendidikan Formal


1. SDN 06 Cipinang Muara 2003 - 2009
2. SMPN 255 Jakarta 2009 - 2012
3. SMAN 21 Jakarta 2012 - 2015
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 – 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH LOKASI USAHA, MODAL, JAM KERJA DAN JENIS


DAGANGAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI
SEKITAR STASIUN KERETA TANAH ABANG, TEBET DAN
JAKARTA KOTA

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

,Jam Kerja dan Jenis

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

v
ABSTRACT

This study aims to determine the effect of business location, capital,


working hours and commodity types on the income of petty trader around Tanah
Abang, Tebet and Jakarta Kota Train Station. There are three locations in this
study, namely Jakarta Kota Station, Tanah Abang Station and Tebet Station.
The sample is 64 respondents. This study used cross-tabulation and
spearman correlation as method of data analysis.
The results show: 1) the business location has no effect on income; 2)
capital has a positive effect and significant on income; 3) working hours has a
positive effect and significant on income; 4) commodity types has a positive and
significant effect on income.

Keywords: Bussiness Location, capital, working hours, commodity types, income.

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi usaha, modal,


jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar
Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota. Terdapat tiga lokasi pada
penelitian ini yaitu Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Tebet.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64 responden.


Metode analisis data yang digunakan adalah tabulasi silang dan korelasi
spearman.

Hasil menunjukan: 1) lokasi usaha tidak berpengaruh terhadap


pendapatan; 2) modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pendapatan; 3) jam kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pendapatan; 4) jenis dagangan mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pendapatan pedagang.

Kata Kunci: Lokasi usaha, modal, jam kerja, pendapatan, jenis dagangan.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala rahmat hidayah dan karunia-Nya, sehingg penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ PENGARUH LOKASI USAHA, MODAL, JAM
KERJA, DAN JENIS DAGANGAN TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG KECIL DI SEKITAR STASIUN TANAH ABANG, TEBET
DAN JAKARTA KOTA.“, tak lupa salawat dan salam kita haturkan Rasulallah
SAW atas syafa’atnya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan bimbingan, bantuan, saran, doa, dan
dukungan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka
dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih untuk
pihak yang ikut andil, yaitu:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Asep Noval Hasyimi dan Ibu Endah Nur
Mukamah yang selalu mendoakan, menyemangati, menasihati, dan
memfasilitasi semua kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Pheni Chalid, Ph.D sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan dan arahan dengan sabar, meluangkan waktu, serta memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga
akhir. Semoga bapak selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufriani, Lc, M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
4. Bapak Dr. M. Hartana I Putra, M.si dan Bapak Deni Pandu Nugraha, M.sc
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang
telah memberikan arahan dan bantuan selama masa perkuliahan ini.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, Bapak Djaka Badranaya, dan Bapak Sofyan
Rizal, M.Si selaku dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang senantiasa

viii
membantu, meluangkan waktu, dan memberikan masukan bagi penulis selama
masa perkuliahan.
6. Seluruh jajaran dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya dosen
Jurusan Ekonomi Pembangunan yang mana selama masa perkuliahan telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta staf yang selalu
melayani dan membantu selama masa perkuliahan
7. Teman-teman Panjat Sosial ( Syifa Aliani, Dena Putri, Azizha Delvine, Gera
Rahma, Kasanti, Anindya, dan Syifa Budi) yang selalu menolong,
mengingatkan, memotivasi, dan menghibur dari masa awal perkuliahan hingga
proses akhir penulisan skripsi.
8. Mohammad Afriareza selaku orang terdekat yang setiap saat membantu,
memberikan motivasi, memfasilitasi, mendengarkan keluh kesah, dan
menghibur penulis selama proses penulisan skripsi ini.
9. Areste Kirana Cita selaku saudara dan sahabat terdekat penulis yang selalu
membantu, memberikan informasi, mendengarkan keluh kesah dan menghibur
selama proses penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman PEKA ( Pembangunan Ekonomi Kelas A) yang namanya tidak
bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan semangat dan
menghibur selama masa perkuliahan.
11. Senior- senior Jurusan Ekonomi Pembangunan ( Abang Tanu, Abang Hilmi,
Abang Azka, Abang Naufal, Abang Idham, Abang Temon, Kak Vanya, dan
Kak Wini ) yang selalu membantu dan memberikan masukan untuk penulis
ketika dalam masa sulit selama perkuliahan.
12. Intan Choirunnisa dan Indy M Boer yang selalu mendengarkan curahan hati
dan keluh kesah penulis.
13. Senior-senior dan teman-teman HMI KAFEIS yang memberikan ilmu dan
memberikan dukungan bagi penulis selama masa perkuliahan.

ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan masukan agar skripsi ini dapat berguna
dan memberikan manfaat pada bidang terkait.

Waasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang Selatan

Nadya Nur Novalita

x
DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Batasan Masalah........................................................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 11


A. Lokasi Usaha .............................................................................................. 11
B. Modal ......................................................................................................... 15
C. Jam Kerja ................................................................................................... 19
D. Pendapatan ................................................................................................. 21
E. Pedagang Kecil........................................................................................... 24
F. Jenis Dagangan........................................................................................... 27
G. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 28
H. Kerangka Berpikir Umum ......................................................................... 36

xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 38
C. Metode Pengumpulan data ......................................................................... 40
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 43
E. Skala Pengukuran ....................................................................................... 43
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 44
1. Uji Validitas ........................................................................................... 44
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 45
3. Crosstabulation atau Tabulasi Silang..................................................... 45
4. Uji Korelasi Spearman ........................................................................... 45
G. Operasional Variabel .............................................................................. 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 49


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 49
B. Gambaran Umum Responden .................................................................... 55
C. Deskripsi Data Variabel/ Profil Umum Usaha ........................................... 58
D. Hasil Analisis Data ..................................................................................... 64
1. Uji Validitas ........................................................................................... 64
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 65
3. Crosstabulation atau Tabulasi Silang..................................................... 65
4. Uji Korelasi Spearman ........................................................................... 68

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 73


A. Kesimpulan ................................................................................................ 73
B. Saran ........................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka 2013-2017 ............................................ 2


Tabel 1.2 Jumlah Usaha Non Pertanian Sensus Ekonomi 2016 ............................. 4
Tabel 1.3 Nama Stasiun dengan Jumlah Penumpang Terpadat di Jabodetabek ..... 5
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 33
Tabel 2.3 Kerangka Berpikir Umum ..................................................................... 37
Tabel 3.1 Jumlah Pedagang di Lokasi Penelitian.................................................. 39
Tabel 3.2 Kriteria Korelasi.................................................................................... 46
Tabel 3.3 Operasional Variabel............................................................................. 47
Tabel 4.1 Usia Responden..................................................................................... 56
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden ..................................................................... 57
Tabel 4.3 Pendidikan terakhir responden .............................................................. 57
Tabel 4.4. Jenis Dagangan .................................................................................... 58
Tabel 4.5 Lokasi Usaha ........................................................................................ 59
Tabel 4.6 Besaran Modal ...................................................................................... 61
Tabel 4.7 Kepemilikan Modal............................................................................... 61
Tabel 4.8. Jam Kerja ............................................................................................. 62
Tabel 4.9 Pendapatan ............................................................................................ 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas............................................................................... 64
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 65
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Lokasi Usaha dengan Pendapatan ............................. 65
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Modal dengan Pendapatan ........................................ 66
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Jam Kerja dengan Pendapatan .................................. 67
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Jenis Dagangan dengan Pendapatan ......................... 68
Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi Spearman Lokasi Usaha dengan Pendapatan ....... 68
Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi Spearman Modal dengan Pendapatan ................... 70
Tabel 4.18 Hasil Uji Korelasi Spearman Jam Kerja dengan Pendapatan ............. 71
Tabel 4.19 Hasil Uji Korelasi Spearman Jenis Dagangan dengan Pendapatan .... 72

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Stasiun Tanah Abang ....................................................................... 49


Gambar 4.2 Stasiun Tebet .................................................................................... 50
Gambar 4.3 Stasiun Jakarta Kota ......................................................................... 51
Gambar 4.4 Pedagang Kaki Lima Staisun Tanah Abang ..................................... 52
Gambar 4.5 Pedagang Kaki Lima Stasiun Tebet .................................................. 53
Gambar 4.6 Pedagang Kaki Lima Stasiun Jakarta Kota ...................................... 54

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Pedagang Kecil di Sekitar Stasiun ............................ 78


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ........................................................................ 79
Lampiran 3 Hasil Analisis Data ........................................................................... 63
Lampiran 4 Data Responden ................................................................................ 90
Lampiran 5 Data Penelitian .................................................................................. 95

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalani kehidupannya, manusia harus memenuhi kebutuhan


hidup mereka. Terdapat tiga tingkatan kebutuhan manusia yaitu
primer,.sekunderddan tersier. Kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan
dan papan. Kebutuhan sekunder terdiri dari hiburan dan rekreasi, sedangkan
kebutuhan tersier terdiri alat transportasi dan barang elektronik. Dalam urutan
pemenuhannya, kebutuhan sekunder dan tersier bisa berbeda tergantung dari
kemampuan dan prioritas masing-masing individu. Untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan hidup, seseorang haruslah mempunyai pendapatan berupa
uang. Pheni Chalid (2016) menyebutkan uang sangat berharga karena
potensinya yang tidak terbatas sebagai alat, jumlah uang juga menjadikan
kualitas bermakna. Maka dari itu seseorang haruslah mempunyai uang yang
diperoleh dengan bekerja atau melakukan pekerjaan. Orang-orang pun saling
berkompetisi dalam mendapatkan pekerjaan agar memperoleh pendapatan
yang nantinya akan dialokasikan untuk kebutuhan hidupnya.

Menjadi white collar atau seorang yang bekerja di perkantoran dalam


sektordformal masihdmenjadifprioritasgutamahbagi para angkatan kerja.
Namun, kompetensi angkatan kerja yang seringkali tidak memenuhi standar
perusahaan membuat banyak angkatan kerja tidak tertampung pada pekerjaan
tersebut. Pekerja blue collar atau pekerja yang melakukan pekerjaan dengan
kemampuan fisik saat ini juga tergantikan karena adanya perkembangan
teknologi yang massive, dimana sudah banyak pekerjaan manusia yang
tergantikan oleh mesin, hal ini membuat lapangan pekerjaan semakin
berkurang, dan menyebabkan bertambahnya penganggguran. Selain itu
penyebab lain dari banyaknya jumlah pengangguran khususnya di Indonesia
adalah tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dimana jumlah penduduk

1
tidak jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia.

Tabel 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2013-2017 ( Dalam Persentase)

Tahun Tingkat
2013 6,17
2014 5,94
2015 6,18
2016 5,61
2017 5,5
Sumber : BadanvPusat Statistik, Survei Angkatan Kerja Nasional ( Sakernas),
diolah, 2018.

Tabelfdifatas menunjukan bahwa tingkat pengangguran mengalami


fluktuasi pada periode 2013-2017, tingkat pengangguran pernah mengalami
peningkatan pada tahun 2015 dengan angka 6,18% yang sebelumnya pada
tahun 2014 angkanya 5,94%. Walaupun tingkat pengangguran berkurang
hampir setiap tahunnya, pengangguran masih menjadi salah satu pokok
permasalahan di Indonesia karena jumlahnya yang sangat banyak, pada tahun
2017 menurut Badan Pusat Statistik pengangguran di Indonesia jumlahnya
mencapai 7,03juta orang. Persaingan yang semakin tinggi antar angkatan kerja
dan terbatasnya lapangan kerja pada akhirnya memaksa banyak orang menjadi
pekerja mandiri. Fenomena ini sering terjadi di perkotaan di Indonesia,
dimana terdapat penduduk yang tidak mendapatkan kesempatan bekerja dan
akhirnya bekerja sebagai pekerja mandiri atau mendapatkan pendapatan
dengan melakukan sendiri semua pekerjaannya. Selain itu terdapat pula
berbagai alasan mengapa seseorang lebih memilih untuk menjadi pekerja
mandiri.
Menurut Kiyosaki (2001) terdapat keuntungan yang akan didapat oleh
seorang pekerja mandiri yaitu kebebasan waktu, minimnya tekanan, dapat

2
menentukan target sendiri, dan dapat mengembangkan ide dan berkarya
dengan maksimal. Dapat dikatakan bahwa dengan menjadi seorang pekerja
mandiri jam kerja yang digunakan lebih bebas dari pada jam kerja seorang
karyawan perusahaan, lalu tekanan dalam melakukan pekerjaan sangat minim
karena seorang pekerja mandiri hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri,
karena minimnya tekanan seorang pekerja mandiri lebih mudah untuk
mendapatkan dan mengembangkan ide terkait dengan pekerjaannya. Hal – hal
ini dapat pula menjadi pendorong mengapa seseorang lebih memilih untuk
menjadi pekerja mandiri
Jenis pekerjaan yang merupakan pekerja mandiri salah satunya adalah
dengan menjadi seorang pedagang. Berdagang merupakan solusi yang tepat
dan potensi untuk menghasilkan pendapatan dikala sulitnya mencari pekerjaan
pada bidang lain dan tidak ingin terkekang pada aturan perusahaan. Namun,
pada banyak kasus terdapat kendala-kendala tertentu yang dialami oleh
pedagang yang baru akan memulai usahanya. Kendala- kendala yang dialami
tersebut biasanya adalah modal usaha yang terbatas dan perizinan usaha yang
berbelit-belit, dikarenakan kendala ini pada akhirnya masyarakat lebih
memilih untuk menjadi pedagang kecil karena tidak membutuhkan modal
yang besar dan perizinan usaha.
Yan Pieter dalam Rachbini (1994) menyebutkan bahwa
pedagangpkecil merupakan pedagang yangpberjualan pada tempat yang tidak
resmi seperti tepi jalan, taman-taman, emper toko dan pasar yang tidak
ditujukan untuk itu. Berdasarkan pendapat tersebut maka pedagang kecil ini
juga dapat disebut dengan pedagang kaki lima, istilah tersebut didapatkan
karena lokasi jualan mereka yang menggunakan trotoar yang merupakan tepi
jalan, yang mana pada masa penjajahan Belanda dibuat aturan bahwa setiap
pembangunan jalan harus menyisakan ruang untuk pejalan kaki sepanjang 5
feet atau 5 kaki, maka dari itu pedagang yang berdagang memanfaatkan
trotoar disebut pedagang kaki lima atau bisa disingkat dengan PKL.

3
Tabel 1.2
Jumlah Usaha Non Pertanian Sensus Ekonomi 2016
S
Nama Pulau Jumlah Unit Usaha
u
Pulau Maluku dan Papua 500 Ribu
m
Pulau Kalimantan 1,4 Juta
bPulau Bali dan Nusa Tenggara 1,5 Juta
e Pulau Sulawesi 2,2 Juta
Pulau Sumatera 5 Juta
r
Pulau Jawa 16,2 Juta

: Badan Pusat Statistik, Sensus Ekonomi tahun 2016.

Sensus Ekonomi ini menunjukan jumlah unit usaha non pertanian


yang ada di Indonesia, yang mana menurut Badan Pusat Statistik 71% dari
total jumlah unit usaha ini dikategorikan sebagai pedagang kecil, pedagang
kaki lima dan pedagang kelilin. Melalui data tersebut dapat dikatakan
bahwa jumlah pedagang kecil sangat banyak. Menurut Anissa (2017)
sektor ini mampu menyerap angkatan kerja yang banyak dan berperan
membentuk perekonomian dan menumbuhkan ekonomi sehingga harus
didukung oleh pemerintah. Namun terdapat polemik dimana satu sisi
pedagang kecil membawa pengaruh yang baik pada perkeonomian, tetapi
di sisi lainnya pedagang kecil membawa masalah baru dimana kebanyakan
dari pedagang ini memanfaatkan trotoar untuk lokasi berdagang, padahal
kegiatan tersebut melanggar Undang- Undang No.22 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa terdapat hukuman pidana bagi seseorang yang
melakukan perbuatan menganggu fasilitas pejalan kaki. Dikarenakan
melanggar Undang-Undang, pihak berwenang pun rutin melakukan
penertiban terkait dengan pedagang yang berjualan di trotoar yang
seringkali mengganggu khalayak umum, namun hal tersebut tidak
membuat jera para pedagang ini, mereka berdalih bahwa yang mereka

4
lakukan adalah guna mendapatkan penghasilan dan lokasi yang mereka
tempati saat itu adalah lokasi yang ramai dan sering dilalui banyak orang,
maka dari itu mereka enggan untuk pindah ke lokasi lain walaupun telah
melanggar Undang-Undang. Lokasi yang biasa dilalui banyak orang salah
satunya adalah Stasiun Kereta. Statiun kereta selalu ramai oleh pengguna
kereta khususnya pengguna KRL.
Tabel 1.3
Nama Stasiun Kereta Commuter Line dengan Jumlah Penumpang
Terpadat di Jabodetabek Tahun 2017

Nama Stasiun Jumlah Penumpang


Depok 24.359
Jakarta Kota 25.044
Tebet 30.144
Citayam 32.953
Sudirman 35.493
Bojong Gede 35.968
Depok Baru 37.710
Bekasi 40.153
Bogor 50.119
Tanah Abang 73.413
Sumber : PT Kereta Api Indonesia,2018.

PT Kereta Api Indonesia mempunyai 72 Stasiun Kereta di Jabodetabek


yang difungsikan untuk kereta commuter line atau KRL. Dari ke 72 stasiun
tersebut, Stasiun Kereta Tanah Abang merupakan stasiun yang memiliki
jumlah kepadatan penumpang yang paling tinggi di Jabodetabek, lalu disusul
oleh Stasiun Kereta Bogor dan Stasiun Kereta Bekasi.
Banyaknya penumpang yang lalu-lalang di stasiun pun dimanfaatkan
oleh pedagang untuk menjajahkan dagangannya di sekitar stasiun. Pedagang
yang berada di sekitar stasiun menggunakan area yang sama dengan pedagang
kaki lima di lokasi lain, yaitu menggunakan trotoar untuk menjajahkan
dagangannya. Adanya pedagang di sekitar stasiun menyebabkan terjadinya
simbiosis mutualisme antara pedagang dengan pengguna kereta. Namun,

5
ramainya kegiatan jual-beli yang ada di sekitar stasiun kereta dianggap
mengganggu pejalan kaki karena terjadi penyempitan ruang gerak untuk
berjalan dan juga mengganggu arus lalu lintas.
Akibatnya, beberapa stasiun kereta di Jabodetabek melarang pedagang
untuk berdagang di sekitar, stasiun tersebut diantaranya adalah Stasiun
Manggarai, Buaran, Jatinegara dan Pasar Minggu. Satuan Polisi Pamong Praja
atau Satpol PP rutin berjaga di stasiun tersebut untuk menindak tegas
pedagang yang kedapatan melanggar aturan. Namun, terdapat pula banyak
stasiun yang tidak terlalu ketat pengawasannya sehingga pedagang dengan
leluasa berkerumun di stasiun tersebut seperti pada Stasiun Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota.
Pada kasus ini, banyaknya penumpang yang ada mempunyai pengaruh
pada pedagang, karena jumlah penumpang yang ada merupakan potensi
pendapatan bagi pedagang yang lokasinya berada di sekitar stasiun. Potensi
pendapatan pedagang di sekitar stasiun pun berbeda antara satu stasiun dengan
stasiun yang lain sesuai dengan kepadatan jumlah penumpangnya.
Menurut Sundari (2017) dalam penelitiannya, sebelum seseorang
membuka bisnisnya faktor yang diperhatikan adalah lokasi usaha, dalam
berbelanja lokasi usaha akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk
membeli barang. Maka lokasi usaha merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pendapatan pedagang, lokasi yang kurang strategis dapat
menjadi hambatan bagi para pedagang untuk memaksimalkan keuntungannya.
Namun, menurut Rheza (2018) lokasi usaha tidak mempunyai terhadap
pendapatan pedagang, hal ini dikarenakan pada berbagai lokasi usaha
pedagang mempunyai tingkat keramaian yang sama.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang adalah
modal. Modal adalah seluruh kekayaan yang memiliki fungsi produktif dalam
kelangsungan usaha. Modal dapat diperoleh dari pedagang itu sendiri atau
pinjaman dari bank maupun non-bank. Seringkali pedagang mendapatkan
kesulitan untuk mendapatkan modal terutama para pedagang kecil atau
pedagang kaki lima. Mereka kesulitan mendapatkan modal dari bank karena

6
tidak memiliki jaminan yang sesuai dengan standar bank serta tidak dapat
membayar bunga, karena bunga pada bank cukup tinggi sementara pendapatan
yang mereka terima tidak menentu tiap harinya.
Selain itu pedagang juga harus menyiapkan modal operasional sehari-
hari. Menurut Swastha (2008) untuk meningkatkan keuntungan maka harus
ada tambahan modal untuk membeli barang dagangan. Apabila ada tambahan
modal harian, maka dapat menambah jumlah produk yang akan dijual,
semakin banyak produk yang dijual maka pendapatan pedagang akan
meningkat.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang
adalah jam kerja. Jam kerja merupakan waktu yang digunakan oleh pedagang
dalam menjajahkan barang dagangannnya perhari. Jam kerja pedagang pun
beragam, seperti jam kerja pedagang di sekitaran stasiun yang menyesuaikan
jenis dagangannya dan menyesuaikan dengan perkiraan ramainya penumpang
pada jam tertentu. Berdasarkan pengamatan, biasanya pedagang minuman
kaleng dan makanan ringan mempunyai jam kerja yang lebih banyak dari pada
pedagang lainnya, biasanya mereka berjualan dari pukul jam sibuk berangkat
kerja hingga malam hari hingga stasiun dirasa sudah sepi. Pedagang makanan
ringan lainnya, perkakas, dan aksesoris handphone biasanya mulai berjualan
pukul 13.00 hingga 21.00 WIB. Sedangkan pedagang makanan berat biasanya
berjualan pukul 17.00 hingga 23.00 WIB, namun ada pula yang berjualan dari
siang hingga sore hari.
Menurut Efni (2015) dalam penelitiannyammengatakanpbahwa
semakin tinggi jam kerja yang digunakan maka akan meningkatkan
produktivitas, dan semakin rendah jam kerja yang digunakan maka akan
menurunkan produktivitas. Sedangkan menurut Efendi dan Marijono (2014)
mengatakan semakin tinggi produktivitas maka penghasilan yang didapatkan
akan bertambah. Berdasarkan penelitian tersebut apabila pedagang
menggunakan jam kerja yang panjang maka akan meningkatkan produktivitas,
dan peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan pedagang.

7
Menurut Nur Isni (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
seringkali pedagang mengganti jenis dagangannya karena hasil penjualan
dagangan sebelumnya jenis tidak maksimal. Pedagang yang berada di sekitar
stasiun juga harus memperkirakan jenis dagangan apa yang akan diminati
penumpang sesuai dengan kondisi penumpang disana, dimana biasanya
penumpang kereta tidak ingin menghabiskan waktu yang lama di stasiun
karena akan menuju suatu tempat, jadi pedagang harus tau betul jenis
dagangan apa yang akan menarik perhatian penumpang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih judul: “ Pengaruh Lokasi
Usaha, Modal, Jam Kerja dan Jenis Dagangan terhadap Pendapatan
Pedagang Kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota
“, judul ini menarik untuk diteliti karena pada penelitian-penelitian
sebelumnya banyak yang menjadikan pedagang pasar tradisonal dan pasar
sebagai subjek dan lokasi penelitiannya, masih jarang yang membahas tentang
pedagang kaki lima dan belum ada yang menggunakan stasiun kereta sebagai
lokasi penelitian. Lalu peneliti juga tertarik mengetahui apakah kesamaan
variabel yang digunakan dengan penelitian sebelumnya akan menghasilkan
hasil yang berbeda karena menggunakan lokasi penelitian yang berbeda dan
karakteristik konsumen yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Pedagang kecil berada di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta
Kota sekiranya mempunyai permasalahan-permasalahan tertentu seperti
menemukan lokasi usaha yang strategis, menentukan jumlah modal hariannya,
keterbatasan jam kerja karena harus mengikuti jam operasional stasiun kereta,
serta menentukan jenis dagangan yang banyak peminatnya. Hal- hal ini akan
berpengaruh pada pendapatan yang diterima oleh pedagang. Atas dasar
tersebut, maka pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanappengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang kecil


di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?

8
2. Bagaimanappengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
4. Bagaimana pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang
kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dijelaskan


sebelumnya, maka dari itu dibutuhkan adanya pembatasan permasalahan yang
akan didalami pada penelitian ini. Pembatasan masalah dibuat dikarenakan
luasnyappermasalahanpdan banyaknya faktor yang ada yang dapat
mempengaruhi permasalahan yang diteliti. Oleh sebab itu, penelitian ini
difokuskanppadapfaktor-faktor yang di batasi yaitu variabel lokasi usaha
yang merupakan tempat yang digunakan untuk pedagang untuk berjualan,
lalu variabel modal yang merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh
pedagang untuk membeli bahan barang dagangan atau biaya operasional
perhari, variabel jam kerja yakni merupakan waktu yang digunakan oleh
pedagang dalam proses berdagang mulai dari persiapan buka hingga tutup,
dan variabel jenis dagangan yaitu barang yang dijual oleh pedagang. dimana
ke empat variabel tersebut dapat mempengaruhi pendapatan pedagang, yang
mana pendapatan pedagang merupakan jumlah barang dagangan yang terjual
dikalikan dengan harga barang perunit dinyatakan dalam rupiah. Lalu
penelitian ini hanya mencakup pedagang kecil yang berada di sekitar Stasiun
Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

9
a. Mengetahui pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan kecil pedagang di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
b. Mengetahui pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
c. Mengetahui pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
d. Mengetahui pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang kecil
di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang sudah dijelaskan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah dan
instansi terkait khususnya Dinas Koperasi dan UKM dalam membuat
kebijakan yang mendukung berkembangnya usaha pedagang-pedagang
kecil.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan media
pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat yang akan memulai
usaha kecil dalam menentukan jenis dagangan apa yang lebih diminati.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lokasi Usaha

1. Definisi Lokasi Usaha


Menurut Soemarni & Soeprihanto (2000), istilah lokasi usaha dapat
disebut dengan istilah tempat kediaman usaha. Kesalahan dalam pemilihan
lokasi usaha tentunya dapat merugikan perusahaan, maka dari itu pelaku usaha
atau pedagang harus memperhatikan aspek-aspek tertentu dalam memilih
lokasi usaha, karena jika salah dalam menentukannya lokasi usaha maka
pemilik usaha harus mengeluarkan biaya lagi untuk relokasi atau
memindahkan lokasi usaha.

Persoalan lokasi usaha selalu muncul dalam permulaan mendirikan sebuah


usaha. Setiap pelaku usaha pastinya selalu berusaha menetapkan lokasi usaha
yang mana akan memberikan keuntungan maksimal, motif ekonomi pun
ditetapkan sebagai dasar dalam memilih lokasi usaha.

2. Jenis Lokasi Usaha


Dalam menentukan lokasi usaha, pelaku usaha tidak bisa memilih dengan
cara coba-coba karena hal itu adalah tindakan yang ceroboh. Dalam pemilihan
lokasi usaha harus ditetapkan dengan sangat cermat dengan melihat fakta yang
ada dengan aspek teknik dan aspek ekonominya. Soemarni & Soeprihanto
(2000) membedakan lokasi usaha menjadi empat jenis, yaitu:

a. Lokasi terikat pada alam


Lokasi usaha yang terikatppadapalam adalah lokasi yang tidak
dipengaruhi oleh manusia tetapi ditentukan dengan alam. Contohnya
adalah lokasi usaha tambang dan usaha pertanian dimana lokasi usahanya
harus dekat dengan dimana tempat mendapatkan bahan baku.

11
b. Lokasi berdasar sejarah
Lokasi usaha berdasarkan sejarah ialah usaha yang aktivitasnya di
suatu daerah hanya dapat dijelaskan berdasarkan dengan sejarah. Contoh
lokasi usaha ini adalah usaha batik yang berlokasi di Pekalongan.

c. Lokasi ditetapkan pemerintah


Lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah daerah yang sengaja
dikhususkan diperuntukan bagi aktivitas usaha tertentu, misalnya adalah
pabrik senjata.. Penetapan lokasi oleh pemerintah dilakukan dengan
berbagai pertimbangan agar masyarakat terhindar dan terlindungi dari
bahaya yang mungkin terjadi disekitar lokasi yang ditetapkan.

d. Lokasi atas dasar faktor ekonomi


Kimball Sr. dan Kimball Jr. dalam M.Fuad dkk (2009) berpendapat
bahwa faktor yang terlibat dalam pemilihan lokasi usaha adalah sebagai
berikut:
1) Nearness to material / Kedekatan dengan bahan baku
Memungkinkan kesinambungan aktivitas usaha, karena tanpa
bahan baku sebuah usaha tidak dapat membuat barang yang akan
dijual ke konsumen, tanpa bahan baku aktivitas usaha tidak dapat
berjalan dengan semestinya.
2) Nearness to market / Kedekatan dengan pasar
Kedekatan dengan pasar adalah faktor yang dimaksudkan agar
memudahkan distribusi dan terserapnya produk yang dihasilkan
sebuah usaha
3) Water power / Tenaga air
Merupakan faktor yang dapat dimanfaatkan untuk keberlangsungan
usaha atau untuk pembangkit listrik tenaga air.
4) Supply of labor / Pasokan tenaga kerja

12
Melimpah tenaga kerja dan murahnya upah tenaga kerja
merupakan pendukung faktor produksi variabel. Bila kelimpahan
ini diimbangi juga dengan keahlian tenaga kerja yang memadai,
maka perusahaan akan semakin mampu bersaing.
5) Favourable climate / Iklim yang menguntungkan
Iklim yang menguntungkan maksudnya adalah iklim seringkali
menjadi hal yang buruk bagi kondisi kesehatan tenaga kerja dan
juga ketahanan bahan baku, maka dari itu dalam pemilihan lokasi
usaha pelaku usaha harus mencari lokasi dimana iklimnya dapat
membawa keuntungan.
6) Capital available for investment / Tersedianya modal untuk
Investasi merupakan hal yang baik bagi perusahaan, karena dengan
masuknya investasi maka perusahaan dapat mengembangkan
usahanya.
7) Transportation / Transportasi
Transportasi berpengaruh besar terhadap pendistribusian produk.
Lancarnya pasokan bahan mentah ke lokasi perusahaan juga
dipengaruhi oleh kelancaran transportasi tersebut.

3. Memilih Lokasi Usaha


Keberhasilan serta kegalalan dalam suatu bisnis sangat ditentukan oleh
pemilihan lokasi, untuk mendapatkan keberhasilan tentunya terdapat langkah-
langkah yang harus dilakukan. Menurut Buchari (2002) terdapat dua langkah
dalam menentukan lokasi usaha yaitu:

a. Menentukan masyarakat yang akan dilayani


b. Memilih lokasi di sekitar masyarakat tertentu
Berikut ini adalah faktor-faktor untuk menetukan lokasi dalam
masyarakat tertentu menurut Buchari (2002) :
1) Karakteristik demografis konsumen, yaitu keadaan penduduk menurut
jenis kelamin, tempat tinggal, dan usia yang nantinya akan
menentukan barang seperti apa yang akan dijual.

13
2) Kondisi ekonomi setempat, yaitu keadaan masyarakat yang
dicerminkan dari kesempatan kerja, pendapatan, dan daya beli.
3) Persaingan, yaitu banyaknya usaha sejenis yang terdapat dalam suatu
tempat. Semakin banyak usaha yang memiliki jenis dagangan yang
sama, maka persaingan semakin meningkat.
4) Iklim sosial, yaitu adanya fasilitas penunjang di sekitar lokasi usaha
seperti bank, angkutan umum, perusahaan jasa, fasilitas air, telfon dan
juga fasilitas lainnya seperti sekolah, rumah ibadah, tempat hiburan,
dan rumah sakit.

4. Dampak Pemilihan Lokasi Usaha


Lokasi usaha dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima, maka dari
itu pemilihan lokasi usaha merupakan hal yang penting dan harus ditentukan
dengan bijak. Apabila lokasi usaha perusahaan strategis, maka perusahaan
akan mendapatkan pendapatan yang tinggi. Begitupun sebaliknya, apabila
perusahaan melakukan usaha di lokasi yang tidak strategis maka akan sulit
untuk meningkatkan pendapatan. Selain berkaitan dengan pendapatan,
penentuan lokasi usaha yang strategis akan membawa keuntungan. Menurut
Kasmir dan Jakfar (2006), keuntungan secara finansial dan nonfinansial akan
membawa keuntngan pada perusahaan, keuntungan-keuntungan tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan dapat memaksimalkan kualitas pelayanan


b. Mudahnya mendapatkan tenaga kerja dalam jumlah dan
kemampuan.
c. Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku atau bahan penolong
secara bekelanjutan.
d. Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha, karena biasanya
sudah diperhitungkan untuk perluasan lokasi sewaktu-waktu.
e. Di masa yang akan datang akan memiliki nilai yang ekonomi yang
tinggi.

14
f. Meminimalisir tejadinya konflik, khususnya antara masyarakat dan
pemerintah daerah setempat.

B. Modal
1. Definisi Modal
Menurut Amirullah dan Hardjanto (2005) Modal dalam pengertian dapat
dijelaskan sebagai sejumlah uang yang dipakai dalam melangsungkan
kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam sebuah bisnis membeli faktor-faktor produksi
seperti bahan baku dan bangunan usaha tentunya diperlukan uang.

Sedangkan Suyadi dalam Nur Isni (2016) semua bentuk kekayaan yang
digunakan dalam proses produksi atau menghasilkan output disebut dengan
modal.

Apabila kita akan membuka suatu usaha atau akan mengembangkan usaha
yang telah berjalan, maka perlu memikirkan berapa jumlah modal yang
diperlukan. Pemasaran suatu produk atau iklan harus dilakukan dengan
intensif dan efisien untuk mendapatkan hasil penjualan yang maksimal,
perkiraan-perkiraan biaya yang akan membebani usaha-usaha, termasuk
segala pengeluaran yang terkait juga harus dipikirkan. Dengan demikian,
perkiraan kebutuhan dana akan dapat diprediksi (Titik Sartika, 2009).

2. Sumber Modal
Menurut Dedi (2016), dalam memulai usaha pada dasarnya membutuhkan
modal yang dapat bersumber dari:

a. Modal Sendiri
Sumber permodalan yang paling mudah adalah model yang
diperoleh sendiri. Dananya dapatpdiperolehpdariptabungan, dana
cadangan, atau memanfaatkan asset yang sebelumnya tidak produktif
milik pemilik modal itu sendiri. Menurut Kasmir dalam Satin (2017)
modal sendiri memiliki kelebihan yaitu:

1) Pemilik modal tidak akan terbebani dengan biaya lain seperti


biaya bunga dan biaya administrasi.

15
2) Tidak bergantung pada pihak lain.
3) Tidak membutuhkan persyaratan yang berbelit dan memakan
waktu yang cukup lama.
4) Apabila pemilik modal ingin mengalihkan usaha ke pihak lain,
maka tidak ada keharusan untuk pengembalian modal.
Namun modal sendiri juga memiliki kelemahan diantaranya adalah
jumlah modal yang terbatas dan motivasi yang rendah, karena biasanya
usaha dengan modal sendiri akan sulit berkembang.

b. Pinjaman Bank
Apabila modal sendiri tidak dapat mencukupi pemenuhan
kebutuhan modal, maka kekurangan modal tersebut dapat diantisipasi
dengan berhutang bank. Terdapat tiga jenis kredit perbankan,
diantaranya:

1) Kredit Usaha, yaitu kredit yang ditunjukan untuk membiayai usaha


yang produktif.
2) Kredit Konsumsi, yaitu kredit yang digunakan untuk membeli
keperluan pribadi pemilik perusahaan.
3) Kredit Serbaguna, yaitu kredit yang bisa digunakan dengan tujuan
baik untuk konsumsi pribadi maupun untuk membiayai usaha.

Modal pinjaman juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang


berbanding terbalik dengan kelebihan dan kekurangan dari modal
sendiri, yang mana menurut Kasmir dalam Satin (2017) modal
pinjaman memiliki kelebihan yaitu:
1) Jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemilik usaha
selama jumlahnya layak dan aktivitas usaha mempunyai prospek
yang bagus menurut lembaga peminjam.
2) Jika pada modal sendiri motivasi usaha rendah, maka pada modal
penjaman motivasi usaha akan tinggi karena terdapat beban moral
dimana pemilik usaha harus mengembalikan pinjaman modal,

16
maka dari itu pemilik usaha akan memaksimalkan dan
mengoptimalkan usahanya agar menerima pendapatan yang tinggi
dan dapat mengembalikan pinjaman.

Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut:


1) Terdapat biaya bunga dan biaya administrasi yang tinggi.
2) Terdapat beban moral untuk pemilik usaha, karena sebuah usaha
belum tentu akan berhasil, namun pemilik usaha tetap harus
memikirkan dan mengembalikan modal pinjaman tersebut.

c. Modal Patungan
Selain modal sendiri dan modal pinjaman, terdapat pula modal
patungan, modal patungan ialah modal yang diperoleh dari modal
sendiri dan juga modal salah satu teman atau beberapa orang (yang
berperan sebagai partner atau mitra usaha).

3. Jenis Modal
Dalam pengelolaan dan menjalankan usaha, pada prinsipnya terdapat
tiga jenis modal yang dibutuhkan. Menurut Dedi (2016) adalah sebagai
berikut:

a. Modal Invetasi Awal


Modal investasi awal adalah modal yang diperuntukan pada
permualaan atau awal usaha yang biasanya digunakan dalam jangka
panjang.

b. Modal Operasional
Modal operasional adalah modal yang harus dikeluarkan oleh
pelaku usaha yang digunakan untuk membiayai kegiatan produksi agar
usaha dapat terus beroperasi.

c. Modal Kerja

17
Modal kerja ialah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pelaku
usaha untuk membeli atau membuat barang dan jasa yang dihasilkan.
Sementara Brigham dan Weston dalam Okki (2016) mengartikan
modal kerja sebagai investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
bentuk aset-aset jangka pendek contohnya adalah kas, sekuritas,
piutang dan persedian. Modal kerja jenis ini disebut modal kerja bruto
sedangkan modal kerja bersih adalah aset saat ini dikurangi dengan
hutang.

Lalu Okki mengutip W.B Taylor (2016) menggolongkan modal


kerja, yaitu:
1) Modal Kerja Permanen ( Permanent Working Capital )
Terbagi menjadi dua yaitu modal kerja primer (Primary
Working Capital) dan modal kerja normal (Normal Working
Capital). Modal kerja primer adalah modal kerja minimum
yang harus dimiliki pada usaha untuk menjaga kelangsungan
usahanya. Sedangkan modal kerja normal adalah modal kerja
yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi
yang normal.
2) Modal Kerja Variabel ( Varible Working Capital )
Terbagi menjadi tiga yaitu modal kerja musiman (Seasonal
working capital), modal kerja siklis (Cyclical Working
Capital), dan modal kerja darurat (Emergency Working
Capital). Modal kerja musiman adalah modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebebkan oleh flutuasi musim.
Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah
berdasarkan fluktuasi konjungtur. Sedangkan modal kerja
darurat adalah modal kerja yang jumlahnya berubah karena
keadaan yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.

WB Taylor dalam Okki (2016) juga memaparkan bentuk-


bentuk modal kerja bagi usaha, yaitu:

18
1) Kas
Kas merupakan uang yang dapat digunakan apabila ada
kebutuhan tertentu dan biasanya dalam bentuk rekening bank
yang sewaktu-waktu dapat diambil mana kala dibutuhkan.

2) Piutang
Piutang berarti pendapatan yang tertunda. Pada saat proses
penjualan pelaku usaha memberikan kesempatan pada
konsumen untuk membayar sesuatu yang dibeli dikemudian
hari atau berhutang, pendapatan inilah yang disebut dengan
piutang.

3) Persedian
Persedian merupakan modal kerja yang selalu berfluktuasi
sesuai dengan kondisi volume produksi dan penjualan.

C. Jam Kerja

1. Definisi Jam Kerja


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, jam kerja adalah
waktu yang dijadwalkan bagi pegawai dan sebagainya untuk bekerja.

Menurut Rifqi Khoirunnisa (2017) waktu yang digunakan oleh seseorang


untuk membuat produk atau jasa tertentu disebut dengan jam kerja.pJam Kerja
merupakan waktu untuk melaksanakan pekerjaan dan dapat dilakukan siang
hari dan/atau malam hari. Pengurusan waktu kerja dapat diperbaiki dengan
merencanakan pekerjaan yang akan dikerjakan sebelumnya. Perencanaan
pekerjaan juga harus dibuat secara teliti apabila tidak dibuat dengan
kehatihatian, maka tidak ada yang dapat dijadikan pedoman untuk
menentukan bahwa target sesuai dengan yang direncaakan. Pelaku usaha atau

19
pedagang dapat menghemat waktu apabila melakukan pengurusan-pengurusan
pekerjaan yang akan dikerjakan sebelumnya (Su'ud, 2007) .

Sedangkan jam kerja pada penelitian ini adalah waktu yang digunakan
oleh pedagang untuk berdagang atau melakukan proses jual beli yang dimulai
dari persiapan hingga tutup.

2. Kriteria Pengurusan Waktu Kerja dan Penggunaan Waktu Kerja


Efektif
Kriteria-kriteria pengurusan waktu kerja yang efektif sebagai berikut:
a. Memahami sepenuhnya pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Mengurutkan prioritas kerja menurut kepentingan.
c. Melimpahkan pekerjaan-pekerjaan yang banyak pada orang
yang dipercaya.
d. Mengevaluasi masalah supaya tidak terjadi lagi.
e. Menetapkan masa kapan selesainya pekerjaan.
f. Mneyingkirkan kegiatan yang tidak perlu
g. Selalu menyadari nilai waktu dalam setiap perkerjaan yang
dikerjakan.
h. Mencatat hal-hal yang perlu dikerjakan untuk nanti.
i. Membuat daftar waktu kerja yang sudah digunakan.
j. Menilai keberhasilan kerja secara objektif.
k. Memiliki sistem arsip penyimpanan informasi yang lengkap
(Su'ud, 2007).
Kriteria-kriteria penggunaan waktu kerja yang efektif sebagai berikut:
a. Membiasakan diri dengan metode penggunaan waktu yang
efektif.
b. Saat sedang dalam rapat, dapat mencoba membuat kesimpulan
tentang:
1) Masalah-masalah yang dibicarakan.
2) Keputusan-keputusan yang dibicarakan.
3) Tanggung jawab yang dilimpahkan.

20
c. Yakin dalam membuat keputusan.
d. Memaksimalkan waktu senggang dengan menyiapkan
pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai.
e. Mengaturphal-halpyang hendak dikerjakan sebelumnya
memulai suatupkunjunganpataupperjalanan.
f. Melibatkan pemimpin dalam kegiatan-kegiatan yang
dijalankan.
g. Menggunakan sumber yang tersedia untuk menjalankan
pekerjaan.
h. Mengkoordinir masa, sewaktu kegiatan dijalankan (Su'ud,
2007).

3. Lama Jam Kerja


Menurut Ananta & Hatmaji dalam Rifqi (2017) terdapat kategori lama jam
kerja yaitu:

a. Apabila jam kerja kurang dari 25 jam sehari maka dikatakan bekerja
rendah.
b. Apabila bekerja normal jam kerja yang digunakan 35-44 dan bekerja
panjang 45 jam perminggu.
Lama jam kerja yang digunakan oleh pedagang, dapat menentukan
pendapatan yang akan diterima, biasanya pedagang yang menggunakan jam
kerja panjang akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar daripada
pedagang yang menggunakan jam kerja pendek, namun hal ini juga tidak
dapat sepenuhnya benar karena pendapatan yang diterima oleh pedagang dapat
bersumber dari faktor-faktor lain..

D. Pendapatan
1. Definisi Pendapatan
Hery (2015) pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan
lainnya atas aktiva penyelesaian kewajiban entitas ( atau kombinasi dari
keduanya ) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya

21
yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Total jumlah
yang ditanggung konsumen atas barang dagang yang telah dijual, yang
dalamnya termasuk tunai dan nontunai.

Terdapat definisi lain dari pendapatan, yaitu:

“Revenues are the gross increase in equity resulting from business


activities entered into for the purpose of earning income. Generally, revenues
result from selling merchandise, peforming service, renting properties and
lending money.”
Yang mempunyai arti, pendapatan adalah peningkatan modal kotor yang
diperoleh dari aktifitas bisnis yang dilaksanakan untuk mendapatkan
penghasilan. Umumnya, pendapatan dihasilkan dari penjualan barang
dagangan, layanan informasi, penyediaan property dan pinjaman uang
(Weygandth, 2013).

2. Jenis Pendapatan
Pendapatan terdapat banyak jenisnya, berikut ini adalah jenis pendapatan
menurut cara perolehannya:
a. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum
dikurangi dengan pengeluaran atau biaya lain.
b. Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh setelah
dikurangi dengan pengeluaran atau biaya lain (Adisasmita 2010).
Sedangkan untuk kepentingan manajerial pendapatan dapat
dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Pendapatan total atau total revenue yaitu seluruh pendapatan
dari penjualan, pendapatan total ini didapatkan yang diperoleh
dari hasil perkalian jumlah unit produk yang dijual dengan
harga produk per unit.
2) Pendapatan rata-rata atau average revenue yaitu pendapatan
rata-rata dari setiap unit penjualan. Hasil bagi dari pendapatan
total dengan jumlah unit yang dijual juga disebut sebagai
pendapatan rata-rata

22
3) Pendapatan tambahan atau marginal revenue yaitu adanya
tambahan pendapatan apabila terdapat penambahan satu unit
penjualan. (Noor, 2008:).

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan


Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan dari kegiatan
penjualan, diantaranya adalah:

a. Kondisi dan kemampuan pedagang


Untuk memperoleh pendapatan yang sudah ditargetkan maka
pedagang juga harus mempunyai kemampuan tertentu seperti
kemampuan dalam meyakinkan pembeli untuk membeli barang
dagangannya.
b. Kondisi pasar
Kondisi pasar berkaitan dengan kondisi suatu pasar, tipe pasar,
jenis konsumen pada pasar tesebut, lokasi berdagang, banyaknya
pembeli dan juga selera konsumen dalam suatu pasar.
c. Modal
Apabila ingin mendapatkan keuntungan maksimal maka
membutuhkan modal. Peningkatan keuntungan dapat terjadi bila dalam
kegaitan penjualan terdapat banyak produk yang dijual. Apabila
penjual berniat meningkatkan produk pada suatu usaha, maka penjual
harus membeli jumlah bahan produk dagangan dalam jumlah banyak.
Sebab itu peningkatan modal dibutuhkan untuk membeli bahan barang
dagangan dan membiayai kebutuhan operasional dengan tujuan
memaksimalkan keuntungan.
d. Kondisi Organisasi Usaha
Kapasitas pejualan akan meningkat ketika usaha sudah besar, profit
yang diterima jauh lebih besar daripada usaha kecil
e. Faktor Lain
Faktor lain yang mempengaruhi usaha yaitu periklanan dan
kemasan produk, dan juga jenis dagangan yang dijual. (Swastha, 2008)

23
E. Pedagang Kecil
1. Definisi Pedagang Kecil
Menurut Winardi dalam Favian (2017) pedagang- pedagang kecil
merupakan pedagang dengan modal yang tidak banyak dan melangsungkan
kegiatan produksi yaitu produksi barang, menjual barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu dalam masyarakat yang mana
dilangsungkan pada tempat yang strategis menurut pedagang dalam
lingkungan informal. Sedangkan Yan Pieter dalam Racbini (1994)
menyebutkan bahwa pedagang kecil adalah pedagang yang menajajakan
barang dagangannya pada tempat ilegal seperti tepi jalan, emper toko, pasar
dan taman.

Secara definisi pedagang kecil sama halnya dengan pedagang kaki lima,
keduanya sama-sama menggunakan modal yang minim dan berjualan di
tempat yang tidak semestinya atau lingkungan yang informal seperti tepi jalan
atau trotoar. Maka dapat disimpulkan bahwa pedagang kecil atau pedagang
kaki lima ini adalah pedagang yang berdagang dengan modal yang relatif
sedikit dan melangsungkan kegiatan usahanya pada tempat yang tidak
seharusnnya atau tempat yang ilegal.

2. Jenis – Jenis Pedagang Kecil


Menurut Jenny, Tanjung dan Subekti dalam Favian (2017) terdapat
beberapa jenis pedagang kaki lima ditinjau dari alat atau sarana yang dipakai,
yaitu:
a. Hamparan di lantai
Pedagang kaki lima jenis ini mempergunakan instrumen seperti tikar,
plastik, meja kecil , bakul atau instrumen yang sejenis sebagai alas
hamparan untuk melakukan kegiatan berdagang..
b. Pikulan
Pedagang kaki lima jenis ini mempergunakan instrumen satu buah
atau dua buah keranjang yang dipikul atau dipanggul. Berjualan

24
dengan cara seperti ini merupakan berdagang dengan cara sangat
tradisional.

c. Meja
Pedagang kaki lima jenis ini mempergunakan meja sebagai instrumen
penjualan barang yang diperdagangkan, pada kelompok pedagang
yang memakai meja biasanya ada yang diberi atap dan ada yang tidak
beratap. Fungsi atap tersebut adalah untuk melindungi
barang,pedagang itu sendiri, maupun konusmen dari cuaca seperti
panas, hujan atau polusi.

d. Kios
Sarana penjualan pedagang ini adalah kios. Kios dapat dikatakan
mempunyai pola kegiatan berdagang yang lebih modern dibanding
dengan bentuk sarana kegiatan berdagang yang lain. Kios dapat berupa
berupa kios permanen maupun semi permanen.

e. Kereta Dorong
Pedagang kaki lima jenis ini menggunakan sebuah kereta dorong
sebagai sarana dalam berdagang. Pedagang jenis ini ada yang
menggunakan atap ada pula yang tidak menggunakannya. Penggunaan
kereta dorong ini banyak dipakai karena mempermudah dalam
mengangkut dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang
lain.

3. Karakteristik Pedagang Kecil


Pedagang kaki lima atau pedagang kecil dapat dikelompokan sesuai
dengan cara melakukan kegiatannya. Menurut Jenny, Tanjung dan Subekti
dalam Favian (2017) kegiatan pedagang kaki lima dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam, yaitu:

a. Pedagang kecil menetap

25
Pedagang kecil menetap adalah pola kegiatan pedagang dalam
melaksanakan proses jual--beli dengan cara menetap pada suatu lokasi
tertentu. Kegiatan dalam kelompok ini mempunyai sifat yang mirip
dengan pola kegiatan usaha yang dijumpai pada kegiatan perdagangan
formal. Dengan kata lain setiap pelanggan yang membutuhkan suatu
produk akan datang ke lokasi penjualan.

b. Pedagang kecil berpindah


Pedagang kecil berpindah adalah pola kegiatan pedagang yang mana
dalam kegiatan usahanya dilakukan dengan cara menetap pada suatu
lokasi pada waktu tertentu saja selama lokasi yang ditempati masih
menguntungkan menurut mereka. Pedagang akan pindah apabila lokasi
yang saat itu ditempati tidak seramai biasanya.

c. Pedagang kecil berkeliling


Pedagang kecil berkeliling adalah pola kegiatan pedagang yang
melaksanakan kegaitan usahanya dengan cara berkeliling. Pedagang ini
dalam melakukan kegiatannya dengan mendatangi konsumen untuk
menawarkan produk yang mereka jual.

4. Alasan Menjadi Pedagang Kecil


Menurut Okki (2016) seseorang menjadi pedagang kecil atau pedagang
kaki lima disebabkan oleh berbagai alasan, diantaranya:

a. Menjadi pedagang kaki lima adalah salah satu usaha yang paling mudah
untuk dikerjakan. Dalam ekonomi mikro, usaha dagang kaki lima
memiliki entry - barrier atau (hambatan masuk) yang rendah sekali.
Artinya semua orang bebas masuk untuk berdagang dan bersaing
dengan pedagang lainnya.
b. Modal yang dibutuhkan secara finansial bisa dibilang kecil. Modal
lainnya yang dibutuhkan adalah tekad, niat, kemauan serta ketahanan
terhadap resiko yang ada. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa

26
pedagang kaki lima atau pedagang kecil merupakan entrepreneur dalam
skala mini.
c. Adanya kebebasan dan tidak terikat dengan rantai komando atau aturan
organisasi tertentu. Dalam menjalankan usahanya seorang pedagang
kaki lima menentukan sendiri bagaimana nasib usahanya di masa
depan. Mereka terbiasa menganalisa tren permintaan konsumen
walaupun tidak pernah mempelajari teori bisnis. Keputusan-keputusan
diambil sendiri dan resiko juga diterima sendiri. Dengan adanya
kekuasaan terhadap usaha yang dijalankan, dengan sendirinya akan
membawa kepuasan sendiri apabila para pedagang tersebut mampu
mengatasi berbagai kesulitan yang dialami.
d. Berdasarkan pembicaraan santai dengan beberapa pedagang kaki lima,
ada alasan menarik lain yang mereka kemukakan sehubungan dengan
alasan memilih untuk menjadi pedagang kaki lima. Yaitu kebebasan
dari rutinitas kerja.

F. Jenis Dagangan

Jenis barang atau dagangan yang dijual oleh pedagang disebut dengan jenis
dagangan. Jenis dagangan dapat berupa apa saja, misalnya: buah, sayur, rempah-
rempah, pakaian, daging, alat elektronik dan sebagainya. Pada penelitian ini jenis
dagangan dibagi menjadi jenis dagangan makanan dan jenis dagangan minuman.
Menurut Okki (2016) jenis dagangan harus ditentukan sebelum memulai
sebuah usaha, hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah adalah jenis
dagangan harus disesuaikan dengan lokasi tempat berjualan, dimana jenis
dagangan harus sesuai dengan kebutuhan pasar.

27
G. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran penelitian atau studi terdahulu yang sudah
dilakukan, penulis menemukan beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan
penelitian penulis, penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
.

1. Sundari (2017)

Ikatan Pedagang Bandar Lampung (IPBL) adalah kelompok pedagang


yang tidak menetap pada suatu lokasi usaha, maka diperlukan usaha dalam
pengelolaan lokasi dan jam kerja agar meningkatkan pendapatan.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh lokasi dan jam
kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang yang tergabung dalam IPBL.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data melalui kuesioner dengan 24 responden. Alat
analisis yang digunakan adalah SPSS yang meliputi uji validitas, uji
reliabilitas, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah ada pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang yang
tergabung dalam IPBL sebesar 84,4%. Secara parsial lokasi usaha
berpengaruh terhadap pendapatan, hal ini ditunjukan oleh t-hitung (3.015) > t-
tabel (2.086), dengan koefisien regresi sebesar 0.323 yang menyatakan bahwa
setiap penambahan satu-satuan lokasi usaha akan meningkatkan pendapatan
pedagang sebesar 0.323. Sedangkan jam kerja secara parsial juga berpengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan. Dilihat dari t-hitung (6.154) > t-tabel
(2.086) dengan koefisien regresi sebesar 0.571 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan satu satuan jam kerja akan meningkatkan pendapatan pedagang
sebesar 0.571.

2. Nur Isni Anun (2016)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, lokasi, jenis


dagangan terhadap pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman
baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini merupakan penelitian ex-

28
post facto bersifat asosiatif kausal dengan pendekatan kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh pedagang Pasar Prambanan Kabupaten
Sleman sebanyak 2108 pedagang. Sampel yang digunakan berjumlah 95
pedagang. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, angket dan
dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat pengaruh positif modal terhadap
pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman; (2) terdapat
pengaruh positif lokasi terhadap pendapatan Pedagang Pasar Prambanan
Kabupaten Sleman; (3) terdapat pengaruh positif antara jenis dagangan
terhadap pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman; (4)
terdapat pengaruh positif modal, lokasi, dan jenis dagangan terhadap
pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman. Koefisien
determinasi R² sebesar 0,942 dapat diartikan bahwa sebesar 94,2% variasi
pendapatan pedagang Pasar Prambanan dipengaruhi oleh variasi modal,
lokasi, dan jenis dagangan. Sedangkan yang sebesar 5,8% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Sumbangan efektif variabel modal sebesar
79,67%, lokasi sebesar 9,46%, dan jenis dagangan sebesar 5,07% terhadap
pendapatan pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman.

3. Ike Wahyu Nurfiana (2018)

Persaingan di dunia bisnis semakin kompetitif. Hal ini pula yang dirasakan
oleh pedagang di Pasar Mranggen yang harus membuat perbaikan dan inovasi
untuk menarik minat konsumen yang nantinya akan meningkatkan pendapatan
yang diterima oleh pedagang
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh modal, jam
kerja dan lokasi terhadap pendapatan pedagang. Pada penelitian ini
menggunakan metode pengambilan data random sampling yang melibatkan 89
orang pedagang yang kemudian data yang diperoleh akan dianalisis secara
kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi: uji validitas dan uji reliabilitas, uji
asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan
uji f, serta analisis koefisien determinasi R².

29
Variabel Pendapatan (Y), Variabel Modal (X1), Variabel Jam Kerja (X2)
dan Lokasi (X3). Pengujian Hipotesis menggunakan uji t menunjukan bahwa
ketiga variabel independen terbukti secara signifikan berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen pendapatan pedagang. Kemudian melalui
Uji f dapat ditemukan bahwa ketiga variabel independen yang di teliti secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen pendapatan pedagang angka
adjusted R² sebesar 0,663 menunjukan bahwa 66,3% variabel pendapatan
pedagang dapat di jelaskan oleh ketiga variabel indpenden dalam persamaan
regresi.

4. Akhbar Nurseta (2015)

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima ditentukan oleh


berbagai faktor. Diduga faktor yang mempengaruhi pendapatan tersebut antara
lain adalah jarak antar pedagang sejenis, lama usaha, modal usaha, dan jam
kerja. Sebab itu, pada penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari faktor jarak
antar pedagang sejenis, lama usaha, modal usaha, dan jam kerja terhadap
pendapatan pedagang kaki lima pedagang barang konveksi di Kelurahan
Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang.
Pada penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara secara
langsung pada 62 responden pedagang kaki lima pedagang konveksi di
Kelurahan Purwodinatan. Untuk mencapai tujuan, dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis Regresi (OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel lama usaha, modal, dan jam
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki
lima pedagang konveksi di Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang.
Sedangkan variabel jarak antar pedagang tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan pedagang kaki lima pedagang konveksi di Kelurahan
Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah Kota.

30
5. Nyimas Rafita (2015)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis


pengaruh modal, pendapatan, dan lokasi terhadap kesejahteraan pedagang kaki
lima di depan gedung B.A.T Kota Cirebon. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh modal, pendapatan, lokasi terhadap kesejahteraan
pedagang kaki lima di Depan Gedung B.A.T Kota Cirebon secara parsial dan
simultan.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari instrumen penelitian dengan
menggunakan kuesioner dan jumlah responden sebanyak 30 orang pedagang
kaki lima. Lalu, dianalisis dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas,
uji heteroskedastisitas, uji multikoleniaritas, uji autokorelasi, uji korelasi
ganda, transformasi data dengan method of succesive interval, regresi ganda,
nilai koefisien determinasi, uji t, uji F, dan dihitung dengan menggunakan
SPSS 21.
Hasil uji regresi menunjukkan terdapat pengaruh variabel modal (X1),
pendapatan (X2), dan lokasi (X3) terhadap kesejahteraan (Y) pedagang kaki
lima. Sedangkan besarnya pengaruh modal, pendapatan, dan lokasi secara
bersama-sama terhadap kesejahteraan pedagang kaki lima adalah sebesar
15.266. Artinya ada pengaruh secara signifikan antara modal, pendapatan, dan
lokasi secara bersama-sama terhadap kesejahteraan pedagang kaki lima.

6. Rifqi Khoirunnisa (2017)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa


besar pengaruh modal usaha, lokasi usaha, jam kerja dan jumlah karyawan
terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Pasar Bendungan
Kabupaten Kulon Progo setelah mengalami kebakaran. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey dengan
kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random
sampling. Dengan dasar pengambilan sample menggunakan rumus Slovin
diperoleh jumlah sampel sebesar 80 orang namun dalam penelitian ini total

31
sampel adalah 100 pedagang. Teknik analisis data yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda dan uji statistik.
Hasil analisis data menggunakan regresi linear berganda menunjukan
bahwa variabel independen yaitu modal usaha, jam kerja dan jumlah
karyawan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang. Sedangkan
variabel lokasi usaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan pedagang. Nilai R2 yang diperoleh yaitu sebesar 0,564 artinya
variabel independen modal awal, lokasi usaha, jam kerja dan jumlah karyawan
menjelaskan variasi variabel dependen pendapatan pedagang Pasar Bendungan
Kabupaten Kulon Progo sebanyak 54,5%.

7. Satin Misriatun (2017)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang


signifikan modal, lama jam kerja secara simultan dan parsial (studi di pasar
babalan kalirejo). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis
penelitian ini adalah field research. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini dengan cara menyebarkan koesioner dengan 85 orang responden.
Dari pembahasan dan pemaparan analisis yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa variabel modal (X1) mempunyai t hitung sebesar 4,241
dengan probabilitas (sig) 0,000. Nilai probabilitas (sig) ini kurang dari nilai
(0,000 < 0,05), sehingga variabel modal berpengaruh positif terhadap
pendapatan pedagang. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diterima.
Sedangkan variabel lama jam kerja (X2) mempunyai t hitung sebesar 4,255
dengan probabilitas (sig) 0,000. Nilai probabilitas (sig) ini kurang dari nilai
(0,000 < 0,05), sehingga variabel lama jam kerja berpengaruh positif terhadap
pendapatan pedagang. Dengan demikian hipotesis dua (H2) diterima. Hasil uji
f dari nilai F hitung sebesar 31,619 mempunyai probabilitas (sig) 0,000. Nilai
probabilitas (sig) ini lebih kecil dari nilai (0,000 < 0,05), hal ini berarti bahwa
model penelitian adalah fit atau dengan kata lain ada pengaruh yang signifikan
antara modal dan lama jam kerja terhadap pendapatan pedagang.

32
Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Penulis dan Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian


Tahun
1. Sundari (2017), Pengaruh Variabel Alat analisis Terdapat pengaruh
Skripsi, Fakultas Lokasi Usaha Independen yang lokasi usaha
Ekonomi dan dan Jam Kerja (X) Lokasi digunakan terhadap pendapatan
Bisnis Islam terhadap Usaha dan adalah SPSS pedagang yang
UIN Raden Tingkat Jam Kerja. yang meliputi tergabung dalam
Intan Lampung. Pendapatan Variabel uji validitas, IPBL sebesar 84,4%.
Pedagang Dependen uji reliabilitas,
Dalam (Y) uji asumsi
Perspektif Pendapatan klasik, dan uji
Ekonomi Pedagang . hipotesis.
Islam.
2. Nur Isni Atun Pengaruh Variabel Teknik Terdapat pengaruh
(2016), Skripsi, Modal, Independen analisis data positif modal, lokasi,
Fakultas Lokasi, dan (X) Modal, yang dalam dan jenis dagangan
Ekonomi Jenis Lokasi dan penelitian ini terhadap pendapatan
Universitas Dagangan Jenis menggunakan pedagang. Koefisien
Negeri terhadap Dagangan. metode determinasi R²
Yogyakarta. Pendapatan Variabel regresi sebesar 0,942
Pedagang Dependen berganda dan
Pasar (Y) uji asumsi
Prambanan Pendapatan klasik.
Kabupaten Pedagang
Sleman. Pasar.
3. Ike Wahyu Analisis Variabel Analisis Melalui Uji f dapat
Nurfiana (2018), Pengaruh Pendapatan kuantitatif ditemukan bahwa
Skripsi, Modal, Jam (Y), Variabel meliputi: uji ketiga variabel
Fakulyas Kerja, dan Modal (X1), validitas dan independen yang di
Ekonomi dan Lokasi Variabel Jam reliabilitas, uji teliti secara simultan
Bisnis Islam terhadap Kerja (X2) asumsi klasik, berpengaruh
UIN Walisongo Tingkat dan Lokasi analisis terhadap variabel
Semarang. Pendapatan (X3). regresi dependen
Pedagang berganda, uji t pendapatan
Pasar dan uji f, serta pedagang angka
Mranggen. analisis adjusted R² sebesar

33
koefisien 0,663.
determinasi
(R2).
4. Akhbar Nurseta Analisis Variabel Penelitian ini Hasil penelitian ini
Priyandika Pengaruh Independen menggunakan menunjukkan bahwa
(2015) , Skripsi ,
Jarak, Lama (X) Jarak, metode variabel lama usaha,
Fakultas Usaha, Modal Lama Usaha, analisis modal, dan jam kerja
Ekonomi dan dan Jam Kerja Modal. Regresi berpengaruh positif
Bisnis terhadap Variabel (OLS) dengan dan signifikan
Universitas Pendapatan Dependen 62 responden. terhadap pendapatan
Diponegoro. Pedagang (Y) pedagang.
Kaki Lima Pendapatan Sedangkan variabel
Konveksi ( Pedagang jarak antar pedagang
Studi Kasus di Kaki Lima tidak berpengaruh
Kelurahan Konveksi. secara signifikan
Purwodinatan terhadap pendapatan
Kota pedagang.
Semarang).
5. Nyimas Rafita Pengaruh Variabel Data Hasil uji regresi
Az-Zahra ( Modal, modal (X1), dianalisis menunjukkan
2015), Skripsi, Pendapatan, pendapatan menggunakan pengaruh modal
Fakultas Syariah dan Lokasi (X2), lokasi uji asumsi terhadap
IAIN Syekh Terhadap (X3) dan klasik, uji t, kesejahteraan
Nurjati Cirebon. Kesejahteraan kesejahteraan dan uji F. pedagang sebesar
Pedagang pedagang 2.229, pengaruh
Kaki Lima di kaki lima pendapatan terhadap
Kota Cirebon (Y). kesejahteraan
(Pedagang pedagang sebesar
Kaki Lima di 2.946, pengaruh
depan Gedung lokasi terhadap
B.A.T kesejahteraan
Cirebon). pedagang kaki lima
sebesar 2.242 , dan
sebesar 15.266
secara simultan.
6. Rifqi Pengaruh Variabel Analisis data Hasil analisis data
Khoirunnisa Modal Usaha, Independen menggunakan menggunakan
Tissa (2017), Lokasi Usaha, (X) Modal regresi linear regresi linear
Skripsi, Jam Kerja dan Usaha, berganda dan berganda
Fakultas Jumlah Lokasi 100 menunjukan bahwa

34
Ekonomi dan Karyawan Usaha, Jam responden variabel independen
Bisnis Terhadap Kerja dan yang yaitu modal usaha,
Universitas Pendapatan Jumlah diperoleh dari jam kerja dan jumlah
Muhammadiyah Pedagang Karyawan. rumus slovin. karyawan
Yogyakarta. Pasar Variabel berpengaruh positif
Bendungan Dependen terhadap pendapatan
Kabupaten (Y) pedagang.
Kulon Progo. Pendapatan Sedangkan variabel
pedagang. lokasi usaha tidak
mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
pendapatan
pedagang.
7. Satin Misriatun Pengaruh Variabel Penelitian ini Variabel modal (X1)
(2017) , Skripsi , Modal dan modal (X1), menggunakan dan Jam Kerja (X2)
Fakultas Lama Jam Lama Jam pendekatan mempunyai t hitung
Ekonomi Kerja Kerja (X2), kuantitatif sebesar 4,241 dan
Syariah Sekolah terhadap Pendapatan dan metode 4,255 dengan
Tinggi Agama Pendapatan Pedagang analisis probabilitas (sig)
Islam Negeri Pedagang di (Y). regresi 0,000 sehingga
Kudus. Pasar Babalan berganda variabel modal dan
Desa Kalirejo. serta Lama jam kerja
melibatkan 85 berpengaruh positif
responden. terhadap pendapatan
pedagang.

35
H. Kerangka Berpikir Umum

Dalam penelitian diperlukan adanya kerangka berpikir agar penelitian yang


sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitan yang sudah
ditetapkan yaitu mengetahui pengaruh lokasi usaha, modal, jam kerja dan jenis
dagangan terhadap pendapatan pedagang kecil di Stasiun Tanah Abang, Tebet dan
Jakarta. Kerangka berpikir secara umum menggambarkan isi penelitian secara
keseluruhan. Keterbatasan lapangan pekerjaan memaksa sejumlah masyarakat
untuk menjadi seorang pedagang, tetapi banyak masyarakat yang tidak memiliki
modal yang memadai untuk memulai usaha besar sehingga mereka hanya menjadi
pedagang kecil atau pedagang kaki lima. Dalam prakteknya terdapat sejumlah
masalah yang dihadapi oleh pedagang tersebut seperti pemilihan lokasi usaha
yang strategis, menyiapkan besaran modal, jam kerja yang terbatas dan jenis
dagangan yang akan dijual, yang mana hal ini akan berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang. Penelitian ini dilakukan pada tiga stasiun kereta commuter
line yaitu Stasiun Tanah Abang, Stasiun Tebet, dan Stasiun Jakarta Kota.

36
Tabel 2.3

Kerangka Umum

Pengaruh Lokasi Usaha, Modal, Jam Kerja dan Jenis


Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang Kecil di sekitar
Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota.

Latar Belakang :
Keterbatasan-keterbatasan yang dialami oleh pedagang kecil di
sekitar stasiun dalam hal lokasi usaha, modal, jam kerja, dan jenis
dagangan yang menjadi penentu berapa banyak pendapatan yang
diterima oleh pedagang.

Variabel Penlitian:
1. Lokasi Usaha
2. Modal
3. Jam Kerja
4. Jenis Dagangan
5. Pendapatan

Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang
kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
2. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kecil di
sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang kecil
di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?
4. Bagaimana pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang
kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota?

37
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup merupakan batasan yang memudahkan peneliti agar lebih


efisien dan efektif. Pendekatan kuantitatif dipakai dalam penelitian ini yang mana
pendeketan kuantitaf adalah menguji hipotesis dengan menganalisis data yang
datanya berbentuk angka(Subagyo, 2011).
Penelitian ini dilakukan di tiga stasiun kereta yang berada di Jakarta yaitu
Stasiun Tebet, Stasiun Jakarta Kota, dan Stasiun Tanah Abang.
Dalam penelitian ini variabel dependen (variabel terikat) yaitu pendapatan
pedagang kecil di sekitar stasiun, sedangkan variabel independen (variabel bebas)
nya adalah lokasi usaha, modal, dan jam kerja.
Objek penelitian pada penelitian ini adalah pedagang kecil atau pedagang kaki
lima yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman yang berada di sekitar
Stasiun Tebet, Stasiun Jakarta Kota, dan Stasiun Tanah Abang. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari lokasi usaha, modal, dan jam kerja
terhadap pendapatan pedagang yang berada di Stasiun Tebet, Stasiun Jakarta
Kota, dan Stasiun Tanah Abang.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi merupakan kelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang


mempunyai karakteristik tertentu. Elemen populasi biasa disebut dengan anggota
populasi. Dalam sebuah penelitian dapat menggunakan sampel apabila tidak
mampu mengumpulkan semua elemen populasi. Sampel adalah sebagian dari
elemen-elemen populasi populasinya (Nur & Bambang, 1999). Sampel yang
mempunyai akurasi tinggi adalah tepatnya estimasi parameter dari statistic
sampel, sedangkan hasil penelitian yang mampu direfelksikan oleh populasinya
disebut dengan sampel presisi. (Nur & Bambang, 1999).

38
Purposive sampling dijadikan sebagai metode untuk mengambil jumlah
sampel. Purposive sampling adalah cara mengambil sampel dengan menentukan
kriteria atau ciri-ciri tertentu terhadap sampel yang digunakan (Priyono, 2016).
Berikut adalah kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini:
1. Lokasi pengambilan sampel merupakan stasiun kereta commuter line di
Jakarta yang di sekitarnya terdapat pedagang kecil atau pedagang kaki
lima.
2. Stasiun yang menjadi lokasi pengambilan sampel adalah stasiun yang
tidak dijaga ketat oleh Satpol PP yang membuat pedagang leluasa
berjualan di sekitar stasiun tersebut.
3. Pedagang berjualan di trotoar jalan yang berada di sekitar stasiun.
Tabel 3.1
Jumlah Pedagang di Lokasi Penelitian

No Nama Stasiun Jumlah Pedagang


1 Tebet 52
2 Jakarta Kota 78
3 Tanah Abang 49
Jumlah 179
*Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan 179 pedagang penjual makanan


dan minuman yang terdapat di tiga lokasi penelitian. Untuk menentukan besaran
sampel, maka digunakan rumus Slovin yaitu :

Keterangan :
n = besaran sampel
N = besaran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) dengan nilai 10%
(Priyono, 2016).

39
Hasil sampel yang didapatkan sudah cukup dapat mewakili
populasi apabila persentase kelonggaran ketidaktelitian menggunakan angka
10%. Maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

Berdasarkan perhitungan maka total sampel pada penelitian ini adalah 64


(setelah digenapkan).
C. Metode Pengumpulan data

Hasil informasi yang dikumpulkan adalah data, baik informasi yang


didapatkan langsung berdasarkan keterangan responden atau dokumen dalam
bentuk bagan, statistik, jurnal, buku, ebook atau bentuk lainnya. Data dan
dokumen tersebut merupakan hasil pengumpulan data dengan metode :
1. Preliminary Study
Preliminary Study adalah langkah awal dalam merancang penelitian
(John.W, 2003). Preliminary Study mempunyai tujuan untuk
mempertimbangkan strategi dan metode apa yang akan digunakan setelah
terkumpulnya informasi. Tahap ini juga dapat digunakan untuk
mengembangkan beberapa hipotesis awal, yang kemudian dapat diuji oleh
survei kuantitatif (Ian, 2004). Preliminary study juga bertujuan untuk
meninjau dan mengumpulkan informasi terkait dengan pedagang kecil atau
pedagang kaki lima yang terdapat di sekitar stasiun lokasi penelitian. Hasil
dari preliminary study penelitian ini sebagian telah dipaparkan pada latar
belakang penelitian.

40
2. Studi Lapangan
Untuk mendapatkan data yang lebih detail maka dilakukan studi lapangan.
Berikut adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dalam studi
lapangan :
a. Observasi
Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ilmiah diantaranya
yaitu survey dan observasi. Mencatat elemen lemen yang diteliti dengan
mempertimbangkan pola perlikau subyek, obyek atau kejadian disebut
dengan oberservasi (Nur & Bambang, 1999).
Peneliti melakukan observasi di ketiga lokasi penelitian yaitu Stasiun
Tanah Abang, Stasiun Tebet, dan Stasiun Jakarta Kota.

b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara pengambilan data yang
dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan yang terstruktur, semi
tersetruktur, maupun tak tersetruktur. Wawancara yang pertanyaannya
sudah diarahkan secara ketat merupakan wawancara yang terstruktur.
Wawancara yang tidak menutup kemungkinan munculnya pertanyaan baru
yang muncul secara spontan berhubungan dengan konteks pembicaraan
disebut wawancara semi terstruktur. Sedangkan, wawancara yang mana
peneliti hanya terfokus pada pokok-pokok permasalahan disebut dengan
wawancara tak berstruktur (Suyitno, 2018)
Objek wawancara dalam penelitian ini adalah pedagang kecil atau
pedagang kaki lima yang terdapat di Stasiun Tanah Abang, Stasiun Jakarta
Kota, dan Stasiun Tebet dengan topik mengenai permasalahan yang
dialami oleh pedagang terkait dengan lokasi usaha, modal, dan jam kerja
terhadap pendapatan yang diperoleh.

41
c. Kuesioner
Pertanyaan yang diberikan kepada reponden untuk dijawab disebut
dengan keusiner. Terdapat dua jenis kuesioner yaitu kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup (Sugiyono, 2015). Kuesioner yang dijawab dengan
bentuk uraian merupakan kuesioner terbuka. Sedangkan, kuesioner yang
jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti disebut dengan kuesioner
tertutup.
Bahasa yang dipakai dalam kuesioner akan disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden, namun apabila responden kurang
memahami atau mengerti isi dari kuesioner, maka dapat dibantu oleh
peneliti. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner adalah pertanyaan yang
berkaitan tentang pengaruh lokasi usaha, modal, jam dan jam kerja
terhadap pendapatan yang diperoleh oleh responden serta biodata
responden sebagai pelengkap.

d. Dokumentasi
Pada penelitian ini digunakan metode dokumentasi yang mana,
menurut Arikunto (2006) metode dokumentasi merupakan metode yang
digunakan untuk menemukan data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan-catatan, buku, surat kabar, transkrip, majalah, agenda,
notulen rapat dan lainnya. Metode dokumentasi ini digunakan sebagai
pelengkap dalam memperoleh data sebagai bahan informasi tambahan
yang berkaitan dengan kegiatan pedagang kecil yang berada di lokasi
penelitian ini.

42
D. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai jenis dan sumber
yang berbeda. Berikut ini adalah jenis dan sumber data penelitian:

1. Data Primer
Data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui
perantara) merupakan penjelasan dari data primer. Data primer dapat berupa
opini subyek, hasil observasi dan kuesioner. Data yang sesuai dengan yang
dinginkan peneliti merupakan salah satu keuntungan sendiri dalam memilih
data primer (Nur & Bambang, 1999). Dalam penelitian ini data primer yang di
analisis adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner yang ditujukan pada
pedagang kecil di lokasi penelitian,

2. Data Sekunder
Sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung lewat perantara.
Data sekunder umunya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (dokumen) disebut dengan data sekunder (Nur &
Bambang. 1999). Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari sumber yang tercetak yaitu buku, dan juga data sekunder dalam
bentuk digital yang diperoleh melalui website, portal berita, dan e-book. Data
sekunder yang diperoleh dari website pada penelitian ini adalah data yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (bps.go.id) dan juga PT Kereta Api
Indonesia.

E. Skala Pengukuran

Menurut Ghozali (2016) pengukuran adalah proses yang mana suatu angka
atau simbol dilekatkan pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan
aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Menurut Stevens dalam Ghozali
(2016) skala pengukuran dibagi menjadi empat jenis yaitu skala nominal, skala
ordinal, skala interval dan skala rasio. Pada penelitian kali ini, terdapat dua jenis
skala pengukuran yang digunakan yaitu:

43
1. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, atau
kelompok dari suatu subyek. Misalnya, variabel jenis kelamin dapat
dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua
kelompok ini dapat diberi kode angka 1 dan 2. Angka 1 dan 2 hanya sebagai
cara untuk mengelompokan subyek ke dalam kelompok yang berbeda atau
hanya untuk menghitung berapa banyak jumlah di setiap kategori.
(Ghozali,2016).

2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran dimana responden memberikan
nilai (rate) terhadap preferensi merek sesuai dengan skala penilaian misalnya
sangat tinggi, tinggi, moderat, rendah, sangat rendah (Ghozali,2016)

F. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006) validitas ialah pengukuran yang
memperlihatkan kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Semakin valid
suatu instrument validitas tinggi dan berlaku sebaliknya. Sedangkan
menurut Ghozali (2016) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
validnya sebuah kuesioner
Teknik yang digunakan pada penelitian ini untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau Produk Momen Pearson
dengan rumus:


Keterangan:
R = Koefisien validitas item yang dicari.
X = Skor dari responden untuk setiap item.
Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan. Signifikansi
yang digunakan adalah 5%, instrument dinyatakan valid apabila rhitung
> rtabel.

44
2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2016) realiabilitas adalah alat ukur untuk
mengetahui ukuran kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau
konstruk. Kuesioner dapat dinyatakan reliabel jika jawaban responden
terhadap pernyataan konsisten dari waktu kewaktu. Menurut Arikunto
(2006:178) Pengujian reliabilitas biasa digunakan dengan rumus Alpha
Cronbach. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2016) kriteria untuk menilai
reliabel tidaknya suatu instrumen adalah jika Alpha Cronbach > 0.70 maka
suatu konstruk atau variebel dinyatakan reliabel.

3. Crosstabulation atau Tabulasi Silang


Pada prinsipnya tabulasi silang menyajikan data dalam bentuk
tabulasi yang meliputi baris, kolom dan data (Ghozali, 2016). Tabulasi
silang termasuk dalam kategori stastistik deskriptif yang menampilkan
tabel kontingensi yang menunjukan suatu distribusi bersama dengan
pengujian hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisi tabulasi silang
merupakan analisis yang sederhana namun memiliki daya menerangkan
yang cukup kuat.

4. Uji Korelasi Spearman


Dalam penelitian ini uji korelasi spearman atau spearman rank
digunakan sebagai teknik analisis data. Menurut Sugiyono (1999) korelasi
spearman rank digunakan untuk mencari atau menguji signifikansi
hipotesis asosiatif dengan sumber data antar variabel tidak harus sama.
Uji korelasi sperman rank adalah uji yang dipakai untuk mengetahui
hubungan antar variabel dan mengetahui seberapa kuat atau lemah
hubunagn antar variabel tersebut. Rumus uji korelasi spearman rank
adalah sebagai berikut:

45
= Koefisien korelasi Spearman Rank
d = Beda ranking antara dua pengamatan berpasangan
n = banyaknya pasangan

Dalam penelitian ini menggunakan kriteria korelasi untuk


mengetahui seberapa besar koefisien korelasi antar variabel, sebagai
berikut
Tabel 3.2
Kriteria Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono,1999)

G. Operasional Variabel

Variabel merupakan gagasan atau ide yang diukur menggunakan berbagai


jenis nilai untuk menunjukan gambaran yang sesuai dengan fenomena yang
terjadi. Sedangkan operasional mempunyai definisi yaitu penentuan gagasan atau
ide sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Nur & Bambang, 1999:69).
Lalu variabel yang terdapat faktor-faktor yang terdeteksi pengaruhnya dan dapat
menunjukan skala pengukuran yang digunakan. Terdapat dua jenis variabel yaitu
variabel dependen (variabel terikat) yang dilambangkan dengan (Y) dan variabel
independen (variebl bebas) yang dilambangkan dengan (X), variabel tersebut
yakni:

46
Tabel 3.2
Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Indikator Skala


Pengukuran
1 Lokasi Lokasi dalam penelitian 1. Keterjaungkauan Ordinal
Usaha ini yaitu letak tempat 2. Lokasi mudah
(X1) pedagang berjualan . dilihat
Dikategorikan menjadi 3. Lokasi sering di
lokasi usaha yang lewati
sangat strategis, 4. Jarak antar pintu
strategis dan kurang masuk/keluar
strategis. dengan lokasi
2 Modal Modal adalah biaya 1. Jumlah produk Ordinal
(X2) yang digelontorkan 2. Variasi produk
untuk membeli barang 3. Besaran modal
dagangan perhari dengan
diukur dengan jumlah pendapatan
rupiah yang
dikeluarkan tiap
harinya.
3 Jam Kerja Jam kerja yaitu berapa 1. Jam sibuk (rush Ordinal
(X3) lama waktu yang hour)
digunakan pedagang 2. Jenis dagangan
untuk menjalankan 3. Pengurangan
usahanya. jam kerja
4. Penambahan
jam kerja
4. Jenis Jenis produk yang 1. Kategori produk Nominal
Dagangan dijual oleh pedagang yang dijual
(X4) kecil , dikategorikan

47
sebagai penjual
minuman dan makanan.
5 Pendapatan Pendapatan pedagang 1. Kesesuaian Ordinal
(Y) kecil dalam penelitian dengan modal
ini yaitu jumlah barang 2. Kesesuaian
dagangan yang laku dengan jam
dikalikan dengan harga kerja
barang perunit yang 3. Kesesuaian
dinyatakan dengan dengan lokasi
satuan rupiah per hari

48
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum Stasiun Kereta
a. Stasiun Tanah Abang
Gambar 4.1
Stasiun Tanah Abang

Sumber : Google Images, 2019.

Stasiun Tanah Abang merupakan stasiun yang diperuntukan sebagai


stasiun kereta commuter line yang berlokasi di Kampung Bali, Tanah
Abang, Jakarta Pusat. Stasiun Tanah Abang diresmikan oleh perusahaan
kereta api Hindia Belanda yaitu Staatsspoorwegen Westerlijnen pada
tahun 1899. Stasiun Tanah Abang berada di antara Kanal Banjir Barat dan
Jembatan Layang Kalibaru. Stasiun Tanah Abang merupakan salah satu
stasiun dengan jumlah kepadatan yang tinggi. PT Kereta Api Indonesia
menyebutkan bahwa pada tahun 2017 jumlah penumpang yang menaiki
kereta dari stasiun ini adalah 73.413 orang perharinya. Kepadatan jumlah
penumpang ini dikarenakan lokasi stasiun dekat dengan Pasar Tanah
Abang yang mana merupakan pusat belanja grosir terbesar di Asia,
banyak masyarakat dari berbagai daerah yang mengunjungi pasar ini
dengan menggunakan kereta commuter line, selain dekat dengan pasar,

49
stasiun ini juga dekat dengan wilayah perkantoran yang menyebabkan
tingginya kepadatan penumpang.

b. Stasiun Tebet
Gambar 4.2
Stasiun Tebet

Sumber: Google Images,2019

Stasiun Tebet merupakan stasiun kereta commuter line yang berlokasi


di Jalan Lapangan Ros Raya, Tebet, Jakarta Selatan. Stasiun Tebet juga
merupakan salah satu stasiun yang memiliki kepadatan yang tinggi,
menurut PT Kereta Api Indonesia jumlah penumpang stasiun ini
perharinya mencapai angka 30.144 orang. Kepadatan stasiun ini
disebabkan lokasi stasiun yang dekat dengan wilayah perkantoran seperti
Kuningan dan dekat dengan daerah Kampung Melayu , maka dari itu
stasiun ini selalu ramai pada saat jam pergi dan pulang kantor, selain itu
stasiun ini juga dekat dengan pusat perbelanjaan seperti Kota Kasablanka,
Lotte Shopping Avenue, Kuningan City dan Mall Ambassador. Untuk
memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik bagi penumpang, pada bulan
Desember tahun 2017 stasiun ini melakukan penataan ulang dengan
mengubah lokasi pintu masuk dan keluar dan lokasi loket pembelian tiket.
Selain penataan ulang, pedagang kaki lima di sekitar stasiun ini juga

50
diberikan lokasi khusus untuk berjualan, lokasi berjualannya yaitu dekat
dengan pintu masuk dan keluar arah timur, lokasi berjualannya pun
dilengkapi dengan tenda kecil yang didapat digunakan pedagang secara
bergantian.

c. Stasiun Jakarta Kota


Gambar 4.3
Stasiun Jakarta Kota

Sumber: Google Images,2019

Stasiun Jakarta Kota pada masa kolonial mempunyai nama lain yaitu
Batavia Zuid. Batavia Zuid dibangun pada tahun 1887, namun pada tahun
1926 stasiun ini ditutup lalu direnovasi sehingga menjadi Stasiun Jakarta
Kota yang kita lihat saat ini. Stasiun Jakarta Kota berlokasi di Taman
Sari, Jakarta Barat. Pada tahun 1993 stasiun ini ditetapkan sebagai cagar
budaya oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Saat ini Stasiun Jakarta
Kota hanya diperuntukan sebagai stasiun kereta commuter line, yang
mana sebelumnya digunakan juga untuk stasiun kereta api jarak jauh.
Namun, saat ini sudah dialihkan ke Stasiun Pasar Senen. Selain itu stasiun
ini juga masuk ke dalam daftar stasiun dengan jumlah kepadatan yang
tinggi dengan jumlah penumpang perharinya mencapai 25.044 orang.
Kepadatan ini dikarenakan Stasiun Jakarta Kota dekat dengan wilayah

51
perkantoran dan juga Wisata Kota Tua yang mana terdapat banyak
museum dan bangunan bersejarah.

2. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di sekitar Stasiun Kereta


a. Stasiun Tanah Abang

Gambar 4.4
Pedagang Kaki Lima Stasiun Tanah Abang

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019.


Stasiun Tanah Abang saat ini mempunyai 2 pintu masuk dan satu
diantaranya mengarah ke Jalan Jati Baru, pintu utama stasiun ini
mengarah ke Jalan Jati Baru yang terhubung ke Skybridge Tanah Abang,
dan pintu utara yang juga mengarah ke Jalan Jati Baru Bengkel. Pada
stasiun ini lapak pedagang kaki lima berada setelah pintu utara. Terdapat
pagar yang menjadi pemisah stasiun dan Jalan Jati Baru, dan diluar pagar
itulah pedagang kaki lima berjejeran disepanjang Jalan Jati Baru Bengkel.
Pedagang kaki lima di sekitar stasiun ini ada yang menggunakan fasilitas
kursi, meja dan tenda milik sendiri, namun ada juga yang tidak
menggunakannya sama sekali. Terdapat pula aparat yang menjaga
keberlangsungan kegiatan pedagang sekaligus menjaga arus lalu lintas di
Jalan Jati Baru.

52
b. Stasiun Tebet
Gambar 4.5
Pedagang Kaki Lima Stasiun Tebet

Sumber : Dokumentsi Pribadi, 2019.

Stasiun Tebet mempunyai 3 pintu masuk dan keluar setelah


melakukan penataan ulang pada tahun 2017, 2 pintu diantaranya adalah
pintu yang mengarah ke Jalan Lapangan Ros Selatan menuju Cawang dan
pintu yang mengarah ke kolong flyover Jalan KH Abdullah Syafei. Pada
stasiun ini mayoritas pedagang kaki lima berada di dekat dengan pintu
keluar yang mengarah ke kolong flyover Jalan KH Abdullah Syafei,
karena pemerintah daerah setempat menyediakan tenda-tenda untuk lapak
pedagang yang dapat digunakan secara bergantian oleh pedagang kaki
lima sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan antara satu pedagang
dengan pedagang lainnya. Tenda-tenda tersebut dibangun di sepanjang
trotoar yang mengarah ke kolong flyover Jalan KH Abdullah Syafei. Di
kolong flyover tersebut terdapat jalan putar balik yang mengarah ke
daerah Kampung Melayu, dan juga jalan menuju ke arah Kuningan.
Pemberian tenda-tenda oleh pemerintah daerah untuk pedagang di dekat
kolong flyover Stasiun Tebet dapat dikatakan efektif karena banyak
pekerja yang keluar-masuk melewati lapak-lapak pedagang untuk
melanjutkan perjalanan ke Kampung Melayu atau Kuningan. Hal tersebut

53
dapat meningkatkan kesempatan pedagang untuk mendapatkan
konsumen.

c. Stasiun Jakarta Kota


Gambar 4.6
Pedagang Kaki Stasiun Jakarta Kota

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019.

Stasiun Jakarta Kota memiliki 2 pintu keluar dan masuk, yaitu pintu
yang mengarah ke Jalan Lada dan pintu yang mengarah ke Jalan
Jembatan Batu. Pedagang kaki lima banyak ditemukan setalah pintu
keluar yang mengarah ke Jalan Lada depan museum BNI. Pedagang kaki
lima distasiun ini sangat beragam, pedagang yang menjual makanan kecil
biasanya hanya menggunakan meja dan gerobak untuk menjajakan
dagangannya, lalu terdapat pula pedagang makanan berat yang
menyediakan meja dan kursi. Lalu, tidak seperti di stasiun lainnya,
pedagang di sekitar Stasiun Jakarta Kota ada yang menggunakan tikar
sehingga konsumen dapat menikmati hidangan dengan duduk ala lesehan,
Pedagang yang menggunakan tikar ini lokasinya berada di depan
museum BNI. Lapak pedagang yang berada di lokasi ini tidak beraturan
seperti pada pedagang yang ditemui di stasiun lainnya.

54
B. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima makanan dan
minuman yang berada di sekitar stasiun kereta commuter line Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota yang totalnya berjumlah 64 pedagang. Pada kuesioner
yang telah dijawab oleh responden, diperolehlah informasi mengenai usia, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, dan jenis dagangan. Berikut adalah penyajian
informasi yang diperoleh :

1. Deskripsi Usia Responden


Berdasarkan informasi yang diperoleh responden usia 22-27 dan usia
52-57 keduanya sama-sama memiliki frekuensi 9 orang dengan persentase
14%. Responden pada rentang usia 22-27 ini biasanya berjualan
menggunakan gerobak-gerobak besar yang didorong dan juga booth, hal ini
mampu dilakukan karena mengingat usia responden yang terbilang masih
muda.
Responden usia 28-33 dan 34-39 berjumlah 12 orang, jumlah yang
paling banyak diantara rentang usia lainnya dengan persentase 19%. Lalu
terdapat responden usia 40-45 dan 46-51 berjumlah 11 orang dengan
persentase sebanyak 17%.
Beberapa pedagang ditemukan tidak berjualan sendiri, mereka dibantu
oleh orang lain dalam berdagang. Pedagang yang melakukan hal demikian
dapat ditemukan pada responden usia 50 tahun ke atas. Pedagang pada
rentang usia ini membutuhkan bantuan orang lain dalam berdagang
dikarenakan tenaga mereka sudah tidak seperti orang yang berusia muda. Di
bawah ini disajikan tabel mengenai usia responden:

55
Tabel 4.1
Usia Responden

Usia Frekuensi Persentase

22-27 9 14%
28-33 12 19%

34-39 12 19%

40-45 11 17%
46-51 11 17%
52-57 9 14%
58-60 0 0%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.

2. Deskripsi Jenis Kelamin Responden


Sebanyak 63% responden atau 40 responden berjenis kelamin laki-
laki, sedangakan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 24 orang
dengan persentase sebanyak 37%. Dalam penelitian ini, pedagang berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan berjenis kelamin perempuan.
Penyebab lebih banyaknya pedagang laki-laki karena anggapan bahwa
berdagang itu merupakan pekerjaan yang berat, karena pedagang harus
memindahkan banyak barang dagangannya ke lokasi berdagang, tidak semua
perempuan mempunyai tenaga yang besar seperti laki-laki. Beberapa
pedagang berjenis kelamin laki-laki yang sudah beristri juga mengatakan
bahwa, mereka tidak mengizinkan istrinya untuk ikut berdagang karena harus
menjaga dan mengurus anak dirumah. Berikut adalah tabel yang berisikan
penjeasan tentang jenis kelamin responden:

56
Tabel 4.2
Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 40 63%

Perempuan 24 37%

Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.

3. Deskripsi Pendidikan Terakhir Responden


Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 36% reponden dengan
jumlah 23 merupakan lulusan SD, lalu sebanyak 47% responden dengan
jumlah 30 merupakan lulusan SMP, sedangkan responden lulusan SMA
hanya 17% dengan jumlah 11 responden. Hal ini menandakan bahwa
mayoritas pedagang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah.
Tabel dibawah merupakan penjelasan tentang pendidikan terkahir yang
ditempuh oleh responden.
Tabel 4.3
Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase


Tamat SD 23 36%
Tamat SMP 30 47%

Tamat SMA 11 17%

Total 64 100%
Sumber : Data Primer diolah, 2019.

4. Deskripsi Jenis Dagangan


Terdapat berbagai jenis dagangan yang dijual oleh pedagang. Namun
pada penelitian ini hanya mencari informasi pedagang yang menjual makanan
dan minuman. Sebanyak 64% pedagang atau 41 responden berdagang dengan
menjual makanan, makanan yang biasa dijual banyak ragamnya mulai dari

57
cemilan seperti telur gulung, kripik, cimol hingga makanan besar seperti
bakso, pecel ayam, dan soto. Sedangkan sisanya yaitu 36% pedagang atau 23
responden berdagang dengan menjual minuman contohnya adalah minuman
kemasan atau kaleng. Banyaknya pedagang yang memilih menjual makanan
dikarenakan makanan lebih variatif dari pada minuman sehingga
meminimalisir saingan. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis dagangan
yang diperdagangkan responden:

Tabel 4.4
Jenis Dagangan

Jenis Dagangan Frekuensi Persentase


Makanan 41 64%
Minuman 23 36%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer (diolah)

C. Deskripsi Data Variabel/ Profil Umum Usaha


1. Deskripsi Lokasi Usaha
Pada variabel lokasi usaha dikategorikan menjadi lokasi yang sangat
strategis, strategis dan kurang strategis. Kategori tersebut ditentukan berdasarkan
keterjangkauan, visibilitas, jarak, dan keramaian. Berdasarkan data yang telah
diperoleh dari ketiga stasiun yang menjadi tempat penelitian, terdapat 38
responden atau 59% pedagang yang menempati lokasi yang sangat strategis. Pada
Stasiun Jakarta Kota pedagang yang menempati lokasi yang sangat strategis
adalah pedagang yang berjejer persis di depan pintu keluar karena jaraknya hanya
kurang dari 10 meter dan mencolok. Pada Stasiun Tanah Abang pedagang yang
menempati lokasi yng sangat strategis adalah pedagang yang berada di sebelah
kanan setelah pintu keluar utara kurang dari 10 meter yang mengarah ke Pasar
Tanah Abang, hal ini dikarekanakan lokasi tersebut juga lokasi yang dekat
dengan pintu. Sedangkan pada Stasiun Tebet lokasi yang sangat strategis adalah
pedagang yang menempati tenda berwarna merah sebalah kanan dan kiri tepat

58
setelah pintu keluar yang menuju flyover, kategori sangat strategis diberikan
karena lokasi ini paling mencolok dan paling dekat dengan pintu keluar.
Lalu terdapat 19 responden atau 30% responden yang menempati lokasi yang
strategis. Pada Stasiun Jakarta Kota pedagang yang menempati lokasi yang
strategis adalah pedagang yang berada di depan pintu masuk dan keluar Museum
BNI dikarenakan lokasi ini jaraknya lebih jauh dari pintu keluar namun masih
terlihat dari kejauhan. Pada Stasiun Tanah Abang lokasi yang strategis adalah
pedagang yang berada kurang dari 20 meter sebelah kiri setelah pintu keluar
utara, hal ini dikarenakan lokasi yang sering dilalui penumpang. Sedangkan pada
Stasiun Tebet pedagang yang menempati lokasi yang strategis adalah pedagang
yang berada di sebelah kanan mesin tap-in Transjakarta yang berada di kolong
jembatan..
Sedangkan untuk pedagang yang menempati lokasi yang kurang strategis ada
7 responden atau 11% pedagang. Pada Stasiun Jakarta Kota pedagang yang
menempati lokasi yang kurang strategis adalah pedagang yang berada di depan
gedung Museum BNI yang bersebrangan dengan halte Transjakarta, hal ini
dikarenakan lokasi pedagang yang lumayan jauh dari pintu keluar stasiun
sehingga tidak terlihat dari kejauhan. Pada Stasiun Tanah Abang pedagang yang
menempati lokasi yang kurang strategis adalah pedagang yang berada di paling
ujung sebelah kiri pintu utara, hal ini dikarenakan lokasi yang lumayan jauh dari
pintu utara dan tidak terlihat dari jarak pandang dekat karena padatnya lokasi.
Sedangkan pada Stasiun Tebet lokasi yang kurang strategis adalah pedagang
yang ditandai dengan tenda biru, karena tenda-tenda tersebut ditempatkan paling
jauh dari pintu keluar stasiun.
Tabel 4.5
Lokasi Usaha
Lokasi Frekuensi Persentase
Sangat Strategis 38 59%
Strategis 19 30%
Kurang strategis 7 11%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.

59
2. Deskripsi Modal
Besaran modal pada penelitian ini merupakan modal operasional yaitu modal
yang dikeluarkan pedagang perharinya agar bisa berjualan. Dari hasil yang
peroleh sebanyak 77% pedagang berjumlah 49 pedagang mengeluarkan modal
dibawah Rp. 300.000 perharinya, pedagang yang mengeluarkan modal sebanyak
ini biasanya adalah pedagang yang menjual cemilan namun tidak terlalu
bervariasi, jadi pedagang ini hanya menjual satu jenis makanan saja seperti telur
gulung, cimol, otak-otak dan sebagainya. Selain itu juga ada pedagang minuman
kemasan (botol dan kaleng), jadi pedagang ini tidak membuat barang
dagangannya, pedagang ini hanya membeli, menyiapkan lalu dijual kembali,
sebab itu modal yang dikeluarkan pedagang perharinya tidak banyak
Lalu terdapat 11% pedagang yang berjumlah 17 pedagang mengeluarkan
modal sebanyak Rp 300.000 sampai dengan Rp 500.000. Pedagang dengan
modal sebanyak ini biasanya menjual makanan yang lebih bervariasi. Seperti
salah satu responden yang ditemui, responden ini menjual gorengan dan kue
tradisional mulai dari bakwan, tahu goreng, lontong, klepon dan onde-onde, dan
kue basah lainnya modal yang dikeluarkan pun lebih banyak karena banyaknya
variasi bahan makanan. Terdapat pula responden yang menjual makanan berat
seperti bakso dan siomay.
Terakhir, terdapat 6% responden berjumlah 4 pedagang mengeluarkan modal
sebanyak lebih dari Rp. 500.000. Kebanyakan responden ini menjual makanan
berat seperti pecel ayam, nasi bebek, dan sate ayam. Modal yang dikeluarkan pun
cukup besar karena bahan makanan yang digunakan juga tidak murah, pedagang
harus menyiapkan nasi, ayam, sambal dalam jumlah yang banyak. Berikut ini
adalah tabel yang menjelaskan bersaran modal yang dikeluarkan pedagang:

60
Tabel 4.6
Besaran Modal

Jumlah Modal Frekuensi Persentase


< Rp. 300.000 49 77%
Rp. 300.000 - Rp 500.000 11 17%
> Rp. 500.000 4 6%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019

Dalam kegiatan berdagang, laku atau tidaknya dagangan bisa terjadi


karena berbagai hal. Apabila dagangan sedang tidak laris, maka penjual pun
harus mengeluarkan uang yang lebih dari biasanya agar keesokan harinya
masih bisa berdagang. Sebanyak 73% responden yang berjumlah 47 orang
menjawab modal yang dipakai untuk operasional adalah modal pribadi yang
mana berasal dari keuntungan yang didapat sebelumnya atau dari tabungan,
tabungan dipakai jika penjualan menurun namun tetap harus membeli bahan
dagangan untuk keesokan harinya. Sebanyak 27% responden yang berjumlah
17 orang menjawab modal yang dikeluarkan adalah modal pinjaman, namun
modal pinjaman yang didapatkan tidak berasar dari bank atau lembaga
lainnya, melainkan dari kerabat atau orang terdekat responden. Salah satu
responden, mengatakan bahwa seringkali terdapat pengeluaran yang tak
terduga maka dari itu responden ini memilih untuk mendapatkan pinjaman
modal walaupun dagangan laris agar bisa tetap berjualan. Tabel dibawah ini
adalah tabel yang memaparkan status kepemilikan modal responden:
Tabel 4.7
Kepemilikan Modal

Jenis Modal Frekuensi Persentase


Pribadi 47 73%

Pinjaman 17 27%

Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.

61
3. Deskripsi Jam Kerja
Terdapat beragam jam kerja yang digunakan oleh responden dalam
berdagang. Sebanyak 6% responden yang berjumlah 4 orang memiliki jam kerja
dibawah 6 jam perharinya. Penjual dengan jam kerja ini biasanya adalah penjual
makanan berat seperti pecel ayam. Penjual jenis ini mulai berdagang pada sore
hari, karena beranggapan sore hari banyak orang yang sudah beraktivitas seharian
dan kemudian mencari makanan untuk kembali mengisi energi. Namun ada pula
yang berdagang dari siang hingga sore hari.
Sebanyak 45% responden yang berjumlah 29 orang berdagang mulai dari 6
hingga 8 jam perharinya, pedagang yang menggunakan jam kerja ini biasanya
adalah pedagang makanan ringan seperti telur gulung serta makanan berat seperti
mie ayam dan somay. Responden tidak berjualan dari pagi hari karena
beranggapan bahwa masyarakat kurang minat untuk bersantap cemilan dan
makanan berat pada pagi hari.
Terakhir, terdapat 48% responden yang berjumlah 31 pedagang yang
berdagang hingga lebih dari 8jam perharinya, pedagang yang menggunakan jam
kerja jenis ini biasanya adalah pedagang yang menjual minuman kemasan,
penjual jenis ini menjajakan dagangannya mulai dari jam sibuk berangkat kerja
hingga malam hari ketika stasiun sudah sepi, pedagang beranggapan minuman
dapat dibutuhkan pada kapan saja. Berikut ini adalah tabel yang memaparkan jam
kerja yang digunakan oleh pedagang.

Tabel 4.8
Jam Kerja

Jam Kerja Frekuensi Persentase


< 6 jam 4 6%
6-8 jam 29 45%
> 8 jam 31 48%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2019.

62
4. Deskripsi Pendapatan
Agar pedagang mendapatkan keuntungan, maka pendapatan yang diterima
perharinya harus lebih besar dari pada modal perhari yang dikeluarkan. Sebanyak
39% responden berjumlah 25 pedagang menerima pendapatan sebanyak kurang
dari Rp 300.000 perharinya, kebanyakan jenis pedagang ini adalah pedagang
yang berjualan makanan ringan dan juga minuman kalengan, mereka juga tidak
mengeluarkan modal yang banyak sehingga pendapatan yang mereka terimapun
tidak banyak. Beberapa dari responden mengatakan keuntungan dari pendapatan
yang mereka terima hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Lalu, sebanyak 38% responden berjumlah 24 orang menerima pendapatan Rp
300.000 – Rp 500.000 perharinya, pedagang jenis ini kebanyakan merupakan
pedagang yang menjajakan makanan berat , makanan ringan yang bervariasi dan
minuman dengan berbagai variasi. Terakhir, sebanyak 23% responden berjumlah
15 pedagang menerima pendapatan lebih dari Rp 500.000 perharinya, pedagang
jenis ini adalah pedagang yang menjual makanan berat seperti bakso, soto, nasi
bebek, pecel ayam dan juga sate. Apabila dibandingkan dengan jawaban
responden terkait dengan modal operasional, banyak pedagang dengan
pendapatan yang diterima lebih banyak daripada modal, namun ada juga
beberapa pedagang yang pendapatannya tidak jauh lebih banyak dari modal yang
dikeluarkan. Berikut adalah tabel pendapatan yang diterima oleh pedagang:

Tabel 4.9
Pendapatan
Pendapatan yang
diterima Frekuensi Persentase
< Rp. 300.000 25 39%
Rp. 300.000 - Rp 500.000 24 38%
> Rp. 500.000 15 23%
Total 64 100%
Sumber: Data Primer dolah, 2019.

63
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur kevalidan atau kesahihan sebuah
instrumen. Suatu instrumen dinyatakan sahih apabila memiliki nilai validitas
yang tinggi, jadi semakin tinggi nilai validitas maka semakin sahih instrumen
yang digunakan. Uji validitas dan uji lainnya pada penelitian ini dianalisis
menggunakan SPPS versi 23.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas

Variabel Item rhitung rtabel Keterangan


X1.1 0.928 0.2461 Valid
Lokasi X2.1 0.784 0.2461 Valid
X3.1 0.647 0.2461 Valid
X4.1 0.613 0.2461 Valid
X1.2 0.574 0.2461 Valid
Modal
X2.2 0.789 0.2461 Valid
X3.2 0.812 0.2461 Valid
X1.3 0.907 0.2461 Valid
Jam Kerja X2.3 0.928 0.2461 Valid
X3.3 0.631 0.2461 Valid
X4.3 0.731 0.2461 Valid
Jenis Dagangan X1.4 0.298 0,2461 Valid
Y1 0.731 0.2461 Valid
Pendapatan Y2 0.725 0.2461 Valid
Sumber: Hasil SPSSY3
diolah,0.678
2019. 0.2461 Valid

Dapat dilihat dari tabel di atas, terdapat rtabel dengan nilai 0.2461. Nilai
rtabel tersebut didapatkan dari N=64 dengan tingkat signifikansi 0.05 untuk
uji validitas. Semua butir kuesioner terkait dengan variabel X yaitu lokasi
usaha (X1), modal (X2), jam kerja (X3) dan jenis dagangan (X4) variabel
pendapatan (Y) ditanyakan valid karena memenuhi asumsi rhitung > rtabel .

64
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur apakah jawaban responden
terhadap setiap pertanyaan yang diberikan konsisten. Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach’s

Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Nilai Cronbach N of
Variabel Kritis 's Alpha Items Keterangan
Lokasi 0.7 0.857 4 Reliabel
Modal 0.7 0.869 3 Reliabel
Jam Kerja 0.7 0.907 4 Reliabel
Pendapatan 0.7 0.767 3 Reliabel
Sumber: Data Primer diolah , 2019.

Dapat dilihat dari tabel yang sudah disajikan bahawa seluruh variabel
terikat dan variabel bebas memenuhi asumsi dari uji reliabilitas, asumsi yang
digunakan adalah apabila Alpha Cronbach’s > 0.70 maka dinyatakan reliabel.
Pada penelitian ini seluruh variabel memiliki Alpha Cronbach’s > 0.70, dapat
dikatakan responden menjawab kuesioner dengan konsisten,

3. Crosstabulation atau Tabulasi Silang

a. Lokasi usaha dengan pendapatan

Tabel 4.12
Tabulasi Silang Lokasi Usaha dengan Pendapatan

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total
SLokasi kurang strategis 4 1 2 7

u strategis 6 8 5 19

m sangat strategis 15 16 7 38

bTotal 25 25 14 64

er: Hasil SPSS, 2019

65
Dari hasil tabulasi silang diatas, dapat dilihat terdapat 14 responden
yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000 perharinya, dimana
diantaranya 2 responden menempati lokasi usaha yang kurang strategis, 5
responden menempati lokasi usaha yang strategis dan 7 responden
menempati lokasi usaha yang sangat strategis. Lalu terdapat 25 responden
yang memiliki pendapatan Rp 300.000 –Rp500.000 perharinya, dimana
diantaranya 1 responden menempati lokasi usaha yang kurang strategis, 8
responden menempati lokasi usaha yang strategis dan 16 responden
menempati usaha yang menempati lokasi usaha yang sangat strategis.
Terakhir, sama dengan sebelumnya terdapat 25 responden yang memiliki
pendapatan kurang dari Rp 300.000, dimana diantaranya 4 responden
menempati lokasi usaha yang kurang strategis, 6 respoonden menempati
lokasi usaha yang strategis dan 15 responden menempati lokasi usaha yang
sangat strategis.
b. Modal dengan pendapatan
Tabel 4.13
Tabulasi Silang Modal dengan Pendapatan

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

Modal < 300.000 25 23 1 49

300.000 - 500.000 0 2 9 11

>500.000 0 0 4 4
Total 25 25 14 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019

Dari hasil tabulasi silang diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 14


responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp. 500.000 , yang mana
diantaranya 1 reponden memiliki modal awal kurang dari Rp 300.000, 9
responden memiliki modal awal Rp 300.000- 500.000 dan 4 responden
memiliki modal lebih dari Rp 500.000. Lalu, terdapat 25 responden yang
mempunyai pendapatan Rp 300.000- 500.000, yang mana diantaranya 23

66
responden memiliki modal harian kurang dari Rp 300.000, 2 reponden
memiliki modal harian RP 300.000- 500.000, dan tidak ada responden yang
memiliki modal harian lebih dari Rp 500.000 karena hal tersebut akan
membuat rugi pedagang, Terakhir terdapat pula 25 responden yang memilik
pendapatann kurang dari Rp 300.000, dimana pada kategori ini seluruh
responden juga memiliki modal harian yang kurang dari Rp 300.000

c. Jam kerja dengan pendapatan


Tabel 4.14
Tabulasi Silang Jam Kerja dengan Pendapatan

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

JamKerja < 6jam 0 0 4 4

6-8jam 4 18 9 31

> 8 jam 21 7 1 29
Total 25 25 14 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019.

Dari tabulasi silang diatas, dapat dilihat bawah terdapat 14 responden


yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000, yang mana diantaranya 4
responden memiliki jam kerja kurang dari 6 jam perharinya, 9 responden
memiliki jam kerja 6-8 jam perharinya dan 1 responden memiliki jam kerja
lebih dari 8 jam. Lalu terdapat 25 responden yang menghasilkan pendapatan
Rp300.000 – Rp 500.000, yang mana diantaranya sebanyak 18 responden
mempunyai jam kerja 6-8 jam, sebanyak 7 responden mempunyai jam kerja
sebanyak lebih dari 8 jam dan tidak ada responden dengan jam kerja kurang
dari 6 jam yang masuk kategori ini. Terakhir, terdapat 25 responden yang
menghasilkan pendapatan sebanyak Rp 300.000 yang mana diantaranya
sebanyak 21 responden mempunyai jam kerja sebanyak lebih dari 8jam,
sebanyak 4 responden mempunyai jam kerja sebanyak 6-8jam, lalu tidak ada
respnden dalam kategori ini yang mempunyai jam kerja kurang dari 6 jam.

67
d. Jenis dagangan dengan pendapatan
Tabel 4.15
Tabulasi Silang Jenis Dagangan dengan Pendapatan

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

JenisDagangan minuman 20 3 0 23

makanan 5 22 14 41
Total 25 25 14 64
Sumber : Hasil SPSS, 2019.
Dari tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 14
responden memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000, yang mana
diantaranya sebanyak 14 responden menjual makanan, tidak ada responden
dalam kategori ini yang menjual minuman. Lalu terdapat 25 responden yang
memiliki pendapatan Rp 300.000 – 500.000 yang mana diantaranya sebanyak
3 responden menjual minuman dan 22 responden menjual makanan. Terakhir
terdapat 25 responden yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp.300.000
yang mana diantaranya 5 responden menjual makanan dan 25 responden
menjual minuman.

4. Uji Korelasi Spearman


a. Lokasi Usaha dengan pendapatan
Tabel 4.16
UjKorelasi Spearman Lokasi Usaha dengan Pendapatan

H Pendapatan Lokasi
aSpearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 -,031

s Sig. (2-tailed) . ,809

i N 64 64

Lokasi Correlation Coefficient -,031 1,000


l
Sig. (2-tailed) ,809 .

N 64 64

68
Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,809)
lebih besar dari nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar -
0,031. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel lokasi dengan
variabel pendapatan termasuk dalam kategori korelasi negatif dan pengaruh
yang tidak signifkan. Hal ini menandakan bahwa lokasi yang strategis belum
tentu dapat meningkatkan pendapatan.
Menurut Nur Isni (2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
semakin strategis lokasi usaha maka akan mempermudah para pedagang
dalam berjualan sehingga pendapatan akan meningkat. Namun kondisi yang
berbeda terjadi dalam penelitian ini dimana lapak yang mecolok, lapak yang
mudah dijangkau dan dekat dengan pintu masuk/keluar belum tentu dapat
meningkatkan pendapatan pedagang, bahkan beberapa pedagang yang
menempati lokasi usaha yang sangat strategis memiliki pendapatan yang
lebih rendah dari pada pedagang yang menempati lokasi usaha yang strategis
dan kurang strategis. Salah satu faktor yang diperkirakan menjadi penyebab
kondisi ini adalah keadaan lokasi penelitian yaitu Stasiun Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota dimana pedagang yang berada di sekitaran stasiun
tersebut jarak lapaknya sangat dekat satu sama lain. Lalu pada Stasiun Jakarta
Kota, lapak pedagang kecil berkerumun di sekitaran pintu masuk/keluar. Pada
Stasiun Tanah Abang dan Tebet lapak pedagang berada dalam satu jalur yang
dilewati oleh penumpang sehingga menyebabkan setiap pedagang
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan konsumen dan lokasi
lapak yang ditempati tidak berpengaruh.
Faktor lain yang mungkin menyebabkan kondisi ini adalah
penumpang kereta yang ingin membeli makanan atau minuman di sekitar
stasiun memilih untuk menyusuri lapak-lapak pedagang terlebih dahulu
sembari menemukan makanan atau minuman apa yang ingin dibeli, sehingga
lapak pedagang yang berada dekat dengan pintu keluar/masuk.

69
b. Modal dengan pendapatan
Tabel 4.17
Hasil Uji Spearman Modal dengan pendapatan
Correlations

Pendapatan Modal
**
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,719

Sig. (2-tailed) . ,000

N 64 64
**
Modal Correlation Coefficient ,719 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 64 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019.

Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,000)
lebih besar dari nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar
0,719. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel modal dengan
variabel pendapatan mempunyai korelasi yang kuat dan signifikan.
Menurut Rifqi Khoirunnisa (2017) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa responden yang mengeluarkan modal lebih banyak otomatis memiliki
lebih banyak barang untuk dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Kondisi yang serupa juga terjadi dalam penelitian ini dimana semakin banyak
modal harian yang dikeluarkan oleh pedagang maka dapat meningkatkan
pendapatan. Dengan meningkatkan jumlah modal yang dikeluarkan
perharinya pedagang dapat pula meningkatkan jumlah dagangan yang dijual,
dengan begitu kesempatan pedagang untuk mamaksimalkan pendapatan
meningkat. Lalu dengan meningkatkan modal yang dikeluarkan perharinya
pedagang dapat menambah variasi produk, dengan menambah jumlah modal
perharinya pedagang yang biasanya menjual satu jenis makanan dapat
menambah jenis makanan yang lainnya, begitupun dengan pedagang
minuman, semakin bervariasi produk yang dijual maka kesempatan utnuk
memaksimalkan pendapatan akan meningkat.

70
c. Jam kerja dengan pendapatan

Tabel 4.18
Hasil Uji Spearman Jam Kerja dengan Pendapatan

Correlations

Pendapatan JamKerja
**
H
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,668

a Sig. (2-tailed) . ,000

s N 64 64
**
JamKerja Correlation Coefficient ,668 1,000
i
Sig. (2-tailed) ,000 .
l
N 64 64

Sumber: Hasil SPSS, 2019.


p
ada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,000) lebih besar dari
nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar 0,668. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa variabel jam kerja dengan variabel
pendapatan mempunyai korelasi yang kuat dan signifikan.
Menurut Sundari (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
probabilitas pendapatan yang diterima oleh pedagang dapat meningkat
apabila pedagang menggunakan jam kerja yang panjang. Kondisi yang sama
terjadi dalam penelitian ini yang mana pendapatan pedagang dapat meningkat
apabila pedagang meningkatkan pula jam kerjanya .Begitupun sebaliknya,
pedagang yang mengurangi jam kerjanya, pendapatannya akan berkurang.
Pedagang yang mempunyai jam kerja yang panjang setidaknya mendapatkan
satu kesempatan untuk berjualan pada jam sibuk entah itu jam sibuk pagi hari
atau jam sibuk sore hari, bahkan pedagang yang berjualan lebih dari 8 jam
perhari dapat berjualan pada 2 periode rush hour. Pada jam sibuk atau rush
hour kepadatan penumpang di Stasiun Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota
sangat tinggi, sehingga pada jam rush hour penumpang yang melewati lapak-
lapak pedagang lebih banyak daripada saat jam normal, sehingga kesempatan
pedagang untuk memaksimalkan pendapatan meningkat.

71
d. Jenis dagangan dengan pendapatan

Tabel 4.19
Hasil Uji Spearman Jenis Dagangan dengan Pendapatan
Correlations

Pendapatan JenisDagangan

Spearman's rho Pendapatan Correlation **


1,000 ,706
Coefficient

Sig. (2-tailed) . ,000

N 64 64

JenisDagangan Correlation **
,706 1,000
Coefficient

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 64 64
Sumber: Hasil SPSS, 2019.

Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai Sig sebesar (0,000)
lebih besar dari nilai Sig (0,05) sedangkan nilai korelasinya adalah sebesar
0,706. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel jenis dagangan
dengan variabel pendapatan mempunyai korelasi yang kuat dan signifikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rheza (2018) jenis
dagangan berpengaruh terhadap pendapatan, dimana semakin bervariasi jenis
dagangan maka pendapatan akan meningkat. Kondisi yang serupa juga terjadi
dalam penelitian ini, mayoritas pedagang yang menjual berbagai jenis
makanan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penjual minuman, salah satu faktor penyebabnya adalah karena makanan
yang dijual di sekitaran stasiun lebih bervariasi dari pada jenis minuman yang
dijual. Lalu harga makanan lebih tinggi dari pada harga minuman sehingga
mayoritas penjual makanan memiliki pendapatan yang lebih banyak dari pada
pendapatan yang diperoleh penjual minuman.

72
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi usaha tidak berpengaruh
terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun Tanah Abang,
Tebet dan Jakarta Kota. Walaupun lapak pedagang berada di lokasi yang
strategis tetapi tidak mempengaruhi pendapatan yang diterima, hal itu
dikarenakan penumpang yang lebih memilih untuk berkeliling terlebih
dahulu apabila ingin membeli sesuatu.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal berpengaruh positif dan
signifkan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun Tanah
Abang, Tebet dan Jakarta Kota. Semakin banyak modal harian yang
dikeluarkan maka pedagang dapat jumlah produk yang akan dijual
sehingga pendapatan akan meningkat.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa jam kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun Tanah
Abang, Tebet, dan Jakarta Kota. Semakin panjang jam kerja yang
digunakan oleh pedagang maka kesempatan untuk memaksimalkan
pendapatan akan meningkat.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis dagangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di sekitar Stasiun
Tanah Abang, Tebet dan Jakarta Kota. Pedagang yang menjual jenis
makanan mempunyai pendapatan lebih tinggi dari pada penjual dari
minuman dikarenakan jenis makanan yang dijual lebih bervariasi dari
pada jenis minuman yang dijual.

73
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasannya, maka
terdapat saran untuk pembuat kebijakan dan pedagang:
1. Bagi pembuat kebijakan atau pemerintah daerah diharapkan dapat
lebih peka terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pedagang
kaki lima atau pedagang kecil seperti modal, pembuat kebijakan atau
pemerintah seharusnya menyediakan dan memudahkan pinjaman
modal bagi pedagang kecil dengan bunga yang rendah atau dengan
membuat kebijakan bagi hasil. Lalu, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnnya bahwa pemerintah daerah telah menyediakan tenda yang
telah diatur posisinya untuk ditempati oleh pedagang kecil di Stasiun
Tebet, diharapkan penyediaan tenda juga diberikan pada pedagang di
stasiun lainnya, karena penyediaan dan pengaturan tenda membawa
dampak yang baik yaitu posisi lapak pedagang beraturan dan tidak
mengganggu pejalan kaki.

2. Bagi pedagang kecil yang berdagang di Stasiun Tanah Abang, Tebet


dan Jakarta Kota, terkait dengan modal diharapkan bisa mengatur
keuangan pribadi dengan baik agar tidak perlu melakukan pinjaman
modal, lalu pedagang dapat meningkatkan variasi produk bagi yang
belum menerapkannya, karena semakin bervariasi produk yang dijual
dapat meningatkan pendapatan. Terakhir, bagi pedagang kecil yang
berada di Stasiun Tanah Abang dan Jakarta Kota baiknya menempati
lapak dengan beraturan sehingga tidak mengganggu pejalan kaki dan
lalulintas.

74
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2010). Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Alma, B. (2002). Pengantar Bisnis. Bandung, Jawa Barat: Alfabeta.
Ambadar, J. (2010). Membentuk Karakter Pengusaha. Bandung: Kaifa.
Amirullah, & Hardjanto, I. (2005). Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Brace, I. (2004). Questionnaire Design (How to plan, structure and write survey
materials for effective market research). London: Kogan Page. ISBN 0-
7494-4181-X .
Chalid, P. (2016). Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Center for Social Economic Studies
(CSES) Pres.
Efendi, A. A., & Marijono. (2014). Pengaruh Produktivitas Kerja Terhadap Tingkat
Pendapatan Usaha Kerajinan Sayangan Desa Kalibaru Wetan. Jurnal FIP
Univsitas Jember, 4.
Efni, S. (2015). Pengaruh Tingkat Upah, Jam Kerja, Usia terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja Perusahaan Mie Kuning Lima Saudara. E-Jurnal STKIP , 9.
Febriananta, F. R. (2017). Pengaruh Modal, Lama Usaha, dan Jam Kerja terhadap
Pendapatan Pedagang Kaki Lima Pasar Lawang, Kabupaten Malang.
Malang : Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Malang.
Fuad, M., Christine, H., Nurlela, Sugiarto, & Paulus, Y. (2009). Pengantar Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 23 Edisi 8.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP. ISBN: 979-704015-1.
Hery. (2015). Analisis Kinerja Manajemen " The Best Financial Analisys " Menilai
Kinerja Manajemen Berdasarkan Rasio Keuangan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia. ISBN: 9780623750498.

75
Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Universitas Gajah Mada.
Kasmir, & Jakfar. (2006). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana.
Kiyosaki, R. T., & Lechter, S. L. (2001). The Cashflow Quadrant : Panduan Mencari
Kebebasan Keuangan. Jakarta: Gramedia.
Manullang. (2013). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
Miaz, O. T. (2016). Memulai Usaha Baru " Strategi Yang Perlu Anda Ketahui
Untuk Memulai Sebuah UKM ". Malang, Jawa Timur: NAMS.
Noor, H. F. (2008). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Nurhayati, S. F. (2017). Analisis Kondisi Sosial Ekonomi, Kendala dan Peluang
Usaha Pedagang Kaki Lima: Studi Pada Pedagang Kaki Lima di Seputar
Alun-Alun Kabupaten Klaten. Surakarta: ISBN: 978-602-361-067-9.
Partomo, T. S. (2009). Ekonomi Koperasi. Ciawi, Bogor: Ghalia Indonesia.
Pratama, R. (2018). Pengaruh Modal, Lokasi dan Jenis Dagangan Terhadap
Pendapatan Pedagang Pasar. Jurnal Mitra Manajemen, 249.
Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: ZIFATAMA
PUBLISHSING.
Rachbini, D. J., & Hamid, A. (1994). Ekonomi Informal Perkotaan: Gejala Involusi
Gelombang Kedua. Jakarta: LP3S.
Ramadhan, F. (2017). Pengaruh Modal, Lama Usaha, dan Jam Kerja terhadap
Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Lawang, Kabupaten
Malang. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Subagyo, J. (2011). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. (1999). Metode Penlitian Bisnis. Bandung: Alfabeta,CV.
Suparmoko. (2012). Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta: BPFE.
Su'ud, A. (2007). Pengembangan Ekonomi Mikro . Jakarta: Antonio.
Suyitno. (20018). Metode Penelitian Kualitatif: Konsep, Prinsip, dan
Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka. ISBN: 978-602-6706-
34-8.
Swasta, B. (2008). Manajemen Penjualan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

76
Swastha, I. B. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
Takdir, D., AS, M., & Zaid, S. (2016). Kewirausahaan. Depok,Sleman,Yogyakarta:
Wijana Mahadi Karya.
W. Creswell, J. (2003). Research Design ( Qualitative, Quantitative, and mixed
methods approaches ). California: Sage Publications, inc.
Weston, J. F., & Brigham, E. F. (1994). Dasar Managemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga.
Weygandth, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2013). Financial Accounting IFRS
Eddition. John Wiley & Sons Inc.
Winardi. (1986). Bunga Rampai Masalah Ekonomi. Bandung: Tarsito.
Winarno, N. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YPKN Yogyakarta.
ISBN:979-3532-270.
Zarra, A. (2017). Perngaruh Modal Kerja, Jenis Produk, Tingkat Pendidikan dan
Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Umum Gilimanuk
Kabupaten Jembrana. Denpasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.

77
LAMPIRAN 1: Dokumentasi

78
LAMPIRAN 2 : Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH LOKASI USAHA, MODAL, DAN JAM KERJA TERHADAP


PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI SEKITAR STASIUN KERETA
COMMUTER LINE

No. Kuesioner :

Hari/Tanggal Observasi :

Lokasi :

Data responden/ pemilik usaha

Nama : ……………………………………………………

Usia : ……………………………………………………

Jenis Kelamin : ……………………………………………………

Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….

Jenis Dagangan : …………………………………………………….

79
Petunjuk:
a. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan memilih jawaban yang sesuai
dengan kondisi usaha yang sebenarnya.
b. Jawaban dapat diberi tanda centang (✔).

A. Lokasi Usaha

1. Apakah lokasi usaha yang anda tempati mudah dijangkau oleh pembeli
(tidak terhalang tembok atau pagar) ?
a. Sangat mudah dijangkau
b. Mudah dijangkau
c. Biasa saja

2. Apakah lokasi usaha yang anda tempati saat ini terlihat mencolok ( mudah
dilihat dan tidak terhalang pedagang lain) ?
a. Sangat mencolok
b. Mencolok
c. Biasa saja

3. Apakah lokasi usaha yang anda tempati saat ini sering dilewati orang
banyak ?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Biasa saja

4. Berapakah jarak lokasi usaha yang anda tempati dengan pintu


masuk/keluar Stasiun?
a. <10 meter
b. 10 – 20 meter
c. > 20 meter.

80
B. Modal

1. Berapakah modal yang digunakan untuk membeli bahan barang dagangan


perharinya ?
a. Lebih dari Rp. 500.000
b. Rp. 300.000 – Rp. 500.000
c. Kurang dari Rp. 300.000
2. Apakah modal yang anda gunakan menggunakan modal pribadi ( tidak
meminjam dari bank atau lembaga tertentu )?
a. Ya
b. Tidak

3. Visi tentang modal

Pertanyaan Sangat Setuju Tidak


Setuju Settuju
a. Dengan modal harian yang saya
keluarkan, saya dapat
meningkatkan jumlah produk
dagangan
b. Dengan modal harian yang saya
keluarkan, saya dapat membuat
variasi produk
c. Semakin besar modal harian
yang saya gunakan, maka
pendapatan yang saya terima
akan semakin besar

C. Jam Kerja
1. Berapakah jam kerja atau waktu berdagang yang digunakan perharinya ?
a. Lebih dari 8 jam
b. 6-8 jam
c. Kurang dari 6 jam

81
2. Keyakinan pedagang dalam berdagang.

No. Pertanyaan Sangat Setuju Tidak


Setuju Settuju
a. Jika saya berjualan pada jam
sibuk (rush hours), maka
pendapatan yang saya terima
akan semakin besar
b. Jika saya menyesuaikan jenis
dagangan dengan jam kerja
maka pendapatan saya akan
bertambah
c. Jika saya mengurangi jam kerja
menjadi setengah dari biasanya,
maka pendapatan saya akan
berkurang setengah dari
biasanya
d. Semakin lama saya berjualan,
pendapatan yang saya terima
akan semakin besar

D. Pendapatan
1. Berapakah pendapatan yang diterima perharinya ?
a. Lebih dari Rp. 500.000
b. Rp. 300.000 – Rp. 500.000
c. Kurang dari Rp. 300.000

2. Visi terhadap pendapatan

No. Pertanyaan Sangat Setuju Tidak


Setuju Settuju
a. Pendapatan yang saya terima, sesuai
dengan modal yang saya keluarkan
b. Pendapatan yang saya terima, sesuai
dengan jam kerja yang saya gunakan
c. Pendapatan yang saya terima sesuai
dengan lokasi yang saya tempati

Terimakasih atas partisipasnya.

82
LAMPIRAN 3 : Hasil Analisis Data

A. Uji Validitas

Correlations

skor

LOKASI1 Pearson Correlation ,928**

Sig. (2-tailed) ,000

N 64

LOKASI2 Pearson Correlation ,784**

Sig. (2-tailed) ,000

N 64

LOKASI3 Pearson Correlation ,674**

Sig. (2-tailed) ,000

N 64

LOKASI4 Pearson Correlation ,613**

Sig. (2-tailed) ,001

N 64

MODAL1 Pearson Correlation ,574**

Sig. (2-tailed) ,003

N 64

MODAL2 Pearson Correlation ,789**

Sig. (2-tailed) ,000

N 64

MODAL3 Pearson Correlation ,812**

Sig. (2-tailed) ,000

N 64

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

83
Uji Validitas

Correlations

skor
**
JAMKERJA1 Pearson Correlation ,907

Sig. (2-tailed) ,000

N 64
**
JAMKERJA2 Pearson Correlation ,928

Sig. (2-tailed) ,000

N 64
**
JAMKERJA3 Pearson Correlation ,631

Sig. (2-tailed) ,001

N 64
**
JAMKERJA4 Pearson Correlation ,731

Sig. (2-tailed) ,000

N 64
*
JDAGANGAN Pearson Correlation ,298

Sig. (2-tailed) ,017

N 64
**
PENDAPATAN1 Pearson Correlation ,731

Sig. (2-tailed) ,000

N 64
**
PENDAPATAN2 Pearson Correlation ,725

Sig. (2-tailed) ,000

N 64
**
PENDAPATAN3 Pearson Correlation ,678

Sig. (2-tailed) ,000

N 64

Skor Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 64

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

84
B. Uji Reliabilitas
1. Lokasi Usaha

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,857 4

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

LOKASI1 7,08 1,645 ,860 ,750


LOKASI2 7,08 1,732 ,774 ,788
LOKASI3 7,25 1,935 ,616 ,851
LOKASI4 7,46 1,824 ,580 ,873

2. Modal

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,869 3

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

MODAL1 5,00 1,391 ,797 ,797


MODAL2 5,17 ,841 ,832 ,802
MODAL3 4,92 1,471 ,743 ,842

85
3. Jam Kerja

Reliability Statistics

Cronbach’s
Alpha N of Items

,907 4

Item-Total Statistics

Cronbach’s
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

JAMKERJA1 7,92 1,645 ,840 ,862


JAMKERJA2 8,00 1,565 ,888 ,844
JAMKERJA3 7,79 1,911 ,693 ,913
JAMKERJA4 7,92 1,732 ,752 ,894

4. Pendapatan

Reliability Statistics

Cronbach’s
Alpha N of Items

,767 3

Item-Total Statistics

Cronbach’s
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

PENDAPATAN1 5,25 1,413 ,314 ,944


PENDAPATAN2 5,29 ,737 ,768 ,472
PENDAPATAN3 5,21 ,868 ,799 ,451

86
C. Hasil Tabulasi Silang
1. Lokasi Usaha terhadap Pendapatan

Lokasi * Pendapatan Crosstabulation


Count

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

Lokasi kurang strategis 4 1 2 7

Strategis 6 8 5 19

sangat strategis 15 16 7 38
Total 25 25 14 64

2. Modal terhadap Pendapatan

Modal * Pendapatan Crosstabulation


Count

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

Modal < 300.000 25 23 1 49

300.000 - 500.000 0 2 9 11
>500.000 0 0 4 4
Total 25 25 14 64

3. Jam Kerja terhadap Pendapatan

JamKerja * Pendapatan Crosstabulation


Count

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

JamKerja < 6jam 0 0 4 4

6-8jam 4 18 9 31

> 8 jam 21 7 1 29
Total 25 25 14 64

87
4. Jenis Dagangan terhadap Pendapatan

JenisDagangan * Pendapatan Crosstabulation


Count

Pendapatan

300.000-
<300.000 500.000 > 500.000 Total

JenisDagangan Minuman 20 3 0 23

Makanan 5 22 14 41
Total 25 25 14 64

D. Uji Korelasi Spearman


1. Lokasi Usaha terhadap Pendapatan

Correlations

Pendapatan Lokasi

Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 -,031

Sig. (2-tailed) . ,809

N 64 64

Lokasi Correlation Coefficient -,031 1,000

Sig. (2-tailed) ,809 .

N 64 64

2. Modal terhadap Pendapatan

Correlations

Pendapatan Modal
**
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,719

Sig. (2-tailed) . ,000

N 64 64
**
Modal Correlation Coefficient ,719 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 64 64

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

88
3. Jam Kerja terhadap Pendapatan

Correlations

Pendapatan JamKerja
**
Spearman's rho Pendapatan Correlation Coefficient 1,000 ,668

Sig. (2-tailed) . ,000

N 64 64
**
JamKerja Correlation Coefficient ,668 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 64 64

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4. Jenis Dagangan terhadap Pendapatan

Correlations

Pendapatan JenisDagangan

Spearman's rho Pendapatan Correlation **


1,000 ,706
Coefficient

Sig. (2-tailed) . ,000

N 64 64

JenisDagangan Correlation **
,706 1,000
Coefficient

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 64 64

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

89
LAMPIRAN 4 : Data Responden

Jenis
No Nama Usia Kel Modal Operasional
Dagangan

1 Rahajeng 35 P Minuman Kurang dari Rp. 300.000


2 Ayu Puspa 27 P Makanan Kurang dari Rp. 300.000
3 Dedi 46 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
4 Rahmat M 41 L Makanan Rp. 300.000 – Rp. 500.000
5 Adi 24 L Makanan Rp. 300.000 – Rp. 500.000
6 Syaifullah 51 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
7 Mubarok Amin 45 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
8 Suharlan 43 L Makanan Lebih dari Rp. 500.000
9 Aminah 27 P Minuman Kurang dari Rp. 300.000
10 Icha 22 P Minuman Kurang dari Rp. 300.000
11 Riandi Ramadhan 26 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
12 Tri Eko 37 L Makanan Rp. 300.000 – Rp. 500.000
13 Lastianingrum 29 P Makanan Rp. 300.000 – Rp. 500.000
14 Bagus 35 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
15 Hermawan Hasan 34 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
16 Asep 55 L Makanan Rp. 300.000 – Rp. 500.000
17 Indah Nur 42 P Makanan Kurang dari Rp. 300.000
18 Dwi 33 P Makanan Lebih dari Rp. 500.000
19 Kurniawan 56 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
20 Agus Hakim 57 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
21 Bayu 44 L Makanan Lebih dari Rp. 500.000
22 Hidayat 34 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
23 Djaka 54 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
24 Gilang 33 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
25 Ujang 50 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
26 Surahman 41 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
27 Dessy 32 P Minuman Kurang dari Rp. 300.000
28 Pratiwi 27 P Minuman Kurang dari Rp. 300.000
29 Agan 29 L Minuman Kurang dari Rp. 300.000
30 Sasmita 36 P Minuman Kurang dari Rp. 300.000
31 Trisnojoyo 45 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
32 Aldi Latif 22 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000
33 Rudi Putra 31 L Makanan Kurang dari Rp. 300.000

90
Data Responden

Pendapatan yg diterima Jam Kerja Jenis Modal


No
Harian
Pribadi
1 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
2 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
3 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
4 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
5 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
6 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
7 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
8 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
9 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
10 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
11 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
12 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
13 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
14 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
15 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
16 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
17 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pribadi
18 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pribadi
19 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
20 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
21 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
22 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
23 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
24 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam

91
Pinjaman
25 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
26 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
27 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
28 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
29 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
30 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pinjaman
31 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
32 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
33 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
34 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
35 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pribadi
36 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
37 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
38 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pinjaman
39 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
40 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
41 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
42 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
43 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pribadi
44 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
45 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
46 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
47 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
48 Lebih dari Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
49 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
50 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pinjaman
51 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam

92
Pinjaman
52 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
53 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
54 Lebih dari Rp. 500.000 Kurang dari 6 jam
Pinjaman
55 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
56 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
57 Lebih dari Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
58 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
59 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pinjaman
60 Kurang dari Rp. 300.000 6-8 jam
Pribadi
61 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
62 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
63 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
64 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
61 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
62 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 6-8 jam
Pribadi
63 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam
Pribadi
64 Kurang dari Rp. 300.000 Lebih dari 8 jam

93
LAMPIRAN 5 : Data Penelitian

Lokasi Modal Jam Kerja Pendapatan


3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2
3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2
3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3
2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3
2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2
2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3
2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2
2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3
2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3
3 3 2 1 2 1 3 2 2 3 3 3 1 2
3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 1 2
2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2
3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
3 2 3 3 2 2 3 1 3 2 2 3 2 3
2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2
2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
3 2 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2

95
Data Penelitian

Lokasi Modal Jam Kerja Pendapatan


3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
2 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3
3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3
3 3 2 1 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3
2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
2 2 3 3 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3
2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3
2 3 3 2 1 2 3 3 1 3 1 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 2 2
3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2
2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3
3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3
3 3 2 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2
3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3
2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

96

Anda mungkin juga menyukai