Anda di halaman 1dari 125

ANALISA KINERJA PT BRISYARIAH TBK

SEBELUM DAN SESUDAH IPO

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
(S.E)

Oleh:
Sasa Parera
11150850000047

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ANALISA KINERJA PT BRISYARIAH TBK
SEBELUM DAN SESUDAH IPO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
SASA PARERA
NIM. 11150850000047

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Asyari Hasan, S.H.I., M.Ag Santi Yustini SE., M.Ak


NIP. 198008192006041002 NIDN. 2021078701

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Kamis 09 Mei 2019 telah dilakukan uji komprehensif atas nama mahasiswa:

Nama : Sasa Parera

No. Induk Mahasiswa : 11150850000047

Jurusan : Perbankan Syariah

Judul Skripsi : Analisa Kinerja PT BRISyariah Tbk Sebelum dan

Sesudah IPO

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian

skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Mei 2019

1. Ahmad Zubaidi, M.A.

NIDN. 2013047201

Penguji I

2. Ivalaili M.I.E.

NIDN. 2018038802

Penguji II

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 21 Januari 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
Nama : Sasa Parera
NIM : 11150850000047
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Analisa PT BRISyariah Tbk Sebelum dan Sesudah IPO
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Mei 2020

1. Yuke Rahmawati, M.A. (…………………………….)


NIP. 197509032007012023 Ketua

2. Dr. Asyari Hasan, SHI., M.Ag., CM (…………………………….)


NIP. 198008192006041002 Sekretaris

3. Dr. Asyari Hasan, SHI., M.Ag., CM (…………………………….)


NIP. 198008192006041002 Pembimbing I

4. Santi Yustini, SE., M.Ak (…………………………….)


NIDN. 2021078701 Pembimbing II

5. Dr. Suhenda Wiranata, M.E (…………………………….)


NIP. 196104211990031002 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Sasa Parera
NIM : 11150850000047
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sesungguhnya.

Jakarta, Januari 2020

Sasa Parera
11150850000047

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Sasa Parera
Tempat, tanggal lahir : Sumedang, 26 November 1997
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Kihajar Dewantara No.1B Rt.004/02, Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten
Nomor Handphone : 087788207716
Email : sasa912011@gmail.com
Kebangsaan : Indonesia

Riwayat Pendidikan
2015 – 2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1)
2012 – 2015 : SMA Negeri 9 Tangerang Selatan
2009 – 2012 : SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
2003 – 2009 : SD Negeri 4 Ciputat

Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan


2012 – 2014 : Humas Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 9 Tangerang
Selatan
2012 – 2014 : Anggota Paduan Suara SMAN 9 Tangerang Selatan
2012 – 2014 : Anggota Tari Tradisional SMAN 9 Tangerang Selatan
2017 – 2018 : Anggota Divisi Kewirausahaan Lingkar Studi Ekonomi
Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta
Kemampuan Khusus
1. Microsoft Office (Word, Excel, dan Power Point)
2. Bahasa (Indonesia, English, Mandarin)

vi
ABSTRACT

This study analyze the performance of sharia banking Pre- and Post-
IPOs Using RGEC Method (Studied to PT BRISyariah Tbk), and also to find
out how large the difference performance of it. The study using the sample of
financial performance ratio report and Good Corporate Governance (GCG)
report pre- and post- IPOs of PT BRISyariah Tbk in quarterly II 2017 –
quarterly I 2019 that has been published. Meanwhile, the method used in this
study was a comparison method using statistic non parametric test equipment
two related samples (wilcoxon test). The result in this study shows that
variable of minimum capital requirement (KPMM) had a significant
difference. While other variable of Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA) Return on Equity
(ROE), Net Operating Margin (NOM), and Good Corporate Governance
(GCG) has no significant difference.

Keywords: Work Performance Pre- and Post IPOs, Sharia Banking, RGEC
Method, Financial Performance Ratio, GCG Report, Wilcoxon Test.

vii
ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa kinerja dari perbankan syariah sebelum dan


sesudah IPO menggunakan metode RGEC (studi pada PT BRISyariah Tbk),
dan juga mencari tahu seberapa besar perbedaan yang terjadi. Penelitian ini
menggunakan sampel laporan kinerja keuangan dan laporan GCG sebelum
dan sesudah IPO dari PT Bank BRISyariah Tbk pada triwulan II 2017 –
triwulan I 2019 yang telah dipublikasikan. Di samping itu, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan uji statistik non
parametrik dua sampel terkait (uji wilcoxon). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) memiliki perbedaan yang cukup besar. Sedangkan variabel lainnya
seperti Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Operating Margin
(NOM), dan Good Corporate Governance (GCG) memiliki perbedaan yang
cukup kecil.

Kata Kunci: Kinerja sebelum dan sesudah IPO, Perbankan Syariah, Metode
RGEC, Rasio Kinerja Keuangan, Laporan GCG, Uji Wilcoxon.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahi Robbil „Alamin, Segala puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas izin-Nyalah peneliti dapat
menyelesaikannya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Analisa Kinerja PT BRISyariah Tbk Sebelum
dan Sesudah IPO” ini peneliti ajukan untuk memenuhi persyaratan guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E). Selama proses penulisan dan penyusunan
skripsi ini, peneliti mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik berupa doa,
arahan, motivasi, bantuan serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua tercinta, Ibu Siti Mulyati dan Bapak Abdul Patah yang telah
memberikan segala sesuatu yang berharga bagi peneliti dan selalu
memberikan doa, semangat, waktu, tenaga, dukungan moral dan
materiil yang sangat berarti bagi peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dan studi sampai saat ini.
2. Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan agar segera
menyelesaikan studi.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.,
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
kesempatan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Dr. Asyari Hasan S.H.I., M.Ag dan Ibu Santi Yustini SE., M.Ak
selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar telah
memberikan ilmu, arahan, saran, dan meluangkan waktunya dalam
proses penyelesaian penelitian skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Santi Yustini SE., M.Ak selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan banyak masukan dari awal perkuliahan hingga
akhir masa studi.

ix
6. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan
Ibu Yuke Rahmawati M.A selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syarah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan banyak dukungan dan membantu dalam pemenuhan
berkas-berkas administrasi dan persetujuan proposal penelitian.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu dan pelajaran hidup yang berguna bagi peneliti
selama perkuliahan.
8. Seluruh Staff Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan
lain-lain.
9. Keluarga besar LiSEnSi UIN Jakarta yang telah memberikan
pelajaran-pelajaran yang tidak bisa didapatkan di bangku perkuliahan.
10. Sahabat peneliti, Aisyah Raisa Medina yang selalu memahami,
menemani, membantu, memberikan semangat kepada peneliti agar
dapat segera menyelesaikan tugas akhir ini demi mendapatkan gelar
sarjana. Sahabat seperjuangan peneliti selama perkuliahan, Aliftia
Maulidina Farhana (tiong), Siti Rohanah (ana), dan Shinta Fajriyah
(Shinjo) yang selalu menemani peneliti dalam suka dan duka selama
masa perkuliahan. Sahabat saya Eka Safila, Lisa Revita, dan Rena
Andriana sahabat seperjuangan dan sepermainan peneliti yang selalu
mendengarkan segala keluh kesah peneliti dan selalu memberikan
semangat dan dorongan kepada peneliti agar dapat segera
menyelesaikan tugas akhir ini demi mendapatkan gelar sarjana. Teman
seperjuangan peneliti dalam mengerjakan skripsi yaitu Shafira,
Fadhilla, Tia, Novia, dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan.
Terimakasih telah menemani, mendengarkan segala keluh kesah, dan
memberikan dorongan kepada peneliti agar segera menyelesaikan
skripsi.
11. Teman-teman perbankan syariah 2015 yang bersama-sama merasakan
perjuangan menjadi mahasiswa baru hingga tingkat akhir.

x
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang telah
membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlimpah kepada
semua pihak di atas untuk segala bantuan dan amal baik yang diberikan
kepada penulis.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tangerang Selatan, Januari 2020

Sasa Parera

xi
DAFTAR ISI

COVER (HALAMAN JUDUL)


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 11
C. Batasan Masalah ............................................................................................. 12
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..................................................... 12
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 20
A. Teori Terkait Variabel Penelitian ................................................................... 20
1. Kinerja Bank Syariah................................................................................. 20
3. Metode RGEC ........................................................................................... 33
4. Initial Public Offering (IPO) ..................................................................... 39
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 42
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 44
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 51
B. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 51
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 52
D. Sumber Data ................................................................................................... 52

xii
E. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 56
1. Field Research ........................................................................................... 56
2. Library Research ....................................................................................... 57
3. Internet Research ....................................................................................... 57
G. Teknik Pengolahan Data ................................................................................ 57
1. Metode RGEC ........................................................................................... 57
2. Uji Normalitas Data ................................................................................... 59
3. Uji Beda ..................................................................................................... 59
a. Uji t sampel berpasangan (sample paired t-test) ................................ 60
b. Uji Wilcoxon....................................................................................... 61
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 63
B. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................ 65
1. Komparasi Statistik Deskriptif Rasio Kinerja PT Bank BRISyariah Tbk
Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) ................................. 65
2. Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 72
3. Pengujian Hipotesis Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) 73
C. Pembahasan .................................................................................................... 79
1. Risk Profile (Profil Risiko) ........................................................................ 80
2. Good Corporate Governance (GCG) ........................................................ 83
3. Earnings (Rentabilitas) .............................................................................. 85
4. Capital (Permodalan) ................................................................................ 88
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................... 90
A. Kesimpulan..................................................................................................... 90
B. Saran ............................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92
LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................................... 96

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 10 Penurunan Saham Terbesar pada Tahun 2019 .................................. 10


Tabel 2. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 13
Tabel 3. Kriteria Penilaian Peringkat NPF ........................................................... 23
Tabel 4. Kriteria Penilaian Peringkat FDR .......................................................... 24
Tabel 5. Kriteria Penilaian Peringkat ROA.......................................................... 24
Tabel 6. Kriteria Penilaian Peringkat ROE .......................................................... 25
Tabel 7. Kriteria Penilaian Peringkat NOM ......................................................... 26
Tabel 8. Kriteria Penilaian Peringkat CAR .......................................................... 27
Tabel 9. Kriteria Penetapan Peringkat GCG (self assessment) ............................ 32
Tabel 10. BUS dengan total aset terbesar pada tahun 2018 ................................. 52
Tabel 11. Instrumen Penelitian ............................................................................. 56
Tabel 12. Rasio Kinerja PT Bank BRI Syariah Tbk Sebelum dan Sesudah IPO.. 65
Tabel 13. Komparasi Statistik Deskriptif Rasio Kinerja PT Bank BRISyariah Tbk
Sebelum dan Sesudah IPO .................................................................................... 69
Tabel 14. Uji Normalitas Shapiro-Wilk ................................................................ 72
Tabel 15. Wilcoxon Signed Rank Test ................................................................. 74
Tabel 16. Test Statistics ........................................................................................ 75
Tabel 17. Laporan Pelaksanaan GCG PT Bank BRISyariah Tbk periode 2017 -
2018 ....................................................................................................................... 78

xiv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pangsa Aset Lembaga Keuangan Syariah (Di Luar Sukuk Negara dan
Kapitalisasi Saham Syariah) ................................................................................... 1
Grafik 2. Perkembangan Total Aset BUS dan UUS periode 2014-2017 ............... 3
Grafik 3. Rasio Keuangan BUS Indonesia Periode 2016 – 2018 ........................... 9
Grafik 4. Tingkat NPF Desember 2014-Desember 2017 ...................................... 22
Grafik 5. Perkembangan Total Asset PT BRISyariah 2017 – 2019 ...................... 64

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Periode Metode: CAMEL – CAMELS – RGEC ...................... 5


Gambar 2. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 43

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rasio Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk Triwulan II 2017 –


Triwulan I 2019 ..................................................................................................... 97
Lampiran 2: Tabel Perhitungan Rasio Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk
Triwulan II 2017 – Triwulan I 2019 ..................................................................... 97
Lampiran 3: Output Hasil Pengujian data dengan SPSS 20 ............................... 100

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga, bank yang kegiatan utamanya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran dengan
berdasarkan pada prinsip syariah. Menurut UU No. 21 tahun 2008, bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah atau prinsip hukum Islam yang diatur oleh fatwa MUI. Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia terus berkembang, salah satunya adalah
lembaga perbankan syariah yang mendominasi lembaga keuangan di
Indonesia. Berikut di bawah ini adalah persentase pangsa aset lembaga
keuangan syariah di Indonesia (di luar sukuk negara dan kapitalisasi saham
syariah).
Grafik 1.
Persentase Pangsa Aset Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia (Di Luar
Sukuk Negara dan Kapitalisasi Saham Syariah)

Sumber: Snapshot Perbankan Syariah Indonesia 2019, OJK (data diolah)

Pada grafik 1. sektor perbankan syariah menguasai pangsa aset


lembaga keuangan syariah sebesar 76%, kemudian disusul oleh sektor sukuk

1
korporasi yaitu sebesar 9%. Pangsa aset terkecil terletak pada lembaga
pembiayaan syariah, yaitu sebesar 4%. Besarnya persentase pangsa aset
perbankan syariah pada lembaga keuangan syariah di Indonesia
menggambarkan bahwa industri perbankan syariah memang mendominasi
keuangan syariah nasional. Menurut jenisnya bank syariah terdiri dari Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS). Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang
diterbitkan oleh OJK di Indonesia ada sebanyak 14 BUS, 20 UUS, dan 165
BPRS.
Perkembangan bank syariah juga dapat dilihat melalui kontribusi bank
syariah yang mulai mendaftar sebagai emiten di dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI). Jika dilihat dari jumlah perbankan syariah yang mencatatkan sahamnya
pada BEI masih sangat minim, yaitu sampai saat ini baru ada tiga bank syariah
yang mencatatkan sahamnya di BEI, di antaranya PT Bank Panin Dubai
Syariah Tbk yang tercatat di BEI pada tanggal 15 Januari 2014 dengan kode
efek PNBS melepas sekitar 4,75 juta saham seharga Rp100 per saham,
kemudian disusul oleh PT Bank BTPN Syariah Tbk yang tercatat di BEI pada
tanggal 8 Mei 2018 dengan kode efek BTPS melepas 770 juta lembar saham
seharga Rp975 per saham, dan kemudian diikuti oleh PT Bank BRISyariah
Tbk yang tercatat di BEI pada tanggal 9 Mei 2018 dengan kode efek BRIS
melepas 2,62 miliar lembar saham seharga Rp510 per saham.
Dengan adanya bank syariah yang melakukan Initial Public Offering
(IPO), menunjukkan bahwa industri perbankan syariah nasional terus
berkembang dan bahwa sektor perbankan masih mendominasi keuangan di
Indonesia. Berikut data perkembangan total aset Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS) periode 2014 – 2018 di Indonesia.

2
Grafik 2. Perkembangan Total Aset BUS dan UUS periode 2014-2018
(dalam miliar rupiah)

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (SPS) OJK (data diolah)

Grafik 2. menunjukkan perkembangan total aset Bank Umum Syariah


(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan. Grafik menunjukkan bahwa total aset BUS dan UUS selama lima
tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi
pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp67.677 Miliar. Hal ini menunjukkan bahwa
perbankan syariah memiliki perkembangan yang baik di Indonesia dilihat dari
tota aset yang dimilikinya. Setelah melihat data perkembangan total aset Bank
Umum Syariah (BUS) yang membaik, dapat kita ketahui bahwa kinerja dari
BUS semakin membaik. Namun, masih belum bisa dipastikan jika kinerja
perbankan akan semakin membaik sesudah melakukan Initial Public Offering
(IPO). Dalam situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dikemukakan bahwa
terdapat banyak keuntungan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran
umum atau Initial Public Offering (IPO) atau biasa disebut dengan go public,
di antaranya adalah:
1. Membuka akses perusahaan terhadap sarana pendanaan jangka panjang.
Alasan ini merupakan pertimbangan paling utama bagi perusahaan untuk
melakukan go public dan menjadi perusahaan publik. Go public akan
meningkatkan nilai ekuitas perusahaan sehingga perusahaan memiliki
struktur permodalan yang optimal.

3
2. Meningkatkan nilai perusahaan (Company Value). Setiap saat publik dapat
memperoleh data pergerakan nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja
operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak
terhadap harga saham di bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan
nilai perusahaan secara keseluruhan.
3. Meningkatkan image perusahaan. Publikasi perusahaan akan
meningkatkan image perusahaan serta meningkatkan pengenalan produk-
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini menciptakan peluang
baru dalam bisnis perusahaan.
4. Menumbuhkan loyalitas karyawan perusahaan. Dengan melibatkan
karyawan dalam proses pertumbuhan perusahaan, diharapkan dapat
menimbulkan rasa memiliki, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
profesionalisme dan kinerja karyawan.
5. Kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Dengan
menjadi perusahaan publik, setiap pihak dalam keluarga dapat memiliki
saham perusahaan dalam porsinya masing-masing dan sewaktu-waktu
dapat melakukan penjualan atau pembelian melalui Bursa Efek Indonesia.
Banyaknya keuntungan yang dipaparkan, menunjukkan bahwa kinerja
dari suatu perusahaan yang telah melakukan IPO tersebut menjadi lebih baik
lagi dibandingkan dengan sebelum melakukan IPO. Selain itu, Tandelilin
(2010: 27) juga menyatakan hal yang sejalan, bahwa investasi sebagai
komitmen atas sejumlah dana atau lainnya, yang tujuannya adalah untuk
memperoleh keuntungan di masa depan, diharapkan investasi yang memicu
perusahaan untuk melakukan IPO tersebut memberikan peluang jangka
panjang kepada perusahaan seperti peningkatan kinerja, peningkatan modal,
laba, kinerja keuangan dan kualitas dari perusahaan tersebut. Tentunya,
kinerja dari suatu bank yang telah melakukan IPO dapat menarik minat dari
para calon pemegang saham serta menjaga loyalitas dan kepercayaan dari para
pemegang saham maupun masyarakat. Atas dasar hal itu, maka bank tersebut
harus menjaga kinerja serta kesehatan dari bank agar tetap prima.

4
Berikut ini merupakan aturan-aturan yang harus diikuti oleh
Bank Syariah dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
berlandaskan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 :
a) Bank wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi;
b) Pelaksanaan GCG bagi BUS paling kurang harus diwujudkan
dalam:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi;
(2) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi
yang menjalankan pengendalian intern BUS;
(3) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
(4) Penerapan fungsi kepatuhan , audit intern dan audit ekstern;
(5) Batas maksimum penyaluran dana; dan
(6) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
c) Pelaksanaan GCG bagi UUS paling kurang harus diwujudkan
dalam:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;
(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
(3) Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan
penyimpanan dana oleh deposan inti; dan
(4) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.
d) Laporan pelaksanaan GCG bagi BUS disampaikan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir, dan paling kurang
meliputi:
(1) Kesimpulan umum dari hasil penilaian self assestment atas
pelaksanaan GCG BUS;
(2) Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan
keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris
dengan anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksim dan

5
atau pemegang saham pengendali BUS serta jabatan rangkap
pada perusahaan atau lembaga lain;
(3) Kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan
dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi lain, dan/atau pemegang saham
pengendali BUS;
(4) Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
(5) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu
yang digunakan oleh BUS;
(6) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS;
(7) Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
(8) Frekuensi rapat Dewan Komisaris;
(9) Frekuensi rapat DPS;
(10) Jumlah penyimpangan yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh BUS;
(11) Jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan
upaya penyelesaian oleh BUS;
(12) Transaksi yang mengandung benturan kepentingan;
(13) Buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;
(14) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun
pihak penerima dana; dan
(15) Pendapat non halal dan penggunaannya.
e) Laporan pelaksanaan GCG bagi UUS, paling kurang meliputi:
(1) Kesimpulan umum dari hasil penilaian self assestment atas
pelaksanaan GCG UUS;
(2) Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
(3) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu
yang digunakan oleh UUS;

6
(4) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS;
(5) Frekuensi rapat DPS;
(6) Jumlah penyimpangan yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh UUS;
(7) Jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan upaya
penyelesaian oleh UUS;
(8) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun
pihak penerima dana; dan
(9) Pendapat non halal dan penggunaannya.
f) Laporan pelaksanaan GCG BUS disampaikan kepada DPbS atau
KBI setempat dengan tembusan kepada DPbs paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir. Sementara, laporan
pelaksanaan GCG UUS yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari laporan GCG Bank Umum Konvensional (BUK) disampaikan
dalam bab tersendiri pada periode waktu sebagaimana ketentuan
GCG yang berlaku bagi bank umum dan selanjutnya disampaikan
kepada DPbS dan/atau KBI setempat yang melakukan pengawasan
terhadap BUK dimaksudkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun buku berakhir.
g) Adanya ketentuan peralihan atas laporan pelaksanaan GCG BUS
untuk posisi laporan akhir Desember 2009 yang tetap mengacu
pada PBI No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
sebagaimana diubah dengan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5
Oktober 2006 tentang perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
h) Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI
No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan
perubahannya dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.

7
Kinerja dari suatu bank merupakan hal yang teramat penting, karena
kinerja dari suatu bank merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank
dalam operasionalnya. Kinerja keuangan dari suatu bank adalah gambaran
mengenai kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang
menunjukkan sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan dan kekuatan dari
suatu perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan
mengevaluasi laporan keuangan. Hal ini dijadikan sebagai gambaran untuk
posisi keuangan dan kinerja di masa depan yang dapat menarik perhatian dari
masyarakat dan investor. Apabila suatu sistem perbankan dalam keadaan tidak
sehat, hal tersebut akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan
oleh sistem bank syariah tidak lancar dan efisien. Selain itu, hal tersebut juga
dapat menghambat efektifitas kebijakan moneter.
Telah dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah, bahwa Bank Syariah dan UUS wajib memelihara
tingkat kesehatan yang meliputi sekurang-kurangnya mengenai kecukupan
modal, kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas manajemen
yang menggambarkan kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan terhadap
prinsip syariah dan prinsip manajemen Islami, serta aspek lainnya yang
berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan UUS. Sesuai dengan yang
tertera dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal 6, bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko
(Risk-Based Bank Rating) atau yang dikenal juga dengan sebutan RGEC (Risk
profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). Berikut di bawah
ini merupakan siklus perubahan dari pendekatan CAMEL menjadi RGEC.
Gambar 1. Siklus Periode Metode: CAMEL – CAMELS - RGEC

Paket Februari
(1991)

CAMEL CAMELS RGEC


(1991) (2004) (2011 – sekarang)

PBI No.6/10/PBI/2004 PBI No.13/1/PBI/2011


SE BI No.13/24/DPNP

8
Berdasarkan gambar 1. pada tahun 1991 analisis CAMEL (Capital,
Asset quality, Management, Earning, Liquidity) digunakan untuk menganalisis
dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia, diperkenalkan
dengan dikeluarkannya Paket Februari. Kemudian pada tahun 2004 analisis
CAMEL berkembang menjadi CAMELS (Capital, Asset quality,
Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to market risk). Analisis
CAMELS diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan PBI No.9/1/PBI/2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Setelah itu, pada tahun 2011 dikeluarkan PBI No.13/1/PBI/2011 dan SE BI
No.13/24/DPNP yang berlaku sejak tahun 2012 menggantikan metode
CAMELS dengan metode RGEC. Berikut di bawah ini merupakan
perkembangan rasio kinerja keuangan BUS periode 2016 – 2018 di Indonesia.

Grafik 3. Rasio Keuangan BUS Indonesia Periode 2016 – 2018

Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK

Pada grafik 3. menunjukkan bahwa ROA meningkat tiap tahunnya,


semakin besar ROA menunjukkan semakin besar pula tingkat keuntungan
yang diperoleh dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan aset. NPF menurun tiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa
pembiayaan bermasalah yang dialami oleh BUS membaik atau bisa dikatakan
pembiayaan bermasalahnya berkurang, maka berarti BUS mampu menjaga
kualitas kinerja keuangannya. FDR menurun, hal ini menunjukkan bahwa
9
pembiayaan yang disalurkan BUS belum optimal, maka BUS harus lebih aktif
lagi mendorong pembiayaan dibanding menghimpun Dana Pihak Ketiga
(DPK). BOPO menurun, hal ini menunjukkan bahwa kinerja dari BUS kini
semakin efisien dari sisi biaya operasional perbankan. NOM meningkat, hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan bank atas aktiva produktif
yang dimiliki. Dan CAR meningkat, hal ini menunjukkan bahwa bank
semakin mampu untuk menanggung risiko dari adanya berbagai kredit yang
mungkin beresiko.
Namun, ada fenomena yang terjadi di lapangan yang bertolak belakang
dengan yang telah dipaparkan di atas, bahwa kinerja keuangan mengalami
penurunan sesudah perusahaan melakukan IPO. Penelitian yang dilakukan
oleh Wirajunayasa dan Putri (2017) tentang “Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offerings” dengan melakukan
penelitian pada 61 perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offerings
(IPO), menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada rasio Net Profit Margin
(NPM) mengalami penurunan dilihat dari nilai rata-rata sebelum melakukan
IPO. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Dintha IZFS
dan Supriatna (2019) tentang “Pengaruh IPO Terhadap Kinerja Perusahaan”
dengan melakukan penelitian pada 13 bank yang telah melakukan IPO pada
tahun 2014, menunjukkan bahwa adanya penurunan di segi likuiditas dan
aktivitas.
Selain itu, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2019 ada sebanyak 262 saham yang melemah dari 655 saham yang
diperdagangkan dalam di BEI. Berikut ini data penurunan saham pada 10
perusahaan dengan saham terendah:
Tabel 1. 10 Penurunan Saham Terbesar Pada Tahun 2019

Saham Harga Saham Harga Penutupan Perubahan


Sebelumnya 03 Oktober 2019 (Persen)
BAPI 74 50 -32,43
(24 poin)
KRAH 1.250 945 -24,40
(305 poin)
Bersambung ke halaman selanjutnya

10
Lanjutan tabel 1.
Saham Harga Saham Harga Penutupan 03 Perubahan
Sebelumnya Oktober 2019 (Persen)
KARW 92 81 -11,96
(11 poin)
JSKY 550 496 -9,82
(54 poin)
EMTK 5.750 5.200 -9,57
(550 poin)
FILM 272 246 -9,56
(26 poin)
SKRN 585 530 -9,40
(55 poin)
PAMG 139 126 -9,35
(13 poin)
PKPK 97 88 -9,28
(9 poin)
TCPI 6.950 6.325 -8,99
(625 poin)
Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah).
Harga saham BAPI menjadi saham yang terendah dalam deretan
tersebut. BAPI tercatat sebagai emiten baru dalam BEI, namun kemudian pada
tanggal 27 September 2019 dikeluarkan pengumuman UMA (Unusual Market
Activity) yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan harga saham BAPI.
Pada awal Oktober 2019 BAPI mengalami penurunan drastis sampai 32,43%
pada level Rp50 per saham.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mencoba meneliti lebih lanjut penelitian dalam bentuk skripsi,
dengan judul “Komparasi Kinerja Perbankan Syariah Sebelum dan
Sesudah IPO menggunakan metode RGEC (Studi Pada PT BRISyariah
Tbk)”

B. Identifikasi Masalah
1. Menurut BEI, kinerja bank menjadi lebih baik setelah Initial Public
Offering (IPO), namun hal ini bertolak belakang dengan fenomena yang
terjadi di lapangan.
2. Minimnya jumlah Bank Syariah yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) membuat IPO pada Bank Syariah perlu untuk dikaji lebih dalam.

11
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini fokus pada Bank Umum Syariah (BUS) yang telah
melakukan IPO dengan total aset terbesar pada triwulan 1 tahun 2019,
yaitu PT BRISyariah Tbk.
2. Sesuai PBI No.13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum pasal 6, penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan
menggunakan pendekatan RBBR atau yang dikenal juga dengan sebutan
RGEC.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja PT BRISyariah Tbk sebelum dan sesudah melakukan
Initial Public Offering (IPO) jika menggunakan metode RGEC pada rasio
NPF, FDR, ROA, ROE, NOM, GCG dan KPMM?
2. Apakah terdapat perbedaan pada kinerja PT BRISyariah Tbk sebelum dan
sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO) jika menggunakan
metode RGEC pada rasio NPF, FDR, ROA, ROE, NOM, GCG, dan
KPMM?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kinerja PT BRISyariah Tbk sebelum dan sesudah
melakukan Initial Public Offering (IPO) jika menggunakan metode
RGEC pada rasio NPF, FDR, ROA, ROE, NOM, GCG dan KPMM.
b. Untuk mengetahui adanya perbedaan pada kinerja PT BRISyariah Tbk
sebelum dan sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO) jika
menggunakan metode RGEC pada rasio NPF, FDR, ROA, ROE,
NOM, GCG dan KPMM.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi perbankan syariah di Indonesia, penelitian ini digunakan untuk
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kinerja pada perbankan syariah
sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO), sehingga menjadi
bahan pertimbangan bagi perbankan syariah di Indonesia yang akan
melakukan IPO.

12
b. Bagi pihak akademis, penelitian ini digunakan untuk menunjukkan
kepada peneliti selanjutnya mengenai perbedaan kinerja perbankan
syariah sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO).
c. Bagi masyarakat, penelitian ini digunakan untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai kinerja perbankan syariah dan sebagai bahan
pertimbangan masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi pada
perbankan syariah.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat perbedaan kinerja pada perbankan sebelum dan sesudah
melakukan Initial Public Offering (IPO) atau yang dapat disebut pula dengan
go public, hal ini terbukti dengan adanya beberapa penelitian yang sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian ini dilaksanakan guna melihat
apakah terdapat perbedaan kinerja pada perbankan syariah sebelum dan
sesudah IPO dengan tahun yang diperbarukan. Maka, guna mendukung materi
dalam penelitian ini, peneliti telah meringkas beberapa penelitian terdahulu
yang menjadi acuan dalam membuat penelitian terkait, beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
Judul Persamaan Perbedaan
No Peneliti
Penelitian Metode Hasil Metode Hasil
1. Wirajuna Analisis Wilcox Terdapat Tidak
yasa dan Kinerja on Perbedaan terdapat
Putri Keuangan signed berupa perbedaan
(2017) Perusahaa rank penurunan pada rasio
n Sebelum test nilai rasio Net Profit
Dan kinerja Margin
Sesudah keuangan (NPM)
Initial perusahaa namun
Public n pada mengalami
Offerings rasio ROA penurunan
dilihat dari
nilai rata-
rata
sebelum
melakukan
IPO.
2. IZFS, Pengaruh Wilcox Hasil dari Tes Hasil dari
Dintha IPO on wilcoxon Manov wilcoxon
dan Terhadap signed signed a
Bersambung ke halaman selanjutnya
13
Lanjutan Tabel 2.
Judul Persamaan Perbedaan
No Peneliti
Penelitian Metode Hasil Metode Hasil
Supriatn Kinerja rank rank test signed rank
a (2019) Perusahaa test menunjuk test
n kan bahwa menunjukka
rasio n bahwa
likuiditas rasio
memiliki solvabilitas
perbedaan memiliki
pada saat perbedaan
sebelum pada saat
dan sebelum
sesudah dan sesudah
IPO. IPO.
Sementara
hasil
Manova
menunjukka
n bahwa
tidak
terdapat
perbedaan
yang berarti
saat
sebelum
dan sesudah
IPO
3. Munisi Financial Terdapat two Terdapat
(2017) Performan perbedaan sample perbedaan
ce of terhadap t-test yang tidak
Initial rasio ROA signifikan
Public dan rasio terhadap
Offerings: ROE rasio ROCE
Companie namun namun
s listed on tidak terdapat
Dar es signifikan perbedaan
Salaam yang
Stock signifikan
Exchange terhadap
rasio SA
4. Umiyati, Pengukura Wilcox Tidak
Faly n Kinerja on Test terdapat
(2015) Bank perbedaan
Syariah yang
Dengan signifikan
Metode
Bersambung ke halaman selanjutnya

14
Lanjutan Tabel 2.
Judul Persamaan Perbedaan
No Peneliti
Penelitian Metode Hasil Metode Hasil
RGEC terhadap
faktor risk
profile,
earning,
dan GCG.
Namun
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
terhadap
faktor
capital.
5. Scribano, Ownership ANOV Struktur
Fransesc Pre- and A kepemilikan
a (2015) Post- berpengaruh
IPOs and secara
Operating positif
Performan terhadap
ce of kinerja
Italian sebelum
Firms IPO tapi
tidak
setelah IPO.
6. Pastusiak Does ROA dan Uji Non
, Public ROE Parame
Miszczy Offering perusahaa trik
nska, dan Improve n yang Mann-
Krzecze Companys belum IPO Whitne
wski Financial lebih baik y U test
(2015) Performan dibanding
ce? The kan ROA
Example dan ROE
Of Poland perusahaa
n yang
telah IPO.
7. Siahaan Analisis Tidak Paired
dan Kinerja semua Sample
Gandaku Keuangan rasio T-Test
suma Bank kinerja
(2013) Sebelum keuangan
dan pada bank
Bersambung ke halaman selanjutnya

15
Lanjutan Tabel 2.
Judul Persamaan Perbedaan
No Peneliti
Penelitian Metode Hasil Metode Hasil
8. Soelton, Setelah menunjuk Analisi CAR
dkk Initial kan s berpengaruh
(2019) Public perbedaan Regresi secara
Offering yang bergand signifikan
(IPO) signifikan a terhadap
Dengan setelah LDR,
Pendekata IPO. BOPO dan
n Rasio NIM
Camel berpengaruh
Analysis secara
of Capital positif
Adequacy signifikan
Ratio, terhadap
Operation LDR, NPL
al Costs of berpengaruh
Operation secara
al Income, positif
Net signifikan
Interest terhadap
Margin, CAR dan
and Non- CAR,
Performin BOPO,
g Loan NIM, NPL
Towards bersama-
Loan to sama
Deposit berpengaruh
Ratio in secara
Go Public simultan
Conventio terhadap
nal Banks, LDR.
2012 –
2017
Periods

Berdasarkan penelitian terdahulu pada tabel 2, penelitian yang


dilakukan oleh Putu Agus Agung Wirajunayasa dan IG.A.M. Asri Dwija Putri
(2017) tentang “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Initial Public Offerings” dengan melakukan penelitian pada perusahaan yang
telah melakukan Initial Public Offerings (IPO), menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan berupa penurunan nilai rasio kinerja keuangan perusahaan pada
rasio ROA dan tidak terdapat perbedaan pada rasio Net Profit Margin (NPM)
namun mengalami penurunan dilihat dari nilai rata-rata sebelum melakukan
16
IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratu
Dintha IZFS dan Nono Supriatna (2019) tentang “Pengaruh IPO Terhadap
Kinerja Perusahaan” dengan melakukan penelitian pada bank yang telah
melakukan IPO, menunjukkan bahwa adanya penurunan di segi likuiditas dan
aktivitas. Namun berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gibson Hosea Munisi (2017) dengan judul “Financial Performance of Initial
Public Offerings: Companies listed on Dar es Salaam Stock Exchange”
dengan melakukan penelitian pada perusahaan sebelum dan sesudah
melakukan IPO yang tercatat di Dar es Salaam Stock Exchange. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja sebelum dan
sesudah IPO, di mana terdapat peningkatan nilai rasio ROA, ROE, ROCE
namun tidak signifikan, dan terdapat peningkatan yang signifikan pada rasio
penjualan aset (Sales to Assets Ratio).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati dan Faly (2015)
dengan judul “Pengukuran Kinerja Bank Syariah dengan Metode RGEC”
menyatakan bahwa dari sampel perusahaan yang telah melakukan IPO
menunjukkan bahwa Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada faktor
risk profile sebelum dan sesudah IPO, Perbedaan pada faktor GCG tidak
berpengaruh besar karena perbedaannya sangat kecil, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada faktor earnings sebelum dan sesudah IPO, terdapat
perbedaan yang signifikan pada faktor capital sebelum dan sesudah IPO.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Francesca Scribano (2015)
dengan judul “Ownership Pre- and Post- IPOs and Operating Performance of
Italian Firms” menyatakan bahwa dari sampel perusahaan yang telah
melakukan IPO, menunjukkan bahwa struktur kepemilikan bepengaruh positif
terhadap kinerja operasi sebelum melakukan IPO, namun tidak demikian
ketika sesudah melakukan IPO.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radoslaw Pastusiak,
Katarzyna Miszcznska dan Bartlomiej Krzeczewski (2015) dengan judul
“Does Public Offering Improve Companys Financial Performance? The
Example of Poland” menyatakan bahwa kinerja perusahaan Poland yang

17
belum melakukan IPO lebih baik dibanding dengan kinerja perusahaan Poland
yang telah tercatat pada Warsaw Stock Exchange.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan dan
Gandakusuma (2013) dengan judul, “Analisis Kinerja Keuangan Bank
Sebelum dan Setelah Initial Public Offering (IPO) dengan Pendekatan Rasio
CAMEL Periode Go Public 2007 – 2010” menyatakan bahwa tidak semua
rasio-rasio CAMEL pada bank menunjukkan perbedaan yang signifikan
setelah IPO. Terjadi perubahan pada beberapa rasio, tetapi tidak serentak pada
seluruh rasio CAMEL.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soelton M, dkk. (2019)
dengan judul, “Analysis of Capital Adequacy Ratio, Operational Costs of
Operational Income, Net Interest Margin, and Non-Performing Loan Towards
Loan to Deposit Ratio in Go Public Conventional Banks, 2012 – 2017
Periods” dengan melakukan penelitian pada bank konvensional yang tercatat
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017, menggunakan metode
regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR berdampak
negatif dan signifikan pada LDR, BOPO berdampak positif dan signifikan
terhadap LDR, NIM berdampak positif dan signifikan terhadap LDR, dan
NPL berdampak positif dan signifikan terhadap FDR.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, supaya pembaca memahami dan
mengetahui gambaran seluruh skripsi, penulis menjabarkan bentuk sistematika
skripsi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kaitan-kaitan yang ada di dalam
pembahasan yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan penelitian terdahulu,
dan sistematika penulisan.

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori yang berhubungan dengan pokok
pembahasan yang berisikan tentang teori terkait perbankan syariah,
kinerja bank syariah, metode RGEC, Initial Public Offering (IPO).
Serta kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai populasi dan sampel, tempat dan waktu
penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik pengolahan data.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai sekilas tentang gambaran umum
objek penelitian, temuan hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta implikasi yang
dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.

19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait Variabel Penelitian


1. Kinerja Bank Syariah
Perbankan syariah adalah sebuah organisasi, tentunya manajemen
akan selalu berusaha untuk memperlihatkan kinerja ekonomi dengan
mengupayakan peningkatan pencapaian laba dari tahun ke tahun. Kinerja
ekonomi yang dilakukan ditujukan untuk memuaskan pihak manajemen
pusat berupa laba (profit) untuk kepuasan pemegang saham dan kepuasan
regulator, sedangkan untuk para kreditur berupa bagi hasil yang
menguntungkan karena menyadari keberadaannya sebagai tempat
penitipan dana yang dipercayakan untuk mengelolanya (Niswatin, 2017:
107-108).
Menurut Fahmi (2012: 2) kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai
baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber
daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah analisis dan
evaluasi dari suatu kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat dilihat
dari alat-alat analisis keuangan seperti yang ada di dalam laporan
keuangan, hasil dari analisis dan evaluasi dari laporan keuangan
perusahaan tersebut dapat mencerminkan tingkat kesehatan serta prestasi
dari kinerja perusahaan tersebut dalam periode tertentu.
Menurut Munawir (2012:31) ada pula tujuan dari dilakukannya
pengukuran kinerja keuangan perusahaan tersebut adalah :
a. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
segera diselesaikan pada saat ditagih;
b. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
20
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang;
c. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu;
d. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya
tepat pada waktunya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa untuk menganalisis
dan mengevaluasi kinerja keuangan dari suatu perusahaan atau bank dapat
dilihat dari laporan keuangan dari perusahaan tersebut. Laporan keuangan
perusahaan tersebut dapat diukur dengan menggunakan alat ukur berupa
rasio keuangan yang ada di dalam laporan keuangan tersebut. Rasio
keuangan adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan angka-
angka yang ada di dalam laporan keuangan dengan cara membagi suatu
angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu
komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berubah angka-angka dalam satu periode maupun
beberapa periode (Kasmir, 2010: 104).
Berikut di bawah ini adalah rasio keuangan yang dapat dipakai
untuk mengukur kinerja dari bank:
1) Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) menunjukan seberapa besar
kolektabilitas bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang
telah disalurkan oleh bank tersebut. Jika pembiayaan bermasalah telah
melampaui batas, maka akan menjadi masalah serius yang akan
mengganggu profitabilitas bank syariah dan berujung pada berhentinya
operasional dari bank tersebut. Bank Indonesia menetapkan NPF Gross
sebesar 5% sebagai angka toleransi bagi kesehatan suatu bank.

21
Menurut Rahmat (2012: 31) semakin rendah NPF maka semakin baik
kinerja bank, bank akan mengalami keuntungan, dan sebaliknya
semakin tinggi NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut, yang
berarti bank akan mengalami kerugian karena tingkat pengembalian
kredit macet. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung NPF:

Menurut Bank Indonesia, apabila rasio NPF berada di atas 5%


maka dapat mengganggu kesehatan bank. Di bawah ini merupakan
Statistik rasio Non-Performing Financing (NPF) pada Bank Umum
Syariah (BUS) Desember tahun 2014 s/d Desember 2018.

Grafik 4. Tingkat NPF 2014 – 2018

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2014-2018

Data statistik yang tercantum dalam grafik di atas menunjukkan


bahwa terjadinya fluktuasi Non-Performing Financing (NPF). Pada
tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, Non-Performing Financing
(NPF) mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2016 sampai
dengan tahun 2018 Non-Performing Financing (NPF) mengalami
peningkatan. Tingkat Non-Performing Financing (NPF) terendah
terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 3.26%. Terjadinya penurunan
rasio pembiayaan bermasalah ini dikarenakan adanya pertumbuhan
pembiayaan bank syariah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada
semester pertama tahun 2017 merupakan kenaikan pembiayaan
tertinggi mencapai 19,3% secara yoy, saat itu pembiayaan meningkat

22
dari Rp222, 2 triliun pada 6 bulan pertama tahun 2016 menjadi
Rp256,3 triliun. Semakin tinggi tingkat rasio Non-Performing
Financing (NPF) suatu bank maka menunjukkan semakin rendahnya
kemampuan bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang
dikeluarkannya dan mengakibatkan menurunnya tingkat kesehatan
dalam suatu bank tersebut.
Berikut ini kriteria penilaian peringkat Non Performing
Financing (NPF) menurut Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
(2012):

Tabel 3. Kriteria Penilaian Peringkat NPF


Peringkat 1 : NPF < 2% Sangat Sehat
Peringkat 2 : 2% NPF < 5% Sehat
Peringkat 3 : 5% NPF < 8% Cukup Sehat
Peringkat 4 : 8% NPF < Kurang Sehat
12%
Peringkat 5 : NPF 12% Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia 2012

2) Financing to Deposit Ratio (FDR)


Dalam bank konvensional dikenal dengan nama Loans to
Deposit Ratio (LDR), karena dalam perbankan syariah tidak ada kredit,
maka dalam perbankan syariah dikenal dengan nama Financing to
Deposit Ratio (FDR). FDR adalah perbandingan antara jumlah
pembiayaan yang dibandingkan dengan total Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dihimpun oleh bank. Rasio ini menunjukkan tingkat
kemampuan bank dalam menyalurkan dananya yang berasal dari
masyarakat (berupa: Giro, Tabungan, Deposito Berjangka, Sertifikat
Deposito Berjangka dan Kewajiban Segera lainnya) dalam bentuk
kredit (Riyadi, 2015: 99). Jika FDR menurun, hal ini menunjukkan
bahwa pembiayaan yang disalurkan BUS belum optimal, maka BUS
harus lebih aktif lagi mendorong pembiayaan dibanding menghimpun
Dana Pihak Ketiga (DPK). Adapun rumus dari rasio FDR adalah:

23
Berikut ini adalah kriteria dari penilaian peringkat Financing to
Deposit Ratio (FDR) menurut Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
(2012):
Tabel 4. Kriteria Penilaian Peringkat FDR
Peringkat 1 : 50% < FDR 75% Sangat Sehat
Peringkat 2 : 75% < FDR 85% Sehat
Peringkat 3 : 85% < FDR 100% Cukup Sehat
Peringkat 4 : 100% < FDR 120% Kurang Sehat
Peringkat 5 : FDR > 120% Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia 2012

3) Return on Asset (ROA)


Return on Asset (ROA) bertujuan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin besar ROA
menunjukkan semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan
aset, semakin kecil rasio dari ROA maka menunjukkan bahwa bank
kurang mampu mengelola asset untuk meningkatkan pendapatan dana
(Kasmir, 2014: 202).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio ROA:

Berikut ini adalah kriteria dari penilaian peringkat Return on


Equity (ROE) menurut Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia (2012):
Tabel 5. Kriteria Penilaian Peringkat ROA
Peringkat 1 : ROA > 1,5% Sangat Sehat
Peringkat 2 : 1,25% < ROA Sehat
%
Peringkat 3 : 0,5% < ROA Cukup Sehat
1,25%
Peringkat 4 : 0% < ROA 0,5% Kurang Sehat
Peringkat 5 : ROA 0% Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia 2012

24
4) Return of Equity (ROE)
Menurut Bank Indonesia (BI) Return of Equity (ROE)
merupakan rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas yang
dimiliki bank. Rasio ROE bertujuan untuk mengukur kemampuan
modal disetor bank dalam menghasilkan laba. Sama seperti rasio ROA,
rasio ROE juga dipengaruhi oleh FDR. ROE adalah rasio yang
menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal
(modal inti) bank (Pandia, 2012: 71).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio ROE:

Semakin besar rasio ROE menunjukkan bahwa kemampuan


modal disetor bank dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham
semakin besar, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah menjadi semakin kecil. Menurut Bank Indonesia, standar
terbaik untuk rasio ROE ini adalah lebih dari 12%.
Berikut di bawah ini adalah kriteria dari Penilaian Peringkat
rasio ROE menurut Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia (2012).

Tabel 6. Kriteria Penilaian Peringkat ROE


Peringkat 1 : ROE > 15% Sangat Sehat
Peringkat 2 : 12,5% < ROE % Sehat
Peringkat 3 : 5% < ROE 12,5% Cukup Sehat
Peringkat 4 : 0% < ROE 5% Kurang Sehat
Peringkat 5 : ROA 0% Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia 2012

5) Net Operating Margin (NOM)


Net Operating Margin (NOM) adalah rasio yang dikenal di
dalam perbankan syariah, sementara di dalam perbankan konvensional
nama lainnya adalah Net Interest Margin (NIM). Net Operating
Margin merupakan rasio yang bertujuan untuk menunjukkan
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui selisih
antara pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dengan beban
operasional dibagi rata-rata Aktiva Produktif. Nom merupakan rasio

25
utama dalam penilaian rentabilitas suatu bank. Suatu bank harus
mengupayakan supaya nilai NOM positif, karena supaya nilai investasi
dari bank tersebut tidak lebih tinggi daripada hasil (Junita, 2015: 3).
Berikut ini adalah rumus untuk mencari rasio NOM:

Keterangan:
PO = Pendapatan Operasional
BO = Beban Operasional
Berikut ini adalah kriteria penilaian peringkat dari rasio Net
Operating Margin (NOM) menurut Kodifikasi Peraturan Bank
Indonesia (2012):

Tabel 7. Kriteria Penilaian Peringkat NOM


Peringkat 1 : NOM > 3% Sangat Sehat
Peringkat 2 : 2% < NOM % Sehat
Peringkat 3 : 1,5% < NOM 2% Cukup Sehat
Peringkat 4 : 1% < NOM 1,5% Kurang Sehat
Peringkat 5 : NOM 1% Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia 2012

6) KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)


CAR atau KPMM merupakan aspek penting bagi dunia
perbankan. Bank harus memelihara modal yang cukup untuk
mendukung aktivitas pengambilan risiko (risk taking). Peranan modal
sangat penting di mana kegiatan operasional bank dapat berjalan
dengan lancar. Menurut Lukman dalam Defri (2012: 3) bank yang
tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan
tidak sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria bank
dalam pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal (CAR)-nya
di bawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia (8%).
Menurut Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia (KPBI)
mengenai penilaian tingkat kesehatan bank, pemenuhan KPMM
sebesar 8% diberi predikat “Sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk
kenaikan setiap 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit

26
ditambah 1 hingga maksimum 100. Sementara pemenuhan KPMM
kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat “Kurang Sehat”
dengan nilai kredit 65, dan untuk penurunan 0,1% dari pemenuhan
KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 hingga minimum 0.
Sehingga bank dapat bertahan pada saat bank mengalami kerugian dan
juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada
akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank.
Pada dasarnya besaran CAR (Capital Adequacy Ratio) suatu
bank dihitung dengan membagi besaran modal bank tersebut dengan
besaran ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)-nya. Sedangkan
dalam pengertian modal, dicakup baik modal inti maupun modal
pelengkap. Dengan angka besaran persentase CAR tertentu diharapkan
bahwa modal tersebut mampu melindungi kepentingan stakeholder lain
selain pemilik, dalam menghadapi berbagai jenis risiko yang dihadapi
oleh bank tersebut. Berikut ini adalah cara menghitung rasio CAR:

Di bawah ini adalah kriteria penilaian peringkat dari rasio


Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Kodifikasi Peraturan Bank
Indonesia (2012):

Tabel 8. Kriteria Penilaian Peringkat CAR


Peringkat 1 : CAR > 12% Sangat Sehat
Peringkat 2 : 9% < CAR % Sehat
Peringkat 3 : 8% < CAR 9% Cukup Sehat
Peringkat 4 : 6% < CAR 8% Kurang Sehat
Peringkat 5 : CAR 6% Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia 2012

7) Good Corporate Governance (GCG)


Penilaian laporan pelaksanaan GCG dapat dilihat dari penilaian
governance structure, governance process dan governance outcome
yang telah dipublikasikan oleh dari suatu perusahaan atau bank. GCG
merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan
prinsip-prinsip GCG. Menurut Bank Indonesia (BI) dalam Peraturan

27
Bank Indonesia mengenai manajemen GCG (2013) Bank wajib
melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam
setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan
usahanya termasuk pada saat penyusunan visi, misi, rencana strategis,
pelaksanaan kebijakan dan langkah-langkah pengawasan internal pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi meliputi Dewan Komisaris dan Direksi sampai
dengan pegawai tingkat pelaksana.
Di dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai manajemen
GCG (Good Corporate Governance) (2013) Pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG sebagaimana yang dimaksudkan di atas paling kurang
harus diwujudkan dalam:
a) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan
Direksi. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris
dan Direksi mengacu pada anggaran dasar bank dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
tersebut;
b) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan
kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank.
Pembentukan komite antara lain dimaksudkan untuk membantu
kelancaran tugas pengawasan oleh komisaris sedangkan tugas
pengendalian oleh direksi didukung oleh pembentukan satuan kerja
yang melakukan fungsi pengendalian seperti satuan kerja audit
intern, satuan kerja kepatuhan, dan satuan kerja manajemen risiko
bank;
c) Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
d) Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern;
e) Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar.
Yang dimaksudkan dengan pihak terkait adalah sebagaimana

28
dimaksudkan dalam ketentuan bank indonesia tentang batas
maksimum pemberian kredit bagi bank umum;
f) Rencana strategis bank. Rencana strategis bank meliputi rencana
korporasi (corporate plan) maupun rencana bisnis (business plan);
g) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank.
Transparansi meliputi aspek pengungkapan informasi bank yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif kepada stakeholders.
Sesuai dengan Surat Edaran SE 15/15/DPNP 2013 Romawi
I.C-D, bahwa metode penilaian tingkat kesehatan Bank Umum
menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR) baik
secara individual maupun secara konsolidasi yang antara lain
mencakup penilaian faktor GCG. Penilaian faktor GCG dalam
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan
pendekatan risiko (RBBR) merupakan pengganti dari penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan CAMELS (Capital, Asset
quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to market risk)
rating.
Berikut ini merupakan aturan-aturan yang harus diikuti oleh
Bank Syariah dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
berlandaskan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 :
a) Bank wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi;
b) Pelaksanaan GCG bagi BUS paling kurang harus diwujudkan
dalam:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi;
(2) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi
yang menjalankan pengendalian intern BUS;
(3) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
(4) Penerapan fungsi kepatuhan , audit intern dan audit ekstern;
(5) Batas maksimum penyaluran dana; dan

29
(6) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
c) Pelaksanaan GCG bagi UUS paling kurang harus diwujudkan
dalam:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;
(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
(3) Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan
penyimpanan dana oleh deposan inti; dan
(4) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.
d) Laporan pelaksanaan GCG bagi BUS disampaikan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir, dan paling kurang
meliputi:
(1) Kesimpulan umum dari hasil penilaian self assestment atas
pelaksanaan GCG BUS;
(2) Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan
keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris
dengan anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksim dan
atau pemegang saham pengendali BUS serta jabatan rangkap
pada perusahaan atau lembaga lain;
(3) Kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan
dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi lain, dan/atau pemegang saham
pengendali BUS;
(4) Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
(5) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu
yang digunakan oleh BUS;
(6) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS;
(7) Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
(8) Frekuensi rapat Dewan Komisaris;
(9) Frekuensi rapat DPS;

30
(10) Jumlah penyimpangan yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh BUS;
(11) Jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan
upaya penyelesaian oleh BUS;
(12) Transaksi yang mengandung benturan kepentingan;
(13) Buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;
(14) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun
pihak penerima dana; dan
(15) Pendapat non halal dan penggunaannya.
e) Laporan pelaksanaan GCG bagi UUS, paling kurang meliputi:
(1) Kesimpulan umum dari hasil penilaian self assestment atas
pelaksanaan GCG UUS;
(2) Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
(3) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu
yang digunakan oleh UUS;
(4) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS;
(5) Frekuensi rapat DPS;
(6) Jumlah penyimpangan yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh UUS;
(7) Jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan upaya
penyelesaian oleh UUS;
(8) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun
pihak penerima dana; dan
(9) Pendapat non halal dan penggunaannya.
f) Laporan pelaksanaan GCG BUS disampaikan kepada DPbS atau
KBI setempat dengan tembusan kepada DPbs paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir. Sementara, laporan
pelaksanaan GCG UUS yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari laporan GCG Bank Umum Konvensional (BUK) disampaikan
dalam bab tersendiri pada periode waktu sebagaimana ketentuan

31
GCG yang berlaku bagi bank umum dan selanjutnya disampaikan
kepada DPbS dan/atau KBI setempat yang melakukan pengawasan
terhadap BUK dimaksudkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun buku berakhir.
g) Adanya ketentuan peralihan atas laporan pelaksanaan GCG BUS
untuk posisi laporan akhir Desember 2009 yang tetap mengacu
pada PBI No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
sebagaimana diubah dengan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5
Oktober 2006 tentang perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
h) Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI
No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan
perubahannya dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan
risiko (RBBR), penilaian terhadap pelaksanaan GCG yang
berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar tersebut pada paragraf 1
dikelompokkan dalam suatu governance system yang terdiri dari 3
(tiga) aspek governance, yaitu governance structure, governance
process, dan governance outcome. Berikut di bawah ini adalah kriteria
Penetapan Peringkat GCG (self assessment):

Tabel 9. Kriteria Penetapan Peringkat GCG (self assessment)


Peringkat 1 Sangat Baik

Peringkat 2 Baik

Peringkat 3 Cukup Baik

Peringkat 4 Kurang Baik

Peringkat 5 Tidak Baik


Sumber: SE OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014

32
2. Metode RGEC
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Berdasarkan pasal 29 UU No.7 tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang
perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas dan stabilitas, serta aspek lan yang berkaitan dengan usaha
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian.
Menurut Surat Edaran (SE) Bank Indonesia Nomor:13/1/24/DPNP
tahun 2011, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau
kinerja suatu bank melalui penilaian tingkat kesehatan, Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, Capital. Penilaian terhadap faktor-
faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas
materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh
dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian
nasional. Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat
kategori yaitu: sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Metode RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance,
Earnings, Capital) ini merupakan pengembangan dari metode sebelumnya
yaitu metode CAMELS, dan berlaku mulai tahun 2012. Berikut ini
merupakan perbedaan antara metode CAMELS dengan metode RGEC
(Kusumawardani, 2014: 21) :
a. Penilaian capital dalam CAMELS menggunakan indikator rasio
CAR sama dengan rasio KPMM yang digunakan dalam RGEC.
Bedanya perhitungan CAR dalam CAMELS hanya menggunakan
risiko kredit dan pasar sedangkan dalam RGEC ditambah dengan
risiko operasional;

33
b. Penilaian asset dalam CAMELS menggunakan indikator rasio
NPL, RORA, PPAP sedangkan dalam penilaian RGEC tidak ada
penilaian asset. Sedangkan untuk rasio NPL dimasukkan ke dalam
penilaian risk profile;
c. Penilaian management dalam CAMELS menggunakan indikator
good corporate governance dan rasio NPM, sedangkan dalam
metode RGEC tidak ada penilaian Management. Tetapi untuk
indikator good corporate governance dalam RGEC masuk ke
dalam penilaian tersendiri dalam menghitung kesehatan bank
d. Penilaian earnings dalam CAMELS menggunakan indikator rasio
ROA dan BOPO, sedangkan dalam metode RGEC tidak lagi
menggunakan rasio BOPO melainkan NIM;
e. Penilaian likuiditas dalam CAMELS menggunakan indikator rasio
LDR dan call money, sedangkan dalam penelitian RGEC tidak ada
penilaian likuiditas. Tetapi untuk rasio LDR digunakan untuk
menilai risk profile.
f. Penilaian sensitivity to risk dalam CAMELS menggunakan
indikator IRR dan MR, sedangkan dalam metode RGEC tidak ada
penilaian sensitivitas. Tetapi untuk indikator IRR digunakan untu
menilai risk profile.
Menurut Wahasusmiah dan Watie (2018: 172), dalam metode ini
terdapat risiko inheren dan penerapan kualitas manajemen risiko dalam
operasional bank yang dilakukan terhadap delapan faktor yaitu risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko strategik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Metode RGEC ini
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia PBI No.13/1/PBI/2011 dan SE BI
No.13/24/DPNP. Penilaian terhadap RGEC terdiri dari:
a. Risk Profil (Profil Risiko)
Profil risiko yang dimaksudkan sesuai dengan pasal 6 huruf a
merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan
manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan terhadap 8
risiko, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko

34
operasional, risiko hukum, risiko strategik, risiko kepatuhan dan risiko
reputasi.
b. Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Mulazid (2016: 36) Good Corporate Governance
(GCG) adalah mekanisme penting yang diharapkan dapat mendorong
praktik bisnis yang sehat. Penilaian faktor GCG merupakan penilaian
terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan bank atas
pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Penilaian terhadap faktor GCG
sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 6 huruf b merupakan
penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
GCG.
Berikut ini merupakan aturan-aturan yang harus diikuti oleh
Bank Syariah dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
berlandaskan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 :
a) Bank wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi;
b) Pelaksanaan GCG bagi BUS paling kurang harus diwujudkan
dalam:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi;
(2) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi
yang menjalankan pengendalian intern BUS;
(3) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
(4) Penerapan fungsi kepatuhan , audit intern dan audit ekstern;
(5) Batas maksimum penyaluran dana; dan
(6) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
c) Pelaksanaan GCG bagi UUS paling kurang harus diwujudkan
dalam:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;
(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;

35
(3) Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan
penyimpanan dana oleh deposan inti; dan
(4) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.
d) Laporan pelaksanaan GCG bagi BUS disampaikan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir, dan paling kurang
meliputi:
(1) Kesimpulan umum dari hasil penilaian self assestment atas
pelaksanaan GCG BUS;
(2) Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan
keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris
dengan anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksim dan
atau pemegang saham pengendali BUS serta jabatan rangkap
pada perusahaan atau lembaga lain;
(3) Kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan
dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi lain, dan/atau pemegang saham
pengendali BUS;
(4) Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
(5) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu
yang digunakan oleh BUS;
(6) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS;
(7) Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
(8) Frekuensi rapat Dewan Komisaris;
(9) Frekuensi rapat DPS;
(10) Jumlah penyimpangan yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh BUS;
(11) Jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan
upaya penyelesaian oleh BUS;
(12) Transaksi yang mengandung benturan kepentingan;
(13) Buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;

36
(14) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun
pihak penerima dana; dan
(15) Pendapat non halal dan penggunaannya.
e) Laporan pelaksanaan GCG bagi UUS, paling kurang meliputi:
(1) Kesimpulan umum dari hasil penilaian self assestment atas
pelaksanaan GCG UUS;
(2) Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
(3) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu
yang digunakan oleh UUS;
(4) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS;
(5) Frekuensi rapat DPS;
(6) Jumlah penyimpangan yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh UUS;
(7) Jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan upaya
penyelesaian oleh UUS;
(8) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun
pihak penerima dana; dan
(9) Pendapat non halal dan penggunaannya.
f) Laporan pelaksanaan GCG BUS disampaikan kepada DPbS atau
KBI setempat dengan tembusan kepada DPbs paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir. Sementara, laporan
pelaksanaan GCG UUS yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari laporan GCG Bank Umum Konvensional (BUK) disampaikan
dalam bab tersendiri pada periode waktu sebagaimana ketentuan
GCG yang berlaku bagi bank umum dan selanjutnya disampaikan
kepada DPbS dan/atau KBI setempat yang melakukan pengawasan
terhadap BUK dimaksudkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun buku berakhir.
g) Adanya ketentuan peralihan atas laporan pelaksanaan GCG BUS
untuk posisi laporan akhir Desember 2009 yang tetap mengacu

37
pada PBI No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
sebagaimana diubah dengan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5
Oktober 2006 tentang perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
h) Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI
No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan
perubahannya dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.
c. Earnings (Rentabilitas)
Menurut Utama (2015: 206) rentabilitas adalah tingkat
kemampuan prospektif perusahaan untuk memperoleh hasil bersih
(laba) di masa yang akan datang dengan modal yang digunakannya.
Rentabilitas dapat dihitung dengan membandingkan laba usaha dengan
jumlah modalnya. Tujuan penilaian rentabilitas adalah untuk
mengevaluasi kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung
kegiatan operasional dan permodalan bank. Penilaian terhadap faktor
rentabilitas (earnings) sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 6 huruf
c meliputi penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber
earnings, dan sustainability earnings bank.
d. Capital (Permodalan)
Menurut Pramana dalam Wahasusmiah dan Watie (2018: 172)
dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengikuti
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Bank juga harus memenuhi
rasio kecukupan modal yang disediakan untuk mengantisipasi risiko.
Penilaian terhadap faktor permodalan (capital) sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 huruf d meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan
permodalan dan pengelolaan modal.

38
3. Initial Public Offering (IPO)
Menurut Dintha dan Supriatna (2019: 19) Initial Public Offering
(IPO) atau dengan nama lain go public atau penawaran umum perdana
merupakan istilah hukum yang ditujukan bagi kegiatan suatu emiten untuk
menawarkan dan akhirnya menjual efek-efek yang diterbitkannya dalam
bentuk saham atau efeknya kepada masyarakat secara luas, dengan tujuan
memberikan masukan dana kepada emiten, baik untuk kegiatan lainnya,
yang diinginkan oleh emiten tersebut.
Perusahaan yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO)
atau go public akan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan disebut
sebagai emiten. Apapun motif perusahaan melakukan IPO, keputusan
untuk melakukan IPO selalu akan memberikan dampak pada perusahaan
baik dari segi keuangan, akuntansi, dan operasional (Pastusiak dkk., 2016:
33).
Setelah melakukan IPO perusahaan bisa saja mengalami dampak
yang baik atau bahkan mengalami dampak yang tidak baik, hal ini
diakibatkan karena keputusan suatu perusahan melakukan IPO adalah
suatu keputusan yang kompleks, di mana perusahaan wajib melaporkan
kondisi keuangan serta kinerja perusahaan kepada public yang dapat
dilihat pada website Bursa Efek Indonesia (BEI) serta tuntutan untuk
mengikuti segala peraturan-peraturan yang ada di dalam pasar modal, serta
adanya biaya-biaya yang terkait dengan keputusan untuk melakukan go
public merupakan salah satu hal yang terjadi setelah sebuah perusahaan
melakukan IPO adalah penurunan signifikan dalam efisiensi keuangan
(Pastusiak, 2016: 33).
Dalam situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dikemukakan
bahwa terdapat banyak keuntungan bagi perusahaan untuk melakukan
penawaran umum atau Initial Public Offering (IPO) atau biasa disebut
dengan go public, di antaranya adalah:
a. Membuka Akses Perusahaan Terhadap Sarana Pendanaan Jangka
Panjang. Alasan ini merupakan pertimbangan paling utama bagi
perusahaan untuk melakukan go public dan menjadi perusahaan

39
publik. Go public akan meningkatkan nilai ekuitas perusahaan
sehingga perusahaan memiliki struktur permodalan yang optimal.
b. Meningkatkan Nilai Perusahaan (Company Value). Setiap saat publik
dapat memperoleh data pergerakan nilai perusahaan. Setiap
peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan
mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada
akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
c. Meningkatkan Image Perusahaan. Publikasi perusahaan akan
meningkatkan image perusahaan serta meningkatkan pengenalan
produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini menciptakan
peluang baru dalam bisnis perusahaan.
d. Menumbuhkan Loyalitas Karyawan Perusahaan. Dengan melibatkan
karyawan dalam proses pertumbuhan perusahaan, diharapkan dapat
menimbulkan rasa memiliki, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
profesionalisme dan kinerja karyawan.
e. Kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Dengan
menjadi perusahaan publik, setiap pihak dalam keluarga dapat
memiliki saham perusahaan dalam porsi nya masing-masing dan
sewaktu-waktu dapat melakukan penjualan atau pembelian melalui
Bursa Efek Indonesia.
f. Insentif Pajak. Untuk mendorong perusahaan melakukan go public,
pemerintah memberikan insentif pajak melalui penerbitan peraturan
pemerintah yang terakhir diubah dalam Peraturan Pemerintah No. 56
Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 77
Tahun 2013 Tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib
Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka. Wajib
Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang
dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) sebesar
5% lebih rendah dari tarif PPh wajib Pajak badan dalam negeri,
sepanjang 40% sahamnya tercatat dan diperdagangkan di Bursa dan
memiliki minimal 300 pemegang saham.

40
Indonesian Stock Exchange mengemukakan beberapa tahapan-
tahapan awal yang perlu dipersiapkan ketika suatu perusahaan ingin
melakukan Initial Public Offering (IPO):
a. Pembentukan Tim IPO Internal, perlu adanya pembentukan tim IPO
yang kuat dan terdiri dari orang-orang yang menguasai aspek
keuangan, legal, dan operasional;
b. Pertimbangan Awal, perlu ditimbang kembali mengenai dana yang
dibutuhkan perusahaan dari IPO, persentase kepemilikan publik yang
diinginkan oleh para pemegang saham pendiri, perizinan yang perlu
ditindaklanjuti atau diamandemen, dsb;
c. Penunjukkan Profesional Eksternal, seperti underwriter, akuntan
publik, konsultan umum, notaris, penilai, dan biro administrasi efek;
d. RUPS dan Perubahan Anggaran Dasar, perusahaan mengadakan RUPS
untuk memperoleh persetujuan go public dari seluruh pemegang saham
dan menetapkan jumlah saham yang akan ditawarkan kepada publik;
e. Mempersiapkan dokumen, seperti profil perusahaan, pendapatan dan
laporan pemeriksaan dari segi hukum dari konsultasi hukum, lapoan
keuangan yang telah diaudit Akuntan Publik, anggaran dasar
perusahaan terbuka perusahaan yang telah disetujui oleh Menteri
Hukum dan HAM, prospektus dan proyeksi keuangan;
Setelah perusahaan melaksanakan tahapan-tahapan awal untuk
Initial Public Offering (IPO), maka kemudian perusahaan masuk ke dalam
proses menjadi perusahaan publik. Proses penawaran umum saham kepada
publik adalah sebagai berikut:
a. Pada tahap awal, perusahaan membentuk tim internal, underwriter dan
lembaga profesi penunjang pasar modal untuk melakukan segala
persiapan go public;
b. Kemudian perusahaan dapat menyampaikan permohonan pencatatan
saham ke Bursa Efek Indonesia dilengkapi dengan dokumen seperti
profil perusahaan, laporan keuangan, opini hukum, dll. Proses ini
berlangsung sekitar 1 – 2 minggu;;

41
c. Bersamaan dengan dilengkapinya dokumen perusahaan yang
disyaratkan oleh BEI tersebut, perusahaan menyampaikan Pernyataan
Pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada OJK untuk
melakukan penawaran umum saham. Proses ini berlangsung sekitar 6 –
9 minggu;
d. Setelah itu, masa penawaran umum saham dilaksanakan selama 1-5
hari kerja;
e. Dan yang terakhir perusahaan menyampaikan permohonan pencatatan
saham kepada bursa disertai dengan bukti surat bahwa pernyataan
pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh OJK, dokumen prospektus
dan laporan komposisi pemegang saham perusahaan. Proses ini
berlangsung sekitar 1 – 2 minggu;

B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian mengenai komparasi kinerja
perbankan syariah sebelum dan sesudah IPO menggunakan metode RGEC
(studi pada PT BRISyariah Tbk) dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

42
Gambar 2. Kerangka Pemikiran

PT BANK BRISYARIAH TBK

Laporan Keuangan Publikasi Laporan GCG


PT Bank BRISyariah PT Bank BRISyariah
(Laporan Triwulan) (Laporan Tahunan)

GCG
Sebelum IPO Setelah IPO

Sebelum IPO Setelah IPO


Metode RGEC

Matriks Peringkat
Risk Profile Earnings Capital Faktor GCG

NPF ROA KPMM


FDR ROE
NOM

Uji Normalitas

Uji Beda

Paired Uji Wilcoxon


Sample T-Test (Jika Data
(Jika Data Tidak
Terdistribusi Terdistribusi
Normal) Normal)

Interpretasi Hasil & Pembahasan

43
Gambar di atas merupakan gambaran dari kerangka pemikiran
penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komparasi kinerja
pada PT BRISyariah Tbk dengan menggunakan metode RGEC (risk profile,
good corporate governance, earnings, capital). Data bersumber dari laporan
kinerja keuangan PT BRISyariah sebelum dan sesudah IPO dan laporan
pelaksanaan GCG sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO).
Penelitian pada kinerja keuangan dipisahkan dengan penelitian pada
laporan GCG, karena GCG merupakan salah satu komponen penilaian dalam
metode RGEC dan bukan merupakan penilaian terhadap kinerja keuangan
bank. Laporan kinerja keuangan diambil dari laporan keuangan triwulan PT
BRISyariah Tbk dan laporan GCG diambil dari laporan pelaksanaan GCG PT
BRISyariah Tbk. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja risk
profile adalah rasio NPF dan FDR, untuk mengukur kinerja earnings
digunakan rasio ROA, ROE, dan NOM, untuk mengukur kinerja capital
digunakan rasio KPMM, sementara untuk mengukur kinerja GCG digunakan
laporan pelaksanaan GCG dari bank.
Pada kinerja keuangan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui apakah data dari rasio kinerja keuangan tersebut berdistribusi
normal atau tidak berdistribusi normal. Jika data yang digunakan berdistribusi
normal maka kemudian dilakukan uji beda dengan menggunakan uji t sampel
berpasangan (paired sample t-test), namun jika data tersebut tidak
berdistribusi normal maka kemudian dilakukan uji beda dengan menggunakan
uji wilcoxon. Sementara untuk laporan GCG diuji secara terpisah dengan
dilakukan penilaian pada pelaksanaan GCG bank berdasarkan matriks
peringkat faktor GCG. Kemudian hasil uji yang didapatkan diinterpretasikan
kedalam pembahasan.
C. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 93) Hipotesis merupakan kesimpulan
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis
berikut diajukan sebagai kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

44
2. Risk Profile (Profil Risiko)
a. Non Performing Financing (NPF)
NPF adalah pembiayaan bermasalah yang berklasifikasi kurang
lancar, diragukan, dan macet. NPF dipergunakan untuk mengukur
risiko kredit dari bank, menunjukkan seberapa besar kolektabilitas
bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang telah disalurkan
oleh bank. Jika pembiayaan bermasalah telah melampaui batas, maka
akan menjadi masalah serius bagi profitabilitas dari bank. Menurut
Rahmat (2012: 31) semakin rendah NPF maka semakin baik kinerja
bank, bank akan mengalami keuntungan, dan sebaliknya semakin
tinggi NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut, yang berarti
bank akan mengalami kerugian karena tingkat pengembalian kredit
macet. Ketika NPF mengalami peningkatan maka berarti pembiayaan
bermasalah bank meningkat dan hal ini menunjukkan bahwa bank
tidak mampu menjaga kualitas kinerja keuangan bank.
Sebaliknya, ketika NPF mengalami penurunan berarti
pembiayaan bermasalah yang dialami oleh bank membaik atau bisa
dikatakan pembiayaan bermasalahnya berkurang, maka bank mampu
menjaga kualitas kinerja keuangannya. Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Umiyati dan Faly (2015) mengenai pengukuran kinerja
bank syariah dengan metode RGEC menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada kinerja bank syariah berdasarkan rasio
NPF sebelum dan sesudah IPO.
Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siahaan dan Gandakusuma (2013) mengenai analisis
kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah Initial Public Offering
(IPO) dengan pendekatan rasio CAMEL periode go public yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja keuangan bank
berdasarkan rasio NPL.
Dari hal-hal yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
rasio NPF amat penting bagi perbankan, guna menjaga kualitas dari

45
kinerja keuangan bank berdasarkan kemampuan kolektabilitas bank
tersebut dan tingkat NPF juga dapat menjadi suatu peringatan bagi
bank untuk memperbaiki kinerjanya dalam hal pembiayaan ketika
sudah melewati batas. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Terdapat perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan
sesudah IPO berdasarkan NPF
b. Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR adalah perbandingan antara jumlah pembiayaan yang
dibandingkan dengan total DPK yang dihimpun oleh bank. Rasio ini
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dananya
yang berasal dari masyarakat dalam bentuk kredit. Semakin besar rasio
FDR maka akan semakin besar kualitas dan tingkat likuiditas nya.
Namun FDR tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, harus
dalam keadaan yang ideal yakni sebesar 85%. Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Dintha dan Supriatna (2019) menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas sebelum IPO
dan Sesudah IPO.
Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Umiyati dan Faly (2015) mengenai pengukuran kinerja
bank syariah dengan metode RGEC menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada kinerja likuiditas bank syariah
berdasarkan rasio FDR sebelum dan sesudah IPO. Dari hal-hal yang
telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa jika kinerja likuiditas dari
suatu bank harus dalam keadaan yang ideal, tidak boleh terllau tinggi
ataupun terlalu rendah, sehingga pembiayaan dari suatu bank tersebut
dapat berjalan degan stabil, namun jika likuiditas dari suatu bank tidak
baik maka pembiayaan dari suatu bank dapat terganggu. Berdasarkan
hal yang telah dipaparkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H2: Terdapat perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan
sesudah IPO berdasarkan FDR

46
3. Good Corporate Governance (GCG)
GCG merupakan salah satu komponen penilaian dalam metode
RGEC dan bukan merupakan penilaian terhadap kinerja keuangan bank.
Secara teoritis pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Jadi jika penerapan GCG pada
bank sudah dilakukan dengan baik dan berhasil, maka menunjukkan
bahwa kinerja dari bank tersebut sudah baik. GCG yang baik akan
menumbuhkan kepercayaan dari investor, maka pelaksanaan GCG perlu
dimaksimalkan, tentunya IPO dapat mempengaruhi peningkatan GCG
pada perusahaan agar tidak mengalami penurunan. Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Umiyati dan Faly (2015) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan kinerja bank syariah sebelum IPO dan sesudah IPO pada GCG,
namun perbedaan tersebut tidak signifikan, hingga tidak berpengaruh
besar karena perbedaan nilai tersebut cenderung sangat kecil.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Helfi (2017) meyatakan
bahwa kinerja GCG berpengaruh terhadap harga saham. Dari hal-hal yang
telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa kinerja GCG penting bagi
perusahaan, karena GCG yang baik dapat mempertahankan dan
meningkatkan loyalitas investor dan menarik calon investor baru untuk
menanamkan sahamnya pada perusahaan. Berdasarkan hal yang telah
dipaparkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Terdapat perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan sesudah
IPO berdasarkan GCG
4. Earning (Rentabilitas)
a. Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROA)
ROA adalah rasio yang digunakan utuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam menghasilkan laba (profitabilitas) bank, melihat
seberapa efektif perbankan dalam menggunakan asetnya dalam
menghasilkan pendapatan. Semakin besar ROA menunjukkan semakin
besar pula tingkat laba yang diperoleh dan semakin baik pula posisi
perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Begitu pula sebaliknya,
semakin kecil ROA menunjukkan semakin kecil pula tingkat laba yang

47
diperoleh, hal ini menunjukkan bahwa bank kurang mamu mengelola
aset untuk meningkatkan pendapatan dana.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirajunayasa dan
Putri (2017) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan
perusahaan pada rasio ROA sesudah melakukan IPO. Penelitian
tersebut tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Yung Sen dan Lili Syafitri (2013) dalam Wirajunayasa dan Putri
(2017) yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
sebelum dan sesudah IPO tidak berbeda secara signifikan. Dari hal-hal
yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa jika profitabilitas bank
baik maka kinerja bank dalam menghasilkan laba baik dan
menunjukkan bahwa bank dapat menggunakan asetnya secara efektif.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H4: Terdapat Perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan
sesudah IPO berdasarkan ROA
b. Return on Equity (ROE)
ROE adalah salah satu rasio keuangan yang sering digunakan
oleh investor untuk menganalisis saham. Rasio ini menunjukkan
tingkat efektifitas tim manajemen perusahaan dalam menghasilkan
laba dari dana yang diinvestasikan pemegang saham. Penurunan pada
tingkat ROE menunjukkan bahwa kemampuan modal disetor bank
dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin kecil, begitu
pula sebaliknya ketika terjadi peningkatan pada tingkat ROE
menunjukkan bahwa kemampuan modal disetor bank dalam
menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin besar.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dintha dan Supriatna
(2019) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan
antara rasio ROE sebelum IPO dan sesudah IPO, karena perubahan
yang terjadi kecil. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Munisi, Gibson (2017) yang menyatakan bahwa

48
terjadi peningkatan pada rasio ROA sesudah IPO, namun peningkatan
tersebut tidak signifikan, karena perbedaan yang terjadi sangat kecil.
Dari hal-hal yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
jika tim manajemen bank dapat menghasilkan laba dari dana investor
secara efektif maka hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank baik
sehingga investor semakin yakin untuk menginvestasikan dananya
pada bank tersebut. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H5: Terdapat Perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan
sesudah IPO berdasarkan ROE
c. Net Operating Margin (NOM)
NOM adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui selisih antara
pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dengan beban
operasional dibagi rata-rata aktiva produktif. Semakin kecil rasio NOM
menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan
pendapatan dari aktiva yang dimiliki semakin kecil, begitu pula
sebaliknya semakin besar rasio NOM menunjukkan bahwa
kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari aktiva yang
dimiliki semakin besar.
Namun, NOM harus bersifat positif supaya investasi dari bank
tersebut tidak lebih tinggi dibandingkan hasil. Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Umiyati dan Faly (2015) menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja bank yang signifikan pada rasio NIM
sebelum IPO dan sesudah IPO. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan dan Gandakusuma
(2013) mengenai analisis kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah
Initial Public Offering (IPO) dengan pendekatan rasio CAMEL
periode go public yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada
kinerja keuangan bank berdasarkan rasio NIM.
Dari hal-hal yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
jika terjadi peningkatan pada rasio NOM maka hal ini menunjukkan

49
bahwa kinerja bank dalam menghasilkan pendapatan dari aktiva sudah
baik, namun rasio dari NOM harus tetap stabil sehingga kinerja dari
bank dapat berada dalam kondisi yang baik. Berdasarkan hal yang
telah dipaparkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H6: Terdapat Perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan
sesudah IPO berdasarkan NOM
5. Capital (Permodalan)
CAR atau KPMM merupakan rasio yang mengukur kecukupan
modal bank. Peranan modal sangat penting di mana kegiatan operasional
bank dapat berjalan dengan lancar. Ketika rasio CAR atau KPMM
semakin besar, hal ini menunjukkan bahwa bank semakin besar pula
kemampuan bank untuk menanggung risiko dari adanya berbagai kredit
yang mungkin beresiko. Namun ketika rasio CAR atau KPMM menurun,
hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil pula kemampuan bank untuk
menanggung risiko dari adanya berbagai kredit yang mungkin berisiko.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Umiyati dan Faly (2015)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank
syariah sebelum IPO dan sesudah IPO pada rasio CAR. Penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan dan Gandakusuma
(2013) mengenai analisis kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah
Initial Public Offering (IPO) dengan pendekatan rasio CAMEL periode go
public yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja keuangan
bank berdasarkan rasio CAR. Dari hal-hal yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa CAR atau KPMM merupakan aspek yang penting bagi
dunia perbankan, bank harus memelihara modal yang cukup untuk
mendukung aktivitas dari pengambilan risiko. Berdasarkan hal yang telah
dipaparkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H7: Terdapat perbedaan pada kinerja bank syariah sebelum dan sesudah
IPO berdasarkan KPMM

50
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu
pendekatan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan
(Sugiyono, 2013: 13).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan kinerja
perbankan syariah sebelum dan sesudah melakukan Initial Public Offering
(IPO). Penelitian ini menggunakan rasio kinerja keuangan seperti Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Operating Margin (NOM),
KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) dan laporan pelaksanaan
Good Corporate Governance (GCG). Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan triwulan dan
laporan pelaksanaan GCG yang telah dipublikasikan dalam situs resmi
perusahaan. Kemudian data akan diuji menggunakan uji beda wilcoxon.
Dalam penelitian ini alat bantu analisis berupa program IBM SPSS. IBM
SPSS merupakan software atau aplikasi yang dapat digunakan untuk
membantu pengolahan, perhitungan, dan analisis data untuk keperluan statistik
(Enterprise, 2018: 13).

B. Populasi dan Sampel


Menurut Sanusi (2011: 87) Populasi adalah seluruh elemen yang
menunjukkan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS)
yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO). Menurut Sugiyono
(2015: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisrik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel dari penelitian ini adalah PT Bank BRISyariah Tbk.

51
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
Sampling. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive adalah penarikan sampel dengan pertimbangan yang didasarkan
pada kepentingan atau tujuan penelitian (Sugiyono, 2015: 84). Adapun
pertimbangan kriteria yang dimaksud adalah:
1. Bank Umum Syariah (BUS) yang tercatat di dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan telah mempublikasikan laporan keuangan triwulan dan laporan
GCG bank.
2. Bank Umum Syariah (BUS) yang telah IPO dengan total aset terbesar pada
tahun 2018, serta memiliki data-data yang mendukung, serta dibutuhkan
dalam penelitian.

Tabel 10. BUS dengan total aset terbesar pada tahun 2018
Total Masuk Dalam
No. Nama Bank
Aset* Kriteria
PT Bank Panin Dubai
1. 8.771.989 X
Syariah Tbk
2. PT Bank BRISyariah Tbk 37.915.084 
PT Bank Tabungan Pensiun
3. 12.039.275 X
Nasional Syariah Tbk
Sumber: Laporan keuangan Tahun 2018 (data diolah)
*dalam miliaran rupiah

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia yang
terdaftar dalam Bank Umum Syariah (BUS) OJK. BUS yang diteliti adalah
yang sudah melakukan Initial Publik Offering (IPO) dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Waktu penelitiannya adalah dalam waktu sebelum Initial
Public Offering (IPO) yaitu Triwulan II 2017 – Triwulan I 2018 dan setelah
Initial Public Offering (IPO) yaitu Triwulan II 2018 – Triwulan I 2019.

D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Menurut Narimawati (2012: 10) data sekunder adalah data yang
sudah tersedia sehingga kita hanya tinggal mencari dan mengumpulkan data.
Data sekunder diperoleh dari situs resmi, buku, hasil penelitian, jurnal, artikel,
dan bentuk-bentuk lain yang berhubungan dan relevan dengan kebutuhan.

52
Data sekunder yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan data time
series berupa laporan keuangan triwulan, dan laporan Good Corporate
Governance (GCG) yang diperoleh dari situs resmi PT BRISyariah Tbk.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulan dari hasil penelitian. Berikut merupakan instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini:
1. Non-Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas dari suatu bank dalam
mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas.
Menurut Rahmat (2012: 31) semakin rendah NPF maka semakin baik
kinerja bank, bank akan mengalami keuntungan, dan sebaliknya semakin
tinggi NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut, yang berarti bank
akan mengalami kerugian karena tingkat pengembalian kredit macet.
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio NPF.

2. Financing to Deposit Ratio (FDR)


FDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek (likuiditas), likuiditas perbankan
perlu dikelola guna memenuhi kebutuhan saat nasabah mengambil
dananya dan menyalurkan pinjaman (kredit) kepada peminjam (debitur).
Rasio ini menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan
dananya yang berasal dari masyarakat (berupa: Giro, Tabungan, Deposito
Berjangka, Sertifikat Deposito Berjangka dan Kewajiban Segera lainnya)
dalam bentuk kredit (Riyadi, 2015: 99). Rasio FDR tidak boleh terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah, harus dalam keadaan yang ideal yakni
sebesar 85%. Jika FDR menurun, hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan
yang disalurkan BUS belum optimal, maka BUS harus lebih aktif lagi

53
mendorong pembiayaan dibanding menghimpun Dana Pihak Ketiga
(DPK).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio FDR:

3. Return on Aset (ROA)


ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas dari suatu bank.
Fungsinya adalah untuk melihat seberapa efektif perbankan dalam
menggunakan asetnya dalam menghasilkan pendapatan. Semakin besar
ROA menunjukkan semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan
aset, semakin kecil rasio dari ROA maka menunjukkan bahwa bank
kurang mampu mengelola asset untuk meningkatkan pendapatan dana
(Kasmir, 2014: 202).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio ROA:

4. Return on Equity (ROE)


ROE adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba
(setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank (Pandia, 2012: 71). Rasio
ini menunjukkan tingkat efektifitas tim manajemen perusahaan dalam
menghasilkan laba dari dana yang diinvestasikan pemegang saham.
Penurunan pada tingkat ROE menunjukkan bahwa kemampuan modal
disetor bank dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin
kecil, begitu pula sebaliknya ketika terjadi peningkatan pada tingkat ROE
menunjukkan bahwa kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan
laba bagi pemegang saham semakin besar.
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio ROE:

54
5. Net Operating Margin (NOM)
Net Operating Margin merupakan rasio yang bertujuan untuk
menunjukkan kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba
melalui selisih antara pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil
dengan beban operasional dibagi rata-rata Aktiva Produktif. Suatu bank
harus mengupayakan supaya nilai NOM neg, karena supaya nilai investasi
dari bank tersebut tidak lebih tinggi daripada hasil (Junita, 2015: 3).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio ROE

Keterangan:
PO = Pendapatan Operasional
BO = Beban Operasional

6. KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)


Menurut Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia (KPBI) mengenai
penilaian tingkat kesehatan bank, Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi
predikat “Sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk kenaikan setiap 0,1%
dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga
maksimum 100. Sementara pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai
dengan 7,9% diberi predikat “Kurang Sehat” dengan nilai kredit 65, dan
untuk penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit
dikurangi 1 hingga minimum 0. Ketika rasio CAR atau KPMM meningkat,
hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk menanggung risiko
dari adanya berbagai kredit yang mungkin beresiko semakin membaik.
Namun ketika rasio CAR atau KPMM menurun, hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan bank untuk menanggung risiko dari adanya berbagai
kredit yang mungkin berisiko semakin menurun. CAR diketahui dengan
cara menghitung modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Aktiva
(ATMR).

7. Good Corporate Governance (GCG)


55
Secara teoritis pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai
perusahaan dengan meningkatkan kinerja perusahaan (Syafitri, dkk.,
2018: 119). Jadi jika penerapan GCG pada bank sudah dilakukan
dengan baik dan berhasil, maka menunjukkan bahwa kinerja dari bank
tersebut sudah baik. Penilaian laporan pelaksanaan GCG dapat dilihat
dari penilaian governance structure, governance process dan
governance outcome yang telah dipublikasikan oleh PT Bank
BRISyariah Tbk.
Untuk lebih ringkasnya, instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 11. Instrumen Penelitian


Instrumen Penelitian
Variabel Skala
variabel/Indikator Terdahulu
Pembiayaan (kl, d, m)
Umiyati dan
NPF terhadap total Rasio
Faly (2015)
pembiayaan
Total pembiayaan yang Dintha dan
FDR diberikan oleh bank Rasio Supriatna
terhadap total DPK (2019)
Laba sebelum pajak
Wirajunayasa,
ROA terhadap rata-rata total Rasio
Putri (2017)
aset
Dintha dan
Laba setelah pajak
ROE Rasio Supriatna
terhadap total ekuitas
(2019)
PO, dana bagi hasil, dan
Umiyati dan
NOM BO pada rata-rata Rasio
Faly (2015)
aktiva produktif
Umiyati dan
KPMM Modal terhadap ATMR Rasio
Faly (2015)
Penilaian laporan Umiyati dan
GCG Nominal
pelaksanaan GCG Faly (2015)

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk melakukan


penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu
(time series) yang diambil dari laporan keuangan bank syariah dengan

56
skala triwulan PT Bank BRISyariah Tbk selama periode 2017 – 2019
mulai dari Triwulan II 2017 – Triwulan I 2018 untuk data sebelum
melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mulai dari Triwulan II 2018 –
Triwulan I 2019 untuk data sesudah melakukan Initial Public Offering
(IPO), dan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) PT
Bank BRISyariah Tbk pada tahun 2017 untuk data sebelum melakukan
IPO dan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) PT
Bank BRISyariah Tbk pada tahun 2018 untuk data sesudah melakukan
IPO.
2. Library Research
Library Research merupakan proses mengumpulkan data dengan
membaca, mempelajari dan menganalisis literatur seperti buku-buku yang
diperoleh dari Perpustakaan Pusat UIN Jakarta, Perpustakaan Nasional,
serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.
3. Internet Research
Karena literatur berupa buku-buku dan jurnal yang tersedia secara
fisik di perpustakaan terkadang merupakan literatur yang sudah lama,
maka selain dari literatur-literatur yang tersedia secara fisik, peneliti pun
menggunakan alat pencarian literatur di internet, sehingga data yang
diperoleh merupakan data yang terbaru. Data yang diperoleh dari internet
dan digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data yang
dipublikasikan oleh situs resmi PT Bank BRISyariah.
G. Teknik Pengolahan Data
1. Metode RGEC
Teknik analisis data yang digunakan ini adalah teknik analisis
keuangan dengan menggunakan metode RGEC sesuai dengan Peraturan
Bank Indonesia PBI No.13/1/PBI/2011 dan SE BI No.13/24/DPNP yang
mulai berlaku pada tahun 2012 menggantikan metode CAMELS. Sesuai
dengan penilaian terhadap RGEC terdiri dari:

a. Risk Profil (Profil Risiko)

57
Dalam penelitian ini mengukur risk profile menggunakan dua
faktor risiko yaitu faktor risiko kredit dengan menggunakan rumus
NPF dan risiko likuiditas dengan menggunakan rumus FDR.
 Risiko kredit

Tujuan risiko ini adalah untuk mengukur tingkat


permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank seperti: pembiayaan
kurang lancar (kl), diragukan (d) dan macet (m) per total
pembiayaan, semakin tinggi rasio ini semakin buruk kualitas
pembiayaan.

 Risiko Likuiditas

Tujuan risiko ini adalah untuk mengukur perbandingan


antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak
ketiga.
b. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian terhadap faktor GCG sebagaimana yang
dimaksudkan dalam pasal 6 huruf b merupakan penilaian terhadap
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
c. Earnings (Rentabilitas)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas (earnings) sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 6 huruf c meliputi penilaian terhadap kinerja
earnings, sumber-sumber earnings, dan sustainability earnings bank.
Dalam penelitian ini penilaian terhadap faktor earnings ini
menggunakan tiga rasio, yaitu:
 Return On Asset (ROA)

 Return On Equity (ROE)


58
 NOM

d. Capital (Permodalan)
Penilaian terhadap faktor permodalan (capital) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 huruf d meliputi penilaian terhadap tingkat
kecukupan permodalan dan pengelolaan modal dalam penelitian ini
penilaian terhadap faktor permodalan (capital) ini menggunakan rasio
CAR (Capital Adequacy Ratio) atau KPMM (Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum) dengan rumus:

2. Uji Normalitas Data


Tujuannya dilakukan uji normalitas data adalah untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data
berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis
parametrik. Sedangkan bila tidak berdistribusi normal makan, maka
digunakan uji statistik nonparametric (Siregar, 2013:153). Uji normalitas
dapat diuji dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dan
Shapiro-Wilk.
Hipotesis yang diambil dalam uji normalitas ini adalah:
 H0 : Data tidak berdistribusi normal
 Ha : Data berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya diambil berdasarkan nilai probabilitas.
 Jika nilai probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

3. Uji Beda
Langkah uji beda ini adalah langkah akhir dari kegiatan inferensial
sebelum menyimpulkan. Kesimpulan suatu penelitian berdasarkan pada
hasil pengujian hipotesis yang diajukan pada penelitian diterima atau

59
ditolak (Susetyo, 2014: 142). Jenis penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif, di mana penelitiannya mengacu pada angka-angka.
Data-data yang diperoleh kemudian diproses menjadi sebuah informasi
yang berharga untuk mengambil suatu keputusan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Menurut Siregar (2015:
152) Uji analisis komparatif ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan nilai rata-rata antara dua kelompok data yang berpasangan.
Berpasangan di sini maksudnya yaitu satu sampel mendapat perlakuan
berbeda dari dimensi waktu. Dalam penelitian ini maka peneliti akan
membandingkan antara kinerja dari PT Bank BRISyariah Tbk sebelum
melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan kinerja dari PT Bank
BRISyariah Tbk sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO). Berikut
ini adalah uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Uji t sampel berpasangan (sample paired t-test)
Untuk menganalisis dua sampel berkorelasi dengan jenis data
interval/rasio, digunakan uji t – dua sampel (Sample Paired Test).
Rumus uji t sampel berpasangan adalah:

Keterangan:
T = rata-rata kinerja keuangan sebelum dan sesudah IPO
= Rata-rata kinerja keuangan sebelum IPO
= Rata-rata kinerja keuangan sesudah IPO
Simpangan baku kinerja keuangan sebelum IPO
Simpangan baku kinerja keuangan sesudah IPO
Hipotesis yang diambil dari uji t sampel berpasangan (sample
paired t-test) ini adalah (Siregar, 2013: 248-249):
 H0: Tidak ada perbedaan kinerja PT Bank BRISyariah Tbk
sebelum dan sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO).
 Ha: Ada perbedaan kinerja PT Bank BRISyariah Tbk sebelum dan
sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO).
60
Kriteria pengambilan hipotesisnya jika berdasarkan pada
probabilitas, maka:
 Jika nilai probabilitas (sig) > 0,05/2 maka H0 diterima
 Jika nilai probabilitas (sig) < 0,05/2 maka H0 ditolak

b. Uji Wilcoxon
Lalu selanjutnya ada teknik yang merupakan penyempurna dari
uji-t data berpasangan (t-paired) di mana pada wilcoxon data harus
melalui tahap pengurutan (ranking) kemudian baru bisa diproses. Uji
peringkat bertanda wilcoxon digunakan untuk kasus dua sampel
dependent (terikat) bila skala ukur memungkinkan kita menentukan
besar relatif beda (selisih-selisih) yang terjadi, jadi bukan sekadar hasil
pengamatan yang berbeda saja (Siregar, 2015: 320).
Ciri-ciri yang dapat membedakan antara uji-t berpasangan
(Sample Paired Test) dan uji peringkat bertanda wilcoxon, sebagai
berikut:
1. Uji peringkat bertanda wilcoxon tidak mengasumsikan data
berdistribusi normal.
2. Uji peringkat bertanda wilcoxon tidak membutuhkan informasi
tentang varians, baik dari populasi maupun sampel.
3. Uji ini dapat digunakan meskipun data berjenis ordinal.
Menurut Siregar (2015: 320) Uji Wilcoxon adalah metode
statistika yang dipergunakan untuk menguji perbedaan dua buah data
yang berpasangan, maka jumlah sampel datanya selalu sama
banyaknya. Pada statistik parametrik uji ini memiliki kemiripan
dengan uji perbedaan dua rata-rata populasi yang berkorelasi. Tanda
positif atau negatif dari selisih pasangan data yang kemudian diranking
inilah unsur utama yang digunakan dalam analisis. Adapun hipotesis
yang diambil dalam metode penelitian ini adalah:
 H0: Tidak ada perbedaan kinerja pada PT Bank BRISyariah
sebelum dan sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO).

61
 Ha: Ada perbedaan kinerja pada PT Bank BRISyariah sebelum dan
sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO).
Kriteria pengambilan hipotesis nya jika berdasarkan pada
probabilitas, maka:
 Jika nilai probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

62
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


PT BRISyariah Tbk merupakan hasil akuisisi dari PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk terhadap Bank Jasa Arta pada tanggal 9 Desember
2007 dan mendapat izin dari BI pada tanggal 16 Oktober 2008. Pada tanggal
17 November 2008 PT Bank BRISyariah resmi beroperasi. Pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan UUS PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.,
oleh Bapak Sofyan dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT
Bank BRISyariah Tbk untuk melebur ke dalam PT Bank BRISyariah Tbk
yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Dalam situs resminya, Visi
dari PT Bank BRISyariah adalah menjadi bank ritel modern terkemuka
dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan
termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Sedangkan misi dari PT Bank BRISyariah adalah:
1. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan
finansial nasabah;
2. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah;
3. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun dan di
manapun;
4. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketenteraman pikiran.
Jika kita melihat pada logo atau lambang dari BRI Syariah, ada pendar
cahaya di bagian atas tulisan BRI Syariah. Berikut ini merupakan makna yang
terkandung di dalamnya:
 Logo yang digunakan menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat
terhadap sebuah ban modern yang mampu melayani masyarakat dalam
kehidupan modern seperti saat ini;
 Kombinasi warna biru dan putih mencirikan bahwa BRI Syariah masih
berkaitan dengan PT. BRI (Persero), Tbk.

63
PT Bank BRISyariah Tbk menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT Bank BRISyariah Tbk tumbuh dengan pesat baik dari
sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Berikut ini
merupakan perkembangan total asset PT Bank BRISyariah Tbk selama 3
tahun terakhir, yakni pada tahun 2017 – 2019 (dalam triliunan rupiah).

Grafik 5. Perkembangan Total Asset PT BRISyariah 2017 – 2019

Sumber: Laporan keuangan PT BRISyariah Tbk 2017 – 2019 (data diolah)

Dapat dilihat pada grafik di atas menggambarkan perkembangan total


aset PT BRISyariah Tbk pada tahun 2017 – 2019. Total asset PT BRISyariah
Tbk mengalami peningkatan sejak tahun 2017 sampai tahun 2018, namun
kemudian mengalami penurunan pada triwulan II 2019 menjadi
Rp36.792.828. Penurunan yang terjadi merupakan efek sementara PT
BRISyariah Tbk sesudah melakukan IPO. Diketahui bahwa pada saat itu ROA
dari PT BRISyariah tbk tercatat di kisaran 0,5% dan NOM berada di kisaran
5,5%, hal ini dikarenakan adanya kenaikan beban operasional yang
diakibatkan oleh kerugian penurunan nilai aset keuangan. Pembiayaan dari
piutang naik 191,2% yoy menjadi Rp162,07 miliar, sedangkan pembiayaan
bagi hasil tumbuh 101,2% yoy menjadi Rp173,95 miliar.
Total aset dari PT BRISyariah Tbk kemudian meningkat sampai
Rp37.915.084 karena pada tanggal 9 Mei 2018 BRIsyariah mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BRIS. BRIS
adalah emiten ke 11 yang mencatatkan saham perdana di BEI pada tahun 2018
sekaligus emiten bank syariah dengan status anak perusahaan bank BUMN
yang pertama. BRIS melepas 2.623.350.600 lembar saham baru dari modal
64
ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdananya dengan
harga sebesar Rp510 per lembar saham.
PT Bank BRISyariah Tbk terus-menerus melakukan pengembangan di
bidang Teknologi Informasi (TI) dalam rangka mempersiapkan diri
menghadapi tantangan dan perubahan teknologi di masa depan.
Pengembangan tersebut di antaranya adalah pengembangan aplikasi, produk
dan layanan serta jaringan untuk mendukung operasional layanan perbankan
yang aman, cepat dan memberikan kemudahan kepada nasabah dalam
melakukan setiap transaksi perbankan. BRIS ONLINE, merupakan layanan
perbankan digital untuk memudahkan para nasabah. Fitur-fitur di antaranya
adalah transaksi perbankan digital, pembayaran tagihan, pembelian, notifikasi
transaksi, dan lain sebagainya. Selain melakukan pengembangan pada bidang
TI, PT Bank BRISyariah juga telah mencapai banyak penghargaan.
Pencapaian dari mendapat banyak penghargaan tersebut semakin meyakinkan
para nasabah dan masyarakat serta investor dan pemegang saham bahwa
kinerja dari PT Bank BRISyariah memang tidak diragukan lagi.
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Komparasi Statistik Deskriptif Rasio Kinerja PT Bank BRISyariah
Tbk Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering (IPO)
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan triwulan
PT Bank BRISyariah Tbk yang dipublikasikan pada website resmi nya,
rasio kinerja PT Bank BRISyariah sebelum dan sesudah melakukan Initial
Public Offering (IPO) adalah:
Tabel 12. Rasio Kinerja PT Bank BRI Syariah Tbk Sebelum dan Sesudah
IPO
Waktu NPF FDR ROA ROE NOM KPMM
Triwulan II
SEBELUM IPO

3.50 76.79 0.71 6.01 0.25 20.38


2017
Triwulan
4.02 73.14 0.82 6.90 0.28 20.98
III 2017
Triwulan
4.72 71.87 0.51 4.10 -0.12 20.29
IV 2017
Triwulan I
4.10 68.70 0.86 6.92 0.34 23.64
2018

65
Waktu NPF FDR ROA ROE NOM KPMM
Triwulan II

SETELAH IPO
4.23 77.78 0.92 6.37 0.42 29.31
2018
Triwulan
4.30 76.40 0.77 4.87 0.10 29.79
III 2018
Triwulan
4.97 75.49 0.43 2.49 -0.27 29.72
IV 2018
Triwulan I
4.34 79.55 0.43 2.54 -0.97 27.82
2019
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank BRISyariah 2017-201 yang telah diolah

1) Non Performing Financing (NPF)


Dapat dilihat dari tabel 12. bahwa nilai rasio NPF sebelum IPO
pada triwulan II 2017 sebesar 3,50%, pada triwulan III 2017 sebesar
4,02%, pada triwulan IV 2017 sebesar 4,72%, dan pada triwulan I
2018 sebesar 4,10%. Dapat dilihat juga bahwa nilai rasio NPF sesudah
IPO pada triwulan II 2018 sebesar 4,23%, pada triwulan III 2018
sebesar 4,30%, pada triwulan IV 2018 sebesar 4,97%, dan pada
triwulan I 2019 sebesar 4,34%. Dari data sebelum dan sesudah IPO
tersebut dapat dilihat bahwa rasio NPF tertinggi PT Bank BRISyariah
Tbk sebelum IPO mencapai 4,72% pada IV 2017. Dan rasio NPF
tertinggi PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO mencapai 4,97% di
mana mendekati rasio NPF yang ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 5%.
Dapat disimpulkan bahwa rasio NPF setelah IPO mengalami
peningkatan, maka risiko terjadinya pembiayaan bermasalah sesudah
IPO lebih tinggi dibandingkan sebelum IPO.
2) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dapat dilihat dari tabel 12. di atas bahwa nilai rasio FDR
sebelum IPO pada triwulan II 2017 sebesar 76,79%, pada triwulan III
2017 sebesar 73,14%, pada triwulan IV 2017 sebesar 71,87%, dan
pada triwulan I 2018 sebesar 68,70%. Dapat dilihat juga bahwa nilai
rasio FDR sesudah IPO pada triwulan II 2018 sebesar 77,78%, pada
triwulan III 2018 sebesar 76,40%, pada triwulan IV 2018 sebesar
75,49%, dan pada triwulan I 2019 sebesar 79,55%. Dari data sebelum
dan sesudah IPO tersebut dapat dilihat bahwa rasio FDR tertinggi PT
Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO mencapai 76,79% pada triwulan II

66
2017. Dan rasio FDR tertinggi PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO
mencapai 79,55% pada triwulan I 2019. Dapat disimpulkan bahwa
rasio FDR sesudah IPO lebih tinggi dibandingkan sebelum IPO, maka
pembiayaan yang dilakukan sesudah IPO menjadi lebih optimal
dibandingkan sebelum IPO, namun hal itu memungkinkan likuiditas
bank tidak cukup memadai untuk memenuhi kewajibannya terhadap
nasabah.
3) Return on Asset (ROA)
Dapat dilihat dari tabel 12. di atas bahwa nilai rasio ROA
sebelum IPO pada triwulan II 2017 sebesar 0,71%, pada triwulan III
2017 sebesar 0,82%, pada triwulan IV 2017 sebesar 0,51%, dan pada
triwulan I 2018 sebesar 0,86%. Dapat dilihat juga bahwa nilai rasio
ROA sesudah IPO pada triwulan II 2018 sebesar 0,92%, pada triwulan
III 2018 sebesar 0,77%, pada triwulan IV 2018 sebesar 0,43%, dan
pada triwulan I 2019 sebesar 0,43%. Dari data sebelum dan sesudah
IPO tersebut dapat dilihat bahwa rasio ROA tertinggi PT Bank
BRISyariah Tbk sebelum IPO mencapai 0,86% pada triwulan I 2018.
Dan rasio ROA tertinggi PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO
mencapai 0,92% pada triwulan II 2018. Dapat disimpulkan bahwa
rasio ROA sesudah IPO lebih tinggi dibandingkan sebelum IPO, maka
pembiayaan yang dilakukan sesudah IPO menjadi lebih optimal
dibandingkan sebelum IPO dan pendapatan yang didapatkan setelah
IPO lebih besar dibandingkan sebelum IPO.
4) Return on Equity (ROE)
Dapat dilihat dari tabel 12. di atas bahwa nilai rasio ROE
sebelum IPO pada triwulan II 2017 sebesar 6,01%, pada triwulan III
2017 sebesar 6,90%, pada triwulan IV 2017 sebesar 4,10%, dan pada
triwulan I 2018 sebesar 6,92%. Dapat dilihat juga bahwa nilai rasio
ROE sesudah IPO pada triwulan II 2018 sebesar 6,37%, pada triwulan
III 2018 sebesar 4,87%, pada triwulan IV 2018 sebesar 2,49%, dan
pada triwulan I 2019 sebesar 2,54%. Dari data sebelum dan sesudah
IPO tersebut dapat dilihat bahwa rasio ROE tertinggi PT Bank

67
BRISyariah Tbk sebelum IPO mencapai 6,92% pada triwulan I 2018.
Dan rasio ROE tertinggi PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO
mencapai 6,37% pada triwulan II 2018. Dapat disimpulkan bahwa
rasio ROE mengalami penurunan setelah IPO, hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba bagi
pemegang saham setelah IPO menjadi kecil, sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah menjadi semakin besar.
5) Net Operating Margin (NOM)
Dapat dilihat dari tabel 12. di atas bahwa nilai rasio NOM
sebelum IPO pada triwulan II 2017 sebesar 0,25%, pada triwulan III
2017 sebesar 0,28%, pada triwulan IV 2017 sebesar -0,12%, dan pada
triwulan I 2018 sebesar 0,34%. Dapat dilihat juga bahwa nilai rasio
NOM sesudah IPO pada triwulan II 2018 sebesar 0,42%, pada triwulan
III 2018 sebesar 0,10%, pada triwulan IV 2018 sebesar -0,27%, dan
pada triwulan I 2019 sebesar -0,97%. Dari data sebelum dan sesudah
IPO tersebut dapat dilihat bahwa rasio NOM tertinggi PT Bank
BRISyariah Tbk sebelum IPO mencapai 0,34% pada triwulan I 2018.
Dan rasio NOM tertinggi PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO
mencapai 0,42% pada triwulan II 2018. Dapat disimpulkan bahwa
rasio NOM sesudah IPO lebih tinggi dibandingkan sebelum IPO, maka
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih dengan modal
yang digunakan oleh perusahaan setelah IPO lebih baik.
6) KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)
Dapat dilihat dari tabel 12. di atas bahwa nilai rasio KPMM
sebelum IPO pada triwulan II 2017 sebesar 20,38%, pada triwulan III
2017 sebesar 20,98%, pada triwulan IV 2017 sebesar 20,29%, dan
pada triwulan I 2018 sebesar 23,64%. Dapat dilihat juga bahwa nilai
rasio KPMM sesudah IPO pada triwulan II 2018 sebesar 29,31%, pada
triwulan III 2018 sebesar 29,79%, pada triwulan IV 2018 sebesar
29,72%, dan pada triwulan I 2019 sebesar 27,82%. Dari data sebelum
dan sesudah IPO tersebut dapat dilihat bahwa rasio KPMM tertinggi
PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO mencapai 23,64% pada

68
triwulan I 2018. Dan rasio KPMM tertinggi PT Bank BRISyariah Tbk
sesudah IPO mencapai 29,79% pada triwulan III 2018. Dapat
disimpulkan bahwa rasio KPMM sesudah IPO menunjukkan bahwa
modal bank tersebut mampu melindungi kepentingan stakeholder lain
selain pemilik, dalam menghadapi berbagai jenis risiko yang dihadapi
oleh bank tersebut sesudah IPO.
Setelah melihat data serta penjelasan mengenai rasio kinerja PT Bank
BRISyariah sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO), maka sekarang
dapat dilihat bagaimana komparasi antara kinerja PT Bank BRISyariah Tbk
sebelum melakukan IPO dengan kinerja PT Bank BRISyariah Tbk sesudah
melakukan IPO. Berikut di bawah ini adalah komparasi statistik deskriptif dari
rasio kinerja PT Bank BRISyariah Tbk sebelum dengan sesudah melakukan IPO.

Tabel 13. Komparasi Statistik Deskriptif Rasio Kinerja PT Bank BRISyariah Tbk
Sebelum dan Sesudah IPO
Sebelum dan Std.
N Mean Maximum Minimum
Sesudah IPO Deviation
Sebelum 4 4.0850 .49997 4.72 3.50
NPF
Sesudah 4 4.4600 .34303 4.97 4.23
Sebelum 4 72.6250 3.34605 76.79 68.70
FDR
Sesudah 4 77.3050 1.76813 79.55 75.49
Sebelum 4 .7250 .15674 .86 .51
ROA
Sesudah 4 .6375 .24730 .92 .43
Sebelum 4 5.9825 1.32480 6.92 4.10
ROE
Sesudah 4 4.0675 1.89449 6.37 2.49
Sebelum 4 .1875 .20839 .34 -.12
NOM
Sesudah 4 -.1800 .59738 .42 -.97
Sebelum 4 21.3225 1.57506 23.64 20.29
KPMM
Sesudah 4 29.1600 .91808 29.79 27.82
Sumber: Data Primer yang telah diolah

1) Non Performing Financing (NPF)


Pada tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari
NPF sesudah melakukan IPO sebesar 4,4600% lebih besar
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio NPF sebelum melakukan IPO
sebesar 4,0850% yang artinya bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
(mean) NPF sebesar 0,375%. Persentase ini menunjukkan bahwa total
pembiayaan bermasalah PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO lebih

69
besar dibandingkan total pembiayaan bermasalah PT Bank BRISyariah
Tbk sebelum IPO, hal ini mengartikan bahwa NPF PT Bank
BRISyariah sesudah melakukan IPO tidak lebih baik dibandingkan
sebelum melakukan IPO. Jika melihat kriteria penilaian peringkat NPF
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank
BRISyariah sesudah melakukan IPO dalam kondisi yang baik karena
lebih kecil dibandingkan batas yang ditetapkan oleh BI, yaitu 5%.
2) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Pada tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari
FDR sesudah melakukan IPO sebesar 77,3050% lebih besar
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio FDR sebelum melakukan
IPO sebesar 72,6250% yang artinya bahwa terjadi peningkatan nilai
rata-rata (mean) FDR sebesar 4,68%. Persentase ini menunjukkan
bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh PT Bank BRISyariah Tbk
sesudah IPO lebih besar dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK), hal ini bisa terjadi karena setelah PT Bank BRISyariah
melakukan IPO bank memiliki modal yang lebih besar untuk
melakukan pembiayaan dibandingkan pada saat sebelum melakukan
IPO, hal ini mengartikan bahwa FDR PT Bank BRISyariah setelah
melakukan IPO lebih baik dibandingkan sebelum melakukan IPO. Jika
melihat kriteria penilaian peringkat FDR yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank BRISyariah setelah melakukan
IPO dalam kondisi yang baik karena tidak melebihi 85%.
3) Return on Asset (ROA)
Pada tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari
ROA setelah melakukan IPO sebesar 0,6375% lebih kecil
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio ROA sebelum melakukan
IPO sebesar 0,7250% yang artinya bahwa terjadi penurunan nilai rata-
rata (mean) ROA sebesar 0,0875%. Namun penurunan nilai rasio ROA
ini hampir tidak memberikan dampak, karena penurunan yang terjadi
sangatlah kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang antara ROA PT Bank BRISyariah sebelum melakukan IPO

70
dengan setelah IPO. Jika melihat kriteria penilaian peringkat FDR
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank
BRISyariah setelah melakukan IPO dalam kondisi yang cukup baik,
karena tidak kurang dari 0,5% dan tidak lebih dari 1,25%.
4) Return on Equity (ROE)
Pada tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari
ROE setelah melakukan IPO sebesar 4,0675% lebih kecil
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio ROE sebelum melakukan
IPO sebesar 5,9825% yang artinya bahwa terjadi penurunan nilai rata-
rata (mean) ROE sebesar 1,915%. Persentase ini menujukkan bahwa
kemampuan PT Bank BRISyariah setelah melakukan IPO dalam
menghasilkan laba tidak lebih baik dibandingkan dengan sebelum
melakukan IPO. Penurunan pada tingkat ROE PT Bank BRISyariah
Tbk ini menunjukkan bahwa kemampuan modal disetor PT Bank
BRISyariah Tbk setelah IPO dalam menghasilkan laba bagi pemegang
saham semakin kecil. Jika melihat kriteria penilaian peringkat ROE
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank
BRISyariah setelah melakukan IPO dalam kondisi yang kurang baik,
karena lebih kecil dari 5%.
5) Net Operating Margin (NOM)
Pada tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari
NOM setelah melakukan IPO sebesar -0,1800% lebih kecil
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio NOM sebelum melakukan
IPO sebesar 0,1875% yang artinya bahwa terjadi penurunan nilai rata-
rata (mean) NOM sebesar 0,3675%. Persentase ini menujukkan bahwa
NOM PT Bank BRISyariah setelah melakukan IPO dalam
menghasilkan laba tidak lebih baik dibandingkan dengan sebelum
melakukan IPO. Penurunan rasio NOM ini terjadi karena terdapat
peningkatan biaya operasional yang cukup besar namun tidak diikuti
dengan peningkatan pendapatan operasional. Jika melihat kriteria
penilaian peringkat NOM yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia

71
(BI), kinerja PT Bank BRISyariah setelah melakukan IPO dalam
kondisi yang tidak baik, karena kurang dari 1%.
6) KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)
Pada tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari
KPMM setelah melakukan IPO sebesar 29.1600% lebih besar
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio KPMM sebelum melakukan
IPO sebesar 21.3225% yang artinya bahwa terjadi peningkatan nilai
rata-rata (mean) CAR sebesar 7,8375%. Persentase ini menujukkan
bahwa CAR PT Bank BRISyariah setelah melakukan IPO lebih baik
dibandingkan dengan sebelum melakukan IPO, hal ini bisa terjadi
dikarenakan pada tahun 2018 PT Bank BRISyariah melakukan IPO
sehingga bank mendapatkan tambahan dana dari hasil penjualan saham
bank. Jika melihat kriteria penilaian peringkat KPMM atau CAR yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank BRISyariah
setelah melakukan IPO dalam kondisi yang sangat baik, karena nilai
rasio KPMM melebihi batas minimum yang ditetapkan oleh BI yaitu
8%.

2. Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah uji beda yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
parametrik atau non parametrik, karena salah satu syarat untuk
menggunakan uji parametrik adalah data tersebut harus berdistribusi
normal. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal,
namun jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
Berikut in adalah hasil uji normalitas untuk penelitian ini:

Tabel 14. Uji Normalitas Shapiro-Wilk


Shapiro-Wilk
Kode Waktu Statistic Df Sig.
Sebelum .967 4 .826
NPF
Setelah .752 4 .040
Sebelum .992 4 .966
FDR
Setelah .972 4 .856
ROA Sebelum .909 4 .477

72
Shapiro-Wilk
Kode Waktu Statistic Df Sig.
Setelah .843 4 .205
Sebelum .827 4 .159
ROE
Setelah .866 4 .283
Sebelum .792 4 .088
NOM
Setelah .966 4 .815
Sebelum .775 4 .065
KPMM
Setelah .800 4 .102
Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk) pada tabel 14. menunjukkan


bahwa semua rasio kinerja keuangan NPF, FDR, ROA, ROE, dan KPMM
sebelum IPO berdistribusi normal karena lebih besar dari 0,05. Sementara
rasio kinerja FDR, ROA, ROE, dan KPMM setelah IPO berdistribusi
normal kecuali rasio NPF karena lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu uji
hipotesis yang akan digunakan selanjutnya adalah uji non parametrik
wilcoxon, karena data tidak terdistribusi dengan normal.
3. Pengujian Hipotesis Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering
(IPO)
Komparasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode RGEC. Uji Wilcoxon dilakukan pada kinerja keuangan PT Bank
BRISyariah Tbk sebelum melakukan IPO dan sesudah melakukan IPO,
serta dilakukan penilaian dengan menggunakan metode penilaian dan
matriks peringkat faktor GCG pada kinerja GCG sebelum melakukan IPO
dan sesudah melakukan IPO. Untuk mengukur risiko profil (risk profile)
menggunakan dua faktor risiko yaitu faktor risiko kredit dengan
menggunakan rasio NPF dan risiko likuiditas dengan menggunakan rasio
FDR.
Untuk mengukur rentabilitas (earnings) menggunakan 3 rasio yaitu
rasio Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Operating
Margin (NOM). Untuk mengukur Permodalan (Capital) menggunakan
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) atau yang disebut juga dengan
KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum). Dan untuk mengukur
Good Corporate Governance dengan menggunakan laporan pelaksanaan
GCG yang dipublikasikan oleh PT Bank BRISyariah Tbk.

73
Hasil komparasi pada variabel-variabel yang telah disebutkan
adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Wilcoxon Signed Rank Test


N Mean Sum of
Rank Rank
NPF Setelah IPO – Negative Ranks 0 .00 .00
NPF Sebelum IPO
Positive Ranks 4 2.50 10.00

Ties 0

Total 4
FDR Setelah IPO – Negative Ranks 0 .00 .00
FDR Sebelum IPO
Positive Ranks 4 2.50 10.00

Ties 0

Total 4
ROA Setelah IPO – Negative Ranks 3 2.33 7.00
ROA Sebelum IPO
Positive Ranks 1 3.00 3.00

Ties 0

Total 4
ROE Setelah IPO – Negative Ranks 3 3.00 9.00
ROE Sebelum IPO
Positive Ranks 1 0.00 1.00

Ties 0

Total 4
NOM Sebelum IPO Negative Ranks 3 2.67 8.00
– NOM Setelah
Positive Ranks 1 2.00 2.00
IPO
Ties 0

Total 4
KPMM Sebelum Negative Ranks 0 .00 .00
IPO – KPMM
Positive Ranks 4 2.50 10.00
Setelah IPO
Ties 0

Total 4
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah

74
Tabel 16. Test Statistics
Asymp. Sig.
Z
(2-tailed)
NPF Sebelum IPO – NPF Setelah IPO -1.826 .068
FDR Sebelum IPO – FDR Setelah IPO -1.826 .068
ROA Sebelum IPO – ROA Setelah
-.730 .465
IPO
ROE Sebelum IPO – ROE Setelah
-1.461 .144
IPO
NOM Sebelum IPO – NOM Setelah
-1.095 .273
IPO
KPMM Sebelum IPO – KPMM
-1.826 .068
Setelah IPO
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah

1) Non Performing Financing (NPF)


Dapat dilihat pada tabel 15. nilai positive ranks NPF lebih besar
dibandingkan nilai negative ranks NPF, hal itu mengartikan bahwa
rasio NPF PT Bank BRISyariah Tbk setelah IPO meningkat sebanyak
4 data dibandingkan rasio NPF PT Bank BRISyariah sebelum IPO.
Berdasarkan tabel 16. pada pengujian wilcoxon, hasil hipotesis yang
didapatkan dari pengujian NPF memiliki signifikan sebesar 0,068/2 =
0,034 dengan derajat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu sebesar
0,05. Maka hasil yang didapat adalah 0,034 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil dibandingkan derajat
kesalahan sehingga H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pada kinerja NPF PT Bank BRISyariah Tbk
sebelum IPO dan sesudah IPO.
2) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dapat dilihat pada tabel 15. nilai positive ranks FDR lebih
besar dibandingkan nilai negative ranks FDR, hal itu mengartikan
bahwa rasio FDR PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO meningkat
sebanyak 4 data dibandingkan rasio FDR PT Bank BRISyariah
sebelum IPO. Berdasarkan tabel 16. pada pengujian wilcoxon, hasil
hipotesis yang didapatkan dari pengujian FDR memiliki signifikan
sebesar 0,068/2 = 0,034 dengan derajat kesalahan yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat adalah 0,034 <

75
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil
dibandingkan derajat kesalahan sehingga H2 diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja FDR PT Bank
BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO.
3) Return on Asset (ROA)
Dapat dilihat pada tabel 15. nilai negative ranks atau selisih
(negatif) sebesar 3, hal ini mengartikan bahwa terdapat 3 data ROA
setelah IPO yang kurang dari data ROA sebelum melakukan IPO. Dan
rata-rata rankingnya adalah sebesar 2,33 dengan jumlah rangking
negatif adalah sebesar 7. Berdasarkan tabel 16. pada pengujian
wilcoxon, hasil hipotesis yang didapatkan dari pengujian ROA
memiliki signifikan sebesar 0,465/2 = 0,2325 dengan derajat kesalahan
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat
adalah 0,2325 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan
lebih besar dibandingkan derajat kesalahan sehingga H4 ditolak. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada kinerja ROA
PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO.
4) Return on Equity (ROE)
Dapat dilihat pada tabel 15. nilai negative ranks atau selisih
(negatif) sebesar 3, hal ini mengartikan bahwa terdapat 3 data ROE
setelah IPO yang kurang dari data ROE sebelum melakukan IPO. Dan
rata-rata rankingnya adalah sebesar 3,00 dengan jumlah rangking
negatif adalah sebesar 9. Berdasarkan tabel 16. pada pengujian
wilcoxon, hasil hipotesis yang didapatkan dari pengujian ROE
memiliki signifikan sebesar 0,144/2 = 0,072 dengan derajat kesalahan
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat
adalah 0,072 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih
besar dibandingkan derajat kesalahan sehingga H5 ditolak. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada kinerja ROE PT
Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO.
5) Net Operating Margin (NOM)

76
Dapat dilihat pada tabel 15. nilai negative ranks atau selisih
(negatif) sebesar 3, hal ini mengartikan bahwa terdapat 3 data NOM
setelah IPO yang kurang dari data NOM sebelum melakukan IPO. Dan
rata-rata rankingnya adalah sebesar 2,67 dengan jumlah rangking
negatif adalah sebesar 8. Berdasarkan tabel 16. pada pengujian
Wilcoxon, hasil hipotesis yang didapatkan dari pengujian NOM
memiliki signifikan sebesar 0,273/2 = 0,1365 dengan derajat kesalahan
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat
adalah 0,1365 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan
lebih besar dibandingkan derajat kesalahan sehingga H6 diterima. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada kinerja NOM
PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO.
6) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dapat dilihat pada tabel 15. nilai positive ranks CAR lebih
besar dibandingkan nilai negative ranks CAR, hal itu mengartikan
bahwa rasio CAR PT Bank BRISyariah Tbk setelah IPO meningkat
sebanyak 4 data dibandingkan rasio CAR PT Bank BRISyariah
sebelum IPO. Berdasarkan tabel 16. pada pengujian wilcoxon, hasil
hipotesis yang didapatkan dari pengujian CAR memiliki signifikan
sebesar 0,068/2 = 0,034 dengan derajat kesalahan yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat adalah 0,034 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil
dibandingkan derajat kesalahan sehingga H7 diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja CAR PT Bank
BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO.
7) Penilaian terhadap Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian terhadap Good Corporate Governance (GCG)
terpisah dari laporan keuangan karena GCG merupakan salah satu
komponen penilaian dalam metode RGEC, namun GCG tidak
termasuk ke dalam penilaian terhadap kinerja keuangan bank. Berikut
ini merupakan rincian hasil perhitungan self assessment yang
dilakukan oleh PT Bank BRISyariah Tbk:

77
Tabel 17. Laporan Pelaksanaan GCG PT Bank BRISyariah Tbk periode 2017 - 2018
PT BANK BRISYARIAH TBK
HASIL SELF ESSESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBELUM DAN SESUDAH IPO

Sebelum IPO Sesudah IPO


Parameter Penilaian ( Tahun 2017 ) (Tahun 2018)
No.
(Assessment Parameter) Struktur Proses Hasil Struktur Proses Hasil
(Structure) (Process) (Outcome) (Structure) (Process) (Outcome)
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan komisaris 1.29 1.30 1.88 1.00 1.45 2.00
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 1.20 1.56 2.07 1.07 1.52 2.00
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 1.10 1.71 2.00 1.00 1.43 2.00
4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
1.13 1.55 1.60 1.13 1.55 1.60
Syariah
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
1.83 2.50 2.00 1.83 2.00 2.00
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
6. Penanganan benturan kepentingan 2.00 2.00 1.33 1.50 2.00 1.67
7. Penerapan fungsi kepatuhan bank 1.33 1.75 1.75 1.33 1.75 1.75
8. Penerapan fungsi audit intern 1.25 1.64 2.00 1.25 1.64 2.00
9. Penerapan fungsi audit ekstern 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
10. Batas maksimum penyaluran dana 2.00 1.00 1.00 2.00 1.33 1.00
11.
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
2.00 1.57 1.86 2.25 1.57 1.57
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal

Total nilai parameter 1.47 1.60 1.68 1.40 1.57 1.69


Bobot penilaian parameter 40% 30% 30% 40% 30% 30%
Total nilai proporsional 0.59 0.48 0.50 0.56 0.47 0.51
Total nilai akhir GCG 1.57 1,54
Sumber: Laporan GCG PT Bank BRISyariah Tbk 2017 dan 2018

78
Pada tabel 17. pelaksanaan GCG pada PT Bank BRISyariah Tbk
sebelum IPO yaitu pada tahun 2017 mendapatkan skor/nilai komposit
sebesar 1,57 sedangkan pelaksanaan GCG pada PT Bank BRISyariah Tbk
sesudah IPO yaitu pada tahun 2018 mendapatkan skor/nilai komposit
sebesar 1,54. Dari laporan tersebut dapat diketahui bahwa kedua laporan
sebelum dan sesudah IPO terdapat perbedaan skor hanya sebesar 0,03 dan
keduanya memperoleh predikat baik karena nilai kompositnya lebih besar
dari 1.5 namun kurang dari 2.5. Hasil dari pelaksanaan GCG PT Bank
BRISyariah Tbk memperlihatkan hasil bahwa setelah adanya Initial Public
Offering (IPO) meningkatkan skor/nilai komposit. Peningkatan tersebut
dapat dilihat pada faktor yang pertama, enam, sepuluh, dan sebelas.
Perbedaan tersebut terjadi pada faktor pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab dewan komisaris pada penilaian proses dan hasil, faktor penanganan
benturan kepentingan pada penilaian hasil, dan faktor batas maksimum
penyaluran dana pada penilaian proses.

C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasikan kinerja bank syariah
sebelum melakukan IPO dan sesudah melakukan IPO dengan menggunakan
metode RGEC. Bank syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PT
Bank BRISyariah Tbk yang termasuk ke dalam Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia. PT Bank BRISyariah Tbk bank yang merupakan bank dengan total
aset yang tinggi dibandingkan dengan 2 Bank Umum Syariah (BUS) lainnya
yang sudah melakukan IPO atau yang telah tercatat sebagai emiten di dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam mengkomparasikan kinerjanya dilakukan dengan menggunakan
metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital)
di mana dilakukan penelitian pada rasio kinerja keuangan bank syariah yang
didapatkan dari laporan keuangan dan laporan GCG (Good Corporate
Governance) yang telah dipublikasi pada situs resmi PT Bank BRISyariah
Tbk. Penelitian pada laporan GCG dipisahkan dari penelitian pada laporan
keuangan bank syariah, karena laporan GCG (Good Corporate Governance)
bukanlah laporan yang menggunakan rasio keuangan seperti yang ada dalam

79
laporan keuangan yaitu NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to
Deposit Ratio), ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), NOM (Net
Operating Margin), dan CAR (Capital Adequacy Ratio) atau bisa disebut juga
dengan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum). Berikut ini
merupakan pembahasan mengenai penelitian yang sudah dilakukan pada
laporan keuangan dan laporan pelaksanaan GCG PT Bank BRI Syariah
sebelum dan sesudah melakukan IPO dengan menggunakan metode RGEC.
1. Risk Profile (Profil Risiko)
Dalam penelitian ini, untuk mengukur risk profile (profil risiko)
diukur dengan menggunakan dua faktor risiko yaitu risiko kredit dengan
menggunakan rasio NPF (Non Performing Financing) dan risiko likuiditas
dengan menggunakan rasio FDR (Financing to Deposit Ratio). Pada risk
profile (profil risiko) PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO terjadi
peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelum IPO, karena terjadi
peningkatan pada faktor risiko kredit yaitu NPF dan pada faktor risiko
likuiditas yaitu FDR.
Dapat dilihat pada tingkat NPF sebelum melakukan IPO, tingkat
NPF tertinggi yaitu sebesar 4,72% sedangkan tingkat NPF tertinggi setelah
melakukan IPO mencapai 4,97% di mana tingkat NPF ini hampir
mendekati batas yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) yaitu
sebesar 5%. Semakin rendah tingkat NPF maka semakin baik kinerja bank,
dan sebaliknya semakin tinggi NPF maka semakin buruk kinerja bank
tersebut, berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa kinerja bank
setelah IPO masih baik karena di bawah 5%, namun mengkhawatirkan
karena tingkat NPF PT Bank BRISyariah sesudah IPO menunjukkan
bahwa risiko terjadinya pembiayaan bermasalah setelah bank melakukan
IPO makin tinggi.
Pada nilai rata-rata NPF juga dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
(mean) dari NPF setelah melakukan IPO sebesar 4,4600% lebih besar
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio NPF sebelum melakukan IPO
sebesar 4,0850% yang artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata (mean)
pada tingkat NPF sebesar 0,375%. Hal ini menunjukkan bahwa risiko

80
terjadinya pembiayaan bermasalah setelah melakukan IPO lebih besar
dibandingkan sebelum melakukan IPO.
Peningkatan pada rasio NPF ini terjadi karena meningkatnya FDR
setelah IPO sehingga modal yang dimiliki untuk melakukan pembiayaan
jauh lebih besar dibandingkan sebelum IPO, sehingga pembiayaan yang
disalurkan pun lebih dioptimalkan, karena hal itulah NPF setelah IPO
mengalami peningkatan karena risiko terjadinya pembiayaan bermasalah
semakin besar. Ketika pembiayaan tidak tumbuh maka NPF akan naik dan
jika aset perbankan syariah tidak turun mungkin NPF tidak akan
meningkat. Selain itu, hal ini juga bisa terjadi karena bank masih perlu
menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru di mana terdapat perubahan
dari sisi permodalan.
Kemudian, setelah dilakukan Uji beda wilcoxon, dapat diketahui
bahwa hasil hipotesis yang didapatkan dari pengujian NPF memiliki
signifikan sebesar 0,068/2 = 0,034 dengan derajat kesalahan yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat adalah 0,034 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil dibandingkan
derajat kesalahan sehingga H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pada kinerja NPF PT Bank BRISyariah Tbk sebelum
IPO dan sesudah IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siahaan dan Gandakusuma (2013) mengenai analisis
kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO)
dengan pendekatan rasio CAMEL periode go public yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan pada kinerja keuangan bank berdasarkan rasio
NPL.
Lalu jika melihat hasil yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan pada rasio FDR (Financing to Deposit Ratio), tingkat FDR
tertinggi sebelum melakukan IPO yaitu sebesar 76,79% sedangkan tingkat
FDR tertinggi setelah melakukan IPO mencapai 79,55%, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat FDR PT Bank BRISyariah Tbk setelah IPO
mengalami peningkatan. Semakin besar rasio FDR maka semakin besar
pula kualitas dan tingkat likuiditas nya, hal ini juga menunjukkan bahwa

81
kecil kemungkinannya PT Bank BRISyariah Tbk memiliki cadangan dana
yang cukup besar. Pada nilai rata-rata (mean) dari FDR setelah melakukan
IPO sebesar 77,3050% lebih besar dibandingkan nilai rata-rata (mean)
rasio FDR sebelum melakukan IPO sebesar 72,6250% yang artinya bahwa
terjadi peningkatan nilai rata-rata (mean) FDR sebesar 4,68%. Hal ini bisa
terjadi karena setelah PT Bank BRISyariah melakukan IPO bank memiliki
modal yang lebih besar untuk melakukan pembiayaan dibandingkan pada
saat sebelum melakukan IPO, hal ini mengartikan bahwa FDR PT Bank
BRISyariah setelah melakukan IPO lebih baik dibandingkan sebelum
melakukan IPO.
Berdasarkan laporan tahunan PT Bank BRISyariah Tbk pada tahun
2017, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa bank memiliki likuiditas yang baik dan stabil.
Di samping itu, bank cukup selektif dalam menyalurkan pinjaman, dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi pada saat itu dan di masa
mendatang. Kemudian pada tahun 2018, rasio FDR kembali meningkat
setelah melakukan IPO dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini
menunjukkan bahwa likuiditas dari PT Bank BRISyariah Tbk setelah IPO
tetap terjaga. Peningkatan rasio FDR yang terjadi tersebut disebabkan
karena adanya peningkatan pembiayaan namun tidak diikuti dengan DPK
dari perusahaan, hal tersebut terjadi karena PT Bank BRISyariah Tbk
melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2018 tersebut yang
menyebabkan penambahan modal pada perusahaan.
Dan setelah dilakukan Uji beda wilcoxon, dapat diketahui bahwa
hasil hipotesis yang didapatkan dari pengujian FDR memiliki nilai
signifikan sebesar 0,068/2 = 0,034 dengan derajat kesalahan yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat adalah 0,034 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil dibandingkan
derajat kesalahan sehingga H2 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pada kinerja FDR PT Bank BRISyariah Tbk sebelum
IPO dan sesudah IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Dintha dan Supriatna (2019) yang

82
menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara rasio likuiditas sebelum IPO
dan Sesudah IPO.
Dari pemaparan mengenai hasil penelitian pada faktor risiko kredit
dan risiko likuiditas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada
risk profile (risiko profil) PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan
sesudah IPO.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Dalam penelitian ini, untuk mengukur GCG (Good Corporate
Governance) dilihat dari laporan pelaksanaan GCG yang dipublikasikan
pada situs resmi PT Bank BRISyariah Tbk. Di mana data yang diambil
sebelum IPO adalah data laporan pelaksanaan GCG pada tahun 2017 dan
data laporan pelaksanaan GCG sesudah IPO yaitu pada tahun 2018.
Penilaian pada GCG ini adalah penilaian terhadap manajemen bank atas
pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Penilaian laporan pelaksanaan GCG dapat dilihat dari penilaian
governance structure, governance process dan governance outcome yang
telah dipublikasikan oleh PT Bank BRISyariah Tbk. Pelaksanaan GCG
pada PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO yaitu pada tahun 2017
mendapatkan skor/nilai komposit sebesar 1,57 sedangkan pelaksanaan
GCG pada PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO yaitu pada tahun 2018
mendapatkan skor/nilai komposit sebesar 1,54. Dari laporan tersebut dapat
diketahui bahwa kedua laporan sebelum dan sesudah IPO terdapat
perbedaan skor hanya sebesar 0,03 dan keduanya tetap memperoleh
predikat yang baik.
Pelaksanaan GCG setelah IPO mengalami peningkatan pada
penilaian governance process (proses) dan governance outcome (hasil).
Peningkatan tersebut terjadi pada faktor pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab dewan komisaris pada penilaian proses dan hasil, faktor penanganan
benturan kepentingan pada penilaian hasil, dan faktor batas maksimum
penyaluran dana pada penilaian proses. Peningkatan pada faktor
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris terjadi karena
faktor tersebut telah memaksimalkan penyelenggaraan rapat di mana rapat

83
harus dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun atau minimal dua kali
dalam setahun, serta adanya bukti rekaman penyelenggaraan rapat dan
membuat risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh peserta yang
hadir, kemudian salinan risalah yang telah ditandatangani tersebut
didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris.
PT BRISyariah Tbk telah menjadi perusahaan publik yang dituntut
memiliki kualitas tata kelola seluruh aktivitasnya selalu meningkat dari
waktu ke waktu. Peningkatan yang terjadi adalah dikarenakan telah
tersedianya perangkat-perangkat perusahaan berupa kebijakan, pedoman,
petunjuk pelaksanaan serta kelengkapan struktur organisasi perusahaan.
Dan jika kita melihat pada laporan GCG PT Bank BRISyariah Tbk selama
lima tahun terakhir, peringkat nilai dari GCG ini memang cenderung
selalu mengalami peningkatan. Pada laporan GCG tahun 2014 berada pada
peringkat 1.74, kemudian mengalami peningkatan peringkat pada tahun
2015 menjadi peringkat 1.61, lalu pada tahun 2016 mengalami
peningkatan peringkat menjadi peringkat 1.60, kemudian pada tahun 2017
mengalami peningkatan kembali menjadi peringkat 1.57, dan sampai pada
laporan GCG terakhir pada tahun 2018 menjadi peringkat 1.54.
Artinya setiap tahunnya terdapat perbaikan kinerja pada faktor-
faktor yang menjadi penilaian pada penilaian GCG dan tentunya
diperlukan perbaikan, peningkatan, ataupun perubahan pada faktor-faktor
penilaian GCG untuk mencerminkan kualitas kinerja yang baik pada PT
Bank BRISyariah Tbk.
Pelaksanaan GCG PT Bank BRISyariah Tbk sebelum dan setelah
Initial Public Offering (IPO) juga mendapatkan predikat yang sama seperti
sebelumnya yaitu baik. Dari pembahasan mengenai hasil penelitian pada
laporan pelaksanaan GCG PT Bank BRISyariah Tbk dapat diambil
keputusan bahwa H3 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pada GCG (Good Corporate Governance) PT Bank BRISyariah
Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO, namun perbedaan tersebut sangat kecil
yaitu sebesar 0,03. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Umiyati dan Faly (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

84
kinerja bank syariah sebelum IPO dan sesudah IPO pada GCG, namun
perbedaan nilai tersebut sangat kecil.

3. Earnings (Rentabilitas)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas (earnings) meliputi penilaian
terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan sustainability
earnings bank. Dalam penelitian ini penilaian terhadap faktor earnings ini
menggunakan tiga rasio, yaitu rasio ROA (Return on Asset), ROE (Return
on Equity), dan NOM (Net Operating Margin). Pada earnings
(Rentabilitas) PT Bank BRISyariah Tbk setelah IPO terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelum IPO.
Dapat dilihat pada tingkat ROA sebelum melakukan IPO, tingkat
ROA tertinggi yaitu sebesar 0,86% dan tingkat ROA tertinggi setelah
melakukan IPO sebesar 0,92%. Pada nilai rata-rata ROA juga dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata (mean) dari ROA setelah melakukan IPO sebesar
0,6375% lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio ROA
sebelum melakukan IPO sebesar 0,7250% yang artinya bahwa terjadi
penurunan nilai rata-rata (mean) ROA sebesar 0,0875%.
Jika kita melihat pengertian dari Return on Asset (ROA) sendiri, di
mana ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan profitabilitas perusahaan yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset, dan
modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat melihat
apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam
kegiatan operasi dalam menghasilkan keuntungan. Pada penelitian ini
dapat dilihat bahwa rasio ROA setelah IPO mengalami penurunan
dibandingkan sebelum IPO, penurunan ini terjadi karena laba yang
dihasilkan perusahaan kecil dan tidak sesuai dengan target. Penurunan laba
tersebut berakibat pada daya tarik investor terhadap perusahaan, karena
tingkat pengembalian atau deviden setelah IPO menjadi lebih kecil
dibandingkan sebelum IPO. Karena adanya penurunan ketertarikan
investor pada perusahaan, hal ini dapat berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.

85
Namun, jika kita melihat pada penurunan yang terjadi tersebut,
penurunan nilai rasio ROA ini hampir tidak memberikan dampak, karena
penurunan yang terjadi sangatlah kecil. Penurunan ini bisa saja terjadi
karena rasio NPF yang meningkat, hal ini juga bisa menunjukkan bahwa
PT Bank BRISyariah Tbk kurang mampu mengelola asset untuk
meningkatkan pendapatan dana setelah IPO. Dan setelah dilakukan Uji
beda wilcoxon, hasil hipotesis yang didapatkan dari pengujian ROA
memiliki signifikan sebesar 0,465/2 = 0,2325 dengan derajat kesalahan
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Maka hasil yang didapat adalah
0,2325 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih besar
dibandingkan derajat kesalahan sehingga H4 ditolak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada
kinerja ROA PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah IPO.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Wirajunayasa dan Putri (2017) yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada rasio ROA sebelum
IPO dan sesudah IPO.
Lalu jika melihat hasil yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan pada rasio ROE (Return on Equity), tingkat ROE tertinggi
sebelum melakukan IPO yaitu sebesar 6,92% dan tingkat ROE tertinggi
setelah melakukan IPO sebesar 6,37%. Pada nilai rata-rata ROE juga dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata (mean) dari ROE setelah melakukan IPO
sebesar 4,0675% lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio ROE
sebelum melakukan IPO sebesar 5,9825% yang artinya bahwa terjadi
penurunan nilai rata-rata (mean) ROE sebesar 1,915%.
Penurunan pada tingkat ROE PT Bank BRISyariah Tbk ini
menunjukkan bahwa kemampuan modal disetor PT Bank BRISyariah Tbk
setelah IPO dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin
kecil. Penurunan ini terjadi karena adanya peningkatan ekuitas yang cukup
besar setelah perusahaan melakukan IPO karena bank mendapatkan
tambahan modal dari pemegang saham, namun tidak diikuti dengan
adanya peningkatan keuntungan atau return. Untuk itu, ROE PT Bank

86
BRISyariah Tbk harus dapat meningkatkan lagi return yang dihasilkan
agar sesuai dengan peningkatan ekuitas nya.
Dan setelah dilakukan Uji beda wilcoxon, hasil hipotesis yang
didapatkan dari pengujian ROE memiliki signifikan sebesar 0,144/2 =
0,072 dengan derajat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05.
Maka hasil yang didapat adalah 0,072 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikan lebih besar dibandingkan derajat kesalahan sehingga H5
ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara
pada kinerja ROE PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah
IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dintha dan Supriatna (2019) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara rasio ROE sebelum IPO dan sesudah IPO.
Lalu untuk rasio selanjutnya yaitu rasio NOM (Net Operating
Margin), tingkat NOM tertinggi sebelum melakukan IPO yaitu sebesar
0,34% dan tingkat NOM tertinggi setelah melakukan IPO sebesar 0,42%.
Pada nilai rata-rata NOM juga dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean)
dari NOM setelah melakukan IPO sebesar -0,1800% lebih kecil
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio NOM sebelum melakukan IPO
sebesar 0,1875% yang artinya bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata
(mean) NOM sebesar 0,3675%. Dari data sebelum dan sesudah IPO
tersebut dapat dilihat bahwa rasio NOM dari PT Bank BRISyariah Tbk
setelah IPO mengalami penurunan. Penurunan rasio NOM ini terjadi
karena terdapat peningkatan biaya operasional yang cukup besar namun
tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan operasional. Untuk itu PT
Bank BRISyariah Tbk harus melakukan berbagai strategi untuk
memasarkan produk dari perusahaannya sehingga dapat meningkatkan
pendapatan yang dihasilkan. Jika melihat kriteria penilaian peringkat
NOM yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank
BRISyariah setelah melakukan IPO dalam kondisi yang tidak baik, karena
kurang dari 1%.
Setelah dilakukan Uji beda wilcoxon, hasil hipotesis yang
didapatkan dari pengujian NOM memiliki signifikan sebesar 0,273/2 =

87
0,1365 dengan derajat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05.
Maka hasil yang didapat adalah 0,1365 > 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai signifikan lebih besar dibandingkan derajat kesalahan
sehingga H6 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pada kinerja NOM PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan
sesudah IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Umiyati dan Faly (2015) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
kinerja bank pada rasio NIM sebelum IPO dan sesudah IPO.
Dari pemaparan mengenai hasil penelitian pada rasio-rasio yang
digunakan untuk mengukur earnings (Rentabilitas PT Bank BRISyariah
Tbk yaitu rasio ROA, ROE, dan NOM dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan pada earnings (Rentabilitas) PT Bank BRISyariah Tbk
sebelum IPO dan sesudah IPO.
4. Capital (Permodalan)
Penilaian terhadap faktor permodalan (capital) meliputi penilaian
terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan modal. Dalam
penelitian ini penilaian terhadap faktor permodalan (capital) ini
menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) atau disebut juga
dengan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum). Pada capital
(permodalan) PT Bank BRISyariah Tbk sesudah IPO terjadi peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelum IPO. Dapat dilihat pada tingkat
tertinggi KPMM sebelum melakukan IPO yaitu sebesar 23,64% sedangkan
tingkat KPMM tertinggi setelah melakukan IPO mencapai 29,79%.
Pada nilai rata-rata KPMM juga dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
(mean) dari KPMM setelah melakukan IPO sebesar 29.1600% lebih besar
dibandingkan nilai rata-rata (mean) rasio KPMM sebelum melakukan IPO
sebesar 21.3225% yang artinya bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
(mean) KPMM sebesar 7,8375%. Persentase ini menujukkan bahwa
KPMM PT Bank BRISyariah setelah melakukan IPO lebih baik
dibandingkan dengan sebelum melakukan IPO, Peningkatan rasio KPMM
PT Bank BRISyariah Tbk setelah IPO mengalami peningkatan.
Peningkatan ini terjadi karena setelah IPO, PT Bank BRISyariah Tbk

88
mendapatkan penambahan modal yang cukup besar dari pemegang saham,
hal ini membuat rasio KPMM juga mengalami peningkatan. Peningkatan
yang terjadi pada rasio KPMM ini berdampak baik terhadap perusahaan,
karena dengan adanya modal yang besar maka perusahaan dapat
mengoptimalkan modal tersebut untuk segala kegiatan operasional
perusahaan seperti pembiayaan sehingga keuntungan yang didapatkan
menjadi optimal. Jika melihat kriteria penilaian peringkat CAR yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), kinerja PT Bank BRISyariah
setelah melakukan IPO dalam kondisi yang sangat baik, karena nilai rasio
CAR atau KPMM melebihi batas minimum yang ditetapkan oleh BI yaitu
8%.
Setelah dilakukan Uji beda wilcoxon, hasil hipotesis yang
didapatkan dari pengujian CAR memiliki signifikan sebesar 0,068/2 =
0,034 dengan derajat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05.
Maka hasil yang didapat adalah 0,034 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikan lebih kecil dibandingkan derajat kesalahan sehingga H7
diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja
capital (permodalan) PT Bank BRISyariah Tbk sebelum IPO dan sesudah
IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Umiyati dan Faly (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara
kinerja bank syariah sebelum IPO dan sesudah IPO pada rasio CAR.

89
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kinerja perbankan syariah setelah IPO tidak
lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah sebelum IPO. Hal ini dapat
dilihat dari hasil berikut ini:
1. Hasil uji non parametrik wilcoxon pada kinerja keuangan PT Bank
BRISyariah Tbk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup
besar pada rasio KPMM, sedangkan pada rasio NPF dan FDR terdapat
perbedaan namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar, dan pada rasio
ROA, ROE, dan NOM tidak terdapat perbedaan pada kinerja PT Bank
BRISyariah Tbk sebelum dan sesudah IPO. Untuk variabel GCG sendiri
menunjukkan perbedaan, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap
perusahaan karena perbedaannya cenderung kecil.
2. Perbedaan kinerja PT Bank BRISyariah sebelum dan sesudah IPO dapat
dilihat pada rasio-rasio kinerja keuangan NPF, FDR, ROA, ROE, NOM,
dan KPMM. Kinerja FDR dan KPMM sesudah IPO lebih baik
dibandingkan kinerja sebelum IPO. Sedangkan kinerja NPF, ROA, ROE,
dan NOM sesudah IPO tidak lebih baik dibandingkan sebelum IPO, begitu
pula dengan penilaian pada kinerja GCG.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, peneliti memberikan saran bagi praktisi perbankan syariah,
khususnya PT Bank BRISyariah agar meningkatkan kinerja bank dengan
memaksimalkan jumlah modal yang diterima, sehingga rentabilitas dari bank
syariah meningkat, dan bank syariah dapat menjaga loyalitas para nasabah dan
investor untuk berinvestasi pada saham perusahaannya sesuai dengan
ekspektasi sebelum IPO. Selain itu, bank syariah harus mampu memanfaatkan
perkembangan teknologi agar eksistensi bank syariah semakin terlihat, hal ini
dapat menarik perhatian dan minat para calon-calon nasabah baru dan investor
untuk berinvestasi pada saham bank syariah. Dan bagi peneliti selanjutnya,

90
disarankan untuk dapat menambahkan periode penelitian dan menambah
variabel-variabel penelitian lainnya.

91
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2018). Kajian Stabilitas Keuangan No. 30. Dokumen diakses
pada 29 Juni 2019 melalui www.bi.go.id
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia SE BI 6/23/DPNP/2011. Dokumen
diakses pada 27 Juni 2019 melalui www.bi.go.id
Defri. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi
Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen: Vol. 01 No. 01, September 2012
Fahmi, Irfan. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta
Helfi, Siti Aulia. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga
Saham (Studi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2015 [Skripsi]. Lampung (ID): Universitas
Lampung.
Iskandar, MCC. Analisis Penilaian Penerapan Manajemen Kompensasi Pada
Karyawan Universitas Bunda Mulia. Business & Management Journal
Bunda Mulia: Vol. 8, No. 2, September 2012
Ismal, R. 2013. Islamic Banking in Indonesia. Singapore: John Wiley & Sons
IZFS D, Supriatna N. Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja
Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan: Vol. 7, No. 6, 2019
Junita, Sherty. (2015). Pengaruh KAP, BOPO, dan FDR terhadap Net Operating
Margin (NOM) Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014
[Skripsi]. Jakarta (ID): UIN Jakarta.
Karim A, Rachmawati W, Widyaswati R. The Analysis of Sharia Banks
Soundness Level Using RGEC Method. Economics and Business Solutions
Journal: Vol. 1, No. 1, 2018
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Kusumawardani, Angrawit. Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank
Dengan Menggunakan Metode CAMELS Dan RGEC Pada Pt Bank XXX
Periode 2008 - 2011. Jurnal Ekonomi Bisnis Vol. 19 No. 3, Desember
2014
Munawir, S. 2012. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty

92
Munisi, GH. Financial Performance of Initial Public Offering: Companies Listed
on Dares Salaam Stock Exchange. Business and Economics Journal: Vol.
8, No. 2, 2017
Niswatin. 2017. Kinerja Manajemen Perbankan Syariah. Yogyakarta: Zahir
Publishing
Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Statistik Perbankan Syariah 2018. Dokumen
diakses pada 24 Juni 2019 melalui www.ojk.go.id
Otoritas Jasa Keuangan. (2019). SPS Januari 2019. Dokumen diakses pada 24
Juni 2019 melalui www.ojk.go.id
Pastusiak R, Malaczewski, & kacprzyk. Does Public Offering Improve
Company‟s Financial Performance? The Example of Polan. Economic
Research-Ekonomska Istraživanja: Vol. 29, No. 01, 2016.
PT Bank BRISyariah Tbk. (2017). Laporan GCG 2017. Dokumen diakses pada
04 Juli 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2017). Laporan Keuangan Triwulan II 2017.
Dokumen diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2017). Laporan Keuangan Triwulan III 2017.
Dokumen diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2017). Laporan Keuangan Triwulan IV 2017.
Dokumen diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2018). Laporan GCG 2018. Dokumen diakses pada
04 Juli 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2018). Laporan Keuangan Triwulan I 2018. Dokumen
diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2018). Laporan Keuangan Triwulan II 2018.
Dokumen diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2018). Laporan Keuangan Triwulan III 2018.
Dokumen diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2018). Laporan Keuangan Triwulan IV 2018.
Dokumen diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id
PT Bank BRISyariah Tbk. (2019). Laporan Keuangan Triwulan I 2019. Dokumen
diakses pada 21 Juni 2019 melalui www.brisyariah.co.id

93
Rianto M.N. 2012. Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Riyadi, Selamet. 2015. Banking Asset And Liability Management. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rotinsulu D.P, Kindangen P, Pandowo M. The Analyze of Risk Based Bank Rating
Method on Bank‟s Profitability in State-Owned Banks. Journal EMBA:
Vol. 3, No. 1, 2015
Sanusi, A. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Scribano, F. Ownership Pre- and Post- IPOs and Operating Performance of
Italian Firms. SSRN Electronic Journal, 2015
Siregar, S. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi
Aksara
Siregar, S. 2015. Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana
Soelton M, dkk. Analysis of Capital Adequacy Ratio, Operational Cost of
Operational Income, Net Interest Margin, and Non Performing Loan
Towards Loan to Deposit Ratio in Go Public Conventional Banks, 2012-
2017 Periods. International Journal of Economics and Financial Research:
Vol. 5, No. 3, 2019
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung:
Alfabeta
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portfolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Kanisius
Umiyati, Faly. Pengukuran Kinerja Bank Syariah Dengan Metode RGEC. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam: Vol. 2, No. 2, 2015.
Usman, R. 2010. Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia
(Implementasi dan Aspek Hukum). Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Wahasusmiah R, Watie K.R. Metode RGEC: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Pada Perusahaan Perbankan Syariah. Jurnal Raden Fatah: I-Finance: Vol.
04, No. 02, Desember 2018.

94
Wirajunayasa P.A.A, Putri A.D. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum
dan Sesudah Initial Public Offerings. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana: Vol. 19, No. 3, 2017
Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah
Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat
Yuk Nabung Saham. (2018). Seremoni Pencatatan Perdana Saham PT Bank
BRISyariah Tbk. Dokumen diakses pada tanggal 27 Juni 2019 melalui
www.yuknabungsaham.idx.co.id

95
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Daftar Lampiran:

1. Rasio Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk Triwulan II 2017 – Triwulan I


2019
2. Tabel Perhitungan Rasio Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk Triwulan II
2017 – Triwulan I 2019
3. Output Hasil Pengujian Data dengan SPSS 20

96
Lampiran 1: Rasio Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk Triwulan II 2017 –
Triwulan I 2019
Waktu NPF FDR ROA ROE NOM KPMM
Triwulan II 2017 3.50 76.79 0.71 6.01 0.25 20.38
Triwulan III 2017 4.02 73.14 0.82 6.90 0.28 20.98
Triwulan IV 2017 4.72 71.87 0.51 4.10 -0.12 20.29
Triwulan I 2018 4.10 68.70 0.86 6.92 0.34 23.64
Triwulan II 2018 4.23 77.78 0.92 6.37 0.42 29.31
Triwulan III 2018 4.30 76.40 0.77 4.87 0.10 29.79
Triwulan IV 2018 4.97 75.49 0.43 2.49 -0.27 29.72
Triwulan I 2019 4.34 79.55 0.43 2.54 -0.97 27.82

Lampiran 2: Tabel Perhitungan Rasio Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk


Triwulan II 2017 – Triwulan I 2019
LAPORAN RASIO KEUANGAN
Tanggal 31 Maret 2018 dan 31 Maret 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Mar 2018 31 Mar 2017
RASIO KINERJA
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
23,64% 21,14%
(KPMM)
2. Aset produktif bermasalah dan aset non
produktif bermasalah terhadap total aset 4,14% 3,91
produktif dan aset non produktif
3. Aset produktif bermasalah terhadap total
3,15% 3,80%
aset produktif
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) aset keuangan terhadap aset 1,46% 2,06%
produktif
5. NPF gross 4,92% 4,71%
6. NPF net 4,10% 3,33%
7. Return on Asset (ROA) 0,86% 0,65%
8. Return on Equity (ROE) 6,92% 5,49%
9. Net Imbalan (NI) 5,16% 5,73%
10. Net Operating Margin (NOM) 0,34% 0,20%
11. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
90,75% 93,67%
Operasional (BOPO)
Bersambung ke halaman selanjutnya

97
LAPORAN RASIO KEUANGAN
Tanggal 31 Maret 2018 dan 31 Maret 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Mar 2018 31 Mar 2017
12. Pembiayaan bagi hasil terhadap total
34,09% 35,27%
pembiayaan
13. Financing to Deposit Ratio 68,70% 77,56
KEPATUHAN (Compliance)
1. a. Persentase pelanggaran BMPD
a.1. pihak terkait - -
a.2. pihak tidak terkait - -
b. Persentase pelampauan BMPD
b.1. pihak terkait - -
b.2. pihak tidak terkait - -
2. GWM Rupiah
a. GWM rupiah 7,03% 7,02%
b. GWM valuta asing 1,60% 1,08%
3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara
0,80% 2,48%
keseluruhan

LAPORAN RASIO KEUANGAN


Tanggal 30 Juni 2018 dan 30 Juni 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Jun 2018 31 Jun 2017
RASIO KINERJA
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
29,31% 20,38%
(KPMM)
2. Aset produktif bermasalah dan aset non
produktif bermasalah terhadap total aset 4,04% 3,69%
produktif dan aset non produktif
3. Aset produktif bermasalah terhadap total
3,25% 3,60%
aset produktif
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) aset keuangan terhadap aset 1,49% 1,99%
produktif
5. NPF gross 5,13% 4,82%
6. NPF net 4,23% 3,50%
7. Return on Asset (ROA) 0,92% 0,71%
8. Return on Equity (ROE) 6,37% 6,01%
9. Net Imbalan (NI) 5,18% 5,57%
10. Net Operating Margin (NOM) 0,42% 0,25%
Bersambung ke halaman selanjutnya

98
LAPORAN RASIO KEUANGAN
Tanggal 31 Juni 2018 dan 31 Juni 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Jun 2018 31 Jun 2017
11. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
89,92% 92,78%
Operasional (BOPO)
12. Pembiayaan bagi hasil terhadap total
36,06% 35,29%
pembiayaan
13. Financing to Deposit Ratio 77,78% 76,79%
KEPATUHAN (Compliance)
1. a. Persentase pelanggaran BMPD
a.1. pihak terkait - -
a.2. pihak tidak terkait - -
b. Persentase pelampauan BMPD
b.1. pihak terkait - -
b.2. pihak tidak terkait - -
2. GWM Rupiah
a. GWM rupiah 7,03% 7,02%
b. GWM valuta asing 1,87% 1,08%
3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara
1,38% 5,23%
keseluruhan

LAPORAN RASIO KEUANGAN


Tanggal 30 September 2018 dan 30 September 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 30 Sep 2018 30 Sep 2017
RASIO KINERJA
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
29,79% 20,98%
(KPMM)
2. Aset produktif bermasalah dan aset non
produktif bermasalah terhadap total aset 4,05% 3,54%
produktif dan aset non produktif
3. Aset produktif bermasalah terhadap total
3,38% 3,11%
aset produktif
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) aset keuangan terhadap aset 1,56% 1,53%
produktif
5. NPF gross 5,30% 4,82%
6. NPF net 4,30% 4,02%
7. Return on Asset (ROA) 0,77% 0,82%
8. Return on Equity (ROE) 4,87% 6,90%
9. Net Imbalan (NI) 5,28% 5,66%
Bersambung ke halaman selanjutnya

99
LAPORAN RASIO KEUANGAN
Tanggal 30 September 2018 dan 30 September 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 30 Sep 2018 30 Sep 2017
10. Net Operating Margin (NOM) 0,10% 0,28%
11. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
91,49% 92,19%
Operasional (BOPO)
12. Pembiayaan bagi hasil terhadap total
35,50% 35,35%
pembiayaan
13. Financing to Deposit Ratio 76,40% 73,12%
KEPATUHAN (Compliance)
1. a. Persentase pelanggaran BMPD
a.1. pihak terkait - -
a.2. pihak tidak terkait - -
b. Persentase pelampauan BMPD
b.1. pihak terkait - -
b.2. pihak tidak terkait - -
2. GWM Rupiah
a. GWM rupiah 7,03% 7,02%
b. GWM valuta asing 1,91% 1,70%
3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara
1,17% 4,04%
keseluruhan

LAPORAN RASIO KEUANGAN


Tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Des 2018 31 Des 2017
RASIO KINERJA
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
29,72% 20,29%
(KPMM)
2. Aset produktif bermasalah dan aset non
produktif bermasalah terhadap total aset 5,57% 4,02%
produktif dan aset non produktif
3. Aset produktif bermasalah terhadap total
4,13% 4,37%
aset produktif
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) aset keuangan terhadap aset 1,57% 2,04%
produktif
5. NPF gross 6,73% 6,43%
6. NPF net 4,97% 4,72%
7. Return on Asset (ROA) 0,43% 0,51%
8. Return on Equity (ROE) 2,49% 4,10%
Bersambung ke halaman selanjutnya

100
LAPORAN RASIO KEUANGAN
Tanggal 31 Desember 2018 dan 2017
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Des 2018 31 Des 2017
9. Net Imbalan (NI) 5,36% 5,84%
10. Net Operating Margin (NOM) -0,27% -0,12%
11. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
95,32% 95,24%
Operasional (BOPO)
12. Pembiayaan bagi hasil terhadap total
37,48% 33,85%
pembiayaan
13. Financing to Deposit Ratio 75,49% 71,87%
KEPATUHAN (Compliance)
1. a. Persentase pelanggaran BMPD
a.1. pihak terkait - -
a.2. pihak tidak terkait - -
b. Persentase pelampauan BMPD
b.1. pihak terkait - -
b.2. pihak tidak terkait - -
2. GWM Rupiah
a. GWM rupiah 5,37% 7,03%
b. GWM valuta asing 1,87% 1,70%
3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara
0,93% 0,34%
keseluruhan

LAPORAN RASIO KEUANGAN


Tanggal 31 Maret 2019 dan 2018
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Mar 2019 31 Mar 2018
RASIO KINERJA
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
27,82% 23,95%
(KPMM)
2. Aset produktif bermasalah dan aset non
produktif bermasalah terhadap total aset 5,91% 4,07%
produktif dan aset non produktif
3. Aset produktif bermasalah terhadap total
3,55% 3,05%
aset produktif
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) aset keuangan terhadap aset 1,34% 1,46%
produktif
5. NPF gross 5,68% 4,92%
6. NPF net 4,34% 4,10%
7. Return on Asset (ROA) 0,43% 0,86%
Bersambung ke halaman selanjutnya

101
LAPORAN RASIO KEUANGAN
Tanggal 31 Maret 2019 dan 2018
(Dalam Jutaan Rupiah)
RASIO 31 Mar 2019 31 Mar 2018
8. Return on Equity (ROE) 2,54% 6,92%
9. Net Imbalan (NI) 5,20% 5,16%
10. Net Operating Margin (NOM) -0,97% 0,34%
11. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
95,67% 90,75%
Operasional (BOPO)
12. Pembiayaan bagi hasil terhadap total
38,45% 33,78%
pembiayaan
13. Financing to Deposit Ratio 79,55% 68,70%
KEPATUHAN (Compliance)
1. a. Persentase pelanggaran BMPD
a.1. pihak terkait - -
a.2. pihak tidak terkait - -
b. Persentase pelampauan BMPD
b.1. pihak terkait - -
b.2. pihak tidak terkait - -
2. GWM Rupiah
a. GWM rupiah 5,39% 7,03%
b. GWM valuta asing 1,37% 1,60%
3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara
1,27% 0,80%
keseluruhan

Lampiran 3: Output Hasil Pengujian data dengan SPSS 20

Descriptives
KODE_WAKTU Statistic Std. Error
Mean 3.9725 .34500
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.8746
Mean Upper Bound 5.0704
5% Trimmed Mean 3.9822
Median 4.0600
Variance .476
NPF Sebelum Std. Deviation .68999
Minimum 3.05
Maximum 4.72
Range 1.67
Interquartile Range 1.27
Skewness -.741 1.014
Kurtosis 1.746 2.619

102
Descriptives
KODE_WAKTU Statistic Std. Error
Mean 4.4600 .17151
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.9142
Mean Upper Bound 5.0058
5% Trimmed Mean 4.4444
Median 4.3200
Variance .118
Setelah Std. Deviation .34303
Minimum 4.23
Maximum 4.97
Range .74
Interquartile Range .56
Skewness 1.894 1.014
Kurtosis 3.669 2.619
Mean 72.6250 1.67302
95% Confidence Interval for Lower Bound 67.3007
Mean Upper Bound 77.9493
5% Trimmed Mean 72.6117
Median 72.5050
Variance 11.196
Sebelum Std. Deviation 3.34605
Minimum 68.70
Maximum 76.79
Range 8.09
Interquartile Range 6.38
Skewness .204 1.014
FDR
Kurtosis .824 2.619
Mean 77.3050 .88407
95% Confidence Interval for Lower Bound 74.4915
Mean Upper Bound 80.1185
5% Trimmed Mean 77.2811
Median 77.0900
Setelah Variance 3.126
Std. Deviation 1.76813
Minimum 75.49
Maximum 79.55
Range 4.06
Interquartile Range 3.39

103
Descriptives
KODE_WAKTU Statistic Std. Error
Skewness .567 1.014
Kurtosis -.890 2.619
Mean .7250 .07837
95% Confidence Interval for Lower Bound .4756
Mean Upper Bound .9744
5% Trimmed Mean .7294
Median .7650
Variance .025
Sebelum Std. Deviation .15674
Minimum .51
Maximum .86
Range .35
Interquartile Range .29
Skewness -1.147 1.014
Kurtosis .586 2.619
ROA
Mean .6375 .12365
95% Confidence Interval for Lower Bound .2440
Mean Upper Bound 1.0310
5% Trimmed Mean .6333
Median .6000
Variance .061
Setelah Std. Deviation .24730
Minimum .43
Maximum .92
Range .49
Interquartile Range .45
Skewness .309 1.014
Kurtosis -4.245 2.619
Mean 5.9825 .66240
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.8744
Mean Upper Bound 8.0906
5% Trimmed Mean 6.0350
ROE Sebelum Median 6.4550
Variance 1.755
Std. Deviation 1.32480
Minimum 4.10
Maximum 6.92

104
Descriptives
KODE_WAKTU Statistic Std. Error
Range 2.82
Interquartile Range 2.34
Skewness -1.455 1.014
Kurtosis 1.693 2.619
Mean 4.0675 .94724
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.0529
Mean Upper Bound 7.0821
5% Trimmed Mean 4.0272
Median 3.7050
Variance 3.589
Setelah Std. Deviation 1.89449
Minimum 2.49
Maximum 6.37
Range 3.88
Interquartile Range 3.49
Skewness .513 1.014
Kurtosis -3.109 2.619
Mean .1875 .10419
95% Confidence Interval for Lower Bound -.1441
Mean Upper Bound .5191
5% Trimmed Mean .1961
Median .2650
Variance .043
Sebelum Std. Deviation .20839
Minimum -.12
Maximum .34
Range .46
NOM
Interquartile Range .35
Skewness -1.804 1.014
Kurtosis 3.417 2.619
Mean -.1800 .29869
95% Confidence Interval for Lower Bound -1.1306
Mean Upper Bound .7706
Setelah 5% Trimmed Mean -.1694
Median -.0850
Variance .357
Std. Deviation .59738

105
Descriptives
KODE_WAKTU Statistic Std. Error
Minimum -.97
Maximum .42
Range 1.39
Interquartile Range 1.13
Skewness -.800 1.014
Kurtosis .249 2.619
Mean 21.3225 .78753
95% Confidence Interval for Lower Bound 18.8162
Mean Upper Bound 23.8288
5% Trimmed Mean 21.2511
Median 20.6800
Variance 2.481
Sebelum Std. Deviation 1.57506
Minimum 20.29
Maximum 23.64
Range 3.35
Interquartile Range 2.66
Skewness 1.786 1.014
Kurtosis 3.173 2.619
CAR
Mean 29.1600 .45904
95% Confidence Interval for Lower Bound 27.6991
Mean Upper Bound 30.6209
5% Trimmed Mean 29.1994
Median 29.5150
Variance .843
Setelah Std. Deviation .91808
Minimum 27.82
Maximum 29.79
Range 1.97
Interquartile Range 1.58
Skewness -1.703 1.014
Kurtosis 2.831 2.619

Tests of Normality
a
KODE_WAKTU Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
NPF Sebelum .277 4 . .944 4 .678

106
Tests of Normality
a
KODE_WAKTU Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Setelah .387 4 . .752 4 .040
Sebelum .189 4 . .992 4 .966
FDR
Setelah .196 4 . .972 4 .856
Sebelum .228 4 . .909 4 .477
ROA
Setelah .299 4 . .843 4 .205
Sebelum .258 4 . .827 4 .159
ROE
Setelah .290 4 . .866 4 .283
Sebelum .368 4 . .792 4 .088
NOM
Setelah .190 4 . .966 4 .815
Sebelum .336 4 . .775 4 .065
CAR
Setelah .315 4 . .800 4 .102
a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 0 .00 .00
b
NPF_Setelah - Positive Ranks 4 2.50 10.00
c
NPF_Sebelum Ties 0

Total 4
d
Negative Ranks 0 .00 .00
e
FDR_Setelah - Positive Ranks 4 2.50 10.00
f
FDR_Sebelum Ties 0
Total 4
g
Negative Ranks 3 2.33 7.00
h
ROA_Setelah - Positive Ranks 1 3.00 3.00
i
ROA_Sebelum Ties 0
Total 4
j
Negative Ranks 3 3.00 9.00
k
ROE_Setelah - Positive Ranks 1 1.00 1.00
l
ROE_Sebelum Ties 0
Total 4
m
Negative Ranks 3 2.67 8.00
n
NOM_Setelah - Positive Ranks 1 2.00 2.00
o
NOM_Sebelum Ties 0
Total 4
p
CAR_Setelah - Negative Ranks 0 .00 .00

107
Wilcoxon Signed Ranks Test

N Mean Rank Sum of Ranks


q
CAR_Sebelum Positive Ranks 4 2.50 10.00
r
Ties 0

Total 4

a. NPF_Setelah < NPF_Sebelum


b. NPF_Setelah > NPF_Sebelum
c. NPF_Setelah = NPF_Sebelum
d. FDR_Setelah < FDR_Sebelum
e. FDR_Setelah > FDR_Sebelum
f. FDR_Setelah = FDR_Sebelum
g. ROA_Setelah < ROA_Sebelum
h. ROA_Setelah > ROA_Sebelum
i. ROA_Setelah = ROA_Sebelum
j. ROE_Setelah < ROE_Sebelum
k. ROE_Setelah > ROE_Sebelum
l. ROE_Setelah = ROE_Sebelum
m. NOM_Setelah < NOM_Sebelum
n. NOM_Setelah > NOM_Sebelum
o. NOM_Setelah = NOM_Sebelum
p. CAR_Setelah < CAR_Sebelum
q. CAR_Setelah > CAR_Sebelum
r. CAR_Setelah = CAR_Sebelum

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-
Z
tailed)
NPF Sebelum IPO – NPF Setelah IPO -1.826 .068
FDR Sebelum IPO – FDR Setelah IPO -1.826 .068
ROA Sebelum IPO – ROA Setelah IPO -.730 .465
ROE Sebelum IPO – ROE Setelah IPO -1.461 .144
NOM Sebelum IPO – NOM Setelah IPO -1.095 .273
KPMM Sebelum IPO – KPMM Setelah
-1.826 .068
IPO

108

Anda mungkin juga menyukai