TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister
Oleh:
LUTHFI ABDILLAH
186020202111011
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
KOMISI PEMBIMBING :
a.n. Dekan
Ketua Program Studi
pengetahuan saya, di dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini
dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di
dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan
pasal 70).
Luthfi Abdillah, SE
NIM 186020202111011
iii
Curriculum Vitae
Luthfi Abdillah
Ibunda Fatimah & Ayahanda Achmad Maskat- Alloh Yarhamhuma, yang semasa
tercinta, kalian berdualah adalah teladan dan inspirasi dalam hidupku. Berderai
air mata setiap mengenang perjuangan dan kasih sayangmu. Semoga Alloh
ABSTRAK
ABSTRACT
Bank 4.0 is a modern banking platform that is based entirely on digital technology
with absolutely no physical interaction between customers and banks. Since 2017,
Bank 4.0 has grown rapidly in Indonesia. Even the number of transactions on Bank
4.0 has exceeded transactions on conventional banking services. The presence of
Bank 4.0 is awaited and welcomed by customers in Indonesia, especially millennial
customers. However, it raises new concerns as the emergence of issues related
to risk, security, transaction convenience, legality and credibility of service
providers, and sustainability and effectiveness of Bank 4.0 services. This research
was conducted to help Bank 4.0 solve this problem. This research began with
exploring the experiential attributes of Bank 4.0. Furthermore, the effects of Bank
4.0 experiential quality on WOM behavior, intention, and satisfaction of customer
were examined. Millennial customers were chosen as the subject of this study
because they are naturally digital natives and they are prospective prime
customers of banking in the future. This research discovered that functional quality,
convenience, innovations, trust, value, risk mitigation, and security were
dimensions of Bank 4.0 experiential quality. Moreover, Bank 4.0 experiential
quality directly affected satisfaction, WOM behavior, and intention of customer.
This research contributed additional results, which showed that there was a
relationship between customer profiles and the dimensions of Bank 4.0 experiential
quality.
KATA PENGANTAR
hidayah Alloh Azza Wa Jalla, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
dari berbagai pihak, maka akan sulit rasanya menyelesaikan penelitian dan
menyusun tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menghaturkan
dan Ibu Dr. Dra. Kusuma Ratnawati, MM, CFP, selaku Pembimbing II.
2. Ibu Dr.Dra. Sumiati, SE., MSi, CSRS,CFP selaku Penguji I, dan Ibu Risna
3. Bapak & Ibu dosen yang telah membimbing, mengajar serta mendidik
Sarjana FEB.
4. Para staf dan karyawan Magister Manajemen Program Pasca Sarjana FEB
tesis ini.
6. Seluruh rekan direksi dan karyawan PT Rejeki Barokah Properti yang selalu
pengembangan properti.
7. Seluruh team yang saya banggakan di PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk-
Cabang Malang dari level Deputy Branch Manager sampai Office Boy, yang
8. Seluruh rekan direksi & karyawan PT.TSA Realty yang selalu semangat
Consultindo
10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebut satu per satu, terima kasih
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tentu masih perlu penyempurnaan dan
pengembangan lebih lanjut. Untuk itu peneliti dengan hati menerima masukan dan
saran perbaikan. Akhirnya, peneliti berharap tesis dan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kemajuan akademis dan praktis pada industri perbankan modern
di Indonesia.
Luthfi Abdillah
x
DAFTAR ISI
5.5.3 Saran dan Implikasi Untuk Stakeholder Bank 4.0 .......................... 162
5.5.3.1 Bagi Pelaku Industri Bank 4.0 (Bank Umum dan Fintech) ........... 163
5.5.3.2 Bagi Regulator .................................................................................. 166
5.5.3.3 Bagi Investor ..................................................................................... 167
5.5.3.4 Bagi Pelanggan Bank 4.0 ................................................................ 168
5.5.3.5 Bagi Akademisi ................................................................................. 168
5.5.4 Pandemic COVID19 dan Bank 4.0 ................................................... 169
BAB VI Kesimpulan Dan Saran........................................................................ 171
6.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................ 171
6.2 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 172
6.3 Saran Bagi Penelitian di Masa Depan ................................................. 174
6.4 Catatan Penutup ................................................................................. 175
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 177
DESAIN KUESIONER ..................................................................................... 201
LOA JURNAL RJOAS ...................................................................................... 210
PUBLIKASI JURNAL RJOAS Hal 1 ................................................................. 211
LOA JURNAL APMBA ..................................................................................... 212
PUBLIKASI JURNAL APMBA Hal 1 ................................................................. 213
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik era Bank 4.0 dengan era sebelumnya 33
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
layanan perbankan digital. Faktor persaingan antar bank yang ketat dan
layanan digital, misalnya telephone banking, internet banking, dan mobile banking
untuk menawarkan layanan yang lebih baik kepada pelanggan (Alalwan et al,
2016). Ketika harapan pelanggan dan kompetisi bank meningkat maka menambah
et al, 2016). Setelah krisis moneter 2008, bank-bank berjuang untuk menutup
kerugian dan berusaha mencetak keuntungan dengan cara terus berinovasi dan
pos efisiensi itu bisa dijawab sekaligus dengan pengaplikasian perbankan digital
(Amin, 2016). Temuan Amin tersebut juga sejalan dengan hasil riset yang dirilis
oleh McKinsey & Company (2018) bertajuk Asia’s Digital Banking Race: Giving
Customers What They Want, yang mana telah terjadi pergeseran yang signifikan
harus ditempuh agar bank bisa bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat.
2
petugas bank dengan pelanggan di kantor cabang. Layanan perbankan digital ini
pelanggan (OJK, 2018). Kehadiran telephone pintar (smart phone) juga semakin
terintegrasi, mobile, realtime, dapat dilakukan dimana pun dan kapanpun. Bank-
bank pun terus berevolusi dan saling berlomba mengaplikasikan sistem dan
Evolusi teknologi digital perbankan saat ini sudah memasuki suatu era yang
menurut Brett King (2018) dalam buku world best sellernya yang berjudul ‘Bank
4.0: Banking Every Where, Never at Bank’, disebut era Bank 4.0. Lebih lanjut King
requirements for physical distribution (King, 2018). Dari definisi tersebut jelas
bahwa Bank 4.0 sangatlah berbeda dengan digital banking. Pada digital banking,
online system hanya sebatas sebagai alternative distribution channel bagi bank,
dimana perjumpaan secara fisik antara bank dengan pelanggan mutlak tetap
diperlukan.
Saat ini di Indonesia, bukan hanya bank papan atas saja yang telah
memasuki era Bank 4.0, bahkan sekelas BPR juga tidak mau ketinggalan. Aplikasi
platformnya pun tidak kalah canggih dengan bank umum dan fintech. Selain
perbankan umum, layanan Bank 4.0 juga populer dikembangkan oleh perusahaan
financial technology (fintech). Ada beberapa jenis layanan yang merupakan usaha
inti dari fintech ini yang mirip dengan layanan bank umum seperti Payments,
Raising merupakan jenis fintech yang paling populer. Karena jenis layanan yang
sama dengan bank umum, King (2018) mengkategorikan fintech sebagai bagian
Bank 4.0. Pada Gambar 1.1 terlihat perkembangan pesat pelaku Bank 4.0 dari
Dari sisi bank umum, meski terkesan tertinggal dibanding fintech, namun
Bank 4.0, dan saat ini layanannya tidak kalah canggih dengan fintech. Pada
Gambar 1.2 contoh aplikasi Bank 4.0 dari bank umum yang populer di Indonesia.
4
Gambar 1.2 Contoh Aplikasi Bank 4.0 dari Bank Umum di Indonesia
(Sumber: dari beberapa web bank)
transaksi finansial namun juga mengubah gaya hidup masyarakat. Transaksi tunai
perlahan namun pasti sudah mulai ditinggalkan, begitu juga dengan layanan
SMS Banking, Phone Banking) sudah mulai digantikan dengan layanan fully digital
(NFC), QR payment, One Time Password (OTP) dan e-money. Saat ini, kita dapat
belanja di minimarket, pesan kopi, beli tiket, naik ojek, belanjaonline, bahkan infaq
di masjid cukup dengan mengetuk ponsel (tanpa pin, token & user Id), atau cukup
dengan memindai bar code atau QR (Gambar 1.3). Bahkan kita juga dapat
partner kita secara instan ke lebih dari 190 negara, tanpa ribet, tanpa tanda tangan,
tanpa perlu mengisi form KYC, tanpa pusing hitungan kurs, dan tanpa harus
datang secara fisik ke bank, begitu mudah dan murah. Begitu juga dengan layanan
5
kredit konvensional (seperti kartu kredit dan KTA), saat ini mulai digantikan dengan
kredit instan berbasis aplikasi, dengan proses yang lebih cepat dan lebih nyaman.
Gambar 1.3 Contoh Aplikasi Bank 4.0 di Kota Malang (sumber: peneliti, 2020)
Bank 4.0 di Indonesia seperti tidak terbendung, bahkan sejak 2017 penetrasi
dilansir dari Bank Indonesia (2019) menyebutkan, saat ini hanya 7% dari total
menjadi tidak lagi efisien, sehingga penutupan kantor cabang tidak dapat
terelakkan lagi. OJK (2019) menyatakan ada sekitar 1.000 kantor cabang tutup
dalam 3 tahun terakhir ini. Senada dengan data-data diatas, Asian Banker
2018 sudah melampoi dari jumlah kartu plastik bank (Gambar 1.5).
Di satu sisi kehadiran Bank 4.0 ditunggu dan disambut meriah (terutama oleh
generasi millennials), namun disisi lain kehadiran Bank 4.0 juga menimbulkan
kekhawatiran baru di industri keuangan (King, 2018). Mengutip dari Caixing Global
7
(2019), lebih dari 80 persen dari 6.200 platform berbasis fully digital di China kini
telah ditutup atau mengalami kesulitan pengelolaan yang sangat serius, mulai dari
masalah pelarian dana, persoalan investasi yang buruk hingga kredit macet. Pada
Juli 2018, setidaknya 165 platform fintech capital raising mengalami kesulitan
menimbulkan masalah yang tak kalah serius. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
merilis pada tahun 2017 terdapat 144 aplikasi fintech yang ilegal atau tidak
memiliki izin. Pada 2018, Satgas Waspada Investasi menemukan sebanyak 404
entitas fintech yang tak berizin namun tetap beroperasi secara ilegal. Tahun 2019
total entitas fintech illegal meningkat tajam 543 entitas. Jika ditotal, sejak 2017
hingga 2019, sudah ada 1091 fintech illegal yang ditemukan (OJK, 2019).
sebanyak 1.330 korban pinjaman online (pinjol) yang berasal dari 25 provinsi di
pengenaan bunga yang sangat mahal, sistem penagihan yang berbentuk teror dan
ancaman, penipuan, tidak transparannya term & condition, hingga pencurian dan
juga terjadi pada layanan Bank 4.0 yang dimiliki oleh bank umum, dengan aduan
terbanyak yaitu : dana pada e-money & e-wallet tiba-tiba raib, rekening terdebet
namun dana tidak tertransfer, masalah peretasan dan fraud (OJK, 2019).
Permasalahan layanan Bank 4.0 diatas, apabila tidak segera diatasi maka
Bank 4.0 pada akhirnya menghadapi kenyataan bahwa apa yang diinginkan
keberlangsungan Bank 4.0, karena kepuasan pelanggan adalah faktor yang paling
pelanggan.
2018) peneliti termotivasi untuk melakukan riset ini. Penelitian ini berfokus pada
satisfaction. Penelitian ini sangat mendesak dan penting dilakukan karena Era 4.0
riset sebelumnya yang secara spesifik meneliti Bank 4.0 Experiential terutama dari
(misalnya; Mbama et al, 2018; Keisidou et al, 2013; Amin, 2016; Janahi et al,
2017), namun dengan subjek pelanggan yang sangat umum, artinya data
penelitian diambil dari semua usia dan jenis pelanggan bank, sehingga bisa
9
menimbulkan hasil penelitian yang bias. Hal ini terbukti pada hasil penelitian
terdahulu terdapat hasil yang kontradiktif. Sebagai contoh, penelitian terkait efek
Mbama et al (2018), ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan
hubungan yang positip signifikan, ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
customer behavior.
Penelitian tentang e-banking yang lebih komplek telah dilakukan oleh Amin
(2016) namun tidak meneliti variabel experience dan customer behavior. Penelitian
sebagai variabel mediasi, sekaligus meneliti ulang hasil efek loyalty terhadap
dalam sektor online. Penelitian yang lebih komprehensif dilakukan oleh Klaus &
penelitian tersebut masih sangat umum, tidak secara khusus meneliti sektor
10
perbankan. Namun, Klaus & Maklan (2013) tidak tegas mendeskripsikan variabel
WOM behavior dan loyalty, terbukti definisi operasional yang digunakan antara
kedua variabel tersebut banyak tumpang tindih dan ambigu. Beberapa variabel
yang terlibat terhadap experience juga kurang sesuai dengan sektor online
Menurut peneliti, riset tentang Bank 4.0 perlu menitikberatkan pada variabel
yang komplek yang dirasakan pelanggan, variabel ini bukan sekedar gap antara
pelanggan dari semua kontak langsung dan tidak langsung (Klaus & Maklan,
dahulunya hanya sekedar konsumsi komoditi, produk, dan jasa, kini telah bergeser
ke experience (Schmitt, 1999). Ketiga, lebih sesuai dengan karakteristik Bank 4.0
yang contackless & branchless. Hal ini pula yang menjadi pemikiran para
konseptor Bank 4.0, bukan lagi merancang produk dan layanan, namun
experience. ‘Designing experiences in the Bank 4.0 age means that the previous
product and channel structures offer almost zero benefit in this new world. In fact,
they may bias you towards experiences with unnecessary friction and limit you in
terms of scale (King, 2018). Meskipun variabel experience ini sangat penting,
perbankan, belum banyak yang memberi perhatian pada variabel ini. Sehingga
Pada penelitian ini, variabel loyalty akan dipisah secara tegas dalam dua
variabel yaitu WOM behavior dan Continuence intentions. Hal ini berbeda dengan
11
2018; Amin, 2016). Para peneliti tersebut berpendapat antara WOM behavior dan
hampir selalu dihubungkan dengan loyalty, tanpa diukur secara jelas pengaruhnya
terhadap intention dan WOM behavior. Memang telah banyak peneliti yang
mengakui hubungan antara satisfaction dan loyalty (Yi & La, 2004), namun sifat
pasti dari hubungan kedua variabel ini masih dipertanyakan, karena meskipun
satisfaction dan Bank 4.0 Experiential Quality pada Continuence intention dan
WOM behavior secara terpisah. Model penelitian ini juga didukung oleh Klaus &
Maklan (2013) dan Keiningham et al (2007) yang dengan alasan yang serupa.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa variabel WOM behavior ini perlu diberi
perhatian khusus dalam penelitian ini, yaitu: Pertama, perkembangan Bank 4.0 ini
parallel dengan perkembangan sosial media, pemilihan layanan Bank 4.0 oleh
pelanggan diyakini tidak lepas dari rating, review, tag, mention, comment dan
Heckman dan Guskey (1998)), namun peneliti yang lain tidak menemukan
hubungan langsung antara kedua variabel tsb (misalnya: Arnett et al (2003) dan
hasilnya ini membuka peluang peneliti untuk meneliti ulang hubungan kedua
variabel ini dalam konteks Bank 4.0 khususnya dari persepsi nasabah millennials.
terkait online banking, namun perlu untuk diteliti ulang hubungannya dengan
loyalty, terutama dalam konteks Bank 4.0, karena ini adalah variabel penting untuk
graphical user interface (GUI) dan akrab dengan jejaring media sosial (Burstein,
2013). Mereka dipilih sebagai subjek penelitian ini dengan alasan: Pertama, Bank
13
4.0 identik dengan aplikasi teknologi kekinian, artinya jika penelitian ini diterapkan
tidak semua pelanggan umum akrab dengan teknologi kekinian. Hal ini berbeda
dengan pelanggan millennials yang memang secara alamiah terlahir di era digital
atau disebut ‘digital native’ (Prensky, 2001). Kedua, mereka adalah calon
pendapat mereka melalui reaksi dan interaksi mereka dengan layanan Bank 4.0
saat ini sangat penting untuk memahami pengalaman mereka dan dampaknya
kuisioner kepada pelanggan millennials Bank 4.0 di Kota Malang, sebuah kota
yang dihuni sebanyak 459 ribu penduduk usia 15 – 44 tahun (BPS, 2020), serta
penjuru Indonesia, sehingga Kota Malang dinilai sangat tepat untuk tempat
banker sebagai penyeimbang sampel aplikasi dari bank umum. Ketiga, kelompok
Adapun objek penelitian ini adalah experiential quality pada layanan Bank
4.0, baik yang dimiliki Bank Umum dan fintech di Indonesia. Layanan Bank 4.0
yang dimiliki oleh bank umum diantaranya Jenius by BTPN, GoMobile (OCTO) by
CIMB Niaga, GoPay, Sakuku by BCA, MobileX by Permata Bank, Mandiri Online,
BNI Mobile, MO by BRI, Simobi+ by Bank Sinarmas, DIN by Muamalat, dll. Adapun
fintech, meskipun jumlahnya lebih dari 180 aplikasi (OJK, 2019), namun yang
dipilih dalam penelitian ini adalah fintech yang menjalankan fungsi yang linear
dengan fungsi dasar bank umum, yaitu fungsi penghimpunan dana (funding),
14
aplikasi fintech yang masuk dalam kriteria tersebut adalah OVO, GoPay, LinkAja
dan Dana. Fintech populer seperti Amartha dan Kredivo, tidak dipilih menjadi objek
dalam penelitian, karena hanya beroperasi dalam fungsi kredit saja. Pada Gambar
1.6 menjelaskan pemilahan objek penelitian dari fintech dan bank umum.
et al, 2018; Klaus & Maklan, 2013), pada penelitian ini bukan lagi variabel yang
penelitian ini disebut Bank 4.0 Experiential. Dimensi pengalaman masih jarang
diteliti, terutama sektor online banking. Tabel 1.2 dibawah adalah beberapa
tedahulu tersebut, terlihat bahwa para peneliti sebelumnya memiliki pendapat yang
rumusan yang pasti atas atribut customer experience. Perbedaan hasil penelitian
diatas tersebut merupakan gap research, yang membuka peluang bagi peneliti
untuk meneliti lebih lanjut, khususnya dimensi pada Bank 4.0 Experiential.
15
4 Brakus, J.J., Schmitt, Brand experience: what is it? How is it Sensory, affective, intellectual and behavioural
B.H. and measured? Does it affect loyalty?
Zarantonello, L.
(2009)
5 Knutson, B.J., Beck, Identifying the dimensions of the Environment, Benefit, Accessibility,
J.A., Kim, S.H. and experience construct Convenience, Utility, Incentive, and Trust
Cha, J. (2007)
6 Bernd Schmitt (1999) Experiential Marketing: A New Sensory experiences (SENSE), affective
Framework for Design and experiences (FEEL), creative cognitive
Communications experiences (THINK), physical experiences,
behaviors, and lifestyles (ACT), and social-
identity experiences that result from relating to
a reference group or culture (RELATE)
7 Ashutosh Nigam Modeling Relationship Marketing, Sense, Feel, Think, Act, Relate
(2012) Between Experential Value And
Purchase Intenstions In Organized
Quick Service Chain Restaurants
Shoppers Using Structural Equation
Modeling Approach
Centre, 2010, dll). Adapun atribut experience dapat dilihat dari Tabel 1.2 diatas.
16
dengan dengan atribut Bank 4.0 dan millennials customer, dimana setiap dimensi
harus menyentuh atribut Bank 4.0 dan millennials customer sekaligus. Lebih detil
Langkah-langkah konstruksi ini dibahas pada Bab III. Pada akhirnya terbentuklah
enam dimensi yang dianggap paling relevan, yaitu kualitas fungsional (functional
nilai (value), mitigasi risiko dan keamanan (Risk mitigation & Security). Keenam
dimensi dari Bank 4.0 Experiential dari sudut pandang millennials customer.
karakteristik Bank 4.0. Untuk itu penelitian ini mendesak untuk dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan kinerja Bank 4.0, sekaligus sebagai penelitian yang
pertama kali meneliti Bank 4.0 Experiential dari sudut pandang millennials
customer.
Penelitian ini diharapkan akan memiliki implikasi bagi bank umum, akademisi
dan pembuat kebijakan. Penelitian ini akan menciptakan wawasan yang luas
tentang Bank 4.0, tentang bagaimana beberapa dimensi dan variabel dihubungkan
permasalahan yang dihadapi industri Bank 4.0 saat ini adalah munculnya
dan efektifitas penggunaan layanan Bank 4.0. Dari rumusan masalah diatas, maka
insentif (incentive), mitigasi risiko & keamanan (risk mitigation & security)
Intentions).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, baik secara teori,
praktik, dan kebijakan bagi dunia pendidikan dan Bank 4.0 diantaranya sebagai
berikut;
pemahaman tentang dimensi apa saja dalam Bank 4.0 Experiential. Selain itu
juga akan diteliti pengaruh dan hubungan empat variabel yaitu pengalaman,
kepuasan, niat dan perilaku WOM. Pola hubungan empat variabel ini masih
jarang diteliti kaitannya dengan online banking, apalagi Bank 4.0. Diharapkan
dan perbaikan bagi bank umum yang memiliki layanan Bank 4.0. Dengan
mengetahui dimensi apa saja dalam Bank 4.0 Experiential, bank dapat lebih
functional quality, bank bisa lebih fokus dalam pengembangan interface yang
lebih interaktif, user friendly, simple dan mudah dioperasikan. Terkait dimensi
risk mitigation & security, bank dapat menguatkan sistem enskripsi, otentifikasi
dan verifikasi yang membuat pelanggan lebih merasa aman dan tenang.
Begitu juga dengan implikasi dari dimensi yang lainnya dapat secara nyata
umum penyedia layanan Bank 4.0 dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bagi
bank umum, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
aman dan tetap memiliki daya saing tinggi. Selain itu penelitian ini diharapkan
millennials. Bagi OJK hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai model
verifikasi dan otentifikasi pada fully digital banking, sehingga peraturan dan
Penulisan dalam tesis ini terbagi dalam Enam Bab dengan penjelasan sebagai
berikut;
Bab 2 Tinjauan Pustaka. Memberikan tinjauan kritis literatur dari berbagai aspek
penelitian. Ini mengacu pada dasar teori, dan penelitian industri. Implikasi Bank
dan perilaku WOM akan ditinjau ulang. Bab ini juga memberikan informasi latar
banking.
konseptual penelitian. Ini mengacu pada literatur akademik dan hasil riset yang
ada. Kerangka teoritis hierarkis dan metode penelitian yang tersedia akan dikaji.
yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya proposal dan implikasi dari
kerangka kerja terpadu yang baru akan dibahas, konsep kerangka kerja yang baru
ini juga akan menunjukkan bagaimana pertanyaan penelitian dalam Bab 1 akan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran. Bagian pertama berisi ringkasan temuan. Bagian
masa depan.
Daftar Pustaka
21
Bab ini akan membahas latar belakang teoritis yang menjadi landasan
penelitian. Teori penelitian adalah kerangka kerja logis yang mampu menjelaskan
fenomena (Lee & Greenley, 2008). Teori utama yang akan dibahas dalam bab ini
adalah Teori Service-Dominant (S-D) Logic, selanjutnya akan dibahas tema dan
subjek penelitian yaitu: Bank 4.0 dan millennials customer. Variabel penelitian
yang akan dikaji yaitu: Bank 4.0 experiential, customer satisfaction dan customer
loyalty yang dalam penelitian ini dikaji terpisah yaitu: Continuence intention dan
WOM behavior. Dimensi Bank 4.0 experiential akan dibahas secara khusus pada
keamanan (risk mitigation & security). Kajian literatur secara kritis akan digunakan
Bab ini dimulai dengan kajian Service-Dominant Logic Theory yang populer
Bank 4.0, yang akan diinformasikan tentang bagaimana Bank 4.0 menyediakan
layanan, dan karakteristik unik yang membuatnya menarik untuk diteliti. Terakhir,
akan dikaji model penelitian sebelumnya yang mendukung riset Bank 4.0
Pada sub bab ini akan dikaji grand teori S-D Logic, Bank 4.0, pengalaman
Teori S-D Logic dikembangkan oleh Stephen Vargo dan Robert Lusch pada
tahun 2004. Tujuan pengembangan S-D Logic adalah untuk berkontribusi pada
alternatif untuk logika pertukaran tradisional. Inti dari S-D logic adalah gagasan
bahwa semua pertukaran dapat dilihat dalam hal pertukaran layanan untuk
layanan, aplikasi timbal balik sumber daya untuk keuntungan orang lain (Vargo &
Lusch, 2004). Fokus pada layanan (tunggal) mengarahkan perhatian pada proses,
pola, dan manfaat pertukaran, daripada sekedar unit output yang dipertukarkan
(misalnya: barang). Teori S-D Logic berpendapat bahwa untuk menciptakan nilai,
hidup, para pelaku yang terlibat dalam pertukaran layanan, saling bergantung dan
saling menguntungkan (Lusch & Vargo, 2014). Oleh karena itu, penciptaan nilai
terjadi dalam jaringan dimana sumber daya dipertukarkan di antara banyak pelaku
dan oleh karena itu lebih akurat dikonseptualisasikan sebagai kreasi nilai bersama
Salah satu premis dalam konsep Service-Dominant Logic (S-D Logic) yaitu
‘The Customer is Always a Co-creator of Value’ yang diformulasikan oleh Vargo &
Lusch (2004). Menurut konsep S-D Logic, pelanggan merupakan partisipan aktif
sebagai penerima nilai yang pasif dalam menciptakan benefit bagi pelanggan.
23
Chan, Yim & Lam (2010); Bendapundi & Leone (2003); dan Zeithaml et al (1996)
Gwinner & Su, 2004). Dengan demikian, masih diperlukan kajian lebih lanjut
dalam operand resources sehingga dalam G-D logic dikenal istilah ‘exchange
value’ (Vargo dan Lusch, 2004). Berbeda dengan G-D Logic, dalam S-D Logic
nilai yang pasif. Dalam hal ini, perusahaan berperan sebagai fasilitator
24
pelanggan sehingga pada S-D Logic dikenal istilah ‘value in use’ (Vargo dan
Lusch, 2004).
Logic merubah cara berpikir dari yang semula berfokus pada sumber daya
dan dinamis. S-D Logic menawarkan orientasi baru yang dapat diaplikasikan
dan belajar dari konsumen untuk beradaptasi secara individual dan memahami
Perlu mindset baru agar S-D logic bekerja dengan efektif. Pergeseran ini
operan dinamis yang dibanding dengan konsumsi dan menipisnya sumber daya
operan statis, (4) pengakuan atas keunggulan strategis informasi simetris daripada
(8) pergeseran ke penekanan pada kinerja keuangan untuk umpan balik informasi
bisa diterapkan pada semua lini di sektor perbankan, seperti lini produk, layanan,
jaringan dan premises. Pada lini produk misalnya, pelanggan bisa dilibatkan sejak
mulai mendesign produk dan feature, seperti apa yang diinginkan oleh pelanggan.
Setelah produk bank ditawarkan, bank juga harus terus memantau bagaimana
respon dan penerimaan produk tersebut oleh pelanggan, sehingga produk yang
ditawarkan bank sesuai dengan yang diinginkan oleh pelanggan. Pada lini
layanan, bank dapat mengaplikasikan konsep ini dengan terus melibatkan design
layanan yang diinginkan oleh pelanggan, sehingga tidak terjadi lagi under service
atau bahkan over service. Penerapan teori S-D Logic pada industri perbankan
diyakini dapat menciptakan kondisi layanan yang ideal sesuai dengan harapan
ditentukan oleh bank itu sendiri, dengan sedikit keterlibatan pelanggan. Namun
4.0 ini. Oleh karena itu, kajian tentang partisipasi pelanggan perbankan di
dan perusahaan. Chan, Yim & Lam (2010) mengkonsepkan partisipasi pelanggan
Penelitian ini menggunakan Teori S-D Logic sebagai dasar pijakan, hal ini
Penelitian tentang online banking seperti yang dilakukan oleh Mbama et al, 2018;
Keisidou et al ,2013; Amin, 2016 adalah contoh yang menggunakan Teori TAM
sebagai dasar pijakan. Fokus dari penelitian mereka adalah respon dan
tersebut adalah internet dan digital banking). Berbeda dengan penelitian ini, yang
keseluruhan dari sifat kognitif, afektif, emosional, sosial dan fisik dari bisnis, yang
al, 2009), dalam rentang waktu sejak sebelum dan sesudah menggunakan produk/
jasa (Maklan & Klaus, 2011). Dari pengertian tersebut, artinya, pengalaman akan
terjadi jika ada keterlibatan pelanggan. Hal ini ternyata juga sesuai dengan filosofi
dari Teori S-D Logic, dimana keterlibatan pelanggan secara aktiflah yang akan
membentuk ‘value’ bagi para pelaku (baik bank dan pelanggan), sehingga
penelitian ini sangat tepat jika disandarkan pada Teori S-D Logic, bukan Teori
TAM.
Teori S-D Logic ini mengarahkan perhatian kita pada proses, pola, dan
manfaat pertukaran, bukan sekedar jasa perbankan yang dipertukarkan, dan para
pelaku (Bank 4.0 dan pelanggan) diarahkan untuk saling terlibat dalam pertukaran
layanan, saling bergantung dan saling menguntungkan (Lusch & Vargo, 2004).
Cara berpikir bank pun berubah, dari yang semula hanya berfokus pada sumber
kualitas layanan pegawai bank dll), menjadi aplikasi sumber daya yang tidak
berwujud dan lebih dinamis. Pada era 4.0 ini, bank tidak lagi berbicara masalah
service (dengan fokus output: service quality saja), namun sudah meningkat ke
experience (dengan output yang lebih komplek, yaitu experiential quality). Bank-
bank akan tertinggal jika berfokus pada service quality semata, karena era dan
prefensi pelanggan yang sudah berubah. Seperti yang ditegaskan King (2018),
‘Designing experiences in the Bank 4.0 age means that the previous product and
channel structures offer almost zero benefit in this new world. In fact, they may
bias you towards experiences with unnecessary friction and limit you in terms of
scale.
Pada Teori S-D Logic terdapat premis ‘The Customer is Always a Co-creator
‘value’, dimana antara Bank 4.0 dan pelanggan terjadi proses kolaboratif.
28
Pelanggan Bank 4.0 bukan lagi sebagai penerima jasa yang pasif (operand
resources) dalam menciptakan value (seperti pada era Bank 3.0 dan sebelumnya),
namun telah bertindak sebagai pelaku yang aktif (operant resources) dalam
informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki oleh pelanggan (Lusch &
Vargo, 2004). Studi Garg et al (2014) tentang bank juga menemukan ‘value
‘value’ antara bank dan pelanggan telah mendorong beberapa peneliti terdahulu
dan kinerja keuangan saling terkait. Kesimpulannya, antara teori S-D Logic dan
Bank 4.0 Experiential tersebut dapat ditarik hubungan yang kuat yaitu, untuk
menciptakan co-creation antara Bank 4.0 dan pelanggan, bentuk nya adalah
memberi masukan bahkan kritikan (King, 2018). Partisipasi pelanggan ini akan
direspon oleh developer Bank 4.0, untuk selanjutnya akan dilakukan perbaikan-
perbaikan seperti saran pelanggan. Sebagai contoh nyata adalah kasus Mandiri
Online, dimana pada saat diluncurkan memiliki graphical interface yang indah dan
sistem yang mumpuni, sayangnya aplikasi baru ini terlalu berat dan menyita
ini dengan membuat interface dan sistem yang lebih ringan, sehingga bisa
dikatakan pelanggan adalah ‘proactive co-creator’ yang nyata dari aplikasi Mandiri
Online. Kondisi seperti ini sangat sulit kita temui pada era digital banking dan era
menerima produk dana jasa perbankan, meskipun mungkin tidak sesuai dengan
29
apa yang diharapkannya. Pada era tersebut bank hanya menyisakan sedikit ruang
bagi pelanggannya untuk secara aktif terlibat dalam pengembangan produk dan
bank akan melakukan survei ‘Service Quality Assurance’, misalnya yang paling
output SQA pada skor tertentu. Ekstrimnya, jika pelanggan tidak merasa puas,
mereka hanya akan beralih ke bank lain, atau mungkin menulis komplain di media
Istilah Bank 4.0 pertama kali dipopulerkan oleh Brett King (2018) dalam
buku world best sellernya ‘Bank 4.0: Banking Everywhere, Never at Bank”. King
(2018) menjelaskan bahwa Bank 4.0 bukan sekadar mendigitalkan cara dan
konsep perbankan dengan penataan baru yang sangat berbeda dengan era bank
perbankan, dimana bank adalah suatu badan usaha yang mengumpulkan dana
pihak ketiga dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Namun Bank 4.0 adalah terminologi akses layanan keuangan kekinian yang lintas
Ada sejumlah sumber daya teknologi yang secara de facto saat ini yang
intelligent (AI) dan database, termasuk big data (King, 2018). Bank 4.0, menurut
King lebih dari sekedar tempat penyimpanan uang, pembayaran dan utilitas kredit.
30
Bank 4.0 tertanam dalam perangkat tanpa membutuhkan kartu plastik, buku bank
maupun kertas cheque. Bank 4.0 adalah tentang kemampuan untuk mengakses
utilitas perbankan apa pun yang anda butuhkan tentang solusi masalah keuangan,
secara real-time, disesuaikan dengan perilaku unik anda (King, 2018). Untuk lebih
memahami era Bank 4.0 ini, akan kita review evolusi industri perbankan yang
Fase pertama Bank 1.0, merupakan fase paling konvensional, dimana bank
yang tidak pernah berubah sejak pertama lahir pada tahun 1472 hingga tahun
1980-an. Selama kurun waktu tersebut bank adalah tempat layanan simpan
pelanggan di kantor cabang. Pada fase tersebut komputer mainframe sudah mulai
masuk ke sektor perbankan, tetapi tempatnya ada di back office yang berfungsi
pelayanan pelanggan.
Machine (ATM) yang muncul tahun 1995 dimana sebagian transaksi termasuk
transfer dan transaksi uang tunai dilakukan melalui mesin ATM. Namun jenis
transaksi yang bisa dilakukan via ATM masih sangat terbatas sehingga pelanggan
tetap harus datang ke kantor cabang untuk melakukan transaksi yang lain.
Fase ketiga Bank 3.0 disebut juga dengan fase digital banking atau internet
banking, ditandai dengan penggunaan internet banking dan mobile banking yang
dari manapun. Aplikasi Digital Banking (DB) terbukti memiliki implikasi yang
signifikan terhadap upaya pemasaran juga efisiensi biaya operasional bank (Amin,
layanan bank karena lebih cepat, murah, fleksibel dan menjangkau antar-muka
tantangan bagi bank dalam hal akuisisi, retensi, dan profitabilitas pelanggan, yang
namun juga di dunia maya. Dengan teknologi DB telah memungkinkan bank untuk
yang berbeda (Tam & Oliveira, 2017). Memasuki era Bank 3.0, pengguna mesin
ATM pun menurun sebab banyak aktivitas perbankan pada era ini dapat dilakukan
atau diselesaikan hanya dengan sebuah aplikasi mobile banking. Hal yang sama
terjadi pada jumlah kantor cabang yang juga semakin menyusut. Di Inggris
2016). Di Indonesia, OJK mencatat jumlah kantor bank umum pada November
2017 hanya 32.242 kantor, jumlah ini turun 2 persen dari posisi Desember 2016
yang sempat mencapai 32.730 kantor. Sementara itu, jumlah kantor Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat masih sedikit menanjak, yakni sebanyak 6.130
kantor, naik 1 persen. Namun, tren kenaikan jumlah kantor BPR dalam lima tahun
Fase keempat Bank 4.0 (saat ini) adalah sistem perbankan yang tertanam
persyaratan nol untuk distribusi fisik (King, 2018). Berbeda dengan fase-fase
sebelumnya, dimana konsep dasar Bank 1.0 sampai dengan Bank 3.0 merupakan
satu kontinum, generasi Bank 4.0 tidak bergerak sebagai lanjutan dari tiga
kepada ‘prinsip awal’ dalam desain,” (King, 2018). Desainer Bank 4.0 tidak
32
Customer, konsep kantor cabang, dan berbagai turunan dari kedua konsep itu.
Desainer Bank 4.0 berpikir mengembangkan industri perbankan dari nol, dengan
perbankan seperti apakah yang akan diharapkan oleh dan berguna bagi
masyarakat. Konsep Bank 1.0 sampai Bank 3.0 masih memakai sistem aplikasi
berbasis kertas dan tanda tangan basah dengan dalih demi keamanan, Know your
Customer (KYC) dan aturan yang kaku dari otoritas keuangan. “Mereka
mengabaikan fakta bahwa Artificial Intelligence (AI) sudah jauh lebih cerdas dalam
wajah(face detection), dan pendeteksi sidik jari (finger print) jauh lebih aman dan
lebih murah dibanding kombinasi aplikasi berbasis kertas dan wajib hadirnya calon
pelanggan ke kantor cabang, yang merupakan hal yang sudah tidak masuk akal
bagi generasi millenials.” (King, 2018). Perbedaan karakteristik Bank 1.0 sampai
Bank 4.0 dijelaskan dalam Gambar 2.1 dan Tabel 2.2 dibawah:
Dan berikut Tabel 2.2 yang menjelaskan perbedaan Bank 4.0 dengan era
sebelumnya;
Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik era Bank 4.0 dengan era sebelumnya
Bank 1.0 Bank 2.0 Bank 3.0 Bank 4.0
Pelaku Bank Bank Bank Bank dan Fintech
Tempat transaksi Kantor cabang Kantor cabang Kantor cabang dan Online
online
Perjumpaan fisik Wajib Wajib Wajib Tidak perlu
Infrastruktur Komputer Mainframe ATM Internet banking, Open Application,
di back office telephone banking, Multi instrumen
mobile banking, SMS
Banking
Distribusi Fisik Fisik Fisik dan Digital Digital
Fokus Produk Pelayanan Keamanan Pengalaman
Instrument Buku tabungan, cek, Kartu ATM, Kartu Fix phone, Smartphone, Multi-
Transaksi bilyet Kredit handphone instrumen
Alat verifikasi Tanda tangan, Id Pin User Id, password, One Time Password-
cards, buku token OTP, QR code, Retina,
tabungan, bilyet, cek Face detection, Finger
print
juga mulai turun, saat ini pelanggan millenials dalam kesehariannya lebih terbiasa
menyimpan dana dalam e-wallet seperti OVO, Gopay, DIN, Dana, Rekpon,
LinkAja, GoMobile, Jenius, Doku dll daripada di rekening konvensional bank. King
dengan sengaja membuka virtual account di Nobu Bank, sebagai rekening yang
numpang lewat saja. “Pada tahun 2030, rekening bank itu sendiri kemungkinan
hanya menjadi toko nilai (value store) di telepon untuk sebagian besar konsumen
yang telah memasuki sistem perbankan pada abad ke-21. Faktanya bahwa... uang
34
itu mungkin disimpan di rekening bank di suatu tempat, hampir tidak disengaja"
(King, 2018).
QR Pay atau QRC (Quick Response Code) merupakan salah satu metode
pada Mei 2019, sebagai salah satu standarisasi upaya peningkatan penggunaan
sebagai solusi untuk metode pembayaran pengganti kartu plastik bagi 65 juta
UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia (Bank Indonesia, 2019).
Bank 4.0 memiliki karateristik yang berbeda dengan digital atau Internet
Banking, perbedaan paling menyolok adalah pada era Bank 1.0 sampai Bank 3.0
masih dibutuhkan interaksi dengan kantor cabang dan staff bank. Desain Bank 4.0
sama sekali berbeda dengan era sebelumnya yang mana produk dan chanel nya
hampir tidak memiliki manfaat bagi dunia baru (King, 2018). Pada era sebelum
Bank 4.0 perangkat digital bank seperti kartu chip, telephone, mobile dan internet
banking masih sebatas sebagai sebuah alat switching atau pengalihan transaksi
dari kantor cabang ke perangkat, berbeda dengan Bank 4.0 yang mana perangkat
tersebut bahkan sudah tidak banyak digunakan. Bagi millennials, e-wallet lebih
praktis dan aman digunakan daripada debit card. Bank 4.0, lebih dari sekedar
menyimpan nilai, pembayaran dan utilitas kredit. Bank 4.0 akan tertanam dalam
mobil yang dapat membayar dalam drive-through tanpa perlu kartu plastik, atau
tol jalan mereka sendiri. Bank 4.0 memiliki kemampuan untuk mengakses utilitas
perbankan dimana pun dan kapan pun anda membutuhkan solusi keuangan,
secara real time, yang disesuaikan dengan perilaku unik anda (King, 2018).
35
Ketika internet banking pertama kali muncul, perbankan saat itu tidak
bahwa pelanggan bank yang akan membuka internet banking tetap harus datang
ke cabang untuk mengisi aplikasi yang selanjutnya akan diverifikasi oleh petugas
di kantor cabang, dibuatkan user ID, diberi token, baru bisa melakukan transaksi
konsep dari mobile banking adalah sama dengan internet banking, hanya saja
mengikuti Generasi X (Burke & Ng 2006; Zemke et al. 2000). Istilah generasi
millennial ini biasanya disematkan pada individu yang mencapai usia dewasa
sekitar pergantian abad ke-21. Namun sebenarnya belum ada definisi yang baku
dan tepat menggambarkan tentang generasi millenials ini. Neil Howe dan William
Strauss (1991), penulis buku ‘Generations: The History of America's Future, 1584
to 2069’, dianggap yang pertama kali mempopulerkan istilah millennial ini. Howe
dan Strauss mendefinisikan kelompok millenial sebagai individu yang lahir antara
1982 dan 2004. Pendapat yang lain tentang generasi millenial antara lain sbb;
36
Menurut New York Times (2019), generasi millennials adalah generasi yang
Menurut majalah Time (2018), generasi millennials adalah generasi yang lahir
1980-an, 1990-an, atau awal 2000-an. Mereka tumbuh dengan internet dan
generasi X, dengan tahun kelahiran mulai dari awal 1980-an hingga awal 1990-
an. Kebanyakan orang tua dari generasi ini adalah "Baby Boomers," sehingga
lebih cenderung liberal dalam ideologi politik mereka, lebih kecil mempraktikkan
sebagai Generasi Y.
Millenials merupakan individu yang lahir antara 1980 dan 2000. Mereka disebut
dalam era yang serba digital (Kaifi et al., 2012). Generasi ini dipengaruhi oleh
(Andert, 2011).
adalah generasi yang lahir pada periode tahun 1980 sampai tahun 2004 (atau saat
ini berumur 16 sampai 40 tahun), mereka tumbuh dan akrab dengan komputer,
jaringan terhubung secara online, graphical user interface (GUI), akrab dengan
37
(Prensky, 2001 dan King, 2018). Mereka cenderung mudah menyesuaikan diri
dengan program baru, sistem operasi (OS) dan perangkat baru. Untuk melakukan
kegiatan yang berbasis komputer dan smart phone mereka jauh lebih lincah dan
sejak pada usia yang dini daripada generasi sebelumnya. Deal et al. (2010)
pada usia lebih dini menjadi lebih mahir daripada orang yang belajar pada usia
dewasa. Gen Millenials adalah generasi yang secara alamiah terlahir sebagai
(sumber: kpcompanies.com)
dapat memesan makanan, memesan tiket pesawat, hotel, ojek online, beli
aksessories murah dari China bahkan cari pinjaman dan berinvestasi secara
online dan real time. Dengan hanya melihat kolom review yang melekat di aplikasi,
mereka bisa mengetahui kualitas produk dan layanan dari pendapat pelanggan
sebelumnya. Efek jejaring media sosial memperkuat tren ini untuk menemukan
layanan terbaru, paling keren, paling murah, paling cepat dan paling memuaskan.
perpustakaan, menelepon 14045 untuk order McD, atau pergi ke KAHA Travel
untuk memesan tiket pesawat, mereka juga kontra-intuitif untuk "pergi ke bank".
Beberapa artikel menunjukkan bahwa digital bank juga semakin ditinggalkan oleh
39
Gen-Y. Tidak ada lagi dalam benak mereka menggunakan internet banking,
mobile banking apalagi phone banking untuk transaksi keuangan mereka. Yang
mereka harapkan adalah layanan perbankan yang bekerja tanpa hambatan, real
time dimanapun dan kapanpun. Bagi Gen-Y, pembayaran dengan aplikasi seperti
OVO, LinkAja, Jenius, GoMobile dll lebih nyaman daripada menyimpan setumpuk
kartu plastik di dompet mereka. Hanya sebagian kecil mereka untuk mengeluarkan
kartu kredit dan kartu debet sebagai alat pembayaran. Ini menunjukkan bahwa
Gen-Y, lebih fokus pada teknologi, kenyamanan dan utilitas. Saat ini aplikasi Bank
4.0 bukan hanya sebatas pembayaran dan e-commerce, namun sudah masuk
masjid, lembaga amil zakat sudah banyak yang memasang QR code di kotak
adalah sbb :
Smith, 2011)
Koslow, & Beauchamp, 2014; Fromm & Garton, 2013; Mirrlees, 2015;
Ordun, 2015)
40
(michiganscouting.org, 2019)
tujuan strategis penting bagi perusahaan jasa (Klaus & Maklan, 2013). Lebih lanjut
penilaian kognitif dan afektif pelanggan dari semua kontak langsung dan tidak
kognitif, afektif, emosional, sosial dan fisik dari bisnis, yang ditentukan oleh
layanan (Klaus dan Maklan, 2013; Garg et al., 2014; Liang et al., 2009).
perusahaan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Berry et al, 2002). Studi
dari interaksi antara pelanggan dan perusahaan, melalui mana nilai timbal balik
bahwa kenyamanan menjadi dimensi yang paling penting, diikuti oleh interaksi
pelanggan.
pengalaman pelanggan telah diberikan oleh Klaus & Maklan (2013) dan Verhoef
pengalaman dan loyalitas pelanggan terbatas, tetapi apa yang mengarah pada
kepuasan pelanggan telah diuji dalam keramahan (Chi & Gursoy, 2009), internet
banking (Amin, 2016; Raza et al, 2015) dan area mobile banking (Jun & Palacios,
pernah dilakukan sehingga sangat penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Garg & Rahman (2010) menyatakan bahwa
Bank 4.0 sangat penting untuk diperhatikan. Klaus & Maklan (2013) berpendapat
kepuasan dan niat loyalitas. Sementara Liang et al. (2009) menggunakan tiga
keuangan. Lebih lanjut Maklan & Klaus (2011) menyatakan bahwa pengalaman
individual.
layanan didapatkan.
pelanggan.
pelanggan adalah kualitas layanan, kualitas fungsional, nilai yang dirasakan (PV),
experience. Dalam risetnya tentang pariwisata, Otto & Ritchie (1996) berpendapat
and stimulation, namun Hosany & Gilbert (2009) berpendapat Joy, love and
positive surprise. Penelitian pada sektor yang lebih umum, Brakus et al (2009)
Penelitian pada sektor perbankan, dilakukan oleh Ruchi Garg and Zillur
tersebut melibatkan sub sektor online dan offline, sehingga tidak semua tepat
diterapkan pada industri Bank 4.0. Sebagai contoh, atribut Customer interaction,
Employees, kurang tepat diterapkan pada Bank 4.0 yang nil interaksi fisik antara
customer dan employee, begitu juga marketing mix kurang tepat diterapkan karena
akhirnya membuka peluang untuk meneliti dimensi experience pada sektor Bank
dikaji apakah sesuai dengan karakter Bank 4.0 dan pelanggan millennials.
al., 2014). Kualitas fungsional memengaruhi penggunaan mobile banking (Lee &
Chung, 2009) dan kepuasan pelanggan (Keisidou et al., 2013), dan kepuasan dan
dan intuitif (Keisidou et al., 2013; Garg et al., 2014; Monferrer-Tirado et al., 2016).
penelitian yang pernah dilakukan Mbama et al (2018) pada konteks Bank 4.0.
(King, 2018; Mbama et al, 2018; Keisidou et al, 2013; Knutson et al, 2007;
Karatepe et al, 2005; Garg et al, 2014; Klaus & Maklan, 2013; Jun & Palacios,
2016; Wu, 2011). Ini melibatkan masalah-masalah seperti lokasi bank, jam buka,
jarak yang harus dilalui pelanggan untuk mencapai bank, tempat parkir di sekitar
bank dan ketersediaan ATM (Levesque dan McDougall, 1996; Oppewal dan
Vriens, 2000 ; Jones, 2004; Manrai dan Manrai, 2007). Dalam studi yang dilakukan
oleh Wu (2011) kenyamanan lokasi, yang melibatkan waktu dan upaya yang
namun memiliki efek positif pada kepuasan pelanggan (Keisidou et al., 2013;
Knutson et al., 2007; Kim et al., 2011) dan pengalaman pelanggan (Garg et al.,
2014; Klaus & Maklan, 2013) terkait untuk aktivitas offline dan online. Jun &
Palacios (2016) melihat kenyamanan sebagai salah satu kualitas layanan utama
dari mobile banking di AS. Wu (2011) meneliti efek kenyamanan lokasi pada
Peneliti menganggap dimensi ini penting untuk diteliti, sebab dimensi ini
ulang, namun dari sudut pandang yang berbeda, yaitu meneliti kenyamanan
Bank 4.0.
pengalaman melalui inovasi (Hult et al., 2004; Patsiotis et al., 2012; Dootson et al.,
2016; Seni et al, 2011; Baba, 2012); menciptakan kesenangan, kemudahan dan
hiburan (Hawkins & Davis, 2012; Hult et al, 2004). Bank mendapat manfaat dari
inovasi layanan interaktif (Dootson et al., 2016; Berry et al., 2010); yang
menawarkan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu untuk pelanggan dan
bahwa memahami dampak inovasi pada berbagai kategori pengguna dan non-
lebih baik, dan meningkatkan keunggulan relatif, efisiensi, dan nilai pelanggan
(Arts et al.,2011; Rogers, 2003; Berry et al, 2010), namun penelitian tentang bank
yang memberikan perhatian pada variable ini masih jarang dilakukan. Pakurar et
hubungan positif signifikan diantara kedua variabel tersebut. Untuk itu peneliti
merek - dengan definisi yang mirip) adalah tingkat dimana informasi proposisi
layanan dianggap dapat dipercaya (Keisidou et al., 2013). Ini memerlukan delivery
yang konsisten dari apa yang telah dijanjikan kepada pelanggan dan itu mewakili
efek kumulatif dari semua upaya pemasaran dimasa lalu (Erdem et al., 2002).
merek, kepuasan dan loyalitas. Merek, kepercayaan, dan citra telah diteliti dalam
(Liang et al., 2009; Fathollahzadeh et al., 2011; Knutson et al., 2007; Akhter et al.,
2011). Penelitian Levy & Hino (2016) menemukan bahwa keterikatan pada merek
(2018) pada Bank 4.0, peneliti memandang sangat perlu untuk meneliti dimensi
perilaku (Dootson et al., 2016). Definisi yang diterima secara luas menyatakan
yang dikirim dan bukan apa yang ingin disediakan oleh perusahaan
(Fathollahzadeh et al, 2011). Value adalah penentu penting dari niat perilaku untuk
menggunakan e-commerce (Piyathasanan et al., 2015), dan faktor kunci bagi bank
(Keisidou et al., 2013; Liang et al., 2009; Garg et al., 2014; Fathollahzadeh et al.,
2011). Dalam konteks penelitian ini value adalah manfaat, insentif, dan benefitnya
ekonomi dan nilai sosial memprediksi nilai persepsi keseluruhan, yang pada
berinteraksi dengan bank. Value yang dirasakan menghemat uang dan waktu,
baik moneter maupun non-moneter (Keisidou et al, 2013; Mbama et al, 2018; Garg
et al, 2014; Fathollahzadeh et al., 2011; Chang & Lin , 2015, Dootson et al., 2016).
apa yang dibayar pelanggan untuk memperoleh dan menggunakan produk atau
layanan, dan gagasannya tentang apa yang telah ia terima. Porter (1996)
salah satu faktor paling penting yang dapat mengarah pada keberhasilan suatu
perusahaan. Selain itu, telah dikatakan bahwa value yang dirasakan adalah bagian
49
penting dari industri keterlibatan pelanggan yang tinggi, seperti halnya sektor
perbankan (Angur et al., 1999). Trassoras et al. (2009) menyatakan bahwa value
keuangan tidak lepas dengan trade-off antara biaya dan manfaat yang dirasakan
variabel ini seperti yang dilakukan oleh Mbama et al (2018) dengan istilah
antara ‘value’ dan ‘economic’, yang merupakan faktor biaya ekonomi, termasuk
serangan dunia maya, penipuan dan fraud (Martins et al., 2014; Hanafizadeh et
al., 2014; Jun dan Palacios, 2016). Jun dan Palacios (2016) menemukan
keamanan sebagai salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kualitas layanan
penggunaan digital banking di beberapa negara (Martins et al., 2014; Akinci et al.,
dalam beberapa tahun terakhir, namun masih banyak pelanggan khawatir tentang
sepenuhnya membaik.
50
Meskipun dimensi risiko seharusnya merupakan inti dan hal yang sangat
penting dalam perbankan, namun anehnya masih sangat jarang para ahli yang
sudah cukup komplek meneliti faktor kinerja, loyalitas dan kepuasan, namun gagal
meneliti dimensi risiko ini, hal yang sama luput dari perhatian oleh Amin et al (2016)
persepsi risiko saat meneliti digital banking di Inggris, dan hasil penelitiannya
pun, termasuk industri sektor perbankan. Pelanggan yang loyal berarti jaminan
sangat penting karena hasilnya positif pada keberhasilan dan profitabilitas jangka
panjang (Husnain & Akhtar, 2015). Loyalitas dapat diukur dengan item sikap dan
perilaku (Fathollahzadeh et al, 2011; Akhter et al, 2011). Perbedaan lain dari
loyalitas pelanggan adalah antara loyalitas aktif dan loyalitas pasif. Loyalitas aktif
pelanggan untuk tetap bersama perusahaan bahkan ketika dia tidak sepenuhnya
puas dengan produk atau layanan yang diberikan (Fathollahzadeh et al., 2011;
Akhtar et al., 2011). Beberapa peneliti (misalnya Mbama et al, 2018 dan Keisidou
et al, 2013) tidak memisahkan kedua item loyalitas tersebut dalam penelitiannya,
namun beberapa peneliti yang lainnya (misalnya Klaus & Maklan, 2013)
51
Belajar dari penelitian Klaus & Maklan (2013) tersebut, dalam penelitian ini
akan dipisahkan secara tegas antara variabel WOM behavior dan Continuance
terminologi loyalty, seperti ditunjukkan Klaus & Maklan (2013). Konsep ini terlihat
bisa diteliti bersamaan dengan loyalty (misalnya: Keisidou et al, 2013; Mbama et
al, 2018; Amin, 2016). Meskipun telah banyak peneliti yang mengakui hubungan
antara satisfaction dan loyalty (Yi & La, 2004), namun sifat pasti dari hubungan
adopsi dan niat untuk terus menggunakan sistem informasi (Limayem dan
Cheung, 2011). Menurut Davis (1989), continuance intention adalah minat atau
sebagai minat untuk terus berpartisipasi atau ikut mengambil peran dalam sebuah
sistem tertentu.
terhadap komentar buruk dengan tetap secara kuat mendukung dan memilih
layanan dan produk mereka (Akhter et al, 2011) dan ini mengarah pada komitmen
tinggi untuk membeli kembali suatu layanan atau produk secara konsisten di masa
depan (Anderson & Swaminathan, 2011; Kandampully et al, 2015; Melnyk &
pembelian pelanggan (Vesel dan Zabkar, 2009; Fathollahzadeh et al., 2011) dan
telah diukur oleh perilaku pembelian berulang yang ditunjukkan oleh pelanggan
terhadap suatu produk atau layanan (Wu, 2011). Dikatakan bahwa kesetiaan sejati
bahkan ketika mereka tidak ditawari produk dan layanan dengan kualitas terbaik
(Ahluwalia et al., 2000). Jenis loyalitas yang dicirikan oleh komitmen disebut
karakteristik, yang tidak berkontribusi secara setara terhadap pilihan yang dibuat
perlindungan berulang dari bank terhadap pelanggan tertentu dalam jangka waktu
yang lama (Ladhari et al., 2011). Pelanggan yang loyal ditandai dengan pembelian
Senada dengan pendapat diatas, dalam kontek industri perbankan Foster &
menggunakan situs web tertentu, sering mengunjungi situs itu, dan menunjukkan
perlekatan situs yang tinggi dengan waktu kunjungan situs yang juga tinggi.
persepsi kualitas layanan, atribut layanan, citra perusahaan, persepsi nilai, biaya-
sumber daya untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Abratt dan
diantara yang paling penting dalam pemasaran (Christopher et al, 1991; Rigby et
di pasar" (Mangold et al, 1999) dan "tes terakhir dari hubungan pelanggan"
WOM sebagai "pemasaran akar rumput" (Deal dan Abel, 2001), "pemasaran viral"
sesuatu (Klaus & Maklan, 2013; Brown et al, 2005; Mbama et al, 2018). Ide dasar
dibalik WOM adalah bahwa informasi tentang produk, layanan, toko, perusahaan,
Artinya, komunikasi WOM mencakup informasi apa pun tentang objek target
(misalnya: perusahaan, merek, layanan) yang ditransfer dari satu orang ke orang
lain baik secara langsung atau melalui media komunikasi (seperti media sosial),
baik informasi positip maupun negatip. Pengukuran WOM behavior, secara fakta
pembelian dan tindakan di masa depan (Bowen dan Chen, 2001; Fathollahzadeh
et al., 2011). Mereka dipandang untuk menambahkan beberapa tingkat nilai pada
WOM, biasanya berfokus pada efek langsung dari kepuasan konsumen dengan
Granbois, dan Waiters, 1993; Heckman dan Guskey, 1998; Mittal, Kumar, dan
Tsiros, 1999; Richins, 1983; Swan dan Oliver, 1989); yang lain tidak menemukan
hubungan langsung diantara kedua konstruksi tersebut (Arnett, German, dan Hunt,
2003; Bettencourt, 1997; Reynolds dan Beatty, 1999). Selain menguji ulang
55
penelitian sebelumnya dimana pola hubungan kepuasan dan WOM yang terdapat
penelitian ini, karena perkembangan Bank 4.0 ini parallel dengan perkembangan
sosial media. Saat ini review dan komentar dari pemakai sebelumnya, baik positip
berbicara Bank 4.0, variabel WOM ini tidak boleh ditinggalkan dalam penelitian,
namun sayangnya sedikit peneliti yang memberi perhatian pada variabel ini.
digunakan yang melacak seberapa puas pelanggan terhadap produk dan atau
yang berfokus pada kinerja produk atau layanan yang dipersepsikan dibandingkan
indikator utama kinerja bisnis dan hal ini akan menghasilkan perilaku pembelian
56
kembali (Bolton, 1998; Fornell, 1992); lebih sedikit keluhan (Bearden dan Teel,
1983; Fornell et al, 1996); dan seperangkat lebih kecil dari penawaran alternatif
layanan aktual yang diterima. Namun kerangka kerja kualitas layanan ini terlalu
umum, sehingga Bank 4.0 membutuhkan kerangka kerja baru yang lebih spesifik
4.0.
keluhan, citra dan komunikasi di sektor perbankan Iran dan ditemukan bahwa
semua dari delapan variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan
Satisfaction: kualitas layanan inti yang disediakan oleh bank dan kualitas
Johnston, 1997; Winstanley, 1997; Jamal dan Naser, 2002). Lebih lanjut, Jeong
berkorelasi dengan tingginya kepuasan dan retensi pelanggan. Garg, Rahman dan
pasar dan profitabilitas perusahaan. Studi terbaru tentang dimensi kualitas layanan
pada dampak Bank 4.0 Experiential Quality pada variabel yang peneliti anggap
paling penting dalam pemasaran, yaitu Satisfaction, Intention dan WOM behavior.
pembelian kembali dan loyalitas pelanggan (Amin et al., 2013). Sebagai contoh,
yang signifikan antara kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan dalam internet
kualitas layanan dan loyalitas, menunjukkan bahwa mungkin ada efek tidak
mendorong loyalitas (Shankar et al, 2003). Para ahli pemasaran juga mengakui
banking, sayangnya peneliti yang mempelajari kepuasan dan loyalitas tidak selalu
pada kepuasan dan loyalitas pelanggan telah diselidiki (Levyand Hino, 2016;
Kaura et al, 2015; Ladhari et al, 2011), sedangkan Saleem et al (2016) mempelajari
59
Yunani (Keisidou et al, 2013); dan dalam studi perbankan lainnya (Fathollahzadeh
et al, 2011; Klaus dan Maklan, 2013). Studi-studi ini menunjukkan bahwa
membutuhkan pengujian ulang pada Bank 4.0. Lebih lanjut Black et al (2014)
lebih kuat bagi mereka yang secara teknis kurang kompleks dari layanan.
Hasil penelitian sektor online lebih komprehensif dilakukan oleh Lin dan Sun
dan kesetiaan pelanggan secara langsung; ketiga, kualitas layanan situs web
dan kinerja keuangan di bank Yunani, kontradiktif dengan hasil penelitian Chi dan
60
loyalitas pelanggan, dan kinerja keuangan bank di Taiwan, namun tidak dalam
(Anderson & Mittal, 2000) dan loyalitas (Fornell et al, 2006), tetapi juga dari
perilaku WOM dibahas secara luas di media offline tradisional (Babin et al, 2005);
juga memiliki dampak yang lebih signifikan daripada kepuasan terhadap loyalitas
pengalaman, loyalitas, kepuasan dan WOM dilakukan oleh Klaus dan Maklan
Dalam penelitian tsb, Klaus dan Maklan (2013) menemukan bahwa pengalaman
memiliki efek positip terhadap loyalitas, kepuasan dan WOM, serta pengalaman
memiliki pengaruh yang lebih kuat ke loyalitas dan WOM dibandingkan kepuasan.
kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif pada loyalitas perilaku, dan antara
4.0, namun demikian penelitian sejenis tentang e-banking bisa dijadikan referensi.
banking dapat menjadi delivery channel layanan bank dengan biaya yang efisien.
dan kemauan untuk merangkul perubahan, kesiapan situs web bank seperti
banking.
Studi yang dilakukan oleh Amin (2016) tentang kualitas layanan e-banking
yang dikembangkan oleh Amin (2016). Meskipun banyak faktor dan dimensi yang
terlibat dalam penelitian ini namun Amin belum melibatkan perilaku WOM dan
perhatian lebih lanjut, perilaku WOM sangat penting untuk diteliti, karena
layanan Bank 4.0 saat ini dengan mudah akan mereview dan memberikan komen
baik positip maupun negatip baik melalui kolom review yang disediakan aplikator
oleh Luarn dan Lin (2005), menurut mereka variabel kemudahan, kegunaan,
kredibilitas, kemanjuran diri serta biaya dapat mempengaruhi niat perilaku untuk
WOM.
64
diperlukan bank untuk bertahan hidup, itu adalah pertanyaan krusial pada era 4.0
ini, dan menurut King (2018) untuk bersaing bank harus menang dalam teknologi,
membuat pelanggan tidak akan pernah "datang ke bank" lagi. Dari kelima
pandangan bank dan pelanggan sebagai hal yang penting untuk kesuksesan Bank
4.0. Pada Tabel 2.5 berikut adalah rangkuman beberapa penelitian terdahulu yang
terkait dengan online banking yang dijadikan referensi dalam penelitian ini.
65
4 Muslim Amin , (2016) Internet banking service quality Internet BSQ, e-customer satisfaction, e-
and its implication on e- loyalty. Dimension of IBSQ: personal need,
customer satisfaction and e- site organization, user friendliness, efficiency
customer loyalty of website
7 Ajimon George & G. S. Impact of service quality Customer satisfaction, fulfillment , Security,
Gireesh Kumar (2014) dimensions in internet banking Reliability, Efficiency ,Responsiveness,
on customer satisfaction Website attributes , Privacy
8 Parasuraman, Valarie A. ESQUAL a multiple-item scale Electronic Service Quality, Efficiency,
Zeithaml, Arvind Malhotra for assessing electronic Fulfillment, System Availability, Privacy,
(2005) service quality Responsiveness, Compensation, Contact
9 Michel Rod, Nicholas J. An examination of the Customer Satisfaction, Online customer
Ashill, Jinyi Shao and Janet relationship between service service, Online information system quality,
Carruthers (2014) quality dimensions, overall Banking service product quality, Overall
internet banking service quality internet banking service quality
and customer satisfaction: a
New Zealand study
10 Po-Young Chu, Gin-Yuan Service Quality, Customer e-Service Quality, Customer Satisfaction,
Lee, Yu Chao (2012) Satisfaction, Customer Trust, Customer Trust, e-Loyalty
And Loyalty In An E-Banking
Context
11 Zeyad M, EM. Kishada & Influence of Customer Customer Loyalty, Customer Satisfaction,
Norailis Ab. Wahab (2015) Satisfaction, Service Quality, Service Quality, and Trust
and Trust on Customer Loyalty
in Malaysian Islamic Banking
12 Leonard L. Berry Lewis P. Managing the Total Customer Customer Satisfaction, customer behavior,
Carbone Stephan H. Experience competency management, fasility
Haeckel (2002)
13 Minjoon Jun and Sergio Examining the key dimensions Mobile convinience, accuracy, diverse mobile
Palacios (2016) of mobile banking service aplication service feature, ease of use,
quality: an exploratory study content, speed, aesthetics, Security, continous
improvement, competence, credibility,
courtesy, understanding the customer,
communication, reliability, access,
responsiveness
(Sumber: Kajian penelitian terdahulu, 2020)
66
dalam tesis ini. Diawali dengan kajian kesenjangan antar literatur terdahulu yang
diantara literatur utama, selanjutnya peneliti akan melengkapi dengan studi serupa
diuji yang pada akhirnya diharapkan akan membentuk model baru yang
2013; Mbama, 2018), juga sudah banyak yang meneliti tentang dampak
belum ada yang meneliti dampak Bank 4.0 Experiential Quality terhadap
millennials. Penelitian tentang Bank 4.0 ini sangat unik dimana peneliti akan
pelanggan, kualitas layanan, aplikasi teknologi Bank 4.0 di bank umum maupun
fintech, serta perilaku pelanggan millennials. Bab ini peneliti akan menguraikan
konsep ini menggunakan teori kesenjangan layanan (The Gap theory of service
variabel yang digunakan terlalu umum dan skala ini tidak cukup untuk mengukur
digunakan (seperti tangibility, empaty, acces) lebih tepat untuk layanan off line
bank, dan tidak relevan dengan karakteristik Bank 4.0 yang ‘banking every where,
never at bank’. Studi yang menghubungkan e-banking dan perilaku diselidiki oleh
Luarn dan Lin (2005), menurut penelitian tersebut variabel kemudahan, kegunaan,
kredibilitas, kemanjuran diri serta biaya dapat mempengaruhi niat perilaku untuk
dengan pengalaman pelanggan dan variabel kunci lainnya yaitu kepuasan dan
loyalitas.
dikembangkan oleh Klaus dan Maklan (2013), sudah cukup holistik karena telah
tersebut terlalu umum, tidak spesifik untuk sektor perbankan online. Selain itu
Klaus dan Maklan (2013) tidak dapat secara tegas membedakan definisi loyalty
intention dan WOM behavior, terbukti item pertanyaan pada kedua variabel
68
dan peace of mind, sulit diterapkan secara langsung di sektor perbankan, sehingga
antara pengalaman pelanggan dan kepuasan di bank India. Dalam model tersebut
sayangnya variabel yang terlibat masih terlalu umum, karena melibatkan semua
aktivitas online dan offline (seperti variabel marketing mix, employees dan
langsung dengan bank, sehingga membuat model tersebut tidak tepat diterapkan
untuk menggali pengalaman pelanggan di Bank 4.0. Selain itu, model tsb gagal
Model yang dikembangkan dalam penelitian tersebut juga gagal meneliti dimensi
bank secara umum, baik pengguna aktif internet maupun tidak, menyebabkan
loyalitas dan kinerja keuangan dilakukan oleh Keisidou at al (2013) seperti dalam
Selain itu model tsb melibatkan interaksi off line (misalnya tangibilitas dan service
quality), sehingga model ini perlu dimodifikasi untuk Bank 4.0, terutama dimensi
digital banking di Inggris (Gambar 3.3). Model ini sudah meneliti hubungan
perhatian pada variabel perilaku WOM sebagai efek dari pengalaman pelanggan.
tidak tepat diterapkan di Bank 4.0 yang memiliki karakter ‘banking everywhere,
never at bank’. Selain itu, penelitian tersebut tidak menaruh perhatian pada WOM
behavior, padahal merupakan variabel yang penting dalam sektor online. Hasil
Pada sub bab ini akan dibahas argument dalam menentukan dimensi Bank
pada Bab II sebelumnya di Tabel 2.4, adalah daftar beberapa penelitian tentang
terlihat berbeda- beda antar peneliti. Ini berarti belum ada konsensus atau atribut
ini menjadikan peluang bagi peneliti untuk menutup celah ini, khususnya dalam
sektor Bank 4.0. Dalam menentukan dimensi Bank 4.0 Experiential, peneliti
a. Mempelajari dan menganalisa satu per satu karakteristik Bank 4.0 yaitu :
Rahman, 2014; Otto & Ritchie, 1996; Hosany & Gilbert, 2009; Brakus et al,
sama, sehingga tersisa sepuluh dimensi yang benar- benar berbeda yaitu:
4.0 Experiential dari sudut pandang Millennials Customers. Secara teori, keenam
dimensi yang terbentuk tersebut secara teori sudah sesuai dengan karakter Bank
4.0 maupun karakter Millennials Customer, namun perlu diuji secara empiris
melalui survei dalam penelitian ini. Peneliti tidak memasukkan dimensi tangibility,
membuat kerangka konsep, yaitu Klaus dan Maklan (2013), Keisidou et al (2013)
dan disesuaikan dengan tema Bank 4.0 untuk menghasilkan temuan penelitian
Sebagaimana telah dibahas pada Bab Dua dan Bab Tiga ini, penelitian
tentang e-banking telah banyak dilakukan, kebanyakan meninjau dari sisi kualitas
layanan, pemasaran dan strategis. Namun, belum ada penelitian integratif tentang
Bank 4.0, sehingga pelaku industri Bank 4.0 di Indonesia akan mengadopsi model
perbankan digital, yang secara empiris belum terbukti aplikatif untuk Bank 4.0.
Terlepas dari Bank 4.0 yang relatif masih baru, literatur yang memberikan
perhatian pada pengalaman, niat, kepuasan dan perilaku WOM juga masih sangat
oleh penelitian ini. Bab Dua juga menunjukkan ringkasan tentang kesenjangan
dalam pengetahuan yang secara tidak langsung akan dijawab dalam pertanyaan
penting untuk segara ditutup adalah dimensi Bank 4.0 experiential, intentions dan
layanan Bank 4.0 baik dari bank umum maupun perusahaan fintech. Dari kajian
Model kerangka konsep ini akan menghasilkan penelitian yang holistik dan
kontekstual yang akan meningkatkan pengembangan Bank 4.0 lebih baik lagi. Dari
kerangka konsep diatas dan tinjauan kritis atas literatur sebelumnya, terbentuklah
penelitian ini.
Bank 4.0, dan bagaimana hal tsb berdampak pada satisfaction dan intention
(seperti penelitian: Klaus & Maklan, 2013; Garg et al., 2014; Keisidou et al., 2013),
experiential quality (seperti penelitian: Klaus & Maklan, 2013; Garg et al, 2014;
Verhoef et al, 2009 ; Liang et al, 2009). Klaus dan Maklan (2013) mendefinisikan
customer experience sebagai: penilaian kognitif dan afektif pelanggan dari semua
kontak langsung dan tidak langsung dengan perusahaan terkait dengan perilaku
customer experience terdiri dari sifat kognitif, afektif, emosional, sosial dan fisik
dari bisnis, yang ditentukan oleh lingkungan sosial, antarmuka layanan, atmosfer,
umum jika diaplikasikan ke sektor perbankan. Garg & Rachman (2014) lebih
diaplikasikan seluruhnya pada Bank 4.0, karena masih melibatkan interaksi fisik
antara bank, pelanggan dan karyawan. Untuk itu sangat penting dan mendesak
mengkonstruksinya.
(sebagaimana telah dibahas pada Sub Bab 3.2), akhirnya peneliti berpendapat
untuk melakukan berbagai layanan tanpa harus datang ke kantor bank (King,
2018; Mbama et al, 2018; Keisidou et al, 2013; Garg et al, 2014; Lee & Chung,
time, lebih cepat, lebih tepat, bebas error dan tanpa kerumitan (Mbama et al, 2018;
Garg et al, 2014; Keisidou et al, 2013 ; Knutson et al, 2007; Karatepe et al, 2005;
Klaus & Maklan, 2013; Jun & Palacios, 2016; Harrison et al, 2014). Innovations
adalah dimensi tentang pengembangan layanan Bank 4.0 yang lebih baik, lebih
unggul dibanding layanan lain, lebih efisien, dan menciptakan kesenangan bagi
pelanggan (Mbama et al, 2018; King, 2018; Dootson et al, 2016; Rogers (2003);
Berry et al, 2010). Trust adalah dimensi yang terkait dengan citra dan kepercayaan
terhadap merk dan layanan Bank 4.0, kualitas informasi, dan perlindungan atas
privasi yang memengaruhi persepsi layanan (Keisidou et al, 2013; Liang et al,
78
2009; Fathollahzadeh et al, 2011; Knutson et al, 2007; Mbama et al, 2018; Akhter
et al, 2011; Levy & Hino, 2016). Value adalah dimensi tentang trade-off antara
biaya dan manfaat, insentif yang diberikan, dan nilai tambah yang dirasakan oleh
pelanggan Bank 4.0. (Knutson et al, 2007; Keisidou et al, 2013; Garg et al, 2014;
Fathollahzadeh et al, 2011; Mbama et al, 2018). Risk Mitigation & Security
merupakan dimensi yang berhubungan dengan keamanan dan mitigasi risiko yang
dirasakan pelanggan Bank 4.0, misalnya mitigasi dari kejahatan digital, dan
serangan cyber (Martins et al, 2014; Mbama et al, 2018; Akinci et al, 2003;
Hanafizadeh et al, 2014; Jun & Palacios, 2016; Otto & Ritchie, 1996). Selanjutnya
keenam dimensi tersebut akan diuji secara empiris melalui hipotesa: keenam
dimensi tersebut merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential Quality. Berikut
4.0, aktivitas dan komponen interaktivitasnya (seperti pendapat Garg et al., 2014
user-friendly, fleksibel (Mbama et al, 2018; Keisidou et al, 2013; Garg et al, 2014;
Lee & Chung, 2009; Monferrer-Tirado et al, 2016). Peneliti berpendapat definisi
yaitu: realtime, open banking, dan omni digital (King, 2018), dan karakteristik
Ali & Purwandi, 2016) dan network (Lenhart, 2015). Berdasar kajian teoritis
penggunaan mobile banking (Lee & Chung, 2009); memiliki efek yang positif
terhadap customer experience (Garg et al, 2014; Mbama et al, 2018). Selanjutnya
functional quality merupakan dimensi experience dalam konteks Bank 4.0, akan
layanan Bank 4.0 yang berarti dengan menggunakan Bank 4.0 transaksi keuangan
menjadi lebih cepat, real time, lebih tepat, bebas error dan tanpa kerumitan (seperti
pendapat Mbama et al, 2018; Garg et al, 2014; Keisidou et al, 2013 ; Knutson et
al, 2007; Karatepe et al, 2005; Klaus & Maklan, 2013; Jun & Palacios, 2016;
Harrison et al, 2014, pada digital banking). Peneliti meyakini item-item pada
network (Lucky Attitude, 2018; Smith, 2011). Berdasar kajian teoritis tersebut,
convenience memiliki efek positif pada kepuasan pelanggan (Keisidou et al., 2013;
Knutson et al, 2007; Kim et al, 2011; Karatepe et al, 2005); dan pengalaman
pelanggan (Garg et al, 2014; Klaus & Maklan, 2013); yang berkaitan dengan
aktivitas offline dan online (Garg et al, 2014); convinience sebagai salah satu
80
kualitas layanan utama dari mobile banking di Amerika (Jun dan Palacios, 2016);
peneliti, sekaligus untuk menguji ulang atas hasil penelitian yang kontradiktif antar
yang berarti lebih baik, lebih unggul dibanding layanan lain, lebih efisien, dan
2018; King, 2018; Dootson et al, 2016; Rogers, 2003; Berry et al, 2010). Item pada
inovasi tersebut setidaknya berhubungan erat dengan lima karakteristik Bank 4.0
contackless dan smart (King, 2018). Item pada innovation juga menyinggung
savvy dan digital natives (Pew Research Centre, 2010; Prensky,2001; Lucky
Attitude, 2018). Dari kajian teori tersebut, peneliti akhirnya meyakini bahwa
mempengaruhi experience (Oh & Teo, 2010); bank mendapat manfaat dari inovasi
81
layanan interaktif (Dootson et al., 2016; Berry et al., 2010); inovasi menawarkan
cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu untuk pelanggan dan dapat
saling kontradiktif pada penelitian sebelumnya tersebut, dimensi inovasi akan diuji
tingkat di mana informasi proposisi layanan Bank 4.0 dianggap dapat dipercaya
(seperti pendapat Keisidou et al, 2013 dan Mbama et al, 2018 pada digital
terhadap merk dan layanan, kualitas informasi dan perlindungan atas privasi
(Keisidou et al, 2013; Liang et al, 2009; Fathollahzadeh et al, 2011; Knutson et al,
2007; Mbama et al, 2018; Akhter et al, 2011; Levy & Hino, 2016). Dari kajian teoritis
dengan tiga karakter Bank 4.0 yaitu: frictionless, branchless dan smart (King,
& Garton 2013; Smith, 2011). Dari kajian literatur tersebut, akhirnya peneliti
meyakini bahwa trust merupakan dimensi dari Bank 4.0 experiential, khususnya
pilihan bank nasabah (Liang et al, 2009; Fathollahzadeh et al, 2011; Knutson et al,
82
2007; Akhter et al, 2011); keterikatan pada brand trust secara positif memengaruhi
loyalitas bank (Levy & Hino, 2016); reputasi merk mempengaruhi kepercayaan
dimana dinyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara brand
sekaligus menguji ulang hasil temuan yang saling bertolak belakang pada
penelitian sebelumnya tersebut, dimensi trust ini akan diuji pada operasional Bank
pelanggan menggunakan layanan Bank 4.0 (seperti pendapat Dootson et al, 2016
tentang value). Item-item value meliputi biaya, manfaat, insentif yang diberikan,
dan nilai tambah yang dirasakan oleh pelanggan (Knutson et al, 2007; Keisidou et
al, 2013; Garg et al, 2014; Fathollahzadeh et al, 2011; Mbama et al, 2018). Peneliti
distribution (King, 2018), dan karakter pelanggan millennials yaitu: multi-tasker dan
hubungan antara value dan experience memang masih sangat terbatas, namun
diantaranya yang menyatakan: value merupakan penentu penting dari niat perilaku
faktor kunci bagi bank (Keisidou et al, 2013; Liang et al, 2009; Garg et al, 2014;
keyakinan peneliti, khususnya pada operasional Bank 4.0, hubungan value dan
3.4.1.6 Risk Mitigation & Safety merupakan dimensi Bank 4.0 Experiential
Mitigasi risiko & keamanan sebagai salah satu faktor kunci yang
mempengaruhi kualitas layanan Bank 4.0 (seperti pendapat Jun & Palacios, 2016;
Mbama et al, 2018 pada sektor perbankan). Item risk mitigation & safety ini
(Martins et al, 2014; Mbama et al, 2018; Akinci et al, 2003; Hanafizadeh et al, 2014;
Jun & Palacios, 2016; Otto & Ritchie, 1996). Item-item mitigasi risiko dan
keamanan tersebut erat kaitannya dengan karakter Bank 4.0 yaitu: artificial-
(King, 2018), dan bersinggungan erat dengan karakter pelanggan millennials yaitu:
Dari kajian teoritis tersebut, peneliti meyakini bahwa risk mitigation & safety
al, 2003; Hanafizadeh et al, 2014); terdapat hubungan negatif antara persepsi
risiko dan pengalaman pelanggan (Mbama et al , 2018), yang artinya naiknya risiko
penelitian terdahulu tersebut, hubungan antara risk mitigation & safety dengan
H1f. Risk Mitigation & Safety merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential
Pada bagian ini akan dikaji secara teoritis pengaruh Bank 4.0 Experiential Quality
layanan Bank 4.0 akan berdampak langsung terhadap perilaku untuk saling
perkembangan Bank 4.0, yang tidak lepas dari perkembangan sosial media. Pada
setiap aplikasi Bank 4.0 juga selalu dilengkapi kolom ulasan dan rating, hal ini
aplikasi Bank 4.0 seperti yang mereka gunakan. Pengamatan peneliti pada
beberapa aplikasi Bank 4.0 di google playstore dan Appstore menunjukkan bahwa
para pengguna Bank 4.0 saat ini sangat aktif melakukan ulasan, penilaian, keluhan
bahkan komen negative secara langsung di kolom ulasan, hal ini merupakan bukti
dari berjalannya perilaku WOM di aplikasi Bank 4.0. Peneliti juga meyakini,
orang lain (baik pengalaman positip maupun negatip). Keyakinan peneliti ini juga
dibahas secara luas di media offline tradisional (Babin et al, 2005); dan online
pengaruh yang lebih kuat ke WOM dibandingkan kepuasan (Klaus dan Maklan,
H2. Bank 4.0 Experiential Quality berpengaruh langsung terhadap WOM behaviour
dirasakan oleh pelanggan Bank 4.0 yang selanjutnya akan memunculkan kualitas
penggunaan layanan Bank 4.0. Pada akhirnya, kualitas yang dirasakan tersebut
akan menimbulkan rasa puas atas layanan Bank 4.0. Peneliti meyakini, semakin
berkualitas pengalaman yang dirasakan pelanggan Bank 4.0, maka semakin puas
komplain atas layanan Bank 4.0. Keyakinan peneliti ini juga didukung oleh
pengalaman memiliki efek positip terhadap kepuasan (Klaus & Maklan, 2013; Garg
et al, 2014). Selanjutnya untuk menguji secara empiris keyakinan peneliti tersebut,
hubungan kedua variabel dalam konteks Bank 4.0, akan diuji dengan hipotesa sbb:
Satisfaction.
Pelanggan Bank 4.0 yang loyal dapat diukur dengan niat untuk
menggunakan secara berulang-ulang produk dan layanan Bank 4.0, serta ditandai
dengan komitmen yang tinggi untuk menggunakan kembali suatu layanan atau
produk Bank 4.0 secara konsisten di masa depan (seperti pendapat dari Anderson
& Swaminathan, 2011; Kandampully et al, 2015; Melnyk & Bijmolt, 2015). Senada
dengan pendapat para peneliti tersebut, peneliti meyakini bahwa pelanggan akan
berniat kembali menggunakan produk dan layanan Bank 4.0 hanya jika mereka
merasa memiliki pengalaman yang positif ketika menggunakan layanan Bank 4.0.
Kualitas pengalaman yang buruk saat menggunakan layanan Bank 4.0 akan
untuk mengulangi lagi penggunaan layanan Bank 4.0 dimasa yang akan datang.
Keyakinan peneliti ini juga didukung beberapa riset sebelumnya diantaranya yang
(Fornell et al, 2006); pengalaman memiliki efek positip terhadap loyalitas, serta
memiliki pengaruh yang lebih kuat ke loyalitas dibandingkan kepuasan (Klaus &
87
ini, hubungan antara pengalaman pelanggan millennial Bank 4.0 dan niat
Intentions
Pada bagian ini, akan dikaji secara teoritis pengaruh customer satisfaction
orang lain bahwa mereka telah menggunakan layanan Bank 4.0 (seperti pendapat
Klaus & Maklan, 2013; Brown et al, 2005; Mbama et al, 2018). Apa yang dikatakan
pengalaman, perusahaan penyedia layanan Bank 4.0 dan sebagainya, yang mana
ini, yaitu pelanggan millennial, yang diantara memiliki karakter collaborate &
cooperate, social generation, networks (Lenhart, 2015; Fromm & Garton 2013;
facebook, twitter, tiktok, youtube dll), peneliti yakini akan semakin memicu bagi
pelanggan yang merasa puas menggunakan aplikasi Bank 4.0 akan menghasung
sebaliknya pelanggan yang merasa tidak puas dengan layanan Bank 4.0 juga akan
memberikan celaan bagi aplikasi Bank 4.0 yang digunakannya. Keyakinan peneliti
kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif pada perilaku WOM (Blodgett et al,
1993; Heckman & Guskey, 1998; Gremler & Brown, 1996). Namun beberapa
peneliti ada juga yang berpendapat sebaliknya, yaitu kepuasan pelanggan tidak
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perilaku WOM (misalnya Arnett et al,
tersebut, hubungan antara kepuasan dan perilaku WOM akan diuji dengan
hipotesa sbb:
Pelanggan Bank 4.0 dikatakan puas jika apa yang diinginkan sebelum
Bank 4.0 (seperti pendapat Oliver, 1980; Sharma & Patterson, 2000). Dengan kata
lain, pelanggan akan merasa kecewa jika secara aktual produk dan layanan Bank
4.0, tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan sebelumnya terhadap Bank
4.0. Semakin kecil gap antara harapan dan kenyataan ini, maka pelanggan akan
semakin puas. Peneliti meyakini, pelanggan yang puas akan memicu mereka
menggunakan layanan Bank 4.0 secara berulang dimasa datang, begitu juga
4.0 dimasa datang. Keyakinan peneliti ini didukung oleh beberapa penelitian
positif pada niat pembelian kembali dan loyalitas pelanggan (Amin et al, 2013);
ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pelanggan dan niat pelanggan
(Cristobal, Flavián, & Guinalíu, 2007); antara kualitas layanan dan loyalitas ada
efek tidak langsung yang dimediasi oleh kepuasan (Andreassen & Lindestad,
loyalitas (Shankar et al, 2003); ada hubungan antara kepuasan dan niat pelanggan
(Yi & La, 2004); ada hubungan positif antara kepuasan pelanggan dan loyalitas di
bank-bank Yunani (Keisidou et al, 2013) dan dalam studi perbankan lainnya
secara positif akan mempengaruhi niatan pelanggan secara langsung pada sektor
online (Lin & Sun, 2009); kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif pada niat
peneliti tersebut, hubungan antara kepuasan dan niat pelanggan millennials dalam
Intentions
Bank 4.0 Experietial Quality, Word of Mouth Behavior, Customer Satisfaction dan
(CON3.2) Prosedur
pendaftaran aplikasi Bank 4.0
yang saya gunakan saat ini,
sangat mudah (tidak rumit)
(INO) Bank 4.0 (INO1) Better (INO1.1) Dengan aplikasi Hult et al (2004);
Innovation services Bank 4.0 yang saya gunakan Mbama et al (2018);
ini, layanan perbankan Dootson et al. (2016);
menjadi lebih baik Baba (2012); Arts et al.
(2011)
(INO2) Improving (INO2.1) Aplikasi Bank 4.0
uptake and yang saya gunakan ini,
experience through memberikan pengalaman yang
innovation berbeda dibanding layanan
bank lainnya.
(TR) Trust (TR1) Choosing (TR1.1) Saya lebih memilih Knutson et al (2007);
layanan Bank 4.0 ini, Mbama et al (2018);
dibanding layanan bank Keisidou et al (2013);
lainnya. Liang et al (2009);
Fathollahzadeh et al
(TR2) Using and (TR2.1) Saya percaya dengan (2011); Akhter et al
staying with bank layanan Bank 4.0 yang saya (2011); Levy & Hino
due to brand and gunakan saat ini. (2016); Chu et al
trustworthiness (2012); Sanchez-Torres
(TR2.2) Saya menggunakan
et al (2017)
aplikasi Bank 4.0 ini, karena
sudah terkenal.
(VAL) Value (VAL1) Save money (VAL1.1) Biaya keseluruhan Mbama et al (2018);
pada Bank 4.0 yang saya Keisidou et al (2013);
gunakan ini, lebih murah Garg et al. (2014);
dibanding layanan bank Fathollahzadeh et al
lainnya. (2011); Liang et al.
(2009); Chang & Lin
(VAL2) Save time (VAL2.1) Dengan aplikasi (2015); Dootson et al.
Bank 4.0 yang saya gunakan (2016)
ini, transaksi keuangan jadi
lebih cepat dibanding layanan
bank lainnya.
(RS) Risk (RS1) Security (RS1.1) Aplikasi Bank 4.0 Martins et al. (2014);
Mitigation & yang saya gunakan ini, aman Mbama et al (2018);
Security digunakan. Akinci et al. (2003);
Hanafizadeh et al.
(RS2) Fraud (RS2.1) Aplikasi Bank 4.0 (2014); Jun & Palacios
yang saya gunakan ini, bebas (2016); Otto & Ritchie
dari kejahatan keuangan (1996)
2 (WOM) WOM (WOM1) Mentioned (WOM1.1) Saya akan Klaus & Maklan (2013);
Behavior to others that you do ceritakan ke teman, bahwa Brown et al. (2005);
business with Bank saya telah menggunakan Mbama et al (2018);
aplikasi Bank 4.0 Rosen (2000)
(WOM2) Made sure (WOM2.1) Saya akan pastikan
that others knew that teman saya tahu, bahwa saya
you do business with menggunakan layanan Bank
Bank 4.0 ini
(WOM3) (WOM3.1) Jika ada komentar Akhter et al., 2011
Straightening out negatif terhadap layanan Bank
bad comments by 4.0 yang saya gunakan ini,
strongly defending saya akan berusaha luruskan
his choice
(WOM4) Spoke (WOM4.1) Saya akan Klaus & Maklan (2013);
positively about Bank membagi pengalaman yg Mbama et al (2018)
to others positif atas layanan Bank 4.0
yang saya gunakan ini, kepada
teman2 saya
(WOM4.2) Saya akan menulis
hal yang positif tentang
aplikasi Bank 4.0 yang saya
gunakan ini, di kolom ulasan
yang disediakan.
(WOM5) (WOM5.1) Saya akan
Recommended Bank merekomendasikan aplikasi
to acquaintances Bank 4.0 yg saya gunakan ini
kepada teman-teman saya
(WOM5.2) Saya akan
mendorong teman untuk
menggunakan layanan Bank
4.0 seperti yg saya gunakan
(WOM6) Giving high (WOM6.1) Saya akan menilai
NPS "Bintang 5" atas layanan Bank
4.0 yang saya gunakan ini.
93
(CS2) Fewer (CS2.1) Tidak ada perlu saya Bearden dan Teel
complaints keluhkan atas aplikasi Bank (1983); Fornell et al
4.0 yg saya gunakan ini (1996)
4 (CI) Customer (CI1) Continuously (CI1.1) Saya akan terus Mbama et al (2018),
Intention using the services of gunakan layanan Bank 4.0 ini Keisidou et al. (2013);
certain banks for a dimasa yang akan datang Liang et al. (2009);
long period of timee Klaus & Maklan (2013);
Ahluwalia et al.(2000);
Ladhari et al. (2011);
Akhter et al.(2011)
(CI2) Repetitive (CI2.1) Jika aplikasi Bank 4.0 Akhter et al., 2011
purchasing of yang saya gunakan ini
products and menawarkan produk baru,
services saya akan menggunakannya
lagi
(CI3) Consider bank (CI3.1) Saya akan memilih Mbama et al, 2018;
as the first choice to aplikasi Bank 4.0 yang saya Klaus & Maklan (2013)
buy – services gunakan saat ini, sebagai
pilihan pertama layanan
perbankan.
Bab ini menyajikan metode desain dan penelitian, yang menyelidiki apakah
beberapa indikator yang diteliti merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential,
pelanggan millennials yang telah menggunakan layanan Bank 4.0. Diawali dengan
penelitian dilakukan, alat analisis dan metode untuk mendukung tujuan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan beberapa variabel
dan pengaruhnya terhadap variabel yang lain. Pada penelitian ini, terdapat satu
variabel independent (Bank 4.0 experiential), yang akan diteliti hubungan dan
adalah penelitian yang menjelaskan hubungan diantara dua variabel atau lebih,
dimana satu variabel memberi pengaruh kepada variabel lainnya. Dari penelitian
Ini berkaitan dengan praktik-praktik tertentu yang peneliti harus hormati ketika
analisis data (Robson, 2002; Hussey & Hussey, 1997). Metode kuantitatif berasal
dari ilmu alam yang berfokus pada pengetahuan tentang dunia sosial kita,
sedangkan metode kualitatif adalah studi tentang realitas sosial (Bryman, 1988).
Pada penelitian terdahulu yang telah dibahas pada Bab Tiga, Keisidou et al (2013)
penelitian kali ini, karena didukung sampel yang cukup dan riset yang terstruktur
data, karena sesuai untuk penelitian yang bersifat deskripstif, prediktif ataupun
untuk memperoleh data dari para reponden. Lokasi yang dipilih adalah Kota
Jawa Timur dengan jumlah penduduk sebesar 874.890 jiwa, dengan jumlah
96
penduduk usia 15 sampai 44 tahun sebesar 459.119 jiwa, atau 52% dari total
penduduk kota Malang (BPS, 2020). Kedua: Malang adalah kota pelajar, dimana
yang mana mahasiswanya bukan hanya penduduk Malang, namun dari seluruh
bahwa kota Malang merupakan miniatur Indonesia, dan merupakan lokasi yang
4.3.1 Populasi
objek maupun subjek yang memiliki kualitas maupun karakteristik yang dianggap
sama (Sugiyono, 2008). Dengan kata lain, bahwa populasi adalah keseluruhan
obyek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan penelitian yang
akan dilakukan. Dalam penelitian ini populasi berarti adalah keseluruhan objek
penelitian usia 16 sampai 40 tahun yang telah menggunakan layanan Bank 4.0 di
Kota Malang. Meskipun jumlah generasi millennials di Kota Malang telah diketahui,
namun jumlah populasi tidak serta merta dapat diketahui jumlahnya, karena tidak
4.3.2 Sample
biaya besar dan waktu yang lama, hal ini tentu saja tidak memungkinkan. Untuk
itu, perlu ditentukan sample yang bisa mewakili populasi. Meskipun ukurannya
lebih kecil, namun hasil dari penelitian sample ini akan diperlakukan untuk semua
97
populasi. Untuk itu sample harus benar-benar diambil dari populasi yang dianggap
mewakili dari seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini, karena
jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti, maka dalam menentukan jumlah
Berdasarkan referensi diatas, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian test
marketing studies sehingga jumlah sampel minimal yang harus diambil untuk
Populasi yang jumlahnya besar tentu akan sangat sulit diobservasi semua,
karena membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama. Untuk itu perlu diambil
memilih atau mengambil unsur-unsur dari populasi yang akan dijadikan sample ini
Pada penelitian ini, ukuran populasi tidak dapat diketahui secara pasti, dan
peluang terpilihnya anggota populasi sebagai sample juga tidak sama, sehingga
yang erat kaitannya dengan obyek penelitian ini, sehingga digunakan teknik
Pemilihan calon responden dimulai dari batasan usia, yaitu usia millennials,
seseorang yang lahir periode tahun 1980 sampai tahun 2004, atau saat ini
calon responden akrab dengan teknologi digital atau digital natives (Prensky,
2001; King, 2018) dan akrab dengan jejaring sosial (Burstein, 2013), maka calon
jejaring media sosial yang populer seperti YouTube, Facebook, Twitter, Groupon,
Adapun objek penelitian adalah Experiential Quality atas layanan Bank 4.0
di Indonesia, baik yang dimiliki oleh bank umum (seperti Jenius by BTPN,
dll), sedangkan dari fintech dipilih aplikasi yang linear fungsinya bank umum
(fungsi pendanaan, fungsi pembayaran dan fungsi penyaluran kredit) yaitu OVO,
GoPay, DANA dan LinkAja. Pada form kuesioner juga tersedia opsi aplikasi Bank
4.0 lain yang mungkin digunakan oleh responden. Jika responden mengisi opsi
lain dan ternyata tidak termasuk kriteria Bank 4.0, maka isi kuesioner akan ditolak.
Peneliti menggunakan cara ini untuk meminimalkan responden yang masih belum
bisa membedakan antara aplikasi digital banking dan Bank 4.0. Sebagai contoh
apabila responden mengisi opsi BRI Mobile maka kuesionernya akan ditolak,
karena yang masuk kategori Bank 4.0 adalah BRImo, bukan BRI Mobile.
TikTok, dll
4. Pengguna salah satu aplikasi Bank 4.0 yang dimiliki oleh bank umum atau
dengan metode kuantitatif (Saunders et al, 2003). Data dari sample dikumpulkan
melalui penyebaran kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan tertulis, yang telah
kuisioner sesuai dengan aspirasi dan pendapat mereka. Menurut Sekaran (2006),
melalui email atau metode berbasis web (Ritter & Sue, 2007). Lampiran melalui
email bisa cepat dalam mengumpulkan data, dan hemat biaya. Kuesioner e-mail
dapat memiliki tingkat respons yang lebih tinggi daripada survei berbasis web
(Kwak & Radler, 2002). Survei berbasis web lebih murah, tanpa cetak dan ongkos
kirim (Dixon & Turner, 2007). Itu dapat otomatis dan mengurangi entri data manual
100
mail dapat dilacak dan pengingat dikirim (Ritter & Sue, 2007).
Pada penelitian ini, data akan dikumpulkan dengan cara survei berbasis web
Facebook, Instagram dan e-mail. Agar tepat sasaran, kuesioner akan disebar ke
dengan Bank 4.0. Group ini diwakili sekumpulan mahasiswa dari 3 kampus
dianggap familiar dengan aplikasi Bank 4.0 yang dimiliki oleh Bank Umum.
Group ini penting disurvei karena sebagai penyeimbang dari group (a)
layanan Bank 4.0) dan mewakili jaringan komunitas yang kuat (dengan
Survei akan dikirimkan ke ketiga kelompok diatas secara bebas, tanpa membatasi
Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner akan
diukur dengan 5 skala Likert. Dengan skala Likert ini dapat digunakan untuk
mengenai suatu peristiwa atau fenomena (Vagias, 2006). Tabel 4.2 berikut
Kuesioner pada penelitian ini didesain dalam dua bagian. Bagian pertama
usia, pekerjaan, frekwensi penggunaan media sosial dan aplikasi Bank 4.0 dll.
Bagian kedua merupakan bagian utama penelitian, yang akan mengukur persepsi
bagian kedua inilah Likert 5 skala akan dipergunakan untuk mengukur persepsi
mereka.
Pada penelitian ini, untuk memastikan instrumen penelitian yang digunakan valid
maka akan dilakukan uji validitas dan reabilitas yang akan dibahas sbb;
102
Untuk menguji apakah alat ukur yang diterapkan dalam penelitian sudah
tepat atau belum perlu dilakukan uji validitas. Pengujian ini menunjukkan sejauh
mana tingkat ketepatan penggunaan alat ukur tersebut terhadap gejala apa yang
ingin diukur (Singarimbun & Effendi, 2008). Model pada penelitian ini akan diuji
dengan melihat isinya (content validity), dan kriterianya (criteria validity). Content
sehingga item-item yang telah dikembangkan memang bisa mengukur apa yang
dimaksud untuk diukur. Criteria validity digunakan untuk mengukur korelasi suatu
Untuk menguji apakah alat ukur pada penelitian ini cukup handal dan
terpercaya, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji reliabititas (Singaribun dan
Effendi, 2008). Untuk menguji tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach
K b
2
r11 1
K 1 12
Dimana;
12 = varians total.
Instrumen dikatakan reliabel bilamana koefisien alpha lebih tinggi dari 0,6 pada
Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner
selamnjutnya akan dianalisa dengan Structural Equation Model atau SEM. Adapun
103
linieritas Statistical Package for the Social Science for Windows versi 18.0 (SPSS
konstruk laten dengan indikatornya, serta hubungan antar konstruk laten. Dengan
teknik SEM ini juga bisa digunakan untuk melakukan analisa hubungan beberapa
SEM ini bisa dipergunakan untuk menganalisis suatu model yang rumit dalam
suatu penelitian, namun model yang akan dianalisis harus memiliki landasan teori
yang kuat, karena SEM tidak dapat diaplikasikan untuk model kausalitas imajiner.
Metode alternative lain berbasis varian yang tidak memerlukan kajian teori yang
kuat adalah metode kuadrat parsial terkecil atau Partial Least Square, yang akan
Penjelasan tahapan dalam Gambar 4.1 diatas adalah sbb; Step pertama
data pendukung, uji validitas, dan uji reliabilitas. Step kedua menentukan analisa
algoritma, yaitu dengan memilih tiga skema factorial, centroid atau structural
weighting (Ghozali, 2014). Pada step ini juga ditentukan jumlah sample yang
action modelling yang dikembankan oleh Falk dan Miller (1992). Step kelima
melakukan evaluasi model, dengan cara uji validitas, uji reliabilitas konstruk,
untuk menguji dimensionalitas konstruk pada Bank 4.0 experiential. Menurut Latan
(2012), CFA bermanfaat untuk uji validitas dan uji reliabilitas dari indikator maupun
item-item pembentuk konstruk laten (dalam penelitian ini adalah Bank 4.0
experiential). Dengan pengujian CFA ini maka aspek dan indikator yang
jelas.
Pada penelitian ini akan dianalisa dua tingkat yaitu; pertama, analisa
ke konstruk aspeknya. Model analisa dua tingkat ini disebut second order analysis
(Latan, 2012). Pada penelitian tesis ini, variabel Bank 4.0 Experiential merupakan
konstruk laten yang memiliki enam konstruk laten aspek yaitu functional quality,
105
convinience, innovations, trust, value dan risk mitigation & security. CFA tingkat
Dengan CFA dapat dilakukan uji validitas konstruk (construct validity test)
dan uji reliabilitas konstruk (construct reliability test) (Hair et al.,2010). Kriteria
second order ini dapat dilihat dari nilai loading factor harus lebih besar dari 0.5,
dan nilai t-statistik harus lebih besar dari 1.96. Menurut Hair et al (2010) dan
Ghozali (2012), nilai loading faktor lebih dari 0.5 artinya konstruk laten memiliki
validitas yang kuat, namun Sharma (1996) berpendapat nilai loading factor 0.4
reliability-nya lebih besar atau sama dengan 0.70 dan nilai variance extracted
harus lebih besar atau sama dengan 0.5 (Hair et al.,2010). Nilai construct reliability
∑ 𝑆𝐿𝐹 2
𝑉𝐸 =
∑ 𝑆𝐿𝐹 2 + (∑ 𝑒)
Ada dua pengukuran model yang harus diterapkan pada penelitian ini yaitu
pengukuran model luar (outer model), dan pengukuran model dalam (inner model).
Kedua pengukuran model tersebut dilakukan dengan SmartPLS versi 2.0 M3 yang
dengan variabel latennya (Ghozali,2014). Ada tiga uji pada outer model ini yaitu;
uji validitas konvergen (convergent validity test), uji reliabilitas komposit (composite
reliability test) dan uji validitas diskriminan (discriminant validity test) (Hair et
konstruk dengan konstruk yang lain. Menurut Chin (1998), pengukur dari
suatu konstruk harusnya berkorelasi tinggi. Dengan uji ini, model dikatakan
valid apabila nilai loading factor diatas 0.7, namun untuk tahap awal nilai
loading factor 0.5 sampai 0.6 masih bisa diterima (Chin,1998). Nilai loading
nilai loading factornya maka semakin penting suatu kontruk dalam variabel
suatu konstruk tidak berkorelasi tinggi dengan indikator dari konstruk lain.
dari masalah validitas diskriminan jika nilai akar kuadrat dari AVE (√AVE)
c. Uji Reliability
Dari penjelasan diatas, ringkasan dari evaluasi model pengukuran model refleksif
Tabel 4.3
Rule of Thumb Evaluasi Model Pengukuran Reflektif
memprediksi hubungan antar variabel laten (Ghozali, 2014). Pengujian inner Untuk
nilai > 1,96 dan bisa juga menggunakan p-value dengan nilai < 0,05. Inner model
Uji inner model yang pertama dengan nilai R-Square. Ada tiga kategori nilai
R-Square yaitu: 0.75, 0.50, dan 0,25 yang menunjukkan model kuat, moderate dan
model akan semakin baik dengan semakin tingginya nilai R-square (Ghozali,
2014).
108
Uji inner model yang kedua dengan nilai Q-square, yang berguna untuk
melihat prediksi relevansi. Terdapat dua kriteria uji Q-square yaitu lebih dari 0 (nol)
dan kurang dari 0 (nol), yang dipersepsikan predictive relevan dan kurang
predictive relevan (Ghozali, 2014). Ringkasan evaluasi inner model disajikan pada
yang digunakan adalah uji-t dengan angka kritis t-statistik > t-tabel dengan tingkat
signifikansi 0.05 (5%), sehingga cukup alasan untuk menolak hipotesis nol, dan
variabel laten, sedangkan bila hasil pengujian pada inner model adalah signifikan,
hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna diantara variabel
dengan lainnya (Solimun, 2010). Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan
model SEM dengan SmartPLS, yang nantinya akan menghasilkan prediksi model
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian di lapangan yang
dimulai dari statistik deskriptif yang berhubungan dengan data penelitian (meliputi
uji validitas, pilot test, gambaran umum responden), hasil pengujian hipotesis dan
kuesioner. Sebagai alat ukur dalam penelitian ini kuesioner yang akan dibagikan
terdiri dari pengujian content validity, construct validity dan reliability. Kuesioner
dapat disebar kepada responden apabila telah memenuhi kriteria pengujian dan
Uji validitas isi sangat penting untuk melihat sejauh mana kuesioner dapat
mengukur isi suatu variabel yang akan diukur, sehingga item-item yang telah
dimaksud untuk diukur. Untuk itu, sebelum kuisioner diuji-cobakan (pilot test) pada
pendapat kepada beberapa ahli dan akademisi, yaitu : 2 orang banker expert (1
orang Kepala Divisi Information Technology sebuah Bank BUMN, dan 1 orang
110
pemimpin cabang bank swasta nasional yang juga seorang akademisi) dan 1
sudah cukup untuk mengukur Bank 4.0 Experiential Quality dan layak untuk
disebar ke responden.
Bank Panin Dubai Syariah, Tbk, karyawan/i PT Bank CIMB Niaga, Tbk dan
karyawan PT TSA Realty, yang peneliti yakini telah mewakili ketiga kelompok
millennial, yaitu millennials terpelajar, junior banker dan high network millennials.
yang mana item dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi spearman > 0.5.
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa semua item memiliki nilai > 0.5, sehingga dapat
disimpulkan seluruh variabel dengan indikator diperoleh hasil yang valid. Hal
ini juga berarti bahwa pengujian variabel laten terhadap indikator dalam penelitian
variabel dikatakan valid apabila memiliki nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,70. Pengujian
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai
yang dirancang telah memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, sehingga
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah pelanggan millennial di Kota
kuisioner secara online direspon oleh sebanyak 688 responden, dan didapatkan
113
yang tidak memenuhi kriteria kebanyakan adalah pengguna digital banking, bukan
Bank 4.0, sebagaimana yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Misalnya, pada
pertanyaan aplikasi apa yang paling sering digunakan, dan jika responden yang
menjawab klikBCA, BRI mobile banking, Muamalat Mobile dll, otomatis akan
dihapus sebagai daftar responden, karena aplikasi tersebut adalah aplikasi digital
banking, bukan aplikasi Bank 4.0. Responden yang menjadi sampel dalam
penelitian ini dapat dijelaskan dari beberapa variabel demografi yang meliputi jenis
per bulan, jenis sosial media yang sering diakses, intensitas pemakaian dan jenis
Bank 4.0 yang digunakan oleh responden. Profil responden disajikan pada Tabel
5.3.
114
besar responden adalah perempuan yaitu sebanyak 403 responden atau sebesar
penelitian ini didominasi oleh responden dengan rentang usia 16 – 20 tahun yaitu
sebanyak 381 orang atau sebesar 57% dari responden. Pada urutan kedua adalah
163 responden atau sebesar 24% dari jumlah responden. Kedua rentang usia ini
mendominasi responden, hal ini menunjukkan survei ini paling banyak direspon
usia dengan jumlah responden paling sedikit adalah pada rentang usia 31 – 35
tahun yaitu sebesar 29 responden atau hanya sebesar 4% dari jumlah responden
dan diikuti oleh responden dengan rentang usia 36 – 40 th sebesar 42 orang atau
6% dari jumlah responden. Jika ditotal rentang usia 26 – 40 tahun sebesar 19%,
yang merupakan rentang usia bekerja (kelompok junior banker dan umum). Data
atau sebanyak 569 responden. Responden yang telah menikah hanya sebesar
15% dari jumlah responden. Proporsi ini bisa dipahami dan mensupport data usia
merespon survei ini adalah kelompok usia 16 – 20 tahun. Adapun 15% responden
yang telah menikah, peneliti sinyalir kebanyakan berasal kelompok junior banker
dan umum.
116
sebesar 70% dari jumlah responden atau sebanyak 468 responden. Responden
dengan pendidikan terakhir sarjana sebanyak 177 responden atau sebesar 26%
orang, dan Doktor sebanyak 2 orang. Lulusan SMA merupakan yang terbanyak,
hal ini mendukung data sebelumnya, karena sebagaian besar responden adalah
adalah mahasiswa dengan proporsi sebesar 68% dari jumlah seluruh responden
atau sebanyak 459 responden. Responden yang bekerja sebagai pegawai swasta
sebesar 15% atau sebanyak 100 responden. Jumlah responden yang bekerja di
sektor pemerintah yaitu sebagai PNS dan pegawai BUMN memiliki jumlah
pekerjaan ini sejalan dengan proporsi berdasar usia dan pendidikan terakhir,
dimana sebagian besar responden adalah pada usia pelajar dan belum bekerja.
Sedangkan 28% sisanya adalah pegawai bank, freelance, PNS dan pegawai
BUMN.
dan sisanya sebesar 5% responden memiliki penghasilan lebih dari lebih dari
Rp10.000.000/bulan.
merupakan pengguna youtube ada sebesar 18% dari jumlah responden. Sosial
media yang juga cukup digandrungi oleh generasi millennial adalah twitter, dalam
penelitian ini responden yang menggunakan sosial media twitter adalah sebesar
13% dari jumlah responden dan sisanya 10% responden menggunakan media
sosial lainnya. Hasil riset sedikit berbeda dengan beberapa riset sebelumnya yang
menempatkan youtube sebagai media sosial yang secara umum paling populer di
Hootsuite, 2020; Kominfo, 2020). Namun hasil penelitian ini mendukung riset yang
dilakukan oleh Asean Youth Survey 2019 yang dirilis Redhill, yang mana
menempatkan Twitter dan Instagram sebagai media sosial paling populer bagi
millennial. Hasil riset ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh responden
dalam tiga kategori yaitu kurang dari 5 kali penggunaan perbulan (jarang), 5-15
kali penggunaan perbulan (sedang), dan lebih dari 15 kali penggunaan perbulan
(sering). Sebesar 86% responden merupakan pengguna aktif sosial media, hal ini
terlihat bahwa jumlah penggunaan terhadap sosial media yang mencapai lebih dari
Berdasarkan aplikasi Bank 4.0 yang paling sering digunakan, sebesar 49%
adalah pengguna aktif LinkAja. Hasil penelitian ini ternyata tidak jauh berbeda
dengan data yang dilansir oleh App Annie & iprice group (2019), yang
menempatkan GoPay, OVO, DANA, LinkAja, Jenius sebagai 5 aplikasi Bank 4.0
populer di Malang dibanding Jenius, hal ini bisa dipahami, karena 3 universitas
tempat survei dilakukan telah bekerjasama dengan Bank BRI sebagai bank
setiap indikator berdasarkan nilai rata-rata (mean) dan simpangan bakunya pada
yaitu: Functional Quality, Convenience, Bank 4.0 Innovation, Trust, Value, Risk
Intention.
Business online (FQ4) dan Simple and intuitive interface (FQ5). Masing – masing
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner
sebanyak 673 orang. Nilai minimum dalam variabel ini keseluruhan indikator
adalah 2 yang berarti bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah tidak
setuju (TS) dan untuk nilai maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator
memiliki nilai maksimum 5 yang berarti bahwa jawaban tertinggi dari 673
responden adalah sangat setuju (SS). Untuk nilai standar deviasi pada setiap
indikator Functional Quality, seluruhnya memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai
rata-rata, hal ini menandakan bahwa tingkat keragaman data atau tingkat sebaran
data untuk setiap indikator dalam dimensi ini adalah rendah. Indikator easy to
navigate memiliki nilai rata – rata sebesar 4.43 (tertinggi), yang artinya dari semua
responden.
Functional Quality sebesar 4.21, dengan rata-rata standar deviasi sebesar 0.70.
Dari nilai rata-rata standar deviasi keseluruhan yang lebih kecil dari nilai rata-rata
variabel data yang kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup besar dari
diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 673
orang. Nilai minimum keseluruhan indikator memiliki nilai minimum 2 yang berarti
bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah tidak setuju (TS) dan untuk
nilai maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator memiliki nilai maksimum
5 yang berarti bahwa jawaban tertinggi dari 673 responden adalah sangat setuju
(SS). Untuk nilai standar deviasi pada setiap indikator Convenience, seluruhnya
memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa
tingkat keragaman data atau tingkat sebaran data untuk setiap indikator pada
dimensi ini adalah rendah. Sedangkan indikator Speed memiliki nilai rata – rata
tertinggi yaitu sebesar 4.38, yang artinya Speed dipersepsikan paling tinggi oleh
responden.
dimensi Convenience sebesar 4.20, dengan standar deviasi sebesar 0.67. Dari
nilai rata-rata keseluruhan standar deviasi yang jauh lebih kecil dari nilai rata-rata
variabel data yang kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup besar dari
Services (INO1), Improving uptake and experience though innovation (INO2), dan
Investment in R&D (INO3). Masing – masing indikator dapat diuraikan pada Tabel
5.6.
tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak
673 orang. Nilai minimum dalam variabel ini keseluruhan indikator adalah 2 yang
berarti bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah tidak setuju (TS) dan
untuk nilai maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator memiliki nilai
maksimum 5 yang berarti bahwa jawaban tertinggi dari 673 responden adalah
sangat setuju (SS). Untuk nilai standar deviasi pada setiap indikator seluruhnya
memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa
tingkat keragaman data atau tingkat sebaran data untuk setiap indikator pada
variabel ini adalah rendah. Indikator Investment in R&D memiliki nilai rata – rata
122
tertinggi dari Bank 4.0 Innovation yaitu sebesar 4.26, yang artinya Investment in
Innovation yakni sebesar 4.17, lebih besar dari rata-rata nilai standar deviasi 0.69,
hal ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sebaran dari variabel data
yang kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup besar dari persepsi Bank
Dimensi Trust terkonstruksi dari 3 indikator yaitu Choosing (TR1), Using and
staying with bank due to brand and trustworthiness (TR2), dan Protection of privacy
Tabel 5.7 menggambarkan statistik deskriptif Trust, dan dari tabel diatas
dapat diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 673 orang.
Nilai minimum dalam variabel pada indikator choosing dan indikator Protection of
privacy adalah 1 yang berarti bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah
sangat tidak setuju (STS), sedangkan indikator Using and staying with bank due
to brand and trustworthiness memiliki nilai minimum 2 yang berarti bahwa jawaban
terendah dari 673 responden adalah tidak setuju (TS) dan untuk nilai maksimum
dalam variabel ini keseluruhan indikator memiliki nilai maksimum 5 yang berarti
123
bahwa jawaban tertinggi dari 673 responden adalah sangat setuju (SS). Untuk nilai
standar deviasi pada setiap indikator, seluruhnya memiliki nilai yang lebih rendah
dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa tingkat keragaman data atau tingkat
sebaran data untuk setiap indikator ini adalah rendah. Indikator Using and staying
with bank due to brand and trustworthiness memiliki nilai rata – rata tertinggi dari
Trust yaitu sebesar 4.14, yang artinya indikator ini dipersepsikan paling tinggi
sebesar 3.91 atau lebih tinggi dari rata-rata keseluruhan standar deviasi 0.83. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sebaran dari variabel data yang
kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup besar dari persepsi Trust
Dimensi Value terkonstruksi dari 5 indikator yaitu Save money (VAL1), Save
time (VAL2), Usefulness (VAL3), Enjoyment (VAL4) dan Better deal oneline
Tabel 5.8 menggambarkan statistik deskriptif Value, dari tabel diatas dapat
diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 673 orang. Nilai
124
minimum untuk indikator Save money adalah 1 yang berarti jawaban terendah dari
semua responden adalah sangat tidak setuju (STS) dan indikator lainnya memiliki
nilai minimum 2 yang berarti bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah
tidak setuju (TS). Nilai maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator memiliki
nilai maksimum 5 yang berarti bahwa jawaban tertinggi dari 673 responden adalah
sangat setuju (SS). Untuk nilai standar deviasi pada setiap indikator, seluruhnya
memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa
tingkat keragaman data atau tingkat sebaran data untuk setiap indikator pada
dimensi ini adalah rendah. Indikator Save Time memiliki nilai rata – rata tertinggi
yaitu sebesar 4.38, yang artinya indikator ini secara rata-rata dipersepsikan paling
terhadap Value yakni sebesar 4.25 atau lebih besar dari rata-rata standard deviasi
0.7. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sebaran dari variabel
data yang kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup besar dari persepsi
Security (RS1), Fraud (RS2), dan Cyber Attack (RS3). Masing – masing indikator
dan dari tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner
sebanyak 673 orang. Nilai minimum dalam variabel ini keseluruhan indikator
adalah 1 yang artinya bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah sangat
tidak setuju (STS). Nilai maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator
memiliki nilai maksimum 5 yang berarti bahwa jawaban tertinggi dari 673
responden adalah sangat setuju (SS). Untuk nilai standar deviasi pada pada setiap
indikator Risk Mitigation and Security, seluruhnya memiliki nilai yang lebih rendah
dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa tingkat keragaman data atau tingkat
sebaran data untuk setiap indikator pada dimensi ini adalah rendah. Indikator
Security memiliki nilai rata – rata tertinggi dari Risk Mitigation and Security yaitu
sebesar 3.90, yang artinya indikator ini secara rata-rata dipersepsikan paling tinggi
oleh responden.
terhadap Risk Mitigation and Security sebesar 3.68, jauh lebih tinggi dari nilai rata-
rata keseluruhan standar deviasi yaitu sebesar 0.88. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan sebaran dari variabel data yang kecil atau tidak adanya
kesenjangan yang cukup besar dari persepsi Risk Mitigation and Security terendah
dan tertinggi.
Mentioned to others that you do business with Bank (WOM1), Made sure that
others knew that you do business with bank (WOM2), Straightening out bad
high NPS (WOM6). Masing – masing indikator dapat diuraikan pada Tabel 5.10.
dari tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi kuesioner
sebanyak 673 orang. Nilai minimum dalam variabel ini keseluruhan indikator
adalah 1 yang artinya bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah sangat
tidak setuju (STS). Nilai maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator
memiliki nilai maksimum 5 yang berarti bahwa jawaban tertinggi dari 673
responden adalah sangat setuju (SS). Untuk nilai standar deviasi pada setiap
indikator WOM Behavior, seluruhnya memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai rata-
rata, hal ini menandakan bahwa tingkat keragaman data atau tingkat sebaran data
untuk setiap indikator pada variabel ini adalah rendah. Indikator Giving high NPS
memiliki nilai rata – rata tertinggi dari variabel WOM Behavior yaitu sebesar 3.94,
yang artinya indikator ini secara rata-rata dipersepsikan paling tinggi dibanding
indikator lainnya.
127
terhadap WOM behavior sebesar 3.80, jauh lebih tinggi dari nilai rata-rata
keseluruhan standar deviasi yaitu sebesar 0.84. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan sebaran dari variabel data yang kecil atau tidak adanya
kesenjangan yang cukup besar dari persepsi WOM behavior terendah dan
tertinggi.
sense of fulfilllment (CS1), Fewer complaints (CS2), dan Overall satisfaction with
products and services (CS3). Masing – masing indikator dapat diuraikan pada
Tabel 5.11.
Satisfaction, dan dari tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi
kuesioner sebanyak 673 orang. Nilai minimum untuk indicator Fewer Complaint
adalah 1 yang artinya bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah sangat
tidak setuju (STS) dan nilai minimum untuk indikator lainnya adalah 2 yang artinya
bahwa jawaban terendah dari 673 responden adalah tidak setuju (TS). Nilai
maksimum dalam variabel ini keseluruhan indikator adalah 5 yang berarti bahwa
jawaban tertinggi dari 673 responden adalah sangat setuju (SS). Untuk nilai
128
nilai yang lebih rendah dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa tingkat
keragaman data atau tingkat sebaran data untuk variabel ini adalah rendah.
Indikator the sense of fulfillment memiliki nilai rata – rata tertinggi yaitu sebesar
4.21, yang artinya indikator ini secara rata-rata dipersepsikan tertinggi dibanding
indikator lainnya.
terhadap Customer Satisfaction sebesar 4.00, jauh lebih tinggi dari nilai rata-rata
keseluruhan standar deviasi yaitu sebesar 0.74. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan sebaran dari variabel data yang kecil atau tidak adanya
kesenjangan yang cukup besar dari persepsi Customer Satisfaction terendah dan
tertinggi.
Continuously using the services of certain banks for a long period of time (CI1),
Repetitive purchasing of products and services (CI2), dan Consider bank as the
first choice to buy – services (CI3). Masing – masing indikator dapat diuraikan
Intention, dari tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang mengisi
kuesioner sebanyak 673 orang. Nilai minimum untuk indikator Continuously using
the services of certain banks for a long period of time dan Repetitive purchasing of
products and services adalah 1 yang artinya bahwa jawaban terendah dari 673
responden adalah sangat tidak setuju (STS) dan nilai minimum untuk indikator
Consider bank as the first choice to buy – services adalah 2 yang artinya bahwa
jawaban terendah dari 673 responden adalah tidak setuju (TS). Nilai maksimum
dalam variabel ini keseluruhan indikator adalah 5 yang berarti bahwa jawaban
tertinggi dari 673 responden adalah sangat setuju (SS). Untuk nilai standar deviasi
pada setiap indikator Continuance Intention, seluruhnya memiliki nilai yang lebih
rendah dari nilai rata-rata, hal ini menandakan bahwa tingkat keragaman data atau
tingkat sebaran data untuk variabel ini adalah rendah. Indikator Continuously using
the services of certain banks for a long period of time memiliki nilai rata – rata
tertinggi dari variabel Continuance Intention yaitu sebesar 4.11, yang artinya
lainnya.
terhadap Continuance Intention sebesar 3.99, jauh lebih tinggi dari nilai rata-rata
keseluruhan standar deviasi yaitu sebesar 0.77. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan sebaran dari variabel data yang kecil atau tidak adanya
kesenjangan yang cukup besar dari persepsi Continuance Intention terendah dan
tertinggi.
130
exploratory melalui tiga tahapan analisis yang pertama yaitu evaluasi outer model,
evaluasi inner model dan pengujian hipotesis. Evaluasi outer model bertujuan
untuk menspesifikkan hubungan antara indikator dan variabel laten. Evaluasi inner
reliabilitas suatu model. Outer model dengan indikator reflektif dievaluasi melalui
Uji convergent validity untuk penelitian yang bersifat exploratory dapat dilihat
dari nilai Average Variance Extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Nilai AVE
AVE lebih besar dari 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa convergent validity
terpenuhi. Pengujian convergent validity juga dapat dilakukan dengan melihat nilai
terkuat (dominan). Nilai outer loading disyaratkan yaitu diatas 0,7 untuk setiap
indikator atau variabel manifestnya. Hasil smartPLS untuk nilai outer loading
ditunjukkan pada Tabel 5.14 dibawah. Dari nilai outer loading tersebut, dapat
diketahui bahwa semua indikator memenuhi rule of thumb dengan nilai loading
factor lebih besar dari 0.7, sehingga dapat disimpulkan memenuhi syarat validitas
konvergen.
132
Fornell-Larcker Criterion. Pada Tabel 5.15 berisi nilai akar kuadrat AVE yang
ditunjukkan pada tabel secara diagonal. Nilai dibawah diagonal utama adalah nilai
korelasi antar konstruk. Model dapat dikatakan valid apabila nilai akar kuadrat AVE
Pada Tabel 5.15, nilai dalam tanda kurung (), artinya adalah nilai akar
kuadrat AVE. Pada tabel dapat diketahui bahwa nilai akar kuadrat AVE lebih tinggi
dari nilai korelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa model valid karena telah
Berdasar nilai AVE, outer loading dan akar kuadrat AVE diatas, dapat
dua cara yaitu dengan cronbach’s alpha dan composite reliability. Hasil pengujian
Kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu konstruk reliabel atau tidak yaitu
dengan melihat nilai cronbach’s alpha dan composite reliability harus lebih besar
dari 0.7 untuk penelitian konfirmatori. Tabel 5.16 menunjukkan bahwa nilai
cronbach’s alpha dan composite reliability dari semua variabel diatas 0,7 sehingga
Dari hasil uji Outer Model, yang dilakukan dalam beberapa tahap diatas
dikatakan valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
variabel. Tahap pertama, yaitu dengan melakukan evaluasi R2. Tahap kedua,
mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
R-square hanya terdapat pada variabel laten yang dipengaruhi oleh variabel laten
lainnya. Variabel laten terpengaruh disebut juga variabel laten endogen (Hussein,
2015). Terdapat tiga kriteria pengukuran R2 yaitu 0,67 atau tinggi, 0,33 atau
moderat, dan 0,19 atau rendah (Chin, 1998). Hasil R2 dalam penelitian ini disajikan
tabel dapat diketahui bahwa variabel Risk mitigation and security, WOM Behavior,
dan Continuance Intention memiliki nilai R2 nilai yang lebih besar dari 0,33 namun
kurang dari 0,67 sehingga dapat dikatakan bahwa pengukuran variabel laten
Value dan Customer Satisfaction memiliki nilai R2 yang lebih besar dari 0,67
136
Nilai R-square dari Functional Quality sebesar 0,765 atau dengan kata lain
Simple and intuitive interface. Sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh faktor lain
di luar model tersebut. Mengacu nilai R-square pada Tabel 5.17, variabel-variabel
dikategorikan substantif dan moderat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel-
variabel dalam model memiliki pengaruh lebih besar kepada variabel terdampak
2
5.4.2.2 Analisis Q-Square ( Q )
menghitung:
Q2 1
D ED
D OD
Dimana, D adalah omission distance, E adalah sum of squares of prediction errors,
2
dan O adalah sum of squares of observation. Nilai Q di atas nol memberikan bukti
2
bahwa model memiliki predictive relevance, Q di bawah nol mengindikasikan
2
model kurang memiliki predictive relevance. Dalam kaitan dengan f , dampak
relatif model struktural terhadap pengukuran variabel dependen laten dapat dinilai
dengan:
137
2
Qincluded Qexcluded
2
q2
1 Qincluded
2
2
Nilai Q-square predictive relevance ( Q ) dapat digunakan untuk memvalidasi
2 2
Geisser’s ( SQ ) serta diperoleh dari prosedur blindfolding dimana nilai Q di atas
nol memberikan bukti bahwa model memiliki predictive relevance. Sebaliknya, nilai
2
Nilai SQ diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
dapat dikatakan bahwa model persamaan struktural fit dengan data atau
2
mempunyai prediksi relevansi yang baik. Berdasarkan hasil penghitungan SQ
SSE
sesuai dengan nilai Q 2 1 , yang dihasilkan dari prosedur blindfolding
SSO
2
Nilai Q pada model penelitian menunjukkan nilai di atas nol untuk ketiga
Continuance Intention. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini
Fit. Nilai 0,10 termasuk dalam tingkat GoF kecil, 0,25 nilai GoF medium, dan nilai
0,36 nilai GoF besar (Cohen, 1988). Nilai GoF didapatkan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Nilai GoF yang didapatkan yaitu sebesar 0,682 diinterpretasikan GoF besar,
yang artinya secara keseluruhan model pengukuran (outer model) dengan model
Berdasarkan hasil uji Inner Model yang dilakukan dalam tiga tahap uji diatas,
dikatakan valid dan reliabel sehingga sehingga model dapat digunakan untuk
pengujian asumsi.
pertanyaan penelitian. Berikut merupakan diagram first order construct dan second
order construct. Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa variabel yang
convenience, innovation, trust, value, dan risk mitigation and security. Variabel
second order construct Bank 4.0 Experiential disajikan pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19
Pengujian Hipotesis Pengaruh First Order Construct Functional Quality,
Convenience, Innovation, Trust, Value, dan Risk Mitigation and Security
Secara Langsung Terhadap Second Order Construct Bank 4.0 Experiential
Original Sample Standard
Hipo- T Statistics P
Path Sample Mean Deviation
tesis (|O/STDEV|) Values
(O) (M) (STDEV)
Bank 4.0 Experiential
H1a 0.875 0.875 0.010 87.059 0.000 ⃰
Functional Quality
Bank 4.0 Experiential
H1b 0.867 0.867 0.011 81.171 0.000 ⃰
Convenience
Bank 4.0 Experiential
H1c 0.873 0.873 0.010 88.339 0.000 ⃰
Innovation
Bank 4.0 Experiential
H1d 0.836 0.837 0.012 68.924 0.000 ⃰
Trust
Bank 4.0 Experiential
H1e 0.895 0.895 0.009 102.138 0.000 ⃰
Value
Bank 4.0 Experiential
H1f 0.705 0.705 0.021 34.180 0.000 ⃰
Risk Mitigation & Security
Keterangan: * signifikan pada p value < 0,05 H0 ditolak
Sumber: Data primer diolah, 2020
140
Quality merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai T-statistik yang dihasilkan 87,059 > 1,96 atau p value < 0,05, sehingga
dengan tingkat kepercayaan 95% sudah cukup alasan untuk menolak hipotesis
nol, atau menerima hipotesis alternatif. Hal ini juga menunjukkan bahwa terdapat
berpengaruh yang signifikan antara Functional Quality dan Bank 4.0 Experiential.
dapat diterima.
yang besar dan hubungan yang positif antara Functional Quality dan Bank 4.0
rata-rata tertinggi (4,43) dengan nilai standar deviasi yang paling kecil (0,62), hal
digunakan, baik saat registrasi, login maupun saat transaksi. Hal ini juga dikuatkan
dengan nilai outer loading tertinggi (0,830), yang mengindikasikan atribut ini
berpengaruh paling dominan terhadap functional quality. Temuan ini tentu menjadi
tantangan bagi Bank 4.0 untuk mewujudkannya. Meskipun platfiorm Bank 4.0 ini
dikenal sebagai platform yang fully digital dan sophisticated, namun Bank 4.0
dituntut untuk membuat platform yang mudah dipahami, anti ribet dan funky bagi
pelanggan millennial.
141
bagi pelanggan millennial. Functional quality dari Bank 4.0 terbentuk dengan
millennial yang sudah sangat terbiasa dengan teknologi digital. Temuan ini juga
sejalan dengan pengamatan peneliti di lapangan bahwa aplikasi yang ribet, kaku,
sulit digunakan adalah salah satu sebab komplain, dan keengganan pelanggan
merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential. Hasil analisis menunjukkan bahwa
nilai T-statistik yang dihasilkan 81,171 > 1,96 atau p value < 0,05, sehingga dengan
tingkat kepercayaan 95% sudah cukup alasan untuk menolak hipotesis nol, atau
yang signifikan antara Convenience dan Bank 4.0 Experiential Quality. Hasil
yang besar dan hubungan yang positif antara variabel Convenience dan Bank 4.0
Experiential Quality. Semakin nyaman penggunaan layanan Bank 4.0, maka akan
(0,863), namun Speed memiliki nilai hampir mendekati (0,860), yang artinya
dan nyaman digunakan, tidak membingungkan mereka dan cepat. Mengacu pada
dimana pada saat pertama kali diluncurkan interface mandiri online terlihat sangat
keren, dengan menu yang sangat lengkap. Sayangnya, banyak menu nya yang
tidak mudah ditemukan (bersembunyi di menu lain), memori yang dibutuhkan juga
oleh developer Bank 4.0 dengan membuat interface yang sederhana, yang penting
Convenience dari Bank 4.0 terbentuk dengan sangat baik untuk kalangan
millennial karena memberikan kenyamanan, lebih cepat, lebih tepat, dan dirasakan
merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential. Hasil analisis menunjukkan bahwa
nilai T-statistik yang dihasilkan 88,339 > 1,96 atau p value < 0,05, sehingga dengan
tingkat kepercayaan 95% sudah cukup alasan untuk menolak hipotesis nol, atau
menerima hipotesis alternatif. Hal ini artinya terdapat berpengaruh yang signifikan
yang besar dan hubungan yang positif antara Innovation dan Bank 4.0 Experiential
Quality. Semakin inovatif Bank 4.0, maka akan semakin berkualitas pengalaman
innovation. Better service dilaporkan dengan nilai korelasi tertinggi (0,870). Ini
layanan, akan berdampak paling besar pada dimensi inovasi ini. Bank 4.0 harus
terus mendevelop aplikasinya secara terus menerus, yang lebih cepat, lebih aman,
lebih nyaman digunakan yang akhirnya menghasilkan layanan yang lebih baik
aplikasi lainnya, karena mereka adalah generasi yang ‘anti kemapanan’, Impatient,
dan Adventurous (Korobka, 2018). Sehingga temuan ini harus menjadi perhatian
Innovation dari Bank 4.0 terbentuk dengan sangat baik untuk pelanggan millennial
karena memberikan layanan yang lebih baik, unggul, lebih efisien, dan terus
berkembang lebih baik bagi kalangan millennial. Hal ini juga sesuai dengan fakta-
fakta yang ada bahwa bank yang tidak melakukan inovasi akan ditinggalkan
merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiental. Nilai T-statistik yang dihasilkan
68,924 > 1,96 atau p value < 0,05 , sehingga dengan tingkat kepercayaan 95%
sudah cukup alasan untuk menolak hipotesis nol, atau menerima hipotesis
alternatif. Dengan kata lain, bahwa terdapat berpengaruh yang signifikan antara
Trust dan Bank 4.0 Experiential Quality. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis alternatif yang menyatakan Trust merupakan dimensi dari Bank
yang besar dan hubungan yang positif antara Trust dan Bank 4.0 Experiential
berkualitas pula pengalaman penggunaan atas layanan Bank 4.0, begitu juga
sebaliknya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Choosing, Using and staying with
indikator dari trust. Using and staying with bank due to brand and trustworthiness
dilaporkan memiliki nilai rata-rata tertinggi (4,14), dengan deviasi terendah (0,73),
serta nilai korelasi tertinggi terhadap trust (0,845). Hal ini artinya Bank 4.0 harus
menjaga nama baik, brand dan reputasinya tetap tinggi, karena sangat
dijanjikan, cepat memberi respon, handling complain yang baik, memberikan rasa
pada Bank 4.0 terbentuk dengan sangat baik untuk pelanggan milennial karena
memiliki citra positif, kepercayaan yang tinggi terhadap merk dan layanan Bank
perlindungan atas privasi data bagi kalangan millennial. Hasil riset ini sesuai
dengan fakta bahwa tren penggunaan layanan Bank 4.0 meningkat secara
signifikan sejak tahun 2017, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.4 dan Gambar
merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential. Nilai T-statistik yang dihasilkan
102,138 > 1,96 atau p value < 0,05 , sehingga dengan tingkat kepercayaan 95%
sudah cukup alasan untuk menolak hipotesis nol, atau menerima hipotesis
yang besar dan hubungan yang positif antara value dan Bank 4.0 Experiential
Quality. Semakin tinggi value yang dirasakan oleh pelanggan, maka semakin tinggi
pula kualitas pengalaman atas layanan Bank 4.0, begitu juga sebaliknya. Dari hasil
penelitian ini juga ditemukan bahwa value merupakan dimensi terkuat yang
merasakan pengalaman Bank 4.0 jika perusahaan bisa menawarkan biaya yang
146
relatif lebih murah, aplikasi yang lebih cepat atau memberikan tambahan manfaat
kepada mereka.
Dari enam indikator yaitu save money, save time, usefulness, enjoyment,
better deal online, dilaporkan bahwa save time merupakan indikator yang
dipersepsikan oleh millennial dengan nilai rata-rata tertinggi (4,38), dengan deviasi
terendah (0,65). Nilai uji korelasi juga menunjukkan tertinggi (0,867), yang berarti
save time merupakan indikator yang paling kuat mempengaruhi value. Temuan ini
mirip dan cocok dengan nilai hasil dari convenience, dimana speed merupakan
indikator yang berpengaruh tinggi. Implikasi bagi Bank 4.0, mereka harus
menciptakan platform yang cepat, ‘anti jam pasir’ yang bisa menghemat waktu
pelanggan. Temuan ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi Bank 4.0 yang
Kenyataannya, strategi tersebut hanya berefek jangka pendek, karena jika ada
pesaing yang menawarkan diskon atau biaya lebih murah mereka akan pindah.
Untuk itu sebaiknya Bank 4.0 menaikkan value pelanggan dengan cara
meningkatkan save time, mungkin dalam jangka pendek efeknya tidak sebesar
save money, namun dalam jangka panjang peneliti efeknya jauh lebih besar.
pada Bank 4.0 terbentuk dengan sangat baik khususnya pada pelanggan
millennial karena dirasakan memberikan efisiensi, manfaat dan nilai tambah ketika
H1f: Risk Mitigation & Security merupakan dimensi Bank 4.0 Experiential
and Security merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai T-statistik yang dihasilkan 34,180 > 1,96 atau p value <
147
0,05, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% sudah cukup alasan untuk
bahwa terdapat berpengaruh yang signifikan antara Risk Mitigation and Security
dan Bank 4.0 Experiential Quality. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa
yang besar dan hubungan yang positif antara Risk Mitigation and Security dan
Bank 4.0 Experiential. Hal ini berarti semakin tinggi persepsi pelanggan millennials
atas perlindungan terhadap risiko serta semakin kuat sistem pengamanan Bank
4.0, maka semakin tinggi pula kualitas pengalaman atas penggunaan layanan
merupakan indikator dari Risk Mitigation & Security. Indikator fraud memiliki nilai
korelasi tertinggi (0,922) terhadap Risk Mitigation & Security. Hal ini menandakan
persepsi mitigasi risiko dan keamanan. Dengan kata lain, Bank 4.0 harus
menciptakan sistem pengamanan yang kuat, back up data dan disaster system
yang mumpuni agar tidak mudah diretas dan penipuan. Meskipun platformnya
kejahatan cyber.
Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa dimensi Risk Mitigation & Security
merupakan dimensi yang paling lemah dalam pengalaman Bank 4.0. Menurut
peneliti hal ini dipengaruhi tiga alasan. Pertama, dana kelolaan yang kecil,
sebagian besar millennial adalah masih belum bekerja, sehingga mereka tidak
148
begitu khawatir jika terjadi risiko pada dana mereka di Bank 4.0. Kedua, aplikasi
Bank 4.0 di Indonesia saat ini masih didominasi sebagai alat transaksi, belum alat
penyimpanan, artinya dana yang ada di Bank 4.0 hanya disisihkan untuk transaksi
harian. Ketiga, hal ini sesuai dengan karakteristik pelanggan millennial yang
generasi yang berani mengambil risiko, atau dengan kata lain faktor risiko
bukanlah pertimbangan pertama dalam memilih layanan Bank 4.0. Temuan ini
risiko merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan di awal ketika pelanggan
tahun.
Bank 4.0 dapat disimpulkan bahwa Risk Mitigation and Security dapat memicu
experiential quality penggunanya. Risk Mitigation and Security pada Bank 4.0 telah
memberikan perasaan aman, cukup handal, dan perlindungan dari resiko dari
jalur pengaruh langsung secara parsial. Hasil pengujian hipotesis pada inner
WOM Behavior, diperoleh koefisien original sample sebesar 0,38, dengan nilai T
statistik 7,683. Karena nilai T statistik uji lebih tinggi dari nilai t tabel yaitu 1,96 atau
p value < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang
pengguna Bank 4.0, akan mengakibatkan semakin tinggi pula WOM Behavior
yang positif antara variabel Bank 4.0 Experiential Quality dan variabel WOM
Behavior, artinya semakin tinggi kualitas pengalaman penggunaan Bank 4.0, maka
semakin tinggi pula tingkat perilaku WOM. Sedangkan hubungan tidak langsung
Bank 4.0 Experiential Quality terhadap WOM behavior yang dimediasi oleh
customer satisfaction dengan keofisien jalur sebesar 0,311, hal ini menunjukkan
untuk menaikkan WOM behavior lebih baik dilakukan dengan menaikkan Bank 4.0
Bank 4.0 Experiential Quality dapat memicu WOM Behavior pelanggan millennials.
nilai T statistic sebesar 48,409. Karena nilai T statistik uji tinggi dari nilai t tabel
yaitu 1,96 atau p value < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Experiential Quality pengguna Bank 4.0, akan mengakibatkan semakin tinggi pula
yang positif antara variabel Bank 4.0 Experiential dan variabel Customer
Satisfaction. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas pengalaman penggunaan Bank
4.0, maka akan menyebabkan semakin tinggi pula tingkat kepuasan pelanggan,
bahwa variabel Bank 4.0 Experiential Quality dapat memicu Customer Satisfaction
151
umum merasa puas atas produk dan layanan yang ditawarkan oleh Bank 4.0.
Continuance Intention, diperoleh nilai T statistik 8,736. Karena nilai T statistik uji
lebih tinggi dari nilai t tabel yaitu 1,96 atau p value < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Bank 4.0 Experiential
yang positif antara Bank 4.0 Experiential Quality dan Continuance Intention. Hasil
menggunakan layanan Bank 4.0. Sedangkan hubungan tidak langsung Bank 4.0
Bank 4.0 lebih baik fokus untuk menaikkan Bank 4.0 Experiential Quality, karena
aplikasi Bank 4.0 secara berulang-ulang, dan menjadikan Bank 4.0 sebagai pilihan
statistik 7,554. Karena nilai T statistik uji lebih tinggi dari nilai t tabel yaitu 1,96 atau
p value < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang
4.0, akan mengakibatkan semakin tinggi pula WOM Behavior pengguna Bank 4.0.
yang positif antara variabel Customer Satisfaction dan variabel WOM Behavior.
Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi akan menyebabkan semakin tinggi pula
pelanggan millennial. Pelanggan yang merasa puas atas layanan Bank 4.0 akan
memicu mereka untuk mengatakan hal-hal yang positif atas Bank 4.0,
nilai T statistik 7,249. Karena nilai statistik uji lebih tinggi dari nilai t tabel yaitu 1,96
atau p value < 0,05, maka dapat disimpbulkan bahwa terdapat pengaruh langsung
yang positif antara variabel Customer Satisfaction dan Continuance Intention. Hal
ini berarti semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan, maka akan menyebabkan
layanan Bank 4.0, akan memicu mereka untuk terus menerus menggunakan
layanan Bank 4.0, secara perlahan akan menggantikan layanan perbankan lainnya
dengan Bank 4.0, serta menjadikan Bank 4.0 sebagai pilihan utama ketika mereka
penelitian. Berdasarkan teori dan asumsi yang dibangun serta data empiris yang
berhasil dikumpulkan dalam penelitian, maka dapat diperoleh hasil penelitian dan
quality pada Bank 4.0. Hasil riset ini mendukung penelitian sebelumnya yang
(Lee & Chung, 2009); dan customer satisfaction (Keisidou et al., 2013); functional
(Monferrer-Tirado et al., 2016); serta memiliki efek yang positif terhadap customer
experience (Garg et al, 2014; Mbama et al, 2018). Indikator reflektif dari functional
al, 2013; Garg et al, 2014; Lee & Chung, 2009; Monferrer-Tirado et al, 2016).
al., 2013; Knutson et al, 2007; Kim et al, 2011; Karatepe et al, 2005); convenience
memiliki efek positif pada pengalaman pelanggan (Garg et al, 2014; Klaus &
Maklan, 2013); yang berkaitan dengan aktivitas offline dan online (Garg et al,
2014); convinience sebagai salah satu kualitas layanan utama dari mobile banking
di Amerika (Jun dan Palacios, 2016). Sejalan juga dengan hasil penelitian Wu
(2011) yang menyelidiki efek convinience pada kepuasan pelanggan, dan Keisidou
et al. (2013) yang menguji karakteristik kenyamanan operasional dan lokasi. Hasil
penelitian ini sekaligus juga membantah hasil penelitian oleh Mbama et al (2018)
155
pada digital banking di UK, yang menyatakan tidak menemukan hubungan yang
berpengaruh positif terhadap experience. Hasil yang didapat dari riset ini,
mempengaruhi experience (Oh & Teo, 2010); bank mendapat manfaat dari inovasi
layanan interaktif (Dootson et al., 2016; Berry et al., 2010); inovasi menawarkan
cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu untuk pelanggan dan
meningkatkan kinerja (Hult et al., 2004). Penelitian ini sekaligus juga membantah
atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Mbama et al (2018) pada digital banking
Trust beserta atribut yang melekat yaitu Choosing, Using and staying with
bank due to brand and trustworthiness, Protection of privacy, pada penelitian ini
ditemukan berpengaruh signifikan terhadap Bank 4.0 experiential. Hasil riset ini
pilihan bank nasabah (Liang et al, 2009; Fathollahzadeh et al, 2011; Knutson et al,
2007; Akhter et al, 2011); keterikatan pada brand trust secara positif memengaruhi
loyalitas bank (Levy & Hino, 2016); dan reputasi merk mempengaruhi kepercayaan
temuan penelitian oleh Mbama et al (2018) pada sektor digital banking di UK,
dimana dinyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan yang positif signifikan antara
Value ditemukan sebagai dimensi yang paling kuat mempengaruhi Bank 4.0
perusahaan mampu menawarkan biaya yang lebih murah, transaksi yang lebih
kunci bagi bank (Keisidou et al., 2013; Liang et al., 2009; Garg et al., 2014;
experience (Mbama et al, 2018; Keisidou et al, 2013; Garg et al, 2014;
Fathollahzadeh et al, 2011; Liang et al., 2009; Chang & Lin, 2015; Dootson et al,
2016).
Risk mitigation & Security ditemukan sebagai dimensi yang paling lemah
millennials. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun dimensi ini dianggap penting
utama saat mereka memilih layanan Bank 4.0. Hasil penelitian ini mendukung
al, 2003; Hanafizadeh et al, 2014); terdapat hubungan negatif antara persepsi
risiko dan pengalaman pelanggan, yang artinya naiknya risiko pada digital banking
akan menurunkan tingkat pengalaman pelanggan (Mbama et al, 2018). Pada hasil
2018, namun maksud dari hasil temuan ini adalah sama. Pada penelitian ini
ditemukan hubungan yang positif antara Risk Mitigation & Security dan Bank 4.0
pelanggan millennial tentang mitigasi risiko dan tingkat keamanan Bank 4.0, akan
ditemukan bahwa dimensi Risk Mitigation & Security merupakan dimensi yang
paling lemah dalam pengalaman Bank 4.0, hal ini sesuai dengan karakteristik
(Korobka, 2018), mereka adalah generasi yang berani mengambil risiko, atau
dengan kata lain faktor risiko bukanlah pertimbangan pertama dalam memilih
layanan Bank 4.0. Temuan ini agak berbeda dengan penelitian Mbama et al
(2018), yang menemukan bahwa risiko merupakan salah satu faktor yang
pengalaman memiliki efek positip terhadap WOM (Klaus & Maklan, 2013);
Satisfaction. Hasil yang didapatkan dalam riset ini dapat mendukung penelitian
kepuasan pelanggan (Anderson & Mittal, 2000; Klaus & Maklan, 2013);
pengalaman memiliki efek positip terhadap kepuasan (Garg et al, 2014; Mbama et
al, 2018).
behavior pada sektor Bank 4.0. Temuan ini berkontribusi untuk memperkuat
terhadap perilaku WOM (Blodgett et al, 1993; Heckman dan Guskey, 1998;
Gremler & Brown, 1996), sekaligus membantah hasil penelitian dari Arnett et al
positif pada niat pembelian kembali dan loyalitas pelanggan (Amin et al, 2013);
al, 2006); pengalaman memiliki efek positip terhadap loyalitas, serta memiliki
pengaruh yang lebih kuat ke loyalitas dibandingkan kepuasan (Klaus & Maklan,
loyalitas dapat diukur dengan item sikap dan perilaku (Fathollahzadeh et al, 2011;
Akhter et al, 2011); loyalitas aktif mengacu pada WOM behavior dan Continuance
Intention (Fathollahzadeh et al., 2011; Akhtar et al., 2011); ada hubungan yang
positif antara kepuasan pelanggan dan loyalitas elektronik (Cristobal, Flavián, &
mungkin ada efek tidak langsung dimediasi oleh kepuasan (Andreassen &
Selain temuan yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, penelitian
kontak fisik antara personel bank dengan pelanggan, dimana kualitas dari personel
bank adalah penentu utama layanan perbankan. Hal ini sangat berbeda dengan
objek dari penelitian ini, dimana hampir tidak terjadi kontak fisik antara personel
beserta premises Bank 4.0 dengan pelanggan (King, 2018). Oleh karena itu,
branchless, contackless dan fully digital tersebut sebagaimana dimaksud oleh King
(2018).
dapat dipahami, karena pada digital banking kualitas layanan pegawai bank dan
premises sangat menentukan kepuasan pelanggan. Namun pada Bank 4.0 hal
tersebut tidak lagi diperlukan, sehingga pendekatan teori yang digunakan juga
berbeda. Teori S-D Logic digunakan sebagai dasar penelitian ini, karena
mengarahkan perhatian kita pada proses, pola, dan manfaat pertukaran, bukan
sekedar jasa perbankan yang dipertukarkan. Dengan S-D Logic para pelaku (Bank
4.0 dan pelanggan) diarahkan untuk saling terlibat dalam pertukaran layanan,
saling bergantung dan saling menguntungkan (Lusch & Vargo, 2004). Cara
berpikir bank pun berubah, dari yang semula hanya berfokus pada sumber daya
pegawai bank dll), menjadi aplikasi sumber daya yang tidak berwujud dan
lebih dinamis. Pada era 4.0 ini, bank tidak lagi berbicara masalah service (dengan
160
fokus output: service quality saja), namun sudah meningkat ke experience (dengan
output yang lebih komplek, yaitu experiential quality). Akhirnya, penelitian ini
menghasilkan dimensi beserta atribut yang melekat pada pengalaman Bank 4.0,
Pada penelitian ini telah dikembangkan kerangka kerja penelitian yang bisa
mendukung studi lebih lanjut dalam Bank 4.0, pengalaman pelanggan dan kinerja
perbankan digital (Mbama et al, 2018; Amin, 2016; Jun & Palacios, 2016 ; Keisidou
et al., 2013); layanan perbankan (Liang et al., 2009; Ladhari et al., 2011), dan
customer experience (Klaus & Maklan, 2013), namun belum ada penelitian
memberikan kontribusi pengetahuan untuk studi Bank 4.0 (King, 2018); e-banking
(Mbama et al, 2018; Keisidou et al., 2013; Howcroft et al., 2002; Harrison et al.,
2014); millennial customer (Korobka, 2018; Lenhart et al, 2015; Fromm & Garton,
2013; Smith, 2011; Prensky,2001); customer experience (Klaus & Maklan, 2013).
pengetahuan.
experience, satisfaction dan loyalty (Klaus & Maklan, 2013; Garg et al., 2014;
hubungan experience dan WOM behavior. Klaus dan Maklan (2013), berusaha
161
tersebut terlalu umum, dan kurang cocok diterapkan untuk sektor Bank 4.0 yang
mana tidak diperlukan keterlibatan kontak fisik dengan pelanggannya. Selain itu,
Klaus dan Maklan (2013), gagal menjelaskan variabel loyalty intentions dan WOM
behavior, penelitian pada kedua variabel tersebut terlihat tumpang tindih dan
ambigu. Penelitian ini menutup celah tersebut, dimana secara komprehensif telah
penelitian ini variabel loyalty secara tegas dipisahkan dalam dua variabel, yaitu
Continuance intention dan WOM behavior. Selain itu, penelitian ini berkontribusi
pada temuan dimensi beserta atribut-atribut yang melekat pada Bank 4.0
experiential.
pada sektor online banking. Atribut experience sangat variatif diantara penelitian
satu dengan yang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa studi tentang experience ini
masih terus berkembang, dan belum ada suatu konsensus diantara para peneliti.
trust, value, dan Risk mitigation & Security. Hasil penelitian ini berkontribusi untuk
Otto dan Ritchie, 1996; Hosany dan Gilbert, 2009; Brakus, Schmitt dan
Zarantonello, 2009; Knutson, Beck, Kim, dan Cha, 2007; Schmitt, 1999; Nigam,
2012).
masih sangat terbatas, khususnya di sektor online banking. Penelitian Klaus &
dan tidak semua variabelnya aplikatif untuk sektor Bank 4.0. Penelitian tersebut
juga tidak tegas mendefinisikan variabel WOM behavior dan Loyalty Intention,
terbukti atribut pada kedua variabel tersebut saling tumpang tindih dan ambigu.
Intention.
menunjukkan hubungan antara semua dimensi dan variabel di atas, dengan profil
pelanggan. Misalnya, ada hubungan yang signifikan antara ‘Usia’, ‘Jenis Kelamin’,
experiential quality dan variabel lainnya. Hasil uji penelitian ini pada dimensi
convenience, trust, innovation, Risk mitigation & Security, dan value terhadap
(2018). Penelitian yang dilakukan Mbama et al (2018) pada sektor digital banking
di UK, ditujukan pada responden yang beragam, terutama dari usia, pendapatan
ini. Hasil penelitian ini berkontribusi untuk membantu Bank 4.0 mengetahui
kelompok pelanggan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pelaku industri Bank
Hasil penelitian ini peneliti yakini akan memberikan manfaat bagi para
stakeholder Bank 4.0 yaitu bank umum, fintech, regulator dan akademisi.
depan dan peningkatan kinerja Bank 4.0. Penelitian ini telah mengidentifikasi
163
Informasi ini tentu sangat penting bagi para stakeholder untuk meningkatkan
penetrasi pasar dan kinerja Bank 4.0. Penelitian ini telah mengkaji berbagai
literatur, hasil dan model yang terdokumentasi melalui berbagai perspektif, dan
akhirnya menciptakan kerangka kerja yang peneliti yakini paling sesuai untuk Bank
4.0.
5.5.3.1 Bagi Pelaku Industri Bank 4.0 (Bank Umum dan Fintech)
Dengan hasil penelitian ini, pelaku industri Bank 4.0 akan mendapat
informasi baru yang lebih jelas, yang akan berguna dalam penyusunan strategi
yang mana mereka adalah calon prime customer perbankan dimasa depan.
Secara ringkas, peneliti menyarankan kepada pelaku industri Bank 4.0, untuk
berfokus pada enam dimensi, khususnya pada atribut yang paling berpengaruh
terhadap masing - masing dimensi experiential quality, yang disajikan dalam Tabel
5.21 berikut:
Value, harus menjadi perhatian yang pertama, karena secara empiris telah
terbukti berpengaruh paling kuat dalam Bank 4.0 experiential. Dalam upaya ini,
Bank 4.0 bisa mengupayakannya dengan menawarkan biaya transaksi yang relatif
lebih murah dan lebih cepat dari perbankan biasa, memberikan bonus, reward,
marketing gimmick maupun manfaat tambahan lainnya. Bagi Bank 4.0, upaya ini
tentu lebih mudah diimplementasikan, karena dengan biaya SDM dan fix asset
biaya dan manfaat yang akan diperoleh, jangan sampai terjebak ‘bakar uang’
(burning money), seperti yang saat ini terjadi pada kebanyakan perusahaan start-
up. Penelitian ini membuktikan atribut ‘save time’ ternyata lebih kuat memberikan
pengaruh ke experience dari pada ‘save money’. Untuk meningkatkan value, Bank
4.0 sebaiknya lebih fokus pada upaya peningkatan kecepatan transaksi daripada
tampilan yang menarik. Sehingga, meskipun Bank 4.0 adalah layanan fully digital
Selanjutnya, Bank 4.0 harus terus berinovasi, baik dalam aplikasi maupun
Contoh inovasi yang bisa dilakukan misalnya; memperluas link dengan toko online,
menambah fitur payment, kredit instan, transfer terjadwal otomatis, menu laporan
terlemah dalam Bank 4.0 experiential dalam persepsi pelanggan millennial, namun
perlu mendapat perhatian serius. Memang dengan usia mereka saat ini, risiko
belum menjadi pertimbangan yang paling penting, namun seiring dengan waktu,
pendapatan mereka akan meningkat, sehingga ‘risk appetite’ mereka juga akan
meningkat, dan akhirnya faktor mitigasi risiko dan keamanan akan menjadi
dari risiko Cyber attack dan Fraud, karena akan mengakibatkan tuntutan
pelanggan, kerugian finansial bagi Bank 4.0 dan menimbulkan risiko reputasi, yang
secara negatif mempengaruhi Bank 4.0 experiential quality dan kinerja Bank 4.0.
Peneliti menyarankan Bank 4.0 untuk terus berinvestasi pada R&D dan security
sehingga dapat melindungi platform mereka dan meminimalkan risiko fraud dan
cyber attack.
menyesuaikan kebutuhan pelanggannya, serta aplikasi anti ‘jam pasir’ yang dapat
cepat dan mudah, baik saat login maupun saat eksekusi transaksi. Riset ini juga
menunjukkan bahwa setiap pelanggan adalah unik, dan harus diperlakukan secara
meningkatkan performance Bank 4.0 di masa depan. Point ini sangat penting
untuk diperhatikan, dan menjadi masalah yang harus dipecahkan oleh Bank 4.0.
166
wawasan baru kepada regulator tentang Bank 4.0, dan bagaimana informasi ini
teknologi IT yang mendukung Bank 4.0 telah berkembang pesat dalam 10 tahun
‘cari aman’, dan sedikit menghambat perkembangan Bank 4.0. Hal ini terjadi
karena kurangnya pengetahuan dan penguasaan atas Bank 4.0 oleh regulator.
Secara resmi, regulator baru merestui perkembangan Bank 4.0 ini sejak tahun
tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Penelitian ini akan
pelaku Bank 4.0, dan menciptakan kesadaran akan masalah keamanan dan
mitigasi risiko. POJK tentang kebijakan pada masalah keamanan dan risiko ini
memang belum begitu jelas. Keamanan, perlindungan data, dan privasi masih
menjadi masalah bagi Bank 4.0, paling banyak mendatangkan komplain dan
tuntutan pelanggan (OJK, 2019). Sampai saat ini, platform bank dan fintech masih
sangat rentan dan berisiko tinggi dari serangan cyber. Temuan penelitian ini juga
mengakui pentingnya inovasi dan ‘customized platform’, dimana kedua aspek ini
memerlukan dukungan security yang handal, hal ini juga harus dipertimbangkan
Penelitian ini bisa menjadi referensi bagi pihak yang akan para investor yang
akan menanamkan modalnya pada industri Bank 4.0. Penelitian ini membuktikan
bahwa kinerja pemasaran Bank 4.0 yang ditandai dengan peningkatan customer
experiential tersebut, maka akan semakin besar kinerja pemasarannya, yang pada
‘customized platform’, investasi pada R & D dan security memberikan efek positif
membutuhkan waktu yang lama, namun secara empiris terbukti bisa meningkatkan
kinerja Bank 4.0. Strategi ‘bakar uang (burning money)’ yang saat ini sering kita
tersebut bisa meningkatkan value bagi pelanggannya, namun ini perlu divalidasi
efeknya dalam jangka panjang. Penelitian ini membuktikan ‘save time’ lebih kuat
pengaruhnya dari pada ‘save money’, untuk itu peneliti menyarankan ke investor
untuk lebih fokus pada investasi ke platform yang lebih cepat daripada perang
Pada penelitian ini juga membuktikan, investasi pada R&D dan Security,
efeknya pada jangka pendek mungkin tidak sebesar investasi pada ‘save money’,
namun diyakini memiliki efek yang lebih lama pada jangka panjang. Pilihan
investasi ini perlu dipertimbangkan dan dihitung dengan cermat oleh investor.
millennial. Meskipun kesehariannya telah akrab dengan layanan Bank 4.0, namun
banking. Penelitian ini memberikan informasi apa aspek dalam Bank 4.0, dan
bagaimana Bank 4.0 memberikan layanan kepada mereka. Penelitian ini telah
perasaan dan persepsi mereka terhadap Bank 4.0. Manfaatnya bagi mereka
tentang apa yang mereka inginkan agar memenuhi kualitas pengalaman dan
kepuasan mereka. Riset ini menunjukkan, enam aspek dalam Bank 4.0
quality, strategi pemasaran, satisfaction, WOM dan intention. Lebih spesifik lagi,
experiential, yang terbentuk dari fenomena aktual di lapangan dan kajian penelitian
penelitian yang lainnya. Selain itu, penelitian ini berhasil meneliti loyalty menjadi
169
dua variabel terpisah yaitu WOM behavior dan Continuance intention. Temuan ini
bisa menginspirasi bagi penelitian yang lainnya, dengan memecah suatu variabel
perkembangan pengetahuan.
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam sebuah laporan tesis dan diterbitkan
dalam jurnal pemasaran dan perbankan. Melalui publikasi jurnal dan laporan tesis,
para akademisi akan mendapat pengetahuan baru, dan menjadi referensi bagi
COVID19 yang berasal dari Wuhan- China yang mulai menjalar diakhir tahun
Melansir laporan dari WHO, per 7 Juni 2020 sebanyak 6,8 juta penduduk dunia
31.186 orang, dan yang meninggal mencapai 1,851 jiwa. COVID19 tidak hanya
memakan korban jiwa, namun secara massif berdampak negatif ke semua sektor,
luput dari terkoreksinya laba dan NIM, hal ini karena profitabilitas perbankan
provisi akibat kredit macet yang tinggi. Ancaman risiko likuiditas, naiknya non
performing loan dan turunnya giro wajib minimum saat ini tengah menghantui
perbankan di Indonesia (OJK, 2020). Ketiga masalah tersebut bisa diatasi jika
‘physical distancing’ harus dilakukan, dan hal ini membatasi pergerakan secara
fisik antara pegawai bank dengan pelanggannya. Pelanggan tidak bisa leluasa ke
Bank 4.0 untuk bertumbuh lebih cepat lagi. Hal ini disebabkan dengan situasi saat
ini masyarakat tidak memiliki alternatif yang lebih baik lagi selain menggunakan
fisik pelanggan dan pegawai bank di kantor cabang bank, sudah sangat sulit
dilakukan. Demikian juga layanan digital banking, tidak lagi relevan digunakan,
karena tetap masih memerlukan perjumpaan fisik, yaitu saat pembukaan rekening,
pembuatan user id, penyerahan pin dan token yang harus dilakukan di kantor
cabang.
digunakan saat ini, karena sama sekali tidak diperlukan perjumpaan fisik antara
pembukaan rekening, membuat user id, mengatur menu transaksi yang sesuai,
bahkan pengajuan kredit instan, semua bisa dilakukan dari rumah. Bisa dikatakan,
Momentum ini harus disikapi dengan tepat dan cepat oleh semua
stakeholder Bank 4.0. Penelitian ini akan sangat membantu para stakeholder Bank
4.0, terutama pelaku industrinya (bank umum dan fintech), investor dan regulator.
Pada penelitian ini telah menjelaskan dengan sistematis faktor apa yang harus
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka hubungan antara dimensi dan
Security merupakan dimensi dari Bank 4.0 Experiential. Dari penelitian ini
juga terungkap terdapat atribut yang melekat pada dimensi tersebut yaitu:
privacy); Value (Save money, Save time, Usefulness, Enjoyment, Better deal
yang dirasakan dan secara umum merasa puas atas produk dan layanan
keuangan.
merasa puas atas layanan Bank 4.0 akan memicu mereka untuk
Bank 4.0 ke teman mereka, serta berusaha meluruskan info negatip tentang
4.0, secara langsung akan berpengaruh pada niat pelanggan, yaitu perilaku
kepuasan, perilaku WOM dan niat pelanggan, Bank 4.0 harus berusaha
Terdapat masalah yang umumnya terjadi pada kuesioner seperti tingkat respons
yang rendah dan kurangnya anonimitas (Ritter & Sue, 2007). Ditemukan juga
173
masalah dimana data yang tidak valid karena kuesioner tidak diisi dengan benar,
banking, hal ini menandakan ada beberapa responden masih belum bisa
menghasilkan hasil yang lebih komprehensif, penelitian ini dapat diperluas lebih
lanjut dengan menggunakan mix methode, yaitu dengan wawancara pejabat Bank
4.0 (bank umum dan fintech), regulator dan pelanggan sehingga dapat diketahui
perbandingannya.
merupakan cara pengumpulan data yang hemat biaya, meskipun demikian dapat
responden sudah dibagi dalam tiga kelompok, namun tingkat responnya tidak
sama. Proporsi dari ketiga kelompok tersebut juga sulit diketahui, meskipun
mahasiswa adalah yang paling banyak merespon kuisioner ini. Dengan metode
yang sama, penelitian ini bisa juga menghasilkan yang berbeda jika proporsi
appetite nya lebih rendah dari kelompok millennial yang telah bekerja dan
berkeluarga.
yang sebenarnya dengan cara online, survey ini bisa dilakukan pada wilayah yang
174
lebih luas dengan ukuran sampel yang lebih besar, namun tidak dilakukan pada
Malang terhadap pengalaman Bank 4.0. Meskipun penelitian ini telah menemukan
beberapa temuan, namun ada hal-hal yang perlu diselidiki lebih lanjut. Penelitian
ini perlu diperluas daerah penelitiannya dengan mengambil sampel dari beberapa
daerah di Indonesia. Dengan bantuan media sosial, hal ini sangat memungkinkan.
komprehensif.
Bank 4.0 (bank umum dan fintech), serta dari pelanggan itu sendiri. Dengan
Alur berpikir konstruksi dimensi experiential pada penelitian ini juga bisa
menjadi benchmark pada penelitian sejenis. Karena Bank 4.0 saat ini masih pada
fase growth, maka penelitian Bank 4.0 pun masih akan terus diperlukan. Penelitian
muncul seiring perkembangan Bank 4.0. Pada penelitian ini, loyalty berhasil diteliti
dalam dua variabel terpisah yaitu; WOM behavior dan Continuence Intention.
Model seperti ini bisa diadopsi untuk variabel yang lain misalnya satisfaction,
Kerangka konsep penelitian ini bisa diaplikasikan di pelaku Bank 4.0 (baik
mempengaruhi kinerja Bank 4.0. Model ini akan berguna untuk memprediksi
penjualan serta profitabilitas Bank 4.0 di masa depan. Kerangka konsep ini juga
bisa diadopsi, direplikasi atau diterapkan pada industri keuangan yang lain,
tahun terakhir ini, namun demikian ekses negatif yang mengiringi perkembangan
Bank 4.0 juga masih terjadi sampai saat ini. Ditengah ekses positif dan negatif
dari Bank 4.0. Penelitian ini telah mengorganisir beberapa literatur tentang
berguna untuk memahami fenomena Bank 4.0 tersebut dalam konsep penelitian
yang mana mereka secara natural adalah digital native dan technological savvy,
perkembangan Bank 4.0 sekarang dan di masa depan, karena generasi mereka
lah yang akan menjadi prime customer Bank 4.0 di masa depan. Bank 4.0 yang
176
sampai saat ini masih dalam fase growth ditengah pandemic COVID19 yang masih
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, A. S., Akhter, W., Ali, I., & Hasan, A. (2011). Factors affecting customer
loyalty in Pakistan. African Journal of Business Management, 5(4), 1167-
1174.
Abdillah, W., & Hartono, J. (2015). Partial Least Square (PLS): alternatif structural
equation modeling (SEM) dalam penelitian bisnis. Yogyakarta: Penerbit
Andi, 22, 103-150.
Abratt, R., & Russell, J. (1999). Relationship marketing in private banking in South
Africa. International Journal of Bank Marketing.
Ahluwalia, R., & Kaikati, A. M. (2010). Traveling the paths to brand loyalty. LOKEN,
B.; AHLUWALIA, R.; HOUSTON, MJ Brands and brand management:
contemporary research perspectives. Routledge: New York, 63-90.
Akhter, W., Abbasi, A. S., Ali, I. & Afzal, H. (2011). Factors affecting customer
loyalty in Pakistan. African Journal of Business Management, 5(4), 1167-
1174.
Akinci, S., Aksoy, S. & Atilgan, E. (2003). Adoption of Internet Banking among
Sophisticated Consumer Segments in an Advanced Developing Country.
International Journal of Bank Marketing, 22(3), 212-232.
Alalwan,A.A., Dwivedi,Y.K., Rana,N.P and Simintiras,A.C. (2016), “Jordanian
consumers’ adoption of telebanking influence of perceived usefulness, trust
and self-efficacy”, International Journal of Bank Marketing, Vol. 34 No. 5, pp.
690-709
Ali, H., & Purwandi, L., (2016). Indonesia 2020: The Urban Middle Class
Millennials. Jakarta. Alvara Research Centre
Amin, M., Isa, Z. and Fontaine, R. (2011), “The role of customer satisfaction in
enhancing customer loyalty in Malaysian Islamic banks”,The Service
Industries Journal,Vol.31No.9,pp.1519-1532
Amin, M., Isa, Z. and Fontaine, R. (2013), “Islamic banks: contrasting the drivers
of customer satisfaction on image, trust, and loyalty of Muslim and non-
Muslim customers in Malaysia”, International Journal of Bank Marketing, Vol.
31 No. 2, pp. 79-97.
178
Amin, Muslim. (2016), “Internet banking service quality and its implication on e-
customer satisfaction and e-customer loyalty” , International Journal of Bank
Marketing, Vol 34, 280-306.
Anderson, E. W., & Mittal, V. (2000). Strengthening the satisfaction-profit chain.
Journal of Service research, 3(2), 107-120.
Anderson, E. W., Fornell, C. & Lehmann, D. R. (1994). Customer Satisfaction,
Market Share, and Profitability: Findings from Sweden. Journal of Marketing,
58(3), 53-66
Anderson, E.W., & Weitz, B. (1989). Determinants of continuity in conventional
industrial channel dyads. Marketing Science, 8(4), 310-23.
Anderson, E.W., Fornell, C. and Lehmann, D.R. (1994), “Customer satisfaction,
market share, and profitability: findings from Sweden”, Journal of Marketing,
Vol. 58 No. 3, pp. 53-66.
Anderson, R. E., & Srinivasan, S. S. (2003). E‐satisfaction and e‐loyalty: A
contingency framework. Psychology & marketing, 20(2), 123-138.
Anderson, R.E. and Swaminathan, S. (2011), “Customer satisfaction and loyalty in
e-markets: a PLS path modeling approach”, The Journal of Marketing Theory
and Practice, Vol. 19 No. 2, pp. 221-234
Anderson,J.C. and Gerbing,D.W.(1988), “Structural equation modelling in practice:
are view and recommended two-step approach”, Psychological Bulletin, Vol.
103 No. 3, pp. 411-423.
Andert, Darlene. (2011) "Alternating Leadership as a Proactive Organizational
Intervention: Addressing the Needs of the Baby Boomers, Generation Xers
and Millennials," Journal of Leadership, Accountability and Ethics, Vol. 8, Iss.
4, pp. 67-8
Andreassen, T. W., & Lindestad, B. (1998). Customer loyalty and complex
services. International Journal of service Industry management.
Andreassen, T. W., & Lindestad, B. (1998). The effect of corporate image in the
formation of customer loyalty. Journal of Service Research, 1, 82-92.
http://doi.org/cb5djr
Angur, Madhukar G., Rajan Nataraajan, and John S. Jahera. (1999). "Service
quality in the banking industry: an assessment in a developing economy."
International journal of bank marketing.
179
Arnett, D. B., German, S. D., & Hunt, S. D. (2003). The Identity Salience Model of
Relationship Marketing Success: The Case of Nonprofit Marketing. Journal
of Marketing, 67(2), 89–105. doi:10.1509/jmkg.67.2.89.18614
Arts, J. W. C., Frambach, R. T. & Bikmolt, T. H. A. (2011). Generalizations on
Consumer Innovation Adoption: a Meta-analysis on Drivers of Intention and
Behaviour. International Journal of Research in Marketing, 28(2), 134-144.
Baba, Y. (2012), “Adopting a specific innovation type versus composition of
different innovation types case study of a Ghanaian bank”, International
Journal of Bank Marketing,Vol.30No.3,pp.218-240.
Bagozzi, R. P.; Davis, F. D.; Warshaw, P. R. (1992), "Development and test of a
theory of technological learning and usage.", Human Relations, 45 (7): 660–
686, doi:10.1177/001872679204500702, hdl:2027.42/67175
Ball, D., Coelho, P.S. and Machás, A. (2004), “The role of communication and trust
in explaining customer loyalty: an extension tothe ECSI model”,European
Journal of Marketing, Vol. 38 Nos 9/10, pp. 1272-1293.
Barton, Christine, Lara Koslow, and Christine Beauchamp. (2014). "The reciprocity
principle: How millennials are changing the face of marketing forever."
Boston Consulting Group. Recuperado el, 20
Bauer, H.H., Falk, T. and Hammerschmidt, M. (2006), “eTransQual: a transaction
process-based approach for capturing service quality in online shopping”,
Journal of Business Research, Vol. 59 No. 7, pp. 866-875
Baumann, C., Hamin, H. and Tung, R.L. (2012), “Share of wallet in retail banking”,
International Journal of Bank Marketing, Vol. 30 No. 2, pp. 88-101.
BBC (2016), “Banks close more than 600 branches over the past year”, available
at: www.bbc.com/ news/business-36268324 (accessed 16 June 2016).
Bearden, W. O., & Teel, J. E. (1983). Selected determinants of consumer
satisfaction and complaint reports. Journal of marketing Research, 20(1), 21-
28.
Bendapudi, N., & Berry, L. L. (1997). Customers' motivations for maintaining
relationships with service providers. Journal of retailing, 73(1), 15-38.
Bendapudi, N., & Leone, R. P. (2003). Psychological Implications of Customer
Participation in Co-Production. Journal of Marketing, 67(1), 14–28.
doi:10.1509/jmkg.67.1.14.18592
Berry, L. L., Carbone, L. P., & Haeckel, S. H. (2002). Managing the total customer
experience. MIT Sloan management review, 43(3), 85-89.
180
Berry, L.L., Bolton, R.N., Bridges, C. H., Meyer, J., Parasuraman, A. & Seiders, K.
(2010). Opportunities for innovation in the delivery of interactive retail
services. Journal of Interactive Marketing, 24(2), 155-167.
Berry, L.L., Carbone, L.P. and Haeckel, S.H. (2002), “Managing the total customer
experience”, MIT Sloan Management Review, Vol. 43 No. 3, pp. 85-89.
Bettencourt, L. A. (1997). Customer voluntary performance: Customers as partners
in service delivery. Journal of retailing, 73(3), 383.
Bhattacherjee, A. (2001). Understanding information systems continuance: an
expectation-confirmation model. MIS quarterly, 351-370.
Black, H.G., Childers, C.Y. and Vincent, L.Y. (2014), “Service characteristics’
impact on key service quality relationships: ameta-analysis”, Journal of
Services Marketing,Vol. 28 No.4, pp. 276-291.
Black, H.G., Childers, C.Y. and Vincent, L.Y. (2014), “Service characteristics’
impact on key service quality relationships: a meta-analysis”, Journal of
Services Marketing, Vol. 28 No. 4, pp. 276-291
Blodgett, J. G., Granbois, D. H., & Walters, R. G. (1993). The effects of perceived
justice on complainants' negative word-of-mouth behavior and repatronage
intentions. Journal of retailing, 69(4), 399.
Bolton, R. N. (1998). A Dynamic Model of the Duration of the Customer’s
Relationship with a Continuous Service Provider: The Role of Satisfaction.
Marketing Science, 17(1), 45–65. doi:10.1287/mksc.17.1.45
Bowen, J. T., & Chen, S. L. (2001). The relationship between customer loyalty and
customer satisfaction. International journal of contemporary hospitality
management.
Brakus,J.J, Schmitt,B.H, Zarantonello. (2009). Brand experience: what is it? How
is it measured? Does it affect loyalty?. Journal of marketing Vol. 73 (May
2009), 52–68
Brown, T. J., Barry, T. E., Dacin, P. A., & Gunst, R. F. (2005). Spreading the word:
Investigating antecedents of consumers’ positive word-of-mouth intentions
and behaviors in a retailing context. Journal of the academy of marketing
science, 33(2), 123-138.
Bryman, A. (2017). Quantitative and qualitative research: further reflections on
their integration. In Mixing methods: Qualitative and quantitative
research (pp. 57-78). Routledge.
181
Burstein, D. D. (2013). Fast future: How the millennial generation is shaping our
world. Beacon Press.
Burstein, David.D. (2013). Fast Future: How the Millennial Generation Is Shaping
Our World. Beacon Press Boston
Burstein, David.D. (2013). Fast Future: How the Millennial Generation Is Shaping
Our World. Beacon Press Boston
Cai, S., & Xu, Y. (2011). Designing Not Just for Pleasure: Effects of Web Site
Aesthetics on Consumer Shopping Value. International Journal of Electronic
Commerce, 15(4), 159–188. doi:10.2753/jec1086-4415150405
Callaghan, M., McPhail, J.m., & Yau, O.H.M. (1995). Dimensions of a relationship
marketing orientation: an empirical exposition. Proceedings of the Seventh
Biannual World Marketing Congress, 7(2), Melbourne, July, 10-65.
Caruana, A. (2002), “Service loyalty: the effects of service quality and the
mediating role of customer satisfaction”, European Journal of Marketing, Vol.
36 Nos 7/8, pp. 811-828.
Caruana, A. (2002). Service loyalty. European journal of marketing.
Casaló, L., Flavián, C., & Guinalíu, M. (2007). The impact of participation in virtual
brand communities on consumer trust and loyalty: The case of free software.
Online Information Review, 31, 775-792. http://doi.org/d9w22t
Chahal, H., & Dutta, K. (2014). Measurement and impact of customer experience
in banking sector. DECISION, 42(1), 57–70. doi:10.1007/s40622-014-0069-
6
Chan, K. W., Yim, C. K. (Bennett), & Lam, S. S. K. (2010). Is Customer
Participation in Value Creation a Double-Edged Sword? Evidence from
Professional Financial Services across Cultures. Journal of Marketing, 74(3),
48–64. doi:10.1509/jmkg.74.3.048
Chang, S-H & Lin, R. (2015). Building a Total Customer Experience Model:
Applications for the Travel Experiences in Taiwan’s Creative Life Industry.
Journal of Travel & Tourism Marketing, 32(4), 438-453.
Chaudhuri, A., & Holbrook, M. (2001). The chain of effects from brand trust and
brand effect to brand performance: the role of brand loyalty. Journal of
Marketing, 65(2), 81-93.
Chi, C. G., & Gursoy, D. (2009). Employee satisfaction, customer satisfaction, and
financial performance: An empirical examination. International Journal of
Hospitality Management, 28(2), 245-253.
182
Garbarino, E., & Johnson, M. S. (1999). The different roles of satisfaction, trust,
and commitment in customer relationships. Journal of marketing, 63(2), 70-
87.
Garg, R., Rahman, Z. and Qureshi, M.N. (2014), “Measuring customer experience
in banks: scale development and validation”, Journal of Modelling in
Management, Vol. 9 No. 1, pp. 87-117.
Garg, R., Rahman, Z., & Kumar, I. (2010). Evaluating a model for analyzing
methods used for measuring customer experience. Journal of Database
Marketing & Customer Strategy Management, 17(2), 78-90.
Gentile, C., Spiller, N. & Noci, G. (2007). How to Sustain the Customer Experience:
An Overview of Experience Components that Co-create Value With the
Customer. European Management Journal, 25(5), 395-410.
George, A., & Kumar, G. G. (2014). Impact of service quality dimensions in internet
banking on customer satisfaction. Decision, 41(1), 73-85.
Ghosh, S., Surjadjaja, H. and Antony, J. (2004), “Optimisation of the determinants
of e-service operations”, Business Process Management Journal, Vol. 10
No. 6, pp. 616-635.
Ghozali, I. (2010). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Ghozali, I. (2014). SEM Metode Alternatif dengan menggunakan Partial Least
Squares (PLS). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gounaris, S., & Stathakopoulos, V. (2004). Antecedents and consequences of
brand loyalty: An empirical study. Journal of brand Management, 11(4), 283-
306.
Gremler, D. D., & Brown, S. W. (1996). Service loyalty: its nature, importance, and
implications. Advancing service quality: A global perspective, 5(1), 171-181.
Guba, E. G. (1990). The Paradigm Dialog. the Paradigm Dialog.
Gundlach, G., Achrol, R., & Mentzer, J. (1995). The structure of commitment in
exchange. Journal of Marketing, 59(1), 78-92
Hair, J. F., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2013). Partial least squares structural
equation modeling: Rigorous applications, better results and higher
acceptance. Long range planning, 46(1-2), 1-12.
Hansen, H., Kåre, S., & Fred, S. (2003). Direct and Indirect Effects of Commitment
to a Service Employee on the Intention to Stay. Journal of Service Research,
5 (may), 356-368
185
Harris, L. C., & Goode, M. M. H. (2004). The four levels of loyalty and the pivotal
role of trust: A study of online services dynamics. Journal of Retailing, 80,
139-158. http://doi.org/b4dv7c
Harrison, T. S., Onyia, O. P., & Tagg, S. K. (2014). Towards a universal model of
internet banking adoption: initial conceptualization. International Journal of
Bank Marketing.
Harrison-Walker, L. J. (2001). The measurement of word-of-mouth communication
and an investigation of service quality and customer commitment as potential
antecedents. Journal of service research, 4(1), 60-75.
Hart, C. W., & Johnson, M. D. (1999). Growing the trust relationship. Marketing
Management, 8, 8-19
Hasim, M. S., & Salman, A. (2010). Factors affecting sustainability of internet
usage among youth. The Electronic Library.
Heckman, R., & Guskey, A. (1998). Sources of customer satisfaction and
dissatisfaction with information technology help desks. Journal of Market-
Focused Management, 3(1), 59-89.
Hennig-Thurau, T., Gwinner, K.P. and Gremler, D.D. (2002), “Understanding
relationship marketing outcomes an integration of relational benefits and
relationship quality”, Journal of Service Research, Vol. 4 No. 3, pp. 230-247.
Hennig-Thurau,T.,Langer,M.F.and Hansen,U. (2001), “Modeling and managing
student loyalty an approach based on the concept of relationship quality”,
Journal of Service Research, Vol. 3 No. 4, pp. 331-344.
Herington, C. and Weaven, S. (2009), “E-retailing by banks: e-service quality and
its importance to customer satisfaction”, European Journal of Marketing, Vol.
43 Nos 9/10, pp. 1220-1231.
Ho, C.-T.B. and Lin, W.-C. (2010), “Measuring the service quality of internet
banking: scale development and validation”, European Business Review,
Vol. 22 No. 1, pp. 5-24.
Ho, L.-A., Kuo, T.-H. and Lin, B. (2012), “The mediating effect of website quality
on Internet searching behavior”, Computers in Human Behavior, Vol. 28 No.
3, pp. 840-848.
Holbrook, M. B. (2005). Customer Value and Auto Ethnography: Subjective
personal Introspection and the Meanings of a Photograph Collection. Journal
of Business Research, 58(1), 45-61.
186
Kelly, E. (2000). This Is One Virus You Want To Spread Viral marketing is cheap
and powerful, and actually seems to sell things. But handled wrong, it can be
toxic. FORTUNE-EUROPEAN EDITION-, 142(12), 117-117.
Kerlinger, F. N. (1996). Foundation of Behavior Research, Holt, Rinchart, and
Winston.
Kerlinger, F. N. (2006). Founding Of Behavior Research, Holt. Rinchart and
Winston Inc. New York.
Kim, S. H., Cha, J. M., Knutson, B. J. & Beck, J. A. (2011). Development and testing
of the Consumer Experience Index (CEI). Managing Service Quality: An
International Journal, 21(2), 112 -132.
Kim, S., and Stoel. (2004). L. Apparel retailers: Website quality dimensions and
satisfaction. Journal of retailing and Consumer Services, 11, 2 109–117.
King, Brett. (2018). Bank 4.0 : Banking Everywhere Never at a Bank, Marshall
Cavendish Business, Singapore.
Kinsey, Mc & Co (2018), “Asia’s digital banking race: Giving customers what they
want”, Global Banking, April 2018
Kishada, Z. M. E. M., & Wahab, N. A. (2015). Influence of customer satisfaction,
service quality, and trust on customer loyalty in Malaysian Islamic
banking. International journal of business and social science, 6(11), 110-
119.
Klaus, P. P., & Maklan, S. (2013). Towards a better measure of customer
experience. International Journal of Market Research, 55(2), 227-246.
Knutson, B. J., Beck, J. A., Kim, S. H. & Cha, J. (2007). Identifying the Dimensions
of the Experience Construct. Journal of Hospitality Marketing &
Management, 15(3), 3147.
Koenig-Lewis, N., & Palmer, A. (2008). Experiential values over time–a
comparison of measures of satisfaction and emotion. Journal of marketing
management, 24(1-2), 69-85.
Korobka, Tanya. "The Ultimate List of Millennial Characteristics." Lucky Attitude
(2018).
Kotler, P. (2003). Marketing insights from A to Z: 80 concepts every manager
needs to know. John Wiley & Sons.
Kwak, N., & Radler, B. (2002). A comparison between mail and web surveys:
Response pattern, respondent profile, and data quality. Journal of official
statistics, 18(2), 257.
190
Ladhari, R., Ladhari, I. & Morales, M. (2011). Bank Service Quality: Comparing
Canadian and Tunisian Customer Perceptions. International Journal of Bank
Marketing, 29(3), 224-246.
Ladhari, R., Souiden, N., & Ladhari, I. (2011). Determinants of loyalty and
recommendation: The role of perceived service quality, emotional
satisfaction and image. Journal of Financial Services Marketing, 16(2), 111-
124.
Lapersonne, E., Laurent, G., & Le Goff, J. J. (1995). Consideration sets of size
one: An empirical investigation of automobile purchases. International
Journal of research in Marketing, 12(1), 55-66.
Laroche, M., Babin, B. J., Lee, Y. K., Kim, E. J., & Griffin, M. (2005). Modeling
consumer satisfaction and word‐of‐mouth: restaurant patronage in Korea.
Journal of Services Marketing.
Latan, H., & Ghozali, I. (2012). Partial least squares: concept, technique and
application smartpls 2.0 m3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Lee, K. C. & Chung, N. (2009). Understanding Factors Affecting Trust in and
Satisfaction with Mobile Banking in Korea: A Modified DeLone and McLean’s
model perspective. Interacting with Computer, 21(5/6), 385-392.
Lee, N. and Greenley, G. (2008), "The primacy of theory", European Journal of
Marketing, Vol. 42 No. 9/10, pp. 873-878.
Lenhart, A., Purcell, K., Smith, A., & Zickuhr, K. (2010). Pew Research Centre.
2010 Feb 03. Social Media and Mobile Internet Among Teens and Young
Adults URL: http://www. pewinternet. org/2010/02/03/part-4-the-internet-as-
an-information-and-economic-appliance-in-the-lives-of-teens-and-young-
adults
Levesque, T., & McDougall, G. H. (1996). Determinants of customer satisfaction in
retail banking. International journal of bank marketing.
Levy, S. & Hino, H. (2016). Emotional Brand Attachment: A Factor in Customer-
Bank Relationships. International Journal of Bank Marketing, 34(2), 136-
150.
Lewis, B. R., & Soureli, M. (2006). The antecedents of consumer loyalty in retail
banking. Journal of Consumer Behaviour: An International Research
Review, 5(1), 15-31.
191
Liang, C. J., Wang, W. H., & Farquhar, J. D. (2009). The influence of customer
perceptions on financial performance in financial services. International
Journal of Bank Marketing.
Liao, C.-H., Yen, H.R. and Li, E.Y. (2011), “The effect of channel quality
inconsistency on the association between e-service quality and customer
relationships”, Internet Research, Vol. 21 No. 4, pp. 458-478.
Liao, Z and Cheung, M.T, (2002), “Internet-based e-banking and consumer
attitudes: an empirical study”, Journal Information & Management 39 pp.
283–295
Liébana-Cabanillas, F., Muñoz-Leiva, F. and Rejón-Guardia, F. (2013), “The
determinants of satisfaction with e-banking”, Industrial Management & Data
Systems, Vol. 113 No. 5, pp. 750-767.
Limayem, M., & Cheung, C. M. (2011). Predicting the continued use of Internet-
based learning technologies: the role of habit. Behaviour & Information
Technology, 30(1), 91-99.
Lin, G. T., & Sun, C. C. (2009). Factors influencing satisfaction and loyalty in online
shopping: an integrated model. Online information review.
Lindgaard, G.; Fernandes, G.; Dudek, C.; and Brown, J. (2006). Attention Web
designers: You have 50 milliseconds to make a good first impression!
Behavior and Information technology, 25, 2 115–126.
Luarn, P. H & Lin, H. H. (2005). Toward an Understanding of the Behavioral
Intention to use Mobile Banking. Computers in Human Behaviour, 21(6), 873-
891.
Lusch, R. F., Vargo, S. L., & O’Brien, M. (2007). Competing through service:
Insights from service-dominant logic. Journal of Retailing, 83(1), 5–18.
doi:10.1016/j.jretai.2006.10.002
Lusch, Robert F., Vargo, Stephen L.,. (2014). Service-Dominant Logic: Premises,
Perspectives, Possibilities. Cambridge University Press
Malhotra, N. K., & Malhotra, N. K. (2012). Basic marketing research: Integration of
social media. Boston: Pearson.
Mangold, W. G., Miller, F., & Brockway, G. R. (1999). Word‐of‐mouth
communication in the service marketplace. Journal of services Marketing.
Margono, S. (2004). Metodologi penelitian pendidikan.
Martins, C., Oliveira, T. & Popovic, A. (2014). Understanding the Internet Banking
Adoption: A Unified Theory of Acceptance and Use of Technology and
192
Ndubisi, N.O., & Chan, K.W. (2005). Factorial and discriminant analyses of the
underpinnings of relationship marketing and customer satisfaction.
International Journal of Bank Marketing, 23(3), 54257.
Ng, E. and Burke, R. (2006), "The next generation at work – business students'
views, values and job search strategy: Implications for universities and
employers", Education + Training, Vol. 48 No. 7, pp. 478-492
Nigam, D. A. (2012). Modeling Relationship Between Experiential Marketing,
Experiential Value And Purchase Intensions In Organized Quick Service
Chain Restaurants Shoppers Using Structural Equation Modeling Approach.
Paradigm, 16(1), 70–79. doi:10.1177/0971890720120108
Novak, T.P., Hoffman, D.L. and Yung, Y. (2000), “Measuring the customer
experience in online environments: a structural modeling approach”,
Marketing Science, Vol. 19 No. 1, pp. 22-42.
Oh, L.-B., & Teo, H.-H. (2010). Consumer Value Co-creation in a Hybrid
Commerce Service-Delivery System. International Journal of Electronic
Commerce, 14(3), 35–62. doi:10.2753/jec1086-4415140303
Oliver, R. L. (1980). A cognitive model of the antecedents and consequences of
satisfaction decisions. Journal of marketing research, 17(4), 460-469.
Oliver, R. L., Rust, R. T., & Varki, S. (1997). Customer delight: foundations,
findings, and managerial insight. Journal of retailing, 73(3), 311.
Oliver, R.L. (1999). Whence consumer loyalty?. Journal of Marketing,63, 33-44.
Ordun, Guven. (2015). "Millennial (Gen Y) consumer behavior their shopping
preferences and perceptual maps associated with brand loyalty." Canadian
Social Science 11.4: 40-55.
Otto, J. E., & Ritchie, J. R. B. (1996). The service experience in tourism. Tourism
Management, 17(3), 165–174. doi:10.1016/0261-5177(96)00003-9
Pakurár, M., Haddad, H., Nagy, J., Popp, J., & Oláh, J. (2019). The service quality
dimensions that affect customer satisfaction in the Jordanian banking sector.
Sustainability, 11(4), 1113.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Malhotra, A. (2005). ES-QUAL: A multiple-
item scale for assessing electronic service quality. Journal of service
research, 7(3), 213-233.
Parasuraman, A., Zeithaml, Valerie A., and Berry, Leonard L. (1988). SERVQUAL:
A MultipleItem Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service
Quality, Journal of Retailing 64: 12-40.
194
Parasuraman, A., Zeithaml, Valerie A., and Berry, Leonard L., A. (1985).
Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Future
Research, Journal of Marketing 49: 41-50.
Patsiotis, A. G., Hughes, T. & Webber, D. J. (2012). Adopters and Non-Adopters
of Internet Banking: A Segmentation Study. International Journal of Bank
Marketing, 30(1), 20-42.
Pettigrew, A. M. (1995). Longitudinal field research on change. Longitudinal Field
Research Methods. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, 91-125.
Piha, L. and Avlonitis, G. (2015), “Customer defection in retail banking: attitudinal
and behavioural consequences of failed service quality”, Journal of Service
Theory and Practice, Vol. 25 No. 3, pp. 304-326.
Pikkarainen, T., Pikkarainen, K., Karjaluoto, H., & Pahnila, S. (2004). Consumer
acceptance of online banking: an extension of the technology acceptance
model. Internet research.
Piyathasanan, Bhuminan, Christine Mathies, Martin Wetzels, Paul G. Patterson,
and Ko de Ruyter. (2015). "A hierarchical model of virtual experience and its
influences on the perceived value and loyalty of customers." International
Journal of Electronic Commerce 19, no. 2: 126-158.
Podsakoff, P. M., & Dalton, D. R. (1987). Research methodology in organizational
studies. Journal of management, 13(2), 419-441.
Poon, W. (2007). Users’ adoption of e‐banking services: the Malaysian
perspective. Journal of Business & Industrial Marketing, 23(1), 59–69.
doi:10.1108/08858620810841498
Poon,W.-C.(2008), “Users’ adoption of e-banking services: the Malaysian
perspective”,Journal of Business & Industrial Marketing, Vol. 23 No. 1, pp.
59-69.
Porter, M. E. (1996). What is strategy? Harvard Business Review, 74, 61-78.
Prensky, Marc (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, MCB
University Press, Vol.9
Raman, N.V. and Leckenby, J.D. (1998), “Factor affecting consumers Webad
visits”, European Journal of Marketing, Vol. 32 Nos 7/8, pp. 737-49.
Ramseook-Munhurrun, P., & Naidoo, P. (2011). Customers' perspectives of
service quality in Internet banking. Services Marketing Quarterly, 32(4), 247-
264.
195
Thaichon,P., Lobo,A. and Mitsis, A.(2014), “An empirical model of home internet
services quality in Thailand”, Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics,
Vol. 26 No. 2, pp. 190-210.
Tornatzky, L. G.; Klein, R. J. (1982), "Innovation characteristics and innovation
adoption-implementation: A meta-analysis of findings", IEEE Transactions
on Engineering Management, EM-29: 28–
45, doi:10.1109/tem.1982.6447463
Trasorras, Rene, Art Weinstein, and Russell Abratt. (2009). "Value, satisfaction,
loyalty and retention in professional services." Marketing Intelligence &
Planning 27.5: 615-632.
Umar, H. (2002). Metode Riset Komunikasi Organisasi: sebuah pendekatan
kuantitatif, dilengkapi dengan contoh proposal dan hasil riset komunikasi
organisasi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Urban, G. L., Sultan, F., & Qualls, W. J. (2000). Placing trust at the center of your
Internet strategy. Sloan Management Review, 42, 39-48.
Vagias, W. M. (2006). Likert-type scale response anchors. Clemson International
Institute for Tourism & Research Development, Department of Parks,
Recreation and Tourism Management. Clemson University.
Van der Heijden, H. (2003). Factors influencing the usage of Websites: The case
of a generic portal in the Netherlands. Information and management, 40, 6
541–549.
Vargo, Stephen L. & Lusch, R.F..(2004). Evolving to a new dominant logic
for marketing. Journal of Marketing. Vol. 68.p.1-17
Vargo, S. L., & Akaka, M. A. (2009). Service-Dominant Logic as a Foundation for
Service Science: Clarifications. Service Science, 1(1), 32–41.
doi:10.1287/serv.1.1.32
Vargo, Stephen L. & Lusch, R.F..(2008). Service-dominant logic : continuing the
evolution. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol.36.p.1-10
Veloutsou, C., Saren, M., & Tzokas, N. (2002). Relationship marketing, what if?
European Journal of Marketing, 36(4), 433-49.
Venkatesh, V., & Ramesh, V. (2002). Usability of web and wireless sites: Extending
the applicability of the Microsoft usability guidelines instrument. Information
Systems Technical Reports and Working Paper.
Ventures, M. D. I., & Sekuritas, M. (2017). Mobile Payments in Indonesia: Race to
Big Data Domination.
199
Verhoef, P., Lemon, K., Parasuraman, A., Roggeveen, A., Tsiros, M. &
Schlesinger, L. (2009). Customer Experience Creation: Determinants,
Dynamics and Management Strategies. Journal of Retailing, 85(1), 31-41.
Vesel, P., & Zabkar, V. (2009). Managing customer loyalty through the mediating
role of satisfaction in the DIY retail loyalty program. Journal of Retailing and
consumer Services, 16(5), 396-406.
Voss, C., & Zomerdijk, L. (2007). Innovation in experiential services: an empirical
view. AIM Research.
Wang, Y. J., Hernandez, M. D., & Minor, M. S. (2010). Web aesthetics effects on
perceived online service quality and satisfaction in an e-tail environment: The
moderating role of purchase task. Journal of Business Research, 63(9-10),
935–942. doi:10.1016/j.jbusres.2009.01.016
Wilson, D.T. (1995). An integrated model of buyer seller relationships. Journal of
the Academy of Marketing Science,23(4), 335-45.
Winstanley, M., (1997). What drives customer satisfaction in commercial banking.
Commercial Lending Review 12 (3), 36–42
Wong, A. and Zhou, L. (2006), “Determinants and outcomes of relationship quality:
a conceptual model and empirical investigation”, Journal of International
Consumer Marketing, Vol. 18 No. 3, pp. 81-105.
Woodruff, Robert B. (1997). "Customer value: the next source for competitive
advantage." Journal of the academy of marketing science 25.2: 139.
Wu, L. W. (2011). Beyond Satisfaction: The Relative Importance of Locational
Convenience, Interpersonal Relationships, and Commitment across Service
Types. Managing Service Quality, 21(3), 240-263.
Yi, Y., & La, S. (2004). What influences the relationship between customer
satisfaction and repurchase intention? Investigating the effects of adjusted
expectations and customer loyalty. Psychology & Marketing, 21(5), 351-373.
Zeithaml, V. A. (2000). Service quality, profitability, and the economic worth of
customers: What we know and what we need to learn. Journal of the
Academy of Marketing Science, 28, 67-85. http://doi.org/d9grv4
Zeithaml, V. A., Parasuraman, A., & Malhotra, A. (2002). Service quality delivery
through web sites: A critical review of extant knowledge. Journal of the
Academy of Marketing Science, 30, 362-375. http://doi.org/c2v
200
DESAIN KUESIONER
https://forms.gle/zYNCdfLeJQEpsJLT8
Semua informasi yang Anda berikan akan dijaga kerahasiannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan riset. Terimakasih sekali lagi saya ucapkan atas
kesediaannya mengisi kuesioner ini
Wassalamu alikum wrb
Salam sukses selalu,
Peneliti
Luthfi Abdillah
============================================================
Kemajuan teknologi informasi yang pesat, dan tuntutan untuk terus meningkatkan
layanan ke pelanggannya, mendorong pelaku industri keuangan berevolusi dari
sistem tradisional ke digital. Dan saat ini industri keuangan telah memasuki era
Bank 4.0, yaitu suatu era perbankan berbasis teknologi yang realtime, dapat
dilakukan dimanapun dan kapanpun, tanpa memerlukan distribusi dan
perjumpaan fisik.
Salam Hormat
Luthfi Abdillah
202
Frequensi penggunaan
2 < 5 x/ bln 5 - 15 x/ bln >15x/ bln
atas jawaban diatas
Data Responden
1 2 3 4 5
No Kode Pertanyaan
Kenyamanan (Convinience)
Knutson et al (2007);
Mbama et al (2018);
24 Keisidou et al (2013); (TR2.2) Saya menggunakan
Liang et al (2009); aplikasi Bank 4.0 ini, karena
Fathollahzadeh et al sudah terkenal.
(2011); Akhter et al
(2011); Levy & Hino
(2016); Chu et al (2012);
Sanchez-Torres et al
(2017)
Fathollahzadeh et al.
(2011); Mbama et al
(2018); Keisidou et al.
(2013); Klaus & Maklan
(2013); Amin (2016); Jun
& Palacios (2016); Bolton
(1998); Fornell (1992)
209
Mbama et al (2018),
Keisidou et al. (2013);
Liang et al. (2009); Klaus
& Maklan (2013);
Ahluwalia et al.(2000);
Ladhari et al. (2011);
Akhter et al.(2011)