Anda di halaman 1dari 11

PARTISIPASI DALAM KOMUNIKASIH POLITIK ISLAM

Oleh:

KELOMPOK 8

RADIATUNNISAH_50100120075

NASRULLAH_ 50100120051

(KPI B,SEMESTER 6,JURUSAN KPI,FAKULTAS FDK,UIN ALAUDDIN MAKASSAR)

Abstrak: partisipasi politik akan berjalan selaras manakalah proses politik berjalan secara stabil.
Seringkali ada hanbatan partisipasi politik Ketika stabilitas belum bisa di wujudkan, karena itu
benting dilakukan oleh para pemegang kekuasaan untuk melakukan proses stabilitas politik.
Disamping itu pula proses berikutnya melaukan upaya pelembagaan politik sebagai bentuk dari
upaya untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untukmengaktualisasikan cita-citanya.

Kata kuncu: partisipasi dalam komuniksih politik islam

PENDAHULUAN
Panduan argument politik islam dimulai pada abad klasik hingga konteporer.
Pembahsan ini tidak hanya dibahas di kalangan muslim saja melainkan di kalangan barat.
Peraduan argument khususnya di kalangan umat islam dari abad klasik hingga sekarang
bahwa hubungan antara islam dan ketatanegaraan atau politik terdapat tiga aliran.
Pertama, aliran yang menyatakan bahwa islam bukanlah semata-mata agama
dalam pengertian barat. Yakni hanya menyakut antara manusia dengan tuhan, sebaliknya
islam sebagai agama yg sempurna dengan lengkap mengatur segala aspek kehidupan
manusia termasuk dalam kehidupan bernegara.
Kedua, islam adalah agama dalam pengetian barat,tidak ada hubungannya dengan
kenegaraan. Menurut mereka nabi Muhammad hanyalah rasul biasa sama seperti rasul-
rasul sebelumnya, dengan tugasnya mengajak manusia Kembali kepada kehidupan mulia
dengan menjunjung tinggi budi peketi yang luhur, dan nabi tidak pernah diutus untuk
mendirikan negara.
Ketiga, pendapat yang menolak bahwa aku islam adalah agama serba lengkap dan
bahwa dalam islam terdapat system ketatanegaraan. Akan tetapi aliran
ini juga menolak agama bahwa dalam islam adalah agama dalam pengertian barat
yakni tidak terdapat hubungan antara agama dan ketatanegaraan. Aliran ini berpendirian
bahwa dalam islam tidak terdapar system ketatanegaraan, akan tetapi terdapat
seperangkat dan tata nilai etika bagi kehidpan bernegara.
PEMBAHASAN

A. Partisipasi politik dan pemilihan umum


Partisipasi politik secara harfiah berarti keikutsertaan dalam konteks politik. Hal
ini mengacu pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keterlibatan warga
dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan
penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan
keputusan.
Umunya para ahli mendefinisikan, partisipasi plitik adalah kegiatan seseorang
atau sekumpulan orang untk turut terlibat secara aktif didalam politik yaitu untuk
memilih kepemimpinan negara Bersama- sama secara langsung atau tidak langsung.
Kegiatan-kegiatan ini mencakup pula menentukan pilihan saat pemiluh, menghadiri
kampanye partai politik, dan menjadi anggota politik atau ormos.
Partisipasi dimaknai sebagai pengambilan bagian atau pengikut-pengikutaan.
Menurut adams (2004:83) partisipasi sangat penting bagi pembangunan diri dan
kemandirian warga negara. Melalui partisipasi, individu menjadi warga public, dan
mampun membedakan persoalan pribadi dengan persoalan masyarat. Tanpa pastisipasi,
nyalis semua orang akan di telan oleh kepentingan pribadi dan pemuasan kebutuhan
orang yang berkuasa.
Menurut Miriam (1998:3) partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh masyarakat. Anggota masyarakat
yang berpartisipasi dalam proses politik melalui pemilu terdorong oleh keyakinan bahwa
melalui kegiatan mereka memiliki efek, dan efek tersebut dinamakan political efficacy.
Pada termilogo sosiologi politik, dianggap bahwa lebih banyak masyarakat turut
berpartisipasi dalam politik menunjukan bahwa Pendidikan politik masyarakat telah
berhasil. Karena itu, makin banyak partisipasi masyarakat, maka pelaksanaan demokrasi
semakin lebih baik. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat dimaksud, ditunjukan oleh
banyaknya masyarakat mengikuti dan memahami masalah politik dan turut atau ingin
melibatkan diri dalam berbagai kegiatan politik.
Demikian juga sebaliknya, jika tingkat partisipasi politik masyarakat rendah,
maka ada indikasi bahwa pelaksanaan demokrasi yang dilaksanakan di suatu negara
menberikan tanda yang kurang baik. Indikasi yang dapat disebut bahwa masyarakat
kurang atau bahkan sama sekali tidak berminat untuk masalah-masalah pemilu dan
ketatanegaraan lainnya.
Selanjutnya menurut Davis (1997:76) penyertaan pikiran dan emosional dari
orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka agar menyumbangkan
kemampuannya dalam mencapai tujuan kelompok dan ikut bertanggung jawab atas
kelompoknya. Dari pengertian Davis tersebut, disimpulkan terdapat tiga unsur penting
yang harus dimiliki seseorang untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan partisipasi politik,
yaitu: a) adanya penyertaan pikiran dan perasaan; b) adanya motivasi untuk
berkontribusi; dan c) adanya tanggung jawab bersama.
Bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Cohen dan Uphoff (1997:23) yang
juga dikutip oleh Kaho (2000:57) adalah sebagai berikut: a) partisipasi dalam pembuatan
keputusan; b) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan; c) partisipasi dalam pemanfaatan
hasil; dan d) partisipasi dalam evaluasi.
Pengertian partisipasi politik dalam perspektif sosiologi politik, terdapat dalam
International Encyclopedia of the Social Sciences yang dikutip oleh McClosky
(1972:252), yaitu partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui hal mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, berpartisipasi dalam proses
pembuatan kebijakan umum. Definisi lain berdasarkan Handbook of Political Sciences
yang dikutip Nie dan Verba (1975:1) mengungkapkan partisipasi politik adalah kegiatan
pribadi warga negara yang legal, yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk
mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara atau tindakan-tindakan.
Lebih lanjut Roth dan Wilson mengungkapkan kegiatan partisipasi politik yang
berbentuk non-konvensional, berupa: pengajuan petisi (tuntutan), melakukan demonstrasi
(seruan bersama dijalanan), melakukan konfrontasi (perlawanan) dan melakukan mogok
(non action). Berkaitan dengan partisipasi politik, Rosenau dalam Nimmo (2000:47)
membagi ke dalam dua kategori warga negara yang merupakan khalayak dari partisipasi
dalam komunikasi politik, yaitu: pertama adalah orang-orang yang sangat memperhatikan
politik dan kedua adalah orangorang yang hanya dimobilisasi untuk kepentingan politik.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa partisipasi politik merupakan suatu kegiatan
seseorang atau sekelompok orang yang turut serta secara aktif dalam kehidupan politik
dengan jalan 24 Yalvema Miaz memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Menurut Roth dan Wilson (1980:153),
kegiatan partisipasi politik secara konvensional mencakup tindakan memberikan suara
dalam pemilu (voting), menghadiri rapat umum (campaign), menjadi anggota suatu partai
atau kelompok kepentingan, mengadakan komunikasi dengan pejabat pemerintah, atau
anggota parlemen.

B. Media dan kebersamaan dalam komunikasih politik


Saat ini masyarakat tengah memasuki revolusi media dengan kehadiran internet
yang membawa perubahan besar dalam struktur ekonomi dan bisnis media. Kehadiran
internet hamper mirip dengan kehadiran televisi di tahun 1950an yang banyak membawa
perubahan dalam bidang komunikasi (Safco, dalam Biagi, 2010: 229-240). Perubahan
besar sedang terjadi di dunia jurnalistik terutama dikarenakan proses digitalisasi.
Perusahaan media-media konvensional berubah menjadi media digital atau juga sering
disebut media siber atau menggunakan media siber sebagai salah satu cara untuk
memperluas dan atau mempertahankan kehidupannya di era digital. Perubahan atau
penambahan platform media siber ini membawa konsekuensi pada kinerja di dunia
jurnalistik. Perubahan ini tidak otomatis membawa kearah jurnalisme yang lebih baik
(Chan, 2014:107).
Pemberitaan media siber menjadi fenomena yang perlu untuk terus dicermati,
mengingat sifatnya yang berbeda dari media massa konvensional. Di dalam media siber,
ruang dan waktu bukan lagi menjadi halangan produksi-konsumsi (prosumsi) berita ke
berbagai arah. Ketika hal ini melahirkan euforia di dalam praktik komunikasi, di sisi lain
hal ini telah menimbulkan berbagai perdebatan seputar perlu atau tidak membangun teori
baru mengenai studi komunikasi massa (McQuail, 2010: 135), termasuk studi jurnalistik.
Sebagai the fourth estate, pers memiliki dan menjalankan kekuasaan publik tanpa
mengubah statusnya sebagai pranata sosial (social institution), yang menjalankan fungsi
untuk kepentingan publik (orang banyak) seperti menyampaikan dan menyebarkan
informasi, membangun saling pengertian dan harmonisasi publik (Manan, 2013: v-vi).
Di Indonesia, media baru (new media) tumbuh bak cendawan di musim hujan.
Dewan Pers mencatat saat ini sekitar 4500 media baru yang berbasis internet di
Indonesia, meskipun yang terdaftar beru sekitar 250 media. Tahun lalu, Dewan Pers
mendapatkan ratusan pengaduan yang berkaitan dengan media daring. Sebagian besar
permasalahan yang diadukan masyarakat yakni ketiadaan verifikasi dalam berita-berita
yang dimuat dalam media daring.
Makalah ini sebagian didasarkan atas penelitian yang dilakukan penulis dan dua
peneliti lainnya dari Universitas Tarumanagara yang didanai Kementerian Riset dan
Teknologi terhadap empat media siber besar di Indonesia terkait isu-isu SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antar golongan). Penelitian dilakukan terhadap berita-berita yang
dimuat sepanjang 2016 pada tribunnews.com, detik.com, kompas.com dan
vivanews.co.id. Penelitian ini menggunakan metode gabungan pendekatan kualitatif
dengan analisis isi dengan wawancara mendalam dan diskusidiskusi terfokus dan
pendekatan kuanitatif melalui survey online yang melibatkan wartawan.
Lalu dimana letak konfirmasinya? Dan bagaimana kaidah jurnalistik dalam hal
penggambaran dari sisi pro dan kontra ditegakkan dalam sebuah pemberitaan? Ternyata
menurut beberapa jurnalis media online, posisi dan peletakan konfirmasi dalam berita
online berbeda dengan posisinya di media cetak. Hal ini seperti dikatakan oleh jurnalis
Suara.com dalam FGD di Jakarta berikut ini:
“Media online memiliki karakter berbeda dengan media cetak. Salah satu
karaksteristik utamanya adalah kecepatan dalam menyajikan berita. Meski kadang,
berita itu diturunkan hanya mengandung 1 narasumber saja. Tetpai setelah berita
diturunkan, terus dikejar beritaberita lanjutannya atau istilahnya berita running-an,
yang diperoleh dari sumber yang berbeda, bahkan dari suara pihak yang bersebrangan..
Nah, berita running-an yang muncul dengan narasumber yang berbeda itu bisa dijadikan
bentuk konfirmasi dan cover both side dalam berita.”
Hal yang sama juga dikatakan oleh jurnalis Tirto.co.id dalam kesempatan yang
sama:
“Soal teknis media siber dan cetak berbeda dalam menangani cover both sides.
Online bergantung pada isu untuk melakukan cover both sides, walaupun berita yang
terpisah dan seimbang. Semua cover both sides bergantung pada kebijakan redaktur
masing-masing.” Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Rakhmat, jurnalis “Cover
both sides pada berita online bergantung pada isu. Jadi beritaberita berikutnya
berkaitan maka ada banyak berita yang disisipkan. Ada kewajiban cover both sides.
C. Opinion Leader dalam komunikasi politik
Konsep ‘opinion leader’ didalam media tradisional, mereka dapat menyampaikan
pendapat mereka dengan menggunakan saluran media massa. Sebagai contoh, Lazarsfeld,
Berelson, dan Gaudet (1948) mengemukakan bahwa ‘opinion leader’, yang secara aktif
mengumpulkan informasi yang dikirim dari media massa, memasukkan nilai-nilai dan
pandangan mereka sendiri kedalam informasi tersebut, dan kemudian menyebarkannya
ke konsumen sekitar mereka dalam kehidupan sehari-hari.Twitter telah menjadi sarana
berkomunikasi baru di era new media atau era internet dan hal ini memungkinkan untuk
memunculkan kriteria baru opinion leader didalam media sosial. Dengan melakukan
observasi, peneliti mencoba untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam
mengenai apakah terdapat perbedaan antara opinion leader didalam media tradisional
dengan new media.
Politik sudah memasuki hampir setiap lapisan masyarakat dan berbagai isu yang
ada baik diperkotaan maupun di pedesaan. Sebelumya , bagi masyrakat pedesaan masih
sangat tabu dengan Namanya “politik”, akan tetapi dengan kemajuan teknologi hal ini
dapat terjadi. Untuk meyakinkan masyarakat di pedesaan tentu saja pembutuhkan
seseorang yang dapat dipercaya mengenai isu pembangunan yang yang sedang
berkembang . salah satu actor politik yang memiliki krebilitas baik adalah opinion leaden
(pemuka pendapat) dalam meyakinkan masyarakat pedesaan mengenai program
pembangunan dan pengembangan Lembaga tani di pedesaan.
Strategi komunikasih politik opinion leader dalam difusi program pembangunan
adalah dengan melakukan 1) komunikasih interaktif, 2) komunikasih politik berupa
propaganda, 3) komunikasih penyadaran politik.
Komunikasi politik tidak terlepas dari keberadaan orang di perkotaan atau
pedesaan. Seperti kita ketahui bahwa politik sudah memasuki semua lapisan mulai rakyat
kecil pedesaan hingga orang-orang berkuasa yang berdomisi diperkotaan. Hal ini dapat
kita lihat pada pembangunan pertanian dari dulu hingga sekarang terus digalakkan hal
inilah yang menjadi alasan untuk mendukung bahwa negara kita adalah negara agraris.
Salah satu cara yang dilakukan yang dilakukan pemerintah adalah dengan membuat
program-program pembangunan pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
D. Implementasi prinsip politik islam Implementasi politik islam
adalah mengacu pada pelaksanaan sebuah kebijakan publik. Dalam bidang politik
, implementasi dipengaruhi oleh beragam faktor antar lain; legislative, kapasitas
administrasi biokrasi pelaksanaan, aktivitas kelompok kepentingan dan oposisi,serta
dukungan eksekutif. Masig dirana politik, implementasi dalam hubungan internasional
mengacu pada tahapan pembuatan perjanjian atau kesepakatan internasional.
Jika membahas prinsip-prinsip politik islam tentunya merujuk pada sumber
hukum islam, yakni al-Qur,an dan hadis sebagai sumber hukum yang dijadikan dasar
menetapkan hukum. Dalam islam, sebagai agama yang mengatur segala lini kehidupan
termasuk didalamnya politik. Walaupun dinamika sejarah politik islam tidak menetapkan
suatu sisten yang sama, sehingga di abad modern terjadi pedebatan sengit mengenai
system pemerintahan walaupun sebelumnya pernah terjadi, akan tetapi modern ini
berdebatan itu hangat di diskusikan dikalangan terpelajar.
Politik islam secara etimologi kata politik islam berasal dari dua Bahasa Yunani,
“politae,polis atau politicios” yang berarti kota atau warga kota. Sedangkan Bahasa
inggris berasal dari kata “police,politic dan political”
Secara umum, sebagaimana dijelaskan syahrin harahap tentang mazhab pemikiran
politik islam dapat dikategorikan tiga.
Pertama, mazhab religius, mazhab ini selalu mencari landasan bahwa dalam
ajaran islam adalah agama yg universal yang membahas segala aspek kehidupan baik
dunia maupun akhirat termasuklah didalamnya persoalan politik.
Kedua, mazhab sekuler, mahab ini berpandangan bahwa dalam ajaran islam tidak
ada menjelaskan persoalan politik ,umat islam harus melakukan westernisasi, meniru
barat menggunakan idiom-idiom barat dalam persoalan bernegara. Para pemikiran yang
sering dikategorikan dalam mazhab sekuler itu,antara lain thaha husein,ali abdul raziq,
kamal athaturk.
Ketiga, mazhab sintetik, mazhab ini berpandangan bahwa dalam bernegara umat
islam harus menggunakan idiom-idiom barat. Namun harus mencari landasan -
landasanya pada nilai-nilai yang diajarkan al-Quran dan al- hadis.memikiran yang
modern yang sering dimasuki kategori intensi itu, antara lain Muhammad addul, Husein
Haikal dimesir,sayyid Akhmad khan di india.
KESIMPULAN

Partisipasi politik merupakan salah satu cari khas modern politik dan peningkatan status
sosial ekonomi masyarakat menghasilkan partisipasi yang lebih jelas. Di dalam masyarakat yang
masih terkebelakang, urusan pemerintah dan politik dianggap sebagai hanya urusan satu
golongan elit tentu. Partisipasi dimaknai sebagai pengambilan bagian atau pengikut sertaan .

Demikian juga sebaliknya, jika tingkat partisipasi politik masyarakat rendah, maka ada
indikasi bahwa pelaksanaan demokrasi yang dilaksanakan di suatu negara memberikan tanda
yang kurang baik. Indikasi yang dapat disebut bahwa masyarakat kurang atau bahkan sama
sekali tidak berminat untuk masalah-masalah pemilu dan ketatane garaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pertama pada tahun 1955, enam kali dimasa rezim orde baru (1971, 1977, 1982, 1992, dan
1997)

Dewan pers, 2015 data pers nasional 2015, dewan pers (e-book), available: http://dewanpers
or.id//assets//media/file//publikasi/buku/552- PENDATAAN%202015 x.pdf accessed on April
19,2016

Blech, Geoge E& Blech,Michael A, (2017) Adver- tising and promotion: An Intergrated
Matketing Coomunitions percpective,New York: Mc Graw-Hilllrwin

Kompas.com(2013).Di sunting pada 10 oktober 2013 melalui


http://tekno.kompas.com/read/2013/08/0912097/penjualan Di. Indonesia.Buzzer jadi. Orang
Bahayaran

Anda mungkin juga menyukai