Anda di halaman 1dari 3

Nama: Meilin Christiana

NIM: 1902106047

Kelas: Psikologi A

Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Politik

Dosen Pengampu: Sry Reski Mulka S.IP., M.I.Pol.

PARTISIPASI POLITIK

A. Pendahuluan

Partisipasi politik merupakan salah satu aspek fundamental dalam kehidupan politik suatu
negara, terutama dalam sebuah tatanan negara yang menganut paham ‘demokrasi’. Dengan ini,
suatu negara yang pantas disebut sebagai negara demokrasi adalah jika pemerintah yang
berotoritas dapat memberikan kesempatan yang adil dan meluas kepada setiap warga negara
untuk ikut terlibat dalam kegiatan politik sebaliknya warga negara yang bersangkutan juga harus
mampu menunjukkan tingkat partisipasi politik yang tinggi. Apabila tidak sesuai dengan makna
kata ‘demokrasi’ yang sesungguhnya, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih
diragukan. Dalam konsep partisipasi politik terdapat proses peran warga negara dalam
pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang
dilakukan pemerintah. Partisipasi politik tidak selalu menyangkut tentang watak atau sifat dari
pemerintahan suatu negara, melainkan lebih berkaitan dengan karakter maupun sifat masyarakat
suatu negara dan pengaruh yang ditimbulkannya.

B. Pembahasan

1. Pengertian Partisipasi Politik


Partisipasi politik adalah usaha suatu individu atau sekelompok individu untuk berperan
serta secara aktif dalam kehidupan politik, yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi pembentukan kebijakan publik (public policy) dalam suatu negara.
Kegiatan politik yang mempengaruhi secara langsung dapat dilakukan dengan melalui
kontak-kontak dengan para pejabat negara yang ikut menentukan dalam pembuatan
kebijaksanaan politik sedangkan kegiatan politik yang mempengaruhi secara tidak langsung
dapat dilakukan melalui media massa yang ada misalnya dengan menuliskan pemikiran
pembaca pada sebuah koran atau majalah tentang hal-hal yang menjadi agenda publik.
2. Faktor-Faktor Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas yang tentu di pengaruhi oleh beberapa
faktor. Adapun menurut Myron Weimer partisipasi politik di suatu negara di pengaruhi oleh
beberapa hal, [1] antara lain:
 Modernisasi, dengan berbagai kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
masyarakat merasa dengan terjadinya kemajuan tersebut menuntut kita untuk ikut serta

[1] Soeharno, S.Pd., M.Si., Diktat Kuliah Sosiologi Politik 2004, hlm. 104
dalam kegiatan politik dengan harapan bahwa keputusan itu dapat mempengaruhi nasib
masing-masing masyarakat tersebut
 Adanya perubahan struktur kelas sosial, penggolongan kelas masyarakat akan semakin
memperlihatkan bahwa masyarakat yang posisinya di kelas tinggi akan menuntut
partisipasi politik dari masyarakat kelas menengah dan rendah
 Adanya pengaruh dari kaum intelektual dan komunikasi di era modern, melalui pendapat,
gagasan, saran maupun kritikan mereka dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat dan
membangkitkan tuntutan akan partisipasi politik
 Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik, dalam rangka mendapat-kan
dukungan dari masyarakat, para pemimpin berani dan rela memanfaatkan politik untuk
saling beradu opini atau membagikan gagasan maupun inovasi baru sehingga dapat
menarik perhatian massa untuk ikut serta dalam partisipasi politik
 Keterlibatan pemerintah yang semakin luas dalam bidang ekonomi, sosial dan
kebudayaan, memicu timbulnya tuntutan-tuntutan organisasi dalam lingkup masyarakat
luas tentang keikutsertaan dalam pembuatan kebijakan politik
3. Hierarki Partisipasi Politik
Menurut Milbart dan Goel [2] (dikutip dalam Soeharno: 2004; 104) merincikan tingkatan
partisipasi politik dalam empat dimensi, antara lain:
 Apatis (apathetic), orang-orang yang masa bodoh dengan aktivitas politik
 Spektator (spectator), orang-orang yang setidaknya pernah ikut dalam pemilu
 Gladiator, orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik, seperti sebagai
komunikator untuk mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai ataupun masyarakat,
dan pekerja kampanye
 Pengeritik, orang-orang yang ikut serta aktivitas politik dalam bentuk yang tidak
konvensional
4. Bentuk Partisipasi Politik
Menurut Huntington dan Nelson (1994) [3], pengklasifikasian partisipasi politik dibagi
menjadi lima bentuk. Berdasarkan berbagai hasil studi yang mereka amati mengenai
partisipasi politik ternyata banyak menggunakan jenis klasifikasi yang beragam dan berbeda-
beda, akan tetapi, riset yang banyak digunakan sekarang untuk membedakan jenis partisipasi
politik dapat dikategorikan dalam lima bentuk berikut.
 Kegiatan pemilihan (electoral activity), bentuk kegiatan yang secara langsung ataupun
tidak langsung berkaitan dengan pemberian suara dan pemilihan umum. Adapun contoh
kegiatannya seperti memberikan sumbangan untuk kampanye partai, menjadi
sukarelawan dalam kampanye partai, ikut ambil peran dalam kampanye politik suatu
partai, mengajak seseorang untuk mendukung atau memilih seorang calon ataupun
sebuah partai politik atas nama partai itu, melakukan setiap kegiatan yang tujuannya
untuk mempengaruhi hasil pemilihan seperti memberikan suara, mengawasi pelaksanaan
dan penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan, dan lain-lain.
 Lobbying, usaha seseorang atau sekolompok orang agar bisa terhubung dengan pejabat
pemerintah ataupun tokoh politik dengan maksud untuk mempengaruhi kebijakan-
kebijakan yang akan diambil atau ditetapkan yang biasanya menyangkut masalah tertentu
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat yang bersangkutan tersebut. Adapun contoh

[2] Soerharno, S.Pd., M.Si, Diktat Kuliah Sosiologi Politik, 2004, hlm. 104
[3] Samuel P. Huntington and Joan M. Nelson, No Easy Choice, Political Participation in Developing Countries (Cambridge,
Massachussets, Harvard University Press, 1976, pp. 12-13
kegiatannya seperti memobilisasi dukungan dengan tujuan untuk mencakup dukungan
yang lebih luas agar memperoleh perhatian dari pemerintah ataupun lembaga perwakilan
rakyat dengan harapan dapat menangani masalah-masalah tertentu yang jadi penghalang
kesejahteraan masyarakat.
 Kegiatan organisasi (organizational activity), yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
sebagai anggota dari organisasi kemasyarakatan (baik dari organisasi yang memusatkan
perhatian terhadap isu-isu spesifik; organisasi masalah keagamaan; dan lain sebagainya)
ataupun pejabat suatu organisasi dengan visi utama yakni mempengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah. Dengan hanya menjadi anggota dari sebuah aktivitas politik
walaupun belum tentu bisa secara langsung dapat mempengaruhi keputusan pemerintah
disebut sebagai “participation by proxy” oleh Samuel Huntington dan Joan M. Nelson
(1976).
 Mencari koneksi (contacting), tindakan seseorang ataupun sekelompok orang dalam
jumlah kecil yang secara langsung ditunjukkan kepada pejabat pemerintah ataupun tokoh
politik (misalnya mengadatangi tempat bertugasnya ataupun menghubungi melalui
telepon) dengan maksud memperoleh manfaat baik.
 Kekerasan (violence), menggunakan cara non konvensional yang juga bermaksud untuk
mempengaruhi keputusan pemerintah, namun cara yang digunakan dengan melakukan
tindakan pengrusakan (by doing physical damage) terhadap barang ataupun individu.

C. Kesimpulan

Setelah menguraikan pembahasan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa partisipasi
politik merupakan bentuk manifestasi ideal dari negara yang menganut paham demokratis.
Karena partisipasi politik tidak lepas dari peran aktif dari masyarakat dalam suatu negara dalam
melakukan aktivitas politik baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan
pengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam kebijaksanaan politik. Dan bentuk partisipasi
setiap masyarakat itu berbeda-beda berdasarkan hierarki yang membedakannya.
Dari itu semua, saya menyatakan sebagai seorang mahasiswa yang memegang tonggak
sebagai agent social of change, control and value agar dapat mengaktualisasikan bentuk
kontribusi kita terhadap negeara dengan melakukan partisipasi politik.

D. Referensi

 Gaffar, Afan, 1992, Javanese Voters: A Study of Elections Under The Hegemonic Party
System in Indonesia (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press)
 Huntington, Samuel P. and Joan M. Nelson, 1976, No Easy Choice, Political Participation
in Developing Countries (Cambridge, Massachussets, Harvard University Press)

[2] Soerharno, S.Pd., M.Si, Diktat Kuliah Sosiologi Politik, 2004, hlm. 104

Anda mungkin juga menyukai