Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.
Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata bukan karena pemberian masyarakat atau
pemberian negara. Maka HAM itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau negara lain. HAM diperoleh dari sang pencipta, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. Sejarah mencatat berbagai
peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan HAM.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu, selain ada HAM, ada juga
kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana atau
tegaknya HAM. Dalam menggunakan HAM, kita wajib untuk memperhatikan,
menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain.
2. Tujuan Pembahasan
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk menambah pengetahuan baik untuk
pembaca maupun penulis serta untuk menjelaskan Sejarah Perkembangan HAM,
Humanisasi Perang, Deklarasi Universal HAM, HAM di Indonesia, Negara Hukum,
Keadilan dalam Hukum Indonesia dan Etika Kehidupan Berbangsa.
BAB II
1
PEMBAHASAN
Sejarah perkembangan gerakan hak asasi manusia (HAM) yang saat ini dikenal
sudah melalui perjuangan bahkan sejak Abad ke-4 yaitu pada zaman Yunani Kuno,
seorang filsuf kuno bernama Plato telah memaklumkan kepada warga polisnya bahwa
kesejahteraan bersama akan tercapai apabila setiap warganya melaksanakan hak dan
kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indonesia, pengakuan secara
penghormatan tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang misalnya dalam
masyarakat Jawa yang mengenal tradisi ‘Hak Pepe’ yaitu hak warga desa yang diakui
dan dihormati oleh penguasa, seperti hak mengemukakan pendapat, walaupun hak
tersebut bertentangan dengan kemauan penguasa (Baut & Beny, 1988:3).
2. Humanisasi Perang
2
a. Asal-Usul Hukum Humaniter
b. Kejahatan Perang
3
universal HAM yang dikukuhkan oleh PBB dalam Universal Declaration of Human
Right pada tahun 1948.
Menurut deklarasi universal HAM, terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki oleh
setiap individu: hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan
perlindungan hukum), hak sipil dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya
sumberdaya untuk menunjang kehidupan) dan hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Menurut pasal 3 sampai 21 deklarasi universal HAM, hak personal, hak legal, hak sipil,
dan politik meliputi :
c. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak
berperi kemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan;
i. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan pribadi,
keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat;
l. Hak bergerak;
4
r. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;
t. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama
terhadap pelayanan masyarakat.
f. Hak atas standar hidup yang pantas dibidang kesehatan dan kesejahteraan;
4. HAM di Indonesia
HAM dan negara hukum tidak dapat dipisahkan, karena hukum mengatur
keadilan dan ketertiban. John Locke (teori perjanjian masyarakat), Montesque
(teori pembagian pemerintahan), Voltaire mendukung dan ikut mengembangkan
5
perjanjian HAM di daratan Eropa, dan terciptalah Deklarasi HAM dan penduduk
negara; yang menegaskan seperti di bawah ini
Semua manusia itu lahir dan tetap bebas dan sama dalam hukum. Perbedaan
sosial hanya didasarkan pada kegunaan umum.
Tujuan negara melindungi hak-hak alami dan tidak dapat dicabut. Hak alami
meliputi: hak kebebasan, hak milik, hak keamanan, hak perlindungan.
Dari tinjauan di atas HAM dilandasi oleh tekad yang dibenarkan, seperti berikut.
HAM bersumber dari Tuhan, sering disebut hukum alam yang memiliki atau
memberikan kepada semua orang per individu tanpa membedakan status orang
per orang.
Hak asasi, mengarah/mengutamakan lebih dulu kepuasan batin semua pihak
yang dapat memberikan kontribusi positif dan aktif pada kepuasan lahiriah.
Penjabaran/aplikasi HAM berkembang terus seirama dengan perkembangan
pikiran budaya, cita-cita manusia dan IPTEK.
Manusia tidak bisa kehilangan hak asasinya kalau tidak ia akan tidak lagi
secara kodrati menjadi manusia.
HAM selalu melekat pada setiap orang untuk sepanjang hidupnya tanpa dapat
diambil atau dicabut, kecuali ada pelanggaran atas aturan hukum yang berlaku,
lewat keputusan hakiki yang adil dan benar
Keberadaan negara, antara lain untuk menghormati dan memperkenalkan
HAM sesuai dengan kesepakatan bersama demi pengembangan martabat
manusia.
Kesadaran memiliki dan melaksanakan HAM harus dikaitkan pula dengan
kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi.
Dalam UUD 1945, ada pasal yang mencantumkan mengenai hak dan kewajiban,
seperti berikut.
Pasal 26 (1) - Hak berwarga negara: Yang menjadi warga negara ialah orang-
orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan oleh UU
sebagai warga negara.
6
Pasal 27 - Hak dan kewajiban akan kesamaan dan persamaan di depan hukum,
hak bekerja untuk hidup layak dan hak membela negara.
(1) Segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kekecualiannya;
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan;
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya membela negara.
Pasal 28 - Hak berserikat, berkumpul dan berpendapat. Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya di tetapkan dengan UU. Pasal 28 A sampai 28 J memuat
revitalisasi DU HAM.
Pasal 29 - Hak beragama
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 30 - Hak dan kewajiban ikut serta dalam Hankam
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Hankam
negara.
(2) Usaha Hankam negara dilaksanakan melalui Hankam rakyat semesta oleh TNI
dan Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Pasal 31 - Hak dan kewajiban akan pendidikan
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan UU.
Pasal 33 - Hak kesejahteraan sosial
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-sebesarnya untuk kemakmuran rakyat.
7
Pasal 34 - Hak jaminan sosial
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
5. Negara Hukum
Konstruksi yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea III adalah hasil
kesepakatan (bukan kontrak sosial) bahwa individu bebas dan di sisi lain ada negara
yang dibentuk oleh individu yang bebas tersebut. Dalam hal ini menunjukkan ada pihak
yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Kondisi ini mempengaruhi arti hukum.
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
(supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak boleh
mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian (Achmad
Ali, 2002). Apabila Negara berdasar atas hukum, pemerintahan Negara itu juga harus
berdasar atas suatu konstitusi atau undang-undang dasar sebagai landasan
penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi dalam negara hukum adalah konstitusi yang
bercirikan gagasan kostitusionalisme yaitu adanya pembatasan atas kekuasaan dan
jaminan hak dasar warga negara.
8
6. Keadilan Dalam Hukum Indonesia
b. Adanya unsur pelaksana yang sering disebut penegak hukum, seperti polisi, jaksa,
hakim, lembaga mediasi lainnya, yang bermoralitas baik dan terpuji.
c. Adanya sumber dana dan daya atau sarana dan prasarana yang memadai.
9
Fungsi, tugas dan kewenangan Komnas HAM: pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan dan mediasi tentang HAM (Pasal 76 ayat 1 UU No. 39/1999).
b. Fungsi penyuluhan
c. Fungsi pemantauan
10
tertulis atau menyerahkan dokomen yang diperlukan sesuai dengan
aslinya dengan persetujuan Ketua Pengadilan.
1. Pihak pengadu: Setiap orang atau kelompok orang yang memiliki alasan
kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan
pengaduan secara lisan atau tertulis.
11
2) Pengaduan pelanggaran HAM meliputi pula pengaduan melalui
perwakilan mengenai pelanggaran HAM yang dialami oleh kelompok
masyarakat.
2. Pemeriksaan pengaduan
12
4. Tempat Pemeriksaan: Pemeriksaan dilakukan oleh Komnas HAM
dilakukan dalam ruang tertutup untuk umum. Para pengadu, korban, saksi,
dan atau pihak lain wajib memenuhi permintaan Komnas HAM. Apabila
tidak dipenuhi, maka Komnas HAM dapat meminta bantuan Ketua
Pengadilan untuk pemanggilan secara paksa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Demikian hal-hal penting yang
berkaitan dengan Komnas HAM. Informasi yang lebih detail mengenai
Komnas HAM lihat Pasal 75-99 UU No. 39 Tahun 1999 serta peraturan
Tatatertib Komnas HAM.
Setiap masyarakat atau bangsa pasti mempunyai pegangan moral yang menjadi
landasan sikap, perilaku dan perbuatan mereka untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Dalam kehidupan berbangsa, terdapat beberapa pokok etika. Kesemua pokok-pokok
etika kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas,
disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga
kehormatan serta martabat diri sebagai warga negara.
13
Etika kehidupan berbangsa yang telah ditetapkan dalam ketetapan mejelis
permusyawakatan rakyat republik indonesia no.VI/MPR/2001 dimaksudkan untuk
membantu membantu memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan
moral kualitas manusia yang beriman, bertakwa dan berwatak mulia serta
berkepribadian indonesia dalam kehidupan berbangsa.
1. Nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa yang telah diyakini dan dihayati
oleh bangsa indonesia hendaknya diaktualisasikan dalam kehidupan pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara melalui berbagai jalur pendidikan,
yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal dan pemberian contoh
keteladanan oleh para pemimpin negara, pemimpin bangsa dan pemimpin
masyarakat.
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
2. Saran
Upaya agar sadar akan pentingnya Hak Asasi Manusia, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri.
2. Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain
3. Pemerintah khususnya pihak kepolisian harus bisa menjadi sarana dalam
menyelesaikan masalah pelanggaran HAM.
4. Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
5. Dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara
HAM kita dengan HAM orang lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
16