Anda di halaman 1dari 10

Nama- nama Anggota Kelompok 6

1. Masruroh
2. Mitha Miftahul Janah
3. Muhammad Ahyani
4. Muhamad Firhan
5. M. Muflich Kauma
6. Nani Pertiwi
7. Salsabila Zahra Aulia

ARTIKEL

Perilaku dan Partisipasi Politik Menurut Teori George Herbert Mead

A. Pendahuluan
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai
yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan
lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku
secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif
dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif
yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung.
Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga
banyak kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali
reformasi 1998. Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan
capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate atau
participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil
peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
B. Pembahasan
1. Perilaku Politik
a. Pengertian Perilaku Politik

Perilaku politik atau (Politic Baehaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan
individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.
Seorang individu atau kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan
kewajibannya guna melakukan perilaku politik, adapun yang dimaksud dengan perilaku
politik contohnya adalah:
a) Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin
b) Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu Partai
Politik, mengikuti Ormas atau Organisasi Masyarakat atau LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat).
c) Ikut serta dalam pesta politik.
d) Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas.
e) Berhak untuk menjadi pimpinan politik.
f) Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-
undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Sumber perilaku politik pada dasarnya adalah budaya politik, yaitu kesepakatan
antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Kesepakatan ini tidak selalu bersifat terbuka, tetapi ada pula yang
bersifat tertutup.
Politik dapat dimaknai sangat luas hampir tak terbatas. Dalam wacana
politik versi Yunani, perhatian utama ilmu politik lebih pada pengetahuan politik,
proses dan tindakan para aktor politik. Siapakah pelaku-pelaku politik tersebut?
Pelaku politik bisa berupa lembaga, individu maupun kelompok yang memiliki
kepentingan politik dan melakukan aktivitas-aktivitas politik, baik yang dilakukan
secara formal maupun informal. Dalam partisipasi politik, berarti dimungkinkan
terdapat hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Untuk membangun
interaksi antara pemerintah dan masyarakat diperlukan proses, partisipasi dan
kontribusi (interaksi timbal balik).
Peningkatan partisipasi politik, baik secara kualitas maupun kuantitas
merupakan kunci demokrasi. Dalam memahami bentuk perilaku politik, dapat
dipergunakan pendekatan respon politik (behavioralisme), yang mengetengahkan
partisipasi politik, baik secara historis, sosiologis, tradisional dan lainnya.
Partisipasi politik adalah perilaku luar individu warga negara yang bisa diamati dan
bukan merupakan perilaku dalam yang berupa sikap atau orientasi.
Bentuk partisipasi politik dibedakan menjadi kegiatan politik konvensional
(normal dalam demokrasi modern) dan non-konvensional (legal maupun ilegal,
penuh kekerasan dan revolusioner). Budaya politik merupakan orientasi psikologis
terhadap obyek sosial yang meliputi aspek kognitif, afektif dan evaluatif yang
ditujukan kepada sistem politik secara umum. Secara praktis, budaya politik
merupakan seperangkat nilai-nilai yang menjadi dasar para aktor untuk
menjalankan tindakan-tindakan dalam ranah politik.
Latar budaya politik beraneka ragam, antara lain terdiri atas: ras, etnik, adat,
bahasa, agama dan lain sebagainya. Dengan keragaman latar budaya politik
tersebut dimungkinkan muncul sengketa politik, yang umumnya berkisar pada
kepentingan ekonomi, kekuasaan, dan masalah-masalah khusus misalnya hak-hak
warga negara. Penyelesaian persengketaan sulit dilakukan apabila hanya
mengakomodasi kepentingan salah satu kepentingan. Maka, diperlukan kesadaran
dan partisipasi politik yang bijak untuk mengatasinya.
b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
 Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah terwujudnya
praktek, maka sering disebut sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk
faktor predisposisi, yaitu : kepercayaan, keyakinan, pendidikan, motivasi, persepsi,
pengetahuan.
 Faktor pendukung
Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, teredia atau tidaknya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku, sehingga disebut faktor
pendukung atau pemungkin.
 Faktor pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya, yang merukapan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang penting
2. Pengertian Partisipasi Politik
Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga
banyak kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali
reformasi 1998. Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan
capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate
atau participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti
mengambilperanan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
Sebagai defiinisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara, secara langsung maupun tidak
langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (Public Policy). Kegiatan ini mencakup
tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau
anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct
actionnya, dan sebagainya.
Herbert McClosky seorang tokoh masalah pertisipasi berpendapat “partisipasi
politik adalah kegiatan-kegiatan suka rela dari warga masyarakat melalui mana mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum”. Hal yang diteropong terutama
adalah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan
pemerintah, sekalipun fokus utamanya lebih luas tetapi abstrak, yaitu usaha-usaha
untuk mempengaruhi alokasi nilai secara otoratif untuk masyarakat (the authoritatif
allocation of values for a society).
3. Sekilas Tentang George Herbert Mead
George Herbert Mead adalah tokoh besar dalam sejarah filsafat Amerika, salah satu
pendiri Pragmatisme bersama Peirce , James, Tufts, dan Dewey. Dia menerbitkan
banyak makalah selama masa hidupnya dan, setelah kematiannya, beberapa muridnya
menghasilkan empat buku atas namanya dari catatan dan manuskrip Mead yang belum
diterbitkan (dan bahkan belum selesai), dari catatan siswa, dan dari catatan stenografik
dari beberapa mata kuliahnya di Universitas Chicago.
Melalui pengajaran, penulisan, dan publikasi anumerta, Mead telah memberikan
pengaruh yang signifikan dalam teori sosial abad ke-20, baik di kalangan filsuf maupun
ilmuwan sosial. Secara khusus, teori Mead tentang kemunculan pikiran dan diri dari
proses sosial komunikasi signifikan telah menjadi landasan aliran interaksionis
simbolik dalam sosiologi dan psikologi sosial. Selain filsafat sosialnya yang terkenal
dan dihargai secara luas, pemikiran Mead juga memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap filsafat alam, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat antropologi, filsafat sejarah,
dan filsafat proses . Baik John Dewey maupun Alfred North Whitehead menganggap
Mead sebagai pemikir tingkat tertinggi.
4. Teori Interaksionisme Sosial Dan Teori Behavioralisme
a. Teori Interaksionisme Sosial
Teori interaksionisme sosial yang dikemukakan oleh George Herbert Mead
dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Teori tersebut menganggap bahwa organisme hidup
secara berkelanjutan sehingga organisme itu akan mengalami perubahan secara terus
menerus. Dengan dasar pemikiran tersebut, Mead melihat pikiran manusia sebagai sesuatu
yang muncul dalam proses evolusi secara ilmian. Proses evolusi tersebut memungkinkan
manusia menyesuaikan diri secara alamiah pada lingkungan yang menjadi tempat
tinggalnya.
Bagi Mead, pikiran (mind) menjadi bagian fenomena sosial, pikiran bukanlah
proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang
dipengaruhi oleh proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran dan proses sosial bukan
menjadi produk pikiran. Mead juga mengungkapkan bahwa pikiran memiliki kemampuan
untuk memunculkan tidak hanya satu respon dari diri sendiri, tetapi juga terdapat respon
komunitas secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan adanya keterhubungan antara
pikiran dengan respon terhadap organisasi tertentu. Selain diri, Mead juga mengungkapkan
mengenai teori diri (self). Baginya diri merupakan kemampuan untuk menerima diri sendiri
sebagai objek dan di lain pihak sebagai subjek.
Dalam relasi sosial, diri memegang peran sebagai objek dan subjek. Ia akan muncul
dan berkembang ketika terjadi komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Bayi yang
baru lahir belum memiliki diri karena diri dapat terbentuk dari aktivitas dan hubungan
sosial. Diri juga berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Mead juga mengemukakan
pendapat mengena masyarakat (society) bahwa proses sosial tidak ada hentinya, yang
mendahului pikiran dan diri. Masyarakat menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan pikiran dan diri. Masyarakat menjadi kumpulan tanggapan yang
terorganisis sehingga berpengaruh pada pembentukan diri.
Konsep dan Asumsi Penting Interaksi Simbolik Interaksi simbolik terdiri dari tiga
konsep penting, di antaranya sebagai berikut.
a) Pikiran (Mind)
Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan
makna sosial. Oleh sebab itu, setiap individu harus mengembangkan pikiran melalui
interaksi dengan individu lainnya.
b) Diri (Self)
Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri dari setiap individu melalui
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain. Teori interaksi simbolik ini menjadi
salah satu cabang teori sosiologi yang mengemukakan mengenai diri sendiri dan dunia
luarnya.
c) Masyarakat (Society)
Masyarakat merupakan jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, serta
dikonstruksikan oleh setiap individu di tengah masyarakat. Setiap individu tersebut terlibat
aktif dalam perilaku yang dipilih. Ia melakukannya secara sukarela. Kemudian, pada
akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.
Selain tiga hal penting di atas, interaksi simbolik juga memiliki tujuh asumsi penting.
Asumsi tersebut dikemukakan dalam buku Introducing Communication Theory: Analysis
and Application karya Richard West dan Lynn H. Turner pada 2007.
Berikut ketujuh asumsi tersebut.
1. Manusia bertindak atau memperlakukan orang lain berdasarkan makna yang
diberikan orang lain pada dirinya.
2. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretative.
4. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
5. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
6. Orang serta kelompok-kelompok dipengaruhi oleh budaya dan sosial.
7. Struktur sosial diciptakan melalui interaksi sosial.
b. Teori Behavioralisme

Menurut Mead, manusia harus dipahami berdasarkan pada apa yang mereka
lakukan. Namun, manusia punya kualitas lain yang membedakannya dengan hewan lain.
Kaum behavioris berkilah bahwa satu-satunya cara sah secara ilmiah untuk memahami
semua hewan, termasuk manusia, adalah dengan mengamati perilaku mereka secara
langsung dan seksama. Mead menolak gagasan itu, menurutnya pengamatan atas perilaku
luar manusia semata menafikan kualitas penting manusia yang berbeda dengan kualitas
alam. Pandangan behavirisme terbagi menjadi dua yaitu :

1. Behaviorisme Radikal John Watson.

 Behaviorisme radikal mereduksi perilaku manusia kepada mekanisme yang


sama dengan yang ditemukan pada tingkat hewan lebih rendah (inframanusia).
 Manusia sebagai makhluk yang pasif, tidak berfikir, yang perilakunya ditentukan
oleh rangsangan di luar dirinya.
 Menolak gagasan bahwa manusia memiliki kesadaran, bahwa terjadi suatu
proses mental tersembunyi yang berlangsung pada diri individu di antara
datangnya stimulus dan bangkitnya perilaku.
2. Behaviorisme Sosial George Herbert Mead.
 Behaviorisme sosial merujuk pada deskripsi perilaku pada tingkat yang khas
manusia.
 Konsep dasarnya ialah tindakan sosial (social act), yang juga
mempertimbangkan aspek tersembunyi, yang membedakan perilaku manusia
dengan perilaku hewan.
 Menganggap perilaku manusia sebagai perilaku sosial., sebab substansi dan
eksistensi perilaku manusia hanya dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan
basis sosialnya.
Dapat disimpulkan, bahwa Mead telah memperluas teori behavioristik ini dengan
memasukkan apa yang terjadi antara stimulus dan respon itu. Ia berhutang budi
pada behaviorisme tetapi sekaligus juga memisahkan diri darinya, karena bagi
Mead, manusia jauh lebih dinamis dan kreatif.
Simpelnya behavioralisme itu suatu pandangan yang memfokuskan pada
perilaku aktor (di mana dalam konteks ini yaitu para politisi atau penyelenggara
pemerintah). Aliran ini berpandangan bahwa semua teori harus memiliki dasar
yang dapat diamati, tapi tidak ada perbedaan antara proses baik yang dilihat secara
publik (tindakan) maupun yang dilihat secara pribadi (pikiran dan perasaan).
Bagaimana sih penerapannya di kehidupan politik?
Behavioralisme juga dikenal sebagai salah satu pendekatan ilmu politik dari
berbagai macam pendekatan yang lain. Ciri khas dari pendekatan ini yaitu berbasis
perilaku. Teori ini mulai muncul sekitar tahun 1950-an setelah WW II (perang
dunia ke-2) di Amerika. Kemunculan teori pendekatan ini bukan tanpa sebab,
behavioralisme hadir seiringan dengan kegagalan daripada teori sebelumnya, yaitu
pendekatan tradisional (Legal/Institusional).
Pendekatan itu dinilai gagal dalam pembangunan teori, karena
perkembangannya hanya di negara-negara demokrasi barat. Dengan begitu bisa
dikatakan pendekatan ini tidak membuka banyak kesempatan untuk teori teori lain.
Kegagalan itu bersamaan dengan munculnya kekecewaan-kekecewaan disebabkan
pendekatan ini tidak banyak membahas kekuasaan, terasing dari proses kebijakan,
dan metode ilmu sangat terbelakang. Namun, dengan hadirnya teori pendekatan
perilaku (behavioralisme) ini menjawab kekecewaan tersebut.
Dalam teori ini pembahasan struktur berubah jadi pembahasan proses, dan
pembahasan lembaga berubah jadi pembahasan perilaku. Gagasan pokok dari
pendekatan ini yaitu, tak perlu lagi membahas lembaga-lembaga formal, karena
pembahasan itu tidak cukup memberi informasi tentang proses politik yang
sesungguhnya. Justru kebalikannya lebih baik mempelajari perilaku (behavior)
manusia, karena itu merupakan gejala yang benar-benar bisa diamati. Ulasan
mengenai perilaku tidak hanya sebatas perorangan saja, tetapi juga mencakup
persekutuan yang lebih besar, seperti organisasi masyarakat, gerakan nasional,
kelompok elite, dll.
Pendekatan ini tidak memandang lembaga-lembaga formal sebagai titik
sentral atau pemeran yang independen, tetapi hanya sebagai garis besar untuk
kegiatan manusia. Jika pengikut pendekatan ini mempelajari parlemen, maka
pembahasannya terkait perilaku anggota parlemen, contohnya seperti pemungutan
suara (voting behavior) terhadap rancangan undang-undang tertentu (apakah pro
atau kontra serta mengapa demikian), cara mereka berpidato, kesungguhan dalam
memprakarsai rancangan undang-undang, gaya berinteraksi sesama teman,
kegiatan negosiasi atau melobi, dan latar belakang sosialnya.
C. Kesimpulan
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Partisipasi politik
itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses
pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang
dilakukan pemerintah. Salah satu kegiatan yang menunjukan adanya partisipasi politik
dalam sebuah negara adalah proses pemilihan umum. Teori behavioristik adalah teori yang
menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon.
Dalam relasi sosial, diri memegang peran sebagai objek dan subjek. Ia akan muncul
dan berkembang ketika terjadi komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Bayi yang
baru lahir belum memiliki diri karena diri dapat terbentuk dari aktivitas dan hubungan
sosial. Diri juga berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Mead juga mengemukakan
pendapat mengena masyarakat (society) bahwa proses sosial tidak ada hentinya, yang
mendahului pikiran dan diri. Masyarakat menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan pikiran dan diri. Masyarakat menjadi kumpulan tanggapan yang
terorganisis sehingga berpengaruh pada pembentukan diri.
D. Daftar Pustaka

Arisandi, Herman, BUKU PINTAR PEMIKIRAN TOКОН-ТОКОН SOSIOLOGI DARI KLASIK


SAMPAI MODERN, (Jakarta: IRCiSoD, 2014)

https://kumparan.com/frahazsyah-ammiqie/berpolitik-melalui-pendekatan-behavioralisme-
1whlwlqc5vR

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1861/3/4.%20BAB

https://eprints.uny.ac.id/23755/4/4.BAB%20II.pdf

https://iep-utm-edu.translate.goog/mead/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Anda mungkin juga menyukai