1. Masruroh
2. Mitha Miftahul Janah
3. Muhammad Ahyani
4. Muhamad Firhan
5. M. Muflich Kauma
6. Nani Pertiwi
7. Salsabila Zahra Aulia
ARTIKEL
A. Pendahuluan
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai
yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan
lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku
secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif
dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif
yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung.
Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga
banyak kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali
reformasi 1998. Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan
capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate atau
participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil
peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
B. Pembahasan
1. Perilaku Politik
a. Pengertian Perilaku Politik
Perilaku politik atau (Politic Baehaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan
individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.
Seorang individu atau kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan
kewajibannya guna melakukan perilaku politik, adapun yang dimaksud dengan perilaku
politik contohnya adalah:
a) Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin
b) Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu Partai
Politik, mengikuti Ormas atau Organisasi Masyarakat atau LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat).
c) Ikut serta dalam pesta politik.
d) Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas.
e) Berhak untuk menjadi pimpinan politik.
f) Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-
undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Sumber perilaku politik pada dasarnya adalah budaya politik, yaitu kesepakatan
antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Kesepakatan ini tidak selalu bersifat terbuka, tetapi ada pula yang
bersifat tertutup.
Politik dapat dimaknai sangat luas hampir tak terbatas. Dalam wacana
politik versi Yunani, perhatian utama ilmu politik lebih pada pengetahuan politik,
proses dan tindakan para aktor politik. Siapakah pelaku-pelaku politik tersebut?
Pelaku politik bisa berupa lembaga, individu maupun kelompok yang memiliki
kepentingan politik dan melakukan aktivitas-aktivitas politik, baik yang dilakukan
secara formal maupun informal. Dalam partisipasi politik, berarti dimungkinkan
terdapat hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Untuk membangun
interaksi antara pemerintah dan masyarakat diperlukan proses, partisipasi dan
kontribusi (interaksi timbal balik).
Peningkatan partisipasi politik, baik secara kualitas maupun kuantitas
merupakan kunci demokrasi. Dalam memahami bentuk perilaku politik, dapat
dipergunakan pendekatan respon politik (behavioralisme), yang mengetengahkan
partisipasi politik, baik secara historis, sosiologis, tradisional dan lainnya.
Partisipasi politik adalah perilaku luar individu warga negara yang bisa diamati dan
bukan merupakan perilaku dalam yang berupa sikap atau orientasi.
Bentuk partisipasi politik dibedakan menjadi kegiatan politik konvensional
(normal dalam demokrasi modern) dan non-konvensional (legal maupun ilegal,
penuh kekerasan dan revolusioner). Budaya politik merupakan orientasi psikologis
terhadap obyek sosial yang meliputi aspek kognitif, afektif dan evaluatif yang
ditujukan kepada sistem politik secara umum. Secara praktis, budaya politik
merupakan seperangkat nilai-nilai yang menjadi dasar para aktor untuk
menjalankan tindakan-tindakan dalam ranah politik.
Latar budaya politik beraneka ragam, antara lain terdiri atas: ras, etnik, adat,
bahasa, agama dan lain sebagainya. Dengan keragaman latar budaya politik
tersebut dimungkinkan muncul sengketa politik, yang umumnya berkisar pada
kepentingan ekonomi, kekuasaan, dan masalah-masalah khusus misalnya hak-hak
warga negara. Penyelesaian persengketaan sulit dilakukan apabila hanya
mengakomodasi kepentingan salah satu kepentingan. Maka, diperlukan kesadaran
dan partisipasi politik yang bijak untuk mengatasinya.
b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah terwujudnya
praktek, maka sering disebut sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk
faktor predisposisi, yaitu : kepercayaan, keyakinan, pendidikan, motivasi, persepsi,
pengetahuan.
Faktor pendukung
Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, teredia atau tidaknya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku, sehingga disebut faktor
pendukung atau pemungkin.
Faktor pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya, yang merukapan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang penting
2. Pengertian Partisipasi Politik
Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga
banyak kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali
reformasi 1998. Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan
capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate
atau participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti
mengambilperanan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara.
Sebagai defiinisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara, secara langsung maupun tidak
langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (Public Policy). Kegiatan ini mencakup
tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau
anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct
actionnya, dan sebagainya.
Herbert McClosky seorang tokoh masalah pertisipasi berpendapat “partisipasi
politik adalah kegiatan-kegiatan suka rela dari warga masyarakat melalui mana mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum”. Hal yang diteropong terutama
adalah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan
pemerintah, sekalipun fokus utamanya lebih luas tetapi abstrak, yaitu usaha-usaha
untuk mempengaruhi alokasi nilai secara otoratif untuk masyarakat (the authoritatif
allocation of values for a society).
3. Sekilas Tentang George Herbert Mead
George Herbert Mead adalah tokoh besar dalam sejarah filsafat Amerika, salah satu
pendiri Pragmatisme bersama Peirce , James, Tufts, dan Dewey. Dia menerbitkan
banyak makalah selama masa hidupnya dan, setelah kematiannya, beberapa muridnya
menghasilkan empat buku atas namanya dari catatan dan manuskrip Mead yang belum
diterbitkan (dan bahkan belum selesai), dari catatan siswa, dan dari catatan stenografik
dari beberapa mata kuliahnya di Universitas Chicago.
Melalui pengajaran, penulisan, dan publikasi anumerta, Mead telah memberikan
pengaruh yang signifikan dalam teori sosial abad ke-20, baik di kalangan filsuf maupun
ilmuwan sosial. Secara khusus, teori Mead tentang kemunculan pikiran dan diri dari
proses sosial komunikasi signifikan telah menjadi landasan aliran interaksionis
simbolik dalam sosiologi dan psikologi sosial. Selain filsafat sosialnya yang terkenal
dan dihargai secara luas, pemikiran Mead juga memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap filsafat alam, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat antropologi, filsafat sejarah,
dan filsafat proses . Baik John Dewey maupun Alfred North Whitehead menganggap
Mead sebagai pemikir tingkat tertinggi.
4. Teori Interaksionisme Sosial Dan Teori Behavioralisme
a. Teori Interaksionisme Sosial
Teori interaksionisme sosial yang dikemukakan oleh George Herbert Mead
dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Teori tersebut menganggap bahwa organisme hidup
secara berkelanjutan sehingga organisme itu akan mengalami perubahan secara terus
menerus. Dengan dasar pemikiran tersebut, Mead melihat pikiran manusia sebagai sesuatu
yang muncul dalam proses evolusi secara ilmian. Proses evolusi tersebut memungkinkan
manusia menyesuaikan diri secara alamiah pada lingkungan yang menjadi tempat
tinggalnya.
Bagi Mead, pikiran (mind) menjadi bagian fenomena sosial, pikiran bukanlah
proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang
dipengaruhi oleh proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran dan proses sosial bukan
menjadi produk pikiran. Mead juga mengungkapkan bahwa pikiran memiliki kemampuan
untuk memunculkan tidak hanya satu respon dari diri sendiri, tetapi juga terdapat respon
komunitas secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan adanya keterhubungan antara
pikiran dengan respon terhadap organisasi tertentu. Selain diri, Mead juga mengungkapkan
mengenai teori diri (self). Baginya diri merupakan kemampuan untuk menerima diri sendiri
sebagai objek dan di lain pihak sebagai subjek.
Dalam relasi sosial, diri memegang peran sebagai objek dan subjek. Ia akan muncul
dan berkembang ketika terjadi komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Bayi yang
baru lahir belum memiliki diri karena diri dapat terbentuk dari aktivitas dan hubungan
sosial. Diri juga berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Mead juga mengemukakan
pendapat mengena masyarakat (society) bahwa proses sosial tidak ada hentinya, yang
mendahului pikiran dan diri. Masyarakat menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan pikiran dan diri. Masyarakat menjadi kumpulan tanggapan yang
terorganisis sehingga berpengaruh pada pembentukan diri.
Konsep dan Asumsi Penting Interaksi Simbolik Interaksi simbolik terdiri dari tiga
konsep penting, di antaranya sebagai berikut.
a) Pikiran (Mind)
Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan
makna sosial. Oleh sebab itu, setiap individu harus mengembangkan pikiran melalui
interaksi dengan individu lainnya.
b) Diri (Self)
Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri dari setiap individu melalui
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain. Teori interaksi simbolik ini menjadi
salah satu cabang teori sosiologi yang mengemukakan mengenai diri sendiri dan dunia
luarnya.
c) Masyarakat (Society)
Masyarakat merupakan jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, serta
dikonstruksikan oleh setiap individu di tengah masyarakat. Setiap individu tersebut terlibat
aktif dalam perilaku yang dipilih. Ia melakukannya secara sukarela. Kemudian, pada
akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.
Selain tiga hal penting di atas, interaksi simbolik juga memiliki tujuh asumsi penting.
Asumsi tersebut dikemukakan dalam buku Introducing Communication Theory: Analysis
and Application karya Richard West dan Lynn H. Turner pada 2007.
Berikut ketujuh asumsi tersebut.
1. Manusia bertindak atau memperlakukan orang lain berdasarkan makna yang
diberikan orang lain pada dirinya.
2. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretative.
4. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
5. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
6. Orang serta kelompok-kelompok dipengaruhi oleh budaya dan sosial.
7. Struktur sosial diciptakan melalui interaksi sosial.
b. Teori Behavioralisme
Menurut Mead, manusia harus dipahami berdasarkan pada apa yang mereka
lakukan. Namun, manusia punya kualitas lain yang membedakannya dengan hewan lain.
Kaum behavioris berkilah bahwa satu-satunya cara sah secara ilmiah untuk memahami
semua hewan, termasuk manusia, adalah dengan mengamati perilaku mereka secara
langsung dan seksama. Mead menolak gagasan itu, menurutnya pengamatan atas perilaku
luar manusia semata menafikan kualitas penting manusia yang berbeda dengan kualitas
alam. Pandangan behavirisme terbagi menjadi dua yaitu :
https://kumparan.com/frahazsyah-ammiqie/berpolitik-melalui-pendekatan-behavioralisme-
1whlwlqc5vR
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1861/3/4.%20BAB
https://eprints.uny.ac.id/23755/4/4.BAB%20II.pdf
https://iep-utm-edu.translate.goog/mead/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc