Anda di halaman 1dari 3

Nama : Febrina Sahara Ningsih

Prodi : Ilmu Pemerintahan


Matkul :
Dosen :

1. Pengertian partisipasi politik


Partisipasi politik secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks
politik hal ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.
Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga mendukung
keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau
ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik
adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan
keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta
dalam pelaksanaan keputusan.

Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M.Nelson partisipasi politik adalah kegiatan
warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk me
mpengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual
atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap, sporadis, secara damai atau dengan
kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.[1] Sehingga dengan partisipasi
politik tersebut, masyarakat berharap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut
dapat memberikan perubahan yang lebih baik di masyarakat. Hingga dapat
mewujudkan cita-cita negara tersebut.

2. Partisipasi politik di negara demokratis

Di negara dengan sistem politik demokrasi, partisipasi politik menjadi hak bagi
setiap warga negara. Partisipasi politik menjadi hal yang sangat penting bagi jalannya
demokrasi. Menurut Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan sukarela
dari masyarakat dalam mengambil bagian dari proses pemilihan penguasa, dan secara
langsung atau tidak, terlibat dalam pembentukan kebijakan umum. Partisipasi politik
berkaitan erat dengan kesadaran politik. Masyarakat yang berpartisipasi dalam politik
sadar bahwa tindakan mereka dapat memberikan pengaruh dalam dunia perpolitikan
dan penyelenggaraan pemerintahan. Para ahli berpendapat, partisipasi politik di negara
demokrasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Semakin banyak partisipasi masyarakat di dalam negara demokrasi pun dinilai


semakin lebih baik. Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa masyarakat
mengikuti masalah politik, memahami serta ingin terlibat dalam kegiatannya. Hal ini
juga menunjukkan bahwa pemerintah memiliki legitimasi yang tinggi. Dengan
tingginya partisipasi masyarakat, berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah dapat
mengakomodir kebutuhan masyarakat. Sebaliknya, partisipasi masyarakat yang rendah
merupakan pertanda yang kurang baik. Ini dapat menunjukkan bahwa banyak
masyarakat yang tidak peduli terhadap masalah kenegaraan. Rendahnya partisipasi
masyarakat juga menjadi tanda legitimasi pemerintah yang rendah.

Pemerintah akan menjadi kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi


masyarakat karena mereka tidak memberikan pendapat. Akibatnya, kebijakan dibuat
cenderung untuk melayani kepentingan beberapa kelompok saja. Bentuk partisipasi
yang paling mudah diukur adalah keterlibatan warga negara dalam pemilihan umum
(Pemilu). Dari hasil Pemilu, dapat diketahui jumlah warga negara yang menggunakan
suaranya untuk memilih. Namun, jumlah pemilih dalam Pemilu ini hanya gambaran
kasar terhadap partisipasi politik masyarakat. Partisipasi masyarakat masih perlu diukur
dari kegiatan lain, seperti keterlibatan dalam organisasi politik, organisasi.

3. Partisipasi politik di negara otoriter

Partisipasi politik menurut Herbert McClosky, adalah kegiatan sukarela dari


masyarakat dalam mengambil bagian dari proses pemilihan penguasa, dan secara
langsung atau tidak, terlibat dalam pembentukan kebijakan umum. Tak hanya di negara
demokrasi, partisipasi politik juga menjadi hal yang penting di negara otoriter. Apalagi,
tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum (Pemilu) dinilai dapat
memperkuat legitimasi sebuah pemerintahan di mata dunia. Hal inilah yang membuat
pemerintah di negara otoriter selalu mengusahakan agar partisipasi masyarakat dalam
Pemilu tinggi.

Partisipasi politik menjadi kegiatan yang dilakukan secara sukarela maupun tidak
karena adanya unsur paksaan, tekanan ataupun manipulasi dari kelompok tertentu. Di
negara otoriter, tujuan utama dari partisipasi politik adalah mengubah masyarakat yang
terbelakang menjadi masyarakat moderen, produktif dan berideologi kuat. Untuk
mencapai tujuan ini, perlu arahan yang ketat dari monopoli partai politik. Namun,
sistem Pemilu dalam negara otoriter, seperti komunis, berbeda dengan negara
demokrasi. Hal ini dikarenakan hanya ada satu calon untuk setiap kursi yang
diperebutkan. Para calon itu juga harus melewati penyaringan yang dilakukan partai
berkuasa.

Di luar Pemilu, partisipasi politik juga dapat diberikan melalui organisasi, seperti
golongan pemuda, buruh dan organisasi kebudayaan. Pembinaan dan pengawasan
dilakukan dengan ketat sehingga potensi masyarakat dapat dimanfaatkan sekaligus
dikontrol. Namun, negara otoriter juga menghadapi dilema dalam memperluas
partisipasi tanpa kehilangan kontrol yang menjadi hal mutlak untuk membentuk
masyarakat yang diinginkan. Kontrol yang dilonggarkan untuk meningkatkan
partisipasi politik masyarakat dikhawatirkan akan menimbulkan konflik yang dapat
mengganggu stabilitas sistem yang telah berjalan.

Anda mungkin juga menyukai