Disusun Oleh :
MPI/REG 1A
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “ETIKA ORGANISASI : Saling Menghargai, Menjaga
Kepercayaan, Kerjasama Dan Team Work” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Dadan F.
Ramdhan, M. Ag selaku dosen mata kuliah Hadits Manajemen Pendidikan yang
telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan, juga mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
A. HADITS TENTANG KERJASAMA DAN TEAMWORK DAN
TAKHRIJNYA
Hadits Pertama
»
“Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan
melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa
meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di
dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan
menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba
selama hamba itu mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
TAKHRIJ HADITS
No. Sanad Tahammul wal ada
1
Hadits Kedua
TAKHRIJ HADITS
No. Sanad Tahammul wal ada
Hadits Ketiga
»
Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang
saling memperkuat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya. (Rasulullah
SAW. sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari- jari lainnya) (HR. Bukhari)
TAKHRIJ HADITS
No. Sanad Tahammul wal ada
Hadits Keempat
TAKHRIJ HADITS
No. Sanad Tahammul wal ada
B. SYARAH HADITS
AL-KURBAH (kesempitan) ialah beban berat yang mengakibatkan
seseorang sangat menderita dan sedih. AT-TANFÎS (Meringankan) berupaya
meringankan beban tersebut dari penderita. Sedangkan AT-TAFRÎJ (upaya
melepaskan) dengan cara menghilangkan beban penderitaan dari penderita
sehingga kesedihan dan kesusahannya sirna. (Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam :
II/286).
Mujahid rahimahullah berkata, “Aku pernah menemani Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhuma diperjalanan untuk melayaninya, namun justru ia yang
melayaniku.” (Hilyatul Auliyâ : 3/326, no. 4131).
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Kami bersama
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di perjalanan. Di antara kami ada yang
berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Di hari yang panas kami berhenti di suatu
tempat. Orang yang paling terlindung dari panas adalah pemilik pakaian dan
ada di antara kami ada yang berlindung diri dari terik matahari dengan
tangannya. Orang-orang yang berpuasa pun jatuh, sedang orang-orang yang
tidak berpuasa tetap berdiri. Mereka memasang kemah dan memberi minum
kepada para pengendara kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Pada hari ini, orang-orang yang tidak berpuasa pergi dengan
membawa pahala.” (HR. al-Bukhâri No. 2890)
2. Tantangan Teamwork
a. Pembentukan teamwork mengurangi tenaga dan waktu efektif
Proses manajerial teamwork membutuhkan resource, yang
disebut process losses. Process losses adalah tenaga dan waktu yang
digunakan untuk pemeliharaan anggota-anggota tim (masuknya anggota
baru, keluarnya anggota dan lain-lain). Tenaga dan waktu yang digunakan
untuk pemeliharaan ini kadangkala cukup signifikan dibandingkan dengan
tenaga dan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang telah
direncanakan. Sehingga untuk membuat tim untuk suatu pekerjaan tertentu
harus diperhitungkan dengan matang agar tidak terjadi pemborosan tenaga
dan waktu yang diakibatkan oleh pembentukan tim. Bahkan, dalam industry
software house, penambahan anggota baru dalam tim bisa memperlambat
waktu pengerjaan proyek karena anggota baru tersebut membutuhkan waktu
untuk menyinkronisasi diri dengan anggota tim yang lain.
b. Munculnya fenomena social loafing
Social loafing adalah suatu fenomena yang terjadi ketika anggota
tim mengerahkan lebih sedikit usaha daripada ketika ia bekerja sendirian.
Hal ini masih mungkin terjadi ketika suatu tim yang besar terbentuk dan
hasil kerja secara individu cukup susah untuk dievaluasi. Social loafing
dapat dikurangi jika hasil kerja individu dalam tim lebih diperhatikan, atau
dengan kata lain, memecah tim menjadi beberapa tim yang lebih kecil.
Social loafing juga dapat dikurangi jika topic yang dikerjakan oleh tim
menarik, atau ketika setiap anggota merasa bahwa tujuan dari tim sangat
penting sehingga memotivasi mereka untuk bekerja lebih keras.
A. HADIST TENTANG SALING MENGHARGAI DAN MENJAGA
KEPERCAYAAN
Hdist Pertama
Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak
menghormati yang lebih tua.
Terhadap yang lebih tua maka hendaklah kita menghormati dan memuliakannya,
karena mereka memiliki keutamaan. Adapun terhadap yang lebih muda maka
hendaklah kita menyayangi dan lemah lembut kepadanya, karena pada diri yang
lebih muda akal dan ilmunya masih kurang. Mereka perlu dibimbing dan dipenuhi
kebutuhannya serta tidak menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan
kesalahan.
Demikianlah Islam mengajarkan akhlak mulia, saling menghormati dan
menyayangi antar sesama muslim yang membuahkan rasa persaudaraan dan
persatuan di antara kaum muslimin.
Mengapa mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara? Karena disamping
dalam rangka menghormati kedudukan mereka, keumuman orang yang lebih tua
lebih bagus dalam berbicara dibandingkan dengan yang lebih muda. Disebutkan
dalam sebuah kisah, tiga orang shahabat Nabi yang bernama ‘Abdurrahman bin
Sahl, Huwaishah bin Mas’ud dan Muhaishah bin Mas’ud mendatangi Nabi untuk
mengadukan suatu permasalahan. Setelah sampai dihadapan beliau, mulailah
‘Abdurrahman bin Sahl berbicara dan dia adalah yang paling muda di antara
mereka.
Maka Nabi pun menegurnya seraya bersabda, “ كَب ِّْر ا ْلكُب َْرHormatilah yang lebih
tua.” Yahya –salah seorang perawi hadits ini– menerangkan, “Hendaknya yang
memulai berbicara adalah yang lebih tua.” (HR. al-Bukhari no. 5677 dari shahabat
Rafi’ bin Khadij dan Sahl bin Abi Hatsmah) Kapankah yang lebih muda
diperbolehkan untuk berbicara dihadapan yang lebih tua? Al-Imam al-Bukhari
dalam kitab al-Adabul Mufrad membuat sebuah bab “Apabila yang lebih tua tidak
berbicara apakah boleh bagi yang lebih muda berbicara?”
Kemudian beliau menyebutkan sebuah kisah dari Abdullah bin Umar. Suatu hari
Rasulullah menyampaikan sebuah teka-teki,
َأ ْخب ُروني ب َش َج َرةٍ َم َث ُلهَا َم َث ُل ا ْل ُمسْلم تُؤْ تي ُأ ُك َلهَا ُك َّل حي ٍن بإ ْذن َربِّهَا َو ََل تَ ُحتُّ َو َر َقهَا
2. Mendahulukan orang yang lebih tua untuk mendapatkan tempat duduk dalam
majelis.
Rasulullah bersabda,
“Yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang berjalan kaki
mengucapkan salam kepada yang duduk dan yang sedikit mengucapkan salam
kepada yang banyak.” (HR. al-Bukhari no. 5763 dari shahabat Abu Hurairah)
“Bertakwalah kalian kepada Allah dan angkatlah yang paling tua diantara kalian
sebagai pemimpin. Karena sesungguhnya suatu kaum apabila mereka mengangkat
yang paling tua diantara mereka sebagai pemimpin, maka mereka akan mampu
menggantikan kedudukan ayah-ayah mereka. Apabila mereka mengangkat yang
paling muda diantara mereka sebagai pemimpin, maka tindakan mereka itu berarti
meremehkan orang-orang yang sebaya dengan mereka.” (HR. al-Bukhari no. 361
dalam al-Adabul Mufrad dari Hakim bin Qais bin ‘Ashim)
Di antara bentuk menyayangi orang yang lebih muda adalah:
Hadist Kedua
Artinya, “Dari sahabat Abdullah ibn Umar radliyallahu ‘anhuma, dari Nabi
ﷺ, beliau bersabda: Barangsiapa membunuh seorang mu’ahad (taat kepada
kesepakatan bersama meskipun non-Muslim), maka dia tidak akan mencium
bau surga. Sesungguhnya bau surga bisa tercium sedari perjalanan 40 tahun”
Semua yang diteladankan oleh Nabi ﷺternyata bukan turunnya azab, laknat
dan sejenisnya, melainkan justru agar diberikan hidayah (petunjuk) kepada
mereka. Inilah teladan Nabi dalam menjaga keharmonisan dalam kancah
hubungan bermasyarakat. Bayangkan seandainya doa Nabi itu berupa azab
atau doa keras lainnya! Bisa jadi umat beliau Rasulullah ﷺtidak akan
mencapai mayoritas penghuni muka bumi ini. Walhasil, jika orientasi utama
dari beberapa hujjah dalil di atas kita tarik dalam konsep keislaman dan
keindonesiaan, maka alangkah indahnya bila hujjah-hujjah semacam yang
dikedepankan. Hal ini mengingat Indonesia adalah negara damai dan bukan
menghadapi situasi perang. Dalam kondisi damai, semua warga negara
adalah berlaku sama. Hukum merupakan ujung tombak bagi berlakunya
keadilan. Inilah wajah Islam Indonesia, yaitu sebuah wajah yang ramah karena
senantiasa mengedepankan maqashid syariah berupa penjagaan terhadap hak-
hak individu/jiwa serta kehormatannya, dalam mewujudkan wajah Islam yang
ramah dalam konteks berbangsa dan bernegara