FAKULTAS DAKWAH
JEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh
Dosen pengampu mata kuliah “Manajemen Dakwah” yang berjudul “REKAYASA
SOSIAL DALAM PERSPEKTIF DAKWAH” ini tepat pada waktunya.
Adapaun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampu “ Dr. H. Misbahul Munir,MM.” pada bidang mata kuliah
Manajemen Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menanambah
wawasan tentang orientasi di dalam dakwah bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGATAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian rekayasa sosial.
2. Mengerti metode dalam rekayasa sosial.
3. Mengetahui kondisi masyarakat yang perlu direkayasa.
4. Mengetahui daya manusia sebagai agent of social change.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 942), rekayasa memiliki arti; 1)
penerapan kaidah-kaidah ilmu dalam pelaksanaan (seperti perancangan, pembuatan
konstruksi, serta pengoperasian kerangka, peralatan, dan sistem yang ekonomis dan
efisien); dan 2) rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan sebagainya
pihak lain. Sedangakan pengertian sosial dalam KBBI (2007: 1085); 1) berkenaan
dengan masyarakat; serta 2) suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong,
menderma, dan sebagainya.
Karena itu kita harus membedah permasalahan sosial dan permasalah individu
dimulai dengan menemukan cause (sebab) kemudian impacts (sebab).
Selain itu, Jalaluddin Rakhmat juga menegaskan bahwa mustahil ada perubahan
atau rekayasa sosial, jika masih terjebak dalam kesesatan berpikir dalam memandang
permasalaham sosial. Para ilmuwan menyebutnya intellectual cul-de-sac (kebuntuan
dalam pemikiran). Rakhmat (2000:23) menyebutkan ada tujuh kesalahan berpikir
dalam memandang permasalahan sosial.
Lalu, orang kedua menyatakan bahwa hal ini terjadi lantaran oran Islam tidak
diberlakukan sederajat dengan orang non-Islam. Jadi, ada perlakukan diskriminatif
terhadap orang Islam. Sampai-sampai, orang Islam sering dicoret dari program-
program pendidikan tinggi.
Orang pertama lalu menjawab lagi. “Orang Islam dicoret karena orang
meragukan kemampuan intelektualnya.” Dengan jawaban ini, kita kembali kepada
pokok permasalahan. Akhirnya perdebatan mengalir seputar itu dan terus berputar-
putar.
Selain intellectual cul-de-sac, faktor lain yang menghambat perubahan sosial
adalah mitos. Mitos adalah sesuatu yang salah tapi dipercaya banyak orang termasuk
ilmuwan. Ada dua jenis mitos sosial : mitos deviant, dan mitos trauma.
Mitos deviant menganggap bahwa masyarakat itu stabil, statis, dan tidak
berubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka itu merupakan suatu penyimpangan yang
stabil. Sedangkan mitos trauma menganggap bahwa perubahan itu menimbulkan krisis
emosional dan stres mental atau dengan kata lain jangan keluar dari zona nyaman saat
ini.
Masyarakat akan menolak perubahan apabila muncul hal-hal berikut; 1)
perubahan itu diduga mengancam basic security; 2) perubahan itu tidak dipahami
dengan hidup dan penuh ketidakpastian; 3) dirasakan adanya paksaan kepada
masyarakat; 4) dianggap bertabrakan dengan nilai atau norma yang lebih tinggi; dan
5) tidak sesuai dengan kalkulasi rasional masyarakat.
Oleh karena itu, upaya perubahan melalui rekayasa sosial ini mesti
memperhatikan dengan seksama semua aspek serta memakai perencanaan yang
matang.
B. Metode Dalam Rekayasa Sosial
Metode pertama adalah metode yang paling dasar dalam rekayasa sosial, dapat
menyelesaikan tugas penyerang secara langsung yaitu, penyerang tinggal meminta apa
yang diinginkannya: kata sandi, akses ke jaringan, peta jaringan, konfigurasi sistem,
atau kunci ruangan. Memang cara ini paling sedikit berhasil, tapi bisa sangat
membantu dalam menyelesaikan tugas penyerang. Cara kedua adalah dengan
menciptakan situasi palsu dimana seseorang menjadi bagian dari situasi tersebut.
Penyerang bisa membuat alasan yang menyangkut kepentingan pihak lain atau bagian
lain dari perusahaan itu, misalnya. Ini memerlukan kerja lanjutan bagi penyerang
untuk mencari informasi lebih lanjut dan biasanya juga harus mengumpulkan
informasi tambahan tentang target. Ini juga berarti kita tidak harus selalu berbohong
untuk menciptakan situasi tesebut, kadang kala fakta-fakta lebih bisa diterima oleh
target.
Sebagai contoh seperti ini: seorang berpura-pura sebagai agen tiket yang
menelepon salah satu pegawai perusahaan untuk konfirmasi bahwa tiket liburannya
telah dipesan dan siap dikirim. Pemesanan dilakukan dengan nama serta posisi target
di perusahaan itu, dan perlu mencocokkan data dengan target. Tentu saja target tidak
merasa memesan tiket, dan penyerang tetap perlu mencocokkan nama, serta nomor
pegawainya. Informasi ini bisa digunakan sebagai informasi awal untuk masuk ke
sistem di perusahaan tersebut dengan akun target. Contoh lain, bisa berpura-pura
sedang mengadakan survei perangkat keras dari vendor tertentu, dari sini bisa
diperoleh informasi tentang peta jaringan, perute, firewall, atau komponen jaringan
lainnya. Cara yang populer sekarang adalah melalui surel, dengan mengirim surel
yang meminta target untuk membuka lampiran yang tentunya bisa kita sisipi cacing
komputer atau kuda troya untuk membuat pintu belakang di sistemnya. Kita juga bisa
sisipkan cacing komputer bahkan dalam berkas JPG yang terkesan “tak berdosa”
sekalipun. Cara-cara tersebut biasanya melibatkan faktor personal dari target:
kurangnya tanggung jawab, ingin dipuji dan kewajiban moral. Kadang target merasa
bahwa dengan tindakan yang dilakukan akan menyebabkan sedikit atu tanpa efek
buruk sama sekali. Atau target merasa bahwa dengan memenuhi keinginan penyerang
yang berpura-pura akan membuat dia dipuji atau mendapat kedudukan yang lebih
baik. Atau dia merasa bahwa dengan melakukan sesuatu akan membantu pihak lain
dan itu memang sudah kewajibannya untuk membantu orang lain. Jadi kita bisa
fokuskan untuk membujuk target secara sukarela membantu kita, tidak dengan
memaksanya. Selanjutnya kita bisa menuntun target melakukan apa yang kita mau,
target yakin bahwa dirinya yang memegang kontrol atas situasi tersebut. Target
merasa bahwa dia membuat keputusan yang baik untuk membantu kita dan
mengorbankan sedikit waktu dan tenaganya. Riser psikologi juga menunjukkan bahwa
seseorang akan lebih mudah memenuhi keinginan jika sebelumnya sudah pernah
berurusan, sebelum permintaan inti cobalah untuk meminta target melakukan hal-hal
kecil terlebih dahulu.1
1
3. Selo Soemardjan mengungkapkan bahwa perubahan sosial adalah segala
perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial yang mempengaruhi sistem
sosialnya.
3.1 KESIMPULAN
Dalam perspektif dakwah rekayasa social merupakan strategi yang efektif dalam
mengajak manusia untuk memahami,menghayati,dan mengamalkan ajaran-ajaran
islam. Pendidikan di dunia islam dalam perkembangannya seakan mengalami
pergeseran orientasi dan pengerutan makna,karena kekeliruan umat islam sendiri
dalam memanfaatkan pendidikan yang dominan dipengaruhi kemajuan sistem
pendidikan barat dan juga paham-paham yang berkembang di dunia barat. Sehingga
ada yang memprediksikan bahwa pendidikan islam ditimpa banyak masalah,padahal
sebenarnya yang bermasalah adalah manusia atau umat islam itu sendiri dalam
memperlakukan atau memanfaatkan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA