Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoritis
1. Pembelajaran Efektif
a. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Karena ia

merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah,

mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang

tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan pembelajaran efektif

dan efisien adalah sebuah keharusan, dengan harapan proses belajar

mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Peranan

Guru bukan semata mata memberikan informasi, melainkan juga

mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai.

Menurut Hoy dan Miskel (2008 : 43), menyatakan:

Learning happens when experience produces a stable in


someone’s knowledge or behavior. The change my be intentional
or not, but toquality as learning, the change must onccur because
of experience as the individual in have interacts withhis or her
environment. Change simply due to maturation such as growing
taller or getting bald are not instances of learning. Similarly,
temporary changes duet to illness, fatigue, or short-lived
phsycaldeprivations are not part of learning, but of couse, people
do learn how to cope whit such problems.
Our definition of learning indicates that there is a change in the
individual’s behavior or knowledge. Although most experts on
learning would agreewhit this general proposition, some would
tend to emphasis behavior and others knowledge. Our position is
that learning is a complex cognitive prosess and there is no one
best explanation of learning. (Wayne K. Hoy, 2008)

Belajar terjadi ketika pengalaman menghasilkan kemantapan dalam

pengetahuan atau perilaku seseorang. Perubahan itu bisa disengaja atau

tidak, tetapi untuk kualitas pembelajaran, perubahan itu harus terjadi

karena pengalaman sebagai individu dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Perubahan hanya karena kedewasaan seperti tumbuh lebih

tinggi atau menjadi botak bukanlah contoh pembelajaran. Demikian pula,

perubahan sementara karena penyakit, kelelahan, atau kekurangan fisik

jangka pendek bukanlah bagian dari pembelajaran, tetapi karena orang

belajar bagaimana mengatasi masalah semacam itu.

Definisi tentang pembelajaran menunjukkan bahwa ada perubahan

dalam perilaku atau pengetahuan individu. Meskipun sebagian besar ahli

pembelajaran akan setuju dengan proposisi umum ini, beberapa cenderung

menekankan perilaku dan pengetahuan lainnya. Posisi kita adalah bahwa

belajar adalah proses kognitif yang kompleks dan tidak ada penjelasan

terbaik tentang belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar

dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Penyelenggaraan

pembelajaran di sekolah merupakan satu tugas utama dari sekian tugas


pendidik. Pembelajaran dapat diartikan ”sebagai kegiatan yang ditujukan

untuk membelajarkan peserta didik” (Mudjiono, 2013)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan pendidik untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan menghasilkan

perubahan yang lebih baik .

b. Konsep Pembelajaran Efektif

Dalam pendidikan, pembelajaran mengubah siswa yang belum

terdidik menjadi siswa yang terdidik. Fungsi sistem pembelajaran ada tiga

yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. “Fungsi

belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian

(yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar)

dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa” (Arif Sukadi Sadiman, 1988)

Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun

hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran

yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri

siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam

dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya.

Pada kenyataannya, berbagai teori pembelajaran menawarkan

penjelasan yang kurang lebih berguna tergantung pada apa yang akan

dijelaskan. Pada hal ini Hoy dan Miskel ( 2008 : 43 ) menekankan pada
tiga teori umum pembelajaran, dengan masing-masing fokus berbeda,

yaitu:

a. Behavioral theories of learning stress observable changes in


behaviors, skills, and habits
b. Cognitive theories of learning underscore such internal mental
activities as thinking, remembering, creating, and problem solving
c. Constructivist thories of learning are interested in how individuals
make meaningof events and ativities; hence, learning is seen as
the construction of knowledge

Dari pendapat Hoy dan Miskel tersebut dapat di jelaskan bahwa

teori pembelajaran prilaku menekankan pada perubahan yang teramati dari

prilaku, keterampilan, dan kebiasaan; teori kognitif pembelajaran

menekankan pada aktivitas mental internal seperti pemikiran, ingatan,

daya cipta, dan pemecahan masalah; dan teori pembelajaran konstruktif

memfokuskan pada cara individu memakai kejadian dan aktivitas, dengan

demikian pembelajaran dipandang sebagai kontruksi pengetahuan.

Penerapan setiap perspektif teori tersebut memiliki implikasi yang

berlainan bagi pembelajaran yang efektif.

Efektivitas merupakan derivasi dari kata efektif yang dalam bahasa

Inggris effective didefinisikan “producing a desired or intended result”

atau “producing the result that is wanted or intended” dan definisi

sederhananya “coming into use” (Hornby, 1989). Kamus Besar Bahasa

Indonesia mendefinisikan efektif dengan “ada efeknya (akibatnya,

pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil, berhasil guna

(usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh; hal

berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”. (Bahasa, 2022)


The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:108)

mendefinisikan efektivitas sebagai berikut.

“Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya


efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu
perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki,
maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan
akibat dari yang dikehendakinya itu.” (Gie...[et.al.] & editor, 1982)

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang

tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga

berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil

yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat

daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan

pengguna / client. Selanjutnya, Steers (1985) menyatakan:

“sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang


mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak
hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi
juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung
jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam
usaha mencapai tujuan.” (Steers, 1985)

Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak

hanya berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses

dalam mencapai tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam pembelajaran,

efektivitas berarti kemampuan sebuah lembaga dalam melaksanakan

program pembelajaran yang telah direncanakan serta kemampuan untuk

mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan

program dalam upaya mencapai tujuan tersebut didesain dalam suasana

yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.


Dalam ranah kajian perilaku organisasi, Steers (1985)

mengemukakan tiga pendekatan dalam memahami efektivitas.

Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan tujuan (the goal

optimization approach), pendekatan sistem (sistem theory approach), dan

pendekatan kepuasan partisipasi (participant satisfaction model).

a. Pendekatan Tujuan (the goal optimization approach)

Suatu organisasi berlangsung dalam upaya mencapai suatu tujuan.

Oleh karena itu, dalam pendekatan ini efektivitas dipandang sebagai

goal attainment/goal optimization atau pencapaian sasaran dari upaya

bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat efektifitas.

Suatu program dikatakan efektif jika tujuan akhir program tercapai.

Dengan perkataan lain, pencapaian tujuan merupakan indikator utama

dalam menilai efektivitas.

b. Pendekatan Sistem (sistem theory approach)

Pendekatan ini memandang efektivitas sebagai kemampuan organisasi

dalam mendayagunakan segenap potensi lingkungan serta

memfungsikan semua unsur yang terlibat. Efektivitas diukur dengan

meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-unsur dalam sistem untuk

mencapai tujuan.

c. Pendekatan Kepuasan Partisipasi (participant satisfaction model)

Dalam pendekatan ini, individu partisipan ditempatkan sebagai acuan

utama dalam menilai efektivitas. Hal ini didasarkan pada asumsi

bahwa keberadaan organisasi ditentukan oleh kualitas partisipasi kerja


individu. Selain itu, motif individu dalam suatu organisasi merupakan

faktor yang sangat menentukan kualitas partisipasi. Sehingga,

kepuasan individu menjadi hal yang penting dalam mengukur

efektivitas organisasi.

Dari tiga pendekatan dalam menilai efektivitas organisasi di atas,

bisa ditarik kesimpulan berkenaan dengan efektivitas pembelajaran bahwa

efektivitas suatu program pembelajaran berkenaan dengan masalah

pencapaian tujuan pembelajaran, fungsi dari unsur-unsur pembelajaran,

serta tingkat kepuasan dari individu-individu yang terlibat dalam

pembelajaran.

Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional

khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai. Ada enam ciri

pembelajaran yang efektif, yaitu :

a. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan

dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi

berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan;

b. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi

dalam pelajaran;

c. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian;

d. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan

kepada siswa dalam menganalisis informasi;

e. Orientasi pada pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan


pengembangan keterampilan berpikir;

f. Guru mengggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan

tujuan dan gaya mengajar guru.

Pembelajaran efektif merupakan salah satu instrumen yang

diharapkan dapat digunakan oleh pengelola pendidikan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan setiap sekolah. Pembelajaran efektif apabila

terjadinya perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif dan

psikomotor, menurut (Mulyasa, 2011) ada beberapa indikator

pembelajaran efektif, yaitu:

No. Tahapan Kegiatan KBM


a. memulai pembelajaran yang diketahui
1 Apersepsi oleh siswa
b. memotivasi Siswa
2 Eksplorasi Siswa diarahkan untuk mengenal
bahan dan mengkaitkan dengan
pengetahuan yang dimiliki
3 Konsolidasi a. Mengaktifkan siswa
pembelajaran b. Mengkaitkan dengan kehidupan siswa

4 Pembentukan Melalui kompetensi bertanya


kompetensi
sikap dan prilaku
5 Penilaian formatif Test tulis dan test lisan

Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahw pembelajaran

efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh keterampilan-

keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan

pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajran dikatakan

efektif apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif

dan psikomotor.
2. Fasilitas Pembelajaran
a. Pengertian Fasilitas Pembelajaran

Menurut Suharsimi Arikunto (1987) dalam Wahyu Sri Ambar

Arum, sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam

proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan

lancar, teratur, efektif dan efisien. (Arum, 2007)

Standar sarana menurut Permendiknas No.24 tahun 2007

mencakup: “Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar

lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain

yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah”.

E. Mulyasa menjelaskan bahwa fasilitas pembelajaran adalah

peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan

menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar

mengajar, seperti gedung, ruang kelas, buku, perpustakaan,

laboraturium, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran lainnya.

(Mulyasa, 2011)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dijelaskan bahwa

fasilitas pembelajaran adalah perlengkapan belajar yang langsung

maupun tidak langsung yang dapat digunakan guru untuk

memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar

siswa. Dengan adanya fasilitas pembelajaran yang sudah memadai,

akan mempengaruhi kreativitas sesorang guru pula dalam proses


pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan.

b. Macam-Macam Fasilitas Pembelajaran

Menurut B.Suryosubroto, fasilitas pembelajaran di bedakan

menjadi 3 macam yaitu: alat pelajaran, alat peraga, media pengajaran.

(Suryosubroto, 2004)

1) Alat pelajaran

Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat digunakan scara

langsung oleh guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar.

Seperti buku tulis, buku paket, buku penunjang (LKS), papan tulis,

penggaris papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja dan kursi

belajar, dan alat-alat praktek.

2) Alat peraga

Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran,

dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang paling kongkrit

sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian

pengertian kepada siswa. Seperti atlas, globe, patung peraga, materi

RPP, silabus, peta topografi dunia, peta topografi pulau, kerangka

model pembelajaran, dan pengukur panjang kurva. Dengan pengertian

ini, maka alat pelajaran dapat termasuk dalam lingkup alat peraga.

3) Media pembelajaran
Media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara

dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan

efisiensi pendidikan. (Suharsimi Arikunto, 2012)

Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam

yaitu, sebagai berikut:

a) Media audio, seperti radio, tape recorder.

b) Media visual, seperti gambar grafik, diagram, bagan-bagan.

c) Media audio visual, seperti infokus, film, video, televisi.

Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media,

bertujuan untuk mencapai sasaran pendidikan dan kurikulum pendidikan

dan untuk mengetahui fungsi mental apa yang dituju dalam pendidikan.

3. Konsep Kinerja Mengajar Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Padanan kata kinerja dalam bahasa Inggris adalah performance,

sedangkan arti performance adalah sesuatu hasil yang telah dikerjakan.

Menurut Mahsun (2006: 25), kinerja (performance) adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,

dan visi organisasi yang tertuang dalam strategeic planning suatu

organisasi. (Mahsun, 2006) Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell

et al. yang dikutip Cascio (1998: 43) bahwa “Performance may be

defined as observable things people do that are relevant for the goals of

the organization…” kinerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang


dapat diamati, hal itu sesuai dengan tujuan-tujuan organisasi.

(RORIMPANDEY, 2020)

Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau

tingkat keberhasilan, baik individu maupun kelompok individu.

Menurut The Scribner-Bantan English Dictionary, terbitan Amerika

Serikat dalam Rorimpandey, 2020 istilah performace berasal dari akar

kata to perform yang mempunyai berapa entries sebagai berikut.

a) To do or carry out; execute

b) To discharge or fulfill; as a vow

c) To portray, as a character in a play

d) To render by the voice or a musical instrumen

e) To execute or complete an undertaking

f) To act a part in a play

g) To perform music

h) To do what is expected of a person or machine

Arti dari “entries” tersebut adalah:

a) Melakukan, menjalankan, melaksanakan

b) Memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar

c) Menggambarkan suatu karakter dalam suatu permainan

d) Menggambarkannya dengan suara atau alat musik

e) Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab

f) Melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan

g) Memainkan (pertunjukkan) musik


h) Melakukan sesuatu yang diharapkan dari seseorang atau mesin.

Dalam hubungannya dengan penelitian ini, arti yang paling

cocok dan tepat, yaitu 1), 2), 5), dan 8), yakni melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya

dengan hasil seperti yang diharapkan.

Dari penjelasan tersebut dapat dirangkum bahwa kinerja bukan

sekedar kompetensi, melainkan kompetensi plus motivasi atau

komitmen untuk mengerjakan tugas dan berkembang. Dengan kata

lain, kinerja adalah perwujudan kompetensi yang mencakup

kemampuan, motivasi untuk menyelesaikan tugas dan motivasi untuk

berkembang serta motivasi untuk mengelola kondisi lingkungan.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001: 82)

faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka,

2. Motivasi,

3. Dukungan yang diterima,

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan

5. Hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang

memengaruhi kinerja antara lain:

a. Faktor kemampuan

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).


Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang

sesuai dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi

yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan

kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong

seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Sutermeister dalam Putri Anggreni (2006: 67) mengatakan

bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.

1) Motivasi

Motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan (kebutuhan,

kehendak, keinginan dan daya kekuatan lain yang mau

memberikan dorongan) untuk menggerakkan individu

melakukan suatu tingkah laku tertentu.

2) Kemampuan

a. Pengetahuan: pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan minat

kesetiaan (interest loyalty).

b. Keahlian: kecakapan/bakat dan kepribadian. suasana

3) Keadaan/Kondisi Sosial

1. Organisasi formal: struktur organisasi, kepemimpinan,

efisiensi organisasi, kebijakan personalia (antara lain:


jadwal pekerjaan, job design, recruitment, seleksi dan

penempatan karyawan, pelatihan).

2. Organisasi formal: ukuran kelompok, keterpaduan dalam

kelompok, tujuan kelompok.

3. Kepemimpinan: hubungan dengan bawahan, keahlian,

perencanaan dan pengembangan teknis, tipe kepemimpinan.

4. Serikat kerja.

4) Lingkungan kerja: pencahayaan ruang kerja, suhu udara,

saluran udara, waktu istirahat, dan keamanan kerja.

5) Kebutuhan individu: sosial psikologi, egoistis.

6) Pengembangan teknologi: bahan baku, layout pekerjaan, dan

metode kerja.

Jadi dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat

selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan

suatu manajemen kinerja (performance management). Di bawah ini

akan dibicarakan tentang manajemen kinerja guru.

Manajemen kinerja dapat diartikan sebagai proses komunikasi

yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara

seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi

kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai

pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya,

ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan,


sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi

organisasi, manajerial, dan karyawan.

Indikator kinerja menurut Mangkunegara (2017:75) dalam

Septian Ragil Anandita, Mohammad Baharudin, & Wisnu Mahendri

antara lain sebagai berikut:

1) Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan

mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan;

2) Kuantitas kerja adalah seberapa lama seseorang pegawai bekerja

dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan

kerja setiap pegawai itu masing-masing;

3) Pelaksanaan tugas adalah seberapa jauh pegawai mampu

melakukan pekerjaanya dengan akurat atau tidak ada kesalahan;

4) Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan

kewajiban pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan

perusahaan. (Septian Ragil Anandita, 2021)

Jika kita kaitkan dengan guru sebagai pribadi utama dalam

kegiatan proses belajar mengajar dapat di definisikan menurut Barnawi

dan Arifin (2014) bahwa kinerja guru merupakan tingkatan

keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai

dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja

(Arifin, 2012). Rachmawati dan Daryanto (2013) mendefinisikan

kinerja guru yaitu “kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaannya”. (Tutik Rachmawati, 2013),


Dan sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat

Al Kahf ayat 66:

َ ‫ُك َع ٰلٓى اَ ْن تُ َعلِّ َم ِن ِم َّما ُعلِّ ْم‬


‫ت ُر ْشدًا‬ َ ‫ال لَهٗ ُم ْو ٰسى هَلْ اَتَّبِع‬
َ َ‫ق‬
Artinya: "Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar
engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan
kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (QS. Al-Kahf 18:Ayat 66)

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan


dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian
tujuan pendidikan kususnya di dalam kelas. Menurut Jackson (2017)

“Teachers are the heart of classroom instruction, so they are


key to learners’ productivity and hence to society’s efficiency.
Teachers’ effectiveness depends on their competence, both
academic and pedagogical, as well as a correlation between
their training and skills and their position, workload, and work
encouragement”.

Oleh karena itu kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan

dan dievaluasi guna kemajuan mutu sekolah tempat dia bekerja. Hal ini

tercantum dalam UU no 14 Tahun 2005 pasal 35 ayat 1 yang

menyatakan bahwa beban kerja guru memiliki tugas utama yaitu

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai

hasil pembelajaran.

1. Merencanakan Pembelajaran

Rencana pembelajaran harus dilaksanakan semaksimal mungkin

untuk hasil yang baik. Dirjen PMPTK (2008) menyatakan bahwa

guru wajib membuat Rencana Pelaksaaan Pembelajaran dengan

langkah – langkah sebagai berikut : (1) mengisi kolom identitas;

(2) menetukan alokasi waktu; (3) Menetukan SK, KD dan indikator

yang akan digunakan; (4) Merumuskan tujuan pembelajaran, (5)


Menetukan karakter siswa yang akan di kembangkan; (6)

Mengidentifikasi materi ajar; (7) menetukan Metode pembelajaran;

(8) merumuskan langkah – langkah pembelajaran; (9) Menetukan

alat/ bahan/ sumber belajar yang digunakan; (10) menyusun kriteria

penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran dan

lain – lain.

2. Melaksanakan Pembelajaran

Menurut Dirjen PMPTK (2008), Pelaksanaan pembelajaran

merupakan kegiatan tatap muka yang sebenarnya karena terjadi

interaksi edukatif antara peserta didik dan guru. Kegiatan ini adalah

inti dari penyelenggaraan pendidikan yang ditandai adanya

kegiatan pengolahan kelas, penggunaan media dan sumber belajar,

dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran (Arifin, 2012)

3. Menilai Hasil Pembelajaran

Menurut (Rusman, 2011) Penilaian hasil belajar dilakukan oleh

guru untuk mengukur tingkat ketercapaian kemampuan siswa dan

digunakan sebagai ringkasan kemajuan belajar siswa. Penilaian

dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram melalui tes

tertulis dan lisan dan non tes, LKS, pengukuran sikap, tugas,

produk, portofolio, dan penilaian produk kerja berupa penilaian

diri.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain yang

relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :


DAFTAR PUSTAKA

Arif Sukadi Sadiman, S. S. (1988). Beberapa aspek pengembangan sumber belajar.


Jakarta : Mediyatama Sarana.

Arifin, B. &. (2012). Kinerja guru profesional : instrumen pembinaan, peningkatan &
penilaian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arum, W. S. (2007). Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: CV. Multi
Karya Mulia.

Bahasa, B. P. (2022, Oktober). KBBI Daring. Retrieved Maret 25, 2023, from
kbbi.kemdikbud: https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Gie...[et.al.], T. L., & editor, P. W. (1982). ENSIKLOPEDI administrasi penyusun. Jakarta:


Gunung Agung.

Hornby, A. S. (1989). Oxford learner's pocket dictionary. Oxford: Oxford University Press.

Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Mudjiono, D. &. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Mulyasa, E. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Stategi dan Implemantasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

RORIMPANDEY, W. H. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA GURU


SEKOLAH DASAR . Malang: Ahlimedia Press.

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru.


Rajawali Press.

Septian Ragil Anandita, M. B. (2021). PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN


PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP. JIP: Jurnal Inovasi Pendidikan, 727-734.

Steers, R. M. (1985). Managing Effective Organizations. Kent Publishing.

Suharsimi Arikunto, d. L. (2012). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tutik Rachmawati, D., & editor, S. A. (2013). Penilaian kinerja profesi guru dan angka
kreditnya. Yogyakarta: Gava Media.

Wayne K. Hoy, C. G. (2008). EDUCATIONAL ADMINISTRATION Theory, Research, and


Practice. Singapore: The McGraw Hill companies.

Anda mungkin juga menyukai