Anda di halaman 1dari 18

1.

Pengertian Komunikasi
Secara etimologis,komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Cum, yang
berati dengan atau bersama dengan , dan kata units yang berarti satu. Dua kata tersebut
menjadi kata Communio yang dalam bahasa Inggris disebut Communion
berarti kebersamaan, hubungan, persekutuan gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena
untuk bercommunio diperlukan upaya atau usaha, maka kata tersebut dibuat kata
kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseoran, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang,
bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi komunikasi berarti
pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan (Hardjana, 2003)
Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu kata yang
mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa, membujuk,
mengajar, dan negosiasi.
1. Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang mutlak harus dipenuhi, yaitu
1. Komunikator/sender/pengirim, yaitu orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa perorangan, kelompok,
atau organisasi pengirim berita.
2. Komunikan/Receiver/Penerima, yaitu partner/rekan dari komunikator dalam
komunikasi. Sesuai dengan namanya komunikan berperan sebagai penerima
berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima selalu bergantia
sepanjang pembicaraan.
3. Channel/Saluran/Media, yaitu saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan
komunikator kepada komunikan atau jalan yang dilalui feedback komunikan
kepada komunikator yang digunakan oleh pengirim pesan.
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi mempunyai dua model yaitu ;
a. Model Linier, yaitu sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus dimana proses
komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan.
b. Moden Sirkuler, yaitu suatu proses komunikasi yang ditandai dengan adanya arus dari
orang atau kelompok kepada orang atau kelompok lainnya melalui umpan
balik/feedback, kembali keorang semula, membuat loop.balikan atau putaran penutup.
3. Bentuk-bentuk komunikasi
Secara garis besar komunikasi dapat dibagi menjadi :
a. Komunikasi verbal, informasi disampaiak secara verbal atau lisan. Proses secara lisan
inilan yang dinamakan dengan berbicara. Kualitas proses komunikasi verbal ini sangat
ditentukan dengan intonansi suara dan ekpresi raut muka serta gerakan-gerakan tubu
atau body language.
b. Komunikasi non verbal, informasi disampaikan denga menggunakan isyarat, gerak
gerik, suatu barang, waktu, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukkan
suasana hati atau perasaan pada saat tertentu.
Dalam proses komunikasi tidak jarang terjadi gangguan (noise) yang disebabkan oleh berita
yang disampaikan tidak jelas, sehingga penerima berita mengartikannya tidak secara
menyeluruh, atau gangguan lain yang mempengaruhi media komunikasi.
Alur Komunikasi
1. Alur komunikasi kebawah
Komunikasi kebawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para
pimpinan kepada bawahannya.Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk
menyampaikan pesan–pesan yang bersifat tugas-tugas dan pemeliharaan.Pesan tersebut
biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah,pertanyaan dan
kebijaksanaan umum. Menurut Lewis (dalam Muhammad,2009:108) komunikasi
kebawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap,membentuk
pendapat, mengurangi kekuatan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi,
mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dalam mempersiapkan anggota
organisasi untuk menyesuaikan diri dari perubahan.
Menurut Parwianto (2012) fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
1. Pembuatan instruksi kerja.
2. Penjelasan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan.
3. Penyampaian informasi mengenai peraturanperaturan yang berlaku.
4. Pemberian motivasi.
2. Alur Komunikasi keatas
Komunikasi ke atas adalah pesan yag mengalir dari bawahan kepada atasan atau
dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam
suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin
berkomunikasi ke atas.Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan,
memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.Komunikasi ini mempunyai efek pada
penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan.
Menurut Parwianto (2012) fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
1. Pelaporan tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
2. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak
dapat diselesaikan.
3. Penyampaian saran perbaikan.
4. Penyampaian keluhan.
Faktor penghambat mendapatkan informasi ke atas Menurut Sharma (dalam Muhammad,
2009:118) mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya:
1. Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.
2. Pemimpin tidak merespon masalah-masalah pada mereka dan bahkan menahan beberapa
komunikasi ke atas, karena akan membuat pemimpin kurang baik menurut pandangan atasan
yang lebih tinggi
3. Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas.
4. Perasaan karyawan bahwa pemimpin tidak dapat menerima dan berespon terhadap apa yang
dikatakan oleh karyawan.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas. Disamping sulitnya mendapatkan
komunikasi ke atas, komunikasi yang disampaikan itu pun belum tentu efektif karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Muhammad (2009:119) faktorfaktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan pembuat keputusan pengolahan, apabila pesan
itu disampaikan tepat pada waktunya dan sesusai dengan kebutuhan.
2. Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika komunikasi itu langsung mendukung
kebijakasanaan yang baru.
3. Komunikasi ke atas memungkinkan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada
penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu/ masalah yang sedang dihadapi untuk
menentukan solusi yang tepat.
4. Komunikasi ke atas akan lebih efektif apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara
intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju.
Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat
keputusan karena dengan adanya komunikasi ini pemimpin dapat mengetahui bagaimana
pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai temantemannya
yang sama bekerja dan mengenai organisasi. Pentingnya komunikasi ke atas maka organisasi
perlu memprogramnya secara baik
Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orangorang yang sama
tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Peran yang mengalir menurut fungsi dalam
organisasi diarahkan secara horizontal.Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas
atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik,dan
saling memberikan informasi.
Menurut Daft (2010:435-436) komunikasi horizontal dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
1. Pemecahan masalah dalam departemen Komunikasi ini dilakukan oleh para
anggota/pustakawan yang sama dan menyangkut penyelesaian tugas. Misalnya: para
pustakawan berkomunikasi untuk membantu menyelesaikan tugas dari atasan.
2. Inisiatif perubahan dan perbaikan Komunikasi ini bertujuan untuk membagikan informasi
kepada berbagai tim dalam departemen yang membantu organisasi berubah, berkembang, dan
mengalami peningkatan. Misalnya: para pustakawan sedang berdiskusi untuk mengembangkan
perpustakaan itu sendiri kendala-kendala yang ada dilapangan.
3. Komunikasi antar departemen Komunikasi antar departemen memfasilitasi penyelesaian
proyek-proyek atau tugas-tugas gabungan yang ditujukan kepada anggotanya/pustakawan
untuk pengembangan perpustakaan itu sendiri.
Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara anggota
dalam organisasi. Hal ini dikarenakan struktur organisasi mempunyai lebih banyak
bagianbagian dan setiap individu semakin mempunyai spesialisasi tertentu, kebutuhan akan
koordinasi bagian.
Komunikasi Informal(Desas Desus)
Bila anggota dengan yang lainnya berkomunikasi tanpa memperhatikan posisi mereka
dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke
atas ke bawah ataupun secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi. Hal ini
dikarenakan komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi
diantara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat dipikirkan maka informasi
ini sering disebut dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin
(Muhammad,2009:124).Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk
menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan
komunikasi formal. Informasi yang diperoleh dari desasdesus (grapevine) adalah yang
berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang bukan apa yang
diumumkan oleh yang berkuasa.
Walaupun grapevine membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi
organisasi.Grapevine memberi balikan kepada pemimpin mengenai sentiment
karyawan.Dengan adanya jaringan komunikasi informal karyawan dapat menyalurkan ekspresi
emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa ditekan. Grapevine
dapat membantu menerjemahkan pengarahan pemimpin ke dalam bahasa lain yang mudah
dipahami oleh anggota. Efek dari grapevine yang negatif dapat dikontrol oleh pemimpin
dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti, dan sensitif
terhadap komunikasi ke atas, ke bawah, dan horizontal (Muhammad,2009:127).Hubungan
yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya sangat krusial untuk mengkontrol
informasi informal.Pemimpin hendaknya membiarkan anggotanya mengetahui bahwa mereka
menerima dan memahami informasi grapevine, khususnya yang berkenan dengan pernyataan
perasaan karyawan walaupun informasi itu tidak lengkap dan tidak benar.
Komunikasi Yang Effektif Endang Lestari G, SH.MM dan Drs. MA. MAliki, M.Ed
LAN RI -2006

Arus Komunikasi Dalam Organisasi


Katz dan Kahn (1965:223) mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus
informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Menurut Katz
dan Kahn, organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari
lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis kepada lingkungan.
Goldhaber dalam Arni Muhammad (2001:66) memberikan definisi komunikasi organisasi
sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah. Greebaunm dalam Arni (2001:67) mengatakan bahwa bidang komunikasi
organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi.

Secara umum, komunikasi organisasi dapat dibedakan atas komunikasi formal dan komunikasi
informal. Komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan
yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Sedangkan komunikasi informal tidaklah
direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari
interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal
ini adalah berita-berita dari mulut ke mulut mengenai diri seseorang, pimpinan, maupun
mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia.
1. Komunikasi formal
Bila pesan mengalir melalui jalur resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi
atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu berada dalam jalur komunikasi formal.
Adapun fungsi penting sistem komunikasi formal menurut Liliweri (1997: 294) adalah
sebagai berikut:
1. Komunikasi formal terbentuk sebagai fasilitas untuk mengkoordinir kegiatan,
pembagian kerja dalam organisasi.
2. Hubungan formal secara langsung hanya meliputi hubungan antara atasan
dengan bawahan. Komunikasi langsung seperti ini memungkinkan dua pihak
berpartisipasi umpan balik dengan cepat.
3. Komunikasi formal memungkinkan anggota dapat mengurangi atau menekan
waktu yang akan terbuang, atau kejenuhan produksi, mengeliminasi
ketidaktentuan operasi pekerjaan, termasuk tumpang tindihnya tugas dan
fungsi, serta pembaharuan menyeluruh yang berdampak pada efektivitas dan
efesiensi.
4. Komunikasi formal menekankan terutama pada dukungan yang penuh dan kuat
dari kekuasaan melalui struktur dan hierarkis.
Bertinghaus (1968) menyebutkan paling tidak ada 3 bentuk komunikasi formal, yaitu
yang berdasarkan: (1) arah yang dituju: vertikal, horizontal/lateral (2) sifat, tipe jaringan
komunikasi disesuaikan dengan tugas, misalnya pelaporan, perintah, pengarahan atau
perlindungan dan kepenasihatan, dan (3) keformalan (sisi formal), sejauh mana alur
komunikasi dibatasi oleh kewenangan. Jika dilihat dari arah yang dituju, pesan dalam
komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas secara
vertikal dan dari tingkat yang sama atau secara horizontal dan komunikasi lintas-
saluran. Secara skematis, arah informasi dalam komunikasi organisasi dapat
digambarkan oleh Gambar 3.
Komunikasi vertikal
Bentuk jaringan komunikasi vertikal terdiri atas vertikal dari atas dan dari bawah. Dalam
komunikasi vertikal, pesan bergerak sepanjang saluran vertikal melalui dua arah, dari atas dan
dari bawah.
Gambar 3: Arah Komunikasi Organisasi
Sumber: Pace & Faules (2001: 184)
Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan
berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita
beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai, namun, dalam
organisasi kebanyakan, hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis dalam Pace,
1988:184). Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan
dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebijaksanaan umum. Menurut
Lewis (1987) dalam Arni Muhammad (2001:108), komunikasi ke bawah adalah untuk
menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan
kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang
informasi dna mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Katz dan Kahn (1966) menyebutkan ada 5 jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari
atasan kepada bawahan yaitu:
1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
4) informasi mengenai kinerja pegawai
5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan dipengaruhi oleh faktor-faktor;
keterbukaan, kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang berlebihan, waktu,
penyaringan.
Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat
yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi. Semua anggota dalam sebuah
organisasi, kecuali mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas,
yakni setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi kepada
seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang
diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan
esensi komunikasi ke atas.
Menurut Pace & Faules (2001:190) komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan:
1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan
orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka
siap menerima informasi dari mereka dan seberapa bail bawahan menerima apa
yang dikatakan kepada mereka (Planty & Machaver, 1953).
3. Komunikasi ke atas memungkinkan –bahkan mendorong- omelan dan keluh
kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu
mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976).
4. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan
memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty &
Machaver, 1952).
5. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka
dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan
organisasi tersebut (Harriman, 1974).
Komunikasi horizontal
Komunikasi dalam organisasi, juga berlangsung diantara anggota-anggota organisasi yang
menduduki posisi-posisi yang sama tingkat otoritasnya, komunikasi jenis ini dinamakan
komunikasi horizontal.
Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini
biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi,
pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Pace & Faules
(2001: 195) menyatakan tujuan komunikasi horizontal sebagai berikut:
1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para kepala bagian dalam suatu
organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan, untuk
mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam
mencapai tujuan organisasi.
2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. Ide dari banyak orang
biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi
horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik.
3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam
tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah
akan menambah kepercayaan dan moral para anggota.
4. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila perubahan dalam suatu
organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit
organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan ini. Untuk ini
mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari
kesepakatan terhadap perubahan tersebut.
5. Mengembangkan dukungan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu
kerja karyawan berinteraksi dengan temannya, maka mereka memperoleh
dukungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan
diantara sesame karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja
kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional
karyawan.
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis kontak antar persona.
Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis. Komunikasi horizontal paling sering terjadi
dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan
catatan kegiatan sosial dan kelompok mutu. Komunikasi horizontal sangat penting untuk
koordinasi pekerjaan antara bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu
sendiri mungkin menghalangi komunikasi horizontal. Struktur organisasi yang mempunyai
lebih banyak bagian-bagian dan setiap individu makin mempunyai spesialisasi tertentu,
kebutuhan akan koordinasi bagian-bagian menambah komunikasi horizontal. Komunikasi
horizontal bertambah karena kekuasaan atas otoritas sentralisasi menjadi berkurang.
Komunikasi lintas saluran
Komunikasi lintas lintas saluran merupakan salah satu bentuk komunikasi organisasi dimana
informasi diberikan melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja, dan diantara
orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan. Baik
komunikasi horizontal maupun komunikasi lintas saluran mencakup hubungan lateral yang
penting bagi komunikasi organisasi yang efektif. Hal tersebut berkaitan dengan komunikasi
posisional yang meliputi aliran informasi antara orang-orang yang menduduki jabatan-jabatan
dalam organisasi, baik dari posisi yang sama ataupun yang berlainan. Keadaan tersebut
menghasilkan satu jaringan komunikasi pribadi atau lebih. Komunikasi posisional biasanya
diartikan sebagai komunikasi formal, sedangkan komunikasi pribadi dinamakan komunikasi
informal yang akan dipaparkan dalam bagian berikut ini.
1. Komunikasi informal
Menurut Pace & Faules (2001: 199) bila anggota organisasi berkomunikasi dengan
yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, pengarahan arus
informasi bersifat pribadi, disebut jaringan komunikasi informal. Pengertian tersebut
mengisyaratkan ada dua faktor dalam jaringan komunikasi informal, yaitu sifat
hubungan atau format interaksi dan arah aliran informasi. Untuk sifat hubungan adalah
hubungan pribadi yang termasuk hubungan antar persona, dan arah aliran informasi
bersifat pribaid yang muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir ke
seluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan, dikenal dengan desas-desus (grapevine)
atau kabar angin.
Sumber : Artikel “Hakikat Komunikasi Organisasi” oleh Chairul Furqon.

Hambatan-Hambatan Pada Komunikasi Yang Efektif


 Penyaringan (filtering)
Bertujuan untuk memanipulasi informasi oleh si pengirim sehingga si penerima akan
melihatnya menjadi lebih menguntungkan. Level yang semakin vertical dalam hierarki
organisasi, maka akan semakin membuka banyak kesempatan untuk melakukan
penyaringan. Tetapi beberapa penyaringan alur terjadi di mana pun yang terdapat
perbedaan status. Misalnya, factor ketakutan untuk menyampaikan berita buruk dan
keinginan untuk menyenangkan bos sering kali mengarahkan para pekerja untuk
memberitahukan kepada atasan mereka apa yang menurut pendapat mereka ingin didengar
oleh atasan mereka sehingga mengganggu komunikasi ke arah atas.
 Pemilihan Persepsi
Merupakan hal penting sebab para penerima dalam proses komunikasi melihat dan
mendengar secara selektif berdasarkan pada kebutuhan mereka, motivasi, pengalaman,
latar belakang, dan karakteristik personal lainnya. Para penerima juga memproyeksikan
ketertarikan dan ekspektasi mereka kedalam komunikasi seperti mereka akan menguraikan
isi pesan mereka. Kita tidak melihat pada realitas; kita menginterpretasikan apa yang kita
lihat dan menamainya realitas.
 Informasi yang Berlebihan
Merupakan proses dimana pemrosesan data/informasi melebihi batas kapasitas yang di
miliki. Merupakan suatu tantangan yang dapat anda kelola- pada beberapa derajat- dengan
mengikuti tahap-tahap yang ditekankan sebelumnya. Kita telah meninjau berbagai cara
untuk mengurangi waktu yang dihabiskan untuk e-mail. Lebih umum, sebagaimana yang
diperlihatkan oleh studi yang dilakukan oleh intel, beralasan untuk terhubung dengan
teknologi dengan tidak terlalu sering. Sebagaimana teknologi informasi dan komunikasi
langsung telah menjadi sebuah komponen yang lebih lazim dalam kehidupan organisasi
modern semakin banyak pekerja yang mendapati bahwa mereka tidak pernah dapat terpisah
dari komunikasi secara online. Dampak negative dari perangkat komunikasi ini dapat
meluap ke dalam kehidupan pribadi para pekerja pula. Baik para pekerja, dan pasangan,
kedua-duanya terhubung dengan penggunaan teknologi komunikasi elektronik di luar kerja
hingga level konflik kerja dengan kehidupan yang semakin tinggi.
 Emosi
Seseorang dapat menginterpretasikan pesan secara berbeda ketika marah atau putus asa
dibanding ketika bahagia. Contoh para individu yang berada dalam suasana hati positif
lebih percaya diri mengenai opini mereka setelah membaca sebuah pesan yang persuasif,
sehingga argument yang dirancang dengan baik akan memiliki dampak yang lebih kuat
pada opini mereka. Orang-orang yang berada dalam suasana negative lebih cenderung
untuk mengkritisi pesan dengan lebih terperinci. Sedangkan mereka yang berada dalam
suasana positif cenderung menerima komunikasi begitu saja. Emosi yang ekstrem berisiko
menghalangi komunikasi yang efektif, kita akan sangat rentan terhadap pengabaian
rasional dan proses berpikir kita yang objektif dan berganti dengan penilaian secara
emosional.
 Bahasa
Ketika kita berkomunikasi dalam Bahasa yang sama, kata-kata dapatberarti hal-hal yang
berbeda dengan orang lain. Factor utama yang mempengaruhinya yaitu Umur dan Konteks,
jika kita mengetahui bagaimana masing-masing dari kita memodifikasi Bahasa, kita dapat
meminimalkan kesulitan dalam komunikasi, tetapi kita biasanya mengetahuinya. Para
pengirim cenderung untuk mengasumsikan kata-kata dan istilah-istilah dengan tidak tepat
yang mana mereka pergunakan arti yang sama dengan yang mereka gunakan kepada
penerima.
 Keheningan
Keheningan mengacu pada deskriminasi, gangguan, korupsi, dan kelakuan buruk yang
berarti bahwa para manajemen puncak tidak dapat mengambil tindakan untuk
menghilangkan perilaku ini. Para pekerja yang berdiam diri dengan permasalahan yang
penting juga dapat berarti sedang mengalami tekanan secara psikologis. Keheningan
berkurang dimana opini dari kaum minoritas diperlakukan dengan hormat, identifikasi
kelompok kerja tinggi, dan keadilan procedural yang tinggi yang menang. Salah satu
tindakan yang mengabaikan seorang pekerja untuk mengekspresikan perhatiannya akan
mengarahkan pekerja untuk menahan komunikasi yang penting pada masa mendatang.
 Kekhawatiran Komunikasi
Kekhawatiran dalam komunikasi secara lisan menghindari situasi, misalnya mengajar,
yang mana komunikasi lisan merupakan suatu syarat yang dominan. Menjadi pusat
perhatian yang lebih besar adalah bukti bahwa kekhawatiran komunikasi lisan yang tinggi
dapat memutarbalikkan tuntutan komunikasi atas pekerjaan mereka agar supaya
meminimalkan kebutuhan komunikasi.
 Berbohong
Hambatan terakhir terhadap komunikasi efektif adalah kesalahan penyajian atas informasi
secara sekaligus, atau berbohong. Permasalahannya adalah tidak terdapat isyarat secara
verbal atau non verbal yang khas mengenai kebohongan-menghindari pandangan anda,
berhenti sejenak, dan menggeser postur tubuh anda juga dapat sebagai pertanda dari
kegelisahan, perasaan malu, atau keraguan. Sebagian besar orang yang berbohong akan
mengambil langkah untuk melindungi dari dideteksi, sehingga mereka akan melihat pada
pandangan mata dari seseorang ketika berbohong karena mereka mengetahui bahwa kontak
mata secara langsung dapat di asumsikan sebagai tanda dari keadaan yang sebenarnya.
Hambatan-Hambatan Komunikasi Efektif
Menurut Ron Ludlow dan Fergus Fanton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992, p.10-11) (Ahmad kurnia, SPd, MM :
Komunikasi Tidak Efektif, 2011):
1. Status Effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah
yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan
aspirasinya atau pendapatnya
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan.
3. Perceptual Distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada
diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang
lain.
4. Cultural Diffences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan
lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang
berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku.

5. Physical Distraction
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya
komunikasi.
6. Poor Choice of Communication Channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi.

7. No Feed Back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak
adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah
yang sia-sia.
(Ahmad Kurnia, SPd, MM : Komunikasi Tidak Efektif, Jawa Barat, Indonesia, 2011)
Strategi Meningkatkan Komunikasi Efektif
Untuk membantu meningkatkan komunikasi efektif dalam kondisi organisasi yang
berubah dan berkembang, yang pertama menjadi perhatian adalah pada proses
berlangsungnya komunikasi. Kesadaran bahwa komunikasi yang efektif sangat berperan
dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Berkomunikasi tidak hanya melalui
penggunaan metode yang tepat, tetapi konten dari komunikasi yang disampaikan. Dimensi
strategis komunikasi tidak semata-mata mendengarkan tetapi juga pada proses kegiatan
reflektif pada cara berkomunikasi yang professional (Invernizzi et all.; 2005). Baik dari si
pemberi pesan dan penerima pesan. Jika proses komunikasi berjalan baik, maka hasilnya
akan baik. Unsur yang perlu diperhatikan antara lain Keterbukaan, Empati, Dukungan, dan
Kesamaan.
(Invernizzi, Prof. Emanuele and Romenti, Dr. Stefania, PhD.; Strategic Communication
and Decision-Making Processes Toward the Communication Oriented Organisation, IULM
University, Milan, Italy)
Konformitas
Baron dan Byrne juga mengemukakan konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial
dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial
yang ada. Sependapat dengan yang dikemukakan Prayitno, konformitas merupakan pengaruh
sosial dalam bentuk penyamaan pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain
yang mempengaruhinya. Dalam organisasi konformitas sangat berpengaruh penting. Terdapat
beberapa norma social yang harus mereka ikuti dalam mengikuti organisasi yang ada.

Kohesivitas
Kohesivitas kelompok mengacu pada sejauh mana anggota kelompok tertarik satu sama
lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kelompok dengan kohesivitas yang
tinggi mempunyai komitmen yang tinggi untuk mempertahankan kelompok tersebut
(Purwaningtyastuti et al. 2012). Menurut Zulkifli dan Yusuf (2015) kohesivitas berkaitan
dengan kinerja para pegawai. Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan diatas, didalam
organisasi kohesivitas memiliki peran yang sengat penting. Karena kohesivitas menunjukkan
sejauh mana minat anggota tersebut dalam organisasi yang diikutinya.
Faktor-faktor yang membantu tim bersama dan menciptakan perasaan bersama meliputi
:
1. Kedekatan fisik : bekerja sama secara akrab untuk periode waktu tertentu membangun
kohesivitas
2. Pekerjaan yang sama : orang yang mengerjakan pekerjaan yang sama dihadapkan
masalah yang sama dan dalam usaha memecahkan ini, ikatan itu terbangun.
3. Homogenitas : orang cenderung lebih baik dengan bekerja sama jika usianya sebaya
dan memegang nilai dan sikap yang sama.
4. Kepribadian : Kepribadian tidak harus sama agar orang-orang bisa bergaul, kadang-
kadang kepribadian yang berlawanan bisa menimbulkan daya Tarik
5. Ukuran : kelompok yang lebih kecil jauh lebih mungkin mengembangkan ikatan batin
antar individu.
Selain itu, pemimpin harus selalu mengamati akibat sampingan dari kohesivitas, seperti
seorang anggota dijadikan kambing hitam jika terjadi kegagalan. Juga jika sebuah kelompok
amat akrab, hal itu mungkin membuat anggota baru sulit untuk bergabung.
Robert A. Baron, Donn Byrne “Psikologi Sosial” Jakarta : Erlangga, 2005, Hlm. 53
Kerjasama dalam Organisasi
Menurut Andrew Carneige yang dikutip Bull (2010: 24), kerja sama tim ialah
“kemampuan bekerja sama mencapai visi bersama. Kemampuan mengarahkan pencapaian
individual terhadap tujuan organisasi. Kerja sama tim merupakan bahan bakar yang
memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar biasa.”
Didalam kerja sama tim, individu-individu sanggup mencapai prestasi yang luar biasa
dan sulit dipercaya. Semua anggota tim saling memberikan semangat, memotivasi,
menggandakan usaha dan kemampuan individu.
Konflik dalam kelompok kerja dan organisasi
Konflik adalah suatu organisasi atau hubungan antara kelompok merupakan suatu yang
tidak dapat dihindarkan. Bahwa konflik tidak selalu merugikan kadang-kadang dalam batas
tertentu justru sangat bermanfaat bagi penciptaan perilaku yang efektif dalam organisasi.
Menurut Adam Ibrahim Indrawijaya, konflik adalah bentuk pertikaian yang terjadi
dalam organisasi baik antara seseorang dengan orang yang lain, antara seseorang dengan
kelompok, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan organisasi
atau mungkin pula antara perseorangan dengan organisasi secara menyeluruh.
Ada tiga macam bentuk konflik :
a. Konflik dalam kelompok, terjadi antara dua atau lebih anggota kelompok yang
mencakup kelompok dalam arti umum atau satu kesatuan unit organisasi
b. Konflik antar organisasi, banyak sekali terjadi tergantung pada lingkungan sekitar.
c. Konflik antar kelompok, terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
sering terjadi dalam organisasi.
Tim kerja (teamwork) dan tim kerja yang efektif
Menurut Andrew Carnegie yang dikutip Bull (2010:24), kerja sama tim ialah
“kemampuan bekerja sama mencapai visi bersama. Kemampuan mengarahkan pencapaian
individual terhadap tujuan organisasi. Kerja sama tim merupakan bahan bakar yang
memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar biasa.”
Dalam tim, kita bergandengan tangan, menjalin ikatan jiwa, saling mengembangkan
imajinasi dan kreativitas. Kita pun saling menyemangati, memotivasi, menggandakan
usaha dan kemampuan individu. Tim yang dalam Bahasa inggrisnya team merupakan
akronim yang mencerminkan kebeneran yang dahsyat, yaitu :
T (Together) = bersama-sama
E (Every one) = setiap orang
A (Achieves) = Mencapai
M (More/Miracle) = Lebih banyak/keajaiban
Menurut New American Webster’s Dictionary (2001), pengertian kerja sama tim atau
teamwork tidak berbeda dengan collaboration. Collaboration adalah tentang co-labor (kerja
sama), tentang joint effort (usaha bersama) dan ownership (kepemilikan). Hasil akhir bukan
milik saya atau milik anda, tetapi milik kita.
Bentuk-Bentuk Kerja Sama Tim
a. Networking/Jejaring: Awal Kerja Sama
Networking atau jejaring didefinisikan sebagai “pertukaran informasi atau jasa antar
individu, kelompok, atau institusi,” terutama agar dapat mengembangkan hubungan bisnis
yang produktif.
Jejaring adalah cara popular bekerja dengan orang lain karena relative sederhana dilakukan
dan menjanjikan keuntungan bersama bagi semua orang yang terlibat.
b. Coordination/Koordinasi: Kerja sama yang Lebih Tinggi
Dalam istilah sederhana, koordinasi menuntut bahwa tindakan tertentu harus dilakukan dan
bahwa ada berbagai informasi untuk keuntungan timbal-balik dan untuk mencapai tujuan
bersama. Koordinasi merupakan bagian terpadu kerja sama tim/kolaborasi, tetapi tidak bisa
menggantikan kolaborasi. Karena koordinasi merupakan cara mencapai tujuan khusus, dia
memerlukan pendekatan yang bersifat organisasi daripada jejaring.
c. Cooperation/Kerja sama: lebih Signifikan
Dalam istilah sederhana, kerja sama memadukan ciri-ciri koordinasi dengan berbagai
sumber daya. Dengan demikian, saling bertukar pengetahuan dan menyerasikan atau
menyesuaikan aktivitas untuk mencapai tujuan bersama, koperasi meliputi unsur tambahan
berbagi sumber daya bisnis selain daripada informasi.
d. Collaboration/Teamwork: Kerja sama Tim Sebenarnya
Kerja sama tim atau kolaborasi merupakan proses yangdapat di uraikan menjadi bagian-
bagian yang esensial. Untuk kolaborasi yang sebenarnya, semua pihak memerlukan tingkat
komitmen yang lebih tinggi, kesatuan tujuan, struktur yang memungkinkan komunikasi,
partisipasi kelompok, curah gagasan (brainstorming), dan kerja sama, semuanya itu
diperlukan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar daripada yang mungkin. Kolaborasi
adalah tentang bekerja sama sebagai tim, berkembang atas dasar kerja sama, mengusulkan
dan menilai ide-ide kreatif baru, dan berkomunikasi satu sama lain dalam lingkungan yang
terbuka dan menghargai.
Tim Kerja Efektif
Menurut Parker (2008), ada dua belas karakteristik atau perilaku yang membedakan tim yang
efektif dari tim yang tidak efektif.
Karakteristik Tim Efektif
1 Tujuan yang jelas Visi, misi, sasaran, atau tugas tim telah didefenisikan
dan sekarang telah diterima oleh setiap orang. Ada
rencana aksi
2 Informalitas Iklim cenderung tidak resmi, nyaman, dan santai. Tidak
ada ketegangan yang Nampak atau tanda-tanda
kebosanan.
3 Partisipasi Ada banyak diskusi dan setiap orang di dorong
berpatisipasi
4 Mendengarkan Para anggota menggunakan teknik mendengarkan secara
efektif seperti bertanya, paraphrase, dan merangkum
untuk memperoleh untuk memperoleh ide-ide penting
5 Ketidaksepakatan yang Ada ketidaksepakatan, tetapi tim merasa nyaman dengan
santun ini dan tidak melihat tanda-tanda menghindari atau
menekan konflik
6 Keputusan secara consensus Untuk keputusan-keputusan penting, tujuannya
substansial tetapi tidak selalu sepakat seluruhnya dengan
men-diskusikan secara terbuka gagasan setiap orang dan
menghindari voting yang formal atau kompromi yang
mudah
7 Komunikasi terbuka dan Anggota tim merasa bebas mengekspresikan
kepercayaan pendapatnya tentang tugas dan operasi kelompok,
dibarengi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Komunikasi juga terjadi di luar pertemuan.
8 Peran dan penugasan Ada harapan yang jelas mengenai peran-peran yang
pekerjaan yang jelas dimainkan oleh setiap anggota tim. Ketika tindakan
diambil, dan dilakukan. Pekerjaan didistribusikan,
diterima dan dilakukan secara adil di antara anggota
9 Kepemimpinan bersama Meskipun tim memiliki pimpinan formal, fungsi
pemimpin berubah dari waktu ke waktu tergantung pada
keadaan, kebutuhan kelompok dan ketrampilan para
anggota. Pimpinan formal memberi contoh perilaku
yang benar dan membantu membangun norma yang
positif.
10 Relasi Eksternal Tim melewatkan waktu mengembangkan hubungan
eksternal yang penting, memobilisasi sumber daya, dan
membangun kredibilitas, membangun kredibilitas
dengan pemain-pemain penting dibagian lain organisasi.
11 Keragaman gaya Tim memiliki spectrum yang luas mengenai jenis
pemain tim, yang meliputi para anggota yang
menekankan perhatian kepada tugas, penetapan sasaran,
berfokus pada proses, dan mengenai bagaimana tim itu
berfungsi
12 Swa-penilaian Secara periodic, tim berhenti untuk meneliti seberapa
baik tim berfungsi dan apa yang mungkin mengganggu
efektivitasnya

Kaswan, M.M. 2017. Psikologi Industri Organisasi.Bandung : Alfabeta Cv

Anda mungkin juga menyukai