Anda di halaman 1dari 5

Teaching Stories Margaret Longworth

Margaret Longworth telah mengajar di sekolah menengah atas selama beberapa tahun dan

pernah dianugerahi guru terbaik tahun ini. Dia baru-baru ini pindah ke level sekolah menengah

pertama dan mengajar seni bahasa di West Middle School di St. Lucia, Florida. Mengenai diver-

sitas sosiokultural murid, dia percaya bahwa adalah penting bagi guru untuk membuat sekolah

menjadi "user friendly bagi orang tua. Menurutnya:

Banyak orang tua-terutama orang tua minoritas etnis dari kalangan Kulit Berwarna-sangat

ditekan oleh sekolah. Mereka menganggap guru tahu segalanya. Kepala sekolah tahu segalanya.

Dan Tuhan melarang mereka bahkan untuk dekat-dekat dengan dewan sekolah. Untuk me-

nanggulangi ini, saya menjadi "user friendly". Di komunitas saya, banyak murid dan orang tua

memusatkan kehidupannya pada gereja. Jadi, untuk memecahkan rintangan antara sekolah dan

rumah, warga Haiti mulai mengadakan pertemuan dengan saya di Gereja Haiti. Gereja memberi

saya kesempatan pada minggu malam. Setelah gereja selesai dengan semua acaranya, mereka

kemudian menyerahkan pelayanan kepada saya. Melalui bantuan penerjemah, saya memaparkan

kesempatan untuk membantu mereka mengembangkan keahlian akademik dan keahlian mencari

naikah melalui pendidikan.Saya bicara dengan mereka tentang kelas pendidikan khusus, kelas

anak berbakat, program bahasa, dan beasiswa, dan mendorong mereka untuk menyekolahkan

anak-anaknya. Kemudian, mereka makin percaya diri untuk bertanya kepada saya tentang apa

yang terjadi di sekolah. Dengan memanfaatkan hubungan orang tua-gereja-sekolah inilah maka

saya jarang mendapat problem disiplin. Jika saya harus memanggil orang tua, mereka akan segera

meninggalkan pekerjaan dan mendatangi kelas saya. Banyak orang tua yang menjalin hubungan

dengan kepala sekolah dan konselor dan bebas bicara dengan pihak sekolah.

Margaret Longworth percaya bahwa kunci utama untuk meningkatkan relasi antar-etnis di kelas

adalah pemahaman. Dia mengatakan:

Untuk memahami sudut pandang orang lain kita perlu meluangkan waktu bersama mereka

dan mengenal mereka-bagaimana mereka berpikir dan merasakan. Saat murid mulai saling

bicara dan saling mengapresiasi, mereka segera belajar bahwa dalam banyak hal mereka

tidak berbeda sama sekali.

Salah satu indikasi kesuksesan Margaret Longworth sebagai guru adalah sebuah surat yang

dikirimkan kepadanya oleh Marie Belvillius, seorang murid sekolah menengah dari keturunan

Haiti:
Saat saya menatap ke jendela, saya melihat kegelapan. Saat saya menatap langit saya melihat

awan kesedihan. Semua kekacauan dan kegilaan di dunia ini membuatku bertanya-tanya

tentang apa itu kegilaan. Sejak Anda datang kepada kami, Anda memberi kami kebahagiaan.

Anda menunjukkan kepada kami bagaimana kami bisa menjauh dari kesedihan dan kegilaan.

Banyak dari kami yang telah melakukan hal-hal bodoh dan gila.Tetapi, Anda tidak menyerah

dalam mendidik kami. Anda menunjukkan kepada kami bahwa kami mampu. Anda tidak

pernah membiarkan kami patah arang. Saya ingin mengucapkan: TERIMA KASIH

Dunia kita adalah dunia multikultural, dengan beragam latar belakang, adat, dan

nilai yang berbeda-beda. Pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik untuk men-

didik anak lelaki dan perempuan dari berbagai latar belakang etnis dan sosioeko-

nomi yang berbeda kini telah menjadi topik yang banyak menarik perhatian.

KULTUR DAN ETNIS

Murid-murid di sekolah Fairfax County, Virginia, dekat Washington DC., berasal

dari 182 negara bagian dan menggunakan lebih dari 100 macam bahasa. Meskipun

sekolah-sekolah di Fairfax County merupakan contoh yang agak ekstrem, namun

sekolah tersebut telah mengisyaratkan tentang akan seperti apa sekolah-sekolah

Amerika nanti. Kita bisa memprediksi bahwa menjelang 2025, 50 persen murid

dari semua sekolah umum akan berasal dari latar belakang yang kini disebut

sebagai "minoritas". Ini akan merombak definisi istilah tersebut. Hal inijuga me-

nunjukkan tujuan penting dari pendidikan yakni membantu murid untuk me-

ngembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda kultur dan etnis (Bank

2003; Valsiner, 2000).

Dalam bagian ini, kita akan mengeksplorasi diversitas kultur, status sosioekonomi,

dan etnis. Kita juga akan membahas isu-isu bahasa, termasuk debat soal pendidik-

an bilingual (dwibahasa).

kultur

Kultur

Pola perilaku,

keyakinan, dan

semua produk
lain dari kelompok

Kultur adalah pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari kelompok orang

tertentu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Produk itu berasal

dari interaksi antarkelompok orang dengan lingkungannya selama bertahun-

tahun (Chun, Organizta, & Marin, 2002; Thomas, 2000). Kelompok kultural dapat

sebesar Amerika Serikat atau sekecil suku Amazon yang terasing. Berapa pun

besarnya, kultur kelompok itu akan memengaruhi perilaku anggotanya (Berry,

2000; Matsumoto, 2001).

Psikolog Donald Campbell dan rekannya (Brewer & Campbell, 1976; Campbell &

LeVine, 1968) menemukan bahwa orang-orang di semua kultur cenderung:

orang tertentu yang

diwariskan dari satu

generasi ke generasi

selanjutnya.

studi lintas-kultural

Studi yang

membandingkan

percaya bahwa apa yang terjadi dalam kultur mereka adalah sesuatu yang

alami" dan "benar" dan apa yang terjadi di dalam kultur lain adalah *tidak

alami" dan "tidak benar";

apa yang terjad

dalam satu kultur

dengan apa

yang terjadi di

dalam satu atau

menganggap bahwa kebiasaan kultural mereka adalah valid secara uni-

versal;

berperilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan kelompok kulturalnya;

merasa bangga dengan kelompok kulturalnya; dan

bermusuhan terhadap kelompok kultural lain.

beberapa kultur
lain; menyediakan

informasi tentang

seberapa jauh

orang itu sama

dan seberapa jauh

perilaku tertentu

adalah perilaku

Para psikolog dan pendidik yang mempelajari kultur sering kali tertarik untuk

membandingkarn apa yang terjadi dalam satu kultur dengan apa yang terjadi dalam

satu atau beberapa kultur lain. Studi lintas-kultural menyediakan perbanding-

an, informasi tentang seberapa jauh orang itu sama dan seberapa jauh perilaku

khusus dari suatu

kultur

tertentu adalah perilaku khusus dari suatu kultur.

Perbandingan murid Amerika dengan murid Cina,Jepang,dan Taiwan telah

mengungkapkan bahwa murid Amerika cenderung mengerjakan tugas mereka

secara lebih independen,sedangkan murid-murid Asia cenderung bekerja dalam

kelompok(Stevenson,1995).Perbedaan dalam kultur ini dideskripsikan dengan

dua istilah:individualisme dan kolektivisme(Triandis,2000,2001).Individualisme

adalah seperangkat nilai yang mengutamakan tujuan personal di atas tujuan

kelompok.Nilai-nilai individualis mencakup perasaan senang,keunikan personal,

dan independensi atau kemandirian.Kolektivisme adalah seperangkat nilai yang

mendukung kelompok.Tujuan personal digunakan untuk menjaga integritas ke-

lompok,interdependensi anggota kelompok,dan keharmonisan hubungan.Banyak

kultur Barat -seperti AS,Kanada,Inggris,dan Belanda dideskripsikan sebagai

individualistis,Banyak kultur Timur seperti Cina,Jepang,India,dan Thailand

disebut kolektivistik.Kultur Meksiko lebih kuat ciri kolektivistiknya dibandingkan

kultur AS.Namun,kultur AS mengandung banyak subkultur kolektivistik,seperti

Amerika-Cina dan Amerika-Meksiko.

Banyak konsep dasar psikologi telah dikembangkan dalam kultur individualistis

seperti di AS.Perhatikan istilah diri(selfj dalam psikologi yang lebih berfokus pada
individualisme:aktualisasi diri,harga diri,konsep diri,kemampuan diri,penguatan

diri,kritik diri,bias mementingkan diri,keraguan diri,dan sebagainya.Istilah-

istilah"diri”tersebut diciptakan oleh para psikolog Amerika,sehingga muncul

beberapa kritik yang mengatakan bahwa psikologi Amerika sangat condong pada

nilai individualistis ketimbang kolektivistik(Lonner,1990).

Manusia selalu hidup dalam kelompok,entah itu besar atau kecil.Mereka selalu

butuh orang lain untuk bertahan hidup.Para pengkritik mengatakan bahwa pe-

nekanan Barat pada individualisme telah melemahkan kebutuhan manusia akan

kesalinghubungan(Kagitcibasi,1996).Beberapa ilmuwan sosial percaya bahwa

banyak problem di kultur Barat semakin banyak lantaran penekanan pada indi-

vidualisme ini.Dibandingkan dengan kultur kolektivistik,kultur individualistis

cenderung memiliki level yang tinggi dalam hal tindak bunuh diri,penyalahguna-

an obat,kejahatan,kehamilan remaja,perceraian,pelecehan anak,dan gangguan

mental(Triandis,1994,2000).Tetapi,terlepas dari latar belakang kulturalnya,

orang membutuhkan perasaan akan diri yang positif dan juga hubungan dengan

orang lain agar bisa berkembang sepenuhnya sebagai manusia(Brown&Kysilka,

2002).

Teaching Strategies

Bekerja dengan Murid Berlatar Belakang Individualistis dan Kolektivistik

Anda sendiri berasal dari latar belakang kultural yang punya kecenderungan

Individualistis atau kolektivistik,atau dalam beberapa kasus,pada keduanya.Sebagai

Buru,Anda perlu berinteraksi secara efektif dengan murid,orang tua,guru,dan

Personel sekolah yang berasal dari latar belakang individualistis dan kolektivistik.

ika Anda scorang individualistis,strategi berikut ini akan membantu Anda ber-

Anda mungkin juga menyukai