Anda di halaman 1dari 2

Definisi Operasional

1. Stigma adalah sikap membatasi diri atau suatu kondisi yang terjadi pada kelompok
khusus, dalam hal ini adalah penyandang disabilitas, dimarginalkan dan dikurangi
nilainya oleh lingkungan sosial, karena nilai dan karakteristik mereka yang berbeda
dari kelompok yang dominan.
2. Stigma eksplisit adalah stigma yang dilakukan secara sadar dan dapat dikendalikan
seperti perilaku menghindar secara terang-terangan, atau mengatakan ketidaksukaan
secara langsung (Wilson & Scior, 2014).
3. Stigma implisit adalah stigma yang memiliki dampak pada perilaku yang tidak dapat
dikendalikan secara sadar namun tetap penting bagi pengalaman penyandang
disabilitas sehari-harinya, seperti kontak mata dan bahasa tubuh (Greenwald,
Poehlman, Uhlmann, & Banaji, dalam Wilson & Scior, 2014).
4. Kesegaran adalah keadaan (hal, sifat, dan sebagainya) segar; kenyamanan; kesehatan
(KBBI)
5. Feedback bias implisit adalah informasi terkait pandangan partisipan terhadap
penyandang disabilitas didasarkan pada performanya selama pengukuran.
6. Penyandang Disabilitas fisik adalah terganggunya fungsi gerak, antara lain amputasi,
lumpuh layuh atau kaku, paraplegia, cerebral palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta,
dan orang kecil (Pasal 4 ayat 1 UU no 8 tahun 2016)
7. Implicit Association Test (IAT) adalah pengukuran yang berlandaskan pada asumsi
bahwa partisipan akan mengklasifikasikan stimulus yang ditampilkan ketika pasangan
kategori target dan kategori atribut sesuai dengan asosiasi otomatis partisipan (Wang,
Huang, Jackson).
8. Single Category – Implicit Association Test (SC-IAT; Karpinski & Steinman, 2006)
adalah pengukuran yang terintegrasi dengan feedback bias implisit atau informasi
terkait pandangan partisipan terhadap penyandang disabilitas didasarkan pada
performanya selama pengukuran. Instrumen SC-IAT terdiri atas dua level yaitu,
incompatible dan compatible
9. Social Distance Scale (SDS) adalah pengukuran stigma eksplisit menggunakan
modifikasi kuesioner self-reported dari Wang dkk (2012).
10. Feeling Thermometer (FT) adalah stigma eksplisit pada dimensi afektif yang diukur
menggunakan skala adaptasi dari Wang dkk (2012)
11. D-score adalah kekuatan asosiasi antar kategori yang diukur. Secara lebih spesifik, D-
score adalah selisih rerata latensi respon pada level compatible dikurangi rerata latensi
respon pada level incompatible dibagi dengan standar deviasi seluruh latensi respon
pada kedua level ini.
12. Sequence of compatibility adalah dimana terdapat dua kondisi yaitu kelompok yang
menerima pengukuran stigma implisit incompatible diikuti stigma implisit
compatible, dan kelompok yang menerima pengukuran stigma implisit compatible
diikuti stigma implisit compatible.
13. Dual-process orientation menyatakan bahwa perbedaan antara implisit dan eksplisit
merefleksikan perbedaan proses yang mendasarinya; otomatis-dikendalikan, spontan-
disengaja, tidak sadar-sadar, impulsif-reflektif (Nosek, Hawkins, & Frazier, 2011).
14. Disonansi kognitif dari Leon Festinger (dalam Metin dan Camgoz, 2011)
mengungkapkan bahwa individu akan merasakan ketidaknyamanan psikologis ketika
dihadapkan dengan kondisi yang kontradiktif dengan kepercayaan yang dimilikinya.
Disonansi kognitif ini akan mendorong partisipasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan yang dialaminya, salah satu caranya adalah dengan confirmatory
bias.
15. Confirmatory bias adalah suatu cara memilih informasi yang sesuai dengan
kepercayaan yang dimiliki.

Variabel Ekstraneous

Variabel ekstraneous yang terdapat pada jurnal adalah social desirability. Pengukuran secara
eksplisit terkait hal-hal sensitif seperti stigma terhadap penyandang disabilitas sangat
dipengaruhi oleh social desirability. Social desirability adalah suatu kondisi dimana individu
termotivasi untuk memunculkan respon yang dipercaya dapat diterima secara sosial (Antonak
& Livneh, dalam Wilson & Scior, 2014).

Anda mungkin juga menyukai