Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengetahuan tanda bahaya


kehamilan trimester III di bagi menjadi 3 kategori yaitu baik,cukup,dan
kurang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan trimester 3
didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan
kurang 23 (69,7%) di wilayah kerja puskesmas kalibaru.

Menurut Bloom dan Notoatmodjo mengatakan bahwa pengetahuan


merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya Tindakan
seseorang. Dimana dalam hal ini seorang ibu hamil akan melakuan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care ) Secara teratur apabila ibu tersbut
mengetahui manfaat pelayanan antenatal terhadap kehamilan.

Menurut Yohanasari (20110) pengetahuan tentang tanda bahaya


kehamilan merupakan hak yang penting untuk diketahui oleh
masyarakat,khususnya ibu hamil. Hal ini penting karena jika diketahui tanda
bahaya dalam kehamilan diketahui sejak dini, maka penanganan akan lebih
cepat. Pengetahuan ibu hamil yang kurang juga dapat dipengaruhi oleh factor
Pendidikan. Dalam penelitian ini hampir setengah ibu hamil berpendidikan
SMP. Pendidikan adalah sebuah system yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran atau elatihan agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif sehingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, Emosional, Pengendalian diri ,
Kepribadian,Kecerdasan,akhlak mulia, Serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat (Hamdani,2011).

Tingkat Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang


terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suat cita-cita tertentu.
Pedidikan adaah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengruhi proses belajar, makin tinggi Pendidikan seseorang
makin mudah orang orang tersebut untuk menerima informasi
(Nursalam,2007).

Selain Pendidikan, Pengetahuan ibu hamil juga di pengaruhi oleh


pekerjaan. Kebanyakan dari ibu yang diteliti bkerja sebagai ibu rumah tangga
(IRT). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
Sebagian besar ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) Morivasi
Wanita untuk bekerja diluar antara lain untuk mencukupi kebutuhan finasial,
sosial-relasional dan aktulisasi diri. Sedangkan manfaat bekerja bagi wnita
antara lain: Mendukung ekonomi rumah tangga, meningkatkan harga diri da
pemantapan identitas, relasi yang sehat dan positif dengan
keluarga,pemenuhan kebutuhan sosial, penigkatan skil dan kempetensi
(Achamadi,Umar Fahmi,2006).

Pengaruh bagi kehidupan keluarga salah satunya adalah pengetahuan


karena dalam bekerja dipastikan para ibu akan berinteraksi dengan orang lain
dan didalam bekerjasama, Dan beriteraksi dipastikan ada komunikasi
Adanya komunikasi tersebut merupakan salah satu jalan dalam mendapatkan
pengetahuan dari orang mempelajari , atau yang pernah mengalami suatu hal,
sehigga dari pengalaman tersebut akan bisa dibagikan pada teman ekerja yang
sekiranya mendapatkan pengetahuan dari oang lain, Pengalaman tersebut
akan dibagikan pada teman sekerja yang sekiranya mendapatkan
permasalahan yang serupa seperti halnaya tanda bahaya kehamilan. Artinya
dalam pekerjaan ini juga terdapat sebuah Pendidikan dengan cara bertukar
pikiran dan tanya jawab secara langsung dalam suatu lingkup pekerjaan dan
hal ini dipastikan juga akan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi yang
memperhatikannya.

Penelitian beranggapan bahwa jadi semakin tinggi Pendidikan semakin


mudah seseorang menerima informasi tersebut dan semakin mudah
meningktkan pengetahuannya. Pekerjaan ibu sangat berpengaruh terhadap
Kesehatan seseorang dan juga pengetahuan ibu sebab denga adanya
pekerjaan, terutama bagi Kesehatan terkadang waktulah yang sebagai
kendala untuk menjaga da memperatikan Kesehatan diri sendiri, misalnya
melupakan makan karena sibuk bekerja sehingga mengakibatkan kekurangan
gizi yang bisa menyebabkan anemia, Kelelahan. Bagi pengetahuan akan
bermanfaat sekali adanya interaksi kounikasi antar pekerja sehingga bisa
menambah pengetahuan setiap individu.

2.2 Konsep Perilaku

2.2.1 Definsi

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu


dalamberinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling
nampaksampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling
yang tidakdirasakan (Okviana, 2015).

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta


interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).

Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan


yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi. Skiner (1938) dalam Notoatmodjo
(2011) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini
dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”.
Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Respon respondent atau reflektif

Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan


tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut
juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap misalnya orang
akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika
mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa
haus.

2. Operan Respon

Respon operant atau instrumental respon yang timbul berkembang


diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan.
Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi
memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya
dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik
menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

2.2.2 Jenis-jenis perilakul

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):

1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
saraf,

2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,

3. Perilaku tampak dan tidak tampak,

4. Perilaku sederhana dan kompleks,

5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

2.2.3 Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons


terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau


tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang
terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk


tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
orang lain.

2.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam


Notoatmodjo, 2007) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh dua faktor pokok,yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor
diluar perilaku (non behaviou rcauses). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup


pengetahuan,sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.

a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku


melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan (Notoatmodjo,
2007). Untuk lebih jelasnya, bahasan tentang pengetahuan akan
dibahas pada bab berikutnya.

b. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi


(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek
yang berisi komponen-komponen cognitive, affective danbehavior
(dalam Linggasari, 2008). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan
dengan faktor-faktor lingkungan kerja, sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.

2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan keyakinan


evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau
buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.

3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan

kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau


hal tertentu dengan cara tertentu (Winardi, 2004).

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan,


yaitu: menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau
dan memperhatikan stimulus yang diberikan.Merespon (responding),
memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga. Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab atas segala
suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap
yang memiliki tingkatan paling tinggi manurut Notoatmodjo(2011).

2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkunganfisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana


keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan

dan sebagainya.

1. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-


undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut
Notoatmodjo(2007).
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut
Sunaryo (2004) dalam Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen

Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau


modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu.
Faktor genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara lain:

a. Jenis Ras

Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda


dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih
(Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning
(Mongoloid).

b. Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku berdasarkan
pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku berdasarkan
emosional.

c. Sifat Fisik

Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.

d. Sifat Kepribadian

Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang


dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan lingkungan.
Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan
kepribadian yang dimiliki individu.

e. Bakat Pembawaan

Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William B. Micheel


(1960)adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu lebih
sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
f. Intelegensi

Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh


karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu
individu yang dalam pengambilan keputusan dapat bertindak tepat,
cepat dan mudah. Sedangkan individu yang memiliki intelegensi
rendah dalam pengambilan keputusan akan bertindak lambat.

2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu

Faktor yang berasal dari luar individu antara lain:

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar


individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. Menurut
Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam
interkasi manusia dengan lingkungan.

1) Usia

Menurut Sarwono (2000), usia adalah faktor terpenting juga dalam


menentukan sikap individu, sehingga dalam keadaan diatas
responden akan cenderung mempunyai perilaku yang positif
dibandingkan umur yang dibawahnya. Menurut Hurlock (2008)
masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal
(18-40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa
akhir (>61 tahun). Menurut Santrock (2003) dalam Apritasari
(2018), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara
fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran
sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncaak dari
perkembangan sosial masa dewasa.

2) Pendidikan

Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses


belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan
tidak dapat menjadi dapat. Menurut Notoatmodjo (2003),
pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga
mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, sikap positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng. Dengan demikian semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang maka semakin tepat dalam
menentukanperilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai
tujuan meningkatkan derajat kesehatan.

3) Pekerjaan

Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia


dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia
menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan
pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003). Sedangkan
menurut Nursalam (2001) pekerjaan umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu dan kadang cenderung menyebabkan
seseorang lupa akan kepentingan kesehatan diri.

4) Agama

Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam


konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara
berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.

5) Sosial Ekonomi

Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah


lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial.
Menurut Nasirotun (2013) status sosial ekonomi adalah posisi dan
kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan dengan
pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas yang
dimiliki. Menurut Sukirno (2006) pendapatan merupakan hasil
yang diperoleh penduduk atas kerjanya dalam satu periode tertentu,
baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Pendapatan
merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap individu
diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah tingginya
pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja. Mereka yang
memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung tidak
maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang
memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan
produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.

6) Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau


peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

3. Faktor-Faktor Lain

Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf
pusat, persepsi dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain:

a. Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap

kesehatan tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang


terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut seseorang tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau


fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Azwar (1995),
bahwa berbagai bentuk media massa seperti : radio, televisi,
majalah dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Sehingga semakin
banyak menerima informasi dari berbagai sumber maka akan
meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke arah
yang baik.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh


agama termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan
baik dari pusat atau pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan manurut Novita (2011).

2.2.5 Bentuk-bentuk perubahan perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai


dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya
terhadap perilaku. Bentuk – bentuk perilaku dikelompokkan menjadi
tiga yaitu:

1. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :

Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu


disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya
dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan
mengalami perubahan.

2. Perubahan Rencana (Plane Change) :

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri


oleh subjek.

3. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :

Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di


dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut
(berubahperilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk
menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2011).
2.2.6 Prosedur pembentukan perilaku

Untuk membentuk jenis respon atau perilaku diciptakan adanyaa


suatu kondisi tertentu yang disebut “operant conditioning”. Prosedur
pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner
(1938) adalah sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat


ataureinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang
akan dibentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen


kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian
komponen komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat
untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

3. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk


masing-masing komponen tersebut.

4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama


telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan
mengakibatkan komponen perilaku yang kedua yang kemudian
diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi).
Demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk,
setelah itu dilanjutkan dengan komponen selanjutnya sampai
seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk (Notoatmodjo, 2011).

2.2.7 Kriteria Perilaku

Menurut Azwar (2008), pengukuran perilaku yang berisi


pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya
maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok
responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
>T mean

2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner < T mean

3. Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan, yaitu:


selalu, sering, jarang, tidak pernah.

Dengan skor jawaban :

1. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif

a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner


dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4

b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan


diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3

c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan


diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2

d. Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1

2. Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif

a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner


dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1

b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner

dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2

c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner

dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3

d. Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan


kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
Penilaian perilaku yang didapatkan jika :

1. Nilai T > MT, berarti subjek berperilaku positif

2. Nilai T < MT berarti subjek berperilaku negative

2.3 Konsep oedema

2.3.1 Definisi

Edema adalah suatu kondisi dimana terjadinya pembengkakan pada


anggota tubuh yang disebabkan kelebihan cairan dan garam dalam
jaringan. Penyakit ini biasa terjadi pada kaki,pergelangan kaki,tangan,dan
lengan.edema dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti penyakit
jantung,penyakit liver dan ginjal. Edema adalah kondisi vena yang
terbendung terjadinya peningkatan tekananhidrostatik intra
vaskuler(tekanan yang mendorong darah mengalir didalam vaskuler oleh
kerja pompa jantung).shingga meninmbulkan pembesaran cairan plasma
ke ruang intersttium(grossman &brown,2009 dalam Purwadi, I ketut agus
hida,2015).
Pada masa kehamiln terjadi perubahan-perubahan pada ibu hamil
baik fisik maupun psikologis. Dalam keadaan hamil tubuh mulai
beradaptasi Kembali.proses adaptasi tersebut dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan secara psikologis ibu hamil terutama pada trimester III.
Ketidaknyamanan selama masa kehamilan yaitu
mual ,muntah,kelelahan,nyeri punggung bagian atas,peningkatan
frekuensi buang air kecil,nyeri uluh hati,nyeri punggung bagian bawah,
hiperventilasi, kesemutan, edema kaki fisiologis,dan sindrom hipotensi
telentang (irianti,2014).
Salah satu ketidaknyamanan yang sering dirasakan oleh ibu hamil
adalah edema kaki yang normal (tidak disertai pre-eklamsi atau eklamsi)
terjadi sekitar 80% Wanita pada saat kehamilan terutama TM III. Menurut
penelitian hairunisa tahun 2017 di indonsia edema kaki dialami oleh ibu
trimester III, 40% edema dijumpai pada bahaya dalam kehamilan salah
satunya preeklamsi.bengkak juga cukup bahaya bagi ibu hamil karena bisa
menyebabkan gangguan pada jantung,ginjal,dll,sehingga menyebabkan
organ tubuh tersebut tidak dapat berfungsi Sebagaimana mestinya.edema
juga juga dapat menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan apabila edema tersebut terdapat didaerah wajah dan
ktremitas,disertai dengan sakit kepala hebat dan pengliatan kabur aakibat
dari preeklamsi (purwaningsih,2012).
2.3.2 Etiologi

Penyebab edema dapat dikelompokkan menjadi empat kategori


umum:
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan
osmotic plasma.penurunan ini menyebabkan fitrasi cairan yang keluar
dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang direabsorpsi
kurang dari normal,dengan demikian terdapat cairan tambahan yang
tertinggi diruang-ruang interstisium.edema yang disebabkan oleh
penurunan konsentrasi proteeinplasma dapat terjadi melalui beberapa
cara.
2. peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein
plasma yang keluar dari kapiler kecairan interstisium disekitarnya lebih
banyak.sebagai contoh,melalui pelebaran pori-pori kapiler yang
dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi
alergi.terjadinya penurunan tekanan osmotic koloid plasma yang
menurunkan kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmotic
koloid plasma interstisium yang disebabkan oleh klebihan protein di
cairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar.ketidak
simbangan ini ikut berperan menimbulkan edema local yang brkaitan
dengan cedera (missal:lepuh) dan respon alergi (missal:biduran).
3. Peningkatan tekanan vena,missal darah terbendung di vena,akan
disertai peningkatan tekanan darah kapilr,karena kapiler mengalirkan
isinya kedalam vena. Peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini
terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif.oedema regional juga dapat terjadi karena restriksi local aliran
balik vena. Salah satucontoh adalah pembengkakan ditungkai dan kaki
yang sering terjadi pada masa kehamilan.uterus yang mmbesar
menekan vena-vena besar yang mengalirkan darah dari ekstermitas
bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga
abdomen.pembendungan darah vena ini menyebabkab kaki yang
mendorong terjadinya edema regional diekstermitas bawah.
4. Penyumbatan pembukuh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan
cairan yang difiltrasi keluar tertahan dicairan interstisium dan tidak
dapat kembalikan kearah melalui system limfe.akumulasi protein
dicairan instisium memperberat masalah melalui efek
osmotiknya.penyumbatan limfe local dapat terjadi,misalnya dilengan
Wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari lengan yang
tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan
payudara.penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada
filariasis,suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang
terutama dijumpai didaerah-daerah tropis.
2.3.3 Patofisiologis

Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstitium dikenal


sebagai edema.penyebab edema dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kataegori umum:
a. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan
tekanan osmotic plasma penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan
yang keluar dari pembuluh darah lebih tinggi,sementara jumlah
cairan yang direabsorpsi kurang dari normal; dengan demikian
terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang-ruang interstisium .
edema yang disebabkan oleh penurunan tekanan konsentrasi protein
plasma diurine dapat terjadi melalui beberapa cara:pebegeluaran
berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal;penurunan
sintesis protein plasma akibat penyakit hati(hati mensintesis hampir
semua protein plasma). Makanan yang kurang mengandung
protein;arau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas.
b. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein
plasma yang keluar dari kapiler kecairan interstitium yang
disekitarnya lebih banyak.sebagai contoh,melalui pelebaran pori-pori
kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau
reaksi alergi.terjadi penurunan osmotic koloid plasma yang
menurunkan kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmitik
koloid cairan interstisium yang disebabkan oleh kelebihan protein
cairan interstisium meningkat tekanan kearah luar.ketidak
seimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema local yang
berkaitan dengan cedera (missal,lepuh) dan respon
alergi(missal,biduran).
c. Peningkatan tekanan vena,missal darah terbendung di vena,akan
desertai peningkatan tekanan darah kapiler ,karena kapiler mengalir
isinya kedalam vena.peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini
terutama berberan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif,edema regional juga dapat terjadi karena restriksi local
aliran balik vena.salah satu contoh adalah pembengkakan ditungkai
dan kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan . uterus yang
membesar menekan vena-vena besar yang mengalirkan darah dari
esktermitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga
abdomen. pembendungan darah di vena ini menyebabkan kaki yang
mendorong terjadinya edema diektermitas bawah.
2.3.4 Penyebab

Pada umumnya oedema kaki disebabkan akibat berjalan tanpa


istirhat ,terutama bila bila dilakukan saat sedang Lelah dan mekanika
tubuh yang tidak tpat seperti posisi duduk berbaring,berdiri,dan berjalan
yang salah.hal ini sesuai dengan teori tarsikah dan silfiana (2017),oedma
kaki ini adalah hasil dari membungkuk tanpa batas,berjalan tanpa
istirahat,memakai sepatu hak tinggi,dan mengangkat beban,terutama
Ketika Wanita itu Lelah.
Beradsarkan desain memuaskan kebutuhan sehari-hari pada desain
sehat anggota 1 makan 3 kali sehari dengan bingkisan nasi,lauk
pauk,terkadang makan sayur mayur dan buah-buahan, kurang suka
makanan yang asin.minum air putih +8 gelas dalam sehari,sedangkan
pada partisipan 2 makan 3x sehari dengan nasi,lauk pauk,kadang makan
sayur jarang makan buah-buahan ,suka makan ikan asin +sudah 2 minggu
ini.minum air putih +8-10 gelas dalam sehari.ibu hamil yang sering
makan makanan yang banyak mengandung garam rentan mengalami
edema kaki dan yang sudah mengalami edema kaki dan akan semakin
parah lbagi ibu hamil yang sudah mengalami edema kaki seprti dalam
teori (vivin nani L,2011) edema bisa menjadi lebih disesalkan bila kadar
natrium dalam tubuh tinggi,karena sifat natrium (garam) menarik lebih
banyak air ke dalam system peredaran darah.jika air trus masuk dan
pembuluh darah menjadi lebih besar,pembuluh darah bisa pecah dan
akibat pecahnya pembukuh darah akan merusak suplai nutrisi ke
janin,jika nutrisi sudah habis ,hilangitu akan menahan perkembangan
embrio .
2.3.5 pencegahan

Ada beberapa cara untuk membuat ibu hamil yang mengalami


bengkak pada kaki merasa nyaman akan kehamilannya,untuk waktu lebih
spesifik dengan mengubah posisi ssering mungkin.menurangi berdiri
untuk waktu yang lama, menjaga jarak stratgis dari mengenakan pakaian
ketat yang dapat mengganggu aliran balik vena ,menjaga jaga jarak
strategis dari meletakkan benda di pengkuan atau di paha sejak itu akan
mencegah sirkulasi,istirahat pada sisi yang bersih untuk memaksimalkan
pembuluh darah kedua kaki,berolahraga atau berolahraga selama
kehamilan ,meremas atau menggosok kaki dan menyiram kaki dengan air
hangat (Sinclair,2009)dalam(admini,dkk.2018).
Pijat kaki sangat efektif untuk mengurangi edema kaki pada akhir
kehamilan .perawatan ini adalah salah satu syafaat yang menarik yang
dapat digunakan pada tungkai bawah kaki pada usia kehamilan lebih dari
30 minggu.
2.4 Konsep kehamilan trimester 3

2.4.1 Definisi

Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa ahli,


namun pada perinsipnya memiliki inti yang sama. Kehamillan
merpakan suatu peiode yang dihitung sejak Haid Pertama Haid Terakhir
(HPHT) Sampai dengan kelahiran bayi yang dibagi menjadi tiga
trimester yaitu trimester 1, trimester II, dan Trimester III
(Varney,Kriebs,dan Gegor,2007).

Menurut Federasi Obsteri Ginekkologi Internasinal, kehamilan


adalah penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi, kehamilan normal akan berlangsung dala waktu 40
minggu (Prawiroharjdo,2011). Kehamilan trimester III merupakan
trimester akhir kehamilan pada periode ini pertumbuhan janin dalam
rentang waktu untuk mempersiapkan persalinan (Wiknjosastro,2009).

2.4.2 Tanda bahaya Kehamilan TM 3

Hasil menunjukkan bahwa Sebagian besar ibu hamil sebanyak 24


(72,7 % ) di wilayah kerja puskesmas kalibaru mengalami tanda
bahaya kehamilan Trimester III. Sebagian besar ibu hamil menjawab
bahwa sakit kepala yang hebat yang menimbulkan pandang kabur
pada saat hamil adalah hal yang biasa terjadi karena disebabkan
kurang tidur. Mayoritas ibu hamil yang mengalami bahaya kehamilan
sebanyak 5 ibu hamil mengalami bengkak pada muka dan jari-jari
tangan, 4 ibu hamil mengalami pandangan kabur, 6 ibu hamil
mengalami hipertensi/tekanan darah tinggi, 3 ibu hamil mengalami
nyeri abdomen yang hebat , 2 ibu hamil mengalami Pengeluaran
Cairan Pervaginam ( Ketuban Pecah Dini ), Dan 4 ibu hamil
perdarahan Pervaginam.

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang


mengindikasi adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamila atau
periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian ibu (Nugroho,014).

Trimester III biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab


pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan
bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan
ibu akan bayinya. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul
Kembali pada ibu. Peneliti beranggapan bahwa kehamilan trimester
III sangat penting dan dapat meningkat dengan adanya buku KIA dan
penjelasan langsung yang diberikan oleh tenaga Kesehatan pada saat
ibu melakukan pemeriksaan dan dengan adanya lifleat serta poster
tentang tanda bahaya kehamilan trimester III didalam ruangan
pemeriksaan dapat membantu ibu dalam mendapatkan informasi
sehingga setiap kali melakukan pemeriksaan ibu akan selalu melihat
dan pengetahuan ibu semakin meningkat seta dapt meningkatkan
angka kematian ibu. Sehingg ibu mengerti dan meningkatkan
pengetahuan serta menangani jika suatu saat ibu mengalami tanda
bahaya kehamilan Trimester III.
2.6 Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu
2.7hamil tentang tentang
Hepotesis Kejadian Oedema
Teknik Relaksasi

Faktor yang mempengaruhi


oedema:
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan: 1. Kadar protein
(albumin) dalam darah
1. Pendidikan yang rendah
2. Pekerjaan 2. Fungsi pompa jantung
3. Umur menurun
4. Minat 3. Sumbatan pembuluh
5. Pengalaman darah atau pembuluh
6. Kebudayaan limfe
7. Lingkungan sekitar 4. Penyakit liver dan
8. Informasi ginjal kronis
5. Posisi tungkai terlalu
lama tergantung

2.7 Hepotesis

Ada hubungan pengetahuan dan perilaku ibu terhadap terjadinya oedema


pada kehamilan Trimester III di wilayah kalibaru.

Anda mungkin juga menyukai