Anda di halaman 1dari 35

|1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Laporan auditan adalah laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu (IAI 2007 : 5). Menurut Suwardjono (2002:170), ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Belkaui (2001) dalam Arif Wicaksono (2009:3) laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang berperan penting dalam pengambilan keputusan dan bertujuan sebagai media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Bagi

Audit Delay

|2

yang berkepentingan dengan kondisi keuangan perusahaan, informasi yang akurat dan tepat waktu sangat penting, karena turut menentukan langkah yang akan diambilnya. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. Seiring

pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public, makin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi investor. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disebut bermanfaat jika disajikan secara akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan oleh investor. Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Aryati (2005), nilai dari ketepatwaktuan pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut. Sementara Halim (2000) menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit (timeliness) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan tersebut. Di sisi lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Ketertundaan laporan keuangan ini dapat berdampak negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan keuangan makin diragukan. Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menunjukkan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi dikarenakan investor pada umumnya menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Peraturan Pasar Modal menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat. Salah satu kewajiban perusahaan yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah

disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar dalam Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dan tentunya hal ini membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004 dalam Supriyati, 2007:109). Ketepatan waktu penyusunan

Audit Delay

|3

atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Jarak waktu antara akhir periode akuntansi dengan tanggal ditandatanganinya laporan audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan (Supriyati Yuliasri Rolinda, 2007:110), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketetapan waktu pelaporan merupakan catatan pokok laporan yang memadai. Pemakai informasi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Laporan keuangan seharusnya disajikan pada interval waktu untuk menjelaskan perubahan yang terjadi dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Standar audit, menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya

standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang Standar Pekerjaan Lapangan yang mengatur prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan bagi auditor, bahwa auditor perlu memiliki perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan. Juga perlu pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal, diikuti dengan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004), pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar membutuhkan waktu lebih lama, sebaliknya makin tidak sesuai dengan standar makin pendek pula waktu yang diperlukan. Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor,
Audit Delay

|4

kondisi ini sering disebut sebagai Audit Delay. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4). Audit Delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM, tentu berakibat pada

keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut dapat mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Menurut penelitian Imam Subekti dan Widiyanti (2004) yang dikutip dari Ardhi Dharma (2008), menyebutkan bahwa pada tahun 2001 rata-rata waktu tunggu pelaporan ke BAPEPAM dari waktu antara tanggal laporan sampai tanggal opini auditor membutuhkan waktu 98 hari. Pada tahun 2008, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambatlambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dalam peraturan Bapepam lain Nomor KEP-310/BL/2008 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal menyebutkan ketentuan mengenai Periode Audit dan Periode Penugasan Profesional. Periode audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang diaudit atau direview, sedangkan jangka waktu Periode Penugasan profesional ditandai sejak dimulainya pekerjaan lapangan atau penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu. Periode ini berakhir saat disampaikannya pemberitahuan secara tertulis oleh auditor atau klien kepada BAPEPAM bahwa penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu. Jika dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan BAPEPAM, terlihat masih banyak

perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di Indonesia. Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan Audit Delay semakin lama, yaitu: Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Solvabilitas, Profitabilitas, Komite Audit, Umur Perusahaan, jenis industry dan Lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan publik

Audit Delay

|5

1.2 Rumusan Masalah berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukan pada latar belakang maka yang menjadi permasalahan pokok peneliti ini adalah : 1. Apa yang dimaksud Teori Pengambilan Keputusan ? 2. Apa definisi dari Auditing, Standar Auditing dan Laporan Auditing ? 3. Apa yang dimaksud Laporan Keuangan ? 4. Apa yang dimaksud Audit Delay ? 5. Apa saja yang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang diharapkan adalah : 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan Teori Pengambilan Keputusan. 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa itu Auditing, Standar apa yang digunakan, dan Laporan Auditing. 3. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa Laporan Keuangan. 4. Untuk mengetahui dan menjelaskan Audit Delay. 5. Untuk mengetahui dan menjelaskan Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Audit Delay.

Audit Delay

|6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Pengambilan Keputusan Keputusan dijabarkan oleh Davis (Hasan, 2002) sebagai hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Sebuah keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Masih menurut Davis, keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan, dan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula. Sementara itu, Stoner (Hasan, 2002) memaknai keputusan sebagai pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: ada pilihan atas dasar logika/ pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dipilih mana yang terbaik, dan ada tujuan yang hendak dicapai di mana keputusan itu akan makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Berdasar uraian di atas Hasan (2002) memaknai Teori Pengambilan Keputusan sebagai teori-teori atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pengambilan keputusan. Mengacu pada tujuan laporan keuangan, ialah memberikan informasi yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi, pengambilan keputusan memainkan peran utama dalam teori akuntansi. Pihak manajemen selalu mempertimbangkan apakah suatu laporan keuangan hendak disampaikan tepat waktu atau ditunda. Adanya good news dalam laporan keuangan, misalnya, akan mendorong pihak manajemen menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu lantaran adanya insentif dari prinsipal. Ketepatwaktuan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh reaksi positif investor yang dapat berakibat terhadap kenaikan harga mengandung saham. Demikian sebaliknya, laporan keuangan yang

bad news cenderung ditunda pelaporannya karena pihak manajemen

mengkhawatirkan beberapa dampak buruk yang terjadi, umpamanya reaksi penarikan investasi oleh investor. Penyampaian informasi laporan keuangan untuk pengambilan keputusan harus
Audit Delay

|7

mempunyai nilai guna untuk semua pengguna laporan keuangan. Sebagaimana diungkap oleh Hasan (2002), pengambilan keputusan banyak dipengaruhi ketersediaan informasi yang diperlukan, di mana informasi tersebut haruslah lengkap dan memenuhi sifat tertentu sehingga hasilnya berkualitas. Adapun sifat yang musti dipenuhi mencakup akurat, artinya informasi harus sesuai dengan keadaan sebenarnya; up to date, berarti informasi harus tepat waktu; komprehensif, yakni informasi harus dapat mewakili; dan relevan, dimaknai berhubungan dengan masalah yang harus diselesaikan. Dalam hal penyampaian laporan keuangan kepada pihak eksternal, auditor bertindak sebagai penjamin informasi yang dikeluarkan perusahaan. Apabila terdapat hal-hal yang mendorong auditor untuk mengambil keputusan memperinci proses audit, semisal adanya resiko audit yang tinggi dalam laporan keuangan perusahaan, bisa jadi waktu audit akan lebih lama.

2.2 Auditing (Pengauditan) A. Definisi Auditing Menurut Mulyadi (2002:9), pengertian pengauditan dapat diartikan sebagai berikut: Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataan-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya perencanaan audit yang salah satunya barupa penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu jika digunakan secara tepat akan menghasilkan sejumlah manfaat. Anggaran tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal staf, Memberikan pedoman tentang berbagai bidang audit, memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja efisien, dan sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi, anggaran waktu jika tidak digunakan secara tepat dapat merugikan. Anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari program audit, misalnya terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi anggaran waktu guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan
Audit Delay

|8

membantu mengevaluasi kinerjanya. Namun, begitu saja mengikuti anggaran juga tidak tepat. Tujuan utama dari audit adalah menyatakan pendapat sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum, bukan untuk memenuhi anggaran waktu. Akibat langsung tidak terrealisasinya anggaran waktu antara lain terjadinya keterlambatan pelaporan keuangan. Perlunya laporan keuangan diaudit karena (Asmara, 1996:7 dalam Anggit Wasis Sejati, 2007:29): 1. Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dengan manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan tersebut. 2. Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan. 3. Kerumitan data 4. Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan akuntansi

B. Standar Auditing Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut: 1. Standar Umum Standar umum berhubungan dengan kualifikasi seorang auditor dan kualitas pekerjaan auditor, yaitu : a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit dilapangan, yaitu :

Audit Delay

|9

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengkomunikasian hasil-hasil audit, yaitu : a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor. Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.

Audit Delay

| 10

C. Laporan Audit Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002:12). Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya disampaikan dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Menurut Haryono Jusup (2001:57) laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing.

2.3 Laporan Keuangan Ada beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi: Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:61) adalah : Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/ atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu

periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengertian laporan keuangan menurut Haryono Jusup (2001:100) adalah : Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama periode waktu tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas menejemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan untuk
Audit Delay

| 11

mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) terdiri dari komponen-komponen yaitu : (a) Neraca, (b) Laporan Rugi-Laba, (c) Laporan perubahan ekuitas, (d) Laporan arus kas, dan(e) Catatan atas laporan keuangan. 1. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada titik waktu tertentu (Bringham & Houston, 2006:46). Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari kreditor dan mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva. Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity) merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2) akuntansi laba yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun (Bringham & Houston, 2006:50). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu. 3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi (Bringham & Houston, 2006:59). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi mengenai penerimaanmdan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.

Audit Delay

| 12

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan yang menunjukan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan investor (Made Gede, 2004 dalam Yugo Trianto, 2006). Hal ini berarti apabila penyampaian laporan keuangan terlambat maka informasi yang didapat akan kehilangan relevansinya dan secara tidak langsung sebagai sinyal buruk bagi perusahaan. Menurut Ainun Naim (1988) tujuan umum laporan keuangan adalah: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba 3. Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan. Tujuan umum laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakannya. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaa perusahaan oleh manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Ghozali dan Chariri (2007), pengungkapan laporan keuangan berarti bahwa laporan tersebut harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian,

informasi tersebut haruslah lengkap dan jelas serta dapat menggambarkan secara tepat kejadiankejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi usaha tersebut. Konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep di atas adalah pengungkapan yang cukup, mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Sementara itu, wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang

Audit Delay

| 13

relevan. Mengacu pada konsep relevansi dan reliabilitas, penyajian laporan keuangan menuntut pemenuhan karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri yang melekat pada informasi keuangan atau akuntansi sehingga bisa mempunyai nilai tambah. Ciri ini tidak dapat diukur dengan bentuk kuantitatif. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan (IAI 2004): 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness). 3. Keandalan Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar. 4. Dapat dibandingkan Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.

Audit Delay

| 14

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepat waktu. Suwarjono (2002, dalam Wirakusuma, 2004) menyebutkan bahwa ketepatwaktuan informasi bermakna informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuan mempengaruhi keputusan maupun untuk membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Termaktub pula dalam SAK (2004), bahwa penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan akan

berakibat pada hilangnya relevansi laporan keuangan. Dyer dan McHug (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan dalam penelitiannnya: 1. Preliminary lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminari oeh bursa. 2. Auditors Report lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 3. Total lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Audit Delay juga dikenal dengan istilah Audit Report lag.

2.4 Audit Delay Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4). Senada dengan pernyataan Wiwik Utami, Aryati (2005) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31

Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006:31)
Audit Delay

| 15

Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (SAK, 2007:1.7), Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya disertai dengan opini auditor kepada Bapepam. Peraturan Bapepam tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30 September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari. Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan dalam keputusan. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Zaki Baridwan, 2001:5). Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Maka semakin panjang audit delay semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Beberapa penelitian terdahulu di luar negeri menunjukkan variasi rata-rata audit delay yang terjadi. Hasil penelitian Ashton dan Elliot (1987) di Kanada menunjukkan lamanya audit delay sebesar 62.5 hari, Dyer dan Mc Hugh (1975) dan Whittred (1980) di Australia selama 83.5 hari. Garsombke (dikutip oleh Wasis S., Anggit, 2007) di Amerika Serikat selama 53 hari. Courtis (1976) dan Gilling (1977) di New Zelland sebesar 62 hari. Carslaw dan Kaplan (1991) di New

Audit Delay

| 16

Zelland pada pengujian di tahun 1987 selama 88 hari sedangkan pada tahun 1988 selama 95 hari.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay A. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Llangnp1035Masud Machfoedz, 1994). Kategori Ukuran Perusahaan yaitu: 1. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. 2. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar 3. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun. Faktor Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti pada penelitian sebelumnya. Givoli dan Palmon (1982) dalam Prabandi dan Rustiana (2007:29), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara Ukuran Perusahaan, kompleksitas perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan Audit Delay. Ukuran Perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan
Audit Delay

| 17

maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Sebaliknya, Boynton dan Kell (1996) dalam Halim (2000) menyebutkan audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Namun logikanya saja manajemen perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. B. Opini Auditor Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI 2001) memaparkan: Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Audit Delay

| 18

Secara lebih rinci, berbagai tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion). Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (IAI, 2001). Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh Mulyadi (2002), jika memenuhi kondisi berikut: a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan. b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan. c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language). IAI (2001) memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion). Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit (Mulyadi, 2002): a. Lingkup audit dibatasi oleh klien. b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Dengan demikian pendapat wajar dengan pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai
Audit Delay

| 19

dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan (IAI, 2001). 4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion). IAI (2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Keterangan lebih lanjut dideskripsikan oleh Mulyadi (2000) bahwasanya laporan keuangan yang diberi pendapat tidak wajar oleh auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini yang dikeluarkan berdasarkan bukti dan penemuan selama melaksanakan pekerjaan lapangan. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Apabila selama pelaksanaan

pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun bukti yang sangat menyimpang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum maka auditor mungkin dapat dengan cepat menyelesaikan tugasnya dan kemudian mengeluarkan opini audit yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, tetapi jika auditor menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor akan lebih banyak lagi mencari penyimpangan serta bukti-bukti lain melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit yang akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit (Ardhi Dharma Yuana, 2008:15). Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat.

Audit Delay

| 20

C. Ukuran Kantor Akuntan Publik Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana telah diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono Jusup (2001:19), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalakan pekerjaannya. Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor akuntan publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar, sedang dan kecil. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas (Haryono Jusup, 2001:19). Struktur Kantor Akuntan Publik, Mengingat pekerjaan audit atas laporan keuangan menuntut tanggungjawab yang besar, maka pekerjaan profesional kantor akuntan publik menuntut indenpendensi dan kompetensi yang tinggi pula. Indenpendensi memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang diauditnya. Kompentensi memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara efisien dan efektif. Adanya kepercayaan atas indenpendensi dan kompentensi auditor, menyebabkan pemakai bisa mengandalkan diri pada laporan yang dibuat auditor. kantor akuntan publik demikian banyak jumlahnya, maka tidaklah mungkin bagi pemakai laporan untuk menilai independensi dan kompentensi masing-masing kantor akuntan publik. Carslaw dan Kaplan (1991) menyebutkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara audit delay dan kualitas KAP, sementara Gilling (1977) dalam Hossain dan Taylor (1998) menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal tersebut. Literatur yang ada memaparkan bahwa KAP besar, dalam hal ini the big five, cenderung lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big five dikarenakan reputasi yang harus mereka jaga (Hossain dan Taylor, 1998). Sekiranya tidak, ada kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang kompeten. Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo (1981 dalam Yuliana dan Ardiati, 2004) menunjukkan bahwa the big five cenderung menyajikan audit yang lebih baik
Audit Delay

| 21

dibandingkan dengan non big five, karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan. Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern daripada KAP kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dalam mengeluarkan pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak. Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum Indonesia ada dua macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) : a. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangutan. b. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. Usai kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen, the big five menjadi the big four. Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah: 1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan. 2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP SidhartaSidharta & Widjaja. 3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, & Sanjadja. 4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.. Menurut Supriyati Yuliastri Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang
Audit Delay

| 22

lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan. D. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan (1991) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya. Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi. Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton (1987) menyebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu: 1. Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan. 2. Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain. 3. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Audit Delay

| 23

4. ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masing-masing divisi. 5. ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol dan fungsi perencanaan.

Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai indikator profitabilitas perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dipakai dalam penelitian Dyer dan McHugh (1975) dan Naim (1998). Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan pengumuman laporan keuangan tahunan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang diproleh dengan persamaan berikut (Martono dan Agus Harjito, 2005):

ROA =

EBIT Total Asset

100%

*Keterangan Return on Asset (ROA) EBIT Total Asset : Rasio Tingkat Profitabilitas : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan

Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.

E. Solvabilitas Solvabilitas acapkali disebut leverage ratio. Weston dan Copeland (1995) dalam Respati (2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas juga disebut kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibanAudit Delay

| 24

kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 1996). Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk. (Ukago, 2005). Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas guna menjelaskan rentang waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari oleh penemuan Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders menghendaki syarat-syarat tertentu dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen, yang salah satunya mengharuskan manajemen menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial manajemen. Wirakusuma (2004), konsisten dengan penemuan Carslaw dan Kaplan (1991) memperoleh hubungan yang signifikan antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan. Semakin tinggi rasio utang terhadap total aktiva, semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit laporan keuangan tahunan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset ratio (TDTA) yang membandingkan jumlah aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus: TDTA = Total Aktiva 100% Utang Total Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yugo Trianto (2006), menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio total debt to total assets (TDTA) terhadap Audit Delay untuk perusahaan sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi
Audit Delay

| 25

akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya

mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan demikian solvabilitas yang di ukur dengan mempengaruhi waktu penyelesaian audit. F. Komite Audit Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan bagi perusahaan publik untuk mencapai good corporate governance antara lain Bapepam dengan Surat Edaran No. SE-03/PM/2000 total debt to total assets ratio dapat

mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go publik di Indonesia wajib membentuk komite audit dengan anggota minimal 3 orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dan dua orang dari luar perusahaan yang independen terhadap perusahaan. Selain independen surat edaran tersebut juga mensyaratkan bahwa anggota komite audit harus menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Sementara bagi perusahaan BUMN/BUMD, sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117/M-MBU/2002 menyatakan bahwa: Komisaris/Dewan Pengawas harus membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu

Komisaris/Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris/ Dewan Pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal Kalbers & Fogarty (1993) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya , yaitu: 1. kewenangan formal dan tertulis, 2. kerjasama manajemen, dan 3. kualitas/kompetensi anggota komite audit. Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait diharapkan fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga laporan keuangan tahunan dapat selesai tepat waktu dan tidak terlambat dalam menyampaikannya kepada Bapepam. Dalam peraturan No. IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit Delay

| 26

Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-41/PM/2003, komite audit didefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Salah satu tugasnya antara lain meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan. menurut Siallagan dan Mahfoedz (2006) Hal ini dilakukan dengan cara: 1. Mengawasi proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berlaku umum; 2. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa komite audit memiliki kontribusi pada pelaporan keuangan, yaitu: a. berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat, b. berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat; 3. berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal. Dengan kontribusi yang diberikan oleh komite audit diharapkan dapat membantu proses audit yang dilakukan oleh auditor dan akhirnya dapat mempercepat penyelesaian laporan keuangan auditan.

G. Umur Perusahaan Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang bersangkutan. Namun, umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal first issue (listed)-nya perusahaan di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000 dalam Catrinasari, 2006:25). Umur perusahaan juga merupakan hal yang dipertimbangkan oleh investor sebelum menanamkan modalnya. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan

menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan (Owusu dan Ansah, 2000). penelitian Petronila menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh negative terhadap audit delay. semakin lama umur perusahaan suatu perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat demikian pula sebaliknya. namun, owushu-ansah (dalam Petronila, 2007) menemukan bahwa adanya pengaruh positif antara umur perusahaan dengan ketepatan memiliki cukup banyak pengalaman dalam hal tersebut

Audit Delay

| 27

waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaa. Courtis (dalam Petronila, 2007) menemukan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay

H. Lamanya Perusahaan Menjadi Klien Sebuah KAP Hasil penelitian Ashton (1987) menemukan bahwa semakin lama menjadi klien KAP, semakin pendek audit delay. Hal ini dikarenakan KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan sebagainya. Hasil ini berbeda dengan yang ditemukan Halim (2000) yaitu semakin lama menjadi klien KAP maka semakin lama audit delay, hal ini kemungkinan disebabkan oleh skala perusahaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun kecuali tahun 1997 (karena krisis moneter).

I. Jenis Industri Jenis industri diklasifikasikan menjadi sektor keuangan dan non-keuangan. Menurut penelitian sebelumnya Ashton et.al (1987) dan Carslaw (1991) berpendapat perusahaan sektor keuangan memilki audit delay yang lebih pendek atau berpengaruh negatif terhadap audit delay. Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham dan Elliot (1987) mengklasifikasikan jenis industri menjadi dua kelompok yaitu perusahaan manufaktur, dagang, perusahaan minyak dan gas sebagai sub sampel industri. Sedangkan bank komersial, simpan pinjam, bank penyimpanan dan perusahaan asuransi sebagai sub sampel perusahaan finansial. Hasil dan penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan industri mengalami audit delay yang lebih panjang dibandingkan perusahaan finansial. Audit delay diharapkan untuk lebih singkat pada perusahaan finansial karena perusahaan dengan jenis tersebut mempunyai sedikit persediaan atau bahkan tidak sama sekali sehingga waktu audit yang dibutuhkan tidak lama. Selain itu kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur dibandingkan dengan perusahaan non finansial, kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud. Jadi, Audit delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan, dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut. Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Panjang pendeknya jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang telah dibahas diatas.
Audit Delay

| 28

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan variabel bebas berupa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, solvabilitas, kualitas auditor, opini auditor, Umur perusahaan, Jenis Industrin, Komite Audit, Lamanya Perusahaan menjadi Klian sebuah KAP. Berdasarkan gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model berikut:

Ukuran Perusahaan Opini Auditor Kualitas KAP Profitabilitas

Audit Delay

Solvabilitas Komite Audit Umur Perusahaan

Lamanya Perusahaan Menjadi Klien sebuah KAP


Jenis Industri

Audit Delay

| 29

Penelitian Terdahulu
Peneliti Variable Bebas Kompleksitas perusahaan, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, jenis industri, perusahaan publik atau Ashton dkk. (1987), Amerika Serikat nonpublik, tahun buku, SPI, EDP, audit firm tenure, 1982 Jenis opini qualified, perusahaan industri, perusahaan nonpublik, tahunbuku selain 31 Desember, SPI dan EDP yang lemah memperpanjang audit delay. besarnya laba/rugi, profitabilitas, dan jenis opini. Kelima variable Subekti dan Widiyanti (2004), Indonesia Profitabilitas, ukuran perusahaan, sektor industri, opini auditor, KAP Big5 2001 Independen berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Jenis opini, solvabilitas, Jenis opini, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas, reputasi auditor, jenis industri. 1999-2001 internal auditor, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit.
Audit Delay

Tahun Penelitian

Hasil Penelitian

Jenis opini qualified, perusahaan industri, perusahaan nonpublik, tahun 1982 buku selain 31 Desember, SPI dan EDP yang lemah memperpanjang audit delay.

Wirakusuma (2004), Indonesia

| 30

Contingent liability, extraordinary item, reputasi KAP, opini Haron dkk. (2006), Indonesia auditor, ukuran perusahaan, tipe industri, pengumuman rugi, ratio of gathering, anak cabang perusahaan multinasional, good corporate governance. 2002-2004

Hanya variable opini auditor, tipe industri, dan anak cabang perusahaan multinasional yang berpengaruh terhadap audit delay.

1. Penelitian yang dilakukan Supriyati Yuliastari Rolinda (2007) Penelitain ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia). Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2005 terhadap 36 sampel perusahaan, penelitian ini menggunakan variabel independen Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Profitabilitas, Ukuran KAP, Jenis Pendapat/Opini, dan Jenis Industri perusahaan. Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi menunjukan bahwa secara signifikan Ukuran KAP dan Jenis Industri Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Tingkat Profitabilitas dan Jenis Pendapat/Opini menunjukan hipotesis yang diajukan tidak dapat terbukti atau tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.

2. Penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006) Penelitian ini mengambil judul Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia) tahun 2004 terhadap 243 sampel perusahaan go public dengan menggunakan 6 variabel yang diteliti yaitu Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap Audit Delay. Secara parsial Opini Auditor dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan variabel Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Ukuran KAP dan Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap Audit Delay.

Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian yang sebelumnya adalah sama-sama
Audit Delay

| 31

menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas.

3. Penelitian yang dilakukan Anggit Wasis Sejati (2007) Penelitian ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005 terhadap 270 perusahaan dalam satu tahunnya (total 810 perusahaan). Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan Laba/rugi Perusahaan. Hasil penelitin

menunjukan bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan Laba/rugi Perusahaan berpengaruh positif terhadap Audit Delay, sedangkan secara parsial hanya Laba/Rugi perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) Penelitian ini mengambil judul Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2003-2005. Dalam penelitian ini terdapat dua variable dependen yaitu Audit Delay dan Timeliness dengan lima variabel independen yaitu Profitabilitas, Solvabilitas,

Internal Auditor, Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian menunjukan bahwa Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay sedangkan variabel Profitabilitas, Solvabilitas, dan Internal Auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.

5. Penelitian Courtis (1976) Menunjukkan bahwa variabel yang paling signifikan pengaruhnya terhadap audit delay adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan tambang dan eksplorasi lebih lambat pelaporannya daripada kelompok industri tertentu. Sedangkan ukuran perusahaan (total asset), umur perusahaan, jumlah pemegang saham dan jumlah halamam pelaporan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay untuk perusahaanperusahaan publik di New Zelland adalah 83 hari.
Audit Delay

| 32

6. Givoly dan Palmon (1982) Melakukan penelitian terhadap lima aspek yang mempengaruhi lama waktu pelaporan keuangan meliputi tren keterlambatan laporan keuangan, bentuk pengungkapan laporan keuangan dalam industri, hubungan antara lama waktu pelaporan keuangan dengan isi laporan keuangan, hubungan antara keterlambatan dengan atribut perusahaan dan hubungan antara keterlambatan informasi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata keterlambatan yang terjadi antara 41 hari hingga 63 hari. Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan isi laporan keuangan, sedangkan keterlambatan penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) atau berita buruk (bad news) dari perusahaan. Berita baik dan buruk erat kaitannya dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menerbitkan laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah.

7. Ashton dan Elliot (1987) meneliti hubungan antara audit delay dengan beberapa variabel independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau nonpublik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien kantor akuntan publik, besarnya laba atau rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini auditor. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit adalah 63 hari dengan variabel-variabel yang signifikan berpengaruh memperpanjang audit delay adalah jenis opini unqualified, jenis perusahaan industri dibandingkan dengan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan tahun buku selain bulan Desember, dan pekerjaan pemeriksaan relatif memiliki intensitas yang lebih banyak setelah berakhirnya penutupan tahun buku.

8. Carslaw dan Kaplan (1991) melakukan penelitian mengenai audit delay pada perusahaan-perusahaan publik di New Zelland. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, mengumumkan laba
Audit Delay

| 33

atau rugi, adanya extraordinary item, jenis opini akuntan publik, reputasi auditor, tahun buku perusahaan, kepemilikan perusahaan dan proporsi hutang terhadap asset. Hasil peneltitian

menunjukan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh adalah ukuran perusahaan (total asset) dan pengumuman kerugian oleh perusahaan. Sedangkan rata- rata audit delay di New Zelland pada tahun 1987 adalah 88 hari sedangkan pada tahun 1988 sebanyak 95 hari.

9. Halim (dikutip oleh Subekti & Novi, 2004) Melakukan penelitian tentang audit delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain total revenue, jenis industri, bulan penutupan tahun buku, lamanya menjadi klien KAP tertentu, laba atau rugi operasi, tingkat profitabilitas, dan jenis opini audit. Dari hasil penelitian univariat diperoleh indikasi bahwa audit delay cenderung lama jika perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi klien KAP tertentu dan mengumumkan kerugian. Hasil penelitian multivariat menunjukan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap audit delay, namun yang konsisten berpengaruh terhadap audit delay adalah akhir tahun buku dan pengumuman kerugian. Rata-rata audit delay pada perusahaanperusahaan di BEI adalah 85 hari.

10. Hanipah (dikutip oleh Subekti & Novi, 2004) Melakukan penelitian tentang rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 1999. variabel yang digunakan antara lain 28 ukuran perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, tingkat profitabilitas, pelaporan laba atau rugi, dan reputasi auditor. Hasil penelitian menunjukkan waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai tanggal ditandatanganinya laporan audit untuk perusahaan manufaktur di BEI adalah 90 hari. Waktu penyelesaian audit cenderung panjang jika ukuran perusahaan menjadi semakin besar, mendapatkan opini unqualified opinion, memiliki tingkat profitabilitas rendah dan mengumumkan kerugian.

11. Subekti dan Novi (2004) Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan objek laporan keuangan auditan yang terjadi di
Audit Delay

| 34

Indonesia pada masa krisis ekonomi. Variabel yang digunakan antara lain tingkat probabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran auditor-Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian menunjukana bahwa variabel dependen audit delay dipengaruhi oleh kelima variabel independen yaitu tingkat probabilitas, ukuran

perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran auditor-Kantor Akuntan Publik . 12. Wasis S., Anggit (2007) Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia. Penelitian ini mengambil objek penelitian laporan keuangan tahunan perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta tahun 2003 s.d. 2005. Variabel independen yang digunakan antara lain ukuran perusahaan, klasifikasi industri, dan pengungkapan laba atau rugi perusahaan. Hasil penelitian 29 menunjukkan bahwa variabel dependen audit delay tidak signifikan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan sedangkan klasifikasi perusahaan serta pengungkapan laba atau rugi perusahaan signifikan mempengaruhi audit delay.

Audit Delay

| 35

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Tujuan umum laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakannya. Audit Delay adalah rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting, Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi.

3.2 Saran

Audit Delay

Anda mungkin juga menyukai