Anda di halaman 1dari 33

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA

PERUSAHAAN NONKEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Program Diploma III AKuntansi Terapan
Universitas Brawijaya

DI SUSUN OLEH :

FITRIA RATNA YULITA


123141914111008

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN


BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI TERAPAN
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada


suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan,
laporan keuangan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau
laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Dalam pengungkapan pelaporan keuangan haruslah
jelas dan lengkap serta dapat menggambarkan urutan waktu atas kejadian-kejadian ekonomi
yang mempunyai pengaruh terhadap hasil operasi usaha tersebut.

Salah satu kewajiban perusahaan manufaktur yang sudah go public adalah


mempublikasikan laporan keuangan yang telah disusun dengan standar akuntansi
keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar dalam Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam). Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dan tentunya hal
ini membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria
profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya

Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disebut bermanfaat jika


disajikan secara akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan oleh investor.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan
perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut. Apabila terjadi
penundaan penyampaian laporan keuangan, dapat berdampak negatif pada reaksi pasar.
Makin lama masa penundaan, maka relevansi laporan keuangan makin diragukan.
pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan
pengumuman laba yang lebih cepat menunjukkan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi
dikarenakan investor pada umumnya menganggap keterlambatan pelaporan keuangan
merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan.
Lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu
tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Perbedaan
waktu ini disebut audit delay. Makin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya,
semakin lama pula audit delay. Namun bisa jadi auditor memperpanjang masa auditnya
dengan menunda penyelesaian audit laporan keuangan karena alasan tertentu, semisal
pemenuhan standar untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang akhirnya
menuntut waktu lebih lama. Sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang Standar Pekerjaan Lapangan
yang mengatur prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan bagi auditor, bahwa
auditor perlu memiliki perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan. Juga perlu
pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal, diikuti dengan
pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan.

Dyer dan Mchugh (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan pelaporan


yaitu sebagai berikut: (1). Preleminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai penerimaan laporan keuangan pendahulu oleh bursa; (2). Auditor’s
report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan
auditor ditandatangani; (3). Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa.

Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan Audit Delay semakin lama,


yaitu: Ukuran perusahaan, Jenis industry, Tahun buku, Opini auditor, Profitabilis,
Solvabilitas, Pengumuman rugi, Lamanya jadi client KAP, Internal auditor, Reputasi
KAP, Kualitas auditor, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini penulis memilih tiga
factor yang mungkin mempengaruhi audit delay, yaitu: Ukuran perusahaan, Opini dan
Profitabilitas

Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang di ukur dari
besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran
Perusahaan dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) Perusahaan Besar, 2) Perusahaan
Menengah, 3) Perusahaan Kecil. Menurut Sistya Rachmawati (2008:8) Ukuran
Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa
semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya
semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini
disebabkan karena perusahaan besar biasanya memilki sistem pengendalian internal yang
baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan
yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.

Opini Auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor independen atas
laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go
public tahun 2004 menemukan adanya hubungan positif antara Opini Auditor dengan
Audit Delay. Pada perusahaan yang tidak menerima pendapat unqualified opinion akan
menunjukan Audit Delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang
menerima pendapat unqualified opinion. Hal ini disebabkan karena peusahaan yang
menerima pendapat selain unqualified opinion dianggap sebagai kabar buruk, sehingga
penyampaian laporan keuangannya akan diperlambat.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama


periode tertentu. Menurut Yugo Trianto (2006) Profitabilitas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena perusahaan yang mengumumkan
Profitabilitas yang relative rendah mengacu pada kemunduran publikasi laporan
keuangan yang telah diaudit.

Menurut penelitian dari Ani Yulianti (2010) yang dikutip dari Ardhi Dharma
(2008),menyebutkan bahwa pada tahun 2001 rata-rata waktu tunggu pelaporan ke
BAPEPAM dari waktu antara tanggal laporan sampai tanggal opini auditor membutuhkan
waktu 98 hari. Jika hal ini dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan BAPEPAM,
terlihat masih banyak perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi
di Indonesia.

Menurut Dyer dan McHugh memberi contoh bahwa di Pasar Modal Indonesia
pernah terjadi beberapa perusahaan sahamnya telah dilarang diperdagangkan hanya
karena gagal memberikan laporan keuangan tahunan sesuai dengan persyaratan ketepatan
waktu bagi bursa. Masih banyaknya perusahaan yang belum menyampaikan laporan
keuangannya secara tepat waktu me nunjukkan kesadaran dalam penyampaian laporan
keuangan pada perusahaan di Indonesia masih sangat kurang. Oleh sebab itu dibutuhkan
penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu dalam
penyampaian laporan keuangan.

Meskipun telah banyak penelitian sebelumnya yang membahas mengenai audit


delay pada perusahaan yang terdaftar di BEI, namun dapat dilihat masih banyak
perbedaan hasil. Hasil penelitian tersebut bermacam-macam, ini mungkin karena
perbedaan variable independent dan variabel dependent yang diteliti, perbedaan periode
pengamatan atau perbedaan dalam metodologi statistik yang peneliti masing-masing
gunakan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengambil judul penelitian mengenai ”Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit
Delay”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Salah satu hal terpenting dalam penyajian laporan keuangan agar dapat digunakan
semestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah laporan keuangan tersebut
disajikan tepat waktu. Ketepatwaktuan itu dipengaruhi lamanya proses audit yang
dijalankan. Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun
buku hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) ini kemudian
didefinisikan sebagai audit delay (Halim, 2000). Berdasarkan uraian di atas,
permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Apakah Ukuran Perusahaan menjadi factor terjadinya audit delay?
2. Apakan Opini Auditor menjadi factor terjadinya audit delay?
3. Apakan Profitabilitas Perusahaan menjadi factor terjadinya audit delay?

1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan penelitian


Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay
2. Mengetahui pengaruh opini auditor terhadap audit delay
3. Mengetahui pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap audit delay
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan,
baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut beberapa manfaatnya

1. Manfaat teoritis :

a. Sebagai bahan kontribusi dalam perkembangan bagi para akademisi dalam


bidang akuntansi khususnya yang berkaitan dengan tenggang waktu audit
b. Sebagai media pemahaman dan ilmu tambahan mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tenggang waktu audit
c. Sebagai bahan referensi tambahan bagi pihak-pihak lain yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai tenggang waktu audit

2. Manfaat Praktis :
a. Bagi Auditor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh auditor
dalam melaksanakan auditnya agar dapat menyelesaikan laporan auditnya tepat
waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM.
b. Bagi Akademis
Memberi deskripsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delaydi
Indonesia, dimana penelitian tersebut dapat dijadikan tambahan wawasan dan
pertimbangan bagi mahasiswa dalam penelitian berikutnya.
c. Bagi Praktisi
Diharapkan penelitian ini dapat menjadikan referensi dalam
mengimplementasikan pengetahuan penulis dalam melakukan pekerjaan audit.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


Penulisan ini menggunakan sistematika sebagai beriku:

BAB I
PENDAHULUAN
Mencakup latar belakan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas landasan teori dan penelitian terdahulu

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan.

BAB IV
PENUTUP
Penutup terdiri atas simpulan dan saran mengenai penelitian yang telah dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori keagenan (agency theory) 
Istilah agen dalam hal ini, adalah pihak manajemen/direksi perusahaan, yang
mendapat mandat hak mengelola perusahaan dari pihak pemilik ( principal ).
Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang go public di manage oleh pihak
professional yang bukan sebagai pemegang saham mayoritas. Kendatipun dalam
kenyataannya ada kepemilikan saham oleh pihak manajemen/direksi, porsinya
relative kecil dan kebanyakan diperoleh dari kebijakan saham bonus.Kerja sama
antara pihak agen dan principal dalam hal ini, sebenarnya sangat mulia dan akan
saling menguntungkan, apabila masing-masing pihak mentaati komitmen yang telah
disepakati sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja.

Dari pihak agen, dalam hal ini dituntut agar mencurahkan kemampuan
profesionalnya demi peningkatan nilai perusahaan yang dikelolanya.Sedangkan dari
pihak principal sebagai pemilik perusahaan, berkewajiban memberikan balas jasa/fee
kepada pihak agen dalam jumlah yang realistis dan adil serta pasti.Bila kriteria
tersebut telah dipenuhi, maka kecil kemungkinan bagi pihak agen untuk merekayasa
informasi keuangan perusahaan yang di kelolanya sebagaimana kita kenal dengan
istilah asimetri informasi.Jika pihak agen merasa haknya tidak sesuai dengan
pengorbanan jasanya sebagai agen dan tidak ada kepastian tentang jumlah fee yang
akan diperoleh baik menyangkut besarnya maupun waktunya, maka akan ada
kemungkinan mereka melakukan manajemen laba, alokasi sumber daya dan dana
perusahaan yang kurang bermanfaat bagi peningkatan nilai perusahaan, dan praktek
lainnya yang bermuara pada keuntungan yang relatif lebih besar bagi pihak agen
sendiri.

Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik


sebagai principal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan
muncul permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan selalu
berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya (Jensen dan Meckling, 1976).
Agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal, sehingga
menimbulkan adanya asimetri informasi yaitu suatu kondisi adanya
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder sebagai pengguna
informasi.

Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan.Teori tersebut


menyatakan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat bertemunya
kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan.Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, pendanaan, dan
kebijakan investasi (Jensen and Meckling 1976).Ketiga kebijakan tersebut dapat
digunakan oleh investor untuk mengatur manajer dan mentransfer keuntungan dari
kekayaan kreditor. Upaya investor tersebut akan menjadi lebih sulit dengan adanya
laporan keuangan yang konservatif. Konservatisme akuntansi akan mendukung
terciptanya kontrak yang efisien antara berbagai pihak, khususnya pihak investor dan
kreditor sebagai pengguna utama laporan keuangan (Juanda, 2007). Siallagan dan
Machfoedz (2006) dalam perspekif teori keagenan menyatakan bahwa agen yang risk
averse dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan
resources (berinvestasi) yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan
agensi ini akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik
perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan
resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak, maupun dalam
bentuk shirking (kelalaian). Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang
digunakan untuk memahami corporate governance.

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan adanya pemisahan antara


kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan
(agency problems), yaitu ketidak sejajaran kepentingan antara principal
(pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Masalah keagenan ini dapat
diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk
menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan. Mekanisme monitoring yang
efektif dalam pengelolaan perusahaan (corporate governance mechanism) yaitu; (a)
memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial
ownership), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat
disejajarkan dengan kepentingan manajer, (b) kepemilikan saham oleh investor
institusional karena dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah
kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen, dan (c) melalui
peran monitoring oleh dewan direksi (board of directors).

Konservatisme didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap


ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang
saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah
verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews daripada badnews
(Lara, et.al, 2005) Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang digunakan
dalam akuntansi. Akuntansi konservatif yaitu merupakan sikap yang diambil oleh
akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan
keuangan. Apabila lebih dari satu alternatif tersedia maka sikap konservatif ini
cenderung memilih alternatif yang tidak akan membuat aktiva dan pendapatan terlalu
besar (Baridwan, 2002:14). Wolk et.al, (2001:144) mendefinisikan konservatisme
akuntansi sebagai usaha untuk memilih metoda akuntansi berterima umum yang (a)
memperlambat pengakuan revenues, (b) mempercepat pengakuan expenses, (c)
merendahkan penilaian aktiva, dan (d) meninggikan penilaian utang. Secara
tradisional, konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan melalui pernyataan
“tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian” (Bliss,
1924 dalam Watts, 2003a). 

Konservatisme dalam akuntansi ini mengimplikasikan adanya persyaratan


verifikasi yang asimetris antara pengakuan laba dan rugi. Semakin tinggi tingkat
perbedaan dalam verifikasi yang disyaratkan untuk pengakuan laba versus pengakuan
rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansinya (Watts, 2003a).

2.1.2 Pengertian Akuntansi

Pengertian Akuntansi menurut Paul Grady adalah suatu body of knowledge


serta fungsi organisasi yang secara sistematik, autentik dan orisinal, mencatat,
mengklasifikasikan, memperoses, mengikhtisarkan, menganalisis,
menginterprestasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang
terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang
berarti dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas
kepercayaan yang diterimanya.
Dalam APB (Accoungting Principle Board) Statement No.4 merumuskan
Pengertian Akuntansi merupakan suatu kegiatan jasa.Fungsinya yaitu memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran materi (uang), mengenai suatu
badanekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, dimana digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.

2.1.3 Pengertian audit


Pengertian auditing ( Sukrisno Agoes:2012, auditing, petunjuk praktis
pemeriksaan akuntan oleh akuntan public) buku1 edisi 4.salemba empat.

Konrath (2002:5) mendefinisikan auditing sebagai: suatu proses sistematis


untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan criteria yang telah ditetapkan dan
mengkominikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pengertian auditing menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.


Elder (20011:4) audit adalah akumulasi dan evaluasi tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang
ditetapkan .audit harus dilakukan oleh yang kompeten , orang yang mandiri .

Menurut sukrisno agoes (1012:2) auditing adalah suatu pemeriksaan yang


dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungan, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.

A. Tujuan Audit
Tujuan umum suatu auditing atas laporan keuangan adalah
memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam audit biasanya dirumuskan tujuan
khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Tujuan khusus ini berasal dari asersi-asersi yang dibuat manajemen dalam
laporan keuangan (Haryono Jusup, 2001:117).

B. Fungsi Audit
Berdasarkan sifatnya yang analisis, auditing mempunyai fungsi
memecah-mecah atau menguraikan informasi yang ada dalam laporan
keuangan untuk mencari bukti yang dapat mendukung pendapat auditor
mengenai kewajaran penyajian informasi tersebut. Audit yang dilaksanakan
auditor adalah suatu fungsi untuk menentukan apakah laporan keuangan yang
disusun manajemen telah memenuhi kriteria yang telah disepakati bersama atau
telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam Prinsip-
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dalam Yugo Trianto (2006).
Alasan utama adanya profesi auditor adalah untuk melakukan
fungsipengesahan atau meyakinkan akan kewajaran laporan keuangan. Auditor
memberikan sumbangan berupa kepercayaan terhadap laporan keuangan untuk
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pihak-pihak pemakai
laporan keuangan.

C. Jenis-Jenis Audit

Audit dikelompokan menjadi 3 golongan yaitu (Haryono


Jusup,2001:15):
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan untuk
menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan yaitu
informasi kualitatif yang akan diperiksa dan dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang
digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum, meskipun audit
lazim juga dilakukan atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan
dasar tunai atau dasar akuntansi lain yang cocok untuk organisasi yang
diaudit. Laporan keuangan yang diperiksa biasanya meliputi neraca,
laporan labarugi dan laporan arus kas termasuk catatan kaki (font
mote).
b. Audit Kesesuaian
Audit kesesuaian adalah audit yang tujuannya untuk
menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau
aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Hasil audit
kesesuaian biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak tertentu
yang lebih tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak
diberikan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Audit kesesuaian
untuk perusahaan swasta dapat berupa penentuan apakah karyawan-
karyawan di bidang akuntansi telah mengikuti prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan oleh kontroler perusahaan. Manajemen biasanya
merupakan pihak yang paling berkepentingan atas hasil audit
kesesuaian, dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya.

c. Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian
dari prosedur dan metode yang ditetapkan suatu organisasi dengan
tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil akhir dari
audit operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen
untuk perbaikan operasi.

D. Jenis-Jenis Auditor
a. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan
audit harus diatas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah.
DiIndonesia audit dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak
tundukpada pemerintah sehingga dapat diharapkan dapat melakukan
audit secara independen, namun demikian badan ini bukanlah badan
yang berdiri diatas pemerintah. Hasil audit yang dilakukan BPK
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai alat kontrol
atas pelaksanaan keuangan negara.
b. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja didalam
perusahaan(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas
pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh manajemen. Pada umumnya auditor intern wajib
memberikan laporan secara langsung kepada pimpinan tertinggi
perusahaan atau pejabat tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan.
Tanggungjawab auditor intern pada berbagai perusahaan sangat
beranekaragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan. Sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan
tugas rutin berupa audit kesesuaian. Agar dapat melakukan tugasnya
secara efektif, auditor intern harus independen terhadap fungsi-fungsi
lini dalam organisasi tempat ia bekerja, namun ia tidak dapat
independen terhadap perusahaannya karena ia adalah pegawai dari
perusahaan yangdiauditnya.
c. Auditor Independen atau Akuntan Publik
Auditor independen atau sering disebut sebagai akuntan publik
adalah auditor yang mempunyai tanggung jawab melakukan fungsi
pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan.Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan
terbuka yaitu perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat
melalui pasar modal, perusahaan-perusahaan besar, dan juga
perusahaan-perusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak
bertujuan mencari laba. Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan
melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat izin
dari Departemen Keuangan. Seseorang baru akan memperoleh ijin
berpraktek sebagai akuntan publik apabila yang bersangkutan
memenuhi beberapasyarat yang telah ditentukan.

2.1.4 Standar Auditing


Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi
pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001)
telah menetapkan standar auditing sebagai berikut:
A. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yangakan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi,pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporankeuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikiantidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.
Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan
membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan
akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar.
Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu
mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar,
sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor
untuk melaksanakan audit sesuai standar.
Setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil
selalu terdapat empat tahap kegiatan yaitu (Jusup, 2001):
1. Penerimaan Penugasan Audit
Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan
untuk menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien
baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada
tahap ini hanya standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan.
Pada umumnya keputusan untuk menerima (atau menolak) ini sudah dilakukan
sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan
diperiksa.
2. Perencanaan Audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk
pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan cukup sulit
dan menentukan keberhasilan penungasan audit. Pada tahap ini perlu
diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar
auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan
sebelum akhir tahun buku klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah melaksanakan audit
(audit test). Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan
lapangan. Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit
mengenai efektifitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan
keuangan. Pda tahap ini juga harus diterapkan standar umum dan standar
pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian audit ini pada umumnya
dilakukan antara tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga
satu bulan sesudah akhir tahun buku klien.
4. Pelaporan Temuan
Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan.
Laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standart

2.1.5 Audit Delay


Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit
independen (Wiwik Utami, 2006:4). Menurut Dyer & McHugh (1975:206 dalam
Wiwik Utami, 2006:4) “Auditors’ report lag is the open interval of number ofdays
from the year end to the date recorded as the opinion signature date in theauditor’
report”. Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang
sangat penting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan
pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan
(1988) dalam Yugo Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang
dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal
penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit.

Dyer dan Mchugh (1975) dalam Sari (2011) menggunakan tiga kriteria
keterlambatan pelaporan yaitu sebagai berikut :
1. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan keuangan pendahulu oleh bursa.
2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal
penerimaan laporan dipublikasikan di bursa.

Berdasarkan tiga kriteria keterlambatan pelaporan Dyer dan McHugh (1975)


tersebut, penelitian ini terdiri dari dua kriteria pengukuran yaitu audit report lag yang
diukur berdasarkan interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal laporan auditor ditandatangani dan total lag yang diukur berdasarkan interval
jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan
dipublikasikan di bursa. Adapun preliminary lag tidak termasuk dalam penelitian ini
disebabkan preliminary lag diukur sampai tanggal penerimaan laporan keuangan
pendahulu yang tidak dipublikasikan ke publik. Sehingga yang dimaksud audit delay
dalam penelitian ini merupakan waktu penundaan (delay) dari pelaporan laporan
keuangan audited, di mana tenggang waktu audit report lag dan total lag termasuk di
dalam tenggang waktu penundaan pelaporan laporan keuangan audited tersebut.

A. Audit Report Lag


Audit report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal tutup buku
dengan tanggal laporan audit ditandatangani (Iskandar dan Trisnawati, 2010).
Lamanya waktu diselesaikannya laporan audit (audit report lag) dapat
mempengaruhi ketepatan waktu penyajian informasi laporan keuangan untuk
diterbitkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, Sehingga hal ini dapat
berdampak pada reaksi pasar dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan. Tersedianya informasi laporan keuangan yang tepat
waktu akan digunakan oleh investor, sebagai keputusan investasi, dan digunakan
masyarakat dalam hal ketersediaan informasi, serta untuk efektifitas pengawasan
oleh Bapepam (Sulistyo, 2010).
Menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Surbakti (2009), audit
reporting lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku
perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
2. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan
dan saat penyelesaiannya.
3. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan
lapangan dengan tanggal laporan audit terbit.

Dalam keputusan No.KEP 36/PM/2003 oleh Ketua Bapepam tentang


kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala dalam lampirannya,
yaitu Peraturan Bapepan nomor X.K.2 yang menyebutkan hal-hal sebagai
berikut:

1. Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan


dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan.
2. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik telah menyampaikan laporan
tahunan sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan
maka Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri.
3. Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Perusahaaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi dan
laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-kurangnya 2 (dua)
surat kabar harian berbahasa Indonesia yang satu diantaranya
mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang terbit di tempat
kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik, selambat-lambatnya
pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
b. Bagi perusahaan yang dikategorikan sebagai Perusahaan
Menengah atau Kecil wajib mengumumkan neraca, laporan laba
rugi dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-
kurangnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang
mempunyai peredaran nasional;
c. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis
industrinya yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang
disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan
kepada Bapepam;
d. Pengumuman tersebut harus memuat opini dari akuntan; dan
e. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal
pengumuman.
4. Jika terdapat perbedaan antara laporan keuangan tengah tahunan yang
telah disajikan secara tersendiri kepada masyarakat dengan data
periode yang sama yang secara implisit sudah tercakup dalam laporan
keuangan tahunan harus dijelaskan didalam catatan atas laporan
keuangan. Perbedaan data laporan keuangan tengah tahunan tersebut
terutama terjadi karena adanya saran koreksi Akuntan dalam rangka
pemeriksaan (audit) laporan keuangan tahunan. Penjelasan tersebut
juga mencakup perbedaan laba bersih yang terjadi dan hal-hal yang
menyebabkan timbulnya perubahan.
5. Laporan keuangan tahunan menjadi salah satu bagian dari laporan
tahunan untuk keperluan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

B. Audit Total Lag


Dyer dan Mchugh (1975) dalam Sari (2011) menjelaskan bahwa total
lag diukur berdasarkan interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Rentang waktu
antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi
keuangan diumumkan ke publik sangat berpengaruh terhadap kualitas
informasi laporan keuangan yang dilaporkan. Adanya peraturan Bapepam
yang mewajibkan perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan
auditannya selambat-lambatnya akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan, menunjukkan bahwa pihak pemerintah ingin mendorong
perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangannya yang disertai dengan
laporan auditor independen, dengan tujuan agar para pengguna laporan
keuangan dapat memperoleh informasi atas laporan keuangan tersebut secara
tepat waktu. Apabila perusahaan melaporkan laporan keuangan auditannya
melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan Bapepam, maka dapat dikatakan
perusahaan tersebut mengalami keterlambatan dalam melaporkan laporan
keuangannya. Akibatnya, laporan keuangan tersebut akan hilang sisi
informasinya, karena tidak tersedia saat para pemakai laporan keuangan
membutuhkannya untuk pengambilan keputusan.

Givoli dan Palmon (1982) dalam Ashton, dkk. (1987) menjelaskan


bahwa banyaknya proses pengauditan yang rumit menyebabkan auditor
membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan proses audit pada suatu
perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap tenggang waktu total lag
suatu perusahaan. Beberapa kendala yang timbul dari keterlambatan auditor
dalam memberikan opininya sebagaimana tercantum dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari IAI (2011) yaitu auditor
membutuhkan waktu untuk melakukan pencatatan atas aktivitas yang akan
dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal dan
pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.Oleh karena itu, auditor akan
dihadapkan pada dilema antara menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu
dan melaksanakan audit sesuai dengan standar yang berlaku, demi kualitas
laporan audit dan demi kualitas KAP itu sendiri. Sehingga, dibutuhkan
kerjasama yang baik antara manajemen perusahaan dengan auditor dalam
proses pengauditan laporan keuangan agar laporan audit dapat diselesaikan
tepat waktu, sehingga informasi laporan keuangan dapat tersedia ketika
dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tenggang waktu total lag yang
berkepanjangan pada suatu perusahaan baik itu berlandaskan alasan yang logis
maupun tidak, hal ini akan berdampak negatif pada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan keuangan auditan tersebut.

2.1.6 Faktor terjadinya audit

A. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain
dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan
ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan
menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki
total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah
badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada dasarnya
Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small
firm). Xaf0 Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan
(Llangnp1035Masud Machfoedz, 1994). Kategori Ukuran Perusahaan yaitu:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersihRp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil
penjualanlebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersihpaling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
danmemiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.

Ukuran Perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan


keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan
melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena
perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem
pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan
auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat mempengaruhi
waktu penyelesaian audit.

B. Opini Auditor
Pendapat auditor dalam laporan keuangan auditan sangatlah penting bagi
perusahaan maupun pihak-pihak luar yang membutuhkan informasi keuangan
perusahaan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Terdapat lima jenis
opini yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan menurut Mulyadi
(2002) yaitu sebagai berikut :

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).


Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak
terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang
signifikan mengenai kewajaran dan penerapan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan Prinsip Akuntansi Berterima Umum tersebut, serta
pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
(Unqualified Opinion report with Explanatory Language).
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai
standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi
yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan
audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan.
c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion).
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit apabila lingkup audit dibatasi klien, auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan
klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun dengan Prinsip
Akuntansi Berterima Umum digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak ditetapkan secara konsisten.
d. Pendapat Tidak Wajar (adverse Opinion).
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima
Umum sehingga tidakmenyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor,
maka laporanaudit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion
report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat adalah:
1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

C. Profitabilitas
Menurut Hanafi dan Halim (1996) Profitabilitas adalah ukuran mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode
tertentu. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba
yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal
dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(Profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham
tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana
keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi
perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan
keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana perusahaan.
Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On Asset
Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkanlaba
berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi
perusahaanyang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini
berkaitan denganakibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap
pengumuman rugi tersebutbagi perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka
dalam penelitian ini yang menjaditolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return
On Asset Rasio (ROA) yangdiproleh dengan persamaan berikut (Martono dan
Agus Harjito, 2005):

ROA = EBIT : Total Aset X 100 %

Keterangan :
Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas
EBIT : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak
Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan

Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan


antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga
menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari
sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan
Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit.
2.1.7 Laporan Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam


berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002:12). Dalam
laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya disampaikan dalam
bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku
terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar (introductory paragraph),
paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion
paragraph).
Menurut Haryono Jusup (2001:57) laporan audit adalah alat formal
yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang
laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat
standar pelaporan dalam standar auditing.

Dalam suatu pemeriksaan umum (general audit), Kantor akuntan


public memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri atas :
A. Lembaran opini
Lembaran opini merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana
akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung
jawab manajeman.
a. Jenis-jenis pendapat akuntan menurut Standart Profesional
Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA Seksi 508) ada
lima jenis pendapat akuntan, yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opini)
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku
(Unqualified opinion with explanatory language)
3. Pendapat wajar dengan pengecualian ( Qualified opinion)
4. Pendapat tidak wajar ( Adverse opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer opinion)
B. Laporan keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut adalah suatu penyajian data
keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada, yang
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
(aktiva) dan/ atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan
atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan
keuangan terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan/Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan
pada titik waktu tertentu (Bringham & Houston, 2006:46).
Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan
dasar system akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan
sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva
sumber daya yang merupakan investasi yang diharapkan untuk
menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan
persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan.
Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari kreditor dan
mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva.
Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity)
merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau
dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2) akuntansi laba
yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya
perusahaan.
b. Laporan laba rugi kemprehensif/ laporan laba rugi (Income
Statement)
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan
dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi,
yangbiasanya setiap satu kuartal atau satu tahun (Bringham &
Houston,2006:50). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan
perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan
aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan
rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu
periode waktu.
c. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang
menggambarkan perubahan saldo akun ekuitas seperti modal
disetor, tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan akun
ekuitas lainnya.
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari
aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh
perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi. Tujuan
pokok laporan arus kas adalah untuk memberikannformasi
mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama
periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan, yang antara lain berisi: bagian
umum (menjelaskan latar belakang perusahaan), kebijakan
akuntansi dan penjelasan atas pos-pos laporan posisi keuangan
(neraca) dan laba rugi komprehensif (laba rugi).
f. Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos
yang penting seperti perincian piutang, asset tetap, liabilities, beban
umum dan administrasi serta beban penjualan.

2.2 Penelitian terdahulu


Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan, baik di dalam
maupun di luar Indonesia. Di Indonesia, Halim (2000) yang mengambil sampel
penelitian tahun 1997 menguji tujuh faktor yang dapat mempengaruhi audit delay
pada perusahaan-perusahaan terdaftar di BEI. Sejalan dengan penelitian Ashton dkk.
(1987), ketujuh faktor tersebut meliputi ukuran perusahaan, jenis industri, tahun buku
yang berakhir31 Desember, opini auditor, tingkat profitabilitas, pengumuman rugi,
dan lamanya menjadi klien KAP. Ditemukan bahwa rata-rata audit delay pada
perusahaan-perusahaan publik di BEI adalah 84,5 hari. Berdasar penelitian univariate
Halim(2000) mengungkapkan bahwa faktor pengumuman rugi, tahun buku yang
berakhir31 Desember, dan lamanya menjadi klien KAP mengakibatkan jangka waktu
auditdelay lebih panjang. Di sisi lain, hasil penelitian multivariate menunjukkan
bahwaketujuh faktor tersebut secara serentak berpengaruh terhadap audit delay,
namun yang berpengaruh kuat hanya pengumuman rugi dan tahun buku.

Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang rentang waktu penyajian


laporan keuangan ke publik pada tahun 1999-2001 dengan sampel 132 perusahaan yang
terdaftar di BEI. Menggunakan variabel dependen rentang waktu penyelesaian audit
laporan keuangan dan rentang waktu pengumuman laporan keuangan serta variabel
independen ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, keberadaan ninternal audit,
reputasi auditor, dan jenis opini, Wirakususma memakai dua tahap analisis. Tahap
pertama menunjukkan bahwasanya rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan
dipengaruhi jenis opini, solvabilitas, keberadaan internal auditor,dan ukuran
perusahaan. Tahap kedua memperlihatkan, rentang waktu penyelesaian audit laporan
keuangan bersama-sama dengan variabel solvabilitas dan opini auditor mempengaruhi
rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik.Rerata audit delay
pada penelitian ini sebesar 99,92 hari.

Penelitian Dewi Lestari (2010) menguji secara empiris pengaruh


ukuranperusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor, dan opini auditor
terhadapaudit delay pada emiten di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan selama
limatahun berturut-turut, sedari 2004 hingga 2008 dan mencakup 100 sampel
perusahaan consumer goods. Rata-rata audit delay perusahaan sampel di Bursa Efek
Indonesia sepanjang2004-2008 adalah 71,80 hari. Hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi audit delay adalah profitabilitas,
solvabilitas, dan kualitasauditor. Tingkat signifikansi ketiga variabel tersebut sebesar
0,043, 0,092, dan0,091.

Untuk ringkasan penelitian penulis menggunakan tabel dibawah ini untuk


mempermudah memahaminya.
N Variabel Tahun
Peneliti Hasil Penelitian
o Independen Penelitian
Ukuran
1 Halim perusahaan 2000 Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Jenis industri tejutuh faktor tersebut berbengaruh
Tahun buku terhadap audit delay. Faktor pengumuman
rugi, tahun buku 31 desember dan lamanya
Opini auditor
menjadi klien KAP mengakibatkan jangka
Profitabilitas
waktu audit delay lebih panjang. Namun
Pengumuman rugi yang berpengaruh kuat hanya
Lamanya menjadi pengumuman rugi dan tahun buku.
klien KAP
Ukuran Wirakusuma menunjukkan bahwa audit
2. Wirakusuma perusahaan 2004 delay dipengaruhi oleh Ukuran
Profitabilitas perusahaan, Solvabilbel 2.1itas,
Solvabilitas Keberadaan internal audit dan jenis opini
Internal audit auditor. Rata-rata audit delay pada
penelitian ini sebesar 99,99hari.
Reputasi auditor
Jenis opini

Ukuran Rata-rata audit delay sepanjang 2004-2008


3. Dewi Lestari perusahaan 2010 adalah 71,80 hari. Hasil secara parsial
Profitabilitas menunjukkan bahwa variabel profitabilitas,
Solvabilitas solvabilitas dan kualitas auditorlah yang
Kualitas auditor mempengaruhi audit delay. Tingkat
Opini auditor signifikansi ketiga variabel tersebut sebesar
0,043, 0,092, dan 0,091.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang diambil di www.idx.com. BEI dipilih sebagai tempat penelitian
karena BEI merupakan Bursa Efek di Indonesia yang memiliki catatan historis yang
panjang dan lengkap mengenai perusahaan yang sudah go public.

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini akan menggunakan variabel dependen Audit Delay, yaitu
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku
hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit. Audit delay diukur dengan
menghitung berapa jarak antara penutupan tahun buku sampai dengan
ditandatanganinya laporan keuangan auditan.
Audit Delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan

3.2.2 Variabel Independen


Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Opini Auditor
Opini Auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor
independen atas laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan.
Opini Auditor dalam penelitian ini diukur dengan melihat jenis opini yang
diberikan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2014.
Ada empat jenis pendapat yang diberikan oleh auditor kepada perusahaan.
Dalam penelitian ini pendapat auditor dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion diberi kode
1 dan perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion
diberi kode 0.

b. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara.
Dalam penelitian ini Ukuran Perusahaan adalah ukuran perusahaan
yang diperiksa oleh KAP dan dihitung dengan menggunakan total
asset yang dimiliki perusahaan atau total aktiva perusahaan klien yang
tercantum pada laporan keuangan perusahaan akhir periode yang telah
diaudit menggunakan log size. Dalam penelitian ini, pengukuran
terhadap Ukuran Perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma
dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan
ukuran saat regresi.
Ukuran Perusahaan = log (total aktiva)

c. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba. Profitabilitas diukur dengan rasio return on asset
(ROA) yang hitung berdasarkan EBIT dibagi dengan total aktiva.
Perusahaan yang memiliki Profitabilitas tinggi diduga waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan auditnya akan lebih pendek
dibandingkan perusahaan dengan Profitabilitas rendah. Profitabilitas
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Profitabilitas (ROA) = EBIT / Total Aktiva X 100 %

3.3 Teknik pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan audit perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen
yang sudah terjadi (laporan keuangan dan laporan audit emiten) di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
dengan cara membaca, mempelajari literatur dan publikasi yang berhubungan dengan
penelitian.

3.4 Definisi Operasional Dan Pengukuran


Berikut adalah tabel dari definisi operasional dan pengukuran dalampenelitian ini.

Sumber
Variabel Yang Diukur Indikator Skala Data

Variabel Dependen
Selisih tanggal akhir periode
Audit Delay sampai tanggal laporan keuangan Rasio Sekunder
audit

Variabel Independen
Total aset yang dimiliki
Ukuran Perusahaan Rasio Sekunder
perusahaan

Profitabilitas Laba bersih dan aset perusahaan Rasio Sekunder

Opini Auditor Pernyataan opini auditor Dummy Sekunder

Tabel 3.1
Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel

3.5 Deskripsi Objek Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Periode pengamatan yang
digunakan dalampenelitian ini adalah tahun 2014. Berdasarkan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD), jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI padatahun 2014
sebanyak 426 perusahaan. Keseluruhan data tersebut kemudian diambil sesuai kriteria
yangtelah dipilih berdasarkan metode purposive sampling sehingga data
yangterkumpul sebanyak 64 perusahaan terbagi dalam beberapa subkategori anata
lain :
No Sub Kategori Jumlah
1 Food and beverages 13

2 Tobacco manufactures 1

3 Contruction 7

4 Property 30

5 Cosmetic 3

6 Pharmacy 8

7 Household Equipment 2

Jumlah 64

Tabel 3.2
Kategori perusahaan

Anda mungkin juga menyukai