Anda di halaman 1dari 6

No Fakta Seharusnya

1. Shopping in a negative emotional state can cause Rook dan Gardner (1993) mengakui bahwa walaupun
impulse purchases kesenangan adalah prekursor yang penting, keadaan
suasana hati yang negatif seperti kesedihan, juga dapat
Shpping dalam keadaan emosional yang negative dikaitkan dengan pembelian impulsif. Sebagai contoh,
dapat menyebabkan pembeian atau membayaran berbagai penelitian menyarankan pemberian hadiah
yang impulsive . untuk diri sendiri sebagai suatu bentuk terapi ritel yang
membantu pelanggan dalam mengatur suasana hati
Negative emotions like sadness or anger can also mereka (Mick dan Demoss 1990; Rook dan Gardner 1993;
contribute to impulse shopping behaviors. Of those Vohs dan Faber 2007).
who participated in the CreditCards.com survey,
28% of women and 14% of men said they’ve made Sumber :
unplanned purchases when they were sad. Journal of the Academy of Marketing Science (2019).
Impulse buying: a meta-analytic review
Emotional negative seperti kesedihan atau amarah Gopalkrishnan R. Iyer, Markus Blut, Sarah Hong Xiao &
juga bisa mengkontribusi perilaku shopping yang Dhruv Grewal
impulsive. Siapapun yang berpartisipasi dalam
survey CreditCard.com, 28% wanita dan 14% pria
mengatakan mereka melakukan pembayaran yang
tidak terencana ketika merea sedih.

Anger particularly affects younger shoppers, who


are about twice as likely (13%) to buy impulsively
when angry than older consumers (6%). Parents are
susceptible to impulse shopping while angry, too.
They just want to get out of the crowded store;
perhaps their children are misbehaving. Parents
who are angry (13%) make unplanned purchases
nearly twice as often as nonparents (7%).

Amarah lebih tepatnya mempengaruhi membeli


yang berusia muda, sekitar setengah dari (13%)
membeli secara impulsive ketika marah daripada
costumers yang lebih tua 6%. Beberapa orang tua
dapat ter influency juga ketika marah. Mereka
hanya ingin keluar dari toko yang ramai; hanya jika
anak mereka berkelakuan buruk. Para orang tua
yang marah (13%) akan melakukan pembelian yang
tidak direncanakan dua kali lipat lebih sering dari
yang bukan merupakan orang tua (7%).
Even boredom can cause people to impulse shop,
with 30% of shoppers citing boredom as their
primary reason for shelling out the unplanned cash.
Women (32%) are slightly more inclined to impulse
shop while bored than men are (28%).

Bahkan kebosanan dapat menimbulkan seseorang


melakukan pembelian impulsive, 30% dari para
pembelanja atau shoppers memberikan argumentasi
bahwa kebosanan adalah alasan utama mereka
mengeluarkan uang mereka tak terencana. Wanita
(32%)
sedikit lebih cenderung untuk berbelanja impulsif
ketika bosan daripada pria (28%).

Sumber:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S
008021071730184X

2. Shopping while happy can result in an empty Telah dikemukakan bahwa perilaku pembelian impuls
wallet, too berhubungan kuat dengan emosi dan perasaan positif
sehingga pembeli impuls mengalami lebih banyak emosi
Surprisingly, the top feeling respondents associated positif seperti kesenangan dan akibatnya membelanjakan
with impulse purchases was excitement. And during lebih banyak (Beatty dan Ferrell 1998). Pembeli impuls
the holiday season, there’s no shortage of memiliki kebutuhan yang kuat untuk gairah dan
excitement with all of the time with family, mengalami dorongan emosional dari perilaku pembelian
vacations from work, and deals and discounts from berulang yang terus-menerus (O'Guinn dan Faber 1989;
retailers. Verplanken dan Sato 2011). Gairah semacam itu bahkan
mungkin menjadi motif yang lebih kuat untuk pembelian
Overall, 50% of women and 47% of men said that impulsif daripada kepemilikan produk (Dawson et al.
they’ve made an impulse purchase because they 1990).
were “excited.” Younger consumers (18- to 29-
year-olds) are particularly inclined to impulse shop Sumber :
more when excited (69%). Journal of the Academy of Marketing Science (2019).
Impulse buying: a meta-analytic review
Gopalkrishnan R. Iyer, Markus Blut, Sarah Hong Xiao &
Sumber :
Dhruv Grewal
https://www.cheatsheet.com/money-career/3-
statistics-you-should-know-about-impulse-
buying.html/
3. Outside of food, the most commonly purchased Menurut Hausman (2000),
item that is purchased on impulse is clothing. belanja impulsif adalah konsep yang rumit, besar dan
Wine, magazines, books, shoes, and toiletries are multi-dimensi karena sangat besar
also common impulsive purchases. jumlah produk dan layanan dijual setiap tahun.
Kebutuhan mempelajari pembelian impulsif lebih dari itu
*) barang lain selain makanan yang paling banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju
dibeli adalah pakaian, wine, majalah, buku, sepatu, karena perkembangan terkini di
sektor ritel di negara berkembang (Kacen & Lee, 2002).
dan perlengkapan mandi juga sering dibeli secara
impulsive. Sumber : jurnal Effects of Personality on Impulsive
Buying Behavior: Evidence from a
Sumber : Developing Country
https://brandongaille.com/18-dramatic-impulse- Farid, Dania Shakaib and Ali, Mazhar
buying-statistics/ Shaheed Zulfikar Ali Bhutto Institute of Science
Technology
Karachi, Pakistan
4. The primary reason why an impulse purchase is Konseptualisasi kontrol diri sebagai kekuatan dan
made is because it makes that person feel better kegagalan kontrol diri sebagai penipisan ego (bdk.
instead of it being a useful or necessary item. Baumeister 2002) juga membuka jalan untuk memahami
bagaimana latihan kontrol diri dan konsekuensi yang
tidak menyenangkan dari pengaturan diri dari tugas yang
Alasan utama mengapa pembelian impulsif menyenangkan mungkin berkontribusi untuk mencari
dilakukan adalah karena hal itu membuat orang pengejaran yang menyenangkan lainnya (Finley dan
tersebut merasa lebih baik daripada menjadi barang Schemichel 2018). Dengan demikian, individu dapat
yang berguna atau perlu. melawan dampak buruk dari tindakan pengendalian diri
dengan mengejar peluang yang akan berkontribusi pada
emosi positif (Finley dan Schemichel 2018). Pandangan
kontrol diri ini memandang ego deplesi sebagai suatu
proses, di mana pelaksanaan kontrol diri dalam satu
periode waktu mengarah pada individu yang mencari
pengalaman positif berikutnya (Finley dan Schemichel
2018).

Sumber :
Journal of the Academy of Marketing Science (2019).
Impulse buying: a meta-analytic review
Gopalkrishnan R. Iyer, Markus Blut, Sarah Hong Xiao &
Dhruv Grewal
5. Impulse buying decreases by 13% on planned Pembelian impuls secara langsung terkait dengan
shopping trips. pengambilan keputusan konsumen (Rook dan Fisher,
1995). Semakin besar kemungkinan untuk mewujudkan
(pembelian secara impulsive berkurang secara 13% tindakan yang tidak direncanakan, semakin besar
kemungkinan untuk mengambil tindakan impulsif. Studi
pada pembelanjaan yang terencana) yang mendeteksi hubungan kuat antara pembelian
impuls dan pengambilan keputusan diamati dalam
segmen yang berbeda, seperti perekrutan jasa keuangan
Sumber : (Lai, 2010) dan tindakan penjualan (Fenech, 2002).
https://www.cheatsheet.com/money-career/3- Memperkuat, bahkan lebih, hubungan antara pembelian
impuls dan pengambilan keputusan ditemukan dalam
statistics-you-should-know-about-impulse- penelitian yang dilakukan di negara-negara Barat
buying.html/ (Fenech, 2002) dan negara-negara Timur (Ling et al.,
2010).
Sumber :
Jurnal Antecedents and consequences of impulse
buying: a meta-analytic study
Fernando De Oliveira Santini 
Wagner Junior Ladeir

6. The single most motivating factor for someone to Tingkat harga produk penting, karena kendala keuangan
make an impulse purchase is the sale price of an menekan pembelian impuls (Rook dan Fisher 1995), dan
item. pemicu pembelian impuls kurang efektif dalam kategori
produk yang lebih mahal.
(satu factor yang paling memotivasi untuk
seseorang untuk melakukan pembelian secara Sumber :
impulsive adalah harga sale dari beberapa barang). Journal of the Academy of Marketing Science (2019).
Impulse buying: a meta-analytic review
Sumber : Gopalkrishnan R. Iyer, Markus Blut, Sarah Hong Xiao &
https://www.cheatsheet.com/money-career/3- Dhruv Grewal
statistics-you-should-know-about-impulse-
buying.html/

7. ”Marketing research studies estimate that 88 Tingkat harga produk penting, karena kendala keuangan
percent of impulse buys are affected by the menekan pembelian impuls (Rook dan Fisher 1995), dan
perception of lower prices” pemicu pembelian impuls kurang efektif dalam kategori
Marketing research studies ‘Marketing research produk yang lebih mahal. Dalam meta-analisis mereka,
Samaha et al. (2014) menemukan bahwa intensitas iklan
menyatakan 88 percent dari pembelian impulsive dalam industri tertentu mengurangi efektivitas kegiatan
dipengaruhi oleh persepsi dari harga yang lebih komunikasi perusahaan. Kami berpendapat bahwa hal
yang sama, pemicu pembelian impulsif mungkin kurang
murah’ Marketing reaserach studies. efektif dalam industri di mana semua perusahaan
Sumber : berinvestasi dalam iklan, karena konsumen cenderung
mengenali dan mempertimbangkan berbagai pemicu ini.
https://www.cheatsheet.com/money-career/3- Selain itu, intensitas distribusi dalam suatu industri dapat
statistics-you-should-know-about-impulse- mempengaruhi pembelian impulsif, karena dorongan
untuk membeli kemungkinan meningkat ketika produk
buying.html/ jarang atau eksklusif (Troisi et al. 2006).

Sumber :
Journal of the Academy of Marketing Science (2019).
Impulse buying: a meta-analytic review
Gopalkrishnan R. Iyer, Markus Blut, Sarah Hong Xiao &
Dhruv Grewal
8. Hungry shoppers more likely to make impulsive harus diakui bahwa orang tidak hanya mengikuti
food purchases based on physiological needs. pemikiran rasional mereka, tetapi mereka juga
dipengaruhi oleh kekhawatiran emosional (Batra 1986).
Pembeli yang lapar lebih banyak melakukan Membentuk keinginan konsumen untuk berbelanja
pembelian makanan yang impulsive berdasarkan misalnya atau membentuk kecenderungan konsumen
kebutuhan psikologinya. untuk merek atau produk tertentu melibatkan peran
sentral dari emosi. Pada dasarnya, perilaku konsumsi -
Sumber: dari perilaku di dalam toko sampai perilaku sebelum dan
https://www.cheatsheet.com/money-career/3- sesudah berbelanja - saling terkait dengan emosi yang
statistics-you-should-know-about-impulse- dialami konsumen (Herabadi 2003). Pandangan
buying.html/ pengalaman konsumsi sebagai Holbrook dan Hirschman
(1982) tunjukkan dalam studi mereka harus ditandai
dengan efek emosional yang mendalam - seperti
ketakutan, kegembiraan, rasa bersalah, kegembiraan,
kebahagiaan, dan sebagainya - daripada sekadar
perasaan puas atau tidak puas (misalnya seperti
kebencian).
Sumber :
Impulse buying emotional effects and subsequent future
behavior
https://www.ukessays.com/essays/marketing/impulse-
buying-emotional-effects-and-subsequent-future-
behaviour-marketing-essay.php

9. Menurut Cobb and Hoyer (1986), pembelian Konseptualisasi kontrol diri sebagai kekuatan dan
impulsif seringkali melibatkan komponen hedonic kegagalan kontrol diri sebagai penipisan ego (bdk.
atau affective. Pembelian impulsif terjadi ketika Baumeister 2002) juga membuka jalan untuk memahami
konsumen merasakan adanya dorongan yang kuat bagaimana latihan kontrol diri dan konsekuensi yang
untuk membeli sesuatu dengan segera. Dorongan tidak menyenangkan dari pengaturan diri dari tugas yang
yang dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan menyenangkan mungkin berkontribusi untuk mencari
motivasi konsumen untuk membeli barang secara pengejaran yang menyenangkan lainnya (Finley dan
hedonic yang menimbulkan konflik emosional. Schemichel 2018). Dengan demikian, individu dapat
melawan dampak buruk dari tindakan pengendalian diri
Sumber : dengan mengejar peluang yang akan berkontribusi pada
Jurnal : emosi positif (Finley dan Schemichel 2018). Pandangan
KECENDERUNGAN IMPULSE BUYING PADA kontrol diri ini memandang ego deplesi sebagai suatu
MAHASISWA DITINJAU DARI LATAR proses, di mana pelaksanaan kontrol diri dalam satu
BELAKANG KELUARGA (Studi Kasus periode waktu mengarah pada individu yang mencari
Mahasiswa di Lima Universitas Di Yogyakarta) pengalaman positif berikutnya (Finley dan Schemichel
2018).
Exnasiyah Yahmini Youth Financial Academy,
Loan On Card Dept., PT Bank Mega Tbk, Kancab
Sumber :
Yogyakarta
Journal of the Academy of Marketing Science (2019).
Impulse buying: a meta-analytic review
Gopalkrishnan R. Iyer, Markus Blut, Sarah Hong Xiao &
Dhruv Grewal
10. Younger consumers who have income will make
more impulsive purchases than other
demographics because they have more
discretionary money to spend.
Costumers yang lebih muda yang memiliki
pendapatan akan melakukan pembelian yang lebih
impulsif daripada demografi lainnya karena mereka
memiliki lebih banyak uang diskresioner untuk
dibelanjakan.

Sumber :
https://brandongaille.com/18-dramatic-impulse-
buying-statistics

Masalah :

Sebagai seorang mahasiswa seharusnya dapat mengontrol diri mereka sendiri untuk tidak berbelanja secara impulsive karena
banyak dari mereka masih belum mendapatkan penghasilan dari bekerja dan masih mendapatkan uang bulanan dari orang tua
mereka.

Nama : Khansa’ Maisun Nabilah

Npm : 1511700211

Anda mungkin juga menyukai