Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagasan dan konsep penghidupan yang layak (sustainable livelihood - SL)
pertama kali dicetuskan oleh Robert Chambers pada pertengahan 1980-an,
kemudian dikembangkan oleh Chambers, Conway, serta para ahli lainnya pada
awal tahun 1990-an. Konsep tersebut kemudian diadopsi oleh banyak lembaga
internasional sebagai alternatif pendekatan pembangunan pada awal 1990-an
yang disebabkan banyaknya masalah kelaparan dan kerawanan pangan di
sejumlah negara pada tahun 1980-an
Chambers dan Conway dalam “Sustainable rural livelihoods: Practical
concepts for the 21st Century” (1991) menjelaskan livelihood sebagai orang-
orang dengan kemampuan dan cara hidup mereka yang didalamnya termasuk
juga makanan, pendapatan dan aset (baik tangible assets berupa sumberdaya
dan perbekalan, dan intangible assets berupa klaim dan akses). Sebuah
penghidupan dikatakan berkelanjutan secara lingkungan ketika dapat dikelola
atau meningkatkan baik aset lokal maupun global di mana suatu penghidupan
bergantung, dan dapat memberikan manfaat bagi penghidupan yang lain.
Penjelasan mengenai dasar-dasar sustainable livelihood umumnya
digambarkan dalam bentuk diagram berbentuk pentagonal, yang dalam
aplikasinya oleh berbagai ahli, institusi maupun program/proyek kemudian
memiliki banyak varian, namun secara prinsip umumnya masih mengacu pada
konsep awalnya. Kerangka kerja livelihood mengidentifikasi 5 (lima) kategori
aset utama atau jenis-jenis modal di mana penghidupan dibangun, yang disebut
sebagai The Assest Pentagon (Pentagonal Aset). Pentagon ini dikembangkan
untuk memungkinkan informasi tentang aset masyarakat yang akan disajikan
secara visual, yang dapat menggambarkan hubungan antar aset tersebut.
Kelima aset tersebut, yaitu:
(1) Modal manusia (human capital), yaitu, kerja pertama dan terpenting
tetapi juga keterampilan, pengalaman, pengetahuan dan kreativitas.

1
(2) Modal alam (natural capital), yaitu, sumber daya seperti tanah, air, hutan
dan padang rumput, tetapi juga mineral;
(3) Modal fisik (physical capital), yaitu, rumah, alat dan mesin, stok pangan
atau ternak, perhiasan dan peralatan pertanian;
(4) Modal dana (financial capital), yaitu, uang dalam rekening tabungan,
pinjaman atau kredit
(5) Modal sosial (social capital), yang menunjuk pada kualitas hubungan
antara orang-orang, misalnya, apakah seseorang dapat mengandalkan
dukungan dari satu keluarga atau bantuan dari tetangga (mutual).
Modal alam dianggap sangat penting di daerah pedesaan, sementara di
daerah perkotaan dianggap kurang relevan dibandingkan dengan tempat tinggal
dan upah tenaga kerja. Selain itu, dalam studi penghidupan di perkotaan,
infrastruktur dasar seperti transportasi, air dan energi sebagian besar termasuk
dalam modal fisik bersama-sama dengan tempat tinggal dan peralatan

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui permasalahan pada suatu daerah tertentu menurut
masyarakat setempat, yang bertujuan untuk membuat kegiatan atau program
tertentu yang dapat dijadikan sebagai solusi atas pemecahan permasalahan
yang terjadi didaerah tersebut.

1.3 Waktu dan Pelaksanaan


Penelitian ini dilaksanakan pada 01 Agustus - 19 Agustus bertepatan di
dusun Jatirejo desa Jatikalang, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi
Jawa Timur metode yang digunakan yaitu tujuh alat PRA. Berdasarkan
penelitian tersebut dilakukan mengembangkan dengan metode berbagai ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL

2.1 Pembahasan PRA


PRA merupakan rerangka konseptual, prinsip, nilai, ideologis, & visi yang
ingin dicapai untuk aplikasi pemikiran partisipatif dalam pemberdayaan
masyarakat, metode dan teknik belajar bersama masyarakat mengenai situasi,
kondisi, permasalahan, & informasi untuk merancang program pengumpulan
data & informasi yang bersifat partisipatif.
PRA yang dikembangkan oleh Robert Chamber lebih ditunjukkan untuk
orang luar,bagaimana seharusnya orang luar yang membantu masyarakat untuk
mengembangkan dirinya, mendudukan posisinya di tengah- tengah masyarakat.
Orang luar ini biasa pegawai pemerinta, anggota LSM, orang – orang
Perguruan Tinggi dll. PRA itu sendiri menurutnya adalah metode yang
mendorong masyarakat perdesaan /pesisir untuk turut serta meningkatkan
pengetahuan dan menganalisa kondisi mereka sendir, wilayahnya sendiri yang
berhubungan dengan hidup mereka sehari-hari agar dapat membuat rencana
dan tindakan yang harus dilakukan, dengan cara pendekatan berkumpul
bersama.

2.2 Penerapan Metode PRA


Participatory Runtal Appraisal (PRA) atau pemahaman Partisipatif
Kondisi Perdesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan
masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam
rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode dan
pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma
pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di
negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan
berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan.
Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigm itu
adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.

3
Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang
merupakan bentuk pengembangan dari metode Penanaman Cepat Kondisi
Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada
tahun 1980-an. Kedua metode tersebut saling berhubungan erat dan masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bias saling melengkapi.
Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam
proses pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.

2.3 Macam-Macam Metode PRA


2.3.1 Peta Sosial
Pemetaan Sosial adalah metode visual yang menunjukkan lokasi
relatif suatu komunitas tersebut. Peta sosial atau Social Mapping ini
adalah teknik untuk membuat gambar kondisi sosial ekonomi
masyarakat, misalnya gambar posisi pemukiman, sumber –sumber
mata pencaharian, jalan, pelayan kesehatan dan sarana- sarana
umum. Hasil gambaran ini merupakan peta umum sebuah lokasi
yang memggmbarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan fisik,
sehingga dapat di gunakan untuk menganalisa dan mendalami
bersama masyarakat untuk memunculkan topik-topik dan tema-tema
tertentu.

4
Gambar 2.1 Peta Sosial

5
2.3.2 Sejarah Dan Asal Usul Desa
Seorang pemuda bernama Soleh yang tinggal bersama orang
tuanya di Desa Tunggorono Jombang. Meminta ijin untuk
mengabdikan dirinya di Kerajaan Majapahit. Namun permintaan
tersebut . Namun permintaan tersebut . Namun permintaan tersebut
tidak disetujui orang tuanya. Oleh orang tuanya Soleh disuruh untuk
pergi lelona (berpetualang) kearah Timur Selatan (Tenggara) dari
wilayah Jombang.
Setelah berjalan beberapa hari sampailah Soleh disuatu tempat
yang pada waktu itu masih berupa hutan lebat. Saat istirahat pada
malam harinya Soleh melihat bulan purnama yang dikelilingi oleh
kabut yang dalam bahasa Jawa disebut Kalangan. Setelah melihat
pertanda bulan purnama tersebut Soleh tergerak hatinya untuk
tinggal dan membangun hutan itu menjadi tempat pemukiman.
Makin lama banyak orang yang berdatangan dan bertempat tinggal
disitu bersama Soleh. Selanjutnya pemuda Soleh diangkat menjadi
Bekel (Lurah) di Pedukuhan itu yang kemudian diberi nama
Pendukuhan Kalangan.
Soleh kemudian menikah dengan seorang wanita yang masih
keturunan Majapahit bernama Nyai Kuning. Soleh merupakan tokoh
pertama yang membangun Desa Kalangan dan menjabat Bekel atau
Lurah sampai akhir hayatnya. Setelah wafat Soleh yang mendapat
sebutan atau panggilan nama Kyai Gede, dimakamkan berjajar
bersama Nyai Kuning dimakam Dusun Kalangan. Makam tersebut
sampai saat ini masih terawar dengan baik dan sangat dihormati oleh
warga desa Kalangan.
Setelah meninggalnya lurah pertama Kyai Gede, maka diganti
oleh penerusnya yang bernama Wiryo rejo atau Mbah Wiryo, sedang
sekretaris Desa (Carik) dijabat oleh Singorejo. Pada saat menjabat
lurah, Mbah Wiryorejo bertempat tinggal dirumah yang sekarang ini
menjadi tempat praktik Dr. Hardjo Santoso di Dusun Kalangan. Pada
akhir hayatnya, Mbah Wiryorejo yang menjabat Lurah kedua di

6
Dusun Kalangan, dimakamkan di makam Dusun Kalangan juga yang
terawatt dengan baik.
Sesudah pendukuhan Kalangan dibangun dan berkembang
dengan pesat maka dibukalah hutan disebelah Timur Pendukuhan
Kalangan oleh tokoh-tokoh lain, mengingat bahwa dihutan tersebut
banyak pohon jati yang tinggi dan besar maka dua pndukuhan yang
baru dibangun itu dinamakan Pedukuhan Jatirejo dan Pendukuhan
Jatigrowok. Sebagai pengganti Lurah Wiryorejo yang meninggal,
maka pada tahun 1921 dipilih Lurah baru bernama Mustaman
(Prawirorejo). Setelah naik haji pada tahun 1957 berganti nama
menjadi Haji Mohamad Ali, Lurah ke tiga Desa Kalangan.
Pada saat menjabat, Haji Moh. Ali didampingi carik bernama
Joyoastro. Mengingat bahwa Pedukuhan Kalangan, Jatirejo dan
Jatigrowokmerupakan pendukuhan kecil maka warga dipedukuhan
tersebut bersepakat untuk menyatukan ketiga Pedukuhan menjadi
Desa Jatikalang. Setelah meninggalnya Haji Moh. Ali ditahun 1969
yang dimakamkan di makam Desa Kalangan beliau digantikan oleh
menantunya yang benama Jarman Joyodiharjo dan didapmpingi oleh
carik bernama Kariman. Lurah ke empat Jarman Joyodiharjo
menjabat Lurah Jatikalang tahun 1968 sampai tahun 1974 (6 tahun).
Pada tahun itu di Desa Jatikalang diadakan pemilihan kepala Desa
(Pilkades) dan yang terpilih adalah Darmo Sutabi didampingi oleh
carik Kariman. Pada masa jabatan Lurah ke 5 Darmo Sutabi, terjadi
bergantian / perubahan nama Dusun Jatigrowok menjadi Dusun
Jatisari. Beliau menjabat dari tahun 1974 sampai 1998 (24 tahun).

2.3.3 Stake Holder Maping


Setiap tokoh masyarakat / bisa disebut penasehat dan petuah
yang berpengaruh pada setiap kegiatan di Dusun Jatiredjo.
No Nama Alamat Aktivitas Keterangan
1 Bu Darmiati Ds. Jatikalang, Kepala Dusun - Menjadi penghubung antara
Dsn. Jatiredjo Jatiredjo warga dan perangkan desa

7
- Memberi informasi dan
penjelasan kepada masyarakat
atas program - program desa
yang ada.
2 Bapak Marzuni Ds. Jatikalang, Ketua RW 02 - Memberi informasi dan
Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.02 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Mengarahkan masing-masing
RT
- Menjaga ke rukunan warga
3 Bu Endang Ds. Jatikalang, Ketua PUSTU - Memberi sosialisasi terkait
Rasyid Dsn. Jatiredjo (Puskesmas dengan kesehatan baik balita
RT.02 / RW.02 Bantu) maupun lansia
- Mengayomi warga dalam hal
kesehatan
4 Bapak Harianto Ds. Jatikalang, Ketua RT 01 - Memberi informasi dan
Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.01 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga
5 Bapak Heru Ds. Jatikalang, Ketua RT 02 - Memberi informasi dan
Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.02 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga
6 Bapak Saiful Ds. Jatikalang, Ketua RT 03 - Memberi informasi dan
Alifi Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.03 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.

8
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga
7 Bapak Hudi Ds. Jatikalang, Ketua RT 04 - Memberi informasi dan
Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.04 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga
8 Bapak Kasim Ds. Jatikalang, Ketua RT 05 - Memberi informasi dan
Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.05 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga
9 Bapak Ds. Jatikalang, Ketua RT 06 - Memberi informasi dan
Hasibuan Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.06 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga
10 Bapak Suroso Ds. Jatikalang, Ketua RT 07 - Memberi informasi dan
Dsn. Jatiredjo penjelasan kepada masyarakat
RT.07 / RW.02 atas program - program desa
yang ada.
- Menampung saran warga
- Menjaga kerukunan warga

2.3.4 Kalender Musim


Pengkajian kegiatan dan keadaan yang terjadi berulang dalam
kurun waktu tertentu(musiman) biasanya dalam jarak waktu 1 tahun,
di tuangkan dalam kalender kegiatan (curah hujan, pola
tanam/panen, hasil usaha, masalah penyakit dan pengeluaran biaya.

9
Musim Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Panas

Hujan

Pesta /
Sedekah
Bumi

Nikah /
Hajatan

Panen

Sekolah

Tanam

10
2.3.5 Peta Aktifitas

Gambar 2.2 Peta Aktivitas

11
2.3.6 Peta Transek

Melakukan pengamatan langsung dilingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menusuri wilayah dusun dan mengikuti
suatu lintasan tertentu atau penelusuran topografi & geografi desa untuk menemukan tradisi, prilaku, & budaya masyarakat serta aturan dan norma
setempat.

- Pohon Sono - Belimbing - Markisa - Pohon Pisang


- Pohon Pisang - Pohon Kelapa
Jenis - Pohon Kelapa - Pohon Mangga - Rumput - Pohon Mangga - Pohon Pisang - Pohon Mangga
- Pohon Keres - Bunga
Tanaman - Pohon Pisang - Pohon Pisang - Pohon Palem - Rumput - Pohon Mangga - Rumput
- Rumput - Rumput
- Rumput - Rumput - Rumput - Bunga

Bangunan Bangunan Baru Bangunan Baru Bangunan Baru Bangunan Baru Bangunan Baru Bangunan Baru Bangunan Baru Bangunan Baru

Status
Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
Tanah
- Paving - Paving - Paving - Paving - Aspal - Aspal - Paving - Paving
Kondisi
- Tidak - Tidak - Tidak - Tidak - Tidak - Tidak - Tidak - Tidak
Jalan
Berlubang Berlubang Berlubang Berlubang Berlubang Berlubang Berlubang Berlubang
Kesuburan
Tanah Subur Subur Subur Subur Gersang Subur Subur Subur

- Bersih - Bersi - Bersih - Bersih - Bersih - Bersih - Bersih - Bersih


Kondisi
- Jernih - Jernih - Jernih - Jernih - Jernih - Jernih - Jernih - Jernih
Air
- Tidak Berbau - Tidak Berbau - Tidak Berbau - Tidak Berbau - Tidak Berbau - Tidak Berbau - Tidak Berbau - Tidak Berbau

12
Jenis Masjid - Balai Desa - SD
- - TPQ Makam - - Lapangan
SARPRAS Ar - Ridho - PUSTU
- Rumah Warga - Rumah Warga - Rumah Warga - Rumah Warga - Masjid - Rumah Warga - Rumah Warga - Rumah Warga
- Rongsokan - Warnet (Cak - TPQ - Bengkel - Warung - POM Mini (Bu - Balai Desa - Warung Kopi
Fungsi
(pak RT 01) Mus) Bubut (pak Nurul) - PUSTU - SD
Lahan
RW 02) - Lapangan
- Bidan - Sawah
- Kurangnya
- Tata letak daerah resapan - Kurangnya - Kurangnya
rongsokan - Selokan daerah resapan daerah resapan
- Kurangnya - Kurangnya
tidak teratur dangkal dan - Selokan - Selokan
daerah resapan - Kurang - Kurangnya daerah resapan
- Kurangnya tersumbat dangkal dan dangkal dan
Masalah - Selokan tanaman hijau lapangan - Selokan
daerah resapan - Kurang tersumbat. tersumbat.
dangkal dan pekerjaan dangkal dan
- Selokan tanaman hijau - Kurangnya - Kurangnya
tersumbat. tersumbat.
dangkal dan - Kurangnya lapangan lapangan
tersumbat. lapangan pekerjaan pekerjaan
pekerjaan
- Bila terjadi
- Bila terjadi - Bila terjadi - Bila terjadi
angin puting
hujan deras hujan deras - Bila terjadi - Bila terjadi hujan deras - Bila terjadi
rongsokan - Bila terjadi
maka akan maka akan hujan deras hujan deras maka akan hujan deras
beterbangan. hujan deras
mengakibatkan mengakibatka maka akan maka akan mengakibatkan maka akan
Potensi - Bila terjadi maka akan
banjir n banjir mengakibatkan mengakibatkan banjir mengakibatkan
hujan deras mengakibatkan
- Banyak orang - Banyak orang banjir banjir - Banyak orang banjir
maka akan banjir
menjadi menjadi - menjadi
mengakibatkan
pengangguran pengangguran pengangguran
banjir

13
2.3.7 Trend Kecendrungan

Teknik bagan kecendrungan ini di pakai dengan tujuan untuk menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian,serta
kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Dari teknik Bagan Kecendrungan ini, dapat informasi tentang perkembangan ketersediaan sarana-
prasarana serta perubahan kondisi fisik sosial, ekonomi, dan kelembagaan dusun dari tahun ke tahun. Hasil perkembangan yang paling siknifikan
di desa ini yaitu dari jaringan jalan yang berkembang dari jalan dusun, (mengkaji jenis –jenis perubahan keadaan di masyarakat yang berpengaruh
terhadap perubahaan keadaan masa kini (manusia, sumberdaya, keadaan ekonomi-soial-budaya).

Sumber Daya Alam 1990-1996 1996-2002 2002-2008 2008-2011 2011-2017 2017-Sekarang Keterangan
profesi petani setiap
tahunnya mulai
Petani
berkurang.

perkembangan
moderenisasi (hp,tv,
Moderenisasi
motor) semakin
cepat.
profesi buruh pabrik
Pegawai Swasta (swasta) meningkat
Buruh Pabrik setiap tahunnya

14
profesi PNS meningkat
setiap tahunnya
PNS

profesi pedagang
meningkat setiap
Pedagang
tahunnya

profesi peternak setiap


tahunnya mulai
Peternak
berkurang.

Kesehatan penduduk
cenderung kurang baik
Kesehatan
terutama usia diatas 50
tahun. Dikarenakan
pola hidup yang buruk.

15
pendidikan
masyarakat semakin
Pendidikan merata.

Persawahan mulai
berkurang setiap
Sawah
tahunnya, karena
alih fungsi lahan
debit air setiap
tahunnya mulai
Debit Air
berkurang

lahan kosng setiap


tahunnya
Lahan Kosong
berkurang, karena
alih fungsi lahan

pembangunan
Pabrik
pabrik relative
stabil

16
Kualitas Udara kualitas udara
menurun

kualitas air menurun


Kualitas Air

alih fungsi lahan


bsemakin besar
Alih Lahan (pembangunan
perumahan)

hasil panen padi


menurun, karena
Padi
banyak alih fungsi
lahan

17
hasil panen tebu
menurun bahkan
Tebu tidak ada, karena
- - -
banyak alih fungsi
lahan
hasil panen jagung
menurun bahkan
- - -
tidak ada, karena
Jagung
banyak alih fungsi
lahan

18
2.4 Alternatif Solusi

Modal Kerentanan Faktor Penyebab Dampak Alternatif Solusi


Alam  Lahan kosong dan  Alih fungsi lahan menjadi  Tempat peresapan air ke tananh  Penyuluhan tentang
sawah semakin perumahan dan pabrik semakin sedikit sehingga rawan pentingnya lahan kosong
berkurang  Profesi Petani semakin sedikit banjir untuk resapan air
sehingga banyak tanah yang  Hasil alam (panen) berkurang
dijual
 Drainase didapan  Drainase tertutup oleh cor-coran  Saat hujan deras maka air tidak  Penyuluhan tentang
rumah banyak yang  Drainase tertutup oleh tanah dan akan bisa ditampung ke drainase pentingnya Drainase
tersumbat sampah sehingga langsung dialirkan ke  Perlu dilakukan perbaikan
 Drainase banyak yang lahan kosong Drainase
dangkal  Drainase akan mudah meluap
dan menyebabkan banjir.
 Bila banjir masyarakat akan
mudah terjangkit penyakit DBD
Manusia  Keterampilan dan  Banyak yang bekerja sebagai  Kemampuan untuk bertahan  Perlu dilakukan pelatihan
kreativitas masyarakat buruh pabrik sehingga hidup diluar pekerjaan sehari- ketrampilan dan keahlian
semakin terbatas ketrampilan dan kreativitas hanya hari semakin terbatas yang lebih beragam
terbatas pada bagian  Angka pengangguran sedikit  Perlu dibuatkan lapangan

19
pekerjaannya saja banyak pekerjaan, memperbanyak
industri rumahan.

Sosial  Warga jarang ada  Banyak yang bekerja di pabrik  Kepedulian masyarakat semakin  Menggalakkan lagi
perkumpulan berkurang perkumpulan ibu-ibu di
(pkk,arisan) lingkungan sekitar
 Semakin banyak anak  Kedua orangtua bekerja mulai  Anak sering bermain secara  Digalakkan dolanan anak
yang bermain tanpa pagi sampai sore salah traditional
pengawasan orang tua  Semakin banyak yang memiliki  Kemungkinan peyalahgunaan  Disediakan tempat
handphone handphone berkumpul dan bermain
(taman bermain)

Dana  Tidak ada  Tidak ada  Tidak ada  Tidak ada

 Kesehatan masyarakat  Pola hidup yang kurang baik  Banyak yang sakit diabetes dan  Penyuluhan tentang pola
Fisik yang kurang baik.  Pola makan yang tidak terkontrol asam urat hidup sehat

20
2.5 Diagram Ven

Gambar 2.3 Diagram Ven

2.6 Diagram Pentagon

Gambar 2.4 Diagram Pentagon

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Apabila dilihat dari pentagram hasil pengolahan data SLA maka dapat
dilihat kerentanan yang paling kritis di Desa Jatikalang Dusun Jatirejo adalah
pada bagian alam dan sosial. Pada bagian alam alih fungsi lahan yang semula
berupa area persawahan dan lahan kosong menjadi pabrik dan pemukiman
memang tidak bisa dihindari namun bisa dimimalisir dengan cara
mengalokasikan beberapa tempat untuk menjadi lahan terbuka hijau atau area
persawahan melalui PERDES, serta menjaga kebersihan aliran air sungai dan
saluran drainase di setiap rumah. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga kondisi
air tanang dan kesuburan tanah di Desa Jatikalang.
Untuk masalah sosial terlihat dari data kecenderungan perubahan dari
pekerjaan masayakat yang dulu masih banyak menjadi petani sekarang beralih
manjadi buruh pabrik yang menyebabkan waktu untuk bersosialisasi antar
tetangga semakin sedikit serta waktu untuk mengawasi anak juga berkurang,
sehingga berdampak pada kerengganga hubungan sosial antar tetangga serta
minimnya kegiatan anak yang semakin terpantau oleh orang tua. Hal ini bisa
diatasi dengan dibentuknya lagi perkumpulan rutin warga yang dapat di isi
dengan pelatihan keterampilan yang terjadwal, karena dengan perkumpulan
rutin warga serta adanya pelatihan keterampilan tidak hanya meningkatkan
hubungan sosial antar warga juga dapat menambah pengetahuan dan daya saing
warga di kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Kami harap kedepannya tulisan laporan ini baik lagi serta fokus dan
detail dalam menjelaskan isi dalam laporan PRA Dusun Jatirejo Desa
Jatikalang dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan lengkap yang
tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itulah kami para penyusun

22
berharap kritik atau saran terhadap penulisan laporan ini. Sehingga laporan ini
akan lebih baik lagi kedepannya.

23

Anda mungkin juga menyukai