Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemandirian suatu daerah merupakan tuntutan dari pemerintah pusat saat
diberlakukannya otonomi pada masa orde baru yaitu pada tahun 1966 M. Era
otonomi ini membuat daerah-daerah yang ada di Indonesia berlomba-lomba
untuk menjadi daerah yang terbaik diantara daerah-daerah lainnya karena ini
menjadi peluang besar bagi daerah untuk memajukan dan mengembangkan
daerahnya sendiri untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat dan
pegawainya. Demi tercapainya wacana daerah untuk memajukan dan
mengembangkan daerahnya, maka daerah harus mengatur strategi dalam
menjalankan pemerintahannya untuk dapat dimaksimalkan guna mendukung
peningkatan kehidupan yang lebih baik, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial
maupun politik.
Era otonomi saat ini, bukan hanya daerah yang memiliki otonomi daerah
akan tetapi desa juga memiliki otonomi desa yang mana desa memiliki hak dan
kewenangan penuh dalam mengelola dan menjalankan pemerintahannya sendiri
sehingga mandiri dan kreatif dalam meningkatkan kemajuan dan kesajahteraan
masyarakat yang ada di desa yang pertama kali diatur dalam Undang-undang No.
8 Tahun 2005 tentang perubahan atas Undang-undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Seiring berjalannya waktu undang-undang
tersebut mengalami perubahan menyesuaikan keadaan yang terjadi,hingga
pemerintah memiliki inisiatif
untuk mengeluarkan undang-undang tentang Desa. Selama ini desa dianggap
sebagai tempat yang udik dan rendahan di banding kelurahan,sehingga tidak
sedikit desa yang beralih menjadi kelurahan untuk mengangkat derajat sosial
di mata masyarakat lainnya. Hal ini tentu tidak bisa membuat pemerintah
berdiam diri, karena jika dibiarkan maka desa akan perlahan hilang,
sedangkan desa sangat penting untuk kelestarian adat dan budaya. Maka dari
itu, pemerintah pusat ingin mendongkrak mindset ini dengan dikeluarkannya
Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang terbaru yang mana
desa merupakan daerah otonom dan berhak untuk mengatur dan mengelola
desanya sendiri.

Sebagai daerah yang memiliki otonomi penuh, untuk menjalankan


pemerintahannya, maka desa harus mencari dana sendiri untuk
mengembangkan desanya. Meski sekarang dalam Undang-undang No. 6
Tahun 2014 menyatakan bahwa desa akan mendapatkan bantuan dari APBN
setiap tahunnya sekitar 600 juta hingga 1,2 Milyar yang tercantum dalam UU
No. 6 Tahun 2014 pasal 72 ayat (1) dan ayat (4) tentang desa, akan tetapi
desa tidak sepenuhnya menggantungkan pendapatannya dari bantuan
tersebut. Karena sebelum Undang-undang tersebut diberlakukan bantuan
alokasi dana desa tidak ada dan desa harus menguras tenaga dan memutar
otak untuk mendapatkan Pendapatan Desa yang maksimal.Maka dari itu desa
harus menggali potensi desa baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA)
maupun dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di desa tersebut
yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan desa dan akan masuk
kedalam kas desa atau keuangan desa.
Keuangan desa yang didapatkan dari sumber pendapatan desa haruslah
dikelola dengan baik demi tercapainya pembangunan desa. Namun, kita
ketahui bahwa sumber pendapatan desa sebagian besar berasal dari bantuan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena memang desa
merupakan daerah otonom yang kecil sehingga jika hanya mengandalkan
pendapatan asli desa tidak akan mampu meningkatkan pembangunan desa
baik itu meningkatkan dalam segi infrastruktur maupun dalam segi
administratif. . Sehingga perlu pengelolaan dan manajemen yang baik dalam
pendapatan asli desa dan keuangan desa agar desa memiliki PADes yang
memadai untuk menopang kesejahtearaan masyarakat desa.

Salah satu strategi dalam memudahkan desa untuk mendapatkan sumber


pendapatan desa adalah pemerintah membuat kebijakan yang mengatur hal
tersebut. Salah satunya adalah undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah yang meyebutkan bahwa pemerintah desa juga dianjurkan
untuk memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berguna untuk
mengatur perekonomian desa dan memenuhi kebutuhan serta menggali
potensi desa, dan Undang-undang ini merupakan salah satu upaya dari
pemerintah pusat dalam meningkatkan peran desa untuk ikut berkecimpung
dan turun tangan langsung dalam meningkatkan perekonomian desa. Undang-
undang tersebut memayungi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun
2010 tentang Badan Usaha Milik Desa yang merupakan peraturan lanjutan
dari UU No. 32 Tahun 2004 dimana dalam peraturan ini disebutkan
bagaimana cara mendirikan dan mengelola BUMDes itu sendiri.
BUMDes merupakan salah satu lembaga yang terdapat interaksi
ekonomi antara pemerintah desa dengan masyarakat desa, sehingga hal ini
juga berdampak pada hubungan antara pemerintah desa dengan masyarakat
yang akan tercipta secara alamiah. Dan dengan adanya BUMDes ini akan
menarik masyarakat untuk memulai berdagang sehingga secara perlahan
angka kemiskinan akan menurun dan mengangkat keluarga yang tidak
mampu untuk menjadi keluarga yang sejahtera.
Marwan sendiri sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi dalam detik.com (Rabu, 28 Januari 2015 pukul
22:57 WIB. Sumber :http://news.detik.com/berita/2817053/menteri-desa-
segera-terbitkan-permen-bumdes diakses pada tanggal 20 November 2015
pukul 15.12 WIB) mengungkapkan bahwa BUMDes ini diharapkan mampu
menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi di desa yang juga berfungsi
sebagai lembaga sosial dan komersial. Bumdes sebagai lembaga sosial
berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam
penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial Bumdes
bertujuan mencari keuntungan untuk meningkatkan pendapatan desa.
BUMDes sendiri memiliki literatur yang sama dengan BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) dan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yaitu sama-sama
mengelola aset dibidangnya hanya saja BUMN merupakan badan usaha
tingkat nasional yang dimiliki oleh negara dan BUMD tentu saja merupakan
badan usaha milik daerah yang mengelola aset-aset yang ada didaerah, hanya
saja BUMDes ini ruang lingkupnya masih sederhana tidak seperti BUMN
yang Nasional dan BUMD yang ruang lingkupnya sekitar provinsi,
kabupaten/kota. Maka BUMDes yang berada di Desa Cikande juga memiliki
fungsi yang sama, yaitu mengelola seluruh aset yang dimiliki desa baik itu
fisik maupun non fisik yang sifatnya kearah perekonomian desa.

Desa Cikande Kecamatan Jayanti ini merupakan desa yang tumbuh di


Ujung Perbatasan yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang. Desa
Cikande ini menjadi titik perlintasan antara kabupaten. Posisinya yang
strategis yang berada dilintasan jalan otonom Kabupaten antara Serang dan
Tangerang ini membuat masyarakat umum melewati jalan Desa Cikande
yang hendak menuju pusat kota kabupaten, kota provinsi, pusat perbelanjaan
modern, pusat perbelanjaan tradisional. Sehingga pemerintah desa memiliki
keinginan agar bagaimana caranya Desa Cikande ini bukan hanya menjadi
daerah lintasan semata akan tetapi menjadi daerah singgahan orang-orang
yang melintas di Desa Cikande ini. Maka dari itu Pemerintah Desa
berinisiatif untuk membangun BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) untuk
menjadi motor penggerak ekonomi di Desa Cikande dan diharapkan bisa
mengeksplor kuliner Desa Cikande ke berbagai wilayah yang berada di
provinsi Banten.

Sebagai salah satu desa yang berada di Provinsi Banten, Desa Cikande
merupakan akan menjadi contoh bagi desa lain terutama dari cara mengelola
BUMDesnya. Para pengelola BUMDes Desa Cikande ini berusaha
semaksimal mungkin untuk mengelola dan memanajemen dengan baik. Maka
dari itu, karena tata kelola BUMDes dengan carayang baik inilah akan
membuat Desa Cikande maju ke kancah nasional (insyallah) sebagai salasatu
desa dari Provinsi Banten.

Tidak bisa dipungkiri, meski baru berdiri pada tahun 2018 silam, BUMDes
Desa Cikande ini akan membuat pemerintah desa dan masyarakat desanya
bangga memiliki BUMDes yang dikenal banyak orang, bukan hanya dikenal
oleh desa tetangga akan tetapi dikenal oleh seluruh indonesia yang berada
jauh di seberang pulau sana yang melakukan study banding di Desa Cikande
ini.

Program-program BUMDes Cikande ini memang tidaklah banyak, Berencana


memiliki 4 (empat) program utama yang akan bisa berjalan lancar meski
banyak sekali hambatan dilapangan. Kini para pelaksana BUMDes berencana
mengembangkan unit usaha di berbagai bidang.
AZAS, VISI, MISI, MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 5
Azas
BUMDes berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia
Tahun 1945
Pasal 6
Visi dan Misi
3. Visi BUMDes Cikande Mandiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa Cikande
4. Misi BUMDes Cikande adalah untuk memudahkan perputaran barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat, memberantas paktekijon dan rentenir dan memudahkan
masyarakat Desa Cikande Dalam mendapatkan modal usaha dalam skala kecil dan
berimbang sesuai dengan keberadaan modal yang dikelolaBUMDes.
Pasal 7
Maksud dan Tujuan
1. Maksud pendirian BUMDes Cikande Mandiri adalah untuk menjadi penyedia wahana
bagi masyarakat berupa pelayanan ekonomi guna meningkatkan kuwalitas ekonomi
masyarakat.
2. Tujuan pendirian BUMDes Cikande Mandiri adalah meningkatkan
kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat melaiui berbagai kegiatan usaha ekonomi
masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa dengan wahana badan usaha
milik desa.

JENISUSAHAPERMODALAN DAN KEPENGURUSAN


Pasal 8
Jenis Usaha dan Permodalan
(1) jenis-jenis usaha BUMDes Cikande Mandiri meliputi:
a. jasa, antara lain berupajasa keuangan mikro, jasa transportasi, jasa

komunikasi, jasa konstruksi, dan jasa energi;

b. penyaluran sembilan bahan pokok, antara lain berupa beras, gula,

garam,minyak goreng, kacang kedelai, dan bahan pangan lain yang dikelola
melaluiwarung desa atau lumbung desa;

4. Pengelolaan Sampah Terpadu;


5. Pengelolaan Pasar Desa;

e. industrikecil dan rumah tangga, antara lain berupamakanan minumankerajinan rakyat,


bahan bakar alternatif, dan bahan bangunan.

15. Modal BUMDes berasaldari:


pemerintah desa;
tabungan masyarakat;
bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten;
pinjaman; dan/ataukerja sama usaha dengan pihak lain.

Pasal 9
Kepengurusan
Organisasi pengelola BUMDes Cikande Mandiri paling sedikit terdiri atas:
(1) Komisaris; dan
(2) Direksi

a. komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabatoleh Kepala Desa.

b. Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb, terdiri atas direktur dan kepala
unit usaha
Tabel 1.1
Rencana Program Kerja Utama BUMDes di Desa Cikande 2019
No. Program Kerja Kepala Unit Tahun Berdiri

1. UNBK Cikande Mandiri

2. Usaha Sentra Kuliner

3. Usaha Tempat Pembuangan


Sampah Terpadu (TPST)

4. Perencanaan usaha Pasar Desa

Sumber : BUMDes Desa Cikande

Tabel 1.1 diatas sekilas menjelaskan beberapa program bumdes,


Program pertama adalah,
Program kedua adalah Sentra Kuliner, Program Sentra Kuliner
menjadikan wilayah Desa Cikande sebagai daerah lintasan menuju pusat
perkotaan di dua Kabupaten Tangerang dan Serang, yang saat ini lebih
dikenal sebagai Kota Industri dengan mata pencaharian masyarakat buruh,
seiring dengan perkembangan wilayah agraris menjadi wilayah perkotaan
yang merubah budaya bertani menjadi perburuhan, dengan mengembangkan
konsep Desa Wisata Kuliner diharapkan menjadi daerah transit maka akan
dibangun sentra kuliner berupa saung-saung dengan menu masakan lokal dan
tradisional sampai modern serta dilengkapi dengan toko-toko sebagai sarana
pendukung seperti; Saung Tanjung Kembar, Pondok Lesehan Ayam Bakar,
Saung Kula “ Pecak Betok “ dan Saung Sentra Sovenir Desa.
Program yang akan berdiri pada tahun ini pun menyediakan beberapa
toko atau lahan berdagang untuk disewakan kepada masyarakat desa
Cikande. Hal ini diharapkan agar masyarakat desa Cikande semangat
berdagang meski hanya berdagang kecil-kecilan. Program ini dibuat
disamping melihat kondisi desa yang strategis, para pelaksana BUMDes pun
melihat masyarakat yang mau berdagang bisa berdagang, tidak ada alasan
tidak memiliki modal, karena masyarakat desa pagedangan bisa meminjam
modal dari program simpan pinjam.

Program ketiga adalah program Tempat Pembuangan Sampah Terpadu


(TPST). Dalam Rangka penanggulangan sampah rumah tangga yang menjadi
permasalahan masyarakat ditengah perkembangan kota, maka Desa Cikande
akan membangun dan mengelola TPST dengan melibatkan kemampuan
masyarakat dalam teknis pengelolaan sehingga sampah yang semula menjadi
masalah menjadi nilai ekonomis dengan pembuatan pupuk kompos organik.

Pelaksanaan pembangunan TPST berdasarkan dari sumbangsih


pemikiran warga masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mengatasi
persoalan sampah masyarakat perumahan di Desa Cikande dengan cara ;
Menyediakan tempat penampungan disetiap RW., menyediakan armada
pengangkut, Membangun tempat pembakaran dan pembuatan kompos yang
berteknologi tepat guna yang tidak berdampak polusi, pembangunan gedung
pengelolaan sampah dan membuat aturan pelaksanaan dan kontribusi
pengelolaan sampah.

Program keempat adalah program Pasar Desa Tradisional yang akan


dibentuk tahun 2019, Pasar Desa saat ini masih tahap pengembangan dalam
rangka membantu serta memudahkan masyarakat desa untuk memenuhi
kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini unit Pasar Desa
hanya baru memiliki lokasi untuk dijadikan pasar bagi para pedagang kaki
limayang diadakan setiap Hari, dan direncanakan pendirian Pasar Desa
tradisional yang dapat mengantisipasi kebutuhan masyarakat. Dan pasar
tersebut yang tepat untuk dibangun jenis pasar desatradisonal fresh market,
karena berada di lokasi terpadu sentra kuliner.
Maka dari penjelasan beberapa program di atas menunjukkan sebelum
dibentuknya BUMDes ini, perekonomian di Desa Cikande ini sudah
berjalan. Ini pula bisa dilihat dari program-program di beberapa lembaga
sebelum BUMDes berdiri di Desa Cikande telah berjalan selama bertahun-
bertahun namun tidak termanajemen dengan baik, sehingga terkadang terjadi
tumpang tindih pekerjaan dan program antara lembaga desa yang satu dengan
lembaga desa yang lain. Dan adapula program dari pemerintah untuk desa
untuk pengembangan desa, sehingga terkadang desa kebingungan tentang
siapa pelaksana program tersebut yang ada di desa.

Kejadian tersebut menjadi salah satu alasan BUMDes Cikande ini


berdiri. Beberapa orang tokoh desa berinisiatif untuk membentuk suatu
lembaga atau badan baru, yang khusus mengelola keuangan desa dan
mengatur sistem perekonomian desa seiring berkembangnya daerah disekitar
Desa Cikande agar tidak menjadi daerah tertinggal ditengah-tengah kota yang
sedang maju. Setelah menelaah beberapa undang-undang dan peraturan maka
pemerintah desa menemukan titik terang yaitu membentuk BUMDes Desa
Cikande yang berlandaskan pada Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 39
Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa dan membentuk peraturan
desa baru yang berkaitan dengan BUMDes yaitu Peraturan Desa No. 7 Tahun
2014 tentang Badan Usaha Milik Desa.

Meski demikian, pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa


Cikande ini bukan tanpa hambatan. Masih terdapat beberapa masalah dalam
pelaksanaannya. Setelah melakukan observasi awal mengenai Implementasi
Program Badan Usaha Milik Desa dan berdasarkan wawancara awal dengan
beberapa pihak terkait, maka terdapat beberapa masalah, yaitu sebagai
berikut.

Pertama, kurangnya pembinaan dan bimbingan dari pemerintah


daerahjuga dukungan berupa bantuan danafinancial maupun non financial.
Hal ini disebabkan karena Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang belum
mengadakan program khusus untuk pengenalan dan pengembangan BUMDes
ke Pemerintah Desa, seperti bimbingan teknis mengenai BUMDes,
pembinaan terhadap pengurus BUMDes, dan pelatihan pengelolaan keuangan
BUMDes. Dengan pembinaan dan bimbingan tersebut diharapkan agar
BUMDes di Desa Cikande ini semakin berkembang dan bisa berpotensi
untuk menjadi juara dikancah nasional dan ini juga pasti berimbas baik bagi
pemerintah daerahnya yang akan mengharumkan nama daerahnya sendiri.

Kedua, dampak dibangunnya BUMDes tidak terlalu signifikan


dalampemberdayaan masyarakat. Hal ini bisa dilhat berdasarkan data berikut.

Tabel 1.2

Daftar Masyarakat yang Tidak Mampu Menurut Jenis


Pekerjaannya

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan


1. Buruh Tani
2. Pedagang Keliling
3. Pembantu rumah tangga
4. Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap
5. Purnawirawan/Pensiunan
6. Buruh Harian Lepas
Jumlah
Sumber : Pemerintah Desa Cikande 2018
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa ada ……………orang masyarakat Desa
Cikande dikatagorikan tidak mampu, sehingga ini merupakan tugas dari BUMDes Mandiri
Desa Cikande agar dapat memberdayakan masyarakat Desa Pagedangan dan dapat
meningkatk ekonomi masyarakat. Berikut adalah data ekonomi bergulir di BUMDes
DesaCikande.

Tabel 1.3
Data Kelompok Simpan Pinjam BKM Desa Pagedangan

No. Nama KSM Angg Asal KSM No. Nama KSM Angg Asal KSM

2
4
5
6
Sumber : Desa Cikande, 2018

Tabel 1.4

Daftar Kelompok (KSM) PPMK


Unit Usaha Simpan Pinjam BKM Desa Pagedangan

No. Nama KSM Anggota Asal KSM

1
2
3
4
5
6
7
8

Sumber : BUMDes Desa Cikande, 2018


Berdasarkan data diatas, hal ini bisa dilihat dari program simpan pinjam
dari ……… orang yang membutuhkan BUMDes hanya bisa membantu …….
orang dari dana simpan pinjam. Dan ini menunjukkan bahwa dampak
pembangunan BUMDes belum dirasakan oleh seluruh masyarakat Desa
Cikande.
Selain itu, mayoritas masyarakat desa adalah masyarakat tradisional
yang masih awam tentang ekonomi dan usaha. Yang mereka tahu hanyalah
bagaimana cara mereka makan hari ini. Cara pandang ini tentu saja harus
diubah diiringi zaman yang semakin modern dan canggih. Perlu diadakan
sosialisasi agar masyarakat bisa berpartisipatif dan berkontribusi dengan baik
dalam program-program BUMDes. Kurang partisipatifnya masyarakat bisa
juga dikarenakan dalam mendirikan BUMDes sendiri dengan cara top down
yang mana BUMDes ini dibentuk dikarenakan adanya inisiatif dari
Pemerintah Desa Cikande untuk menghimpun suatu wadah untuk
menampung program-program pemerintah yang bersifat pemberdayaan
masyarakat miskin, bukan karena inisiatif dari masyarakat sendiri. Karena
jika BUMDes ini didirikan berdasarkan kemauan masyarakat dan didukung
dengan pemerintah desa maka pemerintah desa bisa dengan mudah
menjalankan BUMDes ini karena partisipasi dari masyarakat tentulah akan
tinggi dan ini berbeda jika BUMDes ini dibentuk atas dasar kemauan
sekelompok kecil saja atau pemerintah desa.

Peran pemerintah daerah sangatlah penting untuk kemajuan BUMDes


ini, dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 pasal 22 ayat

dan ayat (2) menyebutkan bahwa pemerintah daerah baik itu pemerintah
Provinsi Banten maupun Pemerintah Kabupaten/Kota haruslah melakukan
sosialisasi, pembinaan, bimbingan teknis, pengembangan manajeman dan
sumber daya manusia serta memberikan fasilitas akselerasi permodalan.
Namun faktanya pemerintah daerah sendiri seperti acuh tidak memberikan
dukungan secara maksimal kepada BUMDes Desa Cikande ini, meski
terkadang mereka hanya menjadi perantara saja tatkala ada informasi dari
pemerintah terkait BUMDes Desa Cikande.
Meski ruang lingkup BUMDes ini masih minim hanya sekitaran desa
saja, namun pihak pengelola BUMDes ini menginginkan Desa Cikande ini
menjadi daerah singgahan yang disuguhi dengan berbagai macam kuliner
bagi masyarakat pendatang jauh diluar dari Desa Cikande. Namun harapan
mereka hanya sebatas wacana jika tanpa adanya promosi dan iklan karena
keterbatasan teknologi yang mereka miliki. Jika berkaca pada pengusaha
swasta disekitar mereka yang difasilitasi dengan kecanggihan teknologi
mereka jauh tertinggal beberapa tingkat jika dibandingkan. Taufik Madjid
sebagai Direktur Pengembangan Sumber Daya Alam Kawasan Pedesaan
dalam metrotvnews.com (2015) sendiri mengungkapkan , terdapat tiga faktor
yang menjadi kendala pembentukan BUMDes. Ia menyebut, mindset, skill,
dan transfer teknologi yang kurang menjadikan alasanpembentukan desa sulit
terealisasi di pedesaan (dalam tulisan Miftahudin yang ditulis di
Metrotvnews.com yang ditulis pada tanggal 07 Oktober 2015

pukul 18.49 WIB. Sumber:


http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/10/07/177943/pemerintah-akui-
pembangunan-bumdes-terkendala-tiga-faktor diakses pada tanggal 20
November 2015 pukul 14.47 WIB).
Beberapa hal yang ditemukan saat observasi awal tersebut di atas
mengindikasikan bahwa masih adanya masalah dalam pelaksanaan program
BUMDes di Desa Cikande Kabupaten Tangerang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terjadi dalam implementasi
Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Cikande sebagai
berikut:
1. Kurangnya pembinaan dan bimbingan dari pemerintah daerah
2. Kurangnya dukungan berupa bantuan financial dan non financial
dari pemerintha daerah.
3. Dampak dibangunnya BUMDes tidak terlalu signifikan dalam
pemberdayaan masyarakat.
4. Dibangunnya BUMDes tidak terlalu berkontribusi dengan
pendapatan desa.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memudahkan hal tersebut, pengurusakan memfokuskan pada


masalah dalam implementasiprogram Badan Usaha Milik Desa di Desa
Cikande Kabupaten Tangerang. Lokus persoalan ini adalah BUMDes Desa
Cikande Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang; Pelaksana Operasional
BUMDes Desa Cikande; serta beberapa pihak terkait dengan BUMDes di
Desa Cikande.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembahasan di atas yang telah
dipaparkan, maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai
berikut. Bagaimana Implementasi Program Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) di Desa CikandeKecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang?
1.5 Tujuan
Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengatahui bagaimana
Implementasi Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Cikande
Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang.

1.6 Manfaat
Tercapainya tujuan pembahasanyang telah disebutkan di atas, maka
hasil pembahasan diharapkan dapat menghasilkan manfaat:

a. Sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan


tentang teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama
perkuliahan dibandingkan dengan penerapannya secara nyata.
b. Memberikan pengetahuan yang lebih tentang Ilmu Administrasi
Negara khususnya yang berkaitan dengan implementasiProgram
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Cikande Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang.
2. Praktis
a. Manfaat bagi penyusun proposal adalah manambah ilmu
pengetahuan khususnya Ilmu Adminstrasi yang berkaitan tentang
masalah dalam implementasiProgram Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) di Desa Cikande Kecamatan Jayanti Kabupaten
Tangerang.
b. Manfaat yang didapat oleh pihak Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang dan Pemerintah Desa Cikande ialah mengetahui
implementasi Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di
Desa Cikande Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang.
c. Manfaat bagi masyarakat dan dunia usaha adalah membangun
kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk peduli dalam
mengelola BUMDes di Desa Cikande ini sehingga bisa terus
berkembang dan maju dalam mengatasi kemiskinan dan keluar dari
desa tertinggal.

2.1.7 Pengertian BUMDes (Badan Usaha Milik Desa)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2004


BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa
yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah
desa dan masyarakat.
Sedangkan menurut Manikam (2010:19) Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang dikelola masyarakat dan
pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan
dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.
Dan BUMDes menurut undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, didirikan antara lain dalam rangka peningkat

Pendapatan Asli Desa ( Padesa). Jika pendapatan asli desa dapat diperoleh
dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap pemerintah desa
untuk mendirikan badan usaha ini. Sebagai salah satu lembaga ekonomi
yang beroprasi di pedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan
lembaga ekonomi lainnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan
kinerja BUMDes dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu agar tidak
berkembang sistem usaha kapitalis dipedesaan yang dapat mengganggu
nilai-nilai kehidupan masyarakat.

Maka bisa disimpulkan bahwa BUMDes adalah sebuah badan


usaha yang dikelola oleh sekelompok orang yang ditunjuk dan dipercayai
oleh pemerintah desa untuk menggali potensi desa dan memajukan
perekonomian desa dengan terstruktur dan termanajemen.

2.1.7.1 Perbedaan antara BUMDes dan lembaga ekonomi lainnya adalah:

1. Badan Usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;
2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan masyarakat (49%)
melalui penyertaan modal (saham atau andil);
3.
4. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar
dari local wisdom atau budaya lokal;

5. Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan hasil


informasi dari pasar;
5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui
village policy atau kebijakan desa;

6. Difasilitasi oleh pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah


kabupaten/kota, pemerintah desa;

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol bersama (Pemdes, BPD


dan anggota);

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modalnya usahanya


dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri, ini berarti
pemenuhan modal BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan
pinjaman modal kepada pihak luar seperti kepada pemerintah desa atau
kepada pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan
( UU No. 32 Tahun 2004 pasal 213 ayat 3)

2.1.7.2 Tujuan Pendirian BUMDes antara lain:


1. Meningkatkan perekonomian desa;
2. Meningkatkan pendapatan asli desa (padesa);
3. Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataanekonomi
desa;

Pendirian dan pengelolaan BUMDes adalah merupakan perwujudan


pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif,
partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable. Oleh
karena itu perlu upaya serius dalam menjadikanpengelolaan BUMDes
tersebut berjalan efektif, efesien, proposional dan mandiri. Untuk
mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan
(produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang
dan jasa yang dikelola masyarakat dan pemerintah desa. Pemenuhan
kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat
BUMDes akan menjadi usaha desa yang akan paling dominan yang
menggerakkan usaha desa. Lembaga ini juga dituntut dapat memberikan
pelayanan kepada non anggota (diluar desa) dengan mendapatkan harga
dan pelayanan yang berlaku dengan standar pasar, artinya terdapat
mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama sehingga
tidak menimbulkan distorsi ekonomi dipedesaan yang disebabkan usaha
yang dijalankan BUMDes.

BUMDes dapat berfungsi mewadahi berbagai usaha yang


dikembangkan di pedesaan. Oleh karena itu didalam BUMDes dapat
terdiri dari beberapa unit usaha yang berbeda-beda, ini sebagaimana yang
ditunjukkan oleh struktur organisasi BUMDes yang memiliki 3 (tiga) unit
usaha yakni: unit perdagangan, unit jasa keuangan, unit produksi.

2.1.7.3 Unit yang berada di dalam struktur organisasi BUMDes


secaraumum dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Unit jasa keuangan misalnya menjalankan usaha simpan


pinjam;
2. Unit usaha sektor riil/ ekonomi misalnya menjalankan usaha
pertokoan atau waserda, fotocopy, sablon, home industry,
perkebunan, pertanian, perikanan.

Sedangkan susunan kepengurusan BUMDes terdiri dari komisaris


(penasehat) yang secara ex ficio dijabat oleh kepala desa yang
bersangkutan. Komisaris sebagai penasehat BUMDes dalam melakukan
tugas-tugasnya. Komisaris mempunyai kewajiban antara lain memberikan
nasihat kepada direksi dan kepala unit usaha dalam melakukan
pengelolaan BUMDes, memberikan saran dan pendapat mengenai masalah
yang dianggab penting bagi pengelolaan BUMDes, serta mengawasi
pelaksanaan kegiatan usaha apabila terjadi gejala menurunnya kinerja
pengurusnya. Komisaris juga mempunyai kewenangan meminta
penjelasan dari pengurus mengenai segala persoalan yang menyangkut
pengelolaan usaha desa, dan melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang
dapat merusak kelangsungan dan citra BUMDes.
Selanjutnya kepengurusan BUMDes di bawah komisaris adalah direksi
dan kepala unit usaha. Direksi dan kepala unit usaha ini mempunyai tugas
antara lain mengembangkan dan membina badan usaha agar tumbuh dan
berkembang menjadi lembaga yang dapat melayani kebutuhan ekonomi
warga masyarakat, mengusahakan agar tetap terciptanya pelayanan
ekonomi desa yang adil dan merata, memupuk usaha kerjasama lembaga-
lembaga perekonomian lainnya yang ada di desa, menggali dan
memanfaatkan potensi desa untuk meningkatkan pendapatan asli desa,
memberikan laporan perkembangan usaha kepada masyarakat desa melalui
forum musyawarah desa minimal 2 (dua) kali dalam setiap tahun.
Disamping itu juga kepala unit usaha mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan berkala setiap bulan kepada direksi yang meliputi
laporan keuangan unit usaha serta progress kegiatan, kemudian oleh
direksi dilaporkan kepada komisaris, yang selanjutnya wajib di ketahui
oleh masyarakat dalam suatu musyawarah desa setiap 6 (enam) bulan
sekali.

2.1.7.4 Langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan pendirian

BUMDes antara lain sebagai berikut:

1. Mendisein struktur organisasi. BUMDes merupakan sebuah


organisasi, maka diperlukan sebuah struktur organisasi yang
bertujuan untuk membagi apa saja yang menjadi tugas masing-
masing pengurus.

2. Menyusun job diskripsi. Hal ini penting dilakukan mengingat


untuk memperjelas tugas masing-masing pengurus. Dengan
demikian tugas dan tanggung jawab serta wewenang pemegang
jabatan tidak terjadi duplikasi yang memungkinkan setiap
pekerjaan yang terdapat di BUMDes diisi oleh orang-orang
yang berkompeten dibidangnya.
3. Menetapkan system koordinasi.Koordinasi adalah aktifitas
untuk menyatukan berbagai tujuan yang bersifat parsial ke
dalam suatu tujuan yang umum. Melalui penetapan system

organisasi yang baik memungkinkan terbentuknya kerjasama


antar unit usaha dan lintas desa berjalan efektif.

4. Menyusun aturan kerjasama dengan pihak ketiga. Kerjasama


dengan pihak ketiga apakah menyangkut transaksi jualbeli atau
simpan pinjam penting diatur secara bersama dengan Dewan
Komisaris BUMDes.

5. Menyusun pedoman kerja organisasi BUMDes. Agar semua


anggota BUMDes dan pihak-pihak yang berkepentingan
memahami aturan kerja organisasi. Maka diperlukan untuk
menyusun AD/ART BUMDes yang dijadikan rujukan
pengelola dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola
BUMDes.

6. Menyusun desain sistem informasi kepada masyarakat. Sebagai


lembaga ekonomi desa yang terbuka, maka BUMDes dapat
menyusun informasi yang terbuka, sehingga masyarakat dapat
mengetahui informasi terkait dengan kegiatan BUMDes ini
secara bebas. Sehingga keberadaannya akan mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

7. Menyusun rencana usaha (Bussines Plan). Penyusunan rencana


usaha penting untuk dibuat dalam periode 1 sampai dengan 3
tahun. Sehingga para pengelola BUMDes memiliki pedoman
yang jelas apa yang akan dikerjakannya dan dihasilkan dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan dan kinerjanya menjadi

terukur. Penyusunan rencana usaha dapat dibuat bersama


dewan komisaris BUMDes (kepala desa).
8. Melakukan proses rekruitmen yang melibatkan masyarakat
desa. Untuk menetapkan orang-orang yang nantinya akan
menduduki jabatan sebagai pengurus BUMDes dapat dilakukan
dengan proses musyawarah. Namun pemilihannya harus
didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria tersebut dimaksutkan
agar pemegang jabatan di BUMDes mampu menjalankan tugas-
tugasnya dengan baik. Untuk itu persyaratan bagi pemegang
jabatan di BUMDes penting dibentuk oleh dewan komisaris.
Selanjutnya dibawa kedalam forum rembug desa untuk
disosialisasikan dan ditawarkan kepada masyarakat. Proses
selanjutnya adalah melakukan seleksi terhadap pelamar serta
menetapkan orang-orang yang paling sesuai dengan kriteria
yang dibuat. Di dalam pemilihan pengurus BUMDes juga tidak
diperbolehkan adanya intervensi dari pemerintah desa. Hal ini
penting karena untuk kepentingan serta kemajuan BUMDes
dimasa depan. Sehingga BUMDes dapat berkembang sesuai
dengan karakteristik, potensi serta keinginan desa setempat.

9. Menyusun sistem administrasi pembukuan. Bentuk administrasi


dan pembukuan keuangan disusun dengan format yang mudah,
tetapi mau menggambarkan aktivitas yang dijalankan. Hakikat
dari system administrasi dan pembukuan adalah
pendokumentasian informasi tertulis berkenaan dengan aktifitas
BUMDes yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan secara
mudah dapat ditemukan, disediakan ketika diperlukan oleh
pihakpihak yang berkepentingan.

10. Menetapkan sistem penggajian dan pengupahan. Agar


pengelola BUMDes termotivasi dalam menjalankan
tugastugasnya, maka diperlukan adanya sistem imbalan yang
dirasakan bernilai. Pemberian imbalan bagi pengelola BUMDes
dapat dilakukan dengan berbagai macam seperti pemberian gaji
yang berarti bahwa pengelola BUMDes dapat menerima gaji
setiap bulannya dengan jumlah yang tetap. Pemberian upah
yang didasarkan pada sistem kerja borongan. Sehingga jumlah
yang diterima dapat bervariasi tergantung dari banyak
sedikitnya beban pekerjaan yang harus diselesaikan melalui
cara penawaran. Pemberian insentif jika pengelola mampu
mencapai target yang ditetapkan pada periode tertentu.
Besarnya jumlah uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola
BUMDes juga harus didasarkan pada tingkat keuntungan yang
kemungkinan dapat dicapai. Pemberian upah pada pengelola
BUMDes juga harus semenjak awal disampaikan agar mereka
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Sebab pemberian imbalan merupakan ikatan bagi setiap orang
untuk memenuhi kinerja yang diminta.

2.1.7.5 Prinsip Umum Pendirian BUMDes

1. Pengelolaan BUMDes harus dijalankan dengan menggunakan


prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi,
akuntabel dan sustainable, dengan mekanisme member-
basehelp dan self help yang dijalankan secara professional
danmandiri. Berkenaan dengan itu, untuk membangun
BUMDes maka diperlukan informasi yang akurat tentang
kearifan lokal, termasuk ciri sosial budaya masyarakatnya dan
juga peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang
dihasilkan.

2. Badan Usaha Milik Desa sebagai badan usaha yang dibangun


atas inisatif masyarakatnya yang menganut asas mandiri, harus
mengutamakan perolehan modalnya berasal dari masyarakat
dan pemdes. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari
pemerintah kabupaten atau pihak lain. Bahkan dapat pula
melakukan pinjaman kepada pihak ketiga sesuai dengan
peraturan yang berlaku.Badan Usaha Milik Desa didirikan
dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut akan terealisir
diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan
untuk usaha produktif

3. terutama untuk kelompok miskin pedesaan, mengurangi


praktek ijon rente, dan pelepasan uang, menciptakan
pemerataan usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

desa. Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu


mendidik masyarakat dengan membiasakan menabung. Dengan
cara yang demikian dapat mendorong pembangunan
masyarakat desa secara mandiri.

4. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, diprediksikan akan tetap


melibatkan pihak ketiga yang tidak saja berdampak masyarakat
desa itu sendiri, tetapi masyarakat dalam cakupan yang lebih
luas (kabupaten). Oleh sebab itu pendirian BUMDes yang
diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan
keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung
pembayaran pajak didesa dan kepatuhan masyarakat desa
terhadap kewajibannya. Kesemuanya ini menuntut keterlibatan

masyarakat kabupaten.

2.1.7.6 Diperlukan prediksi bahwa karakteristik masyarakat desa yang


perlu mendapatkan pelayanan BUMDes adalah:

1. Masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya


berupa pangan, sandang, papan. Sebagian besar memiliki mata
pencaharian disektor pertanian dan melakukan kegiatan usaha
ekonomi yang bersifat informal.

2. Masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah,


dan sulit menyisihkan sebagian besar penghasilannya untuk
modal pengembangan usaha selanjutnya.
3. Masyarakat desa, yang dalam hal tidak dapat mencukupi
kebutuhan sendiri, sehingga banyak jatuh ke pengusaha yang
memiliki modal yang lebih kuat.

4. Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung


diperburuk oleh sistem pemasaran yang memberikan
kesempatan kepada pemilik modal untuk dapat menekan harga,
sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati sebagian

besar dari hasil kerja masyarakat desa. Atas dasar prediksi


tersebut, maka karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri
utamanya, prinsip yang mendasari mekanisme dan sistem
pengelolaannya.

2.1.7.7 Secara Umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk:

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standart


pelayanan minimal) agar berkembang usaha masyarakat di
desa.

2. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom.


Berkenaan dengan usaha-usaha produktif bagi upaya
pengentasan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan
Pendapatan Asli Desa (Padesa)

3. Meningkatkan kemandirian dan kepentingan dan kapasitas desa


serta masyarakat dalam melakukan pengutan ekonomi desa.

2.1.7.8 Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan


tentang bagaimana prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa.
Hal ini penting diuraikan agar dipahami dan dipersepsikan dengan
cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal),
BPD, pemkab dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam
mengelola BUMDes yaitu sebagai berikut ini:

1. Kooperatif. Semua komponen yang terlibat dalam BUMDes


harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi
pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

2. Partisipatif. Semua komponen yang terlibat dalam BUMDes


harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan
dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan
usaha.

3. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam


BUMDes, harus diperlakukan sama tanpa memandang
golongan, suku dan agama.

4. Transparan. Aktivitas yang mempengaruhi terhadap


kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh
segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

5. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat


dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif.

6. Sustainable. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan


dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.

Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD),


maka proses penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan
akan lebih berdaya. Hal ini disebabkan adanya penopang yakni
dana anggaran desa yang semakin besar. Sehingga memungkinkan
ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian BUMDes.
Jika ini berlaku sejalan maka akan terjadi peningkatan Padesa, yang
selanjutnya digunakan untuk kegiatan pembangunan desa. Hal
utama yang penting dalam upaya pengutan ekonomi desa adalah

memperkuat ekonomi desa (kooperatif), membangun


kebersamaan/menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa.
Sehingga itu menjadi daya dorong dalam upaya pengentasan
kemiskinan, pengangguran dan membuka akses pasar.

2.1.7.9 Landasan Hukum pelaksanaan dan pendirian BUMDes:

1. Pasal 213 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.


2. Pasal 78, 79, 80 dan 81 UU No. 72 tahun 2005 tentang Desa
yang diubah dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang
Badang Usaha Milik Desa.
4. Peraturan Bupati No. 84 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
Pembentukkan dan Pengelolaan BUMDes

Anda mungkin juga menyukai