Anda di halaman 1dari 60

Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculty Hasanuddin University

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui jenis-jenis defleksi pada jenis-jenis batang.
2. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi defleksi pada jenis-jenis batang.
3. Membandingkan besar defleksi pada jenis-jenis batang dari praktik dengan
perhitungan secara teori.
4. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perbedaan nilai defleksi pada
jenis-jenis batang yang didapat secara praktikum dengan perhitungan secara
teori.

1.2 Manfaat Percobaan


1. Agar dapat mengetahui jenis-jenis defleksi pada jenis-jenis batang
2. Agar dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi defleksi pada jenis-
jenis batang
3. Agar dapat membandingkan besar defleksi pada jenis-jenis dari praktikum
dengan perhitungan secara teori.
4. Agar dapat Membuktikan perhitungan defleksi pada jenis-jenis batang
secara teori dari hasil praktikum.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Deformasi dan Defleksi

2.1.1 Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek


karena sebuah diterapkan gaya (energi deformasi dalam hal ini ditransfer
melalui kerja) atau perubahan suhu (energi deformasi dalam hal ini ditransfer
melalui panas).

Kasus pertama dapat menjadi akibat dari kekuatan tarik, kekuatan


tekan, geser, lipatan atau torsi (memutar). Dalam kasus kedua, faktor yang
paling signifikan, yang utamanya ditentukan oleh suhu adalah pergerakan
cacat struktural seperti adanya batas butir (grain boundaries), titik
kekosongan, garis dan dislokasi ulir, salah susun dan ganda pada padatan
kristal dan non-kristal. Pergerakan atau perpindahan cacat seperti ini
diaktifkan secara termal dan dengan demikian dibatasi oleh laju difusi
atom. Deformasi sering digambarkan sebagai regangan.

Ketika deformasi terjadi, gaya internal antar-molekul muncul melawan


gaya yang diberikan. Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar maka
kekuatan ini mungkin cukup untuk melawan gaya yang diberikan, yang
memungkinkan objek untuk mencapai keadaan setimbang baru dan kembali
ke kondisi semula ketika beban akan dihapus. Jika gaya yang lebih besar
diberikan maka dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau
bahkan menyebabkan kegagalan struktural.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

2.1.1.1 Jenis-jenis Deformasi

 Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah deformasi atau perubahan bentuk
yang terjadi pada suatu benda saat gaya atau beban itu bekerja, dan
perubahan bentuk akan hilang ketika gaya atau bebannya ditiadakan.
Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk
dan ukuran semula.
 Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi atau perubahan bentuk
yang terjadi pada benda secara permanen, walaupun beban yang
berkerja ditiadakan.

2.1.1.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Deformasi

 Temperatur dan Tekanan ke Semua Arah


Pada temperatur dan tekanan yang rendah akan lebih cepat
terjadi pertahan, pada temperatur dan tekanan yang tinggi akan
terjadi lenturan atau bahkan lelehan.
 Kecepatan Gerakan yang Disebabkan oleh Gaya yang Diberikan
Gerakan yang cepat dapat menyebabkan pertahan,
sedangkan gerakan yang lambat dapat menimbulkan lenturan,
tergantung dari bahan yang bersangkutan dan dari keadaan-keadaan
lain.
 Sifat Material yang Bisa Lebih Rapuh atau Lentur
Tekanan merupakan gaya yang diberikan atau dikenakan
pada suatu medan atau cara.

2.1.2 Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.

2.1.2.1 Jenis-jenis Defleksi


a. Defleksi aksial (regangan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan diberikan sejajar pada sumbu
batang.
b. Defleksi lateral (lendutan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan diberikan tegak lurus pada
sumbu batang
c. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang
Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu
yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.

2.1.2.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Defleksi


Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu:

1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Oleh
Karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-
beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar
dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin
lebih besar dari tumpuan jepit.

4. Jenis beban yang terjadi pada batang


Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki
kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope
yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope
titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada
beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja.

2.2 Jenis-jenis Tumpuan dan Penerapannya


1. Tumpuan Rol
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik. Tumpuan Rol merupakan tumpuan yang mampu menahan gaya
dalam arah Vertikal. Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini
dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya
dapat melawan beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu
tegak lurus pada bidang cp.

Gambar 2.1 Tumpuan rol


Sumber : http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-struktur-
bangunan.html

Dalam kehidupan sehari-hari, tumpuan rol paling banyak ditemui


pada konstruksi jembatan sama seperti tumpuan sendi, seperti pada
Jembatan Kali Gajahwong yang berada di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

dan Jembatan Kali Progo di daerah Boyolali. Dimana salah satu tumpuan
jembatan adalah tumpuan sendi.

Gambar 2.2 Rol jembatan kali progo


Sumber : http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-struktur-
bangunan.html

Pada Jembatan Kali Progo, sama seperti tumpuan sendi di jembatan


ini, bentuk tumpuan rol pada jembatan ini pun memiliki variasi bentuk yang
berbeda dengan rol pada umumnya. Rol di Jembatan ini terdapat 2 buah rol
yang berjajar dan bentuknya hampir menyerupai katrol. Letaknya pun
bersebrangan dengan letak tumpuan sendi.

2. Tumpuan Engsel
Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam
setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan
seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan
yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan
rol atau penghubung,maka perbandingan antara komponen-komponen
reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua
komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.3 Tumpuan engsel


Sumber : http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-struktur-
bangunan.html
Dalam kehidupan sehari-hari, tumpuan sendi paling banyak ditemui
pada konstruksi jembatan, seperti pada Jembatan Kali Gajahwong yang
berada di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta dan Jembatan Kali Progo di
daerah Boyolali. Dimana salah satu tumpuan jembatan adalah tumpuan
sendi.

Gambar 2.4 Sendi jembatan kali progo


Sumber : http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-struktur-
bangunan.html

Pada Jembatan Kali Progo di Boyolali bentuk tumpuan sendi


berbentuk seperti ada 2 lingkaran yang membentuk sebuah sendi pada satu
tumpuan. Bentuk sendi pada jembatan ini berbeda dengan bentuk sendi
pada jembatan sebelumnya. Pada jembatan modern (baru) bentuk sendi
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

sudah mengalami berbagai variasi salah satunya seperti pada Jembatan


Kali Progo di Boyolali. Tetapi meskipun berbeda bentuk, sendi pada
jembatan ini tetap memiliki konsep yang sama dengan sendi pada
umumnya yaitu dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak mampu
menahan momen.

3. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah, baik
arah vertikal dan horizontal dan juga mampu melawan suaut kopel atau
momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah
momen.

Gambar 2.5 Tumpuan jepit


Sumber : http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-struktur-
bangunan.html

Dalam konstruksi bangunan, tumpuan jepit banyak ditemui di


berbagai tempat, baik itu di kontruksi bangunan publik maupun pada
konstruksi rumah sekalipun.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.6 Tumpuan jepit stadion sultan agung


Sumber : : http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-struktur-
bangunan.html

Pada konstruksi bangunan besar, seperti Stadion Sultan Agung,


Bantul pun memiliki tumpuan jepit yang sama seperti pada konstruksi
rumah. Dimana kolom dan balok disilangkan untuk membentuk tumpuan
jepit. Pada Stadion ini, terdapat banyak sekali tumpuan jepit dengan
ukuran yang bervariasi, karena ukuran Stadion ini sendiri memang besar.

2.3 Jenis-jenis Batang


a. Batang tumpuan sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak
atau rol.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.7 Batang Tumpuan Sederhana


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L

Persamaan defleksi:

b. Batang kantilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.8 Batang Kantilever


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L

Persamaan defleksi:
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

c. Batang overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana

Gambar 2.9 Batang Overhang


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L
d. Batang menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 2.10 Batang Menerus


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L

2.4 Jenis-jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :
1. Beban Terpusat. Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik
karena luas kontaknya kecil.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.11 Pembebanan Terpusat


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L

2. Beban Terbagi Merata. Disebut beban terbagi merata karena merata


sepanjang batang dinyatakan dalam qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2.12 Pembebanan Terbagi Merata


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L

3. Beban Bervariasi Uniform. Disebut beban bervariasi uniform karena


beban sepanjang batang besarnya tidak merata.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.13 Pembebanan Bervariasi Uniform


Sumber: https:id.scribd.com/doc/177868358/L

2.5 Modulus Young


Modulus Young, juga dikenal sebagai modulus elastis adalah suatu ukuran
bagaimana suatu materi atau struktur akan rusak dan berubah bentuk jika
ditempatkan di bawah stress. Menurut Wikipedia, Modulus Young adalah
ukuran kekakuan suatu bahan isotropik elastis dan merupakan angka yang
digunakan untuk mengkarakterisasi bahan. Modulus Young didefinisikan
sebagai rasio dari tegangan sepanjang sumbu atas dengan regangan sepanjang
poros sumbu tersebut di mana hukum Hooke berlaku.
Modulus Young adalah ukuran bagaimana sulitnya untuk memampatkan
material, seperti baja. Mengukur tekanan biasanya dihitung dalam satuan pascal
(Pa). Hal ini paling sering digunakan oleh fisikawan untuk menentukan besar
tegangan dari pengukuran seberapa material, dalam menanggapi stress seperti
terjepit atau diregangkan.
𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 𝜎 𝐹/𝐴 𝐹𝐿
𝐸= = = =
𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 𝜀 ∆𝐿/𝐿 ∆𝐿𝐴

Keterangan :

F = gaya/beban yang diberikan (N)

A0 = luas penampang (m2)

ΔL = perubahan panjang benda (m)

L0 = panjang awal benda (m)


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Besarnya nilai Modulus Elastisitas tergantung dengan bahan dari benda


elastis tersebut, dan yang harus diingat adalah besarnya nilai tersebut tidak
tergantung dengan bentuk serta ukuran benda elastis tersebut. Berikut ini adalah
modulus elastisitas dari bahan-bahan elastis yang ada:

Bahan Modulus Young (Pa)


Aluminium 7 × 10
Baja 20 × 10
Besi 21 × 10
Karet 0,05 × 10
Kuningan 9 × 10
Nikel 21 × 10
Tembaga 11 × 10
Timah 1,6 × 10
Beton 2,3 × 10
Kaca 5,5 × 10
Wolfram 41 × 10

Tabel 2.1 Modulus Elastisitas Dari Bahan-bahan Elastis

Sumber :https://eandroidfisika. /tegangan-regangan-dan-modulus-elastisitas/

2.6 Momen Inersia


Momen inersia menganut ketentuan momen inersia uteri dan torsi,
momen gaya dan contohnya, momen inersia benda tegar, momen kelembaman,
momen inersia lingkaran, momen inersia bola pejal, hukum kelembaman, gaya
inersia, momen inersia polar, momen kopel dan momen inersia batang. Kali ini
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

saya akan menjelaskan mengenai pengertian momen inersia dan rumus momen
inersia lengkap. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.

Inersia adalah kecenderungan sebuah benda dalam mempertahankan


keadaannya, baik tetap diam ataupun bergerak. Dengan kata lain dapat disebut
kelembaman benda. Suatu benda yang sulit bergerak mempunyai inersia yang
jumlahnya besar. Misalnya bumi yang selalu melakukan aktivitas rotasi maka
bumi tersebut memiliki inersia rotasi. Dengan begitu dapat kita peroleh
pengertian momen inersia yaitu ukuran kelembaman sebuah benda untuk
melakukan rotasi pada porosnya. Inersia memiliki nama lain yaitu Lembam.
Menurut hukum Newton I menjelaskan bahwa benda yang bergerak akan tetap
bergerak dan benda diam akan tetap diam. Oleh karena itu momen inersia
disebut juga hukum Newton I atau hukum Kelembaman.
Sudah dijelaskan sedikit diatas mengenai pengertian momen inersia.
Momen inersia merupakan ukuran kecenderungan suatu benda untuk
melakukan rotasi berdasarkan ketentuan keadaan benda maupun partikel
penyusunnya. Kecenderungan tersebut digunakan untuk mempertahankan
keadaan benda apakah tetap bergerak lurus beraturan ataupun tetap diam.
Dalam pengertian momen inersia terdapat kaitannya dengan hukum
Newton I. Hukum Newton I tersebut menjelaskan mengenai suatu benda yang
senantiasa bergerak akan selalu bergerak dan benda yang diam akan tetap diam
juga. Hal inilah yang membuat momen inersia disebut juga hukum Newton 1
atau hukum kelembaman. Selain itu terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi besar momen inersia dalam sebuah benda yang meliputi bentuk
benda, jarak menuju sumbu putar, massa benda, dan letak sumbu putar.
Dibawah ini terdapat momen inersia pada titik partikel. Dalam titik
partikel tersebut terdapat massa (m) yang melakukan gerak rotasi pada sumbu
jari jari (R). Untuk memahami mengenai rumus inersia, anda dapat melihat
gambar dibawah ini:
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.14 Bola Pejal


Sumber: https://www.pelajaran.co.id/2019/02/momen-inersia.html
Berdasarkan gambar diatas dapat kita peroleh momen inersia yang
ditunjukkan dengan perkalian massa partikel dengan jarak partikel kuadrat
menuju sumbu putar (jari-jari/R). Dengan begitu diperoleh rumus momen
inersia pada titik partikel yaitu:
I = m × R2
Keterangan:
I = Momen inersia (kg. 𝑚 )
m = Massa partikel (kg)
R = Jari-jari rotasi (m)
Untuk momen inersia yang terdiri dari beberaa benda/partikel memiliki
hasil yang merupakan jumlah dari seluruh momen inersia dari setiap benda
tersebut. Hal ini berlaku juga untuk benda yang memiliki bentuk yang kompleks
atau memiliki beberapa bentuk. Dengan begitu hasil momen inersianya ialah
jumlah momen inersia dari setiap bagian bagiannya. Berikut rumus momen
inersia beberapa partikel :
I = 𝞢mnRn2

I = m1R12+m2R22+…+mnRn2

2.7 Tegangan dan Regangan


2.7.1 Tegangan
Jika sebuah benda elastis ditarik oleh sebuah gaya, benda tersebut
akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu. Besarnya tegangan adalah
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

perbandingan antara gaya tarik yang bekerja terhadap luas penampang


benda. Tegangan dinotasikan dengan σ (sigma), satuannya Nm-2. Secara
matematis, tegangan dirumuskan dengan:
σ = F/A

Keterangan : σ = Tegangan (Pa)

F = Gaya (N)

A = Luas penampang (m²)

2.7.2 Regangan
Regangan ialah perubahan relatif ukuran atau bentuk benda yang
mengalami tegangan. Gambar diatas memperlihatkan sebuah batang yang
mengalami regangan akibat gaya tarik F. Panjang batang mula-mula adalah
Lo. Setelah mendapat gaya tarik sebesar F, batang tersebut berubah
panjangnya menjadi L. dengan demikian, batang tersebut mendapatkan
pertambahan panjang sebesar , dengan persamaan:
ε = ΔX / X
Keterangan ε = regangan strain (tanpa satuan)
ΔX = pertambahan panjang (m)
X = panjang mula-mula (m)

Gambar

Sumber : http://blogspot.com
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.16 Diagram tegangan regangan


Sumber : http://dewiaycintya.blogspot.com/2015/04grafik-tegangan-
terhadap-regangan.html?m=1

 Dari O ke B, deformasi (perubahan bentuk) kawat adalah elastis. Berarti jika


tegangan dihilangkan, kawat akan kembali ke bentuk awal.

 Dari O ke A, adalah daerah deformasi elastis yang grafiknya linear (garis


lurus) dan berlaku hukum Hooke
 A adalah batas hukum Hooke.
 B adalah batas elastis. Deformasi kawat adalah plastis. Jika tegangan
dihilangkan dalam daerah deformasi plastis, kawat tidak akan kembali ke
bentuk awal tetapi mengalami deformasi permanen.
 C adalah titik tekuk.
 E adalah titik patah. Jika tegangan mencapai titik E, kawat akan patah.

2.8 Momen Primer


Momen primer sering juga di sebut momen jepit adalah momen yang
terjadi pada ujung ujung balok . namun pada beberapa literatur analisis struktur
terdapat perbedaan dalam perjanjian tanda momen primer.

Gambar 2. : Momen Primer


Sumber : http://fulan112.blogspot.com/2015/01/tabel-momen-
primer.html
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 Gambar a. biasa nya disebut momen titik simpul . tanda momen ini biasa
di gunakan dalam analisis struktur metode cross , slope deflection ( versi
chu kia wang dll )
 Gambar b. tanda momen ini biasa di gunakan untuk analisis struktur
metode slope deflection ( versi soemono dll )

Pada hakikat nya jika di gunakan perjanjian tanda dengan gambar a maupun
gambar b akan menghasilkan nilai yang sama selama digunakan dengan
konsisten. untuk mempermudah para siswa smk, mahasiswa dan praktisi kami
melampirkan tabel momen primer yang sudah di beri tanda (Positif dan negatif)
untuk keperluan analisis struktur.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 3 November 2019 pada
pukul 13:00 sampai dengan pukul 16:00. Adapun tempatnya di Laboratorium
Mekanika Terpakai, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan


a. Kunci L
Fungsi: melonggarkan dan
mengencangkan baut kepala
heksagonal.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

b. Clamping plate
Fungsi: tempat menggantung
beban yang membebani
batang.

c. Dial Gauge

Fungsi: mengukur besar


defleksi atau lendutan pada
suatu titik dari batang.

d. Dynamometer with clamp


Fungsi: menjadi tumpuan roll
atau engsel dan mengukur
besar defleksi atau lendutan
pada titik tumpuan tersebut.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

e. Meteran

Fungsi: mengukur panjang


batang.

f. Batang kuningan

Fungsi: sebagai spesimen


atau objek percobaan
defleksi.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

g. Jangka sorong

Fungsi: mengukur ketebalan


batang logam.

h. Rigid clamp

Fungsi: sebagai tumpuan


jepit.

i. Mass and Hanger

Fungsi: memberikan beban


pada objek percobaan.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1. Percobaan Defleksi Pada Titik Pembebanan Batang Kantilever
1. Memasang batang kuningan yang diuji pada rigid clamp di ujung batang;
2. Mengukur panjang batang dari rigid clamp sampai ujung yang lain;
3. Memasang clamp pada titik 300 mm, 500 mm dan 600 mm dari tumpuan
jepit dari batang ;
4. Memasang ujung yang lain dari batang pada dynamometer with clamp;
5. Memasang dynamometer pada masing-masing clamp yang telah dipasang
pada batang;
6. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
7. Menggantungkan beban pertama pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
8. Menggantungkan beban yang kedua pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
9. Menggantungkan beban ketiga pada titik tengah batang kemudian dicatat
besar defleksi pada setiap titik yang diukur.

3.3.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


1. Memasang batang kuningan yang diuji pada rigid clamp di ujung batang;
2. Mengukur panjang batang dari rigid clamp sampai ujung yang lain;
3. Memasang clamp pada 48 cm dari tumpuan jepit dari batang;
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4. Memasang ujung yang lain dari batang pada dynamometer with clamp;
5. Memasang dynamometer pada clamp yang telah dipasang pada batang;
6. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
7. Menggantungkan beban sebesar 5 N pada clamp yang telah dipasang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
8. Menggantungkan beban sebesar 7,5 N pada clamp yang telah dipasang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang di ukur.
9. Menggantungkan beban sebesar 10 N clamp yang telah dipasang
kemudian catat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.
10. Menggantungkan beban sebesar 15 N clamp yang telah dipasang
kemudian catat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.

3.3.3. Percobaan Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di Satu Titik


1. Mengukur panjang batang yang akan diuji;
2. Memasang kedua ujung batang logam yang diuji pada dynamometer with
clamp;
3. Memasang clamp pada titik tengah, dan 15 cm dari masing-masing kedua
ujung batang;
4. Memasang dynamometer pada masing-masing clamp yang telah dipasang
pada batang;
5. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
6. Menggantungkan beban pertama pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
7. Menggantungkan beban yang kedua pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
8. Menggantungkan beban ketiga pada titik tengah batang kemudian dicatat
besar defleksi pada setiap titik yang diukur.

3.3.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan 3 Titik
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

1. Mengukur panjang batang yang akan diuji;


2. Memasang kedua ujung batang logam yang diuji pada dynamometer with
clamp;
3. Memasang clamp pada titik 300 mm, 500 mm, dan 600 mm dari tumpuan
jepit batang
4. Memasang dynamometer pada masing-masing clamp yang telah dipasang
pada batang;
5. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
6. Menggantungkan masing-masing beban pertama pada setiap clamp yang
dipasang kemudian dicatat besar reaksi pada setiap titik tumpuan
support;
7. Menggantungkan masing-masing beban pertama pada setiap clamp yang
dipasang kemudian dicatat besar reaksi pada setiap titik support.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan


 Material : Kuningan
 Tebal beam (h) : 5,9 mm
 Lebar beam (b) : 20 mm
 Massa jenis : 8,4 kg/mm3
 Modulus Young : 9 x 104 N/mm2
4.1.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantilever
a. Length Constant
Material = Kuningan
L = 1000 mm
a = 500 mm

𝑙 = 1000 mm
mm
a = 500 mm
F

x1 = 300 mm

x2 = 500 mm

x3 = 600 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Tabel 1: Data percobaan defleksi pada batang kantilever


Defleksi (f)
Beban (F)
x1 = 300 mm x2 = 500 mm x3 = 600 mm
5 1,88 mm 4,12 mm 5,45 mm
7,5 3,1 mm 7,02 mm 9,06 mm
10 4,34 mm 9,8 mm 11,65 mm
15 6,39 mm 14,47 mm 18,68 mm

b. Load Constant
Material = Kuningan
L = 1000 mm
a1 = 300 mm
a2 = 500 mm
a3 = 600 mm

𝑙 = 1000 mm
a3 = 600 mm
a2 = 500 mm

a1 = 300 mm F F
F

x1 = 300 mm

x2 = 500 mm

x3 = 600 mm

Tabel 2: Data percobaan defleksi pada batang kantilever


Defleksi (f)
Beban (F)
x1 = 300 mm x2 = 500 mm x3 = 600 mm
7,5 1,05 mm 1,87 mm 2,26 mm
7,5 3,13 mm 7,03 mm 9,08 mm
7,5 3,55 mm 8,55 mm 11,4 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4.1.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


𝑙 = 1000 mm
a = 500 mm
W

x = 1000 mm A

Tabel 3: Data percobaan beban support pada batang roll-jepit


Beban (F)
Support Load
(A) (W)
1,5 N 5N
2N 7,5 N
4N 10 N
5N 15 N
6,5 N 20 N

4.1.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik
𝑙 = 1000 mm

a = 500 mm
F
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

x1 = 300 mm

x2 = 500 mm

X3 = 600 mm

Tabel 4 : Data percobaan defleksi pada batang sederhana dengan


pembebanan di satu titik
Defleksi (f)
Beban (F)
x1 = 300 mm x2 = 500 mm x3 = 600 mm
5N 0,99 mm 1,16 mm 1,04 mm
7,5 N 1,7 mm 2,44 mm 2,19 mm
10 N 3,17 mm 3,72 mm 3,35 mm
15 N 5,33 mm 6,32 mm 5,71 mm

4.1.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di 3 Titik

x3 = 600 mm

x2 = 500 mm
x1 = 300 mm
F1 F2 F3

𝑙 = 1000 mm
A B

Tabel 5 : Data percobaan reaksi tumpuan pada batang sederhana dengan


pembebanan di 3 titik
F1 F2 F3 Support Support
Load (N) Load (N) Load (N) (A) (B)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

5 7,5 10 9,5 10,5


5 10 7,5 10 11
15 10 20 20 21
20 10 15 22 20

4.2. Analisa Percobaan Secara Teoritis


× ,
Momen inersia planar :𝐼 = = = 324,9 𝑚𝑚

Modulus Young : E = 90000 N/mm 2

4.2.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantilever


Titik pembebanan: 𝑎 = 500 mm
𝐹𝑎
𝑓= 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 = 𝑎
3𝐸𝐼
𝐹𝑎 𝑥 𝑥
𝑓= 2−3 + 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 < 𝑎
6𝐸𝐼 𝑎 𝑎
𝐹𝑎 𝐹𝑎
𝑓= + (𝑥 − 𝑎)
3𝐸𝐼 2𝐸𝐼
𝐹𝑎
= (3𝑥 − 𝑎) 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎 < 𝑥 < 𝑙
6𝐸𝐼

a. Length Constant
1. Beban Masukan 5 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
5 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 1,482 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
 Defleksi pada x2 = 500 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

5 × 500
𝑓= = 7,124 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
 Defleksi pada x3 = 600 mm
5 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 9,256 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9

2. Beban Masukan 7,5 N


 Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 2,22 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
 Defleksi pada x2 = 500 mm
7,5 × 500
𝑓= = 10,687 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 13,9 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9

3. Beban Masukan 10 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
10 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 2,963 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
 Defleksi pada x2 = 500 mmm
10 × 500
𝑓= = 14,25 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
 Defleksi pada x3 = 600 mm
10 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 18,52 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4. Beban Masukan 15 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
15 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 4,446 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
 Defleksi pada x2 = 500 mm
15 × 500
𝑓= = 21,374 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9

 Defleksi pada x3 = 600 mm


15 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 27,8 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9

b. Load Constant
1. Penempatan beban 300 mm
 Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 300
𝑓= = 2,308 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
 Defleksi pada x2 = 500 mm
7,5 × 300
𝑓= (3 × 500 − 300) = 4,617 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 300
𝑓= (3 × 600 − 300) = 5,208 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9

2. Penempatan beban 500 mm


 Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 2,22 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
 Defleksi pada x2 = 500 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

7,5 × 500
𝑓= = 10,687 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 13,9 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9

3. Penempatan beban 600 mm


 Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 600 300 300
𝑓= 2−3 + = 5,77 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 600 600
 Defleksi pada x2 = 500 mm
7,5 × 600 500 500
𝑓= 2−3 + = 0,726 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 600 600
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 600
𝑓= = 18,467 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9

4.2.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll - Jepit


Titik pembebanan 𝑎 = 500 mm
Panjang batang 𝑙 = 1000 mm
𝐹
𝐴= (3𝑙𝑎 − 𝑎 )
2𝑙

1. Beban Masukan 5N
5
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 1,5625 𝑁
2 × 1000

2. Beban Masukan 7,5 N


7,5
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 2,343 𝑁
2 × 1000

3. Beban Masukan 10 N
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

10
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 3,125 𝑁
2 × 1000

4. Beban Masukan 15 N
15
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 4,6875 𝑁
2 × 1000

5. Beban Masukan 20 N
20
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 6,25 𝑁
2 × 1000
4.2.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di
Satu Titik
Panjang batang: 𝑙 = 1000 𝑚𝑚
x = ½ 𝑙 = 500 mm
𝐹𝑥 3𝑙
𝑓= −𝑥
12𝐸𝐼 4
1. Beban Masukan 5 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
5 × 300 3 × 1000
𝑓= − 300 = 2,821 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x2 = 500 mm
5 × 500 3 × 1000
𝑓= − 500 = 3,562 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x3 = 600 mm
5 × 600 3 × 1000
𝑓= − 600 = 3,334 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
2. Beban Masukan 7,5 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 300 3 × 1000
𝑓= − 300 = 4,232 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x2 = 500 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

7,5 × 500 3 × 1000


𝑓= − 500 = 5,343 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 600 3 × 1000
𝑓= − 600 = 5,001 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
3. Beban Masukan 10 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
10 × 300 3 × 1000
𝑓= − 300 = 5,642 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x2 = 500 mm
10 × 500 3 × 1000
𝑓= − 500 = 7,124 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x3 = 600 mm
10 × 600 3 × 1000
𝑓= − 600 = 6,668 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
4. Beban Masukan 15 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
15 × 300 3 × 1000
𝑓= − 300 = 8,464 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x2 = 500 mm
15 × 500 3 × 1000
𝑓= − 500 = 10,687 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
 Defleksi pada x3 = 600 mm
15 × 600 3 × 1000
𝑓= − 600 = 10,003 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
4.2.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan
Pembebanan Di 3 Titik
𝛴𝑀 = 0 = 𝐴 × 𝐿 − 𝐹 × 𝑥 − 𝐹 × 𝑥 − 𝐹 × 𝑥

𝛴𝑀 = 0 = 𝐵 × 𝐿 − 𝐹 × 𝑥 − 𝐹 × 𝑥 − 𝐹 × 𝑥
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥
𝐴=
𝐿

𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥
𝐵=
𝐿
1. F1 = 5 N, F2 = 7,5 N, F3 = 10 N
5 × 300 + 7,5 × 500 + 10 × 600
𝐴= = 11,25 𝑁
1000
5 × 600 + 7,5 × 500 + 10 × 300
𝐵= = 9,75 𝑁
1000
2. F1 = 5 N, F2 = 10 N, F3 = 7,5 N
5 × 300 + 10 × 500 + 7,5 × 600
𝐴= = 11 𝑁
1000
5 × 600 + 10 × 500 + 7,5 × 300
𝐵= = 10,25 𝑁
1000
3. F1 = 15 N, F2 = 10 N, F3 = 20 N
15 × 300 + 10 × 500 + 20 × 600
𝐴= = 21,5 𝑁
1000
15 × 600 + 10 × 500 + 20 × 300
𝐵= = 20 𝑁
1000
4. F1 = 20 N, F2 = 10 N, F3 = 15 N
20 × 300 + 10 × 500 + 15 × 600
𝐴= = 20 𝑁
1000
20 × 600 + 10 × 500 + 15 × 300
𝐵= = 21,5 𝑁
1000

4.3. Persentasi Kesalahan


Perhitungan teori − Data praktikum
𝑃𝐾(%) = × 100%
Perhitungan teori
4.3.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantilever
1. Length Constant
1. Beban Masukan 5 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

1,482 − 1,88
𝑃𝐾(%) = × 100% = 26,85 %
1,482
 Defleksi pada x2 = 500 mm
7,124 − 4,12
𝑃𝐾(%) = × 100% = 41,16 %
7,124
 Defleksi pada x3 = 600 mm
9,256 − 5,45
𝑃𝐾(%) = × 100% = 41,12 %
9,256

2. Beban Masukan 7,5 N


 Defleksi pada x1 = 300 mm
2,22 − 3,1
𝑃𝐾(%) = × 100% = 39,63 %
2,22
 Defleksi pada x2 = 500 mm
10,687 − 7,02
𝑃𝐾(%) = × 100% = 34,31 %
10,687
 Defleksi pada x3 = 600 mm
13,9 − 9,06
𝑃𝐾(%) = × 100% = 34,82 %
13,9
3. Beban Masukan 10 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
2,963 − 4,34
𝑃𝐾(%) = × 100% = 46,47 %
2,963
 Defleksi pada x2 = 500 mm
14,25 − 9,8
𝑃𝐾(%) = × 100% = 31,22 %
14,25
 Defleksi pada x3 = 600 mm
18,52 − 11,65
𝑃𝐾(%) = × 100% = 37,1 %
18,52
4. Beban Masukan 15 N
 Defleksi pada x1 = 300 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4,446 − 6,39
𝑃𝐾(%) = × 100% = 43,72 %
4,446
 Defleksi pada x2 = 500 mm
21,374 − 14,47
𝑃𝐾(%) = × 100% = 32,3 %
21,374
 Defleksi pada x3 = 600 mm
27,8 − 18,68
𝑃𝐾(%) = × 100% = 32,8 %
27,8

Tabel 6: Persentase kesalahan percobaan defleksi kantilever (Length


Constant)
Titik Defleksi (mm) Persentase
Beban
defleksi Data Perhitungan kesalahan
(N)
(mm) praktikum teori (%)
300 1,88 1,482 26,85
5 500 4,12 7,124 41,16
600 5,45 9,256 41,12
300 3,1 2,22 39,63
7,5 500 7,02 10,687 34,31
600 9,06 13,9 34,82
300 4,34 2,963 46,47
10 500 9,8 14,25 31,22
600 11,65 18,52 37,1
300 6,39 4,446 43,72
15 500 14,47 21,374 32,3
600 18,68 27,8 32,8

2. Load Constant
1. Penempatan 300 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 Defleksi pada x1 = 300 mm


2,308 − 1,05
𝑃𝐾(%) = × 100% = 54,5 %
2,308
 Defleksi pada x2 = 500 mm
4,617 − 1,87
𝑃𝐾(%) = × 100% = 59,5 %
4,617
 Defleksi pada x3 = 600 mm
5,208 − 2,26
𝑃𝐾(%) = × 100% = 56,6 %
5,208

2. Penempatan 500 mm
 Defleksi pada x1 = 300 mm
2,22 − 3,13
𝑃𝐾(%) = × 100% = 41 %
2,22
 Defleksi pada x2 = 500 mm
10,687 − 7,03
𝑃𝐾(%) = × 100% = 33,65%
10,687
 Defleksi pada x3 = 600 mm
13,9 − 9,08
𝑃𝐾(%) = × 100% = 34,67 %
13,9
3. Penempatan 600 mm
 Defleksi pada x1 = 300 mm
5,77 − 3,55
𝑃𝐾(%) = × 100% = 38,47 %
5,77
 Defleksi pada x2 = 500 mm
0,726 − 8,55
𝑃𝐾(%) = × 100% = 1077,68 %
0,726
 Defleksi pada x3 = 800 mm
18,467 − 11,4
𝑃𝐾(%) = × 100% = 38,268 %
18,467
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Tabel 7: Persentase kesalahan percobaan defleksi kantilever (Load Constant)


Titik Defleksi (mm) Persentase
Penempatan
defleksi Data Perhitungan kesalahan
(mm)
(mm) praktikum teori (%)
300 1,05 2,308 54,5
300 500 1,87 4,617 59,5
600 2,26 5,208 56,6
300 3,13 2,22 41
500 500 7,03 10,687 33,65
600 9,08 13,9 34,67
300 3,55 5,77 38,47
600 500 8,55 0,726 1077,68
600 11,4 18,467 38,268

4.3.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


1. Beban Masukan 5 N
1,5625 − 1,5
𝑃𝐾(%) = × 100% = 4 %
1,5625
2. Beban Masukan 7,5 N
2,343 − 2
𝑃𝐾(%) = × 100% = 14,64 %
2,343
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3. Beban Masukan 10 N
3,125 − 4
𝑃𝐾(%) = × 100% = 28 %
3,125
4. Beban Masukan 15 N
4,6875 − 5
𝑃𝐾(%) = × 100% = 6,67 %
4,6875
5. Beban Masukan 20 N
6,25 − 6,5
𝑃𝐾(%) = × 100% = 4 %
6,25

Tabel 8: Persentase kesalahan beban tumpuan roll-jepit


Beban Beban support (N) Persentase
masukan Data Perhitungan kesalahan
(N) praktikum teori (%)
5 1,5 1,5625 4
7,5 2 2,343 14,64
10 4 3,125 28
15 5 4,6875 6,67
20 6,5 6,25 4

4.3.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik
1. Beban Masukan 5 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
2,821 − 0,99
𝑃𝐾(%) = × 100% = 65 %
2,821
Defleksi pada x2 = 500 mm
3,562 − 1,16
𝑃𝐾(%) = × 100% = 67,43 %
3,562
Defleksi pada x3 = 600 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3,334 − 1,04
𝑃𝐾(%) = × 100% = 68,8 %
3,334

2. Beban Masukan 7,5 N


Defleksi pada x1 = 300 mm
4,232 − 1,7
𝑃𝐾(%) = × 100% = 59,82 %
4,232
Defleksi pada x2 = 500 mm
5,343 − 2,44
𝑃𝐾(%) = × 100% = 54,33 %
5,343
Defleksi pada x3 = 600 mm
5,001 − 2,19
𝑃𝐾(%) = × 100% = 56,2 %
5,001

3. Beban Masukan 10 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
5,642 − 3,17
𝑃𝐾(%) = × 100% = 43,81 %
5,642
Defleksi pada x2 = 500 mm
7,124 − 3,72
𝑃𝐾(%) = × 100% = 47,78 %
7,124
Defleksi pada x3 = 600 mm
6,668 − 3,35
𝑃𝐾(%) = × 100% = 49,76 %
6,668

4. Beban Masukan 15 N
Defleksi pada x1 = 200 mm
8,464 − 5,33
𝑃𝐾(%) = × 100% = 37,02 %
8,464
Defleksi pada x2 = 400 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

10,687 − 6,32
𝑃𝐾(%) = × 100% = 40,86 %
10,687
Defleksi pada x3 = 600 mm
10,003 − 5,71
𝑃𝐾(%) = × 100% = 42,91 %
10,003

Tabel 9: Persentase kesalahan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di Satu Titik

Beban Defleksi (mm) Persentase


Titik Defleksi
masukan Data Perhitungan kesalahan
(mm)
(N) praktikum teori (%)

300 0,99 2,821 65

5 500 1,16 3,562 67,43

600 1,04 3,334 68,8

300 1,7 4,232 59,82

7,5 500 2,44 5,343 54,33

600 2,19 5,001 56,2

300 3,17 5,642 43,81

10 500 3,72 7,124 47,78

600 3,35 6,668 49,76

15 300 5,33 8,464 37,02


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

500 6,32 10,687 40,86

600 5,71 10,003 42,91

4.3.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di 3 Titik
1. F1 = 5 N, F2 = 7,5 N, F3 = 10 N
11,25 − 9,5
𝐴= × 100% = 15,55 %
11,25
9,75 − 10,5
𝐵= × 100% = 7,7 %
9,75
2. F1 = 5 N, F2 = 10 N, F3 = 7,5 N
11 − 10
𝐴= × 100% = 9,09 %
11
10,25 − 11
𝐵= × 100% = 7,31 %
10,25
3. F1 = 15 N, F2 = 10 N, F3 = 20 N
21,5 − 20
𝐴= × 100% = 1,31 %
21,5
20 − 21
𝐵= × 100% = 6,97 %
20
4. F1 = 20 N, F2 = 10 N, F3 = 15 N
20 − 22
𝐴= × 100% = 10 %
20
21,5 − 20
𝐵= × 100% = 6,97 %
21,5
Tabel 10: Persentase kesalahan reaksi tumpuan
Beban reaksi (N) Persentase
Run Tumpuan
Data praktikum Perhitungan teori Kesalahan (%)
A 9,5 11,25 15,55
1
B 10,5 9,75 7,7
2 A 10 11 9,09
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

B 11 10,25 7,31
A 20 21,5 1,31
3
B 21 20 6,97
A 22 20 10
4
B 20 21,5 6,97

4.4 Grafik
i. Percobaan Defleksi pada Batang Kantilever
1. Length Constant
10 9.256
9
8 7.124
7
6
Defleksi (mm)

5
5.45 Praktek
4
3 4.12 Teori
1.482
2
1 1.88
0
300 500 600

x (mm)

Grafik 1 : Defleksi Batang Kantilever Beban 5 N


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

16
13.9
14

12 10.687
Defleksi (mm)
10

8 9.06
Praktek
6 7.02 Teori

4
2.22
2 3.1

0
300 500 600

x (mm)

Grafik 2 : Defleksi Batang Kantilever Beban 7,5 N


20 18.52
18

16 14.25
14
Defleksi (mm)

12

10 11.65
Praktek
8 9.8
Teori
6

4 2.963
4.34
2

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 3 : Defleksi Batang Kantilever Beban 10 N


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

30 27.8

25
21.374

Defleksi (mm) 20

18.68
15
Praktek
14.37
Teori
10

4.446
5
6.39

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 4 : Defleksi Batang Kantilever Beban 15 N

2. Load Constant
6
5.208

5 4.617
Defleksi (mm)

3
2.308 Praktek
Teori
2
2.26
1.87
1
1.05

0
300 500 600
x (mm)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Grafik 5 : Defleksi Batang Kantilever Pembebanan x = 300 mm

16
13.9
14

12 10.687
Defleksi (mm)

10

8 9.08
Praktek
6 7.03 Teori

4
2.22
2 3.13

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 6 : Defleksi Batang Kantilever Pembebanan x = 500 mm

20 18.467
18

16

14
Defleksi (mm)

12

10 11.4
Praktek
8
5.77 8.55 Teori
6

2 3.55 0.726

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 7 : Defleksi Batang Kantilever Pembebanan x = 600 mm


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

ii. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


7
6.25

6 6.5

5 4.6875
Defleksi (mm)

5
4
3.125
4
Praktek
3
2.343
Teori
2
2
1

0
7.5 10 15 20
x (mm)

Grafik 8 : Beban Support pada Batang Roll Jepit

iii. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik
4
3.562
3.334
3.5

3 2.821
Defleksi (mm)

2.5

2
Praktek
1.5 Teori

1
1.16
0.99 1.04
0.5

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 9 : Defleksi Batang Sederhana Beban 5 N


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

6
5.343
5.001
5
4.232
Defleksi (mm)

3
Praktek
Teori
2 2.44
2.19
1.7
1

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 10 : Defleksi Batang Sederhana Beban 7,5 N

8
7.124
6.668
7

6 5.642
Defleksi (mm)

4
Praktek
3 3.72 Teori
3.17 3.35
2

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 11 : Defleksi Batang Sederhana Beban 10 N


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

12
10.687
10.003
10
8.464
Defleksi (mm)
8

6
6.32 Praktek
5.71
5.33 Teori
4

0
300 500 600
x (mm)

Grafik 12 : Defleksi Batang Sederhana Beban 15 N

iv. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di 3 Titik
11.5 11.25

11
Beban Reaksi (N)

10.5
10.5
10 9.75 Praktek
Teori
9.5
9.5
9

8.5
A B
Ujung Batang

Grafik 13 : Reaksi Tumpuan Batang Sederhana Run 1


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

11.2
11
11
11
10.8
Beban Reaksi (N)
10.6

10.4 10.25
10.2 Praktek
Teori
10
10
9.8

9.6

9.4
A B
Ujung Batang

Grafik 14 : Reaksi Tumpuan Batang Sederhana Run 2

22

21.5
21.5
Beban Reaksi (N)

21
21
20.5
Praktek
20
Teori
20
20
19.5

19
A B
Ujung Batang

Grafik 15 : Reaksi Tumpuan Batang Sederhana Run 3


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

22.5

22
22 21.5
Beban Reaksi (N) 21.5

21

Praktek
20.5
20 Teori
20
20
19.5

19
A B
Ujung Batang

Grafik 16 : Reaksi Tumpuan Batang Sederhana Run 4

BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Jenis-jenis Defleksi
a. Defleksi aksial (regangan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan sejajar pada sumbu batang.
b. Defleksi lateral (lendutan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada sumbu batang
c. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang
Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu
yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.
2. Hal-hal yang mempengaruhi Defleksi
a. Kekakuan batang
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil
b. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin
kecil
c. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Oleh
Karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-
beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang
melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol
lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada
tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.

3. Perbandingan Nilai Defleksi


Perbandingan nilai defleksi yang kami dapat melalui praktikum dan
nilai defleksi yang kami dapat menggunakan perhitungan secara teoritis
hampir jauh berbeda. Ini dibuktikan dengan persentase kesalahan yang
cukup besar. Ada beberapa percobaan yang persentase kesalahannya lebih
kecil, umumnya dikarenakan kurangnya ketelitian saat membaca nilai
defleksi menggunakan dial gauge.
4. Hal-hal Yang Mempengaruhi Perbedaan Nilai Defleksi Praktikum Dengan
Teori
Perbandingan nilai defleksi yang kami dapat melalui praktikum
dapat dilihat melalui grafik yang ada. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pembacaan nilai defleksi saat praktikum yaitu pembacaan dial gauge,
pembacaan jangka sorong, peletakan posisi clamp dan juga pembacaan
nilai pada dynamometer pada setiap tumpuan roll dan jepit. Faktor yang
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

mempengaruhi perhitungan nilai defleksi secara teori yaitu ketelitian saat


menggunakan kalkulator serta pembulatan nilai hasil perhitungan.

6.2 Saran
6.2.1 Saran Untuk Laboratorium
1..
2.
3.

6.2.2 Saran Untuk Asisten (Kak A. Adhy Kusuma Putra)

1.

2.

3.

DAFTAR PUSTAKA

Eandroidfisika, “Tegangan, Regangan, dan Modulus Elastisitas”, Modulus


Elastisitas 2016, https://eandroidfisika.wordpress.com/tegangan-
regangan-dan-modulus-elastisitas/. [Di akses pada tanggal 3 November
2019]

Fulan112blogspot.com, “Momen Primer”, Tabel Momen Primer Januari 2015.


https://fulan112.blogspot.com/2015/01/tabel-momen-primer.html.
[Diakses pada 4 November 2019]
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Munirulhady.com, “Perbedaan Defleksi dan Deformasi”, Defleksi dan Deformasi


1 Februari 2013, <http://munirulhady.blogspot.com/2013/02/defleksi-
lendutan.html>, [Diakses pada 3 November 2019]
Muchlis88.blogspot.com, “Defleksi dan Hal-Hal yang Mempengaruhi”, Defleksi,
27 Maret 2011, <http://muchlis88.blogspot.com/2011/03/defleksi-dan-hal-
hal-yang-mempengaruhi.html>, [Diakses pada 3 November 2019]

Rahasiadonk-huda.com, “Jenis-Jenis Tumpuan dan Peranannya”, Tumpuan, 29


oktober 2015,<http://rahasiadonk-huda.blogspot.com/2015/10/pengenalan-
strukturbangunan.html>, [Diakses pada 4 November 2019]

Scribd.com, “Diagram Tegangan Regangan”, Tegangan dan Regangan, 18


Februari 2017, <https://id.scribd.com/document/339690773/Diagram-
Tegangan-Dan-Regangan>, [Diakses 5 November 2019]
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Jum’at, 3 Desember 2020 Pukul 10.00-12.00 WITA
Tempat : Laboratorium Mekanika Terpakai Fak. Teknik Universitas
Hasanuddin
3.2 Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Alat dan Bahan


1. Bilah panduan (Guide bar).
2. Bantalan bergerak (Drive Bearings).
3. Pengunci bantalan (Bearing locking).
4. Tubuh beban (Load body).
5. Dudukan magnet untuk pengukur dial (Magnetic holder for dial gauge).
6. Pengunci dan penjepit plat (Locking and clamping of plates).
7. Elemen transmisi gaya (Transmission elements force).
8. Pengukur dial (Dial gauge).
9. Batang Uji (Tes rod).
10. Pencekam tetap (Permanent gripper).
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

11. Pencekam berputar dengan tuas untuk aplikasi beban uji (Rotating grips with
levers for load test aplictions).
12. Tuas untuk memberikan momen torsi menggunakan beban uji (Lever to
provide torque moment using a test load).
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan Bending
1. Memasang alat untuk menyimpan beban pada bahan uji.
2. Mengatur bantalan bergerak sesuai dengan panjang bahan uji, lalu
dikunci.
3. Memasang bahan uji pada bantalan bergerak.
4. Memasang dudukan magnet untuk indikator dial pada bilah panduan, lalu
dikunci.
5. Mengatur pengukur indikator dial agar terpasang tepat pada alat untuk
menyimpan beban uji.
6. Mengkalibrasi indikator dial.
7. Menyimpan beban seberat 900g pada alat untuk menyimpan beban.
8. Mengambil data hasil uji pada indikator dial.
9. Mengulang langkah 7 menambahkan beban 100g, 500g, dan 1000g.
3.3.2 Percobaan Torsion
1. Memasang bahan uji pada pencekam tetap, lalu kunci.
2. Mengatur bantalan bergerak sesuai dengan panjang bahan uji, lalu dikunci.
3. Memasang alat untuk menyimpan beban pada tuas pencekam berputar.
4. Memasang dudukan magnet untuk indikator dial pada bilah panduan, lalu
dikunci.
5. Mengatur pengukur indikator dial agar terpasang tepat pada alat untuk
menyimpan beban uji.
6. Menyimpan beban seberat 900g pada alat untuk menyimpan beban.
7. Mengambil data hasil uji pada indicator dial
8. Mengulang langkah 7 dengan menambahkan beban 100g, 500g, dan
1000g.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Pengaplikasian Deformation Of Curved-Axis Beam dalam Kehidupan Sehari


– hari

Aplikasi pada Jembatan

Jembatan memiliki peranan penting untuk menjaga aspek kehidupan manusia agar
berlangsungnya hubungan antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada
struktur jembatan faktor kekuatan struktur harus diperhitungkan agar jembatan
memiliki ketahanan dalam menopang beban-beban yang bekerja di atasnya.

Masa layan sebuah struktur jembatan beton sangat ditentukan oleh besarnya
lendutan yang dialami oleh struktur tersebut. Elemen lentur berupa balok yang
dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur, gaya geser maupun
simpangan harus mampu menahan defleksi yang terjadi akibat aksi beban yang
terdistribusi.

Simpangan lendutan yang besar dapat menyebabkan defleksi pada balok sehingga
menyebabkan keretakan pada struktur beton. Oleh karena itu, untuk menambah
kekakuan pada sebuah konstruksi dilakukan studi perbandingan deformasi struktur
jembatan beton dengan panjang 25 m dan lebar 9 m. Pada pemodelan struktur
Model 1 dengan gelagar beton bertulang simple spans, Model 2 dengan sistem grid
dengan penambahan balok diafragma lateral dan Model 3 dengan sistem grid
dengan penambahan balok diafragma longitudinal dan diafragma lateral dengan
jumlah yang sama pada pemodelan struktur yang kedua.

Analisa struktur dilakukan dengan software SAP 2000 dan didapatkan nilai
perbandingan simpangan lendutan pada Model 1 sebesar 0,018114 m, Model 2
sebesar 0,016854 m, dan Model 3 sebesar 0,015431 m, memenuhi persyaratan l
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Anda mungkin juga menyukai