BAB II
TEORI DASAR
2.1.1 Deformasi
Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah deformasi atau perubahan bentuk
yang terjadi pada suatu benda saat gaya atau beban itu bekerja, dan
perubahan bentuk akan hilang ketika gaya atau bebannya ditiadakan.
Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk
dan ukuran semula.
Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi atau perubahan bentuk
yang terjadi pada benda secara permanen, walaupun beban yang
berkerja ditiadakan.
2.1.2 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Oleh
Karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-
beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar
dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin
lebih besar dari tumpuan jepit.
dan Jembatan Kali Progo di daerah Boyolali. Dimana salah satu tumpuan
jembatan adalah tumpuan sendi.
2. Tumpuan Engsel
Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam
setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan
seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan
yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan
rol atau penghubung,maka perbandingan antara komponen-komponen
reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua
komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
3. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah, baik
arah vertikal dan horizontal dan juga mampu melawan suaut kopel atau
momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah
momen.
Persamaan defleksi:
b. Batang kantilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.
Persamaan defleksi:
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
c. Batang overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana
Keterangan :
saya akan menjelaskan mengenai pengertian momen inersia dan rumus momen
inersia lengkap. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
I = m1R12+m2R22+…+mnRn2
F = Gaya (N)
2.7.2 Regangan
Regangan ialah perubahan relatif ukuran atau bentuk benda yang
mengalami tegangan. Gambar diatas memperlihatkan sebuah batang yang
mengalami regangan akibat gaya tarik F. Panjang batang mula-mula adalah
Lo. Setelah mendapat gaya tarik sebesar F, batang tersebut berubah
panjangnya menjadi L. dengan demikian, batang tersebut mendapatkan
pertambahan panjang sebesar , dengan persamaan:
ε = ΔX / X
Keterangan ε = regangan strain (tanpa satuan)
ΔX = pertambahan panjang (m)
X = panjang mula-mula (m)
Gambar
Sumber : http://blogspot.com
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Gambar a. biasa nya disebut momen titik simpul . tanda momen ini biasa
di gunakan dalam analisis struktur metode cross , slope deflection ( versi
chu kia wang dll )
Gambar b. tanda momen ini biasa di gunakan untuk analisis struktur
metode slope deflection ( versi soemono dll )
Pada hakikat nya jika di gunakan perjanjian tanda dengan gambar a maupun
gambar b akan menghasilkan nilai yang sama selama digunakan dengan
konsisten. untuk mempermudah para siswa smk, mahasiswa dan praktisi kami
melampirkan tabel momen primer yang sudah di beri tanda (Positif dan negatif)
untuk keperluan analisis struktur.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 3 November 2019 pada
pukul 13:00 sampai dengan pukul 16:00. Adapun tempatnya di Laboratorium
Mekanika Terpakai, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
b. Clamping plate
Fungsi: tempat menggantung
beban yang membebani
batang.
c. Dial Gauge
e. Meteran
f. Batang kuningan
g. Jangka sorong
h. Rigid clamp
4. Memasang ujung yang lain dari batang pada dynamometer with clamp;
5. Memasang dynamometer pada clamp yang telah dipasang pada batang;
6. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
7. Menggantungkan beban sebesar 5 N pada clamp yang telah dipasang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
8. Menggantungkan beban sebesar 7,5 N pada clamp yang telah dipasang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang di ukur.
9. Menggantungkan beban sebesar 10 N clamp yang telah dipasang
kemudian catat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.
10. Menggantungkan beban sebesar 15 N clamp yang telah dipasang
kemudian catat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
𝑙 = 1000 mm
mm
a = 500 mm
F
x1 = 300 mm
x2 = 500 mm
x3 = 600 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
b. Load Constant
Material = Kuningan
L = 1000 mm
a1 = 300 mm
a2 = 500 mm
a3 = 600 mm
𝑙 = 1000 mm
a3 = 600 mm
a2 = 500 mm
a1 = 300 mm F F
F
x1 = 300 mm
x2 = 500 mm
x3 = 600 mm
x = 1000 mm A
a = 500 mm
F
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
x1 = 300 mm
x2 = 500 mm
X3 = 600 mm
x3 = 600 mm
x2 = 500 mm
x1 = 300 mm
F1 F2 F3
𝑙 = 1000 mm
A B
a. Length Constant
1. Beban Masukan 5 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
5 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 1,482 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
Defleksi pada x2 = 500 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
5 × 500
𝑓= = 7,124 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
Defleksi pada x3 = 600 mm
5 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 9,256 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
3. Beban Masukan 10 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
10 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 2,963 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
Defleksi pada x2 = 500 mmm
10 × 500
𝑓= = 14,25 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
Defleksi pada x3 = 600 mm
10 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 18,52 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
4. Beban Masukan 15 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
15 × 500 300 300
𝑓= 2−3 + = 4,446 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9 500 500
Defleksi pada x2 = 500 mm
15 × 500
𝑓= = 21,374 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
b. Load Constant
1. Penempatan beban 300 mm
Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 300
𝑓= = 2,308 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
Defleksi pada x2 = 500 mm
7,5 × 300
𝑓= (3 × 500 − 300) = 4,617 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 300
𝑓= (3 × 600 − 300) = 5,208 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
7,5 × 500
𝑓= = 10,687 𝑚𝑚
3 × 90000 × 324,9
Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 500
𝑓= (3 × 600 − 500) = 13,9 𝑚𝑚
6 × 90000 × 324,9
1. Beban Masukan 5N
5
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 1,5625 𝑁
2 × 1000
3. Beban Masukan 10 N
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
10
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 3,125 𝑁
2 × 1000
4. Beban Masukan 15 N
15
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 4,6875 𝑁
2 × 1000
5. Beban Masukan 20 N
20
𝐴= × (3 × 1000 × 500 − 500 ) = 6,25 𝑁
2 × 1000
4.2.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di
Satu Titik
Panjang batang: 𝑙 = 1000 𝑚𝑚
x = ½ 𝑙 = 500 mm
𝐹𝑥 3𝑙
𝑓= −𝑥
12𝐸𝐼 4
1. Beban Masukan 5 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
5 × 300 3 × 1000
𝑓= − 300 = 2,821 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
Defleksi pada x2 = 500 mm
5 × 500 3 × 1000
𝑓= − 500 = 3,562 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
Defleksi pada x3 = 600 mm
5 × 600 3 × 1000
𝑓= − 600 = 3,334 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
2. Beban Masukan 7,5 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
7,5 × 300 3 × 1000
𝑓= − 300 = 4,232 𝑚𝑚
12 × 90000 × 324,9 4
Defleksi pada x2 = 500 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
𝛴𝑀 = 0 = 𝐵 × 𝐿 − 𝐹 × 𝑥 − 𝐹 × 𝑥 − 𝐹 × 𝑥
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥
𝐴=
𝐿
𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥 +𝐹 ×𝑥
𝐵=
𝐿
1. F1 = 5 N, F2 = 7,5 N, F3 = 10 N
5 × 300 + 7,5 × 500 + 10 × 600
𝐴= = 11,25 𝑁
1000
5 × 600 + 7,5 × 500 + 10 × 300
𝐵= = 9,75 𝑁
1000
2. F1 = 5 N, F2 = 10 N, F3 = 7,5 N
5 × 300 + 10 × 500 + 7,5 × 600
𝐴= = 11 𝑁
1000
5 × 600 + 10 × 500 + 7,5 × 300
𝐵= = 10,25 𝑁
1000
3. F1 = 15 N, F2 = 10 N, F3 = 20 N
15 × 300 + 10 × 500 + 20 × 600
𝐴= = 21,5 𝑁
1000
15 × 600 + 10 × 500 + 20 × 300
𝐵= = 20 𝑁
1000
4. F1 = 20 N, F2 = 10 N, F3 = 15 N
20 × 300 + 10 × 500 + 15 × 600
𝐴= = 20 𝑁
1000
20 × 600 + 10 × 500 + 15 × 300
𝐵= = 21,5 𝑁
1000
1,482 − 1,88
𝑃𝐾(%) = × 100% = 26,85 %
1,482
Defleksi pada x2 = 500 mm
7,124 − 4,12
𝑃𝐾(%) = × 100% = 41,16 %
7,124
Defleksi pada x3 = 600 mm
9,256 − 5,45
𝑃𝐾(%) = × 100% = 41,12 %
9,256
4,446 − 6,39
𝑃𝐾(%) = × 100% = 43,72 %
4,446
Defleksi pada x2 = 500 mm
21,374 − 14,47
𝑃𝐾(%) = × 100% = 32,3 %
21,374
Defleksi pada x3 = 600 mm
27,8 − 18,68
𝑃𝐾(%) = × 100% = 32,8 %
27,8
2. Load Constant
1. Penempatan 300 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
2. Penempatan 500 mm
Defleksi pada x1 = 300 mm
2,22 − 3,13
𝑃𝐾(%) = × 100% = 41 %
2,22
Defleksi pada x2 = 500 mm
10,687 − 7,03
𝑃𝐾(%) = × 100% = 33,65%
10,687
Defleksi pada x3 = 600 mm
13,9 − 9,08
𝑃𝐾(%) = × 100% = 34,67 %
13,9
3. Penempatan 600 mm
Defleksi pada x1 = 300 mm
5,77 − 3,55
𝑃𝐾(%) = × 100% = 38,47 %
5,77
Defleksi pada x2 = 500 mm
0,726 − 8,55
𝑃𝐾(%) = × 100% = 1077,68 %
0,726
Defleksi pada x3 = 800 mm
18,467 − 11,4
𝑃𝐾(%) = × 100% = 38,268 %
18,467
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
3. Beban Masukan 10 N
3,125 − 4
𝑃𝐾(%) = × 100% = 28 %
3,125
4. Beban Masukan 15 N
4,6875 − 5
𝑃𝐾(%) = × 100% = 6,67 %
4,6875
5. Beban Masukan 20 N
6,25 − 6,5
𝑃𝐾(%) = × 100% = 4 %
6,25
3,334 − 1,04
𝑃𝐾(%) = × 100% = 68,8 %
3,334
3. Beban Masukan 10 N
Defleksi pada x1 = 300 mm
5,642 − 3,17
𝑃𝐾(%) = × 100% = 43,81 %
5,642
Defleksi pada x2 = 500 mm
7,124 − 3,72
𝑃𝐾(%) = × 100% = 47,78 %
7,124
Defleksi pada x3 = 600 mm
6,668 − 3,35
𝑃𝐾(%) = × 100% = 49,76 %
6,668
4. Beban Masukan 15 N
Defleksi pada x1 = 200 mm
8,464 − 5,33
𝑃𝐾(%) = × 100% = 37,02 %
8,464
Defleksi pada x2 = 400 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
10,687 − 6,32
𝑃𝐾(%) = × 100% = 40,86 %
10,687
Defleksi pada x3 = 600 mm
10,003 − 5,71
𝑃𝐾(%) = × 100% = 42,91 %
10,003
B 11 10,25 7,31
A 20 21,5 1,31
3
B 21 20 6,97
A 22 20 10
4
B 20 21,5 6,97
4.4 Grafik
i. Percobaan Defleksi pada Batang Kantilever
1. Length Constant
10 9.256
9
8 7.124
7
6
Defleksi (mm)
5
5.45 Praktek
4
3 4.12 Teori
1.482
2
1 1.88
0
300 500 600
x (mm)
16
13.9
14
12 10.687
Defleksi (mm)
10
8 9.06
Praktek
6 7.02 Teori
4
2.22
2 3.1
0
300 500 600
x (mm)
16 14.25
14
Defleksi (mm)
12
10 11.65
Praktek
8 9.8
Teori
6
4 2.963
4.34
2
0
300 500 600
x (mm)
30 27.8
25
21.374
Defleksi (mm) 20
18.68
15
Praktek
14.37
Teori
10
4.446
5
6.39
0
300 500 600
x (mm)
2. Load Constant
6
5.208
5 4.617
Defleksi (mm)
3
2.308 Praktek
Teori
2
2.26
1.87
1
1.05
0
300 500 600
x (mm)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
16
13.9
14
12 10.687
Defleksi (mm)
10
8 9.08
Praktek
6 7.03 Teori
4
2.22
2 3.13
0
300 500 600
x (mm)
20 18.467
18
16
14
Defleksi (mm)
12
10 11.4
Praktek
8
5.77 8.55 Teori
6
2 3.55 0.726
0
300 500 600
x (mm)
6 6.5
5 4.6875
Defleksi (mm)
5
4
3.125
4
Praktek
3
2.343
Teori
2
2
1
0
7.5 10 15 20
x (mm)
3 2.821
Defleksi (mm)
2.5
2
Praktek
1.5 Teori
1
1.16
0.99 1.04
0.5
0
300 500 600
x (mm)
6
5.343
5.001
5
4.232
Defleksi (mm)
3
Praktek
Teori
2 2.44
2.19
1.7
1
0
300 500 600
x (mm)
8
7.124
6.668
7
6 5.642
Defleksi (mm)
4
Praktek
3 3.72 Teori
3.17 3.35
2
0
300 500 600
x (mm)
12
10.687
10.003
10
8.464
Defleksi (mm)
8
6
6.32 Praktek
5.71
5.33 Teori
4
0
300 500 600
x (mm)
11
Beban Reaksi (N)
10.5
10.5
10 9.75 Praktek
Teori
9.5
9.5
9
8.5
A B
Ujung Batang
11.2
11
11
11
10.8
Beban Reaksi (N)
10.6
10.4 10.25
10.2 Praktek
Teori
10
10
9.8
9.6
9.4
A B
Ujung Batang
22
21.5
21.5
Beban Reaksi (N)
21
21
20.5
Praktek
20
Teori
20
20
19.5
19
A B
Ujung Batang
22.5
22
22 21.5
Beban Reaksi (N) 21.5
21
Praktek
20.5
20 Teori
20
20
19.5
19
A B
Ujung Batang
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Jenis-jenis Defleksi
a. Defleksi aksial (regangan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan sejajar pada sumbu batang.
b. Defleksi lateral (lendutan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada sumbu batang
c. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang
Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu
yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.
2. Hal-hal yang mempengaruhi Defleksi
a. Kekakuan batang
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil
b. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin
kecil
c. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Oleh
Karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-
beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang
melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol
lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada
tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Untuk Laboratorium
1..
2.
3.
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Jum’at, 3 Desember 2020 Pukul 10.00-12.00 WITA
Tempat : Laboratorium Mekanika Terpakai Fak. Teknik Universitas
Hasanuddin
3.2 Alat dan Bahan
11. Pencekam berputar dengan tuas untuk aplikasi beban uji (Rotating grips with
levers for load test aplictions).
12. Tuas untuk memberikan momen torsi menggunakan beban uji (Lever to
provide torque moment using a test load).
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan Bending
1. Memasang alat untuk menyimpan beban pada bahan uji.
2. Mengatur bantalan bergerak sesuai dengan panjang bahan uji, lalu
dikunci.
3. Memasang bahan uji pada bantalan bergerak.
4. Memasang dudukan magnet untuk indikator dial pada bilah panduan, lalu
dikunci.
5. Mengatur pengukur indikator dial agar terpasang tepat pada alat untuk
menyimpan beban uji.
6. Mengkalibrasi indikator dial.
7. Menyimpan beban seberat 900g pada alat untuk menyimpan beban.
8. Mengambil data hasil uji pada indikator dial.
9. Mengulang langkah 7 menambahkan beban 100g, 500g, dan 1000g.
3.3.2 Percobaan Torsion
1. Memasang bahan uji pada pencekam tetap, lalu kunci.
2. Mengatur bantalan bergerak sesuai dengan panjang bahan uji, lalu dikunci.
3. Memasang alat untuk menyimpan beban pada tuas pencekam berputar.
4. Memasang dudukan magnet untuk indikator dial pada bilah panduan, lalu
dikunci.
5. Mengatur pengukur indikator dial agar terpasang tepat pada alat untuk
menyimpan beban uji.
6. Menyimpan beban seberat 900g pada alat untuk menyimpan beban.
7. Mengambil data hasil uji pada indicator dial
8. Mengulang langkah 7 dengan menambahkan beban 100g, 500g, dan
1000g.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Jembatan memiliki peranan penting untuk menjaga aspek kehidupan manusia agar
berlangsungnya hubungan antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada
struktur jembatan faktor kekuatan struktur harus diperhitungkan agar jembatan
memiliki ketahanan dalam menopang beban-beban yang bekerja di atasnya.
Masa layan sebuah struktur jembatan beton sangat ditentukan oleh besarnya
lendutan yang dialami oleh struktur tersebut. Elemen lentur berupa balok yang
dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur, gaya geser maupun
simpangan harus mampu menahan defleksi yang terjadi akibat aksi beban yang
terdistribusi.
Simpangan lendutan yang besar dapat menyebabkan defleksi pada balok sehingga
menyebabkan keretakan pada struktur beton. Oleh karena itu, untuk menambah
kekakuan pada sebuah konstruksi dilakukan studi perbandingan deformasi struktur
jembatan beton dengan panjang 25 m dan lebar 9 m. Pada pemodelan struktur
Model 1 dengan gelagar beton bertulang simple spans, Model 2 dengan sistem grid
dengan penambahan balok diafragma lateral dan Model 3 dengan sistem grid
dengan penambahan balok diafragma longitudinal dan diafragma lateral dengan
jumlah yang sama pada pemodelan struktur yang kedua.
Analisa struktur dilakukan dengan software SAP 2000 dan didapatkan nilai
perbandingan simpangan lendutan pada Model 1 sebesar 0,018114 m, Model 2
sebesar 0,016854 m, dan Model 3 sebesar 0,015431 m, memenuhi persyaratan l
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University