mengasumsikan
fracture mecanics) :
pembukaan retak.
- Densitas energi regangan (strain energy density) (S) memprediksikan
arah
perambatan retak
tidak
yang dapat berupa void, inclusi dan retak micro. Cacat-cacat ini berpotensi
membentuk retak.
Retak juga dapat timbul sebagai akibat :
1. Proses Fabrikasi
- Psoses milling proses pemotongan
- Proses rolling, bending, punching Proses pembentukan
- Proses welding
2. Tuntutan desain yang dapat menimbulkan konsentrasi tegangan
- Poros bertangga
- Lubang-lubang untuk sambungan
- Takikan rumah pasak
Adanya retak tegangan di ujung retak secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
berikut :
A
b
a
A 1 2 atau A K t
b
a
1 lubang berbentuk lingkaran dan harga Kt = 3
b
Disini
b = 0 atau
Kesimpulannya
mekanika
perpatahan.
Mekanika perpatahan harus mampu menjawab permasalahan-permasalahan di
bawah ini :
-
Berapa ukuran retak kritis yang diperbolekan untuk melayani beban yang
telah direncanakan ?
Berapa waktu yang diperlukan untuk perambatan retak dari ukuran mulamula sampai ukuran kritis ?
proses perpatahan
& kriteria
plastisitas
pengujian
aplikasi
.
.
Cetak
10-10
10-9 10-8
10-7
10-6
10-5
10-4
10-3
10-2
10-1
ilmu material
100
101 meter
rekayasa
Mekanika terapan
Mekanika Rekayasa
(MN.m
dan sejenisnya.
dengan
K1 a
atau
K1
Y
a=
), dan
Pada struktur tanpa retak, jika beban dinaikkan maka tegangan nominal
juga naik sampai mencapai ketidakstabilan (luluh pada ys ). Struktur
akan aman jika ys .
Pada struktur dengan retak, jika beban dinaikkan maka intensitas tegangan
(K1) juga naik (dapat juga dibarengi dengan perambatan retak) sampai
terjadi ketidakstabilan pada harga (Kc, K1c, atau K1d). Struktur akan aman
jika K1 < (Kc, K1c, atau K1d).
Kolom Euler
2E
(L/r)2
ys
ys
= jari-jari kelenting
a
Level tegangan yang diperlukan untuk mencapai ketidakstabilan dalam kolom
(buckling) turun, jika perbandingan L
c B Kc a
ys
ys
naik.
2a
harus dibawah
kurva Euler. Untuk menghindari perpatahan tegangan aktual dan ukuran retak
a, maka harga K1 yang timbul harus lebih kecil dari Kc.
K1c (Kc) ini disebut sebagai ketangguhan (ketahanan) material terhadap retaka
atau fracture toughness.
Indeks (subskrip) I merupakan pola pembebanan I. Akan tetapai indeks IC:
menunjukan harga kritis K1 pada kondisi plane strain, yang mana harganya
konstan.
plane stress, yang mana harganya tergantung tebal spesimen. Untuk lebih
jelasnya lehat kurva di bawah ini:
Kc
KIC
Plane stress
Plane strain
B ( Tebal)
Pola I
Pola II
Pola III
(opening mode)
(sliding mode)
(teoring mode)
Getas
Suhu
Patah getas pada metal terjadi dengan pemisahan langsung sepanjang bidang
kristalografik
bahwa penampang
Karakteristiknya adalah
khusus. Hal ini menyebabkan patah getas relatif rata pada satu butiran, tetapi
mempunyai orientasi yang berbeda antara satu butiran dengan butiran lain, karena
orientasi bidang kristalografiknya berbeda (lihat gambar di bawah ini :
Pertumbuhan
retak
Butiran
kristal
Batas
butir
Karena untuk setiap butiran, patahannya rata , maka akan mempunyai efektifitas
yang tinggi. Oleh karena itu patah getas memberikan kenampakan mengkilap
terang.
Jika diobservasi dengan mikroskop
Step (tangga)
Krn patah gelas
sekunder
C
Retak
paralel
Step (tangga)
krn gesekan
Dua retak pararel bergabung sepanjang garis dimana garis-garis tersebut overlap,
dengan jalan patah getas sekunder atau geseran untuk membentuk tangga (step).
Tangga-tangga patah getas (cleavage steps)
dapat
Dislokasi
ulirdiinisiasi dalam sebuah kristal
oleh aluran dislokasi ulir (screw dislocations) seperti gambar di bawah ini :
Arah perambatan
8
Bidang
retak
River pattern
o +
necking
Mekanisme inisiasi, pertumbuhan dan bergabungnya kekosongan mikro (microvoids) pada patah ulet memberikan gambaran fraktografik tersendiri.
Bila
diobservasi di bawah mikroskop electron, permukaan patah terdiri dari lekukanlekukan kecil yang menunjukan bergabungnya kekosongan (void).
Lekukan-lekukan (dimples)
karena kekosongan pada material biasanya acak. Akan tetapi secara kasar dapat
dibagi menjadi dua kategori menurut bentuk kenampakannya, yaitu equiaxed
dan parabolic
Bentukan lekukan yang nampak pada mikroskop tergantung pada sitem tegangan
yang aktif selama formasi (pembentukan), dan juga tergantung sudut observasi
dalam mikroskop.
Lekukan equaxed kemungkinan terbentuk , jika tegangan yang dominan adalah
tarik. Sedangkan lekukan parabolic terjadi pada pola pembebanan geser dan
sobek (tear) (lihat gambar) :
Spesimen dan kondisi tegangan
void
Permukaan patah
Lekukan equiaxed
Arah berlawanan
10
Retak Fatik
Arah sama
Dengan pembebanan
dinamik, retak dapat diinisiasi sebagai hasil dari deformasi
plastis berulang. Walaupun tegangan nominal masih dalam batas elastis, secara
lokal tegangan dapat di atas luluh karena konsentrasi tegangan pada cacat atau
takikan mekanik. Konsekuensinya, deformasi plastis terjadi secara local pada
skala mikro,
keteknikan.
Beberapa model ekuivalen telah ada, satu diantaranya untuk menjelaskan inisiasi
retak taktik akibat deformasi plastis local adalah seperti gambar di bawah ini :
Ekstruksi
(Lekukan keluar)
Intruksi
(Lekukan kedalam)
(a)
(b)
(c)
(d)
permukaan
11
Selama beban ada di atas, slip terjadi pada bidang slip (a) saat beban turun, slip
berlangsung pada arah berlawanan (b) , sehingga terbentuk ekstrusi dan intrusi (a)
dan (d).
Intrusi dapat tumbuh menjadi retak dengan berlangsungnya proses plastisitas
secara berulang.
Apabila beban fatik adalah tarik-tarik, mekanisme seperti di atas juga dapat
berlangsung, karena deformasi plastis yang terjadi saat beban naik akan
memberikan tegangan kompresi sisa selama penurunan (pelepasan) beban.
Retak fatik juga dapat tumbuh dengan mekanisme slip berulang. Beberapa
tingkatan pertumbuhan retak fatik ditunjukan pada gambar di bawah ini:
1
a
Pembukaan
3
Penutupan
4a
5
Pembukaan
6
12
Penutupan
4a
W= 0
Pelat tebal
z 0&
d z
0
dz
pelat tipis
z
z
0
x
y
xy
x
y
y
xy yx
(1)
u
v
, y
x
y
dan
xy
(2)
13
xy
y 2
x 2
(3)
Hubungan antara teganagan dan regangan dapat ditulis sebagai berikut :
-
Ex x y z
E y y x z
Ez z x y
xz
1
21
xy
xy
G
1E
xz yz 0
(4)
(5)
G xy xy
(6)
xz yz 0
E y y x
E z ( x y )
G xy xy
(7)
xz yz 0
Untuk bahan homogin dan isotropic, terlihat bahwa hanya dua konstanta elastis
diperlukan yaitu :
E dan .
14
Substitusi persamaan (6) atau persamaan (7) ke dalam persamaan (8) diperoleh :
2
2
2
y 2
x
x y 0
(8)
2
2
y=
2 ;
y
x 2
yx = - 2 / xy
(9)
2
y 2
x
2
2
2
y 2
x
2 2 4 0
(10)
Ada beberapa fungsi
salah
satunya adalah :
x1 y2 n
(11)
2
2
2
y 2
x
i 0
(12)
z = x + iy
(z) DNG
(13)
dz
dz
, z
dz
dz
15
z'
dz
dz
Fungsi
(14)
z
z Re z I m z
adalah analitik
z
z
x
z x
x
z
1
x
(15)
sedangkan :
z
z z
z
z
iz
x
z y
y
(16)
z
i
y
Karena
z Re z i Im z ,
z Re z
Im z
i
x
x
x
(17)
dan
z
Re z
Im z
i
y
y
y
(18)
karena z tidak tergantung lintasan, dan hal ini x dan y, maka dari persamaan (15)
dan (16) dapat disimpulkan bahwa :
i
z
z
x
y
(19)
Im z
Im z
Re z
Im z
i
i
i
y
y
Re z
x
y
dan
(20)
Im z
Re z
Im z
x
y
(21)
Pers (20) dan (21) adalah persamaan Cauchy Riemann dan menunjukan
kondisi bahwa fungsi
z Re z i Im z
adalah analitik.
16
Re z 0
(22)
y 2
Re z
Im z 0
y 2
dari persamaan (22) dan (23) menunjukan bahwa bagian riil dan imaginer fungsi
z
memenuhi persamaan
imaginer dari
persamaan (11).
MODE I (Pola I)
Pola I atau pola pembukaan retak, simetrik terhadap sb x. Westergaard (1939)
memperkenalkan fungsi tegangan sebagai berikut :
(24)
1 Re z I y Im z I
y
2a
x Re Z I yI m Z
y Re Z I yI m Z
xy yRe Z
'
(25)
'
I
17
ZI
z
Z a Z a 12
(26)
(27)
dan untuk meyakinkan tegangan y dan xy dalam persamaan (25) adalah nol,
perlu juga memberi spesifikasi bahwa :
Im = Q ( x) 0
(28)
(29)
Q ' a / 2a 2 f
ZI
12
12
1
KI
2r
Cos
1 KI
3
2rSin Cos
Sin
1 r3
2
2
2 2 2 2 2
2
(30)
(31)
Atau :
KI
(2r )
Cos
2
3
1 Sin Sin
2
2
2
(32)
KI
(2r )
Cos
2
3
1 Sin Sin dan
2
2
2
(33)
18
xy
KI
(2r )
Sin
2
3
Cos Cos
2
2
2
dimana dari pers (31) faktor intensitas tegangan Ki dapat ditulis sebagai berikut :
K I lim 2
(34)
1. Untuk sebuah pelat tak berhinga dengan sebuah retak sepanjang sumbu x
dari x = -a ke x = + a (seperti gambar di atas) :
ZI
Z a Z a 12
(35)
K I lim 2 2
1
2a 2
1
(36)
K I a
2. Untuk sebuah pelat tak berhingga dengan retak berderet yang panjangnya
2a dan jarak atau retak 2b,
2b
2b
2a
2a
2a
19
ZI
2
b
SinZ 2b Sina 2b
Sin Z
2
(37)
K I lim 2
2b
SinZ 2b Sina 2b
Sin Z
1
2
a
2b
a g 2b
1
2
(38)
x
2a
c
P
ZI
P a 2 b 2
Z b Z a
2
(39)
2
Sehingga KI :
K I lim 2
P a 2 b 2
a b 2 a
20
P ab
a a b
(40)
Untuk b = 0, diperoleh :
KI P
(41)
Jika gaya P berjarak c dari ujung retak, dimana c = a-b, dan jika a >> c dan
b>> c atau bahkan a , dan b , seperti gambar di bawah ini :
P
P ab
c a
2p
2c
(42)
v y
x z
y
E E
(43)
1 2
1
y
x
E
E
21
1 1 2
Re Z I dy
'
1
yI
dy
Z
m
I
E
(45)
Dengan menggunakan persamaan (20) dan (21), v menjadi :
v 1 / E 21 I m Z I yRe Z I
(46)
dimana :
ZI
KI
2r
Cos
r
Z I 2K I
iSin
2
2
Cos
iSin
2
2
KI
Sehingga : v E
21
Sin
2
2 2 Cos
2
22
(47)
u 1 / E 1 2 Re Z I yI m Z I
(48)
dan
r
2
E
21
KI
Cos
2
1 2 Sin
2
2
(49)
2a
22
Dengan cara yang sama pola pembebanan geser akan menghasilkan distribusi
tegangan sebagai berikut :
y
xy
3
Sin 2 Cos Cos
2
2
2
Cos
K II
2r
K II
2r
3
Sin Cos
2
2
2
(50)
3
Cos
1
Sin
Sin
1
2
2
2
2
2r
K II
Dimana untuk pelat tak berhingga seperti pada gambar di atas, besar K II
adalah:
K II a
(51)
Sin
2 2 Cos 2
2
2
Cos
1 2 Sin 2
2
2
(52)
xz
yz
K III
2r
K III
2r
Sin
2
Cos
2
(53)
x y z xy 0
Distribusi simpangan :
23
uv0
K 2r
w III
G
Sin
(54)
(55)
CATATAN :
-
Dari
(56)
C
w
W = 2b
2a
2a
2a
24
a 1
W
g . 2
W
a
(57)
atau
a
W
g
a
W
K I a
(58)
Sec
1
2
(59)
atau
a
K I a Sec
1
2
(60)
2a
D
B
2a
=
a
=
b
2a
2a
25
(61)
(62)
Misal ada tekanan internal P yang identik dengan gambar e, tetapi arahnya
berlawanan, maka :
K I P a
(63)
Untuk retak dengan gaya titik di sepanjang sisi retak, seperti gambar di bawah ini:
K IA
P
x
B
dan
K IB
2a
ax
ax
(64)
ax
ax
K IA, B
(65)
Kasus ini mungkin dapat diaplikasikan pada retak yang muncul dari lubang rivet
atau baut sebagai berikut :
w
+
2a
2a
P = w
2a
2a
e
(66)
26
W
2 a
(67)
Untuk retak dengan tekanan internal juga dapat diturunkan dari persamaan (64),
dengan mengintegralkannya dari 0 s/d a, sebagai berikut :
KI
ax
ax
ax ax
.
ax ax
ax ax
.
ax ax
ax
ax
dx
(68)
ax
a2 x2
ax
2a
a x2
2
a2 x2
K I 2P
a
dx
a
x
2 P
areCos
0 a2 x2
a0
KI
2
a
(69)
Sin 2
a2
Cos 2
c2
(70)
27
c2 a2
1
Sin 2
2
c
0
2
(71)
c = lebar retak
untuk a=c persamaan (70) berubah menjadi persamaan (69) (dengan catatan posisi
retak dan dimensi bahan sama).
Harga dapat dicari secara matematis sebagai berikut :
1 c2 a2
3 c2 a2
1
2
2
4 c
64
c2
......
(72)
3 a 2
8 8 c2
(73)
28