Anda di halaman 1dari 28

BAB 11

PERPATAHAN DAN FATIK


(Fracture dan Fatigue)
Studi tentang : Mekanika bahan di sekitar ujung retak baik terhadap beban statis
maupun beban dinamis
Pendekatan analisis :

Perpatahan linier (linear-elastic fracture mecanics) :

mengasumsikan

bahwa selama pembebanan tidak terjadi plastisitas di ujung retak.

Perpatahan elastis-plastis (elastic plastic

fracture mecanics) :

mengasumsikan bahwa selama pembebanan terjadi plastisitas di ujung


retak. Besarnya daerah plastis di ujung retak akan memberi kontribusi
terhadap ketahanan bahan di ujung retak.
Parameter-parameter Perpatahan :
- Laju pelepasan energi regangan (strain energy release rates) atau disebut konsep
energi Griffith ( G)
- Faktor intensitas tegangan (stress intensity factor) K Irwin
- J. integral : integral yang tak tergantung lintasan (path independent integral)
Pengembangan konsep energi akibat adanya plastisitas di ujung retak
- COD (Crack opening displacement)

dan CTOD T : Tip Pengukuran

pembukaan retak.
- Densitas energi regangan (strain energy density) (S) memprediksikan

arah

perambatan retak

Relevansi Mekanika Perpatahan terhadap Rekayasa Struktur


Teori mekanika bahan konvensial

mengasumsikan bahwa material

tidak

mengandung cacat (retak). Padahal setiap material pasti mengandung cacat,

yang dapat berupa void, inclusi dan retak micro. Cacat-cacat ini berpotensi
membentuk retak.
Retak juga dapat timbul sebagai akibat :
1. Proses Fabrikasi
- Psoses milling proses pemotongan
- Proses rolling, bending, punching Proses pembentukan
- Proses welding
2. Tuntutan desain yang dapat menimbulkan konsentrasi tegangan
- Poros bertangga
- Lubang-lubang untuk sambungan
- Takikan rumah pasak
Adanya retak tegangan di ujung retak secara sederhana dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Sebuah pelat tak berhingga terdapat lubang elips

A
b

tegangan pada titik A sebesar :

a
A 1 2 atau A K t
b

Kt biasa disebut dengan faktor konsentrasi tegangan, yang besarnya tergantung


dari perbandingan a dan b.

a
1 lubang berbentuk lingkaran dan harga Kt = 3
b

Disini

mengandung implikasi bahwa faktor keamanan yang harus diambil

minimal 3 agar material pada titik A tidak rusak.

b = 0 atau

merupakan bentuk retak dan harga Kt = . Disni

mengandung implikasi bahwa berapapun faktor keamanan diberikan, material


pada titik A akan rusak

Kesimpulannya

mekanika

bahan konvensial tak dapat digunakan untuk

menjawab permasalahan di atas.

Oleh karena itu diperlukan mekanika

perpatahan.
Mekanika perpatahan harus mampu menjawab permasalahan-permasalahan di
bawah ini :
-

Berapa sisa kekuatan struktur sebagai fungsi ukuran retak?

Berapa ukuran retak kritis yang diperbolekan untuk melayani beban yang
telah direncanakan ?

Berapa waktu yang diperlukan untuk perambatan retak dari ukuran mulamula sampai ukuran kritis ?

Berapa retak awal yang diperbolehkan untuk melayani beban sesuai


rencana?

Berapa frekuensi pemeriksaan retak?

Cakupan Mekanika Perpatahan :


awal
perpatahan

proses perpatahan
& kriteria

plastisitas

pengujian

aplikasi


.
.

Cetak

10-10

10-9 10-8

10-7

10-6

10-5

10-4

10-3

10-2

10-1

ilmu material

100

101 meter

rekayasa
Mekanika terapan
Mekanika Rekayasa

Faktor Intesitas Tegangan


Menunjukan besarnya intensitas tegangan di ujung retak dan mempunyai dimensi
tegangan x panjang

", misal : MPa.m

(MN.m

dan sejenisnya.

Besaran ini tidak sama

dengan faktor konsentrasi tegangan

dan tidak ada

hubungan antara dua parameter tersebut.


Besarnya faktor intensitas tegangan tergantung dari tegangan yang bekerja,
geometri retak dan panjang retak atau secara umum dapat ditulis,
K1 a

dengan

K1 a

atau

K1

Y
a=

: faktor intensitas tegangan untuk pola pembenahan I (Mode I)

: faktor geometri retak


panjang retak

Besaran K sulit untuk dibayangkan sehingga untuk menjelaskannya dapat dibuat


analogi sebagai berikut :
1. Analogi dengan struktur tanpa retak yang mengalami pembebanan tarik
Hubungan antara besar pembebanan (P), tegangan nominal (
tegangan luluh ( ys

), dan

) pada struktur tanpa retak dan besar pembebanan

(P), intensitas tegangan ( I ), dan intensitas tegangan kritis untuk


perpatahan ( C , IC atau Id ) pada struktur dengan retak dapat dibuat
analogi sbb:
-

Pada struktur tanpa retak, jika beban dinaikkan maka tegangan nominal
juga naik sampai mencapai ketidakstabilan (luluh pada ys ). Struktur
akan aman jika ys .

Pada struktur dengan retak, jika beban dinaikkan maka intensitas tegangan
(K1) juga naik (dapat juga dibarengi dengan perambatan retak) sampai
terjadi ketidakstabilan pada harga (Kc, K1c, atau K1d). Struktur akan aman
jika K1 < (Kc, K1c, atau K1d).

2. Analogi dengan ketidakstabilan kolom Euler


-

Kolom Euler

2E
(L/r)2

ys

ys

= jari-jari kelenting

a
Level tegangan yang diperlukan untuk mencapai ketidakstabilan dalam kolom
(buckling) turun, jika perbandingan L

Struktur dengan retak

c B Kc a

ys
ys

naik.

2a

Level tegangan yang diperlukan untuk mencapai ketidakstabilan turun, jika


ukuran retak (a) naik.
Apabila level tegangan mendekati tegangan luluh, baik kolom Euler maupun
perpatahan tidak valid.
Untuk menghindari buckling, tegangan actual dan harga L

harus dibawah

kurva Euler. Untuk menghindari perpatahan tegangan aktual dan ukuran retak
a, maka harga K1 yang timbul harus lebih kecil dari Kc.
K1c (Kc) ini disebut sebagai ketangguhan (ketahanan) material terhadap retaka
atau fracture toughness.
Indeks (subskrip) I merupakan pola pembebanan I. Akan tetapai indeks IC:
menunjukan harga kritis K1 pada kondisi plane strain, yang mana harganya
konstan.

Sedangkan indeks C menunjukan harga kritis K1 pada kondisi

plane stress, yang mana harganya tergantung tebal spesimen. Untuk lebih
jelasnya lehat kurva di bawah ini:

Kc

KIC
Plane stress

Plane strain

B ( Tebal)

Dalam mekanika perpatahan dikenal 3 pola pembebanan yaitu :


-

pola I : pembebanan normal terhadap retak (pola pembukaan)

pola II : pembebanan geser terhadap retak (pola geser)

pola III : pembebanan menyobek retak (pola sobek)

Pola I

Pola II

Pola III

(opening mode)

(sliding mode)

(teoring mode)

Mekanisme Perpatahan dan Pertumbuhan Retak


Ada dua mekanisme perpatahan utama yaitu :

Perpatahan Getas (Cleavage Fracture)

Perpatahan Ulet (Ductile Fracture)

Perpatahan Getas (Cleavage Fracture)


Ketangguhan (toughness) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menerangkan
kemampuan suatu material untuk berdeformasi secara plastis dan mengabsorsi
energi sebelum dan selama terjadi kerusakan.
Kata brittle (getas) dan ductile (ulet) digunakan untuk membedakan jenis
kerusakan atau membedakan sifat material dengan ketangguhan rendah atau
tinggi.
Patah getas (cleavage facture) adalah bentuk perpatahan yang paling getas yang
terjadi di dalam material kristalin
Patah getas dapat terjadi pada material ulet karena

Beroperasi pada suhu sangat rendah

Laju regangan yang tinggi (laju pembebanan)

Energi impak Charpy


Ulet

Laju regangan (pembebanan)

Getas
Suhu

Patah getas pada metal terjadi dengan pemisahan langsung sepanjang bidang
kristalografik

sebagai akibat patahnya ikatan atom.

bahwa penampang

Karakteristiknya adalah

patah berhubungan dengan bidang kristalografik secara

khusus. Hal ini menyebabkan patah getas relatif rata pada satu butiran, tetapi
mempunyai orientasi yang berbeda antara satu butiran dengan butiran lain, karena
orientasi bidang kristalografiknya berbeda (lihat gambar di bawah ini :

Pertumbuhan
retak

Butiran
kristal
Batas
butir

Karena untuk setiap butiran, patahannya rata , maka akan mempunyai efektifitas
yang tinggi. Oleh karena itu patah getas memberikan kenampakan mengkilap
terang.
Jika diobservasi dengan mikroskop

optik atau elektron mikroskop, bidang

patahan tampak sebagai irregularitas- irregularitas kecil. Dalam satu butiran,


sebuah retak mungkin dapat tumbuh secara simultan

pada dua bidang

kristalografik sejajar (lihat gambar di bawah).


A

Step (tangga)
Krn patah gelas
sekunder

C
Retak
paralel

Step (tangga)
krn gesekan

Dua retak pararel bergabung sepanjang garis dimana garis-garis tersebut overlap,
dengan jalan patah getas sekunder atau geseran untuk membentuk tangga (step).
Tangga-tangga patah getas (cleavage steps)
dapat
Dislokasi
ulirdiinisiasi dalam sebuah kristal
oleh aluran dislokasi ulir (screw dislocations) seperti gambar di bawah ini :
Arah perambatan

Tangga patas getas


(Cleavage step)

8
Bidang

retak

Gabungan antara tangga-tangga patah getas akan membentuk garis-garis sungai


(River Pattern), lihat gambar di bawah ini :
Twist boundary

River pattern

Patah Ulet (Ductile Fracture)


Patah ulet dapat dijelaskan melalui pengujian tarik, dimana saat spesimen ditarik
dengan beban berlebih akan terjadi perpanjangan plastis homogin. Kemudian
diikuti dengan perpanjangan plastis tidak homogin dan terkonsentrasi secara local
atau yang disebut necking (pengecilan setempat).
Pada material ulet (logam murni), memungkinkan untuk berdefornasi secara local
mencapai 100% reduksi luasan (lihat gambar di bawah ini) :

o +
necking

(Perpatahan dengan deformasi geser murni)

Mekanisme inisiasi, pertumbuhan dan bergabungnya kekosongan mikro (microvoids) pada patah ulet memberikan gambaran fraktografik tersendiri.

Bila

diobservasi di bawah mikroskop electron, permukaan patah terdiri dari lekukanlekukan kecil yang menunjukan bergabungnya kekosongan (void).
Lekukan-lekukan (dimples)

selalu mempunyai bentuk ireguler (tak teratur),

karena kekosongan pada material biasanya acak. Akan tetapi secara kasar dapat
dibagi menjadi dua kategori menurut bentuk kenampakannya, yaitu equiaxed
dan parabolic
Bentukan lekukan yang nampak pada mikroskop tergantung pada sitem tegangan
yang aktif selama formasi (pembentukan), dan juga tergantung sudut observasi
dalam mikroskop.
Lekukan equaxed kemungkinan terbentuk , jika tegangan yang dominan adalah
tarik. Sedangkan lekukan parabolic terjadi pada pola pembebanan geser dan
sobek (tear) (lihat gambar) :
Spesimen dan kondisi tegangan

void


Permukaan patah

Lekukan equiaxed

Arah berlawanan

10

Lekukan geser (parabolic)

Lekukan sobek (parabolic)

Retak Fatik

Arah sama
Dengan pembebanan
dinamik, retak dapat diinisiasi sebagai hasil dari deformasi
plastis berulang. Walaupun tegangan nominal masih dalam batas elastis, secara
lokal tegangan dapat di atas luluh karena konsentrasi tegangan pada cacat atau
takikan mekanik. Konsekuensinya, deformasi plastis terjadi secara local pada
skala mikro,

tetapi ini tidak cukup untuk memperlihatkan dalam konteks

keteknikan.
Beberapa model ekuivalen telah ada, satu diantaranya untuk menjelaskan inisiasi
retak taktik akibat deformasi plastis local adalah seperti gambar di bawah ini :

Ekstruksi
(Lekukan keluar)

Intruksi
(Lekukan kedalam)
(a)

(b)

(c)

(d)

permukaan

11

Selama beban ada di atas, slip terjadi pada bidang slip (a) saat beban turun, slip
berlangsung pada arah berlawanan (b) , sehingga terbentuk ekstrusi dan intrusi (a)
dan (d).
Intrusi dapat tumbuh menjadi retak dengan berlangsungnya proses plastisitas
secara berulang.
Apabila beban fatik adalah tarik-tarik, mekanisme seperti di atas juga dapat
berlangsung, karena deformasi plastis yang terjadi saat beban naik akan
memberikan tegangan kompresi sisa selama penurunan (pelepasan) beban.
Retak fatik juga dapat tumbuh dengan mekanisme slip berulang. Beberapa
tingkatan pertumbuhan retak fatik ditunjukan pada gambar di bawah ini:

1
a

Pembukaan
3

Penutupan
4a
5

Pembukaan
6

12

Penutupan
4a

ANALISIS TEGANGAN PADA UJUNG RETAK UNTUK BAHAN


ISOTROPIK, HOMOGIN DAN ELASTIS LINIER
Teori Elastisitas :
- Plane Strain : u, v, w
- Plane Stress : x , y , z

W= 0

Pelat tebal
z 0&

d z
0
dz

pelat tipis

Untuk analisis kita lihat gambar dibawah ini:


y
x
r

z
z

Pada elemen kecil dapat diperoleh pers kesetimbangan sebagai berikut :


x xy

0
x
y
xy
x

y
y

xy yx

(1)

Sedangkan regangan didefenisikan sebagai :


x

u
v
, y
x
y

dan

xy

(2)

13

Parameter u dan v dapat diganti x dan y, Sehingga dapat diperoleh pers :


2 x 2 y 2xy

xy
y 2
x 2

(3)
Hubungan antara teganagan dan regangan dapat ditulis sebagai berikut :
-

Ex x y z

E y y x z

Ez z x y

xz

1
21
xy
xy
G
1E

xz yz 0

(4)

Untuk PLANE STRAIN : w = 0 z = 0, SHG


z ( x y )

(5)

Substitusikan persamaan (5) ke (4) diperoleh :


E x 1 2 { x [ /(1 )] y }
E y (1 2 ){ y [ /(1 )] x }

G xy xy

(6)

xz yz 0

Untuk PLANE STRESS, z 0 ; persamaan (4) menjadi :


E x x y

E y y x

E z ( x y )

G xy xy

(7)

xz yz 0

Untuk bahan homogin dan isotropic, terlihat bahwa hanya dua konstanta elastis
diperlukan yaitu :
E dan .

14

Substitusi persamaan (6) atau persamaan (7) ke dalam persamaan (8) diperoleh :
2
2

2
y 2
x

x y 0

(8)

Persamaan ini disebut persamaan Laplace dalam term ( x y ) (persamaan


Kompatibilitas dalam term ( x y ))
Jika kita definisikan sebagai fungsi tegangan airy, maka komponen tegangan
dapat dituliskan sebagai berikut :
x=

2
2
y=
2 ;
y
x 2

yx = - 2 / xy

(9)

Subsitusikan persamaan (9) ke dalam persamaan (8) diperoleh :


2
2

2
y 2
x

2
2

2
y 2
x

2 2 4 0

(10)
Ada beberapa fungsi

yang memenuhi persyaratan persamaan (10),

salah

satunya adalah :
x1 y2 n

(11)

Dimana i harus merupakan fungsi harmonik, sehingga memenuhi persamaan


Laplace :

2
2

2
y 2
x

i 0

(12)

Untuk bodi mengandung retak, fungsi-fungsi tegangan diberikan dalam bentuk


variabel kompleks.
Ambil variabel kompleks

z = x + iy

(z) DNG
(13)

Yang mempunyai derivatif :


z

dz
dz

, z

dz
dz

15

z'

dz
dz

Fungsi

(14)
z

dan derivatifnya harus analitik. Fungsi

z Re z I m z

adalah analitik

jika derivatifnya adalah path independent


Kondisi ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
z
z z
z

z
z
x
z x
x
z

1
x

(15)

sedangkan :
z
z z
z

z
iz
x
z y
y

(16)

z
i
y

Karena

z Re z i Im z ,

maka dapat diperoleh juga persamaan :

z Re z
Im z

i
x
x
x

(17)

dan
z
Re z
Im z

i
y
y
y

(18)

karena z tidak tergantung lintasan, dan hal ini x dan y, maka dari persamaan (15)
dan (16) dapat disimpulkan bahwa :
i

z
z

x
y

(19)

Im z
Im z
Re z
Im z

i
i
i

y
y

Persamaan (19) terpenuhi apabila :


Re z
Im z

Re z
x
y

dan

(20)

Im z
Re z

Im z
x
y

(21)

Pers (20) dan (21) adalah persamaan Cauchy Riemann dan menunjukan
kondisi bahwa fungsi

z Re z i Im z

adalah analitik.

16

Jika Im z dieliminasi dari persamaan (20) dan

(21), yaitu dengan cara

mendiferensialkan persamaan (20) terhadap x dan persamaan (21) terhadap y,


maka dapat diperoleh :
2

Re z 0

(22)

y 2

Dengan cara yang sama

Re z

juga dapat dieliminasi dengan mendeferensialkan

persamaan (20) terhadap y dan persamaan (21) terhadap x, sehingga diperoleh :


2

Im z 0

y 2

dari persamaan (22) dan (23) menunjukan bahwa bagian riil dan imaginer fungsi
z

memenuhi persamaan

imaginer dari

LAPLACE (12). Oleh karena itu bagian riil dan

dan derivatifnya sesuai dengan fungsi tegangan i dalam

persamaan (11).
MODE I (Pola I)
Pola I atau pola pembukaan retak, simetrik terhadap sb x. Westergaard (1939)
memperkenalkan fungsi tegangan sebagai berikut :
(24)

1 Re z I y Im z I

Subskrip I menunjukan pola permukaan retak.

y
2a

Apabila persamaan (24) disubstitusikan ke dalam persamaan (9) akan diperoleh :


'

x Re Z I yI m Z

y Re Z I yI m Z

xy yRe Z

'

(25)

'
I

17

Fungsi ZI harus dipilih sedemikian sehingga memenuhi kondisi batas untuk


permasalahan yang dibahas. Untuk retak di dalam pelat tak berhingga, seperti
gambar di atas, dari x = -a ke x = +a. Sepanjang retak y xy 0 . Misal fungsi
ZI adalah :

ZI

z
Z a Z a 12

(26)

Pada aksis x (y = 0) dari x = -a ke x = a, harga penyebut hanya imaginer (ingat


Z = x + iy). Konsekuensinya, sepanjang aksis x dari x = -a ke x = a berlaku :
Re Z I = 0

(27)

dan untuk meyakinkan tegangan y dan xy dalam persamaan (25) adalah nol,
perlu juga memberi spesifikasi bahwa :
Im = Q ( x) 0

(28)

Sepanjang aksis x (y = 0) dari x = -a ke x = +a.


Sekarang kita perhatikan pada saat x = a (pada ujung retak). Pertama-tama kita
misalkan:
za

(29)

Sehingga persamaan (26) dapat ditulis sebagai berikut :

Q ' a / 2a 2 f
ZI

12
12
1

KI

2r

Cos

1 KI
3
2rSin Cos
Sin
1 r3
2
2
2 2 2 2 2
2

(30)

(31)

Atau :

KI
(2r )

Cos
2

3
1 Sin Sin
2
2
2

(32)

dengan cara yang sama :

KI
(2r )

Cos
2

3
1 Sin Sin dan
2
2
2

(33)

18

xy

KI
(2r )

Sin
2

3
Cos Cos
2
2
2

dimana dari pers (31) faktor intensitas tegangan Ki dapat ditulis sebagai berikut :
K I lim 2

(34)

1. Untuk sebuah pelat tak berhinga dengan sebuah retak sepanjang sumbu x
dari x = -a ke x = + a (seperti gambar di atas) :

ZI

Z a Z a 12

(35)

Kita substitusikan persamaan (35) ke dalam persamaan (34) dan memisalkan


z a , diperoleh :

K I lim 2 2
1

2a 2
1

(36)

K I a

2. Untuk sebuah pelat tak berhingga dengan retak berderet yang panjangnya
2a dan jarak atau retak 2b,

2b

2b

2a

2a

2a

Untuk retak seperti ini (1959) mendefinisikan :

19

ZI

2
b

SinZ 2b Sina 2b
Sin Z
2

(37)

Sehingga faktor intensitas tegangan KI adalah :

K I lim 2

2b
SinZ 2b Sina 2b
Sin Z

dengan cara yang sama seperti sebelumnya, diperoleh :


K I a

1
2

a
2b
a g 2b

1
2

(38)

3. Untuk retak seperti gambar di bawah :


y

x
2a

c
P

Irwin mendefinisikan ZI sebagai berikut :

ZI

P a 2 b 2

Z b Z a
2

(39)
2

Sehingga KI :

K I lim 2

P a 2 b 2

a b 2 a

20

P ab

a a b

(40)

Untuk b = 0, diperoleh :

KI P

(41)

Jika gaya P berjarak c dari ujung retak, dimana c = a-b, dan jika a >> c dan
b>> c atau bahkan a , dan b , seperti gambar di bawah ini :
P

Maka harga KI adalah :


KI

P ab

c a

2p
2c

(42)

Simpangan di dekat ujung retak :


y

v y

x z
y
E E

(43)

Dimana untuk regangan bidang (Plane strain ), dari persamaan (5) :


z x y dan dari persamaan (6) untuk y adalah :
y

1 2
1
y
x
E
E

Simpangan v dari persamaan (2), (44) dan (25) adalah :

21

1 1 2

Re Z I dy

'
1
yI
dy
Z
m
I
E

(45)
Dengan menggunakan persamaan (20) dan (21), v menjadi :

v 1 / E 21 I m Z I yRe Z I

(46)

dimana :

ZI

KI

2r

Cos

r
Z I 2K I

iSin
2
2

Cos

iSin
2
2

KI

Sehingga : v E
21

Sin

2
2 2 Cos

2
22

(47)

dengan cara yang sama diperoleh u :

u 1 / E 1 2 Re Z I yI m Z I

(48)

dan
r

2
E
21

KI

Cos

2
1 2 Sin

2
2

(49)

Mode II (Pola II)

2a

22

Dengan cara yang sama pola pembebanan geser akan menghasilkan distribusi
tegangan sebagai berikut :

y
xy

3
Sin 2 Cos Cos
2
2
2

Cos

K II

2r

K II

2r


3
Sin Cos
2
2
2

(50)

3
Cos
1

Sin
Sin

1
2
2
2
2

2r
K II

Dimana untuk pelat tak berhingga seperti pada gambar di atas, besar K II
adalah:
K II a

(51)

Sedangkan disrtibusi simpangannya adalah :


K r
u II
G 2
K r
v II
G 2

Sin

2 2 Cos 2

2
2

Cos

1 2 Sin 2

2
2

(52)

MODE III (POLA III)


Distribusi tegangan :

xz

yz

K III

2r
K III

2r

Sin
2

Cos
2

(53)

x y z xy 0

Distribusi simpangan :

23

uv0
K 2r
w III
G

Sin

(54)

Sedangkan harga KIII untuk pelat tak berhingga adalah :


K III a

(55)

CATATAN :
-

Dari

uraian di atas terlihat bahwa distribusi tegangan proporsional

terhadap harga K, dimana K merupakan parameter tunggal di sekitar ujung


retak.
-

Ungkapan di atas hanya berlaku pada material getas, yang tidak


memungkinkan adanya diformasi plastik di ujung retak.

Pengaruh Dimensi Benda


Harga K akan berubah, jika dimensinya berubah dan secara umum persamaan
faktor intensitas tegangan dapat ditulis :
K I a

(56)

Di mana Y = faktor geometri yang besarnya tergantung dari dimensi benda.


Sebagai contoh geometri retak di bawah ini :
A

C
w

W = 2b
2a

2a

2a

Harga Y dapat ditulis sebagai berikut :

24

a 1
W
g . 2
W
a

(57)

atau
a
W
g

a
W

K I a

(58)

Sekarang kalau dipotong gambar di atas pada AB dan CD akan diperoleh :

Sec

1
2

(59)

atau
a

K I a Sec

1
2

(60)

2a
D
B

Harga Y ini sudah ditabelkan dalam Handbook of Stress intensity factors.


Sebagai contoh dapat dilihat tabel di bawah ini :
Kasus Khusus :
Apabila dijumpai sistem pembebanan pada retak yang tidak tercantum dalam
handbook, kemungkinan harga K dapat dicari dengan superposisi.
Sebagai contoh kita lihat gambar di bawah ini :

2a

=
a

=
b

2a

2a

25

KIa = KIb = KId + KIe

(61)

KIa = 0, karena tidak ada retak, sehingga,


KId = - KIe
Untuk pelat tak berhingga K I d a , sehingga
K I e a

(62)

Misal ada tekanan internal P yang identik dengan gambar e, tetapi arahnya
berlawanan, maka :
K I P a

(63)

Untuk retak dengan gaya titik di sepanjang sisi retak, seperti gambar di bawah ini:
K IA

P
x
B

dan

K IB

2a

ax
ax

(64)
ax
ax

Untuk gaya titik pada tengah-tengah retak :


P

K IA, B

(65)

Kasus ini mungkin dapat diaplikasikan pada retak yang muncul dari lubang rivet
atau baut sebagai berikut :
w

+
2a

2a

P = w

2a

2a
e

Dengan cara superposisi harga KI dapat ditentukan sebagai berikut :


KIa = KIb + KId - KIe

(66)

26

Tetapi KIa = KIe, sehingga


KIa = (KIb + KId) = a

W
2 a

(67)

Untuk retak dengan tekanan internal juga dapat diturunkan dari persamaan (64),
dengan mengintegralkannya dari 0 s/d a, sebagai berikut :
KI

ax

ax

ax ax
.

ax ax
ax ax
.

ax ax

ax
ax

dx

(68)

ax
a2 x2

ax

2a
a x2
2

a2 x2

K I 2P

a
dx
a
x
2 P
areCos

0 a2 x2

a0

K I P a sama seperti persamaan (63)

Retak Berbentuk Ellips:


Untuk retak berbentuk lingkaran yang dikelilingi oleh benda tak berhingga :

KI

2
a

(69)

Sedangkan untk retak semi ellips adalah :


KI

Sin 2

a2
Cos 2
c2

(70)

Dimana adalah suatu integral ullips, yang didefinisikan sebagai berikut :

27

c2 a2
1
Sin 2
2
c

0
2

(71)

Dimana a dan c didefinisikan dalam gambar di bawah ini :


a = kedalaman retak

c = lebar retak

= sudut yang ditinjau


a

untuk a=c persamaan (70) berubah menjadi persamaan (69) (dengan catatan posisi
retak dan dimensi bahan sama).
Harga dapat dicari secara matematis sebagai berikut :


1 c2 a2
3 c2 a2

1
2
2
4 c
64
c2

......

(72)

Walaupun a/c mendekati nol, ungkapan ke 3 dari persamaan di atas hanya


memberi kontribusi 5%, karena itu kebanyakan diabaikan, sehingga diperoleh :

3 a 2

8 8 c2

(73)

28

Anda mungkin juga menyukai