1
Efek takikan pada struktur
Takikan merupakan stress raiser (menaikkan
tegangan) secara lokal diujung takikan.
Efek seperti takikan akan menyebabkan any
geometrical discontinuities.
Parameter yang menggambarkan peningkatan
tegangan lokal disebut Faktor Konsentrasi
Tegangan (stress concentration factor), kt.
2
kt . n
Dimana:
kt = >1 (bilangan tak berdimensi)
= tegangan lokal
n = tegangan nominal
3
Faktor konsentrasi tegangan
4
Contoh kegagalan sistem akibat adanya pre-
crack
9
Hal diatas semua saling berhubungan seperti
digambarkan secara skematik dibawah ini:
failure
Useful service life X
Flaw size
Time 10
11
Keseimbangan energi dari Griffith
1.Kekuatan patah suatu material jauh lebih kecil
dari kekuatan kohesif teoritisnya (1/200X).
2.Hal diatas terjadi akibat kehadiran “cacat” dalam
level mikrostruktur (dislokasi, vacancy, interstisi,
twin, batas butir, dsb.).
3.Griffith menganalisis perilaku patahan pada
material getas (keramik).
4.Konsep yang dikembangkan dapat diaplikasikan
pada material lebih ulet (logam dan paduannya).
12
Theorema Griffith
Sebuah retakan hanya akan dapat menjalar jika
energi total sistem mengecil atau konstan, dengan
kata lain, pengurangan energi regangan elastik (G)
harus sama atau lebih besar dari peningkatan energi
permukaan retakan atau resistansi terhadap
penjalaran retakan (R).
Untuk material getas:
1
2 . 2 2.E. e 2
4 e atau . a
E
13
Pertambahan retakan dikendalikan oleh:
1.Tegangan ().
2.Akar panjang retakan (a).
3.Sifat mekanik material, E dan e (modulus Young
dan energi permukaan elastik per luas penampang).
14
Tegangan lokal didekat sebuah retakan/takikan
bergantung dari produk tegangan () dan akar panjang
retakan (a).
Hubungan ini disebut faktor intensitas tegangan (K),
dimana untuk retakan elastik yang sangat tajam dalam
sebuah pelat dengan lebar tak terhingga (infinite) K
didefinisikan sebagai:
K .a
Dengan dimensi/satuan psiin atau MPam.
15
Untuk material yang mempunyai dimensi tertentu
(finite) persamaan diatas dikoreksi dengan faktor
ukuran spesimen f(a/W), sehingga:
a
K .a. f
W
Dimana:
a = panjang retakan
W = lebar spesimen
16
Harga-harga f (a/W) untuk berbagai konfigurasi
geometri retakan.
17
18
Faktor intensitas tegangan (KI), dalam kondisi kritis
disebut KIC (Fracture Toughness).
a
K IC .a. f
W
Parameter KIC mencerminkan:
1.Ketangguhan material terhadap perambatan
retakan/patah getas.
2.Karakteristik material sama seperti nilai y dan UTS
yang merupakan fungsi metalurgis (struktur kristal,
komposisi kimia/paduan, proses, struktur mikro dan
temperatur). 19
KIC independent (tidak tergantung) terhadap panjang:
retakan, geometri dan sistem pembebanan.
K K IC .a.
Ukuran retakan yang
Tegangan operasi
Pilihan material yang diijinkan diijinkan atau yang
(disain material) mampu terdeteksi oleh
(disain tegangan)
metoda NDT
.a K I K IC
K IC
atau,
.a
2
K IC
atau, a
Hubungan antara KIC, op dan ac yang
digunakan dalam disain mekanik.
25
Jika benda dengan sebuah retakan awal (ai), dikenai
beban siklik, maka retakan akan bertambah panjang
sebagai fungsi dari jumlah siklik.
Kondisi ini berlangsung terus sampai suatu saat
panjang retakan mencapai nilai kritis (ac), yang
berhubungan dengan jumlah siklik tertentu (Nc).
Setelah itu perambatan retakan berubah menjadi
tidak stabil, dan accelerated dan dalam tempo yang
singkat benda akan patah atau gagal.
Tergantung dari besar beban siklik, panjang retakan
kritis ini bisa tercapai dalam waktu yang relatif lebih
26
capat atau lebih lambat.
Perambatan retakan sebagai fungsi dari jumlah siklik (N) dan besar
beban (P)
27
Untuk range beban tertentu (P), dapat ditentukan
da/dN sebagai fungsi dari atau K.
Plot da/dN vs K terlihat seperti dibawah ini yang
disebut kurva laju penjalaran retakan sebagai fungsi
dari range intensitas tegangan.
Log scale, da/dN
I II III
Kth KC
Log scale, K 28
Dari kurva da/dN vs K (sigmoidal curve)
Fase I = microstructure sensitive (metallurgy)
Fase II = mechanics sensitive (continuum mechs.)
Fase III = microstructure sensitive (metallurgy)
Zona I – Kth = range intensitas tegangan rendah
(threshold/ambang batas). Jika ada beban siklik yang
menghasilkan nilai K dibawah itu, maka retakan tidak
akan menjalar.
Zona III – nilai K maksimum tertentu terpenuhi,
maka benda akan patah, nilai maksimum K ini adalah
KIC atau KC. 29
Zona II – dari sisi disain teknik, fase II merupakan
daerah terpenting.
Di zona II (steady-state) ini laju penjalaran retakan
dapat digambarkan sebagai:
C K
da m
dN
Dimana: C dan m adalah konstanta empirik.
2
1 KC
af
1.12
32
Rangkuman dan kesimpulan
Mekanika retakan digunakan dalam disain dengan
cara memperhitungkan kehadiran retakan/cacat
(pre-crack) didalam material.
Pre-crack (mikro) selalu dianggap hadir pada
komponen/struktur.
Kehadiran sebuah retakan tersebut akan
meningkatkan tegangan lokal.
Jika situasi medan tegangan diujung retakan
memungkinkan, maka retakan dapat menjalar
sampai panjang kritis dan benda akan
patah/gagal. 33
Kriteria patah ditentukan dengan
memperhitungkan faktor intensitas tegangan kritis
(KIC) atau disebut dengan “Fracture Toughness”.
KIC merupakan sifat mekanik material dan
mencerminkan ketahanan material terhadap patah
getas. Makin tinggi nilai KIC, makin tangguh
material terhadap patah getas.
Dengan mekanika retakan, kekuatan sisa, laju
penjalaran retakan dan umur pakai suatu
komponen dan struktur dapat diprediksi, sehingga
program inspeksi dan perawatan dapat berjalan
dengan lebih efektif dan efisien. 34
Pendekatan dari segi kekuatan material:
Tegangan Kekuatan luluh atau
aplikasi kekuatan tarik
Ukuran Fracture
cacat Toughness 35