Anda di halaman 1dari 11

2.

2 TEOREMA PLASTIS
Pada prinsipnya jika suatu struktur mencapai kondisi keruntuhan maka akan dipenuhi tiga
kondisi berikut :
a. Kondisi leleh ( yield condition)
b. Kondisi keseimbangan ( equilibrium condition)
c. Kondisi mekanisme (mechanism condition)

1. Kondisi leleh (Yield Condition)


Momen lentur dalam struktur tidak ada yang melampaui kapasitas momen batas (Mp).
2. Kondisi keseimbangan (Equilibrium Condition)
Jumlah momen lentur dalam harus seimbang dengan momen luar yang bekerja.
3. Kondisi mekanisme (Mechanism Condition)
Jumlah sendi plastis dalam struktur telah cukup untuk mengubah sebagian atau seluruh
struktur tersebut kedalam kondisi keruntuhannya.
Ketiga kondisi diatas menjadi syarat dari teorema berikut :
1. Teorema batas bawah (Lower Bound Theorem)
Teorema batas bawah menetapkan atau menghitung distribusi momen dalam struktur
berdasarkan kondisi keseimbangan dan leleh. Beban yang dianalisa memiliki faktor
beban (λ) yang memiliki nilai yang lebih kecil dari harga yang sebenarnya dari faktor
beban runtuh (λc), dirumuskan λ ≤ λc, sehingga hasil yang dihasilkan mungkin aman
atau benar, karena hasil yang diperoleh lebih kecil atau sama dengan nilai faktor beban
runtuh yang sebenarnya.

2. Teorema batas atas (Upper Bound Theorem)


Jika distribusi momen yang diperoleh dihitung berdasarkan syarat yang memenuhi
kondisi keseimbangan dan mekanisme, dapat dipastikan bahwa harga faktor bebannya
akan lebih besar atau sama dengan harga sebenarnya dari factor beban runtuh ( λc), jadi
λ ≥ λc.
Sehingga nilai yang dihasilkan mungkin benar atau mungkin tidak aman.

3. Teorema unik (Unique Theorem)


Jika suatu struktur dikenai beban, ditentukan oleh faktor beban ( ) , sehingga distribusi
Momen Lentur yang dihasilkan memenuhi ketiga kondisi keruntuhan, maka  = C. Tidak
mungkin mendapatkan distribusi BM, pada faktor beban lain, yang memenuhi ketiga
kondisi secara bersamaan.
Ilustrasi dari Teorema Batas Atas :

Gambar 2.9 Teorema Batas atas

Pertimbangkan balok ujung terjepit dari Gambar 2.9. Jika suatu mekanisme diasumsikan
seperti yang ditunjukkan oleh garis tebal pada Gambar 2.9.b berdasarkan asumsi bahwa sendi-
plastis pada balok terbentuk pada 2, maka diagram momen keseimbangan akan seperti yang
ditunjukkan oleh garis penuh pada (c). Karena Mp terlampaui dari 2 dan 4, balok harus
diperkuat sepanjang ini untuk membawa beban percobaan (W t) yang terlalu besar. Hanya jika
mekanisme dipilih sedemikian rupa sehingga nilai momen plasis tidak terlampaui (lihat garis
putus-putus) adalah nilai yang benar (terendah) yang diperoleh.

Ilustrasi dari Teorema batas Bawah:

Gambar 2.10 Teorema Batas bawah


Ilustrasikan dengan balok ujung terjepit Gambar 2.10, jika redundan dipilih sehingga
momen tidak pernah lebih besar dari Mp, maka beban percobaan yang sesuai W t mungkin
kurang dari Wu (Gambar 2.10.b). Kapasitas beban penuh balok digunakan karena momen
tengah kurang dari Mp. Hanya ketika beban dinaikkan ke titik di mana mekanisme terbentuk
(titik-titik) akan diperoleh nilai yang benar. Jadi, jika masalah didekati dari sudut pandang
dengan mengasumsikan mekanisme, batas atas untuk mengoreksi beban akan diperoleh. Tapi
ini bisa-melanggar kondisi momen plastis. Di sisi lain jika masalah dipecahkan dengan membuat
asumsi sewenang-wenang dari diagram momen, maka beban mungkin tidak cukup besar untuk
membuat mekanisme. Terlihat bahwa metode analisis statis didasarkan pada teorema batas
bawah. Sebaliknya, metode mekanisme merepresentasikan batas atas beban ultimit yang
sebenarnya.

Pada teorema ini terdapat tiga metode yang dapat digunakan :


a) Metode statis (Static Method)
b) Metode kerja virtual (Virtual Work Method)
c) Metode distribusi momen (Momen Balancing Method)

2.3. Jumlah sendi plastis yang diperlukan untuk mekanisme


Jumlah sendi plastis yang diperlukan untuk mengubah suatu struktur ke dalam
mekanisme runtuhnya, sangat berkaitan dngan derajat statis tak tentu yang ada dalam struktur
tersebut. Dalam hal ini dapat di rumuskan sebagai :
n=r+1 (2.14)
dengan : n = jumlah sendi plastis untuk runtuh
r = derajat statis tak-tentu atau redundan
Telah diketahui ketika sendi plastis terbentuk, besarnya momen tersebut akan sama
dengan kapasitas momen plastisnya (Mp). Penambahan beban berikutnya tidak akan
mempengaruhi Mpnya. Ini mengakibatkan derajat statis tak –tentunya berkurang satu dan
pada saat yang sama satu buah syarat kompatibilitasnya akan terhapus.
Bila telah terbentuk sejumlah r sendi plastis , struktur yang kita tinjau ini akan menjadi
struktur statis tertentu, dimana hanya diperlukan 1 buah sendi plastis lagi untuk mencapai
keruntuhannya (mekanisme), lihat contoh sebelumnya pasal 2.1.
Akan tetapi ada dua buah pengecualian yang perlu diperhatikan. Pertama bila
menganalisis portal dengan kombinasi beban H =0,5 dan V = 3, akan terlihat bahwa momen di
titik B, C dan D serentak menjadi sama dengan MP pada  = 20. Keruntuhan terjadi hanya
dengan 3 buah sendi plastis (contoh diatas = 4 buah sendi plastis ). Keadaaan ini sebagai
keruntuhan parsial (partial collapse).
Kedua kombinasi beban H = 4 dan V = 1, akan menghasilkan 5 buah sendi plastis, lebih
banyak 1 sendi plastis (persamaan 2.14). Keadaan ini disebut sebagai keruntuhan berlebih (over
collapse), Keadaan pertama dan kedua diatas, seperti pada Gambar 2.11
V =3 100 C 100
B D
H =0,5
100

25 75

Keruntuhan parsial (3 sendi plastis)


V =1
100
H =4
100
100

100 100

Keruntuhan berlebih (5 sendi plastis)

Gambar 2.11

contoh.
1. Untuk struktur balok dua perletakan sendi-sendi (struktur statis tertentu) dengan r = 0 dan n = 1

Mekanisme Keruntuhan Balok

Struktur diatas hanya memerlukan sebuah sendi plastis untuk mencapai mekanisme runtuhnya
yaitu sendi plastis pada momen maksimum (dibawah beban titik).
2. Struktur balok dua perletakan sendi-jepit (struktur statis tak tentu berderajat satu) dengan r
= 1 dan n = 2.

3. Balok kedua ujungnya terjepit (struktur statis tak tentu) ,dengan beban terpusat .

A B
C B
a.struktur pembebanan

b. mekanisme runtuh

r = 2 (RB dan MB) n = 2 + 1 =3 (jumlah sp=3 bh) yaitu pada titik A, B dan C
Pada struktur perletakan ini diperlukan tiga buah sendi plastis untuk mencapai mekanisme
keruntuhannya. Sendi plastis pada sistem perletakan tersebut akan terjadi pada titik dimana
terjadinya momen maksimum dan pada kedua perletakan jepitnya.

2.4. Metode statis


Metode analisis ini berdasarkan teorema batas bawah, dimana distribusi momen di
setiap penampang tidak ada yang melampaui kapasitas momen plastisnya. Besar factor beban,
ditentukan dari diagram momen yang sesuai. Karenanya metode ini umum dipakai untuk
menganalisis balok sederhana maupun menerus, serta struktur kerangka (portal) yang hanya
mempunyai satu atau dua derajat ketidaktentuan . Meskipun metode ini dapat pula diterapkan
pada struktur yang lebih kompleks tetapi akan kurang praktis bila dibandingkan dengan metode
lainnya.
Prosedure perhitungannya adalah :
1. Pilih gaya redundan (sehingga struktur statis taktentu menjadi statis tertentu)
2. Gambar diagram momen bebas untuk struktur yang telah menjadi statis tertentu
3. Gambar diagram momen reaktan dari struktur yang dibebani dengan redundan
4. Skets composite/gabungan diagram momen resultan sedemikian sehingga terbentuk
mekanisme
5. Hitung harga dari beban ultimit dengan menyelesaikan persamaan-persamaan
keseimbangan.
6. Periksa apakah M  Mp

2.4.1. Balok sederhana


Contoh perhitungan dengan metode statis:
1. Balok sederhana dengan beban ditengah bentang
2. Balok sederhana dengan beban di sembarang tempat
3. Balok sederhana dengan beban merata

1. Balok sederhana dengan beban terpusat ditengah bentang

2. Balok sederhana dengan beban terpusat di sembarang tempat


3. Balok sederhana dengan beban terbagi rata

4. Balok jepit –sendi denganbeban terpusat

Mekanisme runtuh
5. Balok jepit-sendi dengan beban merata

Collapse mechanism
6.Balok jepit-jepit dengan beban terpusat

7. Balok jepit-jepit dengan beban terpusat (untuk a=b=1/2L)


8. Balok jepit-jepit dengan beban merata (W=wL)

9. Balok menerus dengan beban terpusat

1,5
10.Balok menerus dengan beban merata dan terpusat

Beban runtuh (diambil yang terkecil) yaitu bentang CD dengan W C = 0,83 Mp/L2

Anda mungkin juga menyukai