ik = Ciklm lm (6.1)
dengan Ciklm sebagai tensor kekakuan elastik atau tensor elastisitas. Tensor ini
berpangkat 4 dengan 81 komponen. Jika strain dipandang sebagai stress dengan
persamaan berikut:
lm = Diklm ik (6.2)
dengan Diklm sebagai tensor komplayen sering dituliskan sebagai S iklm ' .
Persamaan 6.3 merupakan salah satu contoh dari tensor elastisitas pada sistem
hexagonal, dengan indeks m dan n diperoleh dari transformasi indeks ij dan kl.
m atau n 1 2 3 4 5 6
72
C11 C11 2C66 C13 . . .
C11 2C66 C11 C13 . . .
C C13 C33 . . .
Cmn = 13
(6.3)
. . . C55 . .
. . . . C55 .
. . . . . C66
Pada material isotropik hanya ada dua konstanta bebas yang menggambarkan
sifat elastik secara lengkap. Dalam kasus ini hubungan stress-strain dalam bentuk
sederhana,
ik = iklm lm + 2 ik (6.4)
dengan , konstanta Lame serta iklm simbol Kronecker. Khusus kasus teknik menggunakan
parameter selain konstanta Lame;
E modulus elastisitas ( modulus Young)
ratio Poisson
Untuk mendeskripsikan sifat elastik fluida dan yang diketahui gas normalnya menggunakan k
(modulus kompres) atau c = 1/k (kompresibilitas). Konversi dari kuantitas ini di tampilkan
pada tabel 6.2.
Tabel 6.2 Konstanta elastik untuk material isotropik homogen
73
dengan d sebagai densitas dan M sebagai modulus gelombang bidang.
1
M= E (6.6)
(1 2 )(1 + )
2. kecepatan gelombang transversal (shear wave)
1 1
2E 1 2
vs = = (6.7)
d d 2 (1 + )
2
= (6.10)
2( 1)
2
vp
dengan =
vs
vvertikal v
A= = (6.11)
v horizontal v //
74
Modulus elastik (atau komponen tensor elastik) bergantung pada stress. Oleh karena
itu hubungan stress-strain adalah nonlinear.
a. Batuan bukan merupakan material elastik ideal. Reaksi batuan terhadap stress
bergantung juga pada kecepatan deformasi dan sejarahnya. Penyimpangan dari
hukum Hooke menghasilkan:
fenomena serapan energi
ketidaksesuaian penentuan modulus antara statis dan dinamik.
Untuk sifat elastik, satuan yang digunakan:
Satuan SI untuk modulus elastik (modulus Young, modulus shear, modulus gelombang
bidang, konstanta Lame, modulus kompres) yakni Pascal (Pa).
1 Pa = 1 Nm-2 =1 kg m-1 s-2
Paling umum digunakan Gigapascal (GPa) atau Megapascal (MPa)
1 GPa = 109 Pa 1 MPa = 106 Pa
6.2 Sifat Elastik Pembentukan Mineral dan Kandungan Fluida dalam Batuan
6.2.1. Sifat Elastik Pembentukan Mineral
Sifat elastik pembentukan mineral ditentukan oleh elemen kimianya dengan
ikatan antara unsur-unsur pokok dan sifat-sifat mineralserta dipengaruhi oleh
temperatur serta tekanan.
Kebergantungan kelas kristal khususnya bilangan elemen bebas tensor elastik
diperlukan untuk melengkapi karakteristik dari sifat elastik. Syarat dasar
penggambaran sistematik sifat elastik mineral dipublikasikan oleh Voigt awal tahun
1910. Koleksi data diperbanyak oleh Clark (1966), Alexandrov (1966), Belikov
(1970), Gebrande (1982) dan Carmichael (1989). Tabel 6.3 memberikan susunan
lengkap dari nilai elastik yang tetap pada 4 jenis mineral.
Keelastisan dari plagioclase diberikan pada tabel 6.4 sebagai fungsi dari kadar
anorthite. Pengaruh komposisi mineral pada sifat elastik dan mineral lainnya lebih
jelas pada tabel 6.5.
75
Tabel 6.3 Contoh konstanta elastik Cmn (dalam Pa) untuk mineral-mineral trigonal
simetri(quartz, calcite, dolomite) dan orthorombik simetri (olivine)
Tabel 6.4 Ketergantungan konstanta elastik Cmn dari plagioclas pada anorthite (%) dan
densitas mineral d (kg/m3)
76
(1901), Reuss (1929), Bruggeman (1936), Hill (1952), Hashin (1962), Hashin dan
Shtrikman (1962), juga dijelaskan oleh Simmons (1967) dan Gebrande (1982).
Voigt dan Reuss mengawali asumsi stress dan strain yang homogen. Asumsi
menunjukkan batas atas dan bawah modulus. Hill merekomendasikan penggunaan
arimatik sebagai pendekatan (Voigt Reuss Hill disingkat VRH).
Birch (1960, 1961) berdasarkan data eksperimen batuan dan mineral, kecepatan
gelombang tekanan bergantung massa atom mA dan densitas d. Birch memperoleh hubungan
linier antara kecepatan seismik dan densitasuntuk oxides dengan mA 21. Persamaan dari
Anderson dan Nafe (1965) memberikan hubungan antara modulus bulk, massa atom dan
densitas. Simmon (1964) serta Duffy dan Anderson (1989) menekankan korelasi antara
kecepatan gelombang longitudinal, massa atom dan densitas pada batuan dan mineral yang
berbeda. Pembuktian persamaan ini dengan data eksperimen dipublikasikan oleh Simmon dan
England(1969). Mereka menyimpulkan interpretasi geofisika pada Bumi dan planet lain, ada
banyak pengecualian dan tak seorangpun menjelaskan hubungan secara umum yang valid. vp
77
yang meningkat dengan pertambahan densitas dijelaskan oleh Dortman dan Magid (1969)
dalam bentuk empiris;
dengan d sebagai densitas dalam g cm-3 atau 10-3 kg m-3 dan kecepatan vp dalam kg m-3.
Persamaan ini merekomendasikan untuk beberapa batuan pembantuk mineral untuk densitas
dibawah 4 x 103 kg m-3.
Sifat elastik dari mineral bergantung dari tekanan. Kumpulan data dari eksperimen
dipublikasikan oleh Clark (1966), Belikov (1970), Dortman (1976) dan Gebrande (1982).
v p , f = (k f d f ) 2
1
(6.13)
dengan index f sebagai fluida. Tidak ada gelombang shear atau transversal dalam
fluida atau gas karena modulus shear adalah nol (r).
dengan kad merupakan modulus kompres adiabatik, d densitas gas, p tekanan gas serta
Cp
K ratio panas spesifik pada volume dan tekanan konstan, yakni =
CV
Tabel 6.6 Kecepatan sonik (pada 2730K) dalam m/s, koefisien temperatur rata-rata
dalam s-1K-1 dan rasio panas spesifik utuk gas yang berbeda
78
Ebert (1976) telah mempublikasikan data untuk udara dan mencatat pengaruh
tekanan relatif kecil (peningkatan tekanan 50 atm 5 MPa menghasilkan peningkatan
kecepatan dengan faktor kali 1,022).
Beberapa data dan nilai rata-rata yang sesuai setelah Gearhart (1985)
dikonversi kedalam satuan SI-yang dirangkum dalam tabel 6.7.
Kecepatan gelombang Kompresi (P) dan sonic dari fluida bergantung pada
komposisi kimia, temperatur dan tekanan. Tabel 6.8 menunjukkan nilai rata-rata untuk
air, lumpur dan minyak. Pengetahuan untuk perhitungan porosisitas dibuat dari
pengukuran log-akustik dan pengamatan sedimen di lautan. Sebagai hasil pengamatan
eksperimental oleh Del Groso, 1952 mengembangkan rumusan empirik pada
kecepatan sonik di air (m s-1).
Batzle dan Wang (1992) mengambil data dari Chen (1978) sebuah solusi
rumusan kecepatan pada air asin (brine) vB, kecepatan air vW, temperatur T (0C),
tekanan p (MPa), dan konsentrasi air laut C (fraksi berat dari sodium klorida)
Pada air dan lumpur, Podio dan Gregory, 1990 menyelidiki kecepatan dan perlambatan
sebagai fungsi densitas lumpur hingga 1,68 x 103 kg m-3 pada frekuensi 200 sampai
600 kHz (gambar 6.1). Hasilnya berupa rumusan kecepatan gelombang kompres (m/s);
79
Tabel 6.8 Kecepatan sonik (m/s) untuk berbagai fluida
dengan dm densitas lumpur kelipatan 103 kg m-3. Kecepatan meningkat secara linear
dengan tekanan fluida sebagai hasil dari modulus kompres yang meningkat.
Untuk minyak, Batzle dan Wang (1992) merumuskan;
1/ 2 1
d
1 1 pT
1.08 2
voil = 2096 0 3.7 + 4.64 p + 0.0115 4.12 (6.18)
2 .6 d0
Nur (1989) menunjukkan untuk hidrokarbon murni (alkana dan alkena) berkurangnya
kecepatan gelombang kompres dengan meningkatnya temperature (antara 22 dan 110 oC) dan
berkurangnya jumlah karbon atau meningkanya berat molekul m.
7 .6
v p (T ) = v (T0 ) 0.36 (T T0 ) (6.20)
m
Dimana v(T0) merupakan kecepatan saat temperatur T0.
80
Gambar 6.1 Efek densitas lempung pada kecepatan gelombang P air
Gambar 6.2 Compressibility efektif ceff untuk pencampuran gas-airsebagai fungsi fraksi air Swater
(saturasi air) dihitung dengan persamaan (6.21) (kurva a) dan (6.22) (kurva b); cwater= 0,0478 x 10-8 pa
(=0,33 x 10-5 psi-1) cgas= 0,0098 x 10-3 pa (=0,068 psi-1).
81