Yang dimaksud dengan batang lentur murni adalah elemen struktur garis yang
menerima momen lentur saja. Umumnya elemen ini berfungsi sebagai balok, untuk itu
disini hanya dibahas prilaku balok saja yang dianggap mewakili batang lentur.
y fy fy fy
ε f
z
x M
Φ
M=fS My = fy S Mp = fy Z
22
Untuk penampang I faktor Z/S berkisar antara 1.13 s/d 1.16
Sebuah balok yang mengalami lentur, grafik hubungan antara momen (M) terhadap
kelengkungan atau curvature nya (Φ) diilustrasikan seperti pada gambar 4.2. Garis tipis
adalah untuk grafik yang mengabaikan efek tegangan sisa sedang garis tebal adalah
grafik yang telah memperhitungkan efek tersebut. Mr adalah momen pada saat
penampang yang memiliki tegangan sisa mulai leleh yang besarnya adalah;
Mr = ( fy – fr ) S ………. (4.1)
Momen
Mp
My
Dengan residual stresss
Mr
Kelengkungan Φ
fr adalah tegangan sisa. Untuk penampang yang di bentuk dengan hot roll fr ≈ 70 Mpa.
Grafik diatas berlaku untuk balok yang mengalami keruntuhan ideal dimana tidak
terjadi tekuk lokal atau tekuk torsi lateral. Jika terjadi salah satu dari kedua tekuk tersebut
maka kuat lentur balok akan berkurang. Oleh karena itu, kuat lentur nominal suatu balok
baja dikelompokan dalam tiga kondisi keruntuhan yang terjadi yaitu:
1. Terjadi keruntuhan plastis (yielding)
2. Terjadi keruntuhan tekuk torsi lateral
3. Terjadi keruntuhan tekuk lokal
23
komponen penampang atau tekuk torsi lateral pada balok. Tekuk lokal terjadi pada balok
jika kelangsingan komponen penampang lebih besar dari batas kelangsingan, λp, atau λ >
λp. Sedangkan tekuk torsi lateral terjadi jika nilai kuat lentur tekuk torsi lateralnya lebih
kecil dari nilai kuat lentur akibat keruntuhan global dan keruntuhan akibat tekuk
lokalnya.
Kuat lentur nominal untuk keruntuhan plastis adalah;
Mn = Mp = Z * Fy SNI (F2-1) ..………. (4.2)
Jadi untuk lentur sumbu x maka,
Mnx = Mpx = Zx * Fy ………. (4.2a)
dan lentur sumbu y
Mny = Mpy = Zy * Fy ………. (4.2b)
4.3 Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral (LTB) Sb X
Keruntuhan tekuk torsi lateral adalah keruntuhan balok, yang menerima beban
vertical, yang ditunjukkan oleh melenturnya balok kebawah diikuti oleh menekuk
kesamping dan berpuntir, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Keruntuhan ini
disebabkan oleh kelangsingan arah lateral balok yang besar.
Akibat tekuk torsi lateral, penampang pada tengah bentang selain mengalami penurunan
(u) juga berdeformasi lateral (v) serta berrotasi (φ).
v
u u
φ
Tampak samping
Lb
v
Penampang
terdeformasi
Tampak atas
Gambar 4.3
Balok yang mengalami lentur dan tekuk torsi lateral
Untuk batang lentur seperti ini kuat lentur nominalnya ditentukan oleh kelangsingan
propilnya pada arah lateral dimana jari-jarti inertianya terkecil. Jika penampangnya
konstan maka momen nominal tersebut akan dipengaruhi oleh bentang lateral balok atau
24
jarak antara dua pengekang lateral (Lb). Pengaruh bentang lateral terhadap momen
nominal dan kelengkungan suatu balok diilustrasikan seperti kurva gambar 4.4.
Mp
2 1
3
Mr
4
Φ
Gambar 4.4
Hubungan M- balok dengan variasi L
Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa pada balok kompak dengan λ ≤ λp dapat
mengalami 4 keruntuhan lentur sesuai dengan kelangsingan batang arah transversalnya
yang dinyatakan dalam panjang bentang lateralnya ( L atau Lb).
a) Balok bentang pendek (keruntuhan type 1 ke 2)
Terjadi jika L ≤ Lp.
Mn = Mpx = Zx Fy SNI (F2-1) ..………. (4.2)
b) Balok bentang menengah (keruntuhan type 3)
Terjadi jika Lp ≤ L ≤ Lr
( Lb − L p )
M n = Cb M p − (M p − M r ) Mp SNI (F2-2) ..………. (4.3)
( Lr − L p
Dengan; Mr = 0,7* Fy Sx
Cb = factor perataan momen, dihitung dengan persamaan berikut
12.5M max
Cb = 2.3 SNI (F1-1) ..………. (4.4)
2.5M max + 3M A + 4M B + 3M c
Dimana; Mmax = momen maximum sepanjang L
MA = momen pada titik ¼ L
25
MB = momen pada titik ½ L
Mc = momen pada titik ¾ L
Untuk kasus balok diatas dua tumpuan sederhana, nilai Cb telah dihitung dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1
2E
Dengan, Fcr = Cb 1 + 0,078 t t
2
SNI (F2-4) ..………. (4.5)
t 2
Lr = 1,95rts t t + t + 6,76 / t2
2
SNI (F2-6) ..………. (4.7)
Dimana;
rts2 = I yCw / S x SNI (F2-7) ..………. (4.8)
t = ( J c) / ( S x ho ) ………. (4.10)
26
t = E / (0,7 Fy ) ………. (4.11)
Ketika balok mengalami lentur maka bagian pelat sayap atas serta sebagian badan dari
balok akan memerima tekan. Komponen yang merima tekan tersebut diatas dapat
mengalami tekuk lokal jika kelangsingan komponen penampangnya atau ratio antara
lebar terhadap tebalnya melebihi batas ratio λp. Batasan terjadinya tekuk lokal akibat
lentur pada masing-masing komponen penampang dapat dilihat kembali pada tabel 3.1.
Berdasarkan kelangsingan pelat badan atau sayap dari suatu penampang balok maka
balok diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu:
1. balok dengan penampang kompak jika λ ≤ λp
2. balok dengan penampang tidak kompak jika λp < λ ≤ λr
3. balok dengan penampang langsing jika λ > λr
Rumus kuat lentur nominal pada sub bab diatas hanya berlaku untuk penampang
kompak. Untuk penampang yang tidak kompak maka perhitungan kuat lentur nominalnya
dipisahkan tergantung kondisi kelangsingan badannya yaitu;
1. Untuk badan kompak
2. Untuk badan non kompak
3. Untuk badan langsing
27
A. Tekuk Lokal Pada Sayap Tekan.
Momen nominal dari batang ini ditentukan oleh kelangsingan sayap nya(f ) yaitu;
Untuk λf ≤ λpf Mn = Mp
f − pf
Untuk λpf < λf ≤ λrf M n = M p − ( M p − 0,7 Fy S x ) SNI (F3-1)…. (4.12)
rf − pf
28
2E
Fcr = Cb 1 + 0,078 t t
2
SNI (F4-5) ………. (4.16)
t 2
FL = tegangan yang tersedia akibat adanya residual stress yang ditentukan sbb;
(i) Untuk Sxt / Sxc ≥ 0,7 → FL = 0,7 Fy SNI (F4-6) ………. (4.17)
(ii) Untuk Sxt / Sxc < 0,7 → FL = (Sxt / Sxc)*Fy ≥ 0,5 Fy
Dengan batasan panjang lateral yang dipakai adalah;
E
L p = 1,1 rt SNI (F4-7) ………. (4.18)
fy
Lr = 1,95rt t t + t + 6,76 / t2
2
SNI (F4-8) ………. (4.19)
Rpc adalah factor plastisitas badan yang dipengaruhi oleh ratio inertia sumbu Y
penampang tekan dan penampang total (Iyc / Iy) dan kelangsingan badan (hc/tw) yang
ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk Iyc / Iy > 0,23
a. Jika hc/tw ≤ pw → R pc = M p / M yc SNI (F4-9a) ………. (4.20)
Mp Mp − pw
R pc = − − 1 M p / M yc SNI (F4-9b) ………. (4.21)
yc yc −
M M rw pw
2. Untuk Iyc / Iy ≤ 0,23 → Rpc = 1 SNI (F4-10) ………. (4.22)
Dimana;
pw , rw = batasan kelangsingan badan, seperti pada table 2.1
= hc/ tw
t = E / FL t = Lb / rt t = J / ( S x ho )
29
J = 1/3(b*t3) dan J = 0 jika Iyc / Iy ≤ 0,23
Iyc = inertia sayap tekan terhadap sumbu Y
Sxc dan Sxt = momen tahanan elastis terhadap sayap tekan dan sayap tarik
30
B. Tekuk Torsi Lateral
Momen nominal batang terhadap tekuk torsi lateral batang adalah:
Mn = Rpg*Fcr*Sxc SNI (F5-2) ….……. (4.25)
Dengan nilai Fcr ini ditentukan oleh bentang lateral batang (Lb) yaitu untuk;
Lb ≤ Lp → Fcr = Fy …….……. (4.26)
( Lb − L p )
Lp<Lb ≤ Lr → Fcr = C b Fy − 0,3Fy Fy SNI (F5-2) …..……. (4.27)
( Lr − L p
2E
Lb > Lr → Fcr = Cb 2 Fy SNI (F5-3) ...………(4.28)
t
Dengan batasan panjang lateral yang dipakai adalah;
E
L p = 1,1 rt SNI (F4-7) ………. (4.18)
fy
E
Lr = rt ………. (4.29)
0,7 Fy
aw hc
R pg = 1 − − 5,7 E 1,0 SNI (F5-6) ………. (4.30)
1200 + 300 a w tw Fy
Dimana;
pw , rw = batasan kelangsingan badan, seperti pada table 2.1
= hc/ tw
hc = h untuk penampang simetri ganda
= 2*( jarak dari CG ke tepi dalam sayap tekan – r)
bf
rt = a w = hc t w / b fc t fc
12(1 + a w / 6 )
t = Lb / rt
31
C. Keruntuhan Leleh Sayap Tarik
Tipe keruntuhan ini hanya terjadi pada penampang simetri tunggal pada sumbu y
dengan momen tahanan elastis tarik lebih kecil dari yang tekan atau Sxt < Sxc.
Pada penampang ini, momen lentur nominalnya adalah
Mn = Fy Sxt SNI (F5-10) ………. (4.31)
32
Contoh soal no. 4.1
Suatu struktur balok diatas dua tumpuan sederhana seperti gambar mendukung
beban mati dan beban hidup; qd = 10 N/mm dan ql = 16 N/mm. Hitung penampang baja
yang dipakai agar kuat menahan lentur akibat beban tersebut diatas pada keadaan ultimit
(DFBK) dan pada keadaan layan (DKI).
qd + ql
L= 9144 mm
33
Penampang dengan sayap kompak dan badan kompak maka kuat lentur yang perlu
ditinjau adalah akibat leleh penampang (Y) dan tekuk torsi lateral (LTB)
1. Akibat leleh penampang SNI (F2-1)
Mn = Mp = Fy* Zx = 240*2,56 106 = 614,4 106 Nmm = 614,4 kNm
2. Akibat tekuk torsi lateral SNI (F2-2)
Lr = 1,95rts t t + t + 6,76 / t2
2
SNI (F2-6)
Dimana;
rts2 = I y C w / S x = 1,98e7 *1,71e12 / 2,31e6 = 2519 SNI (F2-7)
MA MB MC Mmax
Menghitung Cb.
L/4
L/2
3L/4
L
Bidang momen akibat beban merata
34
Ma = R Lx – ½ q Lx2 = qL/2 * (L/4) – ½ q (L/4)2 = 7/32 q L2
Mb = 12/32 q L2
Mc = 15/32 q L2
Mmax = 1/8 q L2
12.5M max 12,5 * (1 / 8)
Cb = = = 1,30
2.5M max + 3M A + 4M B + 3M c 2,5 *1 / 8 + 3 * 7 / 32 + 4 *12 / 32 + 3 *15 / 32
Hasilnya sama dengan nilai yang terdapat pada tabel 4.1
( Lb − L p )
M n = Cb M p − (M p − M r ) Mp
( Lr − L p
(4572 − 2109 ) 6
M n = 1,3614,4 − (614,4 − 388,1) 10 = 605 10 Nmm M p
6
(5859 − 2109 )
Jadi Mn = 605 106 Nmm =605 kNm
Kondisi ultimit (DFBK) Mn = 0,9*605 = 544,6 kNm > Mu = 404 kNm OK!
Kondisi layan (DKI) Mn/Ω = 605/1,67 = 362 kNm > Ma = 281 kNm OK!
35
I x = b f t 3f / 6 + t w ho3 / 12 + A f h12 / 2 = 25 * 0,83 / 6 + 0,5 * 58,4 3 / 12 + 20 * 59,2 2 / 2 = 43348 cm 4
k c = 4 / h / t w = 4 / 586 / 5 = 0,37
rf = 0,95 k c E / FL = 0,95 0,37 * 200000 /(0,7 * 240) = 19,9
w = h / tw = 586 / 5 = 117,2
Jadi pw < w < rw Elemen badan non kompak
Kondisi lentur yang menentukan adalah tekuk local pada sayap (FLB) SNI F4-13 dan
tekuk torsi lateral (LTB) SNI F4-2 atau F4-3. Leleh sayap tarik tidak perlu diperiksa
karena pada propil simetri ganda Sxt = Sxc . Laleh sayap tarik perlu ditinjau jika Sxt < Sxc .
A. Kondisi tekuk local sayap tekan (FLB)
f − pf
M n = R pc M yc − ( R pc M yc − FL S xc ) SNI F4-13
rf − pf
hc/tw = h / tw > pw dan Iyc /Iy = 0,5 penampang simetri ganda, maka
Mp Mp − pw
R pc = − − 1 M p / M yc SNI (F4-9b)
−
………. (4.21)
M yc M yc rw pw
Mp = Zx * Fy = 1610 103 *240 =386400 103 Nmm =386,4 kNm
36
Myc = Fy Sx = 240*1445 103 = 346800 103 Nmm =346,8 kNm
386,4 386,4 117 ,2 − 108,5
R pc = − − 1 = 1,096
346,8 346,8 164,6 − 108,5
Sxt / Sxc = 1 > 0,7 maka FL = 0,7*Fy
15,67 − 10,97
M n = 1,096 * 346,8 − (1,096 * 346,8 − 0,7 * 240 *1445 10 3 *10 −6 ) = 307,8 kNm
19,9 − 10,97
B. Kondisi tekuk torsi lateral (LTB)
Batasan panjang lateral;
a w = hc t w / b fc t fc =(586*5) /(250*8) = 1,465
bf 250
rt = = = 64,7 mm
12(1 + a w / 6 ) 12(1 + 1,465 / 6)
Lr = 1,95rt t t + t + 6,76 / t2
2
SNI (F4-8) ………. (4.19)
4572 − 2055
M n = 1,31,096 * 346,8 − (1,096 * 346,8 − 0,7 * 240 *1445 10 3 *10 −6 ) = 406,7 kNm
7196 − 2055
Rpc Myc = 1,096*346,8 = 380
Jadi Mn tekuk torsi lateral = 380 kNm
Mn = yang terkecil dari Mn tekuk local dan tekuk torsi lateral = 307,8 kNm
Kondisi ultimit (DFBK) Mn = 0,9*307,8 = 277 kNm < Mu = 404 kNm tidak OK!
Kondisi layan (DKI) Mn/Ω = 307,8/1,67 = 184 kNm < Ma = 281 kNm tidak OK!
37
Contoh soal no. 4.3
Kasus sebuah kolom dengan panjang 5 m menggunakan penampang propil I seperti pada
soal no 4.2. Dengan menggunakan asumsi factor cb = 1, hitung kuat lentur nominal
sumbu x (Mnx) dan sumbu y (Mny).
Jawab:
Ukuran penampang;
d = 600mm bf = 250 mm tw = 5mm tf = 8mm r = 6mm
h = 586mm ho = 584mm h1 = 592mm
Af = 20 cm2 Aw = 29,2 cm2 A = 69,2 cm2
Ix = 4348 cm4 Iy = 2084 cm4 Zx = 1610 cm3 Sx = 1445 cm3
J = 9,26 cm4 Cw = 1826 103 cm4
Z y = (t f b 2f ) / 2 + (ho t w2 ) / 4 = 0,8 * 25 2 / 2 + 58,4 * 0,5 2 / 4 = 253,65 cm 3
5000 − 2055
M n = 1,01,096 * 346,8 − (1,096 * 346,8 − 0,7 * 240 *1445 10 3 *10 −6 ) = 301,4 kNm
7196 − 2055
Jadi kuat lentur nominal sumbu x Mnx = 301,4 kNm
B. Kuat lentur nominal sumbu y (Mny).
Sayap pf < f < rf Elemen sayap non kompak
Jadi;
( − pf )
M n = M p − (M p − 0,7 Fy S y ) SNI (F6-2) ………. (4.33)
(rf − pf
38
Mp = Zy * Fy = 253,65 103 * 240 = 60876 103 Nmm = 60,876 kNm
(15,67 − 10,97)
(
M n = 60,876 − 60,876 − 0,7 * 240 * 166,72 10 3 * 10 −6) (19,9 − 10,97 )
= 43,58 kNm
Jadi kuat lentur nominal sumbu y Mny = 43,6 kNm
39
BAB 5
PENAMPANG YANG MENGALAMI GESER
Hanya untuk propil ini, dipakai = 1,0 (DFBK) dan Ω = 1,5 (DKI)
canai panas dengan kelangsingan badan seperti ini. Tapi jika memang ada dapat
digunakan rumus untuk penampang seperti pada point B.
B. Untuk propil I simetri ganda dan tunggal serta Kanal
40
1. Bila h / t w 1,1 k v E / Fy maka
Cv =
(1,1 E / Fy ) SNI (G2-4) ………….(5.4)
(h / t w )
3. Bila h / t w 1,37 k v E / Fy maka
(1,51k v E )
Cv = SNI (G2-5) ………….(5.5)
(h / t w )2 Fy
Dengan kv ditentukan sebagai berikut;
(i). Untuk badan tanpa pengaku transversal denga h/tw ≤ 260
kv = 5 untuk semua propil kecuali T
kv = 1,2 untuk propil T
(ii).Untuk badan dengan pengaku transversal
260
Bila a / h > 3 atau a / h > kv = 5
(h / t w )2
5
Bila a/h ≤3 kv = 5 + SNI (G2-6) ………….(5.6)
(a / h )2
a = jarak bersih antara pengaku transversal
41
(d) h / bfc > 6 atau h / bft > 6
Dengan memperhitungkan aksi medan tarik, kuat nominal penampang adalah;
1. Bila h / t w 1,1 k v E / Fy maka,
1 − Cv
Vn = 0,6 Fy Aw C v + SNI (G3-2) ………….(5.8)
1,15 1 + (a / h )
2
42
II
hs
I bs
a a
Tampak samping
stiffener Potongan II
ts
Potongan I
ts ts
bs bs
tw/2
43
Contoh soal no. 4.4
Kasus balok seperti contoh 4.1 akan dipakai penampang yang lebih tipis yaitu propil I
simetri ganda dari pelat tersusun dengan ukuran 600x250x5x8. Periksa apakah
penampang memenuhi persyaratan kuat geser menurut DFBK dan DKI.
Jawab:
Asumsi berat penampang tidak banyak berubah sehingga qd = 0,94 N/mm
qu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 (10 + 0,94) + 1,6 x 16 = 38,7
Vu = 1/2 x qu x L = 1/2 x 38,7 x 9144 = 177 103 N (DFBK)
qa = D + L = (10 + 0,94) + 16 = 26,94
Va = 1/2 x qa x L = 1/2 x 26,94 x 9144 = 123 103 N (DKI)
Ukuran penampang;
d = 600mm bf = 250 mm tw = 5mm tf = 8mm r = 6mm
Menghitung propertis penampang;
h = d – 2(tf+r) = 600 – 2(8+6) = 586mm
Aw = d*tw = 600*5 = 3000
Periksa kelangsingan elemen penampang
Badan tanpa pengaku transversal kv = 5
1,1 k v E / Fy = 1,1 5 * 2e5 / 240 = 71
44
Contoh soal no. 4.5
Kasus balok seperti contoh 4.4 dengan badan diberi stiffener setiap jarak 0,8m. Periksa
apakah penampang memenuhi persyaratan kuat geser menurut DFBK dan DKI.
Jawab: a / h = 800 / 586 = 1,365
5 5
kv = 5 + = 5+ = 7,68
(a / h )2
1,365 2
Pada lokasi tumpuan atau pada lokasi beban terpusat pelat badan akan
mengalami tegangan yang terkonsentrasi sehingga bisa terjadi keruntuhan pelat badan
mengalami leleh atau tekuk tumpu pada lokasi tersebut. Ilustrasi balok yang menglami
gaya tumpu dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Jarak Ru ke Ru Ru
ujung balok
N N
k
Ru
Ru
45
Ru adalah gaya tumpu
N adalah lebar tumpuan atau alas beban terpusat
k = tf + r (tebal sayap ditambah jari-jari filet badan)
Penampang yang menerima gaya tumpu harus memenuhi ketentuan berikut
Ru ≤ Φ Rn ……………… (5.14)
Dimana Rb adalah kuat tumpu nominal dari penampang
Φ = 0.9 (faktor reduksi kuat tumpu)
Kuat tumpu nominal dari penampang adalah yang terkecil dari nilai kuat tumpu
yang diperoleh dari berbagai kondisi berikut:
1. Lentur pelat sayap
Kuat tumpu terhadap lentur pelat sayap adalah
Rn = 6.25 tf2 fy ……………… (5.15)
2. Leleh pelat badan
Kuat tumpu terhadap leleh pelat badan adalah
a. Rn = ( 5 k + N ) fy tw ……………… (5.16)
Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok > tinggi balok
b. Rn = ( 2.5 k + N ) fy tw ……………… (5.17)
Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok ≤ tinggi balok
3. Tekuk Dukung (tekuk vertikal) Pelat Badan
Kuat tekuk dukung pelat badan disekitar pelat sayap yang dibebani gaya tumpu
adalah sebagai berikut:
1.5
2 𝑁 𝑡 𝐸𝑡𝑓 𝑓𝑦
a. 𝑅𝑛 = 0.79𝑡𝑤 [1 + 3 𝑑 ( 𝑡𝑤 ) ] √ ……………… (5.18)
𝑓 𝑡𝑤
Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok > d/2 (setengah tinggi balok)
1.5
2 𝑁 𝑡 𝐸𝑡𝑓 𝑓𝑦
b. 𝑅𝑛 = 0.39𝑡𝑤 [1 + 3 𝑑 ( 𝑡𝑤 ) ] √ ……………… (5.19)
𝑓 𝑡𝑤
Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok ≤ d/2 dan N / d > 0.2
46
4. Tekuk Lentur Pelat Badan
Kuat tumpu pelat badan akibat terjadinya tekuk lentur pelat badan adalah
3
24.08𝑡𝑤
𝑅𝑛 = √𝐸𝑓𝑦 ……………… (5.21)
ℎ
47