Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

BATANG LENTUR MURNI

Yang dimaksud dengan batang lentur murni adalah elemen struktur garis yang
menerima momen lentur saja. Umumnya elemen ini berfungsi sebagai balok, untuk itu
disini hanya dibahas prilaku balok saja yang dianggap mewakili batang lentur.

4.1 Prilaku Lentur Balok Baja


Penampang baja yang umumnya dipakai sebagai balok adalah penampang WF atau
I. Penampang ini direncanakan untuk menahan beban lentur arah sumbu kuat penampang
(sb.x). Gambar 4.1 memperlihatkan balok penampang I yang mengalami lentur dengan
vektor momen arah sb.x penampang. Rotasi terjadi sepanjang sumbu batang (sb.z).
Penampang dalam bidang x-y dianggap tetap setelah terjadi rotasi akibat lentur.

y fy fy fy
ε f

z
x M
Φ

M=fS My = fy S Mp = fy Z

(a) (b) ( c) (d) (e) (f)

Gambar 4.1 Tegangan pada penampang balok lentur

Gambar c, d, e dan f menunjukkan diagram tegangan pada penampang yang momen


nya ditingkatkan secara perlahan-lahan. Pada kondisi (c) momen masih kecil sehingga
tegangannya masih elastis. Kemudian tercapai momen leleh My pada kondisi (d), ketika
itu tegangan serat atas atau serat bawah mencapai leleh. Selanjutnya ketika momen
ditingkatkan lagi, tegangan leleh merambat kebagian dalam dari penampang seperti pada
gambar (e). Momen mencapai momen plastis Mp ketika tegangan leleh terjadi pada
seluruh penampang, gambar (f).
S adalah momen tahanan elastis dan Z adalah momen tahanan plastis
Untuk penampang persegi, S = 1/6 bh2 dan Z = 1/4 bh2, sehingga faktor Z/S = 1.5

22
Untuk penampang I faktor Z/S berkisar antara 1.13 s/d 1.16
Sebuah balok yang mengalami lentur, grafik hubungan antara momen (M) terhadap
kelengkungan atau curvature nya (Φ) diilustrasikan seperti pada gambar 4.2. Garis tipis
adalah untuk grafik yang mengabaikan efek tegangan sisa sedang garis tebal adalah
grafik yang telah memperhitungkan efek tersebut. Mr adalah momen pada saat
penampang yang memiliki tegangan sisa mulai leleh yang besarnya adalah;
Mr = ( fy – fr ) S ………. (4.1)
Momen

Tanpa residual stresss

Mp
My
Dengan residual stresss
Mr

Kelengkungan Φ

Gambar 4.2 Grafik Momen vs. Kelengkungan

fr adalah tegangan sisa. Untuk penampang yang di bentuk dengan hot roll fr ≈ 70 Mpa.
Grafik diatas berlaku untuk balok yang mengalami keruntuhan ideal dimana tidak
terjadi tekuk lokal atau tekuk torsi lateral. Jika terjadi salah satu dari kedua tekuk tersebut
maka kuat lentur balok akan berkurang. Oleh karena itu, kuat lentur nominal suatu balok
baja dikelompokan dalam tiga kondisi keruntuhan yang terjadi yaitu:
1. Terjadi keruntuhan plastis (yielding)
2. Terjadi keruntuhan tekuk torsi lateral
3. Terjadi keruntuhan tekuk lokal

4.2 Keruntuhan Plastis / Leleh (Y)


Keruntuhan plastis atau leleh adalah keruntuhan yang diakibatkan oleh seluruh
penampang mengalami tegangan leleh. Keruntuhan ini adalah yang ideal bagi balok
karena memberikan kuat lentur yang paling besar. Pada keruntuhan ini semua titik pada
penampang mencapai tegangan leleh (Fy) dan tidak terjadi tekuk lokal pada komponen-

23
komponen penampang atau tekuk torsi lateral pada balok. Tekuk lokal terjadi pada balok
jika kelangsingan komponen penampang lebih besar dari batas kelangsingan, λp, atau λ >
λp. Sedangkan tekuk torsi lateral terjadi jika nilai kuat lentur tekuk torsi lateralnya lebih
kecil dari nilai kuat lentur akibat keruntuhan global dan keruntuhan akibat tekuk
lokalnya.
Kuat lentur nominal untuk keruntuhan plastis adalah;
Mn = Mp = Z * Fy SNI (F2-1) ..………. (4.2)
Jadi untuk lentur sumbu x maka,
Mnx = Mpx = Zx * Fy ………. (4.2a)
dan lentur sumbu y
Mny = Mpy = Zy * Fy ………. (4.2b)
4.3 Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral (LTB) Sb X
Keruntuhan tekuk torsi lateral adalah keruntuhan balok, yang menerima beban
vertical, yang ditunjukkan oleh melenturnya balok kebawah diikuti oleh menekuk
kesamping dan berpuntir, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Keruntuhan ini
disebabkan oleh kelangsingan arah lateral balok yang besar.
Akibat tekuk torsi lateral, penampang pada tengah bentang selain mengalami penurunan
(u) juga berdeformasi lateral (v) serta berrotasi (φ).
v
u u

φ
Tampak samping
Lb
v
Penampang
terdeformasi
Tampak atas

Gambar 4.3
Balok yang mengalami lentur dan tekuk torsi lateral

Untuk batang lentur seperti ini kuat lentur nominalnya ditentukan oleh kelangsingan
propilnya pada arah lateral dimana jari-jarti inertianya terkecil. Jika penampangnya
konstan maka momen nominal tersebut akan dipengaruhi oleh bentang lateral balok atau

24
jarak antara dua pengekang lateral (Lb). Pengaruh bentang lateral terhadap momen
nominal dan kelengkungan suatu balok diilustrasikan seperti kurva gambar 4.4.

Mp

2 1
3

Mr
4

Φ
Gambar 4.4
Hubungan M- balok dengan variasi L

Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa pada balok kompak dengan λ ≤ λp dapat
mengalami 4 keruntuhan lentur sesuai dengan kelangsingan batang arah transversalnya
yang dinyatakan dalam panjang bentang lateralnya ( L atau Lb).
a) Balok bentang pendek (keruntuhan type 1 ke 2)
Terjadi jika L ≤ Lp.
Mn = Mpx = Zx Fy SNI (F2-1) ..………. (4.2)
b) Balok bentang menengah (keruntuhan type 3)
Terjadi jika Lp ≤ L ≤ Lr
 ( Lb − L p ) 
M n = Cb M p − (M p − M r )   Mp SNI (F2-2) ..………. (4.3)
 ( Lr − L p 

Dengan; Mr = 0,7* Fy Sx
Cb = factor perataan momen, dihitung dengan persamaan berikut
12.5M max
Cb =  2.3 SNI (F1-1) ..………. (4.4)
2.5M max + 3M A + 4M B + 3M c
Dimana; Mmax = momen maximum sepanjang L
MA = momen pada titik ¼ L

25
MB = momen pada titik ½ L
Mc = momen pada titik ¾ L
Untuk kasus balok diatas dua tumpuan sederhana, nilai Cb telah dihitung dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Harga Cb untuk kasus khusus


Type Beban Pengaku lateral Cb
Merata Tanpa pengaku 1,14
Pengaku di tengah 1,30
Terpusat di tengah Tanpa pengaku 1,32
Pengaku di tengah 1,67

c) Balok bentang panjang (keruntuhan type 4)


Terjadi jika L > Lr
Momen nominal nya , Mn = Fcr * Sx SNI (F2-3) ..………. (4.4)

 2E
Dengan, Fcr = Cb 1 + 0,078  t t
2
SNI (F2-4) ..………. (4.5)
t 2

Dan batasan panjang bentang lateral adalah;


E
L p = 1,76 ry SNI (F2-5) ..………. (4.6)
fy

Lr = 1,95rts  t  t +  t + 6,76 /  t2
2
SNI (F2-6) ..………. (4.7)

Dimana;
rts2 = I yCw / S x SNI (F2-7) ..………. (4.8)

t = Lb / rts ..………. (4.9)

 t = ( J c) / ( S x ho ) ………. (4.10)

26
 t = E / (0,7 Fy ) ………. (4.11)

dengan; c=1 untuk propil I simetri ganda


ho
c= I y / Cw untuk propil kanal
2
Keterangan, persamaan 4.5 dan 4.7 adalah penyederhanaan penulisan pers. SNI

4.4 Tekuk Lokal

Ketika balok mengalami lentur maka bagian pelat sayap atas serta sebagian badan dari
balok akan memerima tekan. Komponen yang merima tekan tersebut diatas dapat
mengalami tekuk lokal jika kelangsingan komponen penampangnya atau ratio antara
lebar terhadap tebalnya melebihi batas ratio λp. Batasan terjadinya tekuk lokal akibat
lentur pada masing-masing komponen penampang dapat dilihat kembali pada tabel 3.1.
Berdasarkan kelangsingan pelat badan atau sayap dari suatu penampang balok maka
balok diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu:
1. balok dengan penampang kompak jika λ ≤ λp
2. balok dengan penampang tidak kompak jika λp < λ ≤ λr
3. balok dengan penampang langsing jika λ > λr
Rumus kuat lentur nominal pada sub bab diatas hanya berlaku untuk penampang
kompak. Untuk penampang yang tidak kompak maka perhitungan kuat lentur nominalnya
dipisahkan tergantung kondisi kelangsingan badannya yaitu;
1. Untuk badan kompak
2. Untuk badan non kompak
3. Untuk badan langsing

4.4.1 Elemen Badan Kompak


Kuat lentur nominal untuk elemen badan kompak adalah nilai yang terkecil dari kuat
lentur akibat terjadinya tekuk local pada sayap dan tekuk torsi lateral.
Kondisi ini berlaku untuk sayap kompak sampai langsing dengan badan kompak.
Batasan kelangsingan elemen penampang dapat dilihat pada table 2.1.

27
A. Tekuk Lokal Pada Sayap Tekan.
Momen nominal dari batang ini ditentukan oleh kelangsingan sayap nya(f ) yaitu;
Untuk λf ≤ λpf Mn = Mp
 f −  pf
Untuk λpf < λf ≤ λrf M n = M p − ( M p − 0,7 Fy S x ) SNI (F3-1)…. (4.12)
rf −  pf

Untuk λf > λrf Mn = 0,9E*kc*Sx / λ2 SNI (F3-2)..……. (4.13)

Dimana; kc = 4 / h / t w dan 0,35 ≤ kc ≤ 0,76

B. Tekuk Lentur Torsi Lateral.


Perhitungan kuat lentur nominalnya sama dengan yang dijelaskan pada sub bab 4.3.

4.4.2 Elemen Badan Non Kompak


Kondisi ini berlaku untuk sayap kompak sampai langsing dengan badan non kompak
untuk propil simetri ganda atau simetri tunggal pada sumbu y. Kuat lentur nominalnya
ditentukan oleh tiga kondisi yaitu;
A. Tekuk Lokal Sayap Tekan.
Momen nominal dari batang ini ditentukan oleh kelangsingan sayap nya (f) yaitu untuk;
λf ≤ λpf → Mn = Rpc*Myc SNI (F4-1) ….……. (4.14)
 f −  pf
λpf < λf ≤ λrf → M n = R pc M yc − ( R pc M yc − FL S xc ) SNI (F4-13) …….… (4.15)
rf −  pf

λf > λrf → Mn = 0,9E*kc*Sxc / λ2 SNI (F4-14) ..……. (4.16)

B. Tekuk Torsi Lateral


Momen nominal dari batang ini ditentukan oleh bentang lateralnya (Lb) yaitu untuk;
Lb ≤ Lp → Mn = Rpc*Myc …..……. (4.14)
 ( Lb − L p ) 
Lp<Lb ≤ Lr → M n = Cb  R pc M yc − (R pc M yc − FL S xc )   R pc M yc ..……. (4.13)
 ( Lr − L p 

Lb > Lr → Mn = Fcr Sxc ≤ Rpc Myc SNI (F4-3) ………(4.15)


Dimana;
Myc = Sxc* Fy SNI (F4-4) ………(4.15)

28
 2E
Fcr = Cb 1 + 0,078  t t
2
SNI (F4-5) ………. (4.16)
t 2

FL = tegangan yang tersedia akibat adanya residual stress yang ditentukan sbb;
(i) Untuk Sxt / Sxc ≥ 0,7 → FL = 0,7 Fy SNI (F4-6) ………. (4.17)
(ii) Untuk Sxt / Sxc < 0,7 → FL = (Sxt / Sxc)*Fy ≥ 0,5 Fy
Dengan batasan panjang lateral yang dipakai adalah;

E
L p = 1,1 rt SNI (F4-7) ………. (4.18)
fy

Lr = 1,95rt  t  t +  t + 6,76 /  t2
2
SNI (F4-8) ………. (4.19)

Rpc adalah factor plastisitas badan yang dipengaruhi oleh ratio inertia sumbu Y
penampang tekan dan penampang total (Iyc / Iy) dan kelangsingan badan (hc/tw) yang
ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk Iyc / Iy > 0,23
a. Jika hc/tw ≤ pw → R pc = M p / M yc SNI (F4-9a) ………. (4.20)

b. Jika hc/tw > λpw

Mp  Mp   −  pw 
R pc =  − − 1   M p / M yc SNI (F4-9b) ………. (4.21)

 yc  yc   −  
M M  rw pw 
2. Untuk Iyc / Iy ≤ 0,23 → Rpc = 1 SNI (F4-10) ………. (4.22)
Dimana;
pw , rw = batasan kelangsingan badan, seperti pada table 2.1
 = hc/ tw

hc = h untuk penampang simetri ganda


= 2*( jarak dari CG ke tepi dalam sayap tekan – r)
bf
rt = a w = hc t w / b fc t fc
12(1 + a w / 6 )

t = E / FL t = Lb / rt  t = J / ( S x ho )

bfc dan tfc adalah lebar dan tebal sayap tekan

29
J = 1/3(b*t3) dan J = 0 jika Iyc / Iy ≤ 0,23
Iyc = inertia sayap tekan terhadap sumbu Y
Sxc dan Sxt = momen tahanan elastis terhadap sayap tekan dan sayap tarik

C. Keruntuhan Leleh Sayap Tarik


Tipe keruntuhan ini hanya terjadi pada penampang simetri tunggal pada sumbu y
dengan momen tahanan elastis tarik lebih kecil dari yang tekan atau Sxt < Sxc.
Pada penampang ini, momen lentur nominalnya adalah
Mn = Rpt Myt SNI (F4-15) ………. (4.23)
Dengan;
Myt = Fy Sxt
Rpt = factor plastisitas badan yang ditentukan sebagai berikut;
(i) Untuk ho/tw ≤ pw Rpt = Mp / Myt SNI (F4-16a) ………. (4.24)
(ii) Untuk ho/tw > pw
Mp  Mp   −  pw 
R pt =  − − 1   M p / M yt SNI (F4-16b)…. (4.24)
 M yt  M yt   −  
 rw pw 
4.4.3 Elemen Badan Langsing
Kondisi ini berlaku untuk sayap kompak sampai langsing dengan badan langsing untuk
propil simetri ganda atau simetri tunggal pada sumbu y. Kuat lentur nominalnya
ditentukan oleh tiga kondisi yaitu;
A. Tekuk Lokal Sayap Tekan.
Momen nominal dari batang terhadap tekuk local pelat sayap adalah:
Mn = Rpg*Fcr*Sxc SNI (F5-7) ….……. (4.25)
Dengan nilai Fcr ini ditentukan oleh kelangsingan sayap nya (f) yaitu untuk;
λf ≤ λpf → Fcr = Fy …….……. (4.26)
  f −  pf 
λpf < λf ≤ λrf → Fcr =  Fy − 0,3Fy  SNI (F5-8) …..… (4.27)
 rf −  pf 

λf > λrf → Fcr = 0,9E*kc / λf2 SNI (F5-9) ..……. (4.28)

30
B. Tekuk Torsi Lateral
Momen nominal batang terhadap tekuk torsi lateral batang adalah:
Mn = Rpg*Fcr*Sxc SNI (F5-2) ….……. (4.25)
Dengan nilai Fcr ini ditentukan oleh bentang lateral batang (Lb) yaitu untuk;
Lb ≤ Lp → Fcr = Fy …….……. (4.26)
 ( Lb − L p ) 
Lp<Lb ≤ Lr → Fcr = C b  Fy − 0,3Fy   Fy SNI (F5-2) …..……. (4.27)
 ( Lr − L p 

 2E
Lb > Lr → Fcr = Cb 2  Fy SNI (F5-3) ...………(4.28)
t
Dengan batasan panjang lateral yang dipakai adalah;
E
L p = 1,1 rt SNI (F4-7) ………. (4.18)
fy

E
Lr =  rt ………. (4.29)
0,7 Fy

Rpg adalah factor plastisitas badan yaitu

aw  hc 
R pg = 1 −  − 5,7 E   1,0 SNI (F5-6) ………. (4.30)
1200 + 300 a w  tw Fy 

Dimana;
pw , rw = batasan kelangsingan badan, seperti pada table 2.1
 = hc/ tw
hc = h untuk penampang simetri ganda
= 2*( jarak dari CG ke tepi dalam sayap tekan – r)
bf
rt = a w = hc t w / b fc t fc
12(1 + a w / 6 )

t = Lb / rt

bfc dan tfc adalah lebar dan tebal sayap tekan


Sxc dan Sxt = momen tahanan elastis terhadap sayap tekan dan sayap tarik

31
C. Keruntuhan Leleh Sayap Tarik
Tipe keruntuhan ini hanya terjadi pada penampang simetri tunggal pada sumbu y
dengan momen tahanan elastis tarik lebih kecil dari yang tekan atau Sxt < Sxc.
Pada penampang ini, momen lentur nominalnya adalah
Mn = Fy Sxt SNI (F5-10) ………. (4.31)

4.5 Balok Propil I dan Kanal Melentur terhadap Sumbu Lemah


Kuat lentur yang dibahas sebelumnya adalah yang melentur terhadap sumbu kuat.
Selanjutnya bagian ini membahas kuat lentur terhadap sumbu lemahnya. Hanya ada dua
kondisi lentur terhadap sumbu lemah yang bisa terjadi yaitu:
1. Akibat pelelehan sayap tekan
2. Akibat tekuk local sayap tekan
A. Pelelehan Sayap Tekan
Kondisi ini terjadi jika elemen sayap kompak atau f ≤ pf
Kuat lentur nominal akibat sayap tekan telah mencapai leleh yaitu:
Mn = Mpy = Fy Zy ≤ 1,6 Fy Sy SNI (F6-1) ………. (4.32)
B. Tekuk Lokal Sayap
Kuat lentur nominal nya adalah:
Untuk pf < f ≤ rf
 ( −  pf ) 
M n = M p − (M p − 0,7 Fy S y )  SNI (F6-2) ………. (4.33)
 (rf −  pf 

Untuk f > rf


Mn = Fcr Sy SNI (F6-3) ………. (4.34)
Dengan Fcr = 0,69 E / f2 SNI (F6-4) ………. (4.35)

32
Contoh soal no. 4.1
Suatu struktur balok diatas dua tumpuan sederhana seperti gambar mendukung
beban mati dan beban hidup; qd = 10 N/mm dan ql = 16 N/mm. Hitung penampang baja
yang dipakai agar kuat menahan lentur akibat beban tersebut diatas pada keadaan ultimit
(DFBK) dan pada keadaan layan (DKI).
qd + ql

L= 9144 mm

Jawab: Dicoba propil WF 600x200xx10x15

q = 0.94 N/mm Ix = 68.7 107 mm4 Zx = 2.56 106 mm3


d = 596 mm Iy = 1.98 107 mm4 J = 0.42 106 mm3
bf = 199 mm rx = 239 mm Cw = 1.71 1012 mm6
tw = 10 mm ry = 40.5 mm E = 2.1 105 N/mm2
tf = 15 mm Sx = 2.31 106 mm3 G = 0.77 105 N/mm2
A = 120.5 102 mm2 Sy = 0.199 106 mm3 Fy = 240 N/mm2
r = 20 mm ho = d – 2tf = 566 mm

qu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 (10 + 0,94) + 1,6 x 16 = 38,7


Mu = 1/8 x qu x L2 = 1/8 x 38,7 x 91442 = 404 106 Nmm (DFBK)
qa = D + L = (10 + 0,94) + 16 = 26,94
Ma = 1/8 x qa x L2 = 1/8 x 30,94 x 91442 = 281 106 Nmm (DKI)
Periksa kelangsingan elemen penampang
Sayap pf = 0,38 E / Fy = 0,38 200000 / 240 = 10,97

rf = 1,0 E / Fy = 1,0 200000 / 240 = 28,87

f = (bf/2)/tf = (199/2)/15 = 6,63 < pf Elemen sayap kompak

Badan pw = 3,76 E / Fy = 3,76 200000 / 240 = 108,5

rw = 5,7 E / Fy = 5,7 200000 / 240 = 164,6

h = d – 2tf – 2r = 596 – 2*15 – 2*20 = 526


f = h / tw = 526 / 10 = 52,6 < pw Elemen badan kompak

33
Penampang dengan sayap kompak dan badan kompak maka kuat lentur yang perlu
ditinjau adalah akibat leleh penampang (Y) dan tekuk torsi lateral (LTB)
1. Akibat leleh penampang SNI (F2-1)
Mn = Mp = Fy* Zx = 240*2,56 106 = 614,4 106 Nmm = 614,4 kNm
2. Akibat tekuk torsi lateral SNI (F2-2)

L p = 1.76 ry E/ fy = 1.76 * 40.5 * 2. 10 5 / 240 = 2108.5mm

Lr = 1,95rts  t  t +  t + 6,76 /  t2
2
SNI (F2-6)

Dimana;
rts2 = I y C w / S x = 1,98e7 *1,71e12 / 2,31e6 = 2519 SNI (F2-7)

rts = √2519 = 50,2


t = Lb / rts = (9144/2) / 2519 = 1,815
 t = ( J c) / ( S x ho ) = (0,42 e6 *1) /(2,31 e6*566) = 3,21e-4
 t = E / (0,7 Fy ) = 2e5 / 90,7 * 240) = 1190

Lr = 1,95 * 50,2 *1190 3,21e −4 + (3,21e )


−4 2
+ 6,76 / 1190 2 = 5859

Bentang diantara dua pengaku lateral Lb = 9144 / 2 = 4572 mm


Jadi Lp < Lb < Lr sehingga,
 ( Lb − L p ) 
M n = Cb M p − (M p − M r )   Mp SNI (F2-2)
 ( Lr − L p 
Mr = Sx 0,7Fy = 2.31 106 *0,7*240 = 388,1 106
Mp = Zx Fy = 2.56 106 * 240 = 614.4 106

MA MB MC Mmax
Menghitung Cb.
L/4
L/2
3L/4
L
Bidang momen akibat beban merata

Tinjau hanya bentang diantara dua pengaku lateral

34
Ma = R Lx – ½ q Lx2 = qL/2 * (L/4) – ½ q (L/4)2 = 7/32 q L2
Mb = 12/32 q L2
Mc = 15/32 q L2
Mmax = 1/8 q L2
12.5M max 12,5 * (1 / 8)
Cb = = = 1,30
2.5M max + 3M A + 4M B + 3M c 2,5 *1 / 8 + 3 * 7 / 32 + 4 *12 / 32 + 3 *15 / 32
Hasilnya sama dengan nilai yang terdapat pada tabel 4.1
 ( Lb − L p ) 
M n = Cb M p − (M p − M r )   Mp
 ( Lr − L p 

 (4572 − 2109 )  6
M n = 1,3614,4 − (614,4 − 388,1) 10 = 605 10 Nmm  M p
6

 (5859 − 2109 ) 
Jadi Mn = 605 106 Nmm =605 kNm
Kondisi ultimit (DFBK) Mn = 0,9*605 = 544,6 kNm > Mu = 404 kNm OK!
Kondisi layan (DKI) Mn/Ω = 605/1,67 = 362 kNm > Ma = 281 kNm OK!

Contoh soal no. 4.2


Kasus balok seperti contoh 4.1 akan dipakai penampang yang lebih tipis yaitu propil I
simetri ganda dari pelat tersusun dengan ukuran 600x250x5x8. Periksa apakah
penampang memenuhi persyaratan kuat lentur menurut DFBK dan DKI.
Jawab:
Asumsi berat penampang tidak banyak berubah sehingga Mu dan Ma tetap
Ukuran penampang;
d = 600mm bf = 250 mm tw = 5mm tf = 8mm r = 6mm
Menghitung propertis penampang;
h = d – 2(tf+r) = 600 – 2(8+6) = 586mm
ho = d – 2 tf = 600 – 2(8) = 584mm
h1 = d –tf = 600 – (8) = 592mm
A f = b f t f = 25 * 0,8 = 20cm 2 Aw = ho t w = 58,4 * 0,5 = 29,2cm 2

A = 2Af + Aw = 2*20+29,2 = 69,2 cm2

35
I x = b f t 3f / 6 + t w ho3 / 12 + A f h12 / 2 = 25 * 0,83 / 6 + 0,5 * 58,4 3 / 12 + 20 * 59,2 2 / 2 = 43348 cm 4

I y = (t f b 3f ) / 6 + (ho t w3 ) / 12 = 0,8 * 25 3 / 6 + 58,4 * 0,53 / 12 = 2084 cm 4

Z x = A f h1 + Aw ho / 4 = 20 * 59,2 + 29,2 * 58,4 / 4 = 1610 cm 3


( ) ( )
J = 2b f t 3f + ho t w3 / 3 = 2 * 20 * 0,8 3 + 58,4 * 0,5 3 / 3 = 9,26cm 4
2
C w = I y h1 / 4 = 2084 * 59,2 2 / 4 = 1826 *10 3 cm 6
S x = A f h1 + Aw ho / 6 = I x / 0,5d = 43348 /(0,5 * 60) = 1445 cm 3

Periksa kelangsingan elemen penampang


Sayap pf = 0,38 E / Fy = 0,38 200000 / 240 = 10,97

k c = 4 / h / t w = 4 / 586 / 5 = 0,37
rf = 0,95 k c E / FL = 0,95 0,37 * 200000 /(0,7 * 240) = 19,9

f = (bf/2)/tf = (250/2)/8 = 15,63


Jadi pf < f < rf Elemen sayap non kompak
Badan pw = 3,76 E / Fy = 3,76 200000 / 240 = 108,5

rw = 5,7 E / Fy = 5,7 200000 / 240 = 164,6

w = h / tw = 586 / 5 = 117,2
Jadi pw < w < rw Elemen badan non kompak
Kondisi lentur yang menentukan adalah tekuk local pada sayap (FLB) SNI F4-13 dan
tekuk torsi lateral (LTB) SNI F4-2 atau F4-3. Leleh sayap tarik tidak perlu diperiksa
karena pada propil simetri ganda Sxt = Sxc . Laleh sayap tarik perlu ditinjau jika Sxt < Sxc .
A. Kondisi tekuk local sayap tekan (FLB)
 f −  pf
M n = R pc M yc − ( R pc M yc − FL S xc ) SNI F4-13
rf −  pf

hc/tw = h / tw > pw dan Iyc /Iy = 0,5 penampang simetri ganda, maka
Mp  Mp   −  pw 
R pc =  − − 1   M p / M yc SNI (F4-9b)
  −  
………. (4.21)
 M yc  M yc  rw pw 
Mp = Zx * Fy = 1610 103 *240 =386400 103 Nmm =386,4 kNm

36
Myc = Fy Sx = 240*1445 103 = 346800 103 Nmm =346,8 kNm
 386,4  386,4  117 ,2 − 108,5 
R pc =  − − 1  = 1,096
 346,8  346,8  164,6 − 108,5 
Sxt / Sxc = 1 > 0,7 maka FL = 0,7*Fy
15,67 − 10,97
M n = 1,096 * 346,8 − (1,096 * 346,8 − 0,7 * 240 *1445 10 3 *10 −6 ) = 307,8 kNm
19,9 − 10,97
B. Kondisi tekuk torsi lateral (LTB)
Batasan panjang lateral;
a w = hc t w / b fc t fc =(586*5) /(250*8) = 1,465

bf 250
rt = = = 64,7 mm
12(1 + a w / 6 ) 12(1 + 1,465 / 6)

t = E / FL = 2 105 / (0,7*240) = 1190


 t = J / (S x ho ) = 9,26 /(1445 * 58,4) = 1,097 10 −4
t = Lb / rt = 4572 / 64,7 = 70,66

L p = 1,1 rt E / Fy = 1,1* 64,7 2 10 5 / 240 = 2055mm SNI (F4-7)

Lr = 1,95rt  t  t +  t + 6,76 /  t2
2
SNI (F4-8) ………. (4.19)

Lr = 1,95 * 64,7 *1190 1,097 e −4 + (1,097 e −4 ) 2 + 6,76 / 1190 2 = 7196 mm

Jadi panjang bentang lateral Lb berada diantara Lp dan Lr maka


 ( Lb − L p ) 
M n = C b  R pc M yc − (R pc M yc − FL S xc )   R pc M yc ..……. (4.13)
 ( Lr − L p ) 

 4572 − 2055 
M n = 1,31,096 * 346,8 − (1,096 * 346,8 − 0,7 * 240 *1445 10 3 *10 −6 ) = 406,7 kNm
 7196 − 2055 
Rpc Myc = 1,096*346,8 = 380
Jadi Mn tekuk torsi lateral = 380 kNm
Mn = yang terkecil dari Mn tekuk local dan tekuk torsi lateral = 307,8 kNm
Kondisi ultimit (DFBK) Mn = 0,9*307,8 = 277 kNm < Mu = 404 kNm tidak OK!
Kondisi layan (DKI) Mn/Ω = 307,8/1,67 = 184 kNm < Ma = 281 kNm tidak OK!

37
Contoh soal no. 4.3
Kasus sebuah kolom dengan panjang 5 m menggunakan penampang propil I seperti pada
soal no 4.2. Dengan menggunakan asumsi factor cb = 1, hitung kuat lentur nominal
sumbu x (Mnx) dan sumbu y (Mny).
Jawab:
Ukuran penampang;
d = 600mm bf = 250 mm tw = 5mm tf = 8mm r = 6mm
h = 586mm ho = 584mm h1 = 592mm
Af = 20 cm2 Aw = 29,2 cm2 A = 69,2 cm2
Ix = 4348 cm4 Iy = 2084 cm4 Zx = 1610 cm3 Sx = 1445 cm3
J = 9,26 cm4 Cw = 1826 103 cm4
Z y = (t f b 2f ) / 2 + (ho t w2 ) / 4 = 0,8 * 25 2 / 2 + 58,4 * 0,5 2 / 4 = 253,65 cm 3

S y = (t f b 2f ) / 3 + (ho t w2 ) / 6 = I y / 0,5b f = 2084 /(0,5 * 25) = 166,72 cm 3

A. Kuat lentur nominal sumbu x (Mnx)


1. Kondisi tekuk local, perhitungan sama seperti contoh 4.2 Mn = 307,8 kNm
2. Kondisi tekuk torsi lateral
Dari perhitungan contoh 4.2 Lp = 2055 mm Lr = 7196 mm
Panjang kolom Lb = 5000 mm jadi, Lp < Lb < Lr
 ( Lb − L p ) 
Sehingga; M n = C b  R pc M yc − (R pc M yc − FL S xc )   R pc M yc
 ( Lr − L p ) 

 5000 − 2055 
M n = 1,01,096 * 346,8 − (1,096 * 346,8 − 0,7 * 240 *1445 10 3 *10 −6 ) = 301,4 kNm
 7196 − 2055 
Jadi kuat lentur nominal sumbu x Mnx = 301,4 kNm
B. Kuat lentur nominal sumbu y (Mny).
Sayap pf < f < rf Elemen sayap non kompak
Jadi;
 ( −  pf ) 
M n = M p − (M p − 0,7 Fy S y )  SNI (F6-2) ………. (4.33)
 (rf −  pf 

38
Mp = Zy * Fy = 253,65 103 * 240 = 60876 103 Nmm = 60,876 kNm

 (15,67 − 10,97) 
(
M n = 60,876 − 60,876 − 0,7 * 240 * 166,72 10 3 * 10 −6) (19,9 − 10,97 ) 
= 43,58 kNm

Jadi kuat lentur nominal sumbu y Mny = 43,6 kNm

39
BAB 5
PENAMPANG YANG MENGALAMI GESER

5.1 Persyaratan Kekuatan


Penampang dari suatu batang yang mengalami geser akibat beban-beban yang bekerja
pada batang tersebut harus memenuhi persyaratan kekuatan saat kondisi ultimit dan
kondisi layan yaitu sebagai berikut:
- Kondisi ultimit Vu ≤  Vn (metoda DFBK)
- Kondisi layan Va ≤ Vn / Ω (metoda DKI)
Dengan;
Vu = gaya geser ultimit pada penampang akibat beban terfactor
Va = gaya geser layan pada penampang akibat beban tidak terfactor
Vn = kuat geser nominal penampang
 = 0,9 , factor reduksi metoda DFBK
Ω = 1,67 , angka keamanan metoda DKI

5.2 Kuat Geser Nominal


Kuat geser nominal untuk penampang dengan badan yang tidak berpengaku atau yang
berpengaku dihitung sebagai berikut;
Vn = 0,6 Fy Aw Cv SNI (G2-1) …………….(5.1)
Denga Cv adalah factor reduksi kelangsingan badan dari penampang tersebut yang
perhitungannya bergantung dari jenis propil dan kelangsingan sebagai berikut:
A. Untuk propil I canai panas
Bila h / t w  2,24 E / Fy maka Cv =1 SNI (G2-2) ………….(5.2)

Hanya untuk propil ini, dipakai  = 1,0 (DFBK) dan Ω = 1,5 (DKI)

Untuk h / t w  2,24 E / Fy nilai Cv tidak ditentukan karena jarang terdapat propil

canai panas dengan kelangsingan badan seperti ini. Tapi jika memang ada dapat
digunakan rumus untuk penampang seperti pada point B.
B. Untuk propil I simetri ganda dan tunggal serta Kanal

40
1. Bila h / t w  1,1 k v E / Fy maka

Cv =1 SNI (G2-3) ………….(5.3)


2. Bila 1,1 k v E / Fy  h / t w  1,37 k v E / Fy maka

Cv =
(1,1 E / Fy ) SNI (G2-4) ………….(5.4)
(h / t w )
3. Bila h / t w  1,37 k v E / Fy maka

(1,51k v E )
Cv = SNI (G2-5) ………….(5.5)
(h / t w )2 Fy
Dengan kv ditentukan sebagai berikut;
(i). Untuk badan tanpa pengaku transversal denga h/tw ≤ 260
kv = 5 untuk semua propil kecuali T
kv = 1,2 untuk propil T
(ii).Untuk badan dengan pengaku transversal
260
Bila a / h > 3 atau a / h > kv = 5
(h / t w )2
5
Bila a/h ≤3 kv = 5 + SNI (G2-6) ………….(5.6)
(a / h )2
a = jarak bersih antara pengaku transversal

5.3 Kuat Geser Dengan Mininjau Aksi Medan Tarik


Perhitungan kuat geser diatas mengabaikan adanya kekuatan tambahan pasca tekuk yang
dinamakan aksi medan tarik. Syarat untuk meninjau tambahan kekuatan akibat aksi
medan tarik adalah, badan harus dipegang pada keempat sisisnya oleh sayap atau
pengaku transfersal. Perhitungan aksi medan tarik tidak boleh dipakai untuk:
(a) Panel ujung
260
(b) a / h > 3 atau a / h >
(h / t w )2
(c) 2Aw / (Afc+Aft) > 2,5

41
(d) h / bfc > 6 atau h / bft > 6
Dengan memperhitungkan aksi medan tarik, kuat nominal penampang adalah;
1. Bila h / t w  1,1 k v E / Fy maka,

Vn = 0,6 Fy Aw SNI (G3-1) ………….(5.7)


2. Bila h / t w  1,1 k v E / Fy maka

 1 − Cv 
Vn = 0,6 Fy Aw  C v +  SNI (G3-2) ………….(5.8)
 
1,15 1 + (a / h )
2
 

5.4 Kuat Geser Penampang Siku Tunggal


Kuat geser nominal penampang siku tunggal
Vn = 0,6 Fy Aw Cv SNI (G2-1) …………….(5.9)
Dimana;
Aw = b*t luas dari kaki yang menahan geser
Cv dihitung dengan rumus (5.3), (5.4) atau (5.5) dengan mengganti
h/tw = b/t
kv = 1,2
5.5 Kuat Geser Penampang Box Persegi
Kuat geser nominal penampang siku tunggal
Vn = 0,6 Fy Aw Cv SNI (G2-1) …………….(5.10)
Dimana;
Aw = 2h*t luas dari badan yang menahan geser
Cv dihitung dengan rumus (4.38), (4.39) atau (4.40)
kv = 5
5.6 Pengaku Transversal Pada Badan
Untuk meningkatkan kekuatan pelat badan dalam menahan geser maka diperlukan
pengaku transversal (stiffener) atau pelat pengaku vertikal pada badan seperti yang
terlihat pada gambar 4.5.

42
II

hs

I bs
a a
Tampak samping
stiffener Potongan II

ts

Potongan I

Gambar 4.5 Balok dengan stiffener

Pengaku transversal tidak diperlukan jika:


(i) h / t w  1,1 k v E / Fy

(ii) Kuat geser tersedia > kuat geser perlu


Ketentuan dalam merencanakan pengaku transversal adalah sebagai berikut:
Lebar stiffener bs > bf / 3
Kelangsingan stiffener b / t st  0,56 E / Fyst SNI (G3-3) ……….(5.11)

Kekakuan stiffener Ist ≥ b tw3 J SNI (G2-7) ……….(5.12)


2,5
Dengan J= − 2  0,5 SNI (G2-8) ……….(5.13)
(a / h )2
Dan b adalah nilai terkecil dari a atau h
Inertia stiffener dihitung sebagai berikut;
Ist = 2 {1/12 ts bs 3 + ts bs (bs + tw )2 / 4} untuk stiffener ganda
Ist = 1/3 ts bs 3 untuk stiffener tunggal

ts ts
bs bs
tw/2

Stiffener ganda Stiffener tunggal

Gambar 4.7 Pengaku Transversal / Stiffener

43
Contoh soal no. 4.4
Kasus balok seperti contoh 4.1 akan dipakai penampang yang lebih tipis yaitu propil I
simetri ganda dari pelat tersusun dengan ukuran 600x250x5x8. Periksa apakah
penampang memenuhi persyaratan kuat geser menurut DFBK dan DKI.
Jawab:
Asumsi berat penampang tidak banyak berubah sehingga qd = 0,94 N/mm
qu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 (10 + 0,94) + 1,6 x 16 = 38,7
Vu = 1/2 x qu x L = 1/2 x 38,7 x 9144 = 177 103 N (DFBK)
qa = D + L = (10 + 0,94) + 16 = 26,94
Va = 1/2 x qa x L = 1/2 x 26,94 x 9144 = 123 103 N (DKI)

Ukuran penampang;
d = 600mm bf = 250 mm tw = 5mm tf = 8mm r = 6mm
Menghitung propertis penampang;
h = d – 2(tf+r) = 600 – 2(8+6) = 586mm
Aw = d*tw = 600*5 = 3000
Periksa kelangsingan elemen penampang
Badan tanpa pengaku transversal kv = 5
1,1 k v E / Fy = 1,1 5 * 2e5 / 240 = 71

1,37 k v E / Fy = 1,37 5 * 2e5 / 240 = 88,4

h / tw = 586 / 5 = 117,2 > 1,37 k v E / Fy maka

(1,51k v E ) 1,51 * 5 * 2e5


Cv = = = 0,458
(h / t w )2 Fy 117,2 2 * 240

Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 0,6*240*3000*0,458 = 198 103 N


Persyaratan DFBK *Vn = 0,9*198 = 178 kN > Vu = 177 kN OK!
Persyaratan DKI Vn/Ω = 198/1,67 = 119 kN < Va = 123 kN Tidak OK!

44
Contoh soal no. 4.5
Kasus balok seperti contoh 4.4 dengan badan diberi stiffener setiap jarak 0,8m. Periksa
apakah penampang memenuhi persyaratan kuat geser menurut DFBK dan DKI.
Jawab: a / h = 800 / 586 = 1,365
5 5
kv = 5 + = 5+ = 7,68
(a / h )2
1,365 2

1,1 k v E / Fy = 1,1 7,68 * 2e5 / 240 = 88

1,37 k v E / Fy = 1,37 7,68 * 2e5 / 240 = 109,6

h / tw = 586 / 5 = 117,2 > 1,37 k v E / Fy maka

(1,51k v E ) 1,51 * 7,68 * 2e5


Cv = = = 0,70
(h / t w )2 Fy 117,2 2 * 240

Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 0,6*240*3000*0,70 = 302,4 103 N


Persyaratan DFBK *Vn = 0,9*302,4 = 272 kN > Vu = 177 kN OK!
Persyaratan DKI Vn/Ω = 302,4/1,67 = 181 kN > Va = 123 kN OK!

5.7 Geser Tumpu SNI J-10

Pada lokasi tumpuan atau pada lokasi beban terpusat pelat badan akan
mengalami tegangan yang terkonsentrasi sehingga bisa terjadi keruntuhan pelat badan
mengalami leleh atau tekuk tumpu pada lokasi tersebut. Ilustrasi balok yang menglami
gaya tumpu dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.

Jarak Ru ke Ru Ru
ujung balok

N N

k
Ru
Ru

Gambar 4.6 Balok dengan beban tumpu

45
Ru adalah gaya tumpu
N adalah lebar tumpuan atau alas beban terpusat
k = tf + r (tebal sayap ditambah jari-jari filet badan)
Penampang yang menerima gaya tumpu harus memenuhi ketentuan berikut
Ru ≤ Φ Rn ……………… (5.14)
Dimana Rb adalah kuat tumpu nominal dari penampang
Φ = 0.9 (faktor reduksi kuat tumpu)
Kuat tumpu nominal dari penampang adalah yang terkecil dari nilai kuat tumpu
yang diperoleh dari berbagai kondisi berikut:
1. Lentur pelat sayap
Kuat tumpu terhadap lentur pelat sayap adalah
Rn = 6.25 tf2 fy ……………… (5.15)
2. Leleh pelat badan
Kuat tumpu terhadap leleh pelat badan adalah
a. Rn = ( 5 k + N ) fy tw ……………… (5.16)
Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok > tinggi balok
b. Rn = ( 2.5 k + N ) fy tw ……………… (5.17)
Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok ≤ tinggi balok
3. Tekuk Dukung (tekuk vertikal) Pelat Badan
Kuat tekuk dukung pelat badan disekitar pelat sayap yang dibebani gaya tumpu
adalah sebagai berikut:
1.5
2 𝑁 𝑡 𝐸𝑡𝑓 𝑓𝑦
a. 𝑅𝑛 = 0.79𝑡𝑤 [1 + 3 𝑑 ( 𝑡𝑤 ) ] √ ……………… (5.18)
𝑓 𝑡𝑤

Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok > d/2 (setengah tinggi balok)
1.5
2 𝑁 𝑡 𝐸𝑡𝑓 𝑓𝑦
b. 𝑅𝑛 = 0.39𝑡𝑤 [1 + 3 𝑑 ( 𝑡𝑤 ) ] √ ……………… (5.19)
𝑓 𝑡𝑤

Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok ≤ d/2 dan N / d ≤ 0.2


1.5
2 𝑁 𝑡 𝐸𝑡𝑓 𝑓𝑦
c. 𝑅𝑛 = 0.39𝑡𝑤 [1 + (4 𝑑 − 0.2) ( 𝑡𝑤 ) ] √ ……………… (5.20)
𝑓 𝑡𝑤

Jika jarak gaya tumpu ke ujung balok ≤ d/2 dan N / d > 0.2

46
4. Tekuk Lentur Pelat Badan
Kuat tumpu pelat badan akibat terjadinya tekuk lentur pelat badan adalah
3
24.08𝑡𝑤
𝑅𝑛 = √𝐸𝑓𝑦 ……………… (5.21)

5.8 Perencanaan Pengaku Tumpu Pelat Badan


Jika kuat tumpu pelat badan tidak mencukupi atau persamaan (5.14) tidak terpenuhi maka
perlu pemasangan pengaku (stiffener) pada bagian tumpu. Perhitungan stiffener tumpu
sama seperti stiffener geser diatas hanya tambahannya luas stiffener harus memenuhi:
- Terhadap geser tumpu
As fy ≥ Ru – Ф Rn ……………… (5.22)
dimana As adalah luas pengaku
As = 2 (ts bs) ,untuk pengaku ganda seperti pada gambar 4.7
- Terhadap gaya geser
As ≥ 0.15 D Aw ( 1- cv ) Vu / (Ф Vn) – 18 tw2 ……………… (5.23)
dengan: D = 1 untuk stiffener plat ganda
D = 2.4 untuk stiffener plat tunggal
cv seperti pada rumus 4.23 atau 4.24

47

Anda mungkin juga menyukai