Anda di halaman 1dari 65

BAB 9

Tekuk Torsi Lateral


Nama Kelompok :
• Dini Arifah 200404011
• Rindi Utami 200404041
• Afuriata Zebua 200404134
Pokok-Pokok Pembahasan Bab

9.1 Pendahuluan
9.2 Perilaku Balok Akibat Beban Momen Seragam
9.3 Tekuk Torsi Lateral Elastis
9.4 Tekuk Torsi Inelastis
9.5 Desain LRFD Balok I
9.6 Lentur Dua Arah
9.1 Pendahuluan
• Teori umum balok: Pembebanan pada web akan
menghasilkan tegangan yang sama besar di antara titik A dan B
(Gambar 9.1); ketaksempurnaan dan/atau t egangan residu
membuat distribusi tegangan tidak sama di sepanjang lebar
sayap.
• Flens tekan diasumsikan sama dengan balok yang akan
tertekuk dalam sumbu .

Penerbit Erlangga@2009
9.1 (Lanjutan)

Gambar 9.1 Balok terkekang lateral pada ujung-ujungnya.

Penerbit Erlangga@2009
9.1 (Lanjutan)
lemahnya sementara bagian tarik relatif stabil maka terjadi tekuk
lentur torsi

• Tekuk dicegah dengan sokongan lateral (1) menerus dengan


menanamkan flens tekan ke dalam pelat lantai beton dan, (2) pada
jarak-jarak tertentu oleh balok atau rangka melintang dengan
kekuatan cukup

Penerbit Erlangga@2009
9.2 Perilaku Balok I Akibat Beban Momen Seragam
• Penurunan persamaan desain untuk balok terbebani tekuk torsi
lateral menggunakan ilustrasi balok yang menerima beban momen
seragam yang tidak terkekang lateral
• Variasi momen menyebabkan gaya tekan bervariasi pada flens di
sepanjang bentang tak terkekang yang mengakibatkan gaya

Penerbit Erlangga@2009
9.2 (Lanjutan)
tekan rata-ratanya menjadi lebih rendah yang akhirnya
mengurangi terjadinya peluang tekuk torsi lateral
• Tekuk torsi lateral sebagai batas penentu kekuatan balok
• Keruntuhan balok, yang terjadi setelah momen plastis
(MP) tercapai, dapat berbentuk salah satu dari

Penerbit Erlangga@2009
9.2 (Lanjutan)
1) tekuk lokal pada flens tekan
2) tekuk lokal pada web yang mengalami tekan lentur
3) tekuk torsi lateral
Ketiganya dapat terjadi dalam keadaan elastis maupun inelastis
• Empat kategori perilaku balok yang dibebani momen konstan M
dengan bentang takterkekang L (Gambar 9.2)

Penerbit Erlangga@2009
9.2 (Lanjutan)
berdasarkan kemampuan berdeformasi (kemampuan
menerima regangan besar atau kapasitas R.∆H besar secara
stabil, R = faktor daktilitas)
1) MP tercapai dengan deformasi besar (kurva 1 pada
Gambar 9.2) jika L cukup kecil (L ≤ Lpd) dengan R ≥ 3
2) MP tercapai dengan deformasi kecil (kurva 2) jika L
diperbesar (Lpd < L < Lp) dengan

Penerbit Erlangga@2009
9.2 (Lanjutan)

Gambar 9.2 Balok dengan beban momen konstan tanpa kekangan lateral.

Penerbit Erlangga@2009
9.2 (Lanjutan)
R<3
3) Momen hanya mencapai Mr (kurva 3)

Gambar 9.4 Hubungan deformasi dengan momen plastis, Mp.

Penerbit Erlangga@2009
9.2 (Lanjutan)
jika L lebih diperbesar lagi (Lp < L < Lr) karena dicegah oleh
tekuk lokal flens dan web serta torsi lokal lateral

4) Elastis (kurva 4) jika Lr < L dengan tahanan momen Mcr


yang ditentukan oleh tekuk elastis, serta tekuk lokal flens, web,
dan lateral

Penerbit Erlangga@2009
9.3 Tekuk Torsi Lateral Elastis
• Penurunan persamaan pada balok I yang mengalami tekuk torsi
akibat momen seragam, M0, dilakukan dengan bantuan Gambar 9.4
• Momen M0 yang bekerja pada bidang yz diuraikan terhadap
sumbu x’, y’, dan z’ yang masing-masing berupa Mx’, My’, dan
Mz’,

Penerbit Erlangga@2009
9.3 (Lanjutan)

Gambar 9.4 Balok I dengan beban momen seragam.

Penerbit Erlangga@2009
9.3 (Lanjutan)
• Untuk deformasi kecil, kelengkungan pada bidang y’z’
E. Ix d2v/dz2 = Mx’ = M0
dan pada bidang x’z’
E. Iy d2u/dz2 = My’ = M0.φ
• PD untuk balok I yang menerima beban torsi (lihat Bab 8)
Mz’ = GJ(dφ/dz) − E.Cw(d2φ/dz2)

Penerbit Erlangga@2009
9.3 (Lanjutan)
• Setelah dilakukan manipulasi matematis yang panjang, akhirnya
diperoleh
2
   .E 
M cr  E.I y .G.J    I y .C w
L  L 
yang merupakan persamaan untuk menghitung besarnya momen
yang dapat ditahan oleh profil I akibat tekuk torsi lateral

Penerbit Erlangga@2009
9.3 (Lanjutan)
• Untuk menghitung pengaruh momen tak seragam, momen
kritis untuk kondisi tekuk torsi lateral profil I dan kanal ganda

2
   .E 
M cr  Cb . E.I y .G.J    I y .C w
L  L 

Penerbit Erlangga@2009
9.4 Tekuk Torsi Inelastis
• Ketika serat balok pada Gambar 9.3 mencapai regangan > εy (ε
>fy/E) keadaan ini cukup potensial untuk terjadinya tekuk torsi
lateral inelastis

• Tegangan residu tidak terlalu mempengaruhi kekakuan torsi


tetapi memberi pengaruh cukup besar terhadap tahanan flens tekan

Penerbit Erlangga@2009
9.4 (Lanjutan)
• Akibat adanya tegangan residu, tahanan momen maksimum
Mr = Sx (fy − fr )
• Umumnya sokongan lateral dipasang di tempat yang
direncanakan mampu mencapai momen plastis, Mp, dan jarak
antarsokongan relatif pendek
• Dengan mengabaikan kekakuan torsi, GJ,

Penerbit Erlangga@2009
9.4 (Lanjutan)
• Persamaan momen kritis akibat momen seragam dapat ditulis
menjadi
 E
2
M cr  2
I y .C w
L
• Karena Mcr harus = Mp, Mcr = Zx. fy; Cw = Iy.h2/4, Iy = Ary2;
dan L = panjang bentang tak terkekang, persamaan di atas dapat
ditulis menjadi

Penerbit Erlangga@2009
9.4 (Lanjutan)

L  2 E  h. A 
  
ry 2. f y  Z x 


• Dengan mengambil hA/Zx = 1,5 maka

L  2E E
 1,5  2,72
ry 2. f y fy

Penerbit Erlangga@2009
9.4 (Lanjutan)
• Untuk dapat mencapai rotasi R < 3, SNI menetapkan
L E
 1,76
ry fy
• Untuk R ≥ 3 SNI mensyaratkan

L pd M1
 25000  15000
ry M2

Penerbit Erlangga@2009
9.4 (Lanjutan)
dengan fy = tegangan leleh (MPa), M1 = momen ujung yang
terkecil (Nmm), M2 = momen ujung terbesar (Nmm), ry = jari-
jari girasi terhadap sumbu lemah (mm), M1/M2 bertanda positif
untuk kelengkungan ganda dan negatif untuk kelengkungan tunggal
• Jika hanya dikehendaki M = Mr maka panjang bentang
takterkekang diatur sedemikian rupa sehingga L = Lr , maka

Penerbit Erlangga@2009
9.4 (Lanjutan)
Lr X1
 1 1  X 2 . f L2
ry fL

dengan fL = fy − fr ; ;
2
 EGJA  S x  Cw
X1  X 2  4 
Sx 2  GJ  I y

Penerbit Erlangga@2009
9.5 Desain LRFD Balok I
• Setiap komponen struktur yang memikul momen lentur harus
memenuhi
φb.Mn ≥ Mu
dengan φb = 0,90, yakni faktor reduksi untuk lentur, Mn = kuat
nominal momen lentur dari penampang, Mu = beban momen lentur
terfaktor
• Besarnya kuat nominal momen lentur pe-nampang ditentukan
sebagai berikut (lihat Gambar 9.5)

Penerbit Erlangga@2009
9.5 (Lanjutan)
Kasus 1: Mn = Mp (R ≥ 3)
• Kuat nominal Mn = Mp dicapai hanya jika penampangnya
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal

• Menurut SNI, syarat penampang kompak: λf = b/2tf dan λw =


h/tw < λp; batasan λp diberikan dalam Tabel 9.1.

Penerbit Erlangga@2009
26-82
9.5 (Lanjutan)

Gambar 9.5 Kuat momen lentur nominal akibat tekuk torsi lateral.

Penerbit Erlangga@2009
27-82
9.5 (Lanjutan)
• Selain penampang kompak, pengakur lateral harus diberikan
sehingga panjang bentang tak terkekang L < Lpd , yang diperoleh
dari

25000  15000M 1 / M p 
L pd  .ry
fy

Penerbit Erlangga@2009
28-82
9.5 (Lanjutan)
TABEL 9.1 Batasan Rasio Kelangsingan λp untuk Penampang Kompak Balok I
(Modulus elastisitas, E = 200000 MPa)

Teg. Leleh, fy (MPa) Tekuk Lokal Flens Tekuk Lokal Web Tekuk Torsi Lateral
b 170 h 1680 L 790
  
2t f fy tw fy ry fy

210 11,73 115,93 54,52


240 10,97 108,44 50,90
250 10,75 106,25 49,96
290 9,98 98,65 46,39
410 8,4 82,97 39,02

Penerbit Erlangga@2009
29-82
9.5 (Lanjutan)
Kasus 2: Mn = Mp (R < 3)
• Untuk mencapai momen plastis Mp dengan kapasitas rotasi R < 3,
persyaratannya harus seperti Kasus 1 kecuali persamaan yang
digunakan (untuk Cb = 1): L

790
Lp 
fy

(untuk E = 200000 MPa)

Penerbit Erlangga@2009
30-82
9.5 (Lanjutan)
Kasus 3: Mp > Mn > Mr
• Terjadi tekuk torsi lateral untuk penampang kompak (λ ≤
λp) dan kuat momen nominal didekati denga hubungan linear
antara titik 1 (Lp, Mp) dan titik 2 (Lr, Mr) yang ditentukan oleh
SNI dengan persamaan berikut

Penerbit Erlangga@2009
31-82
9.5 (Lanjutan)
 Lr  L 
M n  Cb  M r  ( M p  M r ) Mp

 Lr  L p 

• Mr = kuat nominal yang tersedia untuk beban layan ketika serat
terluar penampang mencapai tegangan fy (termasuk tegangan residu)
yang bentuknya:
Mr = Sx(fy − fr)

Penerbit Erlangga@2009
32-82
9.5 (Lanjutan)
dengan fy = tegangan leleh profil, fr = tegangan residu (70 MPa
untuk penampang yang digilas dan 115 MPa untuk penampang yang
dilas), Sx = modulus penampang
• Panjang Lr diperoleh dari

X 1.ry
Lr  1 1  X 2 . f L2
fL

Penerbit Erlangga@2009
33-82
9.5 (Lanjutan)
dengan fL = fy − fr ; dan
2
 EGJA  S  Cw
X1  X 2  4 x 
Sx 2  GJ  I y

Kasus 4: Mp > Mn ≥ Mr
• Terjadi jika: 1) Lp < L < Lr; 2) λp < (λ = b/(2tf) < λr (flens tak
kompak); dan 3) λp < (λ = b/(2tw) < λr (web tak kompak)

Penerbit Erlangga@2009
34-82
9.5 (Lanjutan)

• Kuat momen lentur normal dihitung berdasarkan keadaan paling


kritis di antara tekuk lokal flens, web, dan tekuk torsi lateral;
dibatasi oleh SNI dengan rumus   p
M n  M p  (M p  M r )
r   p

• Sedangkan kondisi batas untuk tekuk torsi oleh

Penerbit Erlangga@2009
35-82
9.5 (Lanjutan)
 Lr  L 
Mn  Cb  M r  ( M p  M r )  Mp

 Lr  L p 

dengan faktor pengali Cb ditentukan oleh


1,25M maks
Cb 
2,5M maks  3M A  4 M B  3M C

dengan Mmaks = momen maksimum pada

Penerbit Erlangga@2009
36-82
9.5 (Lanjutan)
MA = momen pada ¼ batang terkekang; MB = momen pada
tengah bentang tak terkekang; MC = momen pada ¾ bentang tak
terkekang
• Kuat momen lentur nominal dalam kasus ini diambil dari nilai yang
terkecil di antara kedua persamaan momen sebelum ini
• Batasan rasio kelangsingan penampang diberikan dalam Tabel
9.2

Penerbit Erlangga@2009
37-82
9.5 (Lanjutan)
TABEL 9.2 Batasan Rasio Kelangsingan λr untuk Penampang Tak Kompak Balok I
(Modulus elastisitas, E = 200000 MPa)

Tegangan Leleh Tekuk Lokal Flens Tekul Lokal Web


fy (MPa)
b 370 h 2550
 
2t f f y  fr tw fy

210 2,64 175,97


240 2,18 164,60
250 2,06 161,28
290 1,68 149,74
410 1,09 125,94

Penerbit Erlangga@2009
38-82
9.5 (Lanjutan)
Kasus 5: Mn < Mr
• Terjadi jika L > Lr dan kelangsingan flens dan web tidak
melebihi λr (penampang kompak)
• Kuat nominal lentur untuk kasus ini
2
  E 
M n  M cr  Cb E.I y .G.J    I y .C w
L  L 

Penerbit Erlangga@2009
39-82
9.5 (Lanjutan)
yang dapat ditulis dalam variabel X1 dan X2 menjadi
Cb .S x . X 1 2 X 1. X 2
M n  M cr  1
L / ry 2L / ry 

CONTOH 9.1
Balok tertumpu sederhana berikut dibebani seperti tergambar. Beban
merata terdiri atas 15% D dan 85% L, beban terpusat terdiri dari

Penerbit Erlangga@2009
40-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.1 (Lanjutan)

JAWAB
Dihitung qu = 23,1 kN.m, Pu = 216 kN, Mn =
719,8875 kN.m, dan
Mn perlu = 799,875
kN.m

Penerbit Erlangga@2009
41-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.1 (Lanjutan)

Estimasi apakah sokongan lateral cuup dekat untuk mendesain balok


dapat mencapai momen plastis, Mp (tanpa analisa plastis). Asumsikan
penampang kompak dan balok berada dalam Kasus 2 (Mn = Mp)
Panjang maksimum bentang takterkekang

Penerbit Erlangga@2009
42-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.1 (Lanjutan)

Lp = 50,99 ry; Mp perlu = Mn perlu = 799,875 kN.m; dan Zx perlu =


Mp perlu/fy = 3.332.812,5 mm3. Penampang terkecil yang dimiliki Zx
≥ 3.332.812.5 mm3 ialah balok I 400.400.13.21 dengan Zx = 3600,13
cm3. Mu (berat sendiri) = 20,898 kN.m; Mu total = 719,8875 + 20,898
= 740,7855 kN.m; Mn = Mu = Zx. fy = 864,0312

Penerbit Erlangga@2009
43-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.1 (Lanjutan)

sehingga φ b.Mn = 777,628 kN.m > Mu. Setelah memeriksa


kelangsingan penampang, ternyata memenuhi syarat sehingga Lp =
50,99 ry = 50,99(101) = 5149,99 mm = 5,14999 m dan ternyata juga
Lp > L (= 2,25 m) → sesuai asumsi awal, termasuk Kasus 2.

Penerbit Erlangga@2009
44-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.2
Periksa apakah profil WF 700.300.12.24 cukup kuta untuk memikul beban
layan seperti berikut ini jika pada balok diberi sokongan lateral pada tengah
bentang dan pada kedua tumpuannya. Mutu baja BJ 37.

Penerbit Erlangga@2009
45-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.2 (Lanjutan)

JAWAB
Berat sendiri profilnya = 1,85 kN/m → qu = 32,22 kN/m; Mu = 1/8
quL2 = 1163,9475 kN.m; Lp = 3457,4122 mm = 3,457 m; X1 =
13480,14106 MPa; X2 = 2,2535.10−4 mm4/N2; Lr = 10398,342 mm =
10,398 m; ternyata

Penerbit Erlangga@2009
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.2 (Lanjutan)

Lp < L < Lr. Setelah memeriksa kelangsingan ternyata kondisi


penampang kompak dalam Kasus 3. Dengan demikian, diperoleh Cb =
1,3 dari Mmaks = 1163,9475 kN.m, MA = 509,227 kN.m, MB =
872,96 kN.m, dan MC = 1091,2 kN.m; Mr = 979,2 kN.m; Mp =
1499,7096 kN.m → Mn < Mp dan φb. Mn > Mmaks, yang oleh
karenanya profil tersebut cukup kuat.

Penerbit Erlangga@2009
47-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.3
Pilih penampang WF yang ekonomis bagi balok pada pembebanan
berikut. Sokongan lateral dipasang pada kedua tumpuan dan lokasi beban
terpusat. Mutu baja BJ 37.

JAWAB
Diperoleh
Pu1 = 174 kN,

Penerbit Erlangga@2009
48-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.3 (Lanjutan)

Pu2 = 66 kN, yang menghasilkan grafik momen lentur berikut. Dicoba


menggunakan profil WF 600.200.11.17
Dari pemeriksaan ke-
langsingan ternyata
profilnya merupakan

Penerbit Erlangga@2009
49-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.3 (Lanjutan)

profil kompak. Untuk segmen A dan C: Mperlu = 546,875 kN.m, L = 7,5 m. Lp =


2100,96 mm, X1 = 11977,92346 MPa, X2 = 4,31282.10−4 mm4/N2, Lr = 6272,73
mm = 6,273 m. Karena L > Lr dan penampang kompak maka soal ini termasuk
Kasus 5: Mp = 687,16 kN.m, Mn = = Mcr . Karena M1/M2 = 0, maka Cb = 1,67
dan Mn = 559,4244 < Mp → φb . Mn > Mu.
Semen B: L > Lr → Kasus 5. Diperoleh Cb = 2,24, dan karena Mn = Mcr =
625,702 kN.m < Mp serta φb.Mn > Mmaks maka profil aman.

Penerbit Erlangga@2009
50-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.4
Penampang tersusun yang berbentuk I dilas seperti dalam gambar berikut. Hitung beban hidup
layan yang diizinkan bagi balok tersebut jika diketahui beban mati = 20 kN/m (sudah termasuk
berat sendiri). Mutu baja BJ 55 (fy = 410 MPa).
Sokongan lateral diberikan pada setiap 1/3 bentang dan pada kedua tumpuannya.

JAWAB
Pertama-tama
dihitung

Penerbit Erlangga@2009
51-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.4 (Lanjutan)

properti penampangnya dan diperoleh A = 18400 mm2, Ix = 1869438933 mm4, Sx


= 5107756,648 mm3, Iy = 170696533,3 mm4, ry = 96,3171 mm, Zx = 5562400
mm3, J = 1211733,33 m4,Cw = 21873322,67.106 mm6, X1 = 8217,73 MPa, X2 =
1,423.10−3 mm4/N2. Pemeriksaan terhadap flens: ke = 0,4276 → 0,35 < ke <
0,73, jadi penampangnya bersyarat. λr = 15,9903 → λp < λ < λr→ penampang tak
kompak. Pemeriksaan terhadap web: λ = 87,5, λp = 82,97, λr = 125,935; λp < λ <
λr → penampang tak kompak. Kemudian Mp = 2280,584 kN.m,

Penerbit Erlangga@2009
52-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.4 (Lanjutan)

Mr = Sx(fy − fr) = 1506,788 kN.m. Mn dihitung berdasarkan batasan untuk


tekuk lokal flens: Mn = 1862,406 kN.m dan jika dihitung berdasarkan batasan
untuk tekuk lokal web: Mn = 2198,999 kN.m. Selanjutnya diperiksa terhadap
tekuk torsi lateral: Lp = 3,757842 m, Lr = 9,27596 m. Karena Lp < L < Lr dan
pe-nampang tak kompak maka soal ini termasuk dalam Kasus 4: Kuat momen
lentur nominal ditentukan berdasarkan persamaan Mn = Cb[Mr + (Mp −
Mr)(/Lr − L)/(Lr − Lp)] < Mp → Mn < Mp. Nilai Cb untuk segmen tengah
adalah 1,01 sehingga Mn < Mp.

Penerbit Erlangga@2009
53-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.4 (Lanjutan)

Kesimpulan: tekuk lokal flens, Mn = 1862,406 kN.m; tekuk lokal web,


Mn = 2198,999 kN.m; tekuk torsi lateral, Mn = 1924,411 kN.m. Kuat
momen nominal Mn profil diambil dari nilai yang terkecil yakni Mn =
1862,406 kN.m. φb. Mn = 1676,1654 kN.m. Mu maks = φb. Mn =
1676,1654 kN.m.
Mu = 1,2(1/8)(20)(13,5)2 + 1,6 ML → ML = 705,885 kN.m dan qL =
30,985 kN/m.

Penerbit Erlangga@2009
54-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.5
Profil WF 200.200.8.12 digunakan sebagai balok tertumpu sederhana dengan bentang 8 m dan
sokongan lateral pada kedua ujung-nya. Balok ini perlu memikul beban mati me-rata sebesar 2
kN/m. Hitunglah beban hidup layan yang diizinkan pada balok ini jika mutu baja yang digunakan
adalah BJ 37. Hitung pula berapa persentase kenaikan beban hidup yang diizinkan jika mutu baja
adalah BJ 55.

JAWAB
Untuk baja BJ 37: Dihitung dan diperoleh Lp = 2559,913 mm, X1 = 24213,79 MPa, X2 =
1,8144.10−5 mm4/N2, Lr = 10,68864 m → Lp < L < Lr. Pemeriksaan kelangsingan: λflens = 8,33
< λp , λweb = 22 < λp , Mr = 80,24 kN.m, Mp = 123,156 kN.m, Mn = 107,656 kN.m, Mu = φ. Mn
= 96,8904 kN.m = 1,2 MD + 1,6 ML → ML = 48,5565 kN.m sehingga qL = 8 ML/L2 = 6,07
kN/m.

Penerbit Erlangga@2009
55-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.5 (Lanjutan)

Untuk baja BJ 55: Dihitung dan diperoleh Lp = 1958,57 mm; Lr =


5939,347 mm, jadi L > Lr → kasus 5. Kemudian, Mn = 127,108 kN.m
dan Mu = φ. Mn = 114,3972 kN.m = 1,2 MD + 1,6 ML → ML =
59,49825 kN.m dan qL = 7,437 kN/m. Dengan demikian tambahan
beban hidup yang dapat bekerja untuk BJ 55 ialah (7,437 − 6,07)/6,07
= 22,52%

Penerbit Erlangga@2009
56-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.6
Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok lantai perpustakaan tertumpu
sederhana. Sokongan lateral dipasang pada kedua ujung dan pada lokasi beban terpusat. Lendutan
akibat beban hidup tak boleh melebihi L/300. Mutu baja BJ 37.

JAWAB
Dihitung dan diperoleh Pu = 84 kN; qu = 30kN/m. Dicoba menggunakan WF 600.300.12.20: Lp =
3493,11 mm; X1 = 13422,598 MPa; X2 = 2,2151 x 10−4 mm4/N2; Lr = 10432,405 mm. Dari
pemeriksaan penampang: penampangnya kompak.

Penerbit Erlangga@2009
57-82
9.5 (Lanjutan)
CONTOH 9.6 (Lanjutan)
1) Segmen AB = CD (L = 4,5 m): Lp < L → penampang kompak, kasus 3.
Diperoleh Cb = 1,5135 dan dari Mp = 1034,1384 kN.m dan Mr = 683,4 kN.m
sehingga Mn = 1488,194 kN.m > Mp. Jika digunakan Mn = Mp diperoleh φ. Mn =
930,725 kN.m > Mn maks.
2) Segmen BC (L = 2,5 m): L < Lp → kasus 2; Mn = Mp = 1034,1384 kN.m → φ.
Mn < Mumaks.
Pemeriksaan terhadap syarat lendutan: δ = 22,001 mm < L/300, dengan demikian
ukuran profil WF yang digunakan sudah mencukupi.

Penerbit Erlangga@2009
58-82
9.6 Lentur Dua Arah
• Kondisi batas kekuatan komponen berpenampang I yang dibebani oleh Mx pada sumbu
kuat dan My pada sumbu lemah ialah kuat leleh akibat beban kombinasi atau oleh tekuk torsi
lateral
• Contoh komponen yang mengalami lentur dalam dua arah ialah struktur gording atau
struktur balok keran
• Perencanaan struktur baja metode LFDR mempersyaratkan pemeriksaan terhadap
1. kondisi batas leleh:

M ux M uy
f un    b f y
S Sy
2. kondisi batas xtekuk torsi lateral:
φb .Mnx ≥ Mux

Penerbit Erlangga@2009
59-82
9.6 (Lanjutan)
dengan fun = tegangan normal (tarik atau tekan); Mux = momen terfaktor terhadap sumbu-x
(sumbu kuat); Muy = momen terfaktor terhadap sumbu-y (sumbu lemah); φb = faktor reduksi
untuk lentur = 0,90; Mnx = kuat momen nominal penampang (dihitung seperti pada pemeriksaan
tekuk torsi lateral)

CONTOH 9.7
Rencanakanlah komponen struktur balok keran (BJ 37) dalam gambar berikut dengan bentangan
bangunan 18 m; kapasitas keran = 20 ton; berat sendiri keran = 16 ton; berat takel = 7 ton; berat
sendiri rel = 30 kg/m; jarak roda = 3,8 m; jarak antar kolom = 6 m’ dan jarak minimum lokasi takel
terhadap rel = 1 m.

Penerbit Erlangga@2009
60-82
9.6 (Lanjutan)
CONTOH 9.7 (Lanjutan)

Penerbit Erlangga@2009
61-82
9.6 (Lanjutan)
CONTOH 9.7 (Lanjutan)

JAWAB
Reaksi pada roda-roda keran diperoleh dari berat takel + kapasitas
keran = 7 + 20 = 27 ton,
yang dari sini RA =
58, 88432 ton.

Penerbit Erlangga@2009
62-82
9.6 (Lanjutan)
CONTOH 9.7 (Lanjutan)

Tinjau balok keran bentang 6 m:


R1 = 20,1188 ton
R2 = 38,7615 ton
1) Akibat beban
hidup: Momen
maksimum akibat

Penerbit Erlangga@2009
63-82
9.6 (Lanjutan)
CONTOH 9.7 (Lanjutan)

beban hidup tercapai jika titik tengah salah satu roda dengan gaya resultan berada tepat di
tengah-tengah bentng balik (titik a atau b): Ma maks = 41,24354 ton.m dan Mb maks = 5,814825
ton.m → momen maks = 41,24354 ton.m dan dengan memperhitungkan koefisien kejut = 1,15
→ momen maks. akibat beban hidup = 47,42 ton.m
2) Akibat beban mati: Berat sendiri rel + berat sendiri balok keran = 180 kg/m. Dengan
demikian MDL = 1,2(1/8)(180)(6)(2) = 0,972 ton.m → momen total Mux = 48,402 ton.m =
484,02 kN.m
3) Momen akibat gaya rem melintang: Biasanya diambil sebesar 1/15 dari beban kapasitas
keran + berat takel (untuk dua roda) sehingga beban lateral per roda = (½)(1/15)(20 + 7)(1,6) =
1,44 ton. Telah dihi-tung beban roda = 29,4422 ton menimbulkan

Penerbit Erlangga@2009
64-82
9.6 (Lanjutan)
CONTOH 9.7 (Lanjutan)

momen maksimum = 41,24354 ton sehingga beban lateral roda = 1,44 ton
menimbulkan momen fun < φb. fun < φb. Muy = (1,44/29,4422) (41,24354) = 2,0172
ton.m = 20,172 kN.m. Dicoba balok keran berupa WF 400.400.13.21. Peme-riksaan
terhadap kondisi batas leleh: fun < φb. fy dan pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral:
Lp = 5150,4 mm; X1 = 20633,56 MPa; X2 = 3,30374.10−4 mm4/N2; Lr = 18983,8 mm
→ Lp < L < Lr. Pemeriksaan penampang ternyata memenuhi → Mr = 566,1 kN.m; Mp
= 864,03 kN.m; My = 761,157 kN.m < Mpx dan φb. Mn < Mux. Jadi profil WF
tersebut dapat dipakai.

Penerbit Erlangga@2009
65-82

Anda mungkin juga menyukai