Pondasi tapak (spread foating) mempunyai bentuk seperti kolom suatu bangunan, tetapi ukurannya dibuat lebih besar dari kolom
sehingga beban yang diteruskan ke pondasi dapat disebarkan ke luasan tanah yang lebih besar. Untuk tanah dengan daya dukung
rendah, ukuran dari pondasi tapak biasanya terlalu besar sehingga tidak praktis. Oleh karena itu, untuk keadaan tersebut akan
lebih ekonomis kalau seluruh konstruksi dibangun di atas suatu lantai beton yang luas. Tipe pondasi tadi dinamakan pondasi
tikar (mat foundation).
Pondasi tiang dan pondasi caisson digunakan untuk konstruksi yang lebih berat, yaitu bila kedalaman pondasi yang dibutuhkan
untuk memikul beban sangat besar. Pondasi tiang biasanya terbuat dari kayu, beton, atau besi yang berfungsi untuk meneruskan
beban dari konstruksi bagian atas ke lapisan tanah yang paling bawah: Bagaimana pondasi tiang ini meneruskan beban ke
lapisan-lapisan tanah dapat dikelompokkan dalam dua katagori: Pertama, tiang yang kekuatannya didasarkan pada lekatan antara
tanah dan tiang (friction file); Kedua, tiang yang kekuatannya didasarkan pada daya dukung ujung tiang (end-bearing file).
Untuk friction file, beban konstruksi bagian atas ditahan oleh gaya geser yang timbul sepanjang permukaan tiang (selimut tiang).
Untuk end-bearing file, beban yang diterima oleh tiang diteruskan oleh ujung tiang ke lapisan tanah keras.
Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai perbandingan
antara kedalaman dengan lebar sekitar kurang dari empat. Apabila perbandingan antara kedalaman
dengan lebar pondasi lebih besar dari empat, pondasi tersebut diklasifikasikan sebagai pondasi dalam.
Dalam bab ini, kita akan membicarakan daya dukung tanah untuk pondasi dangkal. Seperti telah
disebutkan sebelumnya bahwa suatu pondasi akan aman apabila:
1. Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban masih dalam batas yang diperbolehkan.
2. Keruntuhan geser dari tanah di mana pondasi berada tidak terjadi.
11 - 1 DAYA DUKUNG BATAS TANAH UNTUK PONDASI DANGKAL
Untuk dapat memahami konsep daya dukung batas suatu tanah dan bentuk keruntuhan geser dalam tanah,
marilah kita perhatikan model pondasi bentuk persegi yang memanjang dengan lebar B yang diletakkan
pada permukaan lapisan tanah pasir padat (atau tanah yang kaku) seperti ditunjukkan dalam Gambar
l l-2a. Apabila beban terbagi rata q per satuan luas diletakkan di atas model pondasi, maka pondasi tadi
akan turun. Apabila beban terbagi rata (q) tersebut ditambah, tentu saja penm;unan pondasi yang
bersangkutan akan bertambah pula. Tetapi, bila besar q = q" (Gambar l l-2b) telah dicapai, maka keruntuhan
daya dukung akan terjadi, yang berarti pondasi akan mengalami penurunan yang sangat besar tanpa
penambahan beban q lebih lanjut. Tanah di sebelah kanan dan kiri pondasi akan menyembul dan bidang
longsor akam mencapai permukaan tanah. Hubungan antara beban dan penurunan akan seperti Kurva I
yang ditunjukkan dalam Gambar 11-2b. Untuk keadaan ini, kita mendefinisikan q" sebagai daya dukung
batas dari tanah.
Keruntuhan daya dukung yang dijelaskan di atas dinamakan "keruntuhan geser menyeluruh (general
shear failure)", dan dapat dijelaskan dengan Gambar l l-3a. Apabila pondasi turun karena suatu beban
yang diletakkan di atasnya, maka suatu zona keruntuhan blok segitiga dari tanah (zona I) akan tertekan
ke bawah, dan selanjutnya, tanah dalam zona I menekan zona II dan zona III ke samping dan kemudian
ke atas. Pada beban batas q", tanah berada dalam keadaan keseimbangan plastis dan keruntuhan terjadi
dengan cara menggelincir
11-2 PERSAMAAN DAYA DUKUNG BATAS MENURUT TERZAGHI
Pada tahun 1921, Prandtl mempublikasikan hasil telaahnya mengenai penetrasi suatu benda keras, seperti besi, yang
ditekan masuk ke dalam suatu material yang lembek. Kemudian, teori keruntuhan plastis yang dikembangkan
Prandtl digunakan oleh Terzaghi (1943) untuk mengevaluasi besarnya daya dukung tanah di bawah pondasi dangkal
yang memanjang. Untuk pertimbangan praktis, pondasi yang mempunyai rasio antara panjang dan lebar lebih besar
5 dinamakan pondasi lajur (strip foating). Menurut Terzaghi, suatu pondasi didefinisikan sebagai pondasi dangkal
apabila kedalaman D1 , adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi B (Gambar 1 1-4). Di samping itu, untuk
perhitungan daya dukung batas dari tanah, Terzaghi menganggap bahwa berat tanah di sebelah kanan dan kiri
pondasi sampai dengan kedalaman dasar pondasi, diganti dengan beban terbagi rata (surcharge), q = yDr
11 -3 PENGARUH PERMUKAAN AIR TANAH
Sejauh ini, kita telah membahas persamaan daya dukung tanah yang mengasumsikan bahwa permukaan air
tanah berada pada kedalaman lebih besar dari lebar pondasi B. Akan tetapi, bila permukaan air tanah berada
dekat dengan dasar pondasi, kita membutuhkan beberapa perubahan dalam suku kedua dan ketiga dari
Persamaan (11-9) sampai dengan (11-11), dan Persamaan (11 - 14) sampai dengan (11-16). Dalam kasus ini, ada
tiga keadaan yang berbeda mengenai lokasi permukaan air tanah terhadap dasar pondasi seperti ditunjukkan
dalam Gambar 11-9.
11 -4 ANGKA ·KEAMANAN
Pada umumnya, suatu angka keamanan F, yang besarnya sekitar 3 digunakan untuk menghitung daya dukung yang
diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dalam keadaan yang sesungguhnya,
tanah tidak homogen dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameterparameter dasar dari kekuatan
geser tanah ini kita menemukan banyak ketakpastian. Kini marilah kita tinjau 3 definisi yang berbeda mengenai
daya dukung yang diijinkan untuk pondasi dangkal, yaitu: daya dukung ijin gross, daya dukung ijin netto, dan
daya dukung ijin gross dengan memberikan angka keamanan terhadap keruntuhan geser
Customize it
Customize it