Anda di halaman 1dari 14

BAB V

PONDASI RAKIT

5.1. PENDAHULUAN.
Pondasi rakit (raft foundation atau mat foundation), didifinisikan sebagai bagian
bawah dari struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.
Bagian ini berfungsi meneruskan beban bangunan ketanah dibawahnya. Pondasi rakit
digunakan bila lapisan tanah pondasi berdaya dukung rendah, sehingga jika digunakan
pondasi telapak akan memerlukan luas area yamg hampir memenuhi bagian bawah
bangunannya. Terzaghi dan Peck (1948), menyarankan bahwa bila 50 % luas bagian
bawah bangunan terpenuhi oleh luasan pondasi , lebih ekonomis jika digunakan pondasi
rakit karena dapat menghemat biaya penggalian dan penulangan beton.

5.2. DAYA DUKUNG DIIJINKAN.


Pondasi rakit hanyalah merupakan pondasi yang lebar. Oleh karena itu, hitungan-
hitungan daya dukung sama seperti hitungan daya dukung pondasi telapak. Daya
dukung diijinkan (qa) ditentukan dari daya dukung ultimit dibagi faktor keamanan yang
sesuai dan penurunan yang terjadi harus masih dalam toleransi. Besarnya tekan pondasi
neto qn pada dasar ruang bawah tanah, adalah tekanan pondasi total q dikurangi tekanan
total akibat berat tanah yang terdapat diatas dasar pondasinya. Pengurangan tekanan
pondasi neto akibat gesekan antara dinding ruang bawah dan tanah disekelilingnya,
sebaiknya tidak diperhitungkan dalam hitungan. Area yang tertutup pondasi rakit adalah
sama dengan atau sedikit lebih besar dari luas bagunannya. Oleh karena itu, jika daya
dukung diijinkan terlampaui, jalan keluarnya adalah dengan memperdalam pondasi atau
memperdalam ruang bawah tanahnya.

5.3. DAYA DUKUNG.


(a). Pondasi Rakit Pada Tanah Pasir
Karena area pondasi rakit yang sangat luas dibandingkan dengan pondasi telapak,
untuk pondasi rakit yang terletak pada tanah pasir, faktor aman terhadap keruntuhan
daya dukungnya selalu besar. Dengan bertambahnya lebar rakit atau bertambahnya
kerapatan relatif tanah, maka daya dukung bertambah dengan cepat. Oleh karena itu
V-1
untuk pondasi rakit yang terletak pada tanah pasir, kemungkinan terjadinya keruntuhan
terhadap daya dukung sangat kecil. Pada gambar 2.38. dapat dilihat bahwa kurva daya
dukung diijinkan pada penurunan 1” umumnya tak tergantung dari lebar pondasi (B),
asalkan lebar pondasi lebih besar dari 6,5 m. dengan dasar ini Peck dkk (1953)
menyarankan persamaan daya dukung dijinkan (qa) untuk pondasi rakit yang lebar,
sebagai berikut :

(5.1)
Dimnana :
N = jumlah pukulan dalam pengujian SPT.

Nilai qa yang diperoleh pada persamaan (5.1) dapat agak ditambah bila terdapat lapisan
batu kurang dari 0,5 lebar pondasi rakit. Sebaiknya nilai q a harus dibagi 2 jika muka air
tanah pada dasar pondasi atau lebih tinggi lagi. Untuk muka air tanah terletak ditengah-
tengah antara dasar pondasi dan B dibawah dasar pondasi,dapat dilakukan reduksi q a
antara 0 sampai 50 %. Perlu diperhatikan nilai N yang digunakan harus dikoreksi
terhadap faktor pasir halus yang terletak dibawah muka air tanah dan faktor tekanan
overburden efektif. Jika N < 5, pasir sangat tidak padat. Oleh karena itu, tidak baik
untuk mendukung pondasi rakit. Jika pada tanah tersebut akan diletakkan pondasi rakit,
tanahnya harus dipadatkan lebih dulu hingga nilai N mencapai 10 atau digunakan
pondasi tiang.

(b). Pondasi Rakit Pada Tanah Lempung.


Hitungan daya dukung ultimit pondasi rakit pada tanah lempung jenuh homogen
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.32). Bila tanah lempungnya
berlapis, dapat digunakan persamaan-persamaan daya dukung untuk tanah berlapis yang
telah dipelajari pada bab II. Menurut persamaan (2.32) beban pondasi yang dapat
mengakibatkan keruntuhan tanah tak bergantung pada lebar pondasi rakit, pada
penambahan kedalaman daya dukung ultimit bertambah oleh akibat beban terbagi rata
. Untuk mengurangi takanan akibat berat bangunan pada tanah, lebar
pondasi harus ditambah, karena penambahan lebar pondasi tidak mungkin karena

V-2
terbatasnya luas tanah untuk bangunan, maka bila pondasi rakit terletak pada tanah
lempung yang lunak, untuk mengurangi tekanan tanah yang besar pada tanah dasar
pondasi, pondasi harus diperdalam. Untuk ini dapat dipakai jenis pondasi mengapung
(floating foundation)

5.4. PENURUNAN.
Walaupun hal-hal yang mempengaruhi keamanan pondasi rakit dan pondasi telapak
sama. Tetapi karakter penurunan kedua pondasi berbeda, perbedaannya diperlihatkan
pada gamabar 5.1.

Gambar 5.1. Perbedaaan Distribusi Tekanan Antara Pondasi Telapak Dan


Pondasi Rakit Pada Tanah Dibawahnya :
(a). Sekelompok Pondasi Telapak
(b). Pondasi Rakit

Zona tanah tertekan oleh pondasi rakit yang mengalami penurunan berkembang
kedalam tanah lebih besar dari pada pondasi telapak. Permukaan penurunan pondasi
rakit bila tanahnya kohesif dan homogen akan berupa cekungan dengan nilai penurunan
maksimum pada bagian tengan rakit pondasinya. Sedang pada pondasi telapak,
penurunan yang terjadi relatif seragam dan besarnya penurunan kurang dari penurunan
pondasi rakit, pada tekanan pondasi persatuan luas yang sama.

V-3
(a). Pondasi Rakit Pada Tanah Pasir.
Karena dimensi pondasi rakit yang besar, tekanan pondasi pada tanah pasir
dibawahnya terjadi pada zona yang relatif dalam. Oleh karena itu pengaruh adanya
lensa-lensa pasir yang tak padat yang tersebar secara acak pada lapisan pasir
diperkirakan mendekati sama pada seluruh bagian rakit. Pada tekanan yang sama,
penurunan tak seragam pondasi rakit akan lebih kecil dibandingkan dengan penurunan
pada pondasi telapak. Pengalaman menunjukkan bahwa pemberian tekanan pondasi
rakit 2x tekanan pondasi telapak, tidak mengakibatkan penurunan tak seragam yang
membahayakan. Pengalaman dan teori menunjukkan bahwa penurunan dari beban yang
uniform pada tanah pasir menghasilkan penurunan yang sama keseluruh luasan pondasi
asalkan dasar pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 2,5 m dari permukaan tanah.
Jika kedalaman pondasi rakit dangkal bagian terluar dari sisi pondasi akan turun lebih
besar dari pada bagian tengahnya. Jika qa didasarkan pada persamaan (5.1). dan jika N >
5, penurunan tak seragam diantara kolom-kolom yang berdekatan pada pondasi rakit
pada tanah pasir diperkirakan akan kurang dari ¾”, asalkan dasar pondasi terletak pada
kedalaman lebih dari 2,5 m (Terzaghi Dan Peck, 1948)
(b). Pondasi Rakit Pada Tanah Lempung
Jika pondasi terletak pada tanah lempung, tekanan pondasi maksimum yang dijinkan
harus memperhatikan pula persyaratan penurunan. Hitungan penurunan dapat
didasarkan pada anggapan bahwa lapisan lempung yang dibebani dalam kondisi ditahan
secara lateral. Dari hasil hitungannya untuk beban uniform, bentuk penurunan akan
berupa cekungan dengan nilai maksimum ditengah-tengah, karena tekanan konsolidasi
semakin ketepi semakin berkurang. Tetapi kemiringan permukaan penurunannya sangat
kecil sehingga perbedaan penurunan antar kolom sangat kecil dibanding dengan selisih
penurunan antara bagian paling tepi dan pusat pondasinya. Karena luas pondasi rakit
yang besar dan penurunan bertambah bila ukuran rakitnya bertambah, maka harus selalu
diketahui apakah besar penurunan masih dalam batas toleransi.
Perbedaan penurunan dari luasan yang tertutup oleh pondasi rakit, umumnya
menunjukkan variasi dari kompresibilitas tanah. Penurunannya yang tak seragam dari
pondasi rakit per inci dari penurunan maksimumnya tidak lebih dari 0,5x penurunan

V-4
pondasi telapak pada tekanan persatuan luas yang sama. Hal ini disebabkan oleh
distribusi acak dari zona mudah mampat dibawah pondasinya. (gambar 5.2)

Gambar 5.2. Penyebaran Lensa-Lensa Tanah Pasir Longgar


Dibawah Pondasi Bangunan Yang Sangat Lebar

Oleh karena itu jika penurunan tak seragam yang ditoleransikan pada pondasi telapak
adalah ¾”, tekanan tanah yang diijinkan pada pondasi rakit dapat dipilih sedemikian
rupa sehingga penurunan maksimumnya 2” (tidak 1” seperti pada pondasi telapak)
(Terzaghi dan Peck 1948).

5.5. PERENCANAAN.
Terdapat beberapa macam cara untuk merencanakan pondasi rakit. Salah satu
caranya adalah dengan menganggap rakit sebagai material yang sangat kaku dan
distribusi tekanan yang timbul akibat beban pondasinya dianggap linier dengan pusat
tekanan berimpit dengan resultan beban-bebannya.
Penentuan kedalaman pondasi dilakukan dengan coba-coba (gambar 5.3).
menunjukkan bangunan dengan memakai pondasi telapak dan pondasi rakit. Jika
digunakan pondasi telapak, kedalaman pondasi (Df) diukur dari permukaan dasar rakit
sebelah dalam sampai kedasar pondasi. Sedang bila dipakai pondasi rakit kedalaman
pondasi diukur dari permukaan tanah bagian luar sampai kedasar pondasinya. Sesudah
kedalaman ditentukan gaya-gaya yang bekerja pada rakitnya dihitung.

V-5
Beban-beban yang harus digunakan dalam hitungan tekanan tanah yang menekan
rakit pondasi (tekanan sentuh) yang harus dicek terhadap daya dukung yang diijinkan
(qa) adalah beban mati yang benar-benar aktif, dikurangi dengan beban terbagi rata
akibat berat tanah diatas dasar pondasi. Bila tekanan pada tanah akibat bebannya terlalu
tinggi, pondasi perlu diperdalam. Setelah kedalaman pondasi sudah ditentukan ,
dilakukan hitungan gaya-gaya yang bekerja pada pelat rakit pondasi.

Gambar 5.3. Kedalaman Dan Lebar Pondasi Untuk Pondasi Telapak Dan Pondasi
Rakit

Beban kolom dan beban dinding maksimum dihitung dengan memberikan reduksi pada
beban hidup yang disesuaikan dengan peraturan muatan . sesudah itu ditentukan letak
resultan beban-bebannya. Berat rakit pondasi dapat tidak dimasukkan dalam hitungan
struktur rakitnya, karena disetiap titik pada rakit didukung tanah secara langsung oleh
tanah bawahnya sehingga tak menimbulkan momen lentur.
Penyebaran tekanan pada dasar pondasi, dihitung dengan persamaan :

(5.2)
Dimana :
P= jumlah total beban pondasi
A = luas total rakit pondasi
x = koordinat pada sembarang titik pada rakit arah sumbu x yang dibuat lewat pusat
berat luasan pondasinya

V-6
y = koordinat pada sembarang titik pada rakit arah sumbu y yang dibuat lewat pusat
berat luasan pondasinya
Ix = momen inersia terhadap sumbu x
Iy = momen inersia terhadap sumbu y

Jika rakit berbentuk empat persegi panjang, maka persamaan (5.2) menjadi :

(5.3)
Dimana :
L = panjang rakit
B = lebar rakit
el = eksentrisitas resultan beban arah L
eb = eksentrisitas resultan beban arah B

Hitungan qmaks dapat dilakukan dengan menggunakan diagram pada gambar 3.3. Jika
pondasi terletak pada tanah lunak, beban eksentris dapat menyebabkan selisih
penulangan pada sudut-sudut luasan pondasinya. Tekanan vertikal pada sembarang
lapisan dibawah tiap-tiap sudut rakit tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan
lingkaran Newmark.
Contoh Penyelesaian Soal :
Bangunan bertingkat akan dirancang dengan menggunakan pondasi rakit ukuran 20 m x
20 m. takanan pada dasar pondasi bangunan total 11 t/m 2. Dasar pondasi pada
kedalaman 3m dan tanah dibawah dasar pondasi berupa lempung tidak homogen setebal
28,5 m yang terletak pada lapisan pasir berkerikil sangat padat. Variasi koefisien
perubahan volume mv tanah lempung menurut kedalamannya diperlihatkan pada tabel
berikut ini :
Variasi mv Menurut Kedalaman
Kedalaman
Mv (m2/t)
(m)
0 – 4,5 0,002
4,5 – 10,5 0,001

V-7
10,5 – 16,5 0,0005
16,5 – 22,5 0,0002
22,5 – 28,5 0,0001

Sudut gesek dalam u = 0 dan berat volume jenuh = 2 t/m 2, pada seluruh kedalaman
tanah lempung. Modulus elastis untuk kedalaman 3 – 4,5 m adalah E u = 400 t/m2,
sedang modulus elastis rata-rata pada kedalaman 4,5 m – 28,5 m adalah E u = 1000 t/m2.
Koefisien konsolidasi tanah lempung rata-rata C v = 18,25 m2/tahun, dan
koefisien tekanan pori A = 0,8. Muka air tanah pada kedalaman 3 m. selidiki apakah
kedalaman dan luas pondasi bangunan tersebut memenuhi syarat faktor aman terhadap
daya dukung dan penurunan toleransi.

Penyelesaian :

(a). Hitungan Daya Dukung.


Tekanan pondasi neto :
Qn = 11 – (3x2) = 5 t/m2.
Tanah dasar pondasi berupa lempung berlapis, dalam hal ini kohesi diperhatikan sampai
kedalaman B dibawah pondasi.
(1). Dari kedalaman 3 – 4,5 m, kohesi rata-rata :
C1 = (1/13) (5 + 7 + 6) = 6 t/m2.

V-8
(2). Dari kedalaman 4,5 m – 20 m, kohesi rata-rata :
C2 = (1/13) (14 + 11 + 10 + 12 + 14 + 10 + 13 + 11 + 13 + 11 + 10 + 12 +13) = 12 t/m2.
Pada hitungan daya dukung akan digunakan persamaan daya dukung tanah lempung
berlapis dari Vesic.

Daya dukung ultumit neto dengan persamaan (2.68) :

Dengan H adalah tebal lapisan lempung atas terletak dibawah dasar pondasi (dengan C 1
= 6 t/m2)
Dari tabel 2.10, diperoleh Nm = 7,6 (diinterpolasi atau dengan melihat gambar 2.19)
Daya dukung aman dengan F = 3 :

Pondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung.

(b). Hitungan Penurunan


(b.1). Penurunan Segera
Karena lempung jenuh,  = 0,5. Untuk ini dapat dipakai persamaan penurunan segera
rata-rata dari Janbu :

Pada persamaan tersebut q = qn = 5 t/m2


(1). Penurunan lapiasn lempung dari kedalaman 3 – 4,5 m (Eu = 400 t/m2)

V-9
Dari gambar dibawah ini, diperoleh :

(2). Penurunan Lapisan Lempung Pada Kedalaman 4,5 m – 28,5 m


Penurunan lempung setebal H2 = 28,5 – 3 = 25,5 m, bila dianggap lapisannya
mempunyai E = 1000 t.m2 :

Dari gambar dibawah ini, diperoleh :

Penurunan lempung setebal H1 = 4,5 – 3 = 1,5 m, bila dianggap lapisannya mempunyai


E = 1000 t.m2 :

Dari gambar dibawah ini, diperoleh :

Penurunan lapisan lempung sesungguhnya (dari kedalaman 4,5 – 28,5 m) dengan E =


1000 t/m2 :

Dengan memperhatikan koreksi kekakuan pondasi yang diambil sebesar 0,8 maka :

V -10
SI = 0,8 x 0 ,041 = 0,033 m = 33 mm
Kedalaman pondasi sangat kecil dibanding dengan lebarnya, maka atau tidak ada
reduksi penurunan segera.

(b.2). Penurunan Konsolidasi.


Penyebaran beban ketanah dibawah pondasi dipakai metode penyebaran beban 2V : 1H.
Untuk pondasi bujur sangkar :

Dengan qn = 5 t/m2 dan z = jarak tengah-tengah lapisan terhadap dasar pondasi,


Hitungan penurunan konsolidasi dilakukan dalam tabel. sebagai contoh pada lapisan 3 –
4,5 m :
(1). Tengah-tengah lapisan terletak pada kedalaman 3 + 0,75 = 3,75 m

(2).

(3).

V -11
Hitungan Penurunan Konsolidasi
Lapisan Kedalaman H mv
Z (m) Sc (m)
(m) (m) (t/m2) (m) (m2/t)
3 – 4,5 3,75 0,75 4,65 1,5 0,002 0,014
4,5 – 10,5 7,5 4,5 3,33 6 0,001 0,020
10,5 – 16,5 13,5 10,5 2,15 6 0,0005 0,0065
16,5 – 22,5 19,5 16,5 1,50 6 0,0002 0,0018
22,5 – 28,5 25,5 22,5 1,10 6 0,0001 0,0006

Penurunan konsolidasi :
Sc (oed) = 0,014 + 0,02 +0,0065 + 0,0018 +0,0006
Sc (oed) = 0,043 m

Koreksi penurunan bila koefisien tekanan pori A = 0,8 untuk pondasi bujur sangkar
dapat dilakukan sbb :
Diameter ekivalen pondasi bujur sangkar bila dianggap sebagai pondasi lingkaran :

Dari gambar dibawah ini diperoleh  = 0,83


Maka penurunan konsolidasi terkoreksi :
Sc =  x Sc (oed)
Sc = 0,83 x 0,043
Sc = 0,036 m
Sc = 36 mm

Penurunan lapisan pasir sangat padat dibawah lapisan lempung dapat diabaikan karena
sangat kecil

V -12
(b.3). Penurunan Akhir Total
Penurunan akhir total adalah jumlah dari penurunan segera dan penurunan konsolidasi,
maka :
S = S I + Sc
S = 33 +36 = 69 mm

Bila diinginkan untuk mengetahui kecepatan penurunannya dilakukan cara sebagai


berikut :
Beton bahan pondasi dianggap tidak kedap air, sehingga drainase terjadi pada arah atas
dan bawah, atau drainase dobel, jadi :

Untuk U = 90 % waktu penurunan konsolidasi yang dibutuhkan :

Pada waktu 7,5 tahun perkiraan penurunan total yang terjadi adalah :
V -13
Umumnya waktu awal terjadinya konsolidasi, yaitu t = 0, dianggap terjadi pada
pertengahan masa periode pembangunan.

(c). Kesimpulan
Bila penurunan akhir total S =69 mm ini dibandingkan dengan penurunan yang
diijinkan menurut Skempton dan McDonald (1955)

Tabel Batas Penurunan Maksimum (Skempton Dan MacDonald,1955)


Batas Penurunan Maksimum
Jenis Pondasi
(mm)
Pondasi terpisah pada tanah
65
lempung
Pondasi terpisah pada tanah
40
pasir
Pondasi rakit pada tanah
65 – 100
lempung
Pondasi rakit pada tanah pasir 40 - 65

Maka untuk pondasi rakit diatas tanah lempung penurunan maksimum diijinkan adalah
65 – 100 mm, maka pondasi rakit yang ditinjau dalam soal ini masih dalam batas-batas
toleransi. Karena dari tinjauan persyaratan faktor aman terhadap daya dukung dan
penurunan toleransi memenuhi, dimensi dan kedalaman pondasi yang direncanakan
memenuhi syarat

V -14

Anda mungkin juga menyukai