Anda di halaman 1dari 23

BALOK KOMPOSIT

Didalam praktek dilapangan, pada umumnya balok beton prategang ( precast ) dikombinasikan dengan plat
( konstruksi lantai ) yang dicor setempat, sehingga kombinasi plat dan balok merupakan suatu konstruksi
komposit.
Balok prategangnya pada umumnya berbentuk I. Setelah balok prategang dipasang pada posisinya, kemudian
form work untuk plat dipasang seperti pada gambar dibawah ini.
Setelah rangka dan papan formwork terpasang, kemudian penulangan plat lantai dipasang sesuai gambar
perencanaan. Setelah penulangan selesai dipasang baru pengecoran lantai dilaksanakan. Didalam skesa
gambar diatas tidak diperlukan perancah ( penopang ) untuk memikul pelat lantai yang akan dicor, tetapi
memanfaatkan balok prategang yang telah dipasang lebih dahulu untuk menopang formwork. Untuk
menahan geseran horizontal antara balok prategang dan pelat beton pada balok prategang dipasang stek-stek
yang akan berfungsi sebagai shear connector.
Pada gambar diatas, formwork dan balok prategang precast disangga oleh tiang-tiang perancah untuk
pelaksanaan pengecoran plat lantai. Perancah dan formwork baru dibongkar setelah pelat beton cukup
kuat untuk memikul beban.
Pada kedua methode diatas perlakuan beban pada balok prategang precast sangat berbeda, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Methode tanpa perancah :


1. Pada saat transfer gaya prategang : Konstruksi belum berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok ( g )
b. Gaya prategang awal ( Pi )

2. Pada saat pengecoran plat sampai curing : Konstruksi belum berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok ( g )
b. Berat sendiri plat cor setempat ( gc )
c. Berat formwork ( gfw )
d. Gaya prategang efektif ( PE )
e. Beban-beban lain ( beban konstruksi ) yang di perkirakan terjadi
pada saat pelaksanaan pengecoran ( gk )
3. Pada saat layan : Konstruksi berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok ( g )
b. Berat sendiri plat cor setempat ( gc )
c. Beban finishing seperti keramik ( gedung ), lapisan perkerasan
asphalt ( untuk jembatan ).
d. Beban hidup ( gL ).

Catatan :
Tegangan-tegangan yang diperhitungkan sebagai balok komposit hanya akibat : Beban mati tambahan
seperti finishing dan Beban Hidup

Methode dengan perancah :


1. Pada saat transfer gaya prategang : Konstruksi belum berlaku sebagai komposit
Tegangan yang terjadi akibat : a. Berat sendiri balok ( g ).
b. Gaya prategang awal ( Pi)

2. Pada saat pengecoran plat sampai curing :


Konstruksi belum berlaku sebagai komposit karena disangga perancah, sehingga praktis balok tidak
memikul beban.
Sama seperti diatas, pada tahap 1 dan 2 konstruksi belum bersifat sebagai komposit.
3. Pada saat layan : Konstruksi bersifat komposit
Tegangan yang terjadi akibat : a. Berat sendiri balok ( g ).
b. Berat pelat beton ( gc ).
c. Beban mati tambahan seperti finishing ( gfs )
d. Gaya prategang efektif ( PE).
e. Beban hidup ( gL ).
Catatan :
Tegangan-tegangan yang diperhitungkan sebagai balok komposit adalah akibat :
Berat plat cor setempat, Beban mati tambahan ( finishing ) dan Beban Hidup.

Pada saat bekerja sebagai balok komposit ( composite action ) lebar flens ( pelat ) efektif dapat ditentukan
sebagai berikut :
Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2013 :

Properti Penampang Komposite :


Balok prategang komposit diasumsikan elastis pada beban kerja, sehingga akibat momen lentur distribusi
regangannya linear sepanjang penampang. Karena disini ada 2 ( dua ) macam material yang berbeda yang
disatukan yang mempunyai harga modulus elastisitas yang berbeda, maka tegangan yang berbeda akan terjadi
pada regangan yang sama. Untuk mengatasi perbedaan ini, salah satu elemen ditransformasikan kedalam
elemen fiktif yang mempunyai harga modulus elastisitas yang sama.
Seperti gambar diatas untuk balok tengah, pelat dengan tebal tf dan lebar BE ditransformasikan menjadi
penampang ekuivalen dengan tebal/tinggi tf dan lebar transformasi BTR, dimana :
Contoh Soal 15
Suatu konstruksi jembatan komposit diatas 2 tumpuan ( simple beam ) dengan bentangan L = 25 m,
dan jarak antara balok induk B = 1,85 m seperti gambar dibawah .
Mutu Beton : Balok Prategang Precast K 450
Pelat dan diafragma yang dicor setempat K 225
Baja Prategang : ASTM A 416 Grade 270
Kehilangan gaya prategang total 15 %
Pembebanan : SNI 1725 – 2016 ( Standard Pembebanan untuk Jembatan ).

Rencanakan : Balok Jembatan tersebut dan tentukan posisi serta kabel prategangnya untuk ditengah-tengah
bentang, jika pada saat pelaksanaan pengecoran pelat lantai jembatan tidak dipergunakan perancah
untuk penyokong (unpropped).
Penyelesaian :
Estimasi penampang
Perhitungan Berat Sendiri pada saat layan :
• Berat balok : 0,317 x 1,00 x 2.500 = 792 kg/m’
• Berat pelat : 1,85 x 0,20 x 1,00 x 2.400 = 888 kg/m’
• Berat aspal : 0,075 x 1,85 x 1,00 x 2.240 = 311 kg/m’
gD = 1.991 kg/m’

Dimensi diafragma ( diestimasi ) = 30 x 102,50 cm


Panjang diafragma : l = 1,85 – 0,17 = 1,68 m
Berat diafragma : PD = 0,30 x 1,025 x 1,68 x 2.400 = 1.239,84 kg
Berat volume kayu : γ = 750 kg/m3

Berat setiap rangka : 2 x 0,06 x 0,12 x 1,50 x 750 = 16,20 kg


2 x 0,06 x 0,12 x 1,68 x 750 = 7,34 kg
2 x 0,06 x 0,12 x 1,00 x 750 = 10,80 kg
1 x 0,06 x 0,12 x 1,90 x 750 = 10,26 kg
Total ……. = 44,60 kg

Anda mungkin juga menyukai