Anda di halaman 1dari 3

Adicita Rancang Ruang

Haikal Tenrigangka 16512086

Judul : 1. Analisis Desain Landscape Tempat Wisata Dengan Metode


Penilaian Walkability

Ruang lingkup/topik bahasan:


Pendekatan konsep walkability pada sebuah kawasan wisata, apakah
area wisata tersebut sudah menerapkan konsep walkability dengan baik.

Abstraksi latar belakang:

Berjalan kaki dianggap sebagai kegiatan yang rekreatif karena selain


menyenangkan juga efisien dan tidak menimbulkan polusi. Pada umumnya
berjalan kaki dilakukan oleh wisatawan terutama pada tempat yang baru mereka
kunjungi. Namun fasilitas pejalan kaki di Indonesia masih minim dalam hal
kualitas dan kuantitas serta diperburuk dengan perawatan yang tidak memadai.
Buruknya kualitas fasilitas berjalan kaki tersebut menjadikan masyarakat
Indonesia lebih memilih untuk menggunakan kendaraan saat mencapai tujuan
yang hanya berjarak 300 m. Ketiadaan maupun buruknya kualitas fasilitas
pejalan kaki juga berdampak pada rendahnya minat pengunjung untuk berjalan
kaki yang pada akhirnya berkontribusi pada sepinya landscape pada tempat
wisata.
Salah satu hal yang perlu disiapkan untuk mengatasi masalah buruknya
kualitas fasilitas pejalan kaki adalah penyediaan fasilitas pejalan kaki yang dapat
menarik minat pengunjung. Fasilitas yang baik perlu didukung dengan panduan
pembangunan maupun panduan penilaian. Salah satu panduan yang perlu
digunakan untuk mendukung peningkatan kualitas fasilitas pejalan kaki adalah
penerapan konsep walkability. Walkability sendiri pada dasarnya merupakan
indikator mengenai kelayakan suatu kawasan bagi pejalan kaki, dengan harapan
meningkatkan kegiatan berjalan kaki masyarakat di kawasan tersebut (Nyagah,
2015). Litman (2014) mengemukakan bahwa dengan meningkatkan walkability
dan kegiatan berjalan kaki di suatu kawasan maka akan menghasilkan manfaat
yang signifikan bagi masyarakat di kawasan tersebut. Persoalan walkability di
Indonesia menjadi krusial, karena regulasi terkait pejalan kaki di Indonesia yang
memiliki fokus pada aspek fasilitas pejalan kaki dan bukan mengenai
keseluruhan kawasan yang dilalui serta keseluruhan pengalaman yang dialami
pejalan kaki yang dapat mendorong orang untuk berjalan kaki sebagai moda
sehari-hari. Regulasi tersebut tercantum di UU No 22 Tahun 2009 dan Peraturan
Menteri PU No. 03/Prt/M/2014.

Judul : 2. Analisis Kampung Beting Dengan Pendekatan Semiotika

Ruang lingkup/topik bahasan:


Pendekatan konsep semiotika arsitketur pada kampung beting,

Abstraksi latar belakang:

Arsitektur merupakan wujud kebudayaaan dari hasil adaptasi


manusia dengan lingkunganya sebagai hasil dari belajar dan beradaptasi.
Kebudayaan terus berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.
Kebudayaan yang berkembang tersebut menjadi tradisi. Kebudayaan
yang mentradisi tersebut menjadi karakter yang kuat dalam suatu
masyarakat pada tempat tertentu. Salah satunya pada akan terlihat pada
artefak berupa elemen arsitektur secara fisik dari masyarakat tersebut.
Baik berupa lingkungan permukiman, kelompok rumah hingga elemen
bangunan rumah tinggalnya.
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
sebagian besar pulaunya dilalui jalur sungai dan ribuan anak sungai.
Keadan geografis ini menjadikan pemukiman di Kota Pontianak memiliki
ciri yangk has karena merupakan pemukiman yang berbatasan langsung
dengan sungai. Mengenai sejarah dan kebudayaan arsitektur
pemukiman di Kota Pontianak. Kampung Beting merupakan kampung
yang menjadi awal mula kota Pontianak. Kampung ini terletak di daratan
yang menjadi pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Namun di
era modern ini mengakibatkan karakter kawasan hilang. Hubungan
antara kampung dan kota semakin kompleks. Mereka terpisah, tetapi
sekaligus terhubung. Mereka berjarak tetapi, tetapi sekaligus dekat.
Terjadi karena manfistasi kota atas kampung, dalam konteks ini dapat
dilihat dari bagaimana kampung menjadi kebutuhan liburan warga kota,
supermarket atau minimarket yang berekspansi ke kampung,
merupakan bentuk manifestasi kehidupan perkotaan.
Penelitian ini berfokus pada makna Kampung Beting, bagaimana
kode teknis, sintaksis, dan semiotik arsitektur membentuk makna,
serta mengartikulasi modern melalui kode-kode arsitektur tersebut.

Anda mungkin juga menyukai