Judul : 1. Analisis Desain Landscape Tempat Wisata Dengan Metode
Penilaian Walkability
Ruang lingkup/topik bahasan:
Pendekatan konsep walkability pada sebuah kawasan wisata, apakah area wisata tersebut sudah menerapkan konsep walkability dengan baik.
Abstraksi latar belakang:
Berjalan kaki dianggap sebagai kegiatan yang rekreatif karena selain
menyenangkan juga efisien dan tidak menimbulkan polusi. Pada umumnya berjalan kaki dilakukan oleh wisatawan terutama pada tempat yang baru mereka kunjungi. Namun fasilitas pejalan kaki di Indonesia masih minim dalam hal kualitas dan kuantitas serta diperburuk dengan perawatan yang tidak memadai. Buruknya kualitas fasilitas berjalan kaki tersebut menjadikan masyarakat Indonesia lebih memilih untuk menggunakan kendaraan saat mencapai tujuan yang hanya berjarak 300 m. Ketiadaan maupun buruknya kualitas fasilitas pejalan kaki juga berdampak pada rendahnya minat pengunjung untuk berjalan kaki yang pada akhirnya berkontribusi pada sepinya landscape pada tempat wisata. Salah satu hal yang perlu disiapkan untuk mengatasi masalah buruknya kualitas fasilitas pejalan kaki adalah penyediaan fasilitas pejalan kaki yang dapat menarik minat pengunjung. Fasilitas yang baik perlu didukung dengan panduan pembangunan maupun panduan penilaian. Salah satu panduan yang perlu digunakan untuk mendukung peningkatan kualitas fasilitas pejalan kaki adalah penerapan konsep walkability. Walkability sendiri pada dasarnya merupakan indikator mengenai kelayakan suatu kawasan bagi pejalan kaki, dengan harapan meningkatkan kegiatan berjalan kaki masyarakat di kawasan tersebut (Nyagah, 2015). Litman (2014) mengemukakan bahwa dengan meningkatkan walkability dan kegiatan berjalan kaki di suatu kawasan maka akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi masyarakat di kawasan tersebut. Persoalan walkability di Indonesia menjadi krusial, karena regulasi terkait pejalan kaki di Indonesia yang memiliki fokus pada aspek fasilitas pejalan kaki dan bukan mengenai keseluruhan kawasan yang dilalui serta keseluruhan pengalaman yang dialami pejalan kaki yang dapat mendorong orang untuk berjalan kaki sebagai moda sehari-hari. Regulasi tersebut tercantum di UU No 22 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri PU No. 03/Prt/M/2014.
Judul : 2. Analisis Kampung Beting Dengan Pendekatan Semiotika
Ruang lingkup/topik bahasan:
Pendekatan konsep semiotika arsitketur pada kampung beting,
Abstraksi latar belakang:
Arsitektur merupakan wujud kebudayaaan dari hasil adaptasi
manusia dengan lingkunganya sebagai hasil dari belajar dan beradaptasi. Kebudayaan terus berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman. Kebudayaan yang berkembang tersebut menjadi tradisi. Kebudayaan yang mentradisi tersebut menjadi karakter yang kuat dalam suatu masyarakat pada tempat tertentu. Salah satunya pada akan terlihat pada artefak berupa elemen arsitektur secara fisik dari masyarakat tersebut. Baik berupa lingkungan permukiman, kelompok rumah hingga elemen bangunan rumah tinggalnya. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian besar pulaunya dilalui jalur sungai dan ribuan anak sungai. Keadan geografis ini menjadikan pemukiman di Kota Pontianak memiliki ciri yangk has karena merupakan pemukiman yang berbatasan langsung dengan sungai. Mengenai sejarah dan kebudayaan arsitektur pemukiman di Kota Pontianak. Kampung Beting merupakan kampung yang menjadi awal mula kota Pontianak. Kampung ini terletak di daratan yang menjadi pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Namun di era modern ini mengakibatkan karakter kawasan hilang. Hubungan antara kampung dan kota semakin kompleks. Mereka terpisah, tetapi sekaligus terhubung. Mereka berjarak tetapi, tetapi sekaligus dekat. Terjadi karena manfistasi kota atas kampung, dalam konteks ini dapat dilihat dari bagaimana kampung menjadi kebutuhan liburan warga kota, supermarket atau minimarket yang berekspansi ke kampung, merupakan bentuk manifestasi kehidupan perkotaan. Penelitian ini berfokus pada makna Kampung Beting, bagaimana kode teknis, sintaksis, dan semiotik arsitektur membentuk makna, serta mengartikulasi modern melalui kode-kode arsitektur tersebut.