1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan di Indonesia, khususnya di beberapa wilayah perkotaan tertentu,
telah berjalan berabad-abad dengan hasil yang umumnya belum memuaskan.
Kota-kota yang telah memiliki rencana tata ruang kota sebagai pedoman dan
arahan pembangunan sebagian besar belum menunjukkan hasil sesuai dengan
tujuan dan arahan yang ditetapkan. Melihat upaya-upaya yang perlu dilakukan
oleh Pemerintah Daerah, terutama dalam mendapatkan keabsahan hukum
tindakan yang dilakukan untuk melindungi kepentingan umum, rencana tata ruang
kota dengan dasar hukum yang sah sangat diperlukan. Yang selanjutnya harus
dipikirkan adalah bagaimana melaksanakan rencana tata ruang wilayah kota
tersebut dengan efektif agar mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
PENDAHULUAN I-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Nasional dan Provinsi tidak lagi bersifat top-down, tetapi perlu didasarkan pada
kesepakatan dengan Provinsi dan Daerah terkait.
PENDAHULUAN I-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
ruang diatasnya dan ruang di bawahnya (ruang di dalam bumi), serta menjadi
pedoman dan arahan dalam pengendalian pelaksanaan pembangunan.
Kota Pontianak beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Perkembangan dimaksud bukan saja terjadi dalam aspek ekonomi
ataupun sosial, tetapi juga dalam aspek pemanfaatan ruang kota. Pertumbuhan
sosial, ekonomi dan pemanfaatan ruang yang pesat tersebut menyebabkan
pengendalian perkembangan kota menjadi semakin sulit sehingga banyak terjadi
ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil evaluasi RTRW 2002-2012, secara umum
disimpulkan masih terdapat banyak permasalahan yang belum terliput dan banyak
penyimpangan antara rencana dan fakta yang ditemukan di lapangan.
Sementara Itu, Tujuan dan Stratagi penataan ruang juga perlu disesuaikan dengan
Visi Kota Pontinak ke depan yaitu “ Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan
Lingkungan Terdepan Di Kalimantan Tahun 2025”. Visi ini mengandung
persyaratan penataan ruang yang sangat kental dengan kota yang maju dengan
tetap berpedoman pada keseimbangan lingkungan. Oleh sebab itu penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak merupakan langkah yang sangat
strategis dalam mewujudkan visi sekaligus memberikan arahan pemanfaatan ruang
yang lebih layak huni dan nyaman.
Dalam konteks pembangunan spasial, pemerintah Kota Pontianak saat ini masih
mengacu pada Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4/2002 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak 2002-2012. Sejalan dengan berlakunya
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Perda
RTRW Kota Pontianak tersebut harus disesuaikan sebagaimana ketentuan-
ketentuan yang ada dalam Undang-undang Penataan Ruang tersebut dan aturan
turunannya. Dalam perjalanannya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak telah mendapatkan
tekanan-tekanan yang cukup berat, kurangnya pengendalian pemanfaatan ruang
dan belum kuatnya regulasi pendukung pengembangan Kawasan Pontianak
membuat Perda ini tidak begitu berjalan sebagaimana mestinya.
PENDAHULUAN I-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
kota dalam jangka panjang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17
Tahun 2009 tentang Penyusunan Rencana Tata ruang wilayah kota.
PENDAHULUAN I-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
UU Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
UU Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
UU Republik Indonesia No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
UU Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya
Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-poko Agraria
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 tahun 2009 tentang Kawasan
Industri
Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 Tentang
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2006 Tentang
Kepelabuhan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Ketelitian Peta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 pasal 47
Tantang Penetapan bangunan Tower
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2002 tentang Hutan
Kota.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan bagi Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
Keputusan Presiden No 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi
Kawasan Industri
PENDAHULUAN I-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung;
Permen PU No. 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota
Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia No.02
Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembangunan Dan Penggunaan Menara
Bersama Telekomunikasi.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Penetapan
Batas Wilayah Kota Seluruh Indonesia;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan
Permendagri No. 7 Tahun 1986;
Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri nomor : 9/8 tahun
2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat.
Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 mengenai Tata cara teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan
PENDAHULUAN I-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Sumber : Hasil Sensus Tahun 1990, 2000 dan 2010 dan kecamatan dalam angka
tahun 2006
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Pontianak pada tahun 2010 yang sekitar 5.104
jiwa/Km2. Dengan kata lain, kepadatan penduduk Kota Pontianak periode 2000-
2008 meningkat dari 4.837 jiwa/Km 2 menjadi 5.104 jiwa/Km 2 atau meningkat
sebesar 5,51 persen. Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Pontianak Timur yaitu 8.886 jiwa/Km 2. Dan
Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pontianak
Utara.
Tabel 1.3. Kepadatan Penduduk Kota Pontianak (Jiwa/Km2) Tahun 2010
c. Pertumbuhan Penduduk
PENDAHULUAN I-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Pertumbuhan penduduk Kota Pontianak sepuluh tahun terakhir Tahun 1999-2008
rata-rata sebesar 0,74 % dengan pertumbuhan terbesar terdapat di Kecamatan
Pontianak Kota dan terkecil di Kecamatan Pontianak Tenggara sebagai kecamatan
baru.
Tabel 1.4. Pertumbuhan Penduduk Kota Pontianak (%) Tahun 1990-2010
Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa angka angkatan kerja yang bekerja dari tahun
2006 sampai tahun 2008 terus meningkat, tapi prosentasenya masih cukup jauh
jika dibandingkan dengan tahun 2004 dimana persentase yang bekerja sebesar
96,09 % dari jumlah angkatan kerja yang ada. Hal ini berbanding terbalik terhadap
persentase angkatan kerja terhadap jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang mana
rata-rata tahunannya terus meningkat.
Tabel 1.5. Penduduk Berumur 10 atau 15 Tahun Keatas
Menurut Jenis Kegiatan di Kota Pontianak Tahun 2004-2008
PENDAHULUAN I-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kegiatan atau mata pencaharian
terbesar penduduk Kota Pontianak adalah di sektor perdagangan yaitu sebesar
35,82 % diikuti dengan sektor jasa sebsar 32,71 %. Ini menandakan bahwa Kota
Pontianak sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang berperanan besar di Wilayah
Kalimantan Barat dan sekitarnya.
Sebagai wilayah Urban dengan tingkat migrasi yang tinggi Kota Pontianak menjadi
tujuan utama untuk mencari lapangan pekerjaan dari berbagai tingkat pendidikan.
Dari berbagai tingkat pendidikan jumlah pencari kerja terbesar adalah tinkatan
Sarjana (S1 dan S2), hal ini di karenakan sebagian besar perguruan tinggi berada
di Kota Pontianak dan ini juga menunjukkan bahwa kualifikasi lowongan pekerjaan
yang ada semakin meningkat.
Tabel 1.7. Penduduk Berumur 10 atau 15 Tahun ke atas yang bekerja
Menurut Pendidikan yang ditamatkan di Kota Pontianak
Tabel 1.8. Jumlah Pencari Kerja menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan
Kota Pontianak Tahun 2008
PENDAHULUAN I-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Tabel 1.9
Jumlah penduduk Menurut Agama yang dianut Tahun 2008
Dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut, dapat dilihat
dominasi penduduk serta distribusi fasilitas peribadatan. Penduduk agama islam
sebagai masyarakat mayoritas ditunjukkan dengan distribusi fasilitas peribadatan
sebagai berikut:
Tabel 1.10
Jumlah Fasilitas Peribadatan Menurut Agama yang dianut Tahun 2008
PENDAHULUAN I - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Secara Geografis Wilayah Kota Pontianak yang berada di Pulau Kalimantan tidak
dilalui dengan jalur gunung berapi aktif seperti kota-kota di hampir sebagian besar
pulau selain Kalimantan. Tetapi karena kondisi permukaan lahan yang rendah
serta dilalui oleh beberapa sungai besar, Kota Pontianak sangat dipengaruhi
dengan arus pasang surut air sungai. Maka tidak jarang Kota Pontianak sering
tergenang saat intensitas hujan meningkat apalagi jika bersamaan dengan pasang
air sungai. Peristiwa alam lainnya yang pernah terjadi di Kota Pontianak adalah
Badai Angin Puting Beliung dan Kabut Asap akibat kebakaran hutan.
a. Banjir
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta (2004) Banjir adalah
aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.
Dan air itu mengalir keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau
salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Secara geografis Kota Pontianak
dilalui oleh Sungai Kapuas serta topografinya yang sebagian besar wilayahnya
merupakan lahan yang datar dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Terdapat
beberapa lokasi dengan potensi genangan yang cukup luas antara lain:
• Parit Tokaya dan Sekitarnya : Kawasan Masjid Raya Mujahidin, Jalan
KS. Tubun, Sutoyo, Suprapto dan Ahmad Yani
• Sungai Bangkong : jl. Alianyang dan Sekitarnya dan jalan Putri
Daranante
• Wilayah Parit Bentasan Sekitar Sungai Malaya
• Wilayah sekitar Jeruju sampai Jl. Karet
• Wilayah Batu Layang
• Sebagian Besar wilayah Pontianak Timur yaitu Sekitar jalan Panglima
Aim
• Wilayah sekitar Parit H. Husin I dan Sungai Raya Dalam
PENDAHULUAN I - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
• Kurangnya jalan paralel dengan parit dan Sungai
• Penyempitan jembatan di jalan Ahmad Yani, Tanjungpura dan Imam Bonjol
• Banyaknya bangunan di atas parit
• Kondisi permukaan wilayah kota berada pada permukaan yang rendah, dan
jika permukaan air pasang tertingginya minus 40 sentimeter
PENDAHULUAN I - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
kota Khatulistiwa. Potensi ini dapat dikembangkan untuk pengembangan wilayah
Kota Pontianak diantaranya:
a. Wilayah Sungai dan Parit
Kota Pontianak mempunyai sungai-sungai dan parit yang berjumlah 42
sungai/parit. Parit-parit yang cukup banyak tersebut menyebar secara merata
hampir di seluruh pelosok kota sehingga dikenal pula dengan julukan Kota Seribu
Parit. Pemerintah Belanda membangun parit-parit, untuk mengatasi kondisi alam
Pontianak yang berawa. Sungai dan parit tersebut dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat Kota Pontianak untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang
sarana transportasi.
Sungai dan sejumlah parit Kota Pontianak yang sangat berkaitan dalam satu
kesatuan system hidrologi. Wilayah perkotaan dipengaruhi oleh pasang surut air
Sungai, sehingga jika pasang bersamaan dengan intensitas hujan yang tinggi
sering kali menimbulkan banjir. Data sebaran sungai dan parit di Kota Pontianak
dapat dilihat pada tabel 1.11.
PENDAHULUAN I - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
b. Kawasan Wisata
Sebagai kota yang terbuka dengan kota-kota lain serta merupakan pusat kegiatan
pemerintahan, swasta, dan sosial budaya sehingga menjadikan kota ini tempat
pendatang dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya sehingga lebih
heterogen. Sebagai Ibukota Provinsi, tentunya Kota Pontianak juga menjadi pusat
kegiatan kebudayaan. Event/peristiwa budaya yang dapat menarik wisatawan
manca negara maupun wisatawan nusantara dan diadakan secara berkala di Kota
Pontianak seperti sebagai berikut :
1. Peristiwa Budaya yang setiap tahun diadakan di Kota Pontianak beriring
dengan Hari Ulang Tahun Pemerintah Kota Pontianak jatuh pada tanggal
23 Oktober kemudian Hari Ulang Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat. Pada acara/event ini ditampilkan tari-tarian, permainan rakyat, kerajinan
rakyat yang berkembang di daerah Kalimantan Barat. Event-event tersebut
diatas merupakan rangkaian peristiwa yang menjadi daya tarik wisatawan
manca negara dan wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Kota Pontianak.
2. Festival Budaya Bumi Khatulistiwa : Diselenggarakan setiap 2 (dua)
tahun dimulai tahun 1991, tahun 1993, tahun 1995 dan tahun 1997. Festival
ini dipusatkan di Kota Pontianak dengan mengundang daerah-daerah lain di
Pulau Kalimantan serta daerah-daerah di Pulau Sumatera diselenggarakan
pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 25 Maret pada tahun
penyelenggaraannya. Dan pada festival ini dirangkaikan dengan peristiwa
alam yang tejadi di Kota Pontianak yaitu kulminasi matahari.
3. Lomba Dayung Hias dan tradisional : Pertama kali diadakan pada
tanggal 22 Maret 1997 dengan memperlombakan sampan-sampan tradisional
yang dihiasi ornamen-ornamen budaya masing- masing daerah.
4. Gawai Dayak : Diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 20 Mei sampai
dengan tanggal 25 Mei di Rumah Panjang Jalan Sutoyo Pontianak, event ini
PENDAHULUAN I - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
diselenggarakan untuk menumbuh kembangkan budaya suku Dayak yang
masih berkembang seperti budaya seni, budaya sosial sebagai penduduk asli
Kalimantan Barat.
5. Naik Dango : Naik Dango merupakan acara adat yang diselenggarakan
oleh masyarakat etnis Dayak yang biasa diselenggarakan pada Rumah
Betang di Jalan Letjen Sutoyo Pontianak.
6. Meriam Karbit/Keriang Bandong: Festival Meriam Karbit biasanya
diselenggarakan pada bulan Puasa (Ramadhan) menjelang Hari Raya
Lebaran (Idul Fitri) dimana masyarakat yang berada di sisi Sungai Kapuas
saling berhadapan dan membunyikan meriam karbit yang saling bersahutan.
Perayaan ini dijadikan Festival Meriam Karbit kemudian dilanjutkan dengan
Festival Keriang Bandong. Perayaan ini diselenggarakan oleh masyarakat
dengan memasang lampu minyak tanah dengan asesoriesnya sehingga
kelihatan menarik. Setiap rumah di pinggir Sungai Kapuas memasang lampu
berwarna- warni yang dirangkaikan menjadi bentuk-bentuk yang menarik.
7. Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa yang terjadi 2 kali dalam
setahun yaitu bulan maret dan September
8. Cap Go Meh/Barongsai: Cap Go Meh adalah perayaan yang
diselenggarakan oleh masyarakat etnis China (Tionghoa) dengan
menampilkan barongsai/naga. Penyelenggaraan jatuh pada 15 hari setelah
Tahun Baru masyarakat China (Tionghoa).
9. Festival Kue Tradisional: Festival ini diselenggarakan pada bulan Juni
pada setiap bulan dengan menampilkan kue-kue tradisional masyarakat
Kalimantan Barat umumnya dan khususnya Pontianak.
Sebagai Kota yang mana cikal bakalnya dari sebuah kota kerajaan perlu
melestarikan identitas lokal dengan konservasi dan preservasi bangunan
bersejarah dan lingkungannya maupun menuangkannya dalam desain bangunan-
bangunan baru penunjang kawasan. Mulai bergesernya identitas kota dengan
dibangunnya bangunan-bangunan megah dan mewah bernuansa modern
menyebabkan mulai mengeser eksistensi bangunan tradisional kerajaan sehingga
identitas lokal dirasa semakin berkurang. Beberapa kondisi situs budaya dan
daerah tujuan wisata di Kota Pontianak dapat dilihat pada tabel 1.12.
Tabel 1.12
Potensi Wisata di Kota Pontianak
N Gambar Uraian
o
1 Makam batu layang biasa di sebut dengan Taman
Makam dari Kerajaan Pontianak, mulai dari Raja
pertama (Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie)
hingga raja terakhir (Sultan Hamid II) serta
PENDAHULUAN I - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Alun-alun Kapuas
3 Sekitar lima kilometer sebelah utara dari pusat
Kota Pontianak, dapat ditemukan sebuah tanda
garis Khatulistiwa yang membagi bumi menjadi
dua bagian yang ditanda dengan tugu
Khatulistiwa. Kejadian alam yang unik dimana
posisi titik perpotongan antara pusat matahari
dengan garis Khatulistiwa disebut kulminasi, terjadi
pada setiap tanggal 21-23 Maret dan September
menjelang tengah hari. Pada saat itu semua benda
yang berada disekitar tugu tidak memiliki
bayangan. Puncak peristiwa kulminasi matahari ini
dapat disaksikan hanya sekitar 5-10 menit.
Sembari menunggu peristiwa kulminasi, di
Tugu Khatulistiwa kawasan tugu khatulistiwa Pontianak diadakan
serangkaian acara kesenian tradisional yang
dihadiri oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara.
PENDAHULUAN I - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
peninggalan masa kesultanan Pontianak.
Lokasinya berada di pinggiran sungai yang indah
dan masih asli, walaupun struktur dari masjid Jami’
tersebut telah mengalami rekonstruksi. Setiap
jum’at siang, kayu belian yang masih ada di dalam
masjid turut bergema oleh suara adzan. Selama
hari raya islam, masjid ini menjadi pusat beribadah
bagi masyarakat dan warga sekitar yang
memperingatinya. Masjid Jami’ dapat di jangkau
Masjid Jami dengan menggunakan sampan dari pelabuhan
Seng Hie atau dengan mobil melewati jembatan
kapuas.
Sumber : Hasil Analisis
PENDAHULUAN I - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2004-2008
Gambar 1.1
Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pontianak Tahun 2004 - 2008
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor dengan hasil PDRB terbesar dibandingkan dengan
sektor lainnya. Untuk perkembangannya pertahun rata-rata mengalami
PENDAHULUAN I - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
peningkatan. Hanya sektor pengangkutan dan komunikasi yang mengalami
penurunan. Jika dibandingkan dengan PDRB Provinsi sektor perdagangan, hotel
dan restoran juga menjadi sektor yang dominan ditunjukkan dengan Nilai LQ yang
mencapai 5,28 lihat tabel 1.15.
TABEL 1.15
Perbandingan PDRB Regional Provinsi Dan Kota Pontianak
Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2004 dan 2008 (jutaan rupiah)
Tabel 1.16. Produk Domestik Regioanal Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Kabupaten/Kota (juta rupiah) Tahun 2004-2008
PENDAHULUAN I - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Pontianak, dapat
disimpulkan bahwa dalam pengembangannya, Kota Pontianak, dihadapkan pada
beberapa isu strategis berikut ini:
1. Struktur Ruang Kota : Masih terpusatnya kegiatan perkotaan, serta terdapat
beberapa sub pusat (pusat sekunder) Kota Pontianak, yang tidak dapat
berfungsi sebagaimana yang direncanakan pada RTRW 2002-2012
2. Perubahan Pemanfaatan Ruang : Kurang cepatnya antisipasi perkembangan
terutama yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, sehingga muncul berbagai
persoalan perubahan pemanfaatan lahan yang pada akhirnya menurunkan
kualitas lingkungan terutama pada lingkungan di sepanjang jaringan jalan
utama kota.
3. Pelestarian Kawasan dan Bangunan : Terdesaknya bangunan-bangunan dan
kawasan yang memiliki nilai sejarah oleh bangunan baru yang lebih memiliki
nilai ekonomis.
4. Fungsi Kota : Berkaitan dengan penetapan fungsi Kota Pontianak sebagai
kota perdagangan dan jasa. Untuk mendukung terciptanya Visi Kota
Pontianak, fungsi sebagai Kota Perdagangan dan Jasa ini perlu lebih
diarahkan.
5. Ruang Publik : Penggunaan ruang publik yang tidak sebagaimana mestinya.
Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa kasus, seperti keberadaan
sektor informal pada koridor-koridor jalan.
6. Sistem Transportasi : Tingkat pelayanan (level of service) jalan yang
cenderung menurun sehingga mulai menimbulkan kemacetan, gangguan
lalulintas yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang sering menggunakan
badan jalan serta masalah yang berkaitan dengan sistem terminal dan
penyediaan fasilitas pejalan kaki sehingga perlu pengarahan pergerakan
kendaraan.
1.5. Ruang Lingkup Materi Perencanaan
Jangka waktu perencanaan adalah 20 Tahun yang dibagi ke dalam program
pembangunan jangka menengah 5 Tahun. Kedalaman materi yang dicakup dalam
penyusunan RTRW-Kota setara dengan tingkat ketelitian peta skala 1:25.000.
Adapun muatan RTRW Kota Pontianak adalah sebagai berikut:
• Tujuan, kebijakan , dan strategi penataan ruang daerah kota; yang
ditetapkan oleh pemerintahan daerah kota yang merupakan perwujudan
visi dan misi pembangunan keruangan jangka panjang kota dalam
mendukung perwujudan tujuan penataan ruang nasional yang aman,
nyaman, produktif, berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional;
• Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi arahan pembentukan sistem
pusat-pusat Pelayanan wilayah kota dan arahan peletakan jaringan
prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya;
• Rencana pola ruang wilayah kota meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan fungsi budidaya;
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang terdiri dari
Ruang Terbuka Hijau Publik dan Ruang Terbuka Hijau Privat;
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Nonhijau;
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi
PENDAHULUAN I - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
bencana (dan akses evakuasi), yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
pertumbuhan wilayah;
• Penetapan kawasan strategis kota; yang merupakan kawasan yang
diprioritaskan penataan ruangnya menurut kriteria yang ditetapkan;
• Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota dijabarkan dalam, indikasi
program utama penataan/ pengembangan kota dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua
puluh) tahun.
• Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan
pemberian insentif dan disinsentif serta arahan sanksi dalam rangka
perwujudan RTRW kota.
1.6. FUNGSI DAN MANFAAT RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
PONTIANAK
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah sebagai:
1) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
2) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;
3) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kota;
4) Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
5) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;
6) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
7) Acuan dalam administrasi pertanahan.
Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah untuk:
1) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;
2) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah
sekitarnya; dan
3) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
1.7. TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KOTA
PONTIANAK
Kegiatan Penyusunan Revisi RTRW Kota Pontianak ini dilakukan dengan tujuan
menyusun RTRW Kota Pontianak yang sesuai dengan tuntutan Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, memiliki visi jauh ke depan,
memahami berbagai perubahan/potensi perubahan baik yang bersifat eksternal
maupun internal, serta mempertimbangkan hal-hal yang kurang sesuai dengan
RTRW Kota Pontianak yang sudah ada saat ini.
Oleh karena itu, sasaran dari Penyusunan Revisi RTRW Kota Pontianak adalah :
1. Tersusunnya rumusan yang jelas tentang
keterkaitan dan pengaruh/saling pengaruh antara faktor-faktor RTRW Kota
Pontianak yang berhubungan dengan tinjauan eksternal terhadap
konstelasi yang lebih luas, seperti: demokratisasi, desentralisasi, good
PENDAHULUAN I - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
governance, market forces, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(khususnya information Communication Technology-ICT, biotechnology,
materials), RTRWN, RTRWP, keutuhan NKRI, serta pasar global, dan
pengaruh ASEAN/ASIA-PASIFIK/GLOBAL,
2. Tersusunnya rumusan yang jelas tentang
keterkaitan dan saling pengaruh antara faktor-faktor RTRW Kota Pontianak
yang berhubungan dengan tinjauan internal terhadap perubahan/potensi
PERUBAHAN, POTENSI LOKASI DAN WILAYAH DI Kota Pontianak,
tantangan pembangunan di Kota Pontianak, serta berbagai masalah yang
dihadapi Kota Pontianak,
3. Tersusunnya rumusan tentang tujuan, kebijakan,
dan strategi penataan ruang di Wilayah Kota Pontianak
4. Tersusunnya rencana struktur ruang dan sistem
jaringan prasarana (transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air
dan drainase, serta persampahan dan sanitasi) Wilayah Kota Pontianak,
5. Tersusunnya rencana pola ruang yang meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya dalam sistem kota,
6. Penetapan kawasan strategis di Kota Pontianak,
7. Tersusunnya arahan pemanfaatan ruang wilayah
Kota Pontianak yang berisikan indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan,
8. Tersusunnya ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang Wilayah Kota Pontianak yang berisikan indikasi arahan peraturan
zonasi sistem kota, arahan perijinan, arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi,
9. Tersusunnya rumusan yang jelas mengenai
operasionalisasi perwujudan RTRW Kota Pontianak yang dirinci per
periode tahapan tertentu, sumber dana dan stakeholder pelaksanaannya,
serta visualisasi operasionalisasi perwujudan RTRW Kota Pontianak dan
wujud visual yang menggambarkan perkiraan outcome dari setiap produk
utama RTRW.
1.8. KEDUDUKAN RTRW KOTA DALAM SISTEM PENATAAN RUANG DAN
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Kedudukan RTRW kota dalam sistem penataan ruang dan system perencanaan
pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.2. Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
PENDAHULUAN I - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
RENCANA UMUM RENCANA RINCI
RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR Kawasan Strategis Nasional
RPJM Nasional
RPJM Provinsi
RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RTR Kawasan Strategis Kabupaten
RPJP
Kabupaten/Kota
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri
atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota. Rencana
umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam
kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai
dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi
secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke
dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional.
PENDAHULUAN I - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
PENDAHULUAN I - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
PENDAHULUAN I - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
PENDAHULUAN I - 26