Anda di halaman 1dari 26

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan di Indonesia, khususnya di beberapa wilayah perkotaan tertentu,
telah berjalan berabad-abad dengan hasil yang umumnya belum memuaskan.
Kota-kota yang telah memiliki rencana tata ruang kota sebagai pedoman dan
arahan pembangunan sebagian besar belum menunjukkan hasil sesuai dengan
tujuan dan arahan yang ditetapkan. Melihat upaya-upaya yang perlu dilakukan
oleh Pemerintah Daerah, terutama dalam mendapatkan keabsahan hukum
tindakan yang dilakukan untuk melindungi kepentingan umum, rencana tata ruang
kota dengan dasar hukum yang sah sangat diperlukan. Yang selanjutnya harus
dipikirkan adalah bagaimana melaksanakan rencana tata ruang wilayah kota
tersebut dengan efektif agar mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.

Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan


sistem penataan ruang terdiri dari perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang yang mengatur
mekanisme dan perangkat pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi mekanisme dan perangkat
pengendalian pemanfaatan ruang. Khusus dalam perencanaan tata ruang,
undang-undang ini mengatur bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah berdasarkan
wilayah administratif, yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW Kabupaten/Kota) yang dilakukan secara terpadu
dan tidak dipisah-pisahkan. Perubahan peraturan-perundangan, kebijakan serta
rencana di tingkat Nasional dan Provinsi sangat berpengaruh terhadap proses
penataan ruang di Daerah. Sistem pemerintahan ini menekankan pada prinsip
desentralisasi dan memberikan kewenangan lebih besar kepada daerah otonom
untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Proses penataan ruang di tingkat

PENDAHULUAN I-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Nasional dan Provinsi tidak lagi bersifat top-down, tetapi perlu didasarkan pada
kesepakatan dengan Provinsi dan Daerah terkait.

Paradigma pemerintahan dan pembangunan yang berkembang mempengaruhi


pula pendekatan, prosedur dan substansi penataan ruang kota. Tata
kepemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintah yang bersih (clean
government) dengan prinsip-prinsipnya yang meliputi antara lain partisipasi,
informasi/transparansi, subsidiaritas, akuntabilitas, keefektifan dan efisiensi,
kesetaraan, ketanggapan, kerangka hukum yang adil, berorientasi pada
konsensus, dan profesionalisme, telah menjadi tuntutan yang tidak dapat ditawar.
Perencanaan yang partisipatif juga telah menjadi tuntutan dalam proses penataan
ruang. Walaupun Pemerintah Kota Pontianak mempunyai kewenangan dan
kewajiban dalam penataan dan pembangunan kota, tetapi prosesnya perlu
melibatkan berbagai kelompok masyarakat, antara lain lembaga nonpemerintah,
asosiasi profesi dan usaha, pendidikan tinggi, badan hukum, dunia usaha, dan
masyarakat lainnya. Paradigma penting yang sudah dianut oleh semua negara
adalah pembangunan berkelanjutan. Konsep ini bertumpu pada tujuan
pembangunan di satu sisi, dan pengendalian atau pembatasan dampak negatif
kegiatan manusia terhadap alam di sisi lainnya. Pada awalnya, konsep ini berpijak
hanya pada kemampuan daya dukung alam pada skala makro, tetapi kemudian
berkembang pada keberlanjutan sosial dan ekonomi. Beberapa paradigma
pembangunan lainnya yang penting diperhatikan dalam penataan ruang antara
lain keterlibatan kelompok minat, koordinasi vertikal dan horizontal, kelayakan
pembiayaan, subsidiaritas, dan interaksi perencanaan fisik dan ekonomi.

Pengaruh internasional juga patut dipertimbangkan dampaknya terhadap


perkembangan Kota Pontianak. Era globalisasi harus dihadapi, antara lain dengan
diberlakukannya ketentuan World Trade Organization (WTO), Asean Free Trade
Agreement (AFTA), NAFTA, dan lain-lain. Perkembangan informasi teknologi
yang sangat cepat juga mempengaruhi perkembangan dunia menjadi tanpa batas.

Untuk menghadapi berbagai perubahan dan paradigma yang berkembang,


penataan ruang Kota Pontianak perlu mendapat perhatian yang serius. Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak yang akan memandu
perkembangan dan mengikat pemerintah Kota dan masyarakat secara hukum
pada 20 tahun mendatang perlu disempurnakan agar menjadi pedoman yang
rasional dan sah. Sesuai dengan temuan dari hasil evaluasi RTRW Kota
Pontianak yang dilakukan pada tahun 2002-2012, maka RTRW Kota Pontianak
sudah harus direvisi. Revisi akan mengacu kepada perubahan-perubahan internal
dan eksternal yang terjadi, persoalan yang dihadapi, serta pemanfaatan potensi
dan ruang yang optimal dengan mempertimbangkan paradigma baru dalam
penataan ruang yang berkembang.

Dengan semakin meningkatnya fungsi yang diemban serta berkembangnya


berbagai kegiatan perkotaan menyebabkan semakin meningkatnya fungsi
penggunaan lahan di Kota Pontianak. Maka dari itu diperlukan suatu Rencana
Tata Ruang yang dapat mengarahkan kepada perkembangan yang lebih baik.
Dalam hal ini rencana kota merupakan rencana pengembangan kota yang
disiapkan secara teknis maupun nonteknis yang diterapkan oleh pemerintah kota
yang merupakan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi wilayah kota termasuk

PENDAHULUAN I-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
ruang diatasnya dan ruang di bawahnya (ruang di dalam bumi), serta menjadi
pedoman dan arahan dalam pengendalian pelaksanaan pembangunan.

Perubahan peraturan-perundangan, kebijakan serta rencana di Tingkat Nasional


dan Provinsi sangat berpengaruh terhadap proses penataan ruang di Kota.
Paradigma pemerintah dan pembangunan yang berkembang mempengaruhi
pendekatan, prosedur dan substansi penataan ruang kota. Paradigma penting yang
sudah dianut semua Negara adalah pembangunan berkelanjutan. Konsep ini
bertumpu pada tujuan pembangunan di satu sisi dan pengendalian atau pembatas
dampak negatif kegiatan yang berkembang.

Kota Pontianak beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Perkembangan dimaksud bukan saja terjadi dalam aspek ekonomi
ataupun sosial, tetapi juga dalam aspek pemanfaatan ruang kota. Pertumbuhan
sosial, ekonomi dan pemanfaatan ruang yang pesat tersebut menyebabkan
pengendalian perkembangan kota menjadi semakin sulit sehingga banyak terjadi
ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil evaluasi RTRW 2002-2012, secara umum
disimpulkan masih terdapat banyak permasalahan yang belum terliput dan banyak
penyimpangan antara rencana dan fakta yang ditemukan di lapangan.

Sementara Itu, Tujuan dan Stratagi penataan ruang juga perlu disesuaikan dengan
Visi Kota Pontinak ke depan yaitu “ Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan
Lingkungan Terdepan Di Kalimantan Tahun 2025”. Visi ini mengandung
persyaratan penataan ruang yang sangat kental dengan kota yang maju dengan
tetap berpedoman pada keseimbangan lingkungan. Oleh sebab itu penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak merupakan langkah yang sangat
strategis dalam mewujudkan visi sekaligus memberikan arahan pemanfaatan ruang
yang lebih layak huni dan nyaman.

Dalam konteks pembangunan spasial, pemerintah Kota Pontianak saat ini masih
mengacu pada Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4/2002 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak 2002-2012. Sejalan dengan berlakunya
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Perda
RTRW Kota Pontianak tersebut harus disesuaikan sebagaimana ketentuan-
ketentuan yang ada dalam Undang-undang Penataan Ruang tersebut dan aturan
turunannya. Dalam perjalanannya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak telah mendapatkan
tekanan-tekanan yang cukup berat, kurangnya pengendalian pemanfaatan ruang
dan belum kuatnya regulasi pendukung pengembangan Kawasan Pontianak
membuat Perda ini tidak begitu berjalan sebagaimana mestinya.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak disusun berdasarkan Undang-


undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan agar
terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan,
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia dan terwujudnya
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang serta pengendalian program-program pembangunan

PENDAHULUAN I-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
kota dalam jangka panjang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17
Tahun 2009 tentang Penyusunan Rencana Tata ruang wilayah kota.

Mempertimbangkan berbagai hal di atas, maka Pemerintah Kota Pontianak perlu


meningkatkan kemampuan manajerial dalam pengelolaan pembangunan kota.
Pembangunan kota harus dilakukan dengan lebih terpadu, menyeluruh, efisien,
efektif, ekonomis, tepat waktu dan tepat sasaran dengan memilih strategi dan
kebijakan pembangunan yang tepat dalam pemanfaatan sumber daya, maupun
sumber dana, serta penyediaan dan pengaturan ruang yang lebih optimal. Oleh
karenanya, pengembangan dan penataan ruang kota yang lebih terarah melalui
RTRW Kota perlu dilakukan secara terpadu dan menyeluruh sebagai bagian dari
strategi untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dan pembangunan,
menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, maupun meningkatkan kinerja
pelayanan publik.

RTRW Kota Pontianak merupakan wadah spasial dari pembangunan di bidang


ekonomi dan pembangunan bidang sosial budaya. Oleh karena itu, penataan
ruang di Kota Pontianak merupakan implementasi dari keterpaduan pembangunan
di bidang ekonomi dan sosial budaya. Sebagai wadah bagi kegiatan
pembangunan ekonomi dan sosial budaya itu, maka pemanfaatan ruang harus
dilakukan secara serasi, selaras, dan seimbang serta berkelanjutan. Pemanfaatan
ruang secara serasi, selaras, dan seimbang adalah kegiatan dalam penataan
ruang yang harus dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Sedangkan pemanfaatan
ruang yang berkelanjutan dimaksud adalah kegiatan dalam penataan ruang yang
harus dapat menjamin kelestarian kemampuan daya dukung sumber daya alam.

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA PONTIANAK


Penyusunan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak didasarkan
pada beberapa ketentuan hukum. Adapun yang menjadi landasan dalam
perencanaan adalah sebagai berikut:
 Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
 UU Republik Indonesia No 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan
 UU Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
 UU Republik Indonesia No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
 Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
 Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Bangunan
Gedung
 UU Republik Indonesia No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
 Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan
 UU Republik Indonesia No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

PENDAHULUAN I-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
 Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
 Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
 UU Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
 UU Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
 UU Republik Indonesia No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
 UU Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya
 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-poko Agraria
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 tahun 2009 tentang Kawasan
Industri
 Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 Tentang
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2006 Tentang
Kepelabuhan
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Ketelitian Peta
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 pasal 47
Tantang Penetapan bangunan Tower
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2002 tentang Hutan
Kota.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang
 Peraturan Presiden Republik Indonesia No.36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan bagi Kepentingan Umum.
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
 Keputusan Presiden No 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi
Kawasan Industri

PENDAHULUAN I-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
 Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung;
 Permen PU No. 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota
 Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia No.02
Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembangunan Dan Penggunaan Menara
Bersama Telekomunikasi.
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Penetapan
Batas Wilayah Kota Seluruh Indonesia;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan
Permendagri No. 7 Tahun 1986;
 Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
 Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri nomor : 9/8 tahun
2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat.
 Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
 Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 mengenai Tata cara teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan

1.3. PROFIL WILAYAH KOTA PONTIANAK


1.3.1. Gambaran Umum Kota Pontianak
a. Batas dan luas Wilayah Administrasi
Kota Pontianak mempunyai luas wilayah 107,82 km 2 yang terdiri dari 6 kecamatan
dan 29 kelurahan serta dibatasi oleh wilayah Kabupaten Pontianak dan
Kabupaten Kubu Raya. Adapun batasan wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
Bagian Selatan : Desa Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya dan Desa
Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
Bagian Timur : Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya dan Desa Kuala Ambawang
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya
Bagian Barat : Desa Pal IX dan Desa Sungai Rengas Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya
Bagian Utara : Desa Wajok Hulu Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak dan
Desa Mega Timur dan Desa Jawa Tengah Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Tabel 1.1. Wilayah Perencanaan RTRW Kota Pontianak

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka

PENDAHULUAN I-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Kota Pontianak sebelum tahun 2007 terdiri dari 5 Kecamatan dengan 24


Kelurahan, kemudian terjadi pemekaran menjadi 6 kecamatan dan 29 kelurahan.
Adapun distribusi luas dan banyaknya jumlah kelurahan, RT dan RW dapat dilihat
pada tabel 1.1. Dalam kegiatan penyusunan RTRW Kota Pontianak dalam
pengamatan, dipertimbangkan juga wilayah yang lebih luas yang memiliki
pengaruh terhadap kota tersebut.

1.3.2. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia


a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Pontianak tahun 2010 berdasarkan hasil perhitungan
sensus penduduk sementara tahun 2010 berjumlah 550.304 jiwa yang tersebar
pada enam wilayah Kecamatan. Dengan penduduk terbanyak di wilayah
Pontianak Barat yaitu sebesar 123.472 jiwa atau 22,43 persen, sedangkan
wilayah kota dengan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Pontianak
Tenggara yaitu sebanyak 45.139 jiwa atau 8,2 persen. Untuk distribusi dan
perkembangannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 1990-2010

Sumber : Hasil Sensus Tahun 1990, 2000 dan 2010 dan kecamatan dalam angka
tahun 2006

b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Pontianak pada tahun 2010 yang sekitar 5.104
jiwa/Km2. Dengan kata lain, kepadatan penduduk Kota Pontianak periode 2000-
2008 meningkat dari 4.837 jiwa/Km 2 menjadi 5.104 jiwa/Km 2 atau meningkat
sebesar 5,51 persen. Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Pontianak Timur yaitu 8.886 jiwa/Km 2. Dan
Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pontianak
Utara.
Tabel 1.3. Kepadatan Penduduk Kota Pontianak (Jiwa/Km2) Tahun 2010

Sumber : Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010

c. Pertumbuhan Penduduk

PENDAHULUAN I-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Pertumbuhan penduduk Kota Pontianak sepuluh tahun terakhir Tahun 1999-2008
rata-rata sebesar 0,74 % dengan pertumbuhan terbesar terdapat di Kecamatan
Pontianak Kota dan terkecil di Kecamatan Pontianak Tenggara sebagai kecamatan
baru.
Tabel 1.4. Pertumbuhan Penduduk Kota Pontianak (%) Tahun 1990-2010

Sumber : Sensus Penduduk 1990, 2000 dan 2010

d. Mata Pencaharian dan Tenaga Kerja


Sebagai Ibukota Provinsi, Kota Pontianak menjadi daya tarik utama pergerakan
penduduk sehingga mempunyai mobilitas yang tinggi, dengan kondisi demikian
tentunya Kota Pontianak juga menjadi lahan utama dalam memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan data Kota Pontianak dalam angka tahun 2009 persentase penduduk
yang bekerja sebanyak 207.557 jiwa atau 89,79 % dari keseluruhan angkatan kerja
atau 39.79 % dari keseluruhan penduduk Kota Pontianak telah bekerja.

Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa angka angkatan kerja yang bekerja dari tahun
2006 sampai tahun 2008 terus meningkat, tapi prosentasenya masih cukup jauh
jika dibandingkan dengan tahun 2004 dimana persentase yang bekerja sebesar
96,09 % dari jumlah angkatan kerja yang ada. Hal ini berbanding terbalik terhadap
persentase angkatan kerja terhadap jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang mana
rata-rata tahunannya terus meningkat.
Tabel 1.5. Penduduk Berumur 10 atau 15 Tahun Keatas
Menurut Jenis Kegiatan di Kota Pontianak Tahun 2004-2008

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009


Keterangan : *) : penduduk berumur 10 Tahun Keatas

Tabel 1.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas


yang bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Kota Pontianak

PENDAHULUAN I-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kegiatan atau mata pencaharian
terbesar penduduk Kota Pontianak adalah di sektor perdagangan yaitu sebesar
35,82 % diikuti dengan sektor jasa sebsar 32,71 %. Ini menandakan bahwa Kota
Pontianak sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang berperanan besar di Wilayah
Kalimantan Barat dan sekitarnya.

e. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemajuan suatu daerah adalah tingkat
pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan penduduk yang ditamatkan (jenjang
pendidikan) merupakan salah satu variabel pendukung peningkatan produktivitas
kerja. Kemajuan bidang pendidikan di Indonesia telah terlihat terutama setelah
memasuki era orde baru, misalnya Program wajib belajar pendidikan dasar telah
mengalami pergeseran dari pendidikan dasar enam tahun menjadi sembilan tahun
sejak dasawarsa 90-an. Dampak positifnya, tingkat pendidikan penduduk yang di
dalamnya termasuk tingkat pendidikan pekerja secara empirik mengalami
pergeseran kejenjang yang lebih tinggi cukup signifikan.

Sebagai wilayah Urban dengan tingkat migrasi yang tinggi Kota Pontianak menjadi
tujuan utama untuk mencari lapangan pekerjaan dari berbagai tingkat pendidikan.
Dari berbagai tingkat pendidikan jumlah pencari kerja terbesar adalah tinkatan
Sarjana (S1 dan S2), hal ini di karenakan sebagian besar perguruan tinggi berada
di Kota Pontianak dan ini juga menunjukkan bahwa kualifikasi lowongan pekerjaan
yang ada semakin meningkat.
Tabel 1.7. Penduduk Berumur 10 atau 15 Tahun ke atas yang bekerja
Menurut Pendidikan yang ditamatkan di Kota Pontianak

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2004 -2008

Tabel 1.8. Jumlah Pencari Kerja menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan
Kota Pontianak Tahun 2008

PENDAHULUAN I-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009

f. Penduduk Menurut Agama Yang dianut


Penduduk Kota Pontianak yang memeluk agama yang diakui oleh Negara adalah
sebagai berikut Islam 358.241 orang, Protestan 40.106 orang, Khatolik 40.299
orang, Hindu 3.969 orang, Budha 28.664 orang. Sedangkan sarana peribadatan
masing-masing pemeluk agama adalah sebagai berikut Masjid 283 buah,
Surau/Mushola 454 buah, Gereja 77 buah, Pura13 buah dan Vihara 25 buah.

Tabel 1.9
Jumlah penduduk Menurut Agama yang dianut Tahun 2008

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009

Dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut, dapat dilihat
dominasi penduduk serta distribusi fasilitas peribadatan. Penduduk agama islam
sebagai masyarakat mayoritas ditunjukkan dengan distribusi fasilitas peribadatan
sebagai berikut:
Tabel 1.10
Jumlah Fasilitas Peribadatan Menurut Agama yang dianut Tahun 2008

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009

1.3.3. Potensi Bencana Alam


Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah

PENDAHULUAN I - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Secara Geografis Wilayah Kota Pontianak yang berada di Pulau Kalimantan tidak
dilalui dengan jalur gunung berapi aktif seperti kota-kota di hampir sebagian besar
pulau selain Kalimantan. Tetapi karena kondisi permukaan lahan yang rendah
serta dilalui oleh beberapa sungai besar, Kota Pontianak sangat dipengaruhi
dengan arus pasang surut air sungai. Maka tidak jarang Kota Pontianak sering
tergenang saat intensitas hujan meningkat apalagi jika bersamaan dengan pasang
air sungai. Peristiwa alam lainnya yang pernah terjadi di Kota Pontianak adalah
Badai Angin Puting Beliung dan Kabut Asap akibat kebakaran hutan.

a. Banjir
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta (2004) Banjir adalah
aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.
Dan air itu mengalir keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau
salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Secara geografis Kota Pontianak
dilalui oleh Sungai Kapuas serta topografinya yang sebagian besar wilayahnya
merupakan lahan yang datar dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Terdapat
beberapa lokasi dengan potensi genangan yang cukup luas antara lain:
• Parit Tokaya dan Sekitarnya : Kawasan Masjid Raya Mujahidin, Jalan
KS. Tubun, Sutoyo, Suprapto dan Ahmad Yani
• Sungai Bangkong : jl. Alianyang dan Sekitarnya dan jalan Putri
Daranante
• Wilayah Parit Bentasan Sekitar Sungai Malaya
• Wilayah sekitar Jeruju sampai Jl. Karet
• Wilayah Batu Layang
• Sebagian Besar wilayah Pontianak Timur yaitu Sekitar jalan Panglima
Aim
• Wilayah sekitar Parit H. Husin I dan Sungai Raya Dalam

Wilayah genangan yang terdapat di Kota Pontianak sebagaian besar


merupakan genangan sesaat yang disebabkan oleh intensitas hujan yang
tinggi. Selain itu luasnya wilayah genangan di Kota Pontianak disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
• Banyaknya terjadi penyempitan saluran primer
• Keberadaan jembatan di beberapa saluran primer
• Bangunan di sepanjang bantaran sungai
• Terbatasnya ketersediaan daerah resapan
• Prilaku masayarakat yang masih membuang sampah ke Sungai

PENDAHULUAN I - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
• Kurangnya jalan paralel dengan parit dan Sungai
• Penyempitan jembatan di jalan Ahmad Yani, Tanjungpura dan Imam Bonjol
• Banyaknya bangunan di atas parit
• Kondisi permukaan wilayah kota berada pada permukaan yang rendah, dan
jika permukaan air pasang tertingginya minus 40 sentimeter

Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah membongkar bangunan di atas


parit, normalisasi parit, pengerukan parit, peninggian jalan, pengendalian
perkembangan kawasan terbangun, terutama pada kawasan yang berfungsi
sebagai resapan dan pengendalikan kepadatan bangunan dan ketersediaan
lahan resapan pada masing-masing kavling dengan aturan Koefesien Dasar
Bangunan.

b. Kebakaran dan Kabut Asap


Pontianak yang terletak di sekitar Equator merupakan daerah yang potensial
untuk terbentuknya kabut asap pada pagi hari yang didahului dengan adanya
proses pemanasan dan pendinginan. Adanya variasi tersebut menandakan
bahwa jenis kabut yang terjadi adalah kabut radiasi, dengan waktu kejadiannya
pada pagi hari.

Kota Pontianak yang terletak di wilayah Equator sering mengalami peristiwa


cuaca yang berhubungan dengan kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang
berlangsung pada tahun 2006 merupakan salah satu dampak kekeringan yang
melanda wilayah tersebut. Kebakaaran hutan menghasilkan asap tebal yang
bertahan lama di atmosfer. Visibility akan berkurang bahkan hingga kurang
dari 100 m. Selain itu, polusi asap juga dapat menggangu kesehatan
masyarakat, kerusakan lingkungan, dan gangguan terhadap sektor
perhubungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai tingkat
kekeringan yang terjadi dengan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan
sehingga kerugian yang terjadi dapat diminimalisir.
c. Angin Puting Beliung
Memasuki musim Panca Roba (Musim transisi dari musim kemarau ke musim
hujan) Pontianak rentan terhadap Angin Puting Beliung. Itu disebabkan
Pontianak merupakan dataran rendah dan daerah terbuka. Badai Angin
kekuatannya dapat menghancurkan beberapa bangunan semi permanen di
beberapa bagian wilayah kota. Kota Pontianak beberapa kali dilanda badai
sesaat yang mampu memporak-porandakan sejumlah kawasan di Kota ini.
Transportasi di beberapa kawasan sempat lumpuh, beberapa rumah warga
atapnya melayang, kios-kios berantakan, warga dibuat ketakutan mendengar
petir yang bersahut-sahutan. Hujan lebat disertai angin kencang yang melanda
Kota Pontianak.
1.3.4. Potensi Sumber Daya Alam
Kota Pontianak memiliki potensi alam diantaranya terdapatnya 2 buah sungai
besar dan beberapa sungai kecil yang melintasi Kota Pontianak. Terlebih Kota
Pontianak berada pada posisi strategis yaitu dilalui oleh garis equator dengan
segala peristiwa yang mempunyai daya tarik alami. Potensi ini membawa
karakteristik tersendiri, sehingga menjadikan Kota Pontianak sebagai Kota Air dan

PENDAHULUAN I - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
kota Khatulistiwa. Potensi ini dapat dikembangkan untuk pengembangan wilayah
Kota Pontianak diantaranya:
a. Wilayah Sungai dan Parit
Kota Pontianak mempunyai sungai-sungai dan parit yang berjumlah 42
sungai/parit. Parit-parit yang cukup banyak tersebut menyebar secara merata
hampir di seluruh pelosok kota sehingga dikenal pula dengan julukan Kota Seribu
Parit. Pemerintah Belanda membangun parit-parit, untuk mengatasi kondisi alam
Pontianak yang berawa. Sungai dan parit tersebut dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat Kota Pontianak untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang
sarana transportasi.
Sungai dan sejumlah parit Kota Pontianak yang sangat berkaitan dalam satu
kesatuan system hidrologi. Wilayah perkotaan dipengaruhi oleh pasang surut air
Sungai, sehingga jika pasang bersamaan dengan intensitas hujan yang tinggi
sering kali menimbulkan banjir. Data sebaran sungai dan parit di Kota Pontianak
dapat dilihat pada tabel 1.11.

Kota Pontianak memiliki sungai terpanjang di Indonesia sepanjang 1.143 km,


Sungai itu bernama Sungai Kapuas. Dengan panjangnya, sungai ini
menghubungkan setiap kabupaten yang dilintasinya. Sungai ini termasuk kaya, ini
terbukti adanya beberapa tambang emas yang mencemari sungai indah ini
dengan kandungan mercury yang membahayakan kesehatan. Ini dikarenakan,
sungai ini menjadi urat nadi masyarakat setempat yang mana airnya biasanya
diminum, untuk mandi, mencuci, bahkan keperluan pembuangan masyarakat.
Lintasannya yang panjang digunakan sebagai jalur transportasi air. Tidak heran
hampir setiap saat, kapal bermotor, sampan, kapal tongkang pengangkut kayu
dan bahan bakar, jet speed express, kapal nelayan bahkan kapal muatan antar
provinsi melintasi sungai ini. Sungai ini juga menjadi rumah bagi lebih dari 300
jenis ikan, satu di antaranya adalah ikan kerapu.
TABEL 1.11
Persebaran Sungai Dan Parit Di Kota Pontianak

PENDAHULUAN I - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009

b. Kawasan Wisata
Sebagai kota yang terbuka dengan kota-kota lain serta merupakan pusat kegiatan
pemerintahan, swasta, dan sosial budaya sehingga menjadikan kota ini tempat
pendatang dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya sehingga lebih
heterogen. Sebagai Ibukota Provinsi, tentunya Kota Pontianak juga menjadi pusat
kegiatan kebudayaan. Event/peristiwa budaya yang dapat menarik wisatawan
manca negara maupun wisatawan nusantara dan diadakan secara berkala di Kota
Pontianak seperti sebagai berikut :
1. Peristiwa Budaya yang setiap tahun diadakan di Kota Pontianak beriring
dengan Hari Ulang Tahun Pemerintah Kota Pontianak jatuh pada tanggal
23 Oktober kemudian Hari Ulang Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat. Pada acara/event ini ditampilkan tari-tarian, permainan rakyat, kerajinan
rakyat yang berkembang di daerah Kalimantan Barat. Event-event tersebut
diatas merupakan rangkaian peristiwa yang menjadi daya tarik wisatawan
manca negara dan wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Kota Pontianak.
2. Festival Budaya Bumi Khatulistiwa : Diselenggarakan setiap 2 (dua)
tahun dimulai tahun 1991, tahun 1993, tahun 1995 dan tahun 1997. Festival
ini dipusatkan di Kota Pontianak dengan mengundang daerah-daerah lain di
Pulau Kalimantan serta daerah-daerah di Pulau Sumatera diselenggarakan
pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 25 Maret pada tahun
penyelenggaraannya. Dan pada festival ini dirangkaikan dengan peristiwa
alam yang tejadi di Kota Pontianak yaitu kulminasi matahari.
3. Lomba Dayung Hias dan tradisional : Pertama kali diadakan pada
tanggal 22 Maret 1997 dengan memperlombakan sampan-sampan tradisional
yang dihiasi ornamen-ornamen budaya masing- masing daerah.
4. Gawai Dayak : Diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 20 Mei sampai
dengan tanggal 25 Mei di Rumah Panjang Jalan Sutoyo Pontianak, event ini

PENDAHULUAN I - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
diselenggarakan untuk menumbuh kembangkan budaya suku Dayak yang
masih berkembang seperti budaya seni, budaya sosial sebagai penduduk asli
Kalimantan Barat.
5. Naik Dango : Naik Dango merupakan acara adat yang diselenggarakan
oleh masyarakat etnis Dayak yang biasa diselenggarakan pada Rumah
Betang di Jalan Letjen Sutoyo Pontianak.
6. Meriam Karbit/Keriang Bandong: Festival Meriam Karbit biasanya
diselenggarakan pada bulan Puasa (Ramadhan) menjelang Hari Raya
Lebaran (Idul Fitri) dimana masyarakat yang berada di sisi Sungai Kapuas
saling berhadapan dan membunyikan meriam karbit yang saling bersahutan.
Perayaan ini dijadikan Festival Meriam Karbit kemudian dilanjutkan dengan
Festival Keriang Bandong. Perayaan ini diselenggarakan oleh masyarakat
dengan memasang lampu minyak tanah dengan asesoriesnya sehingga
kelihatan menarik. Setiap rumah di pinggir Sungai Kapuas memasang lampu
berwarna- warni yang dirangkaikan menjadi bentuk-bentuk yang menarik.
7. Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa yang terjadi 2 kali dalam
setahun yaitu bulan maret dan September
8. Cap Go Meh/Barongsai: Cap Go Meh adalah perayaan yang
diselenggarakan oleh masyarakat etnis China (Tionghoa) dengan
menampilkan barongsai/naga. Penyelenggaraan jatuh pada 15 hari setelah
Tahun Baru masyarakat China (Tionghoa).
9. Festival Kue Tradisional: Festival ini diselenggarakan pada bulan Juni
pada setiap bulan dengan menampilkan kue-kue tradisional masyarakat
Kalimantan Barat umumnya dan khususnya Pontianak.

Sebagai Kota yang mana cikal bakalnya dari sebuah kota kerajaan perlu
melestarikan identitas lokal dengan konservasi dan preservasi bangunan
bersejarah dan lingkungannya maupun menuangkannya dalam desain bangunan-
bangunan baru penunjang kawasan. Mulai bergesernya identitas kota dengan
dibangunnya bangunan-bangunan megah dan mewah bernuansa modern
menyebabkan mulai mengeser eksistensi bangunan tradisional kerajaan sehingga
identitas lokal dirasa semakin berkurang. Beberapa kondisi situs budaya dan
daerah tujuan wisata di Kota Pontianak dapat dilihat pada tabel 1.12.

Tabel 1.12
Potensi Wisata di Kota Pontianak
N Gambar Uraian
o
1 Makam batu layang biasa di sebut dengan Taman
Makam dari Kerajaan Pontianak, mulai dari Raja
pertama (Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie)
hingga raja terakhir (Sultan Hamid II) serta

PENDAHULUAN I - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

beberapa keluarga raja. Tempat ini biasanya ramai


di kunjungi, khususnya pada hari besar islam.
Taman Makam ini terletak kurang lebih 2 Km dari
Tugu Khatulistiwa yang dapat dikunjungi dengan
menggunakan transportasi darat maupun
transportasi air (sampan)

Makam Batu Layang


2

Taman rekreasi ini terletak di jalan Rahadi Usman,


tepatnya di depan kantor Walikota Pontianak.
Taman alun kapuas dengan water front city nya
merupakan tempat yang indah dan nyaman untuk
bersantai sambil menikmati pemandangan sungai
kapuas.

Alun-alun Kapuas
3 Sekitar lima kilometer sebelah utara dari pusat
Kota Pontianak, dapat ditemukan sebuah tanda
garis Khatulistiwa yang membagi bumi menjadi
dua bagian yang ditanda dengan tugu
Khatulistiwa. Kejadian alam yang unik dimana
posisi titik perpotongan antara pusat matahari
dengan garis Khatulistiwa disebut kulminasi, terjadi
pada setiap tanggal 21-23 Maret dan September
menjelang tengah hari. Pada saat itu semua benda
yang berada disekitar tugu tidak memiliki
bayangan. Puncak peristiwa kulminasi matahari ini
dapat disaksikan hanya sekitar 5-10 menit.
Sembari menunggu peristiwa kulminasi, di
Tugu Khatulistiwa kawasan tugu khatulistiwa Pontianak diadakan
serangkaian acara kesenian tradisional yang
dihadiri oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara.

4 Keraton Kadariah Pontianak adalah pusat


Pemerintahan Pontianak tempo dulu yang didirikan
oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alqadrie pada
tahun 1771. Keraton ini memberikan daya tarik
khusus bagi para pengunjung dengan banyaknya
artefak atau benda-benda bersejarah. Terdapat
mimbar yang terbuat dari kayu, serta ada pula
cermin antik dari perancis yang disebut “kaca
seribu”. Keraton kadariah yang berada di daerah
Keraton Kadriah kampung dalam bugis, kecamatan Pontianak
Timur ini, dapat di capai dalam waktu kurang lebih
15 menit dari pusat Kota Pontianak.
N Gambar Uraian
o
5 Masjid Jami’ adalah salah satu masjid besar

PENDAHULUAN I - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
peninggalan masa kesultanan Pontianak.
Lokasinya berada di pinggiran sungai yang indah
dan masih asli, walaupun struktur dari masjid Jami’
tersebut telah mengalami rekonstruksi. Setiap
jum’at siang, kayu belian yang masih ada di dalam
masjid turut bergema oleh suara adzan. Selama
hari raya islam, masjid ini menjadi pusat beribadah
bagi masyarakat dan warga sekitar yang
memperingatinya. Masjid Jami’ dapat di jangkau
Masjid Jami dengan menggunakan sampan dari pelabuhan
Seng Hie atau dengan mobil melewati jembatan
kapuas.
Sumber : Hasil Analisis

1.3.5. Potensi Ekonomi Wilayah


Keberadaan fasilitas perdagangan memegang peranan yang sangat penting bagi
Kota Pontianak mengingat salah satu fungsi bagi Kota Pontianak sebagai Kota
Perdagangan dan Jasa serta indikator perkembangan kegiatan ekonomi Kota.
Adapun fasilitas ekonomi yang terdapat di Kota Pontianak terdiri dari 20.305 Toko
dan warung, 961 Industri, 546 penginapan dan Restoran, 36 Pasar umum, 17
Supermarket, 70 bank, 38 Asuransi dan 502 fasilitas ekonomi lainnya.

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah


satu indikator yang menunjukkan naik atau turunnya produk yang dihasilkan,
sebagai balas jasa seluruh kegiatan ekonomi. Naik turunnya angka PDRB biasa
juga disebut laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi dapat
diketahui dari penyajian PDRB atas dasar harga konstan. Untuk keperluan analisis
biasanya mempergunakan harga konstan karena pengaruh naik turunnya harga
telah dihilangkan atau dengan kata lain dengan menggunakan harga konstan,
pengaruh inflasi telah ditiadakan. Semakin tinggi kenaikan PDRB makin tinggi juga
pertumbuhan ekonominya.

Karakteristik perekonomian ini dimaksudkan untuk memahami karakteristik


perekonomian wilayah Kota Pontianak baik dalam lingkup wilayah lebih luas
(Kalimantan Barat) maupun dalam lingkup internal Kota. Kajian terhadap kegiatan
perekonomian ini meliputi struktur dan pertumbuhan ekonomi wilayah, kinerja
(produksi) beberapa sektor perekonomian yang penting, sektor unggulan, serta
kawasan strategis. Perekonomian regional pada umumnya membahas
penggunakan indikator pendapatan regional (PDRB), yang dalam hal ini diambil
dalam satuan nilai tambah.

Perekonomian Kota Pontianak sampai dengan tahun 2008 berdasarkan harga


konstan masih di dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan
kontribusinya sebesar 23,26%. Tingginya peran sektor perdagangan, hotel dan
restoran didukung pula oleh sektor Jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan
komunikasi yang juga cukup tinggi, dengan peranannya terhadap perekonomian
Kota Pontianak yang masing-masing sebesar 20,58 % dan 18,21 %.

Tabel 1.13. PDRB Kota Pontianak Atas Dasar Harga Konstan

PENDAHULUAN I - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2004-2008

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2005-2009

Tabel 1.14. Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pontianak


Atas dasar harga konstan menurut sektor (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2004-2008

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2005-2009

Gambar 1.1
Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pontianak Tahun 2004 - 2008

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor dengan hasil PDRB terbesar dibandingkan dengan
sektor lainnya. Untuk perkembangannya pertahun rata-rata mengalami

PENDAHULUAN I - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
peningkatan. Hanya sektor pengangkutan dan komunikasi yang mengalami
penurunan. Jika dibandingkan dengan PDRB Provinsi sektor perdagangan, hotel
dan restoran juga menjadi sektor yang dominan ditunjukkan dengan Nilai LQ yang
mencapai 5,28 lihat tabel 1.15.
TABEL 1.15
Perbandingan PDRB Regional Provinsi Dan Kota Pontianak
Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2004 dan 2008 (jutaan rupiah)

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2005 dan 2009

Jika dilihat laju pertumbuhan Ekonomi Regional Kota Pontianak dibandingkan


dengan Kota dan atau Kabupaten lainnya di kalimantan Barat, untuk tahun 2008
kota Pontianak juga menjadi wilayah yang mempunyai nilai PDRB terbesar. PDRB
Kota Pontianak sebesar 20,9 persen dari keseluruhan PDRB Kota dan Kabupaten
di Kalimantan Barat.

Tabel 1.16. Produk Domestik Regioanal Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Kabupaten/Kota (juta rupiah) Tahun 2004-2008

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2006-2009

1.4. ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN I - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Pontianak, dapat
disimpulkan bahwa dalam pengembangannya, Kota Pontianak, dihadapkan pada
beberapa isu strategis berikut ini:
1. Struktur Ruang Kota : Masih terpusatnya kegiatan perkotaan, serta terdapat
beberapa sub pusat (pusat sekunder) Kota Pontianak, yang tidak dapat
berfungsi sebagaimana yang direncanakan pada RTRW 2002-2012
2. Perubahan Pemanfaatan Ruang : Kurang cepatnya antisipasi perkembangan
terutama yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, sehingga muncul berbagai
persoalan perubahan pemanfaatan lahan yang pada akhirnya menurunkan
kualitas lingkungan terutama pada lingkungan di sepanjang jaringan jalan
utama kota.
3. Pelestarian Kawasan dan Bangunan : Terdesaknya bangunan-bangunan dan
kawasan yang memiliki nilai sejarah oleh bangunan baru yang lebih memiliki
nilai ekonomis.
4. Fungsi Kota : Berkaitan dengan penetapan fungsi Kota Pontianak sebagai
kota perdagangan dan jasa. Untuk mendukung terciptanya Visi Kota
Pontianak, fungsi sebagai Kota Perdagangan dan Jasa ini perlu lebih
diarahkan.
5. Ruang Publik : Penggunaan ruang publik yang tidak sebagaimana mestinya.
Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa kasus, seperti keberadaan
sektor informal pada koridor-koridor jalan.
6. Sistem Transportasi : Tingkat pelayanan (level of service) jalan yang
cenderung menurun sehingga mulai menimbulkan kemacetan, gangguan
lalulintas yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang sering menggunakan
badan jalan serta masalah yang berkaitan dengan sistem terminal dan
penyediaan fasilitas pejalan kaki sehingga perlu pengarahan pergerakan
kendaraan.
1.5. Ruang Lingkup Materi Perencanaan
Jangka waktu perencanaan adalah 20 Tahun yang dibagi ke dalam program
pembangunan jangka menengah 5 Tahun. Kedalaman materi yang dicakup dalam
penyusunan RTRW-Kota setara dengan tingkat ketelitian peta skala 1:25.000.
Adapun muatan RTRW Kota Pontianak adalah sebagai berikut:
• Tujuan, kebijakan , dan strategi penataan ruang daerah kota; yang
ditetapkan oleh pemerintahan daerah kota yang merupakan perwujudan
visi dan misi pembangunan keruangan jangka panjang kota dalam
mendukung perwujudan tujuan penataan ruang nasional yang aman,
nyaman, produktif, berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional;
• Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi arahan pembentukan sistem
pusat-pusat Pelayanan wilayah kota dan arahan peletakan jaringan
prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya;
• Rencana pola ruang wilayah kota meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan fungsi budidaya;
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang terdiri dari
Ruang Terbuka Hijau Publik dan Ruang Terbuka Hijau Privat;
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Nonhijau;
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi

PENDAHULUAN I - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
bencana (dan akses evakuasi), yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
pertumbuhan wilayah;
• Penetapan kawasan strategis kota; yang merupakan kawasan yang
diprioritaskan penataan ruangnya menurut kriteria yang ditetapkan;
• Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota dijabarkan dalam, indikasi
program utama penataan/ pengembangan kota dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua
puluh) tahun.
• Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan
pemberian insentif dan disinsentif serta arahan sanksi dalam rangka
perwujudan RTRW kota.
1.6. FUNGSI DAN MANFAAT RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
PONTIANAK
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah sebagai:
1) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
2) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;
3) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kota;
4) Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
5) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;
6) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
7) Acuan dalam administrasi pertanahan.
Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah untuk:
1) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;
2) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah
sekitarnya; dan
3) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
1.7. TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KOTA
PONTIANAK
Kegiatan Penyusunan Revisi RTRW Kota Pontianak ini dilakukan dengan tujuan
menyusun RTRW Kota Pontianak yang sesuai dengan tuntutan Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, memiliki visi jauh ke depan,
memahami berbagai perubahan/potensi perubahan baik yang bersifat eksternal
maupun internal, serta mempertimbangkan hal-hal yang kurang sesuai dengan
RTRW Kota Pontianak yang sudah ada saat ini.
Oleh karena itu, sasaran dari Penyusunan Revisi RTRW Kota Pontianak adalah :
1. Tersusunnya rumusan yang jelas tentang
keterkaitan dan pengaruh/saling pengaruh antara faktor-faktor RTRW Kota
Pontianak yang berhubungan dengan tinjauan eksternal terhadap
konstelasi yang lebih luas, seperti: demokratisasi, desentralisasi, good

PENDAHULUAN I - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
governance, market forces, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(khususnya information Communication Technology-ICT, biotechnology,
materials), RTRWN, RTRWP, keutuhan NKRI, serta pasar global, dan
pengaruh ASEAN/ASIA-PASIFIK/GLOBAL,
2. Tersusunnya rumusan yang jelas tentang
keterkaitan dan saling pengaruh antara faktor-faktor RTRW Kota Pontianak
yang berhubungan dengan tinjauan internal terhadap perubahan/potensi
PERUBAHAN, POTENSI LOKASI DAN WILAYAH DI Kota Pontianak,
tantangan pembangunan di Kota Pontianak, serta berbagai masalah yang
dihadapi Kota Pontianak,
3. Tersusunnya rumusan tentang tujuan, kebijakan,
dan strategi penataan ruang di Wilayah Kota Pontianak
4. Tersusunnya rencana struktur ruang dan sistem
jaringan prasarana (transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air
dan drainase, serta persampahan dan sanitasi) Wilayah Kota Pontianak,
5. Tersusunnya rencana pola ruang yang meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya dalam sistem kota,
6. Penetapan kawasan strategis di Kota Pontianak,
7. Tersusunnya arahan pemanfaatan ruang wilayah
Kota Pontianak yang berisikan indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan,
8. Tersusunnya ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang Wilayah Kota Pontianak yang berisikan indikasi arahan peraturan
zonasi sistem kota, arahan perijinan, arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi,
9. Tersusunnya rumusan yang jelas mengenai
operasionalisasi perwujudan RTRW Kota Pontianak yang dirinci per
periode tahapan tertentu, sumber dana dan stakeholder pelaksanaannya,
serta visualisasi operasionalisasi perwujudan RTRW Kota Pontianak dan
wujud visual yang menggambarkan perkiraan outcome dari setiap produk
utama RTRW.
1.8. KEDUDUKAN RTRW KOTA DALAM SISTEM PENATAAN RUANG DAN
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Kedudukan RTRW kota dalam sistem penataan ruang dan system perencanaan
pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.2. Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

PENDAHULUAN I - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK
RENCANA UMUM RENCANA RINCI

RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR Kawasan Strategis Nasional

RPJM Nasional

RPJP Provinsi RTRW Provinsi RTR Kawasan Strategis Provinsi

RPJM Provinsi

RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RTR Kawasan Strategis Kabupaten
RPJP
Kabupaten/Kota

RPJM RDTR Kota


Kabupaten/kota RTRW Kota
RTR Kawasan Strategis Kota

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri
atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota. Rencana
umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam
kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai
dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi
secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke
dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional.

PENDAHULUAN I - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Gambar 1.3. Peta Orientasi Wilayah Perencanaan

PENDAHULUAN I - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Gambar 1.4. Peta Wilayah Administrasi Kota Pontianak

PENDAHULUAN I - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PONTIANAK

Gambar 1.5. Peta Penggunaan Lahan Eksisting

PENDAHULUAN I - 26

Anda mungkin juga menyukai