Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah yang
ditimbulkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu kabupaten/kota tanpa
memperhatikan siapa pemilik produksinya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan
pendapatan atau balas jasa kepada faktor produksi yang ikut dalam proses
produksi di daerah tersebut.
PDRB Kota Bandar Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya meskipun
terdapat penurunan di salah satu sektor. Sektor produksi yang mengalami
6-1
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tabel 6.1
PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha
atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008
N
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
o
1 Pertanian 210,140 210,340 231,358 238,176 247,577
Pertambangan dan
2 80,686 77,288 75,905 74,714 72,574
Penggalian
Industri Pengolahan
3 746,367 798,200 918,547 1,014,690 1,064,500
Tanpa Migas
4 Listrik danAir Bersih 40,631 41,214 35,319 37,920 39,050
5 Bangunan 387,569 392,272 396,438 419,001 445,025
Perdagangan,Hotel&Res
6 948,289 968,952 972,055 999,763 1,037,251
toran
Pengangkutan dan
7 738,202 790,381 821,273 849,186 890,121
Komunikasi
Keuangan,Persewaan&J
8 634,984 725,942 842,867 997,416 1,159,261
asa Perusahaan
9 Jasa-jasa 762,595 773,600 785,284 795,292 840,638
Jumlah 4,549,463 4,778,189 5,079,046 5,426,158 5,795,996
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2009
Bappeda Kota Bandar Lampung
Gambar 6.1
PDRB Kota Bandar Lampung atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2004-2008
6-2
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Analisis PDRB yang dilakukan untuk Wilayah Kota Bandar Lampung menggunakan
perhitungan berdasarkan harga kontan dengan tahun dasar 2000, mengingat untuk
mendapatkan analisis PDRB yang baik dibutuhkan data series PDRB dari wilayah
yang bersangkutan dengan harga yang sama.
Total Nilai PDRB Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu 2004 – 2008
berdasarkan harga konstan tahun 1993 bila ditinjau dalam lingkup Propinsi
Lampung memberikan kontribusi rata – rata sebesar 19,1%, artinya Kota Bandar
Lampung dapat dikatakan sudah memberikan kontribusi yang relatif besar serta
memiliki peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan perekonomian wilayah
Propinsi Lampung.
Secara umum, gambaran peran dan kedudukan Kabupaten dan Kota di Propinsi
Lampung dalam konstelasi pengembangan ekonomi wilayah Propinsi Lampung di
tahun 2008 mempunyai urutan sebagai berikut :
1. Kota Bandar Lampung
2. Kabupaten Lampung Tengah
3. Kabupaten Lampung Selatan
4. Tulang Bawang
5. Kabupaten Lampung Timur
6. Kabupaten Tanggamus
7. Kabupaten Lampung Utara
8. Kabupaten Lampung Barat
9. Kabupaten Way Kanan
10. Kota Metro
Dari 10 kabupaten dan Kota diatas, terdapat 2 Kabupaten yang akan menjadi
kompetitor bagi Kota Bandar Lampung dalam konteks perekonomian wilayah
Propinsi Lampung, yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung
Selatan. Adapun mengenai hal ini dapat diliht pada Tabel 6.2.
6-3
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tabel 6.2
Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Terhadap Provinsi Lampung
Atas Dasar Harga Konstan,Tahun 2004-2008 (Persen)
Tabel 6.3
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung Terhadap Provinsi
Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2004-2008 (Persen)
Pertambangan dan Penggalian -10.0 -12.4 -5.1 -3.0 -4.3 6.9 -4.2 -1.8 -1.6 -1.7
Industri Pengolahan Tanpa Migas 4.7 4.2 4.5 6.3 8.9 5.6 6.9 15.1 10.5 11.1
Listrik danAir Bersih 7.0 5.0 3.4 10.2 14.4 1.8 1.4 -14.3 3.1 3.3
Bangunan 2.9 2.9 3.6 5.3 7.5 2.2 1.2 1.1 1.2 1.2
Perdagangan,Hotel
3.3 5.4 5.1 4.5 6.3 4.4 2.2 0.3 2.7 2.8
&Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi 6.3 5.7 5.9 7.9 11.2 9.4 7.1 3.9 5.0 5.3
Keuangan,Persewaan&
26.1 6.9 11.6 15.1 21.3 32.2 14.3 16.1 19.4 20.7
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 1.6 2.4 2.2 4.6 6.5 0.5 1.4 1.5 2.2 2.3
Jumlah 47.5 24.7 36.6 56.4 79.7 7.7 5.0 6.3 7.0 7.4
Sumber: Hasil Analisis 2009
Dari tabel laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandar lampung terhadap Provinsi
lampung, dapat diketahui sektor / lapangan usaha di Kota Bandar Lampung yang
laju pertumbuhannya ekonominya berada diatas laju pertumbuhan Propinsi
Lampung berdasarkan PDRB atas harga konstan 2000 pada tahun 2008, adalah:
Keuangan,Persewaan&Jasa Perusahaan yaitu sebesar 20,7%
Industri Pengolahan Tanpa Migas yaitu sebesar 11,1%
Gambar 6.2
6-4
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tabel 6.4
Proyeksi Pertumbuhan PDRB Lapangan usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2030 Atas Harga Konstan Tahun 2000 ( r = 6,67 % / Tahun)
Dari hasil proyeksi dapat diketahui sektor pembangunan yang memiliki prospek
pengembangan yang cukup baik adalah;
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
6-5
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Gambar 6.3
Proyeksi Pertumbuhan PDRB Lapangan usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2030
Untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara riil dapat digambarkan melalui laju
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar
Lampung selama empat tahun terakhir (2004-2008) mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat. Perhitungan PDRB mulai tahun 2004 mangacu tahun dasar 2000.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat digambarkan
sebagai berikut: pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi yaitu sebesar 7,68 persen sedangkan untk tahun 2005 pertumbuhan
ekonomi mencapai 5,03 persen. Akan tetapi secara perlahan pada tahun 2006
6-6
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
pertumbuhan ekonomi merangkak naik sebesar 6,30 persen dan pada tahun 2008
mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat yaitu sebesar 7,41 persen.
Tabel 6.5
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Bandar Lampung
Tahun 2003-2007 (Persen)
2008*
Sektor 2004 2005 2006 2007
*
Pertanian 4.46 0.10 9.99 2.04 2.18
Pertambangan dan Penggalian 6.91 -4.21 -1.79 -1.57 -1.67
Industri Pengolahan Tanpa Migas 5.62 6.94 15.08 10.47 11.15
Listrik danAir Bersih 1.77 1.43 -14.30 3.07 3.27
Bangunan 2.16 1.21 1.06 1.16 1.24
Perdagangan,Hotel&Restoran 4.36 2.18 0.32 2.67 2.84
Pengangkutan dan Komunikasi 9.44 7.07 3.91 5.00 5.33
Keuangan,Persewaan&Jasa
32.16 14.32 16.11 19.42 20.68
Perusahaan
Jasa-jasa 0.53 1.44 1.51 2.18 2.32
PDRB 7.68 5.03 6.30 6.95 7.41
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2009
Untuk pertumbuhan sektoral tahun 2008, sektor keuangan, persewaan & jasa
perusahaan mengalami laju pertumbuhan tertinggi diantara sektor lainnya yaitu
sebesar 20,68 persen. Sektor lain juga mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu
sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan & komunikasi dengan nilai
sebesar 11,15 persen dan 5,33 persen. Sementara itu untuk sektor pertambangan
dan penggalian laju pertumbuhannya melambat sebesar -1,67 persen dan
merupajan sektor yang pertumbuhannya paling kecil.
Hal tersebut diatas tentunya akan didikuti dengan ketersediaan sarana penunjang
yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan alat komunikasi dalam
6-7
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
hal ini telepon seluler yang semakin mewabah saat ini memberikan andil yang
sangat besar terhadap peningkatan sektor ini.
6-8
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tabel 6.6
Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita
Kota Bandar Lampung tahun 2003 – 2008
Gambar 6.5
PDRB Per Kapita Kota Bandar Lampung
Tahun 2004-2008
6-9
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam
satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan
Kota Bandar Lampung terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan lain-lain PAD. Pendapatan daerah Kota Bandar Lampung tiap
tahunnya semakin meningkat, hal ini juga diikuti dengan belanja Kota Bandar
Lampung. Sumber pendapatan terbesar Kota Bandar Lampung tahun 2007 berasal
dari Dana Perimbangan. Sedangkan untuk pendapatan yang berasal dari PAD
merupakan pendapatan paling kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
6.7.
Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja langsung dan Belanja Tidak
Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang diselenggarakan tidak
trkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan dan bantuan tidak terduga. Sedangkan Belanja Langsung merupakan
belanja yang diselenggarakan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan seperti; belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan serta modal.
Untuk lebih jelasnya mengenai Pengeluaran Belanja dapat dilihat pada Tabel 6.8.
Gambar 6.6
Perkembangan Pendapatan dan Belanja APBD
Tahun 2004-2007
TABEL 6.7
6 - 10
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
TABEL 6.8
6 - 11
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
6 - 12
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Kegiatan ekspor impor dan perdagangan antar pulau didominasi oleh keberadaan
Pelabuhan Panjang. Volume ekspor dan impor melalui Pelabuhan Panjang sebagian
besar diangkut kapal asing. Volume ekspor impor melalui Pelabuhan Panjang dari
tahun 1991 hingga tahun 2002 menunjukkan selisih nilai ekspor atas nilai impor,
walau pada beberapa tahun terdapat selisih impor atas ekspor. Perkembangan
ekspor impor melalui Pelabuhan Panjang tahun 1991-2009 disajikan pada Tabel
6.9.
Tabel 6.9
Volume Ekspor dan Impor Melalui Pelabuhan Panjang
Tahun 1991-2007
6 - 13
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tenaga Kerja
Tahun jumlah Proyek Investasi
indonesia asing
2002
PMDN 53 780,421,105 6,252 3
PMDA 21 105,157,198 2,619 51
2003
PMDN 53 788,499,338 7,492 4
PMDA 21 105,309,241 2,799 60
2004
PMDN 53 792,961,186 8,006 5
PMDA 21 112,674,699 2,810 58
2005
PMDN 53 776,527,366 7,026 3
PMDA 26 129,837,725 2,136 52
2006
PMDN 53 776,527,366 7,026 3
PMDA 26 129,837,725 2,136 52
2007
PMDN 53 776,527,366 7,026 3
PMDA 26 129,837,725 2,136 52
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2008
Jika dilihat pada grafik diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi di
Kota Bandar Lampung tidak begitu signifikan, terutama bagi Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 pertambahan
ivestasi penanaman modal hanya terjadi pada tahun 2005, yaitu adanya
penambahan investasi Penanaman Modal Asing.
Gambar 6.7
Perkembangan Investasi Kota Bandar Lampung
Tahun 2002-2007
6 - 14
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Sektor usaha unggulan Kota Bandar Lampung saat ini adalah perdagangan, hotel
dan restoran. Sektor ini sangat berperan besar dalam memberikan kontribusi bagi
perekonomian Kota Bandar Lampung. Posisi geografis Kota Bandar Lampung yang
merupakan pintu masuk Pulau Sumatera menjadikan sektor ini sangat mempunyai
potensi yang cukup besar, selain itu dengan peran Kota Bandar Lampung sebagai
Pusat Kegiatan Nasional menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai Pusat
Pengembangan untuk wilayah-wilayah sekitarnya khususnya Sumatera bagian
selatan. Secara kasat mata Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi menjadi
barometer usaha perdagangan, yang ditandai dengan kemunculan pasar baru baik
tradisional maupun modern. Perkembangan warung makan baik tradisional maupun
6 - 15
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
siap saji juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan sektor ini. Bertambah
banyaknya pengguna jasa perhotelan di Kota Bandar Lampung juga menyumbang
meningkatnya sektor ini.
Terbentuknya sumbangan sektor ini pada tahun 2008 terhadap perekonomian Kota
Bandar Lampung sebesar 16,65 persen tidak terlepas dari peran subsektor
perdagangan sebesar 12,75 persen, hotel sebesar 0,30 persen dan restoran
sebesar 3,60 persen. Subsektor hotel mengalami pertumbuhan paling tinggi
dibanding dua subsektor lainnya yaitu sebesar 5,06 persen dengan nilai tambah
yang diciptakan sebesar 31,29 milyar rupiah.
Tabel 6.11
PDRB Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung
Tahun 2004-2008
Gambar 6.8
Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung
Tahun 2003-2007
6 - 16
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Struktur perekonomian Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 didominasi oleh 4
(empat) sektor Lapangan Usaha yang memberikan kontribusi terhadap PDRB 2008
dengan presentase yang sama. Sesuai dengan jumlah presentase kontribusi PDRB
tahun 2008, struktur perekonomian Kota Bandar Lampung adalah:
Tabel 6.12
Presentase Per Sektor terhadap Total PDRB
Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 2004-2008
6 - 17
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
6.3SHIFT-SHARE
Analisis sift and share merupakan salah satu model analisis kegiatan ekonomi
untuk mengetahui sumber-sumber penyebab pertumbuhan suatu region/wilayah.
Analisis shift and share juga sering digunakan untuk mengukur perubahan
kesempatan kerja pada suatu wilayah. Menurut analisis shift and share, perubahan
kesempatan kerja nasional yang dipandang sebagai dampak netto dari tiga
pengaruh pertumbuhan nasional, pengaruh bauran industri/ kinerja sektor, dan
perubahan pangsa regional yang dilihat dari kontribusi yang diberikan kepada
nasional.
Rumus:
R=N+M+S
Keterangan:
Tabel 6.13
Shift and Share Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2003 – 2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
6 - 18
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
6 - 19
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Apabila nilai LQ-nya <1,0, maka sektor tersebut belum dapat memenuhi
kebutuhan wilayah tersebut, sehingga diperlukan kontribusi dari wilayah lain
untuk memenuhi kebutuhannya.
Apabila nilai LQ-nya =1,0, maka sektor tersebut hanya dapat memenuhi
kebutuhan wilayah tersebut akan sektor pembangunan tersebut.
Apabila nilai LQ-nya > 1,0, maka sektor tersebut selain dapat memenuhi
kebutuhan wilayahnya juga dapat memberikan kontribusi bagi wilayah yang
lain.
Rumus:
Keterangan:
Xr: Nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota Bandar Lampung)
Rr: Total nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota Bandar Lampung)
Xn: Nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Rn: Total nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Tabel 6.14
Nilai Location Quetient (LQ) Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2004 – 2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
N
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
o
1 Pertanian 0.11 0.10 0.11 0.10 0.11
2 Pertambangan dan Penggalian 0.49 0.53 0.54 0.55 0.61
3 Industri Pengolahan Tanpa Migas 1.24 1.26 1.37 1.41 1.56
4 Listrik danAir Bersih 2.54 2.43 1.99 1.85 2.04
5 Bangunan 1.68 1.64 1.58 1.50 1.66
6 Perdagangan,Hotel&Restoran 1.34 1.29 1.22 1.19 1.31
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.77 2.78 2.69 2.59 2.86
Keuangan,Persewaan&Jasa
8 2.29 2.43 2.49 2.56
Perusahaan 2.83
9 Jasa-jasa 2.10 2.06 2.02 1.96 2.17
Sumber: Hasil Analisa, 2009.
6 - 20
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Dari hasi analisis diatas dapat diketahui urutan sektor yang mejadi sektor basis di
Kota Bandar Lampung tahun 2008, yaitu:
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, persewaan dan jasa
Jasa-jasa
Listrik dan air bersih
Bangunan
Industri pengolahan tanpa migas
Perdagangan, hotel dan restoran
Kondisi tersebut ditunjang oleh aktivitas kegiatan masyarakat yang sebagian besar
bekerja pada sektor – sektor pembangunan diatas serta sesuai dengan fungsi dan
kedudukan Kota Bandar Lampung dalam konteks Perekonomian Wilayah Propinsi
Lampung.
6.5KOEFISIEN SPESIALISASI
Koefisien Spesialisasi adalah suatu model besaran yang menunjukan suatu besaran
yang dapat menggambarkan tingkat spesialisasi wialayah terhadap kegiatan
ekonomi tertentu. Selain itu, Tujuan akhir dari analisis spesialisasi adalah untuk
melihat dan mengidentifikasikan sektor – sektor tertentu yang menjadi satu ciri dan
bentuk karakteristik ekonomi pada satu wilayah.
6 - 21
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Rumus:
Keterangan:
Xr: Nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota Bandar Lampung)
Rr: Total nilai sektor/ industri x dalam sub region(Kota Bandar Lampung)
Xn: Nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Rn: Total nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Nilai =1 artinya wilayah yang ditinjau memiliki spesialisasi pada sektor-sektor
tertentu.
Tabel 6.15
Nilai Koefisien Spesialisasi Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2004 – 2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Nilai adalah 0.39, Jadi dapat dikatakan Kota Bandar Lampung tidak ada
spesialisasi pada ke 7 sektor yang ada. Hal ini dimungkinkan karena persaingan
masing-masing sektor cukup ketat diantara sektor-sektor yang ada di Bandar
Lampung terhadap Kabupaten lainnya di wilayah Provinsi Lampung.
6.6KOEFISIEN LOKALISASI
6 - 22
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Rumus:
Keterangan:
Xr: Nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota/Kabupaten)
Rr: Total nilai sektor/ industri x dalam sub region(Kota/Kabupaten)
Xn: Nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Rn: Total nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Dalam hal ini yang dilihat adalah selisih dari presentase ratio antara perekonomian
di kota/ kabupaten dengan perekonomian provinsi.
Nilai =1 menunjukan pemusatan penuh atau industri terkumpul dalam suatu
wilayah. Nilai koefisien lokalisasi dapat dilihat pada Tabel 6.16.
Tabel 6.16
Nilai Koefisien Lokalisasi Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
6 - 23
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Pertanian 2.00 3.75 1.69 1.77 2.92 -0.68 1.62 1.72 -15.12 -0.91
Pertambangan dan
Penggalian -2.35 -3.78 -4.51 48.81 -7.00 -5.95 -0.79 -11.36 -7.86 -1.41
Industri Pengolahan
Tanpa Migas -3.17 -5.97 -2.33 -5.42 2.06 1.40 0.01 7.32 7.35 -0.87
Listrik danAir Bersih 0.16 -5.98 0.95 -5.88 3.73 7.66 -2.62 -10.78 13.54 2.12
(Xr/Xn)-
(Rr/Rn) Bangunan -0.65 -0.20 -0.82 -1.09 3.04 -0.63 -0.35 -8.41 7.81 -0.12
Perdagangan,Hotel
&Restoran 0.80 -1.16 -1.70 0.56 -1.80 0.80 -1.93 1.83 2.28 0.28
Pengangkutan dan
Komunikasi -1.95 -4.60 2.06 -6.62 -9.98 0.07 -2.15 -1.96 27.01 0.95
Keuangan,Persewaan
&Jasa Perusahaan -2.41 -2.85 -0.37 -6.28 -5.08 0.42 -2.50 -6.29 26.59 2.52
Jasa-jasa -2.09 0.23 -0.88 -5.63 -2.57 1.18 -0.07 -8.03 14.68 3.07
Sumber: Hasil Analisis, 2009
6.7SEKTOR UNGGULAN
6 - 24
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tabel 6.17
Presentase Per Sektor terhadap Total PDRB
Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 2004-2008
6.8KONDISI KEPARIWISATAAN
Kota Bandar Lampung menjadi obyek wisata pilihan bagi banyak warga Jakarta.
Bandar Lampung memang tidak terlalu jauh dari Jakarta. Sebagai ibu kota provinsi,
Bandar Lampung pun adalah kota yang cukup lengkap. Berbagai jenis wisata dan
makanan tersedia di kota ini. Pariwisata di Kota Bandar Lampung memiliki banyak
potensi untuk dapat dikembangkan. Hal tersebut didukung dengan adanya elemen-
elemen pendukung seperti hotel, restoran, seni budaya, kerajinan tangan, masih
banyak pendukung lainnya.
Kepariwisataan Kota Bandar Lampung memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan dan untuk menarik pasar wisatawan yang lebih banyak dan
beragam. Hal ini selain disebabkan beragamnya objek dan daya tarik wisata di Kota
Bandar Lampung, juga karena lokasinya yang sangat rategis, yaitu merupakan
gerbang selatan Pulau Sumatera dengan letak dekat dengan ibukota negara DKI
Jakarta, serta ketersediaan fasilitas penunjang pariwisata yang sudah cukup
lengkap.
6 - 25
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tentunya dengan kondisi yang demikian, Kota Bandar Lampung mulai menjadi
salah satu altematif daerah tujuan wisata bagi penduduk DKI Jakarta dan lebih luas
lagi penduduk Pulau Jawa.Berdasarkan RIPP Provinsi Lampung tahun 1994-1995,
objek dan daya tarik wisata di Kota Bandar Lampung terdiri dari : Museum
Lampung, Kampus Universitas Lampung (UNILA), Kampus lAIN Raden Intan,
Lapangan Golf Permata Biru, Pasar Seni (Art Cent re) GOR Enggal, Plaza
Tanjungkarang, Pasar Tradisional Bambu Kuning, Rukun Pantai, Tahura Gunung
Betung, Pulau Kubur, Monumen Krakatau (Taman Dipangga), Pulau Way Lunik,
Pantai Gading, Pelabuhari Panjang, Kolam Renang Hotel Sahid Krakatau, Fasilitas
Rekreasi Hotel Marcopolo, TPI Lempasing, Pantai LKMD, Pantai Padasukaria, pusat
hiburan malam (diskotik, billyard center, karaoke).
Sejak tahun 1995 sampai dengan 2006, Kota Bandar Lampung mengalami
perkembangan pembangunan yang cukup pesat . Jumlah objek dan daya tarik
wisata di Kota Bandar Lampung pun bertambah banyak, terutama objek dan daya
tarik wisata alam dan buatan. Objek dan daya tarik wisata di Kota Bandar Lampung
pada tahun 2004 sampai saat ini meliputi obyek dan daya tarik wisata alam 10
lokasi, wisata budaya 13 lokasi, dan wisata buatan 12 lokasi. Berdasarkan hasil
survei primer dan perolehan data dan informasi dari pihak-pihak terkait , objek dan
daya tarik wisata yang terdapat di Kota Bandar Lampung saat ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini;
Tabel 6.18
Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kota Bandar Lampung
Wisata Alam
1 Puncak Sukadanaham, Desa Pemandangan Kota Bandar Lampung
Sukadanaham, Tanjungkarang Barat
2 Hutan Raya Wan Abdurahman, Desa Kekayaan flora dan tanaman hutan
Sukadanaham, Tanjungkarang Barat
3 Objek Wisata Alam Batu Putu, Jl. Raya Panorama alam dan Air Terjun
Batu Putu, Telukbetung Barat
5 Pantai Puri Gading, Jl. Laks. Martadinata, Panorama alam pantai, olahraga
Lempasing, Telukbetung Barat pantai (kano, menyelam), rekreasi
pantai
6 Pantai Tirtayasa, Jl. Laks. Martadinata, Panorama alam pantai dan rekreasi
Lempasing, Telukbetung Barat pantai
6 - 26
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
17 Museum Lampung “Ruwa Jurai”, Jl. Z.A. P. Museum dengan koleksi hasil
Alam Gedung Meneng kebudayaan masyarakat Lampung
18 Pasar Seni (Art Centre) Enggal, Jl. Kegiatan seni dan budaya
Sriwijaya, Tanjungkarang Pusat
19 Rumah Adat Lampung, Jl. Basuki Rachmat, Bentuk arsitektur tradisional Lampung
Telukbetung Utara
20 Taman Budaya, Jl. Cut Nyak Dien, Taman tempat rekreasi dan
Tanjungkarang Pusat pertunjukan budaya
21 Lamban Balak Kedatun Keagungan Rumah adat, dan perabot
Lampung peninggalan Kerajaan Lampung
22 Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR), Way Replika Rumah adat 10
Halim Kabupaten/Kota Propinsi Lampung
23. TPI Lempasing Kegiatan transaksi jual beli ikan oleh
nelayan
Wisata Buatan
24 Lapangan Golf, Jl. Endro Wiratmin, Kegiatan olah raga golf
Sukarame
25 Pasar Tradisional Bambu Kuning, Jl. Imam Pasar kebutuhari sehari-hari dan
Bonjol, Tanjungkarang Pusat kebutuhari lainnya
26 Central Plaza Pusat perbelanjaan
27 Mall Kartini Pusat perbelanjaan
28 Ramayana Pusat perbelanjaan
29 Plaza Lotus Pusat perbelanjaan
30 Simpur Center Pusat perbelanjaan
31 Pusat Hiburan Malam (diskotik, billyard Pusat hiburan malam di sepanjang
6 - 27
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Tabel 6.19
Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kawasan Wisata Batu Putu
Kota Bandar Lampung
6 - 28
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
Selain objek dan daya tarik wisata tersebut , Kota Bandar Lampung juga dilengkapi
oleh elemen pendukung wisata. Elemen pendukung tersebut dilengkapi oleh
sanggar – sanggar kesenian dan kerajinan yang mencirikan budaya dan adat ist
iadat Kota Bandar Lampung khususnya dan budaya Provinsi Lampung umumnya.
Saat ini sanggar – sanggar kesenian yang terdapat di Kota Bandar Lampung antara
lain sanggar kesenian tangan sebanyak 33 buah dan sanggar kerajinan tenun tapis
sebanyak 17 buah. Arsitektur rumah tradisional Lampung didasari oleh sistem
kekerabatan dan falsafah hidup masyarakatnya. Pada umumnya bangunan t
radisional Lampung berbentuk segi empat dan empat persei panjang yang oleh
orang Lampung disebut Pesagi dan Mahanyuk’an. Bangunan tempat penyimpanan
barang yang dikenal di daerah Lampung ialah lumbung padi yang disebut
balai/walai yang berbentuk persegi empat, bangunan berpanggung, dan
mempunyai bubungan perahu (serotong).
6 - 29
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
dari flora (antara lain bunga melur, kembang melati, dan daun waluh) dan fauna
(antara lain burung merak, ular, dan burung garuda), disamping motif – motif
gunung dan bukit ataupun yang bersifat keagamaan.
Kesenian tari Lampung sudah dikenal sejak dahulu kala, baik yang ditampilkan
pada upacara – upacara adat maupun pada cara hiburan. Jenis tarian Lampung
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jenis klasik (tradisional) dan tari kreasi baru
(kontemporer). Jenis tarian tradisional merupakan tarian yang sudah ada sejak
lampau dan hanya dipakai pada upacara – upacara adat tradisional seperti upacara
pengambilan gelar adat, pergantian pemimpin adat, perkawinan adat , dan
menyambut tamu agung. Tarian ini dibawakan oleh gadis dan bujang keluarga
pemimpin adat . Alat instrumen pengiring tarian disebut talo atau kulintang
Lampung. Tarian klasik Lampung tersebut adalah Tari Nyambai, Tari Kipas, Tari
Serunjung, Tari Piring, dan Tari Sahwi atau Tari Ceti. Sementara itu, tari kreasi
baru merupakan tarian tradisional yang sudah mendapatkan pengaruh tarian
modern. Jenis tari kreasi baru khas Lampung adalah Tari Sembah, Tari Manjau, Tari
Sebambangan dan Tari Serai Serumpun. Daya tarik wisata kesenian tari Lampung
tersebut ditunjang dengan keberadaan sanggar kesenian tari sebanyak 33 buah.
Tapis Lampung merupakan hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak
atau benang emas dan merupakan pakaian khas Suku Lampung. Tapis Lampung
biasanya berbentuk sarung dengan motif yang serupa dengan hiasan – hiasan pada
arsitektur tradisional, seperti motif alam, flora dan fauna. Peralatan yang digunakan
dalam membuat kain dasar dan motif – motif hiasnya masih sederhana dan dibuat
oleh kaum perempuan, baik ibu rumah tangga maupun gadis – gadis (muli) yang
dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang dan memenuhi tuntutan adat istiadat
yang dianggap sakral. Jenis tapis Lampung sangat beragam, dibedakan
berdasarkan asalnya (Tapis Lampung Pesisir : Tapis Inuh, Tapis Cucuk Andak;
Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego : Tapis Rajo Tunggal, Tapis Lawet Andak;
dan lainnya) dan berdasarkan pemakaiannya (Tapis Jung Sarat : untuk pengantin
wanita; Tapis Raja Medal : untuk kelompok isteri kerabat paling tua; dan lainnya).
Di Kota Bandar Lampung terdapat 17 buah sanggar kerajinan tenun tapis.
Daya tarik lainnya yang sangat potensial untuk menarik wisatawan datang ke Kota
Bandar Lampung adalah penyelenggaraan Festival Krakatau yang diadakan setiap
6 - 30
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030
6 - 31