Anda di halaman 1dari 31

Pemerintah Kota Bandar Lampung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)


Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tinjauan Aspek Perekonomian


[
[

Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

6.1KONDISI PEREKONOMIAN KOTA BANDAR LAMPUNG

6.1.1 Produk Domestik Regional Bruto

Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah satu ukuran


kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta karena kegiatan
yang menghasilkan pendapatan. Pendapatan regional atau wilayah tersebut adalah
tingkat besarnya pendapatan masyarakat pada wilayah tersebut. Tingkat
pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-
rata masyarakat pada wilayah tersebut. Yang dimaksud dengan pendapatan
masyarakat adalah nilai tambah dari kegiatan produksi yang terdapat di wilayah
tersebut, jadi tidak berarti identik dengan nilai produksi wilayahnya. Meskipun
demikian, perhitungan pendapatan regional atau wilayah (PDRB) tetap akan
memberikan suatu latar belakang dan perspektif mengenai pendapatan daerah dan
gambaran keadaan masyarakatnya.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah yang
ditimbulkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu kabupaten/kota tanpa
memperhatikan siapa pemilik produksinya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan
pendapatan atau balas jasa kepada faktor produksi yang ikut dalam proses
produksi di daerah tersebut.

PDRB Kota Bandar Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya meskipun
terdapat penurunan di salah satu sektor. Sektor produksi yang mengalami

6-1
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

penurunan adalah pertambangan dan penggalian, sedangkan kenaikan pendapatan


yang tertinggi adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa. Penurunan dan
Kenaikan ini menjadi salah satu faktor penyebab berubahnya sektor perekonomian
di Kota Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya mengenai PDRB Kota Bandar
Lampung dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1
PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha
atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008

N
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
o
1 Pertanian 210,140 210,340 231,358 238,176 247,577
Pertambangan dan
2 80,686 77,288 75,905 74,714 72,574
Penggalian
Industri Pengolahan
3 746,367 798,200 918,547 1,014,690 1,064,500
Tanpa Migas
4 Listrik danAir Bersih 40,631 41,214 35,319 37,920 39,050
5 Bangunan 387,569 392,272 396,438 419,001 445,025
Perdagangan,Hotel&Res
6 948,289 968,952 972,055 999,763 1,037,251
toran
Pengangkutan dan
7 738,202 790,381 821,273 849,186 890,121
Komunikasi
Keuangan,Persewaan&J
8 634,984 725,942 842,867 997,416 1,159,261
asa Perusahaan
9 Jasa-jasa 762,595 773,600 785,284 795,292 840,638
Jumlah 4,549,463 4,778,189 5,079,046 5,426,158 5,795,996
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2009
Bappeda Kota Bandar Lampung

Gambar 6.1
PDRB Kota Bandar Lampung atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2004-2008

6-2
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Untuk mengetahui peranan dan potensi pengembangan dari sektor – sektor


pembangunan yang ada di Wilayah Kota Bandar Lampung terhadap Perekonomian
Wilayah tersebut pada tahun rencana 2030, maka perlu dilakukan analisa terhadap
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandar Lampung.

Analisis PDRB yang dilakukan untuk Wilayah Kota Bandar Lampung menggunakan
perhitungan berdasarkan harga kontan dengan tahun dasar 2000, mengingat untuk
mendapatkan analisis PDRB yang baik dibutuhkan data series PDRB dari wilayah
yang bersangkutan dengan harga yang sama.

Total Nilai PDRB Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu 2004 – 2008
berdasarkan harga konstan tahun 1993 bila ditinjau dalam lingkup Propinsi
Lampung memberikan kontribusi rata – rata sebesar 19,1%, artinya Kota Bandar
Lampung dapat dikatakan sudah memberikan kontribusi yang relatif besar serta
memiliki peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan perekonomian wilayah
Propinsi Lampung.

Secara umum, gambaran peran dan kedudukan Kabupaten dan Kota di Propinsi
Lampung dalam konstelasi pengembangan ekonomi wilayah Propinsi Lampung di
tahun 2008 mempunyai urutan sebagai berikut :
1. Kota Bandar Lampung
2. Kabupaten Lampung Tengah
3. Kabupaten Lampung Selatan
4. Tulang Bawang
5. Kabupaten Lampung Timur
6. Kabupaten Tanggamus
7. Kabupaten Lampung Utara
8. Kabupaten Lampung Barat
9. Kabupaten Way Kanan
10. Kota Metro

Dari 10 kabupaten dan Kota diatas, terdapat 2 Kabupaten yang akan menjadi
kompetitor bagi Kota Bandar Lampung dalam konteks perekonomian wilayah
Propinsi Lampung, yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung
Selatan. Adapun mengenai hal ini dapat diliht pada Tabel 6.2.

6-3
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tabel 6.2
Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Terhadap Provinsi Lampung
Atas Dasar Harga Konstan,Tahun 2004-2008 (Persen)

Kota/Kabupaten 2004 2005 2006 2007 2008


Kab. Lampung Barat 4.0 4.0 3.9 3.9 4.1
Kab. Tanggamus 9.3 9.4 9.5 9.5 10.3
Kab. Lampung Selatan 14.1 14.1 14.5 14.4 16.5
Kab. Lampung Timur 12.5 12.0 11.6 11.5 13.1
Kab. Lampung Tengah 15.7 15.9 16.0 16.1 18.6
Kab. Lampung Utara 8.6 8.6 8.7 8.7 9.5
Kab. Way Kanan 3.8 3.8 3.8 3.8 3.9
Kab. Tulang Bawang 12.2 12.3 12.4 12.5 13.9
Kota Bandar Lampung 16.1 16.3 16.5 16.6 19.1
Kota Metro 1.4 1.5 1.5 1.5 1.5
Sumber: Hasil Analisis 2009

Tabel 6.3
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung Terhadap Provinsi
Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2004-2008 (Persen)

LPE Provinsi Lampung LPE Kota Bandar Lampung


Lapangan Usaha
2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 5.6 4.7 5.4 5.5 7.8 4.5 0.1 10.0 2.0 2.2

Pertambangan dan Penggalian -10.0 -12.4 -5.1 -3.0 -4.3 6.9 -4.2 -1.8 -1.6 -1.7

Industri Pengolahan Tanpa Migas 4.7 4.2 4.5 6.3 8.9 5.6 6.9 15.1 10.5 11.1
Listrik danAir Bersih 7.0 5.0 3.4 10.2 14.4 1.8 1.4 -14.3 3.1 3.3
Bangunan 2.9 2.9 3.6 5.3 7.5 2.2 1.2 1.1 1.2 1.2
Perdagangan,Hotel
3.3 5.4 5.1 4.5 6.3 4.4 2.2 0.3 2.7 2.8
&Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi 6.3 5.7 5.9 7.9 11.2 9.4 7.1 3.9 5.0 5.3
Keuangan,Persewaan&
26.1 6.9 11.6 15.1 21.3 32.2 14.3 16.1 19.4 20.7
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 1.6 2.4 2.2 4.6 6.5 0.5 1.4 1.5 2.2 2.3
Jumlah 47.5 24.7 36.6 56.4 79.7 7.7 5.0 6.3 7.0 7.4
Sumber: Hasil Analisis 2009

Dari tabel laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandar lampung terhadap Provinsi
lampung, dapat diketahui sektor / lapangan usaha di Kota Bandar Lampung yang
laju pertumbuhannya ekonominya berada diatas laju pertumbuhan Propinsi
Lampung berdasarkan PDRB atas harga konstan 2000 pada tahun 2008, adalah:
 Keuangan,Persewaan&Jasa Perusahaan yaitu sebesar 20,7%
 Industri Pengolahan Tanpa Migas yaitu sebesar 11,1%
Gambar 6.2

6-4
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung


Terhadap Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan,
Tahun 2004-2008 (Persen)

Berdasarkan pertumbuhan ekonomi Kota bandar lampung diatas maka diperoleh


gambaran bahwa rata-rata pertumbuhan nialai PDRB-nya mencapai 6,67% per
tahun, sehingga nilai PDRB Kota Bandar Lampung atas dasar Harga Konstan tahun
2000 dapat diproyeksikan hingga tahun rencana 2030 dengan menggunakan
metode eksponensial. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4
Proyeksi Pertumbuhan PDRB Lapangan usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2030 Atas Harga Konstan Tahun 2000 ( r = 6,67 % / Tahun)

No Lapangan Usaha 2008 2010 2020 2030


1 Pertanian 251,408 286,083 395,160 545,825
2 Pertambangan dan Penggalian 79,563 90,537 125,056 172,738
Industri Pengolahan 1,080,54
3
Tanpa Migas 8 1,229,579 1,698,390 2,345,949
4 Listrik danAir Bersih 38,765 44,111 60,930 84,161
5 Bangunan 427,071 485,974 671,265 927,203
Perdagangan,Hotel 1,062,73
6
&Restoran 4 1,209,308 1,670,391 2,307,274
7 Pengangkutan dan Komunikasi 918,333 1,044,991 1,443,423 1,993,769
Keuangan,Persewaan 1,071,91
8 & Jasa Perusahaan 6 1,219,756 1,684,822 2,327,208
9 Jasa-jasa 854,483 972,335 1,343,065 1,855,147
5,784,82 6,582,673.9 9,092,502.4 12,559,273.0
Jumlah
  1 9 2 7
Sumber: Hasil analisis, 2009

Dari hasil proyeksi dapat diketahui sektor pembangunan yang memiliki prospek
pengembangan yang cukup baik adalah;
 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

6-5
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Industri Pengolahan Tanpa Migas


 Perdagangan, Hotel dan Restoran

Gambar 6.3
Proyeksi Pertumbuhan PDRB Lapangan usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2030

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang dapat


menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan
untuk menilai samapi seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah
dalam periode waktu tertentu. Sehingga indikator ini dapat pula dipakai untuk
menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan yang
positif menunjukan adanya peningkatan perekonomian, dan sebaliknya
pertumbuhan yang negatif menunjukan adanya penurunan perekonomian.

Untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara riil dapat digambarkan melalui laju
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar
Lampung selama empat tahun terakhir (2004-2008) mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat. Perhitungan PDRB mulai tahun 2004 mangacu tahun dasar 2000.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat digambarkan
sebagai berikut: pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi yaitu sebesar 7,68 persen sedangkan untk tahun 2005 pertumbuhan
ekonomi mencapai 5,03 persen. Akan tetapi secara perlahan pada tahun 2006

6-6
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

pertumbuhan ekonomi merangkak naik sebesar 6,30 persen dan pada tahun 2008
mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat yaitu sebesar 7,41 persen.

Tabel 6.5
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Bandar Lampung
Tahun 2003-2007 (Persen)

2008*
Sektor 2004 2005 2006 2007
*
Pertanian 4.46 0.10 9.99 2.04 2.18
Pertambangan dan Penggalian 6.91 -4.21 -1.79 -1.57 -1.67
Industri Pengolahan Tanpa Migas 5.62 6.94 15.08 10.47 11.15
Listrik danAir Bersih 1.77 1.43 -14.30 3.07 3.27
Bangunan 2.16 1.21 1.06 1.16 1.24
Perdagangan,Hotel&Restoran 4.36 2.18 0.32 2.67 2.84
Pengangkutan dan Komunikasi 9.44 7.07 3.91 5.00 5.33
Keuangan,Persewaan&Jasa
32.16 14.32 16.11 19.42 20.68
Perusahaan
Jasa-jasa 0.53 1.44 1.51 2.18 2.32
PDRB 7.68 5.03 6.30 6.95 7.41
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2009

Untuk pertumbuhan sektoral tahun 2008, sektor keuangan, persewaan & jasa
perusahaan mengalami laju pertumbuhan tertinggi diantara sektor lainnya yaitu
sebesar 20,68 persen. Sektor lain juga mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu
sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan & komunikasi dengan nilai
sebesar 11,15 persen dan 5,33 persen. Sementara itu untuk sektor pertambangan
dan penggalian laju pertumbuhannya melambat sebesar -1,67 persen dan
merupajan sektor yang pertumbuhannya paling kecil.

Sebagai Ibukota Provinsi, Bandar Lampung merupakan pusat seluruh kegiatan


ekonomi. Perputaran uang yang semakin cepat di Bandar Lampung, membuat
sektor kauangan juga semakin meningkat. Peredaran uang yang banyak di
masyarakat secara otomatis akan meningkatkan pola kosumsi masyarakat. Dengan
meningkatnya pola kosumsi masyarakat ini membuat beberapa sektor usaha juga
meningkat, seperti di sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu dengan
munculnya berbagai pusat perdagangan dengan fasilitas modern dan restoran
cepat saji akhir-akhir ini.

Hal tersebut diatas tentunya akan didikuti dengan ketersediaan sarana penunjang
yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan alat komunikasi dalam

6-7
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

hal ini telepon seluler yang semakin mewabah saat ini memberikan andil yang
sangat besar terhadap peningkatan sektor ini.

6.1.3 PDRB Per Kapita

Indikator ekonomi penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan daerah


dalam hubungannya dengan kemajuan ekonomi daerah tersebut. Indikator
ekonomi tersebut adalah pendapatan regional yang biasanya dipakai sebagai
indikator perkembangan kesejahteraan rakyat. Pendapatan regional diperoleh dari
PDRB setelah dikurang dengan punyusutan dan pajak-pajak, dan ditambah
pendapatan netto antar daerah. Jika pendapatan netto antar daerah dianggap nol
dengan asumsi bahwa pandapatan yang masuk dan pendapatan yang keluar sama,
maka pendapatan regional dapat ditunjukan dengan PDRB. Demikian pula
pendapatan perkapita dapat tercermin dari PDRB per kapita. PDRB perkapita
disajikan berdasarkan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dipengaruhi oleh faktor produksi dan
harga barang/jasa. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan pengaruh
harga barang/jasa ddihilangkan. Sehingga gambaran tersebut diatas dapat
dijadikan telaah dalam membandingkan pendapatan regional antar waktu. Kalau
pendapatan regional maupun PDRB atas dasar harga berlaku pengaruh inflasi
sangat dominan.

Pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berdampak pada


meningkatnya PDRB per kapita penduduk, apabila disertai dengan upaya
pengendalian jumlah penduduk. Perlu diketahui bahwa PDRB per kapita tidak
sepenuhnya menggambarkan peningkatan pendapatan per orang penduduk
setempat, namun indikator ekonomi ini antara lain dapat digunakan untuk menilai
apakah upaya pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan
capaian nilai tambah berdasarkan kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan
sumber daya. PDRB per kapita Kota Bandar Lampung terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2004 PDRB per kapita sebesar 5, 341, 848 juta rupiah,
tahun 2005, 900, 017 juta rupiah, tahun 2006 6,317,835juta rupiah, tahun 2007
dan 2008 kembali meningkat sebesar 6,317,835 juta rupiah dan 7,081,678 juta
rupiah.
Gambar 6.4
Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung
Tahun 2004-2008

6-8
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tabel 6.6
Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita
Kota Bandar Lampung tahun 2003 – 2008

No Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008


PDRB Atas Dasar Harga
4,224,841 4,549,463 4,778,188 5,079,047 5,432,246 5,810,007
1 Konstan (Juta RP)
2 Penyusutan ( Juta Rp) 271,290 286,850 301,958 317,446 339,521 363,131
Pajak Tak Langsung
277,217 296,243 314,838 330,727 353,726 378,324
3 Netto) (Juta Rp)
PDRN Atas Dasar Biaya
3,676,334 3,966,371 4,161,392 4,430,874 4,738,998 5,068,549
4 Faktor (Juta Rp)
Penduduk Pertengahan
790,895 800,490 809,860 803,922 812,133 820,428
5 Tahun (Jiwa)
6 PDRB Perkapita (Rp) 5,341,848 5,683,348 5,900,017 6,317,835 6,688,862 7,081,678
Pendapatan Regional
4,648,321 4,954,928 5,138,409 5,511,572 5,835,249 6,177,935
7 Perkapita (Rp)
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2009
Bapedda Kota Bandar Lampung

Gambar 6.5
PDRB Per Kapita Kota Bandar Lampung
Tahun 2004-2008

6.1.4 Profil Keuangan Kota Bandar Lampung

6-9
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam
satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan
Kota Bandar Lampung terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan lain-lain PAD. Pendapatan daerah Kota Bandar Lampung tiap
tahunnya semakin meningkat, hal ini juga diikuti dengan belanja Kota Bandar
Lampung. Sumber pendapatan terbesar Kota Bandar Lampung tahun 2007 berasal
dari Dana Perimbangan. Sedangkan untuk pendapatan yang berasal dari PAD
merupakan pendapatan paling kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
6.7.

Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja langsung dan Belanja Tidak
Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang diselenggarakan tidak
trkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan dan bantuan tidak terduga. Sedangkan Belanja Langsung merupakan
belanja yang diselenggarakan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan seperti; belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan serta modal.
Untuk lebih jelasnya mengenai Pengeluaran Belanja dapat dilihat pada Tabel 6.8.

Gambar 6.6
Perkembangan Pendapatan dan Belanja APBD
Tahun 2004-2007

TABEL 6.7

6 - 10
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

TABEL 6.8

6 - 11
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

6.1.5 Ekspor Import

6 - 12
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Kegiatan ekspor impor dan perdagangan antar pulau didominasi oleh keberadaan
Pelabuhan Panjang. Volume ekspor dan impor melalui Pelabuhan Panjang sebagian
besar diangkut kapal asing. Volume ekspor impor melalui Pelabuhan Panjang dari
tahun 1991 hingga tahun 2002 menunjukkan selisih nilai ekspor atas nilai impor,
walau pada beberapa tahun terdapat selisih impor atas ekspor. Perkembangan
ekspor impor melalui Pelabuhan Panjang tahun 1991-2009 disajikan pada Tabel
6.9.

Tabel 6.9
Volume Ekspor dan Impor Melalui Pelabuhan Panjang
Tahun 1991-2007

Tahun Ekspor Impor Jumlah


1991 1.099.358 133.082 966.276
1992 1.266.877 240.454 1.026.423
1993 1.341.564 189.917 1.151.647
1994 1.166.156 377.957 788.199
1995 1.744.935 719.144 1.025.791
1996 1.585.385 967.351 618.034

1997 1,897,526 944,921 952,605


1998 2,124,999 559,287 1,565,712
1999 2,532,973 834,194 1,698,779
2000 3,016,417 492,764 2,523,653
2001 2,939,371 553,067 2,386,304
2002 2,909,978 569,626 2,340,352
2003 3,088,562 516,059 2,572,503
2004 4,048,853 678,622 3,370,231
2005 3,917,397 725,476 3,191,921
2006 4,581,640 941,162 3,640,478
2007 4,528,574 1,108,418 3,420,156
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2008

6.1.6 Kondisi Investasi

kondisi usaha investasi dilihat dari perkembangan berdasarkan lokasi, nilai


investasi dan sektor penyerapannya serta sebaran realisasi penanaman modal baik
asing (PMA) maupun domestik (PMDN). Berikut data perkembangan investasi di

Kota Bandar Lampung.D Koa00007


Tabel 6.10
Jumlah PMDN dan PMDA Kota Bandar Lampung
Tahun 2002-2007

6 - 13
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tenaga Kerja
Tahun jumlah Proyek Investasi
indonesia asing
2002
PMDN 53 780,421,105 6,252 3
PMDA 21 105,157,198 2,619 51

2003
PMDN 53 788,499,338 7,492 4
PMDA 21 105,309,241 2,799 60

2004
PMDN 53 792,961,186 8,006 5
PMDA 21 112,674,699 2,810 58

2005
PMDN 53 776,527,366 7,026 3
PMDA 26 129,837,725 2,136 52

2006
PMDN 53 776,527,366 7,026 3
PMDA 26 129,837,725 2,136 52

2007
PMDN 53 776,527,366 7,026 3
PMDA 26 129,837,725 2,136 52
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2008

Jika dilihat pada grafik diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi di
Kota Bandar Lampung tidak begitu signifikan, terutama bagi Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 pertambahan
ivestasi penanaman modal hanya terjadi pada tahun 2005, yaitu adanya
penambahan investasi Penanaman Modal Asing.

Gambar 6.7
Perkembangan Investasi Kota Bandar Lampung
Tahun 2002-2007

6 - 14
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Secara keseluruhan, perkembangan dan sebaran investasi PMDN dan PMA


merupakan gambaran realisasi investasi Kota Bandar Lampung. Realisasi investasi
adalah kegiatan investasi yang direalisasikan oleh perusahaan dalam bentuk
kegiatan nyata yang sudah menghasilkan produksi barang/jasa. Perusahaan
tersebut juga telah memperoleh Izin Usaha Tetap (IUT) dari Pemerintah daerah
(DPIKP) berdasarkan Undang-undang Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dan Undang-undang No.1 Tahun 1967 Tentang Penanaman
Modal Asing (PMA). Perkembangan dan sebaran investasi ini juga dipengaruhi oleh
adanya pengembangan infrastruktur yang mempengaruhi iklim investasi di Kota
Bandar Lampung.

6.1.7 Kondisi Sektor Usaha Unggulan

Sektor usaha unggulan Kota Bandar Lampung saat ini adalah perdagangan, hotel
dan restoran. Sektor ini sangat berperan besar dalam memberikan kontribusi bagi
perekonomian Kota Bandar Lampung. Posisi geografis Kota Bandar Lampung yang
merupakan pintu masuk Pulau Sumatera menjadikan sektor ini sangat mempunyai
potensi yang cukup besar, selain itu dengan peran Kota Bandar Lampung sebagai
Pusat Kegiatan Nasional menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai Pusat
Pengembangan untuk wilayah-wilayah sekitarnya khususnya Sumatera bagian
selatan. Secara kasat mata Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi menjadi
barometer usaha perdagangan, yang ditandai dengan kemunculan pasar baru baik
tradisional maupun modern. Perkembangan warung makan baik tradisional maupun

6 - 15
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

siap saji juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan sektor ini. Bertambah
banyaknya pengguna jasa perhotelan di Kota Bandar Lampung juga menyumbang
meningkatnya sektor ini.

Terbentuknya sumbangan sektor ini pada tahun 2008 terhadap perekonomian Kota
Bandar Lampung sebesar 16,65 persen tidak terlepas dari peran subsektor
perdagangan sebesar 12,75 persen, hotel sebesar 0,30 persen dan restoran
sebesar 3,60 persen. Subsektor hotel mengalami pertumbuhan paling tinggi
dibanding dua subsektor lainnya yaitu sebesar 5,06 persen dengan nilai tambah
yang diciptakan sebesar 31,29 milyar rupiah.

Tabel 6.11
PDRB Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung
Tahun 2004-2008

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008


Perdagangan Besar &
888,417.00 891,149.00 1,176,367.68 1,371,602.06 1,557,817.30
Eceran
Hotel 22,437.49 23,886.10 25,827.06 32,561.21 39,848.04
Restoran 241,499.00 248,180.00 260,589.00 384,679.45 528,390.18
Jumlah 1,152,353.49 1,163,215.10 1,462,783.74 1,788,842.72 2,126,055.52
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2008

Gambar 6.8
Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung
Tahun 2003-2007

6.2STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDAR LAMPUNG

6 - 16
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Struktur perekonomian Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 didominasi oleh 4
(empat) sektor Lapangan Usaha yang memberikan kontribusi terhadap PDRB 2008
dengan presentase yang sama. Sesuai dengan jumlah presentase kontribusi PDRB
tahun 2008, struktur perekonomian Kota Bandar Lampung adalah:

1. Industri pengolahan tanpa migas


2. Keuangan, persewaan & jasa perusahaan
3. Perdagangan, hotel & restoran
4. Pengangkutan dan komunikasi
5. Jasa-jasa
6. Bangunan
7. Pertanian
8. Pertambangan dan penggalian
9. Listrik dan air bersih

Tabel 6.12
Presentase Per Sektor terhadap Total PDRB
Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 2004-2008

No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008


1 Pertanian 4.62 4.40 4.56 4.35 4.48
2 Pertambangan dan Penggalian 1.77 1.62 1.49 1.38 1.57
Industri Pengolahan Tanpa
3 Migas 16.41 16.71 18.09 18.68 17.47
4 Listrik dan Air Bersih 0.89 0.86 0.70 0.67 0.78
5 Bangunan 8.52 8.21 7.81 7.38 7.98
6 Perdagangan,Hotel&Restoran 20.84 20.28 19.14 18.37 19.66
7 Pengangkutan dan Komunikasi 16.23 16.54 16.17 15.87 16.20
Keuangan,Persewaan&Jasa
8 Perusahaan 13.96 15.19 16.59 18.53 16.07
9 Jasa-jasa 16.76 16.19 15.46 14.77 15.80
Sumber: Hasil Analisis 2009

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan struktur


perekonomian. Pada tahun 2004 hingga 2006 sektor perdagangan, hotel & restoran
mendominasi perekonomian Kota Banadar Lampung, akan tetapi pada tahun 2007
sempat mengalami penurunan dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota
Bandar Lampung. Pada tahun 2008 sektor tersebut mengalami kenaikan lagi.
Sedangkan untuk sektor industri pengolahan tanpa migas dan keuangan,
persewaan dan jasa meningkat setiap tahunnya dalam memberikan kontribusi
terhadap PDRB Kota Bandar Lampung.

6 - 17
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

6.3SHIFT-SHARE

Analisis sift and share merupakan salah satu model analisis kegiatan ekonomi
untuk mengetahui sumber-sumber penyebab pertumbuhan suatu region/wilayah.
Analisis shift and share juga sering digunakan untuk mengukur perubahan
kesempatan kerja pada suatu wilayah. Menurut analisis shift and share, perubahan
kesempatan kerja nasional yang dipandang sebagai dampak netto dari tiga
pengaruh pertumbuhan nasional, pengaruh bauran industri/ kinerja sektor, dan
perubahan pangsa regional yang dilihat dari kontribusi yang diberikan kepada
nasional.

Komponen pertumbuhanan ekonomi region:

1. N (National Growth Effect), dampak pertumbuhan ekonomi Provinsi


2. M (Industry Mix Effect), komposisi kegiatan ekonomi/ sektor regional (Kota
Bandar Lampung)
3. S (Regional Share Effect), share/ kontribusi masing-masing kegiatan ekonomi/
sektor di region (Kota Badar Lampung) terhadap kegiatan ekonomi/ sektor
sejenis dalam skala Provinsi dalam satu periode

Rumus:

R=N+M+S

Keterangan:

R : Total perubahan perekonomian regional (Kota Bandar Lampung)

N,M,S : Komponen individu dari perubahan tersebut

Tabel 6.13
Shift and Share Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2003 – 2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

6 - 18
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Sektor 2003 2008 R-Absolut N M S


Pertanian 201,158 251,408 34,927 100,579 4,074 -69,727
Pertambangan dan
75,471 79,563 -757 37,736 -55,085 16,592
Penggalian
Industri Pengolahan
706,670 1,080,548 308,020 353,335 -4,334 -40,980
Tanpa Migas
Listrik danAir Bersih 39,925 38,765 -3,523 19,962 3,844 -27,329
Bangunan 379,389 427,071 21,653 189,695 -33,991 -134,051
Perdagangan,Hotel
908,636 1,062,734 89,326 454,318 -27,192 -337,800
&Restoran
Pengangkutan dan
674,531 918,333 187,831 337,265 69,549 -218,983
Komunikasi
Keuangan,Persewaa
n 480,475 1,071,916 526,109 240,237 369,399 -83,528
&Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 758,586 854,483 43,818 379,293 -117,934 -217,541
Total 5,079,046 5,784,821 1,207,404 2,112,420 208,330 -1,113,346
Sumber: Hasil analisis, 2009

Analisis “National Growth Effect” (N)


Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, dengan mengacu pada presentase PDRB
berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2008 Kota Bandar Lampung memiliki
pertambahan sebesar 1,207,404. Secara kondisi ideal, seharusnya pertambahan
terjadi sebesar 2,11,420. Jadi terdapat kekurangan/ selisih sebesar 905,016. Hal ini
merupakan pengaruh dari Mix Effect (M) dan Regional Share Effect (S) yang terjadi
di Kota Bandar Lampung.

Analisis “Industry Mix Effect” (M)


Nilai M sebesar 208,330 mengindikasikan bahwa kinerja seluruh sektor yang ada di
Kota Bandar Lampung dalam kondisi yang cukup baik. Hal ini disebabkan oleh
kinerja sektor pertanian, listrik dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi serta
keuangan, persewaan & jasa cukup baik.

Analisis “Regional Share Effect” (S)


Lampung terhadap Provinsi masing kurang, hal ini dapat terlihat dari nilai S sebesar
“negatif” 1,113,346, artinya kegiatan ekonomi di Kota Bandar Lampung masih
perlu penambahan sebesar 1,004,861 juta rupah agar dapat memberikan
kontribusi tyang ideal terhadap Provinsi Lampung.

6.4LOCATION QUETIENT (LQ)

6 - 19
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Location Quetient ( LQ ) digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah


dalam sektor kegiatan perekonomian wilayah atau sektor pembangunan yang ada
di wilayah tersebut yang hasilnya dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :

 Apabila nilai LQ-nya <1,0, maka sektor tersebut belum dapat memenuhi
kebutuhan wilayah tersebut, sehingga diperlukan kontribusi dari wilayah lain
untuk memenuhi kebutuhannya.

 Apabila nilai LQ-nya =1,0, maka sektor tersebut hanya dapat memenuhi
kebutuhan wilayah tersebut akan sektor pembangunan tersebut.

 Apabila nilai LQ-nya > 1,0, maka sektor tersebut selain dapat memenuhi
kebutuhan wilayahnya juga dapat memberikan kontribusi bagi wilayah yang
lain.

Rumus:

Keterangan:

Xr: Nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota Bandar Lampung)
Rr: Total nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota Bandar Lampung)
Xn: Nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Rn: Total nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)

Tabel 6.14
Nilai Location Quetient (LQ) Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2004 – 2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

N
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
o
1 Pertanian 0.11 0.10 0.11 0.10 0.11
2 Pertambangan dan Penggalian 0.49 0.53 0.54 0.55 0.61
3 Industri Pengolahan Tanpa Migas 1.24 1.26 1.37 1.41 1.56
4 Listrik danAir Bersih 2.54 2.43 1.99 1.85 2.04
5 Bangunan 1.68 1.64 1.58 1.50 1.66
6 Perdagangan,Hotel&Restoran 1.34 1.29 1.22 1.19 1.31
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.77 2.78 2.69 2.59 2.86
Keuangan,Persewaan&Jasa
8 2.29 2.43 2.49 2.56
Perusahaan 2.83
9 Jasa-jasa 2.10 2.06 2.02 1.96 2.17
Sumber: Hasil Analisa, 2009.

6 - 20
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Dari hasi analisis diatas dapat diketahui urutan sektor yang mejadi sektor basis di
Kota Bandar Lampung tahun 2008, yaitu:
 Pengangkutan dan Komunikasi
 Keuangan, persewaan dan jasa
 Jasa-jasa
 Listrik dan air bersih
 Bangunan
 Industri pengolahan tanpa migas
 Perdagangan, hotel dan restoran

Kondisi tersebut ditunjang oleh aktivitas kegiatan masyarakat yang sebagian besar
bekerja pada sektor – sektor pembangunan diatas serta sesuai dengan fungsi dan
kedudukan Kota Bandar Lampung dalam konteks Perekonomian Wilayah Propinsi
Lampung.

6.5KOEFISIEN SPESIALISASI

Koefisien Spesialisasi adalah suatu model besaran yang menunjukan suatu besaran
yang dapat menggambarkan tingkat spesialisasi wialayah terhadap kegiatan
ekonomi tertentu. Selain itu, Tujuan akhir dari analisis spesialisasi adalah untuk
melihat dan mengidentifikasikan sektor – sektor tertentu yang menjadi satu ciri dan
bentuk karakteristik ekonomi pada satu wilayah.

Adapun data – data yang diperlukan dalam melakukan analisis dengan


menggunakan metode koefisien spesialisasi adalah nilai PDRB sektor di wilayah
tersebut, nilai PDRB sektor Propinsi Lampung, dan nilai LQ dari masing – masing
sektor pembangunan di Kota Bandar Lampung.

Parameter yang menentukan ada tidaknya prospek perkembangan satu sektor


tertentu di suatu wilayah adalah adanya selisih antara besaranya peranan sektor –
sektor di Kota Bandar Lampung terhadap peranan sektor – sektor Propinsi
Lampung yang bernilai positif (+).

6 - 21
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Rumus:

Keterangan:
Xr: Nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota Bandar Lampung)
Rr: Total nilai sektor/ industri x dalam sub region(Kota Bandar Lampung)
Xn: Nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Rn: Total nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)

Nilai =1 artinya wilayah yang ditinjau memiliki spesialisasi pada sektor-sektor
tertentu.

Tabel 6.15
Nilai Koefisien Spesialisasi Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung
Tahun 2004 – 2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

% Kota % Prov (Xr/Rr)-


Sektor LQ
(Xr/Rr) (Xn/Rn) (Xn/Rn)
Pertanian 4.35 42.55 -38.21 0.10
Pertambangan dan Penggalian 1 2.52 -1.15 0.55
Industri Pengolahan Tanpa Migas 18.68 13.24 5.44 1.41
Listrik dan Air Bersih 0.67 0.36 0.31 1.85
Bangunan 7.38 4.92 2.46 1.50
Perdagangan,Hotel&Restoran 18.37 15.50 2.87 1.19
Pengangkutan dan Komunikasi 15.87 6.12 9.75 2.59
Keuangan,Persewaan&Jasa
18.53 7.23 11.30 2.56
Perusahaan
Jasa-jasa 14.77 7.54 7.23 1.96
Total 100 100 - -
Sumber: Hasil analisis, 2009
Keterangan: = sektor basis
 =(5.44+0.31+2.46+2.87+9.75+11.30+7.32)/100
= 0.39

Nilai  adalah 0.39, Jadi dapat dikatakan Kota Bandar Lampung tidak ada
spesialisasi pada ke 7 sektor yang ada. Hal ini dimungkinkan karena persaingan
masing-masing sektor cukup ketat diantara sektor-sektor yang ada di Bandar
Lampung terhadap Kabupaten lainnya di wilayah Provinsi Lampung.

6.6KOEFISIEN LOKALISASI

6 - 22
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Koefisien lokalisasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk melihat


konsentrasi industri/sektor tertentu di Kota/ Kabupaten dibandingkan dengan
besaran Provinsi Lampung. Beberapa Kabupaten dan Kota di Propinsi Lampung
berbasis pada sektor kegiatan yang sama yaitu sebagai berikut :
1. Sektor pertanian
2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
3. Listrik dan Air Bersih

Rumus:

Keterangan:
Xr: Nilai sektor/ industri x dalam sub region (Kota/Kabupaten)
Rr: Total nilai sektor/ industri x dalam sub region(Kota/Kabupaten)
Xn: Nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)
Rn: Total nilai sektor/ industri x dalam region (Provinsi Lampung)

Dalam hal ini yang dilihat adalah selisih dari presentase ratio antara perekonomian
di kota/ kabupaten dengan perekonomian provinsi.

Nilai =1 menunjukan pemusatan penuh atau industri terkumpul dalam suatu
wilayah. Nilai koefisien lokalisasi dapat dilihat pada Tabel 6.16.

Hasil perhitungan dengan menggunakan koefisien Lokalisasi ini menunjukkan


bahwa tidak ada satu pun kabupaten dan kota di Propinsi Lampung yang menjadi
tempat pemusatan sektor kegiatan tertentu. Dengan demikian, terjadi pemerataan
pengembangan sektor – sektor di Propinsi Lampung dan tidak satu pun wilayah
kabupaten dan kota yang menjadi lokalisasi atau pemusatan satu kegiatan
tertentu. Semua sektor kegiatan di Propinsi Lampung yang berkembang tersebar di

kabupaten dan kota secara merata.

Tabel 6.16
Nilai Koefisien Lokalisasi Lapangan Usaha Kota Bandar Lampung

6 - 23
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Lamp. Tang Lamp. Lamp. Lamp. Lamp. Way Tulang Bandar


Sektor Metro
barat gamus Selatan Timur Tengah Utara Kanan Bawang Lamp.
Pertanian 5.97 13.42 11.96 13.42 19.25 8.19 5.51 14.40 1.76 0.49
Pertambangan dan
Penggalian 1.62 5.89 5.76 60.47 9.33 2.92 3.10 1.33 9.02 0.00
Industri Pengolahan
Tanpa Migas 0.81 3.70 7.94 6.24 18.39 10.27 3.90 20.01 24.23 0.54
Listrik danAir Bersih 4.13 3.69 11.22 5.77 20.06 16.53 1.27 1.90 30.42 3.53
% Xr/
Xn Bangunan 3.32 9.47 9.45 10.57 19.37 8.25 3.55 4.27 24.69 1.28
Perdagangan,Hotel
&Restoran 4.78 8.51 8.57 12.22 14.53 9.67 1.97 14.51 19.16 1.69
Pengangkutan dan
Komunikasi 2.02 5.07 12.33 5.04 6.35 8.94 1.74 10.72 43.89 2.36
Keuangan,Persewaan
&Jasa Perusahaan 1.56 6.81 9.90 5.38 11.25 9.29 1.39 6.39 43.46 3.93
Jasa-jasa 1.89 9.89 9.39 6.03 13.77 10.05 3.83 4.65 31.56 4.47
Rr/
Total
Rn 3.97 9.67 10.27 11.66 16.33 8.87 3.89 12.68 16.88 1.41
Sektor

Pertanian 2.00 3.75 1.69 1.77 2.92 -0.68 1.62 1.72 -15.12 -0.91
Pertambangan dan
Penggalian -2.35 -3.78 -4.51 48.81 -7.00 -5.95 -0.79 -11.36 -7.86 -1.41
Industri Pengolahan
Tanpa Migas -3.17 -5.97 -2.33 -5.42 2.06 1.40 0.01 7.32 7.35 -0.87
Listrik danAir Bersih 0.16 -5.98 0.95 -5.88 3.73 7.66 -2.62 -10.78 13.54 2.12
(Xr/Xn)-
(Rr/Rn) Bangunan -0.65 -0.20 -0.82 -1.09 3.04 -0.63 -0.35 -8.41 7.81 -0.12
Perdagangan,Hotel
&Restoran 0.80 -1.16 -1.70 0.56 -1.80 0.80 -1.93 1.83 2.28 0.28
Pengangkutan dan
Komunikasi -1.95 -4.60 2.06 -6.62 -9.98 0.07 -2.15 -1.96 27.01 0.95
Keuangan,Persewaan
&Jasa Perusahaan -2.41 -2.85 -0.37 -6.28 -5.08 0.42 -2.50 -6.29 26.59 2.52
Jasa-jasa -2.09 0.23 -0.88 -5.63 -2.57 1.18 -0.07 -8.03 14.68 3.07
Sumber: Hasil Analisis, 2009

6.7SEKTOR UNGGULAN

Identifikasi sektor unggulan secara ekonomi di Kota Bandar lampung dihasilkan


proses sektor basis, laju pertumbuhan ekonomi dan struktur produksi kegiatan –
kegiatan yang selama kurun waktu 4 tahun (1999– 2002)yang telah berlangsung.
Sektor – sektor unggulan dan mempunyai potensi perkembangan di Kota bandar
Lampung sebagai berikut :

1. Industri Pengolahan tanpa Migas


2. keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

3. Perdagangan, Hotel & industri

6 - 24
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.17
Presentase Per Sektor terhadap Total PDRB
Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 2004-2008

No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008


1 Pertanian 4.62 4.40 4.56 4.35 4.64
2 Pertambangan dan Penggalian 1.77 1.62 1.49 1.38 1.47
Industri Pengolahan Tanpa
3 Migas 16.41 16.71 18.09 18.68 19.93
4 Listrik danAir Bersih 0.89 0.86 0.70 0.67 0.71
5 Bangunan 8.52 8.21 7.81 7.38 7.88
6 Perdagangan,Hotel&Restoran 20.84 20.28 19.14 18.37 19.60
7 Pengangkutan dan Komunikasi 16.23 16.54 16.17 15.87 16.93
Keuangan,Persewaan&Jasa
8 Perusahaan 13.96 15.19 16.59 18.53 19.77
9 Jasa-jasa 16.76 16.19 15.46 14.77 15.76
Sumber: Hasil Analisa, 2009

6.8KONDISI KEPARIWISATAAN

Kota Bandar Lampung menjadi obyek wisata pilihan bagi banyak warga Jakarta.
Bandar Lampung memang tidak terlalu jauh dari Jakarta. Sebagai ibu kota provinsi,
Bandar Lampung pun adalah kota yang cukup lengkap. Berbagai jenis wisata dan
makanan tersedia di kota ini. Pariwisata di Kota Bandar Lampung memiliki banyak
potensi untuk dapat dikembangkan. Hal tersebut didukung dengan adanya elemen-
elemen pendukung seperti hotel, restoran, seni budaya, kerajinan tangan, masih
banyak pendukung lainnya.

6.8.1 Obyek dan Potensi Wisata

Kepariwisataan Kota Bandar Lampung memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan dan untuk menarik pasar wisatawan yang lebih banyak dan
beragam. Hal ini selain disebabkan beragamnya objek dan daya tarik wisata di Kota
Bandar Lampung, juga karena lokasinya yang sangat rategis, yaitu merupakan
gerbang selatan Pulau Sumatera dengan letak dekat dengan ibukota negara DKI
Jakarta, serta ketersediaan fasilitas penunjang pariwisata yang sudah cukup
lengkap.

6 - 25
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tentunya dengan kondisi yang demikian, Kota Bandar Lampung mulai menjadi
salah satu altematif daerah tujuan wisata bagi penduduk DKI Jakarta dan lebih luas
lagi penduduk Pulau Jawa.Berdasarkan RIPP Provinsi Lampung tahun 1994-1995,
objek dan daya tarik wisata di Kota Bandar Lampung terdiri dari : Museum
Lampung, Kampus Universitas Lampung (UNILA), Kampus lAIN Raden Intan,
Lapangan Golf Permata Biru, Pasar Seni (Art Cent re) GOR Enggal, Plaza
Tanjungkarang, Pasar Tradisional Bambu Kuning, Rukun Pantai, Tahura Gunung
Betung, Pulau Kubur, Monumen Krakatau (Taman Dipangga), Pulau Way Lunik,
Pantai Gading, Pelabuhari Panjang, Kolam Renang Hotel Sahid Krakatau, Fasilitas
Rekreasi Hotel Marcopolo, TPI Lempasing, Pantai LKMD, Pantai Padasukaria, pusat
hiburan malam (diskotik, billyard center, karaoke).

Sejak tahun 1995 sampai dengan 2006, Kota Bandar Lampung mengalami
perkembangan pembangunan yang cukup pesat . Jumlah objek dan daya tarik
wisata di Kota Bandar Lampung pun bertambah banyak, terutama objek dan daya
tarik wisata alam dan buatan. Objek dan daya tarik wisata di Kota Bandar Lampung
pada tahun 2004 sampai saat ini meliputi obyek dan daya tarik wisata alam 10
lokasi, wisata budaya 13 lokasi, dan wisata buatan 12 lokasi. Berdasarkan hasil
survei primer dan perolehan data dan informasi dari pihak-pihak terkait , objek dan
daya tarik wisata yang terdapat di Kota Bandar Lampung saat ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini;

Tabel 6.18
Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kota Bandar Lampung

No Nama Objek Dan Daya Tarik Wisata Daya Tarik

Wisata Alam
1 Puncak Sukadanaham, Desa Pemandangan Kota Bandar Lampung
Sukadanaham, Tanjungkarang Barat

2 Hutan Raya Wan Abdurahman, Desa Kekayaan flora dan tanaman hutan
Sukadanaham, Tanjungkarang Barat

3 Objek Wisata Alam Batu Putu, Jl. Raya Panorama alam dan Air Terjun
Batu Putu, Telukbetung Barat

4 Pantai Duta Wisata, Jl. Laks. Martadinata, Panorama alam pantai


Lempasing, Telukbetung Barat

5 Pantai Puri Gading, Jl. Laks. Martadinata, Panorama alam pantai, olahraga
Lempasing, Telukbetung Barat pantai (kano, menyelam), rekreasi
pantai
6 Pantai Tirtayasa, Jl. Laks. Martadinata, Panorama alam pantai dan rekreasi
Lempasing, Telukbetung Barat pantai

6 - 26
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

No Nama Objek Dan Daya Tarik Wisata Daya Tarik

7 Pulau Kubur Panorama alam


8 Pulau Pasaran Panorama alam
9 Sumur Putri Penorama alam
10 Taman Wisata Bumi Kedaton Panorama alam dan atraksi hewan
Wisata Budaya
11 Kampus UNILA Wisata pendidikan
12 Kampus lAIN Raden Intan Bangunan bergaya arsitektur Belanda
13 Kelanteng Vihara Thay Hin Bio, Jl.Ikan Bangunan peribadatan umat Budha
Kakap, Telukbetung Selatan
14 Masjid Tua Al-Anwar, Jl. Laks. Mahayati, Bentuk arsitektur dan nilai historisnya
Telukbetung Selatan
15 Pura Way Lunik Bangunan peribadatan besar bagi
umat Hindu

16 Monumen Krakatau (Taman Dipangga), Jl. Monumen bersejarah dan taman


W.R. Supratman, T.betung Utara

17 Museum Lampung “Ruwa Jurai”, Jl. Z.A. P. Museum dengan koleksi hasil
Alam Gedung Meneng kebudayaan masyarakat Lampung
18 Pasar Seni (Art Centre) Enggal, Jl. Kegiatan seni dan budaya
Sriwijaya, Tanjungkarang Pusat

19 Rumah Adat Lampung, Jl. Basuki Rachmat, Bentuk arsitektur tradisional Lampung
Telukbetung Utara
20 Taman Budaya, Jl. Cut Nyak Dien, Taman tempat rekreasi dan
Tanjungkarang Pusat pertunjukan budaya
21 Lamban Balak Kedatun Keagungan Rumah adat, dan perabot
Lampung peninggalan Kerajaan Lampung
22 Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR), Way Replika Rumah adat 10
Halim Kabupaten/Kota Propinsi Lampung
23. TPI Lempasing Kegiatan transaksi jual beli ikan oleh
nelayan

Wisata Buatan
24 Lapangan Golf, Jl. Endro Wiratmin, Kegiatan olah raga golf
Sukarame

25 Pasar Tradisional Bambu Kuning, Jl. Imam Pasar kebutuhari sehari-hari dan
Bonjol, Tanjungkarang Pusat kebutuhari lainnya
26 Central Plaza Pusat perbelanjaan
27 Mall Kartini Pusat perbelanjaan
28 Ramayana Pusat perbelanjaan
29 Plaza Lotus Pusat perbelanjaan
30 Simpur Center Pusat perbelanjaan
31 Pusat Hiburan Malam (diskotik, billyard Pusat hiburan malam di sepanjang

6 - 27
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

No Nama Objek Dan Daya Tarik Wisata Daya Tarik

centre, karaoke) pantai Teluk Lampung


32 Pusat Manisan Lampung, Jl. Ikan Kakap Oleh-oleh dan jajanan manisan
Telukbetung Utara

33 Taman Lesehan Tempat makan lesehan


JI. Kartini, Tanjungkarang Pusat
34 Taman Santap Malam, Jl. Hasanuddin Tempat makan

35 Taman Kupu-kupu Tempat penangkaran kupu-kupu


36 Pelabuhari Serengsem “Ferry Beton” Kapal ferry dari beton
Sumber: Kebudayaan & Pariwisata Dalam Angka, 2008.

Tabel 6.19
Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kawasan Wisata Batu Putu
Kota Bandar Lampung

No Nama Daya Tarik Aktivitas Pengunjung


1 Puncak Sukadanaham, Pemandangan Kota Menikmati Panorama Alam
Desa Sukadanaham, Bandar Lampung dan Panorama Kota Bandar
Tanjungkarang Barat Lampung (Sky View City),
Hiking.
2 Hutan Raya Wan Kekayaan flora dan Menikmati keindahan alam,
Abdurahman, Desa tanaman hutan Berkemah, dan Melakukan
Sukadanaham, pengamatan terhadap
Tanjungkarang Barat keanekaragaman flora dan
fauna
3 Objek Wisata Ir Terjun Panorama alam dan Air Menikmati Panorama Alam
Batu Putu, Jl. Raya Batu Terjun dan Pemandangan Kota
Putu, Telukbetung Barat Bandar Lampung, Berkemah.
4 Taman Wisata Bumi Panorama alam dan Melihat beraneka satwa,
Kedaton atraksi Panorama Alam.
Hewan
5 Wisata Lembah Hijau Tempat rekreasi Berenang, berkemah,
memancing, menikmati
buahbuahan
lokal, permainan
petualangan, beristirahat.
6 Taman Kupu-kupu Tempat penangkaran Menikmati keindahan alam,
kupukupu mengamati fauna kupu-kupu
Sumatera serta
beristirahat.
7 Lembah Durian, Kelurahan Menikmati buah durian, Menikmati Buah Durian,

6 - 28
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

No Nama Daya Tarik Aktivitas Pengunjung


Kedaung berkemah, istirahat, Berkemah, dan beristirahat,
permainan petualangan. permainan petualangan.
8 Kolam Pemancingan Yulli, Memancing, memakan Memancing, melakukan
Kedaung ikan penelitian ikan konsumsi.
9 Mata Air Panas, Kedaung Menikmati panaorama Menikmati Panorama Alam.
alam
10 Taman Cibiah, Batu Putu Berenang, suasana alam Berenang, Makan di restoran,
memancing,
menikmati suasana alam
perdesaan.
11 Simulasi Tempur 206 Bermain airsoft gun Kegiatan permainan
petualangan buatan, dan
simulasi perang.
Sumber: Masterplan Cagar Wisata Batuputu dan Sekitarnya, 2007.

Selain objek dan daya tarik wisata tersebut , Kota Bandar Lampung juga dilengkapi
oleh elemen pendukung wisata. Elemen pendukung tersebut dilengkapi oleh
sanggar – sanggar kesenian dan kerajinan yang mencirikan budaya dan adat ist
iadat Kota Bandar Lampung khususnya dan budaya Provinsi Lampung umumnya.
Saat ini sanggar – sanggar kesenian yang terdapat di Kota Bandar Lampung antara
lain sanggar kesenian tangan sebanyak 33 buah dan sanggar kerajinan tenun tapis
sebanyak 17 buah. Arsitektur rumah tradisional Lampung didasari oleh sistem
kekerabatan dan falsafah hidup masyarakatnya. Pada umumnya bangunan t
radisional Lampung berbentuk segi empat dan empat persei panjang yang oleh
orang Lampung disebut Pesagi dan Mahanyuk’an. Bangunan tempat penyimpanan
barang yang dikenal di daerah Lampung ialah lumbung padi yang disebut
balai/walai yang berbentuk persegi empat, bangunan berpanggung, dan
mempunyai bubungan perahu (serotong).

Pekerjaan mendirikan bangunan bagi masyarakat tradisional Lampung merupakan


salah satu dari tiga pekerjaan yang dianggap penting dalam kehidupan. Pekerjaan
mendirikan rumah tempat tinggal bukan hanya mempunyai arti penting sebagai
tempat yang akan digunakan untuk tempat berlindung, tempat kediaman, dan
tempat melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Tetapi juga merupakan permulaan
dari pekerjaan besar yang turut menentukan prestasi dan prest ise seseorang
dalam masyarakat . Pada rumah tempat tinggal terdapat hiasan – hiasan yang
dibuat dalam bentuk ukiran dengan cara pembuatan yang sangat sederhana,
dengan menggunakan pesau atau pahat . Motif – motif untuk hiasan ini diambilkan

6 - 29
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

dari flora (antara lain bunga melur, kembang melati, dan daun waluh) dan fauna
(antara lain burung merak, ular, dan burung garuda), disamping motif – motif
gunung dan bukit ataupun yang bersifat keagamaan.

Kesenian tari Lampung sudah dikenal sejak dahulu kala, baik yang ditampilkan
pada upacara – upacara adat maupun pada cara hiburan. Jenis tarian Lampung
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jenis klasik (tradisional) dan tari kreasi baru
(kontemporer). Jenis tarian tradisional merupakan tarian yang sudah ada sejak
lampau dan hanya dipakai pada upacara – upacara adat tradisional seperti upacara
pengambilan gelar adat, pergantian pemimpin adat, perkawinan adat , dan
menyambut tamu agung. Tarian ini dibawakan oleh gadis dan bujang keluarga
pemimpin adat . Alat instrumen pengiring tarian disebut talo atau kulintang
Lampung. Tarian klasik Lampung tersebut adalah Tari Nyambai, Tari Kipas, Tari
Serunjung, Tari Piring, dan Tari Sahwi atau Tari Ceti. Sementara itu, tari kreasi
baru merupakan tarian tradisional yang sudah mendapatkan pengaruh tarian
modern. Jenis tari kreasi baru khas Lampung adalah Tari Sembah, Tari Manjau, Tari
Sebambangan dan Tari Serai Serumpun. Daya tarik wisata kesenian tari Lampung
tersebut ditunjang dengan keberadaan sanggar kesenian tari sebanyak 33 buah.

Tapis Lampung merupakan hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak
atau benang emas dan merupakan pakaian khas Suku Lampung. Tapis Lampung
biasanya berbentuk sarung dengan motif yang serupa dengan hiasan – hiasan pada
arsitektur tradisional, seperti motif alam, flora dan fauna. Peralatan yang digunakan
dalam membuat kain dasar dan motif – motif hiasnya masih sederhana dan dibuat
oleh kaum perempuan, baik ibu rumah tangga maupun gadis – gadis (muli) yang
dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang dan memenuhi tuntutan adat istiadat
yang dianggap sakral. Jenis tapis Lampung sangat beragam, dibedakan
berdasarkan asalnya (Tapis Lampung Pesisir : Tapis Inuh, Tapis Cucuk Andak;
Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego : Tapis Rajo Tunggal, Tapis Lawet Andak;
dan lainnya) dan berdasarkan pemakaiannya (Tapis Jung Sarat : untuk pengantin
wanita; Tapis Raja Medal : untuk kelompok isteri kerabat paling tua; dan lainnya).
Di Kota Bandar Lampung terdapat 17 buah sanggar kerajinan tenun tapis.

Daya tarik lainnya yang sangat potensial untuk menarik wisatawan datang ke Kota
Bandar Lampung adalah penyelenggaraan Festival Krakatau yang diadakan setiap

6 - 30
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

tahun dalam rangka memperingati meletusnya Gunung Krakatau. Kegiatan-


kegiatan yang diselenggarakan pada Festival Krakatau adalah pawai budaya,
Krakatau tour, pameran pariwisata dan kerajinan, pagelaran tari dan lagu pop
daerah, peinilihari Muli Mekhariai, lomba jajanan pasar, fin swimining, lomba lintas
wisata alam Krakatau, lomba foto pariwisata, dan rally wisata. Selain itu
diselenggarakan juga Festival Begawi Bandar Lampung yang menyajikan
perlombaan pemilihan muli mekhanai, lomba lagu daerah Lampung, lomba jajan
pasar, lomba musik dan pawai budaya.

6 - 31

Anda mungkin juga menyukai