Anda di halaman 1dari 47

TEORI PROSES

PEMESINAN DAN
TEKNOLOGI PAHAT
KELOMPOK 5 :
- AULIA BALQIZT
- ELIA ALEXANDER
- NUR AFIFAH
- SAMUEL TRIPRASETYO EFRAIM
PROSES PEMESINAN

Proses pemesinan atau machining


(Diktat Lab Sistem Manufaktur, 2005)
adalah terminologi umum yang
digunakan untuk mendeskripsikan
sebuah proses penghilangan material.
Proses pemesinan dibagi menjadi dua
macam, yakni :
1. Cutting
2. Non-Cutting
CONTOH PROSES CUTTING

SAWING MILLING
CONTOH PROSES CUTTING

SHAPING/
TURNING DRILLING
PLANING
CONTOH PROSES NON CUTTING

SHEARING FORGING DRAWING


CONTOH PROSES
CUTTING
CONTOH PROSES
CUTTING
CONTOH PROSES NON CUTTING
CONTOH PROSES NON CUTTING
Jenis-jenis
Proses Pemesinan

Proses pemesinan (Diktat Lab Sistem Manufaktur, 2005) merupakan proses


manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang atau menghilangkan
sebagian material dari benda kerjanya. Tujuan digunakan proses pemesinan ialah
untuk mendapatkan akurasi yang lebih baik dibandingkan proses-proses yang lain
seperti proses pengecoran, pembentukan dan juga untuk memberikan bentuk
bagian dalam dari suatu objek tertentu. Adapun jenis-jenis proses pemesinan
yang banyak dilakukan adalah: Proses bubut (turning), proses menyekrap
(shaping dan planing), proses pembuatan lubang (drilling), proses mengefrais
(milling), proses menggerinda (grinding), proses menggergaji (sawing), dan 
proses memperbesar lubang (boring).
TEORI FORMASI
GERAM
Ciri utama pada proses pemesinan
adalah adanya geram atau sisa
pemotongan. Mekanisme
penghasilan geram ini terbagi atas
dua teori, yaitu:
1. Teori lama
2. Teori baru
Teori Lama

Pada mulanya geram terbentuk


karena terjadinya retak mikro
(micro crack) yang timbul pada
benda kerja tepat di ujung pahat
pada saat pemotongan dimulai.
Dengan bertambahnya tekanan
pahat, retak tersebut menjalar
ke depan sehingga terjadilah
geram.
Teori Baru
Seiring perkembangan zaman, teori lama di atas telah ditinggalkan
berdasarkan hasil berbagai penelitian mengenai mekanisme pembentukan
geram. Logam pada umumnya bersifat ulet (ductile) apabila mendapat
tekanan akan timbul tegangan (stress) di daerah sekitar konsentrasi gaya
penekanan mata potong pahat. Tegangan pada logam (benda kerja)
tersebut mempunyai orientasi yang kompleks dan pada salah satu arah akan
terjadi tegangan geser (shearing stress) yang maksimum. Apabila tegangan
geser ini melebihi kekuatan logam yang bersangkutan maka akan terjadi
deformasi plastis (perubahan bentuk) yang menggeser dan memutuskan
benda kerja di ujung pahat pada suatu bidang geser (shear plane). Bidang
geser mempunyai lokasi tertentu yang membuat sudut terhadap vektor
kecepatan potong dan dinamakan sudut geser (shear angle,Φ).
Lanjutan…
Proses terbentuknya geram tersebut dapat
diterangkan melalui analogi tumpukan
kartu, bila setumpuk kartu dijajarkan dan
diatur sedikit miring (sesuai dengan sudut
geser, Φ) kemudian didorong dengan
penggaris yang membuat sudut terhadap
garis vertikal (sesuai dengan sudut geram,
γo) maka kartu bergeser ke atas relatif
terhadap kartu di belakangnya.
Pergeseran tersebut berlangsung secara
berurutan, dan kartu terdorong melewati
bidang batas papan.
Lanjutan…
Suatu analisis mekanisme pembentukan geram yang
dikemukakan oleh Merchant mendasarkan teorinya pada model
pemotongan sistem tegak (orthogonal system). Sistem
pemotongan tegak merupakan penyederhanaan dari sistem
pemotongan miring (obligue system) dimana gaya diuraikan
menjadi komponennya pada suatu bidang.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis model
tersebut antara lain :
a. Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak
menggosok atau menggaruk benda kerja.
b. Distribusi tegangan yang merata pada bidang geser.
c. Gaya aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah
sama besar dan segaris (tidak menimbulkan momen kopel).
Lanjutan…
Berdasarkan cara penguraiannya maka gaya pembentukan geram
pada proses pemesinan terdiri atas :
1. Gaya total (F), ditinjau dari proses deformasi material, dapat
diuraikan menjadi dua komponen, yaitu :
FS : gaya geser yang mendeformasikan material pada bidang
geser, sehingga melampaui batas elastik.
Fsn : gaya normal pada bidang geser yang menyebabkan pahat
tetap menempel pada benda kerja.

2. Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan cara
membuat dinamometer (alat ukur gaya dimana pahat dipasang
padanya dan alat tersebut dipasang pada mesin perkakas) yang
mengukur dua komponen gaya yaitu :
Fv : gaya potong, searah dengan kecepatan potong
Ff : gaya makan, searah kecepatan makan.
RELASI
ANTARA
GAYA &
ENERGI
PEMESINAN
RELASI
ANTARA
GAYA &
ENERGI
PEMESINAN
RELASI
ANTARA
GAYA &
ENERGI
PEMESINAN
RELASI
ANTARA
GAYA &
ENERGI
PEMESINAN
PAHAT

Pahat merupakan alat yang digunakan untuk memotong. Pada proses


pemesinan, pahat digunakan untuk memotong benda kerja agar terbentuk
geometri benda kerja yang sesuai dengan perancangan sebelumnya.
Pahat membantu untuk melakukan proses pemesinan. Selain itu pahat
berfungsi untuk pembentuk dari geometri benda kerja yang diinginkan, pahat
dibedakan atas tiga pokok yaitu: elemen, bidang aktif, dan mata potong pahat,
sehingga lebih rinci bagian-bagiannya dapat didefinisikan. Dengan mengetahui
definisinya maka berbagai jenis pahat yang digunakan dalam proses
pemesinan dapat dikenal dengan lebih baik.
UMUR PAHAT

Adapun yang mempengaruhi umur pahat adalah geometri


pahat, jenis material benda kerja, material pahat, kondisi
pemotongan dan cairan pendingin.
Umur pahat berdasarkan rumus taylor :
p
VCTn  Ctvb f a q dengan Vc = kecepatan potong [m/min]
Tn = umur pahat
Ctvb = konstanta keausan
f-p = gerak makan [mm/rpm]
a-q = kedalaman potong [mm]
Lanjutan…

Berdasarkan rumus Taylor, yang mempengaruhi umur pahat


adalah:
1. Terutama oleh kecepatan potong. Sehingga untuk setiap
kombinasi pahat dan benda kerja ada suatu kecepatan
potong moderat sehingga umur pahat jadi lebih panjang.
(misal: pahat HSS dengan material baja, kecepatan potong
moderat sekitar 20 m/min).
2. Material yang dipakai (faktor n).
3. Gerak makan (f) dan kedalaman makan (a).
Keausan atau kegagalan pada pahat sering kali terjadi
karena adanya keausan secara bertahap membesar pada
bidang aktif pahat.
Lanjutan…

Berikut penyebab keausan pada pahat secara umum :

a. Proses Abrasif
– Adanya partikel yang keras pada benda kerja yang menggesek
bersama aliran material benda kerja pada bidang geram dan
bidang utama pahat.

b. Proses Kimia
– Benda kerja yang baru saja terpotong sangat kimiawi aktif
sehingga memudahkan reaksi yang mengakibatkan derajat
penyatuan (afinitas) berkurang pada bidang geram pahat.
– Hal diatas menjadi penyebab terjadinya keausan kawah pada
bidang geram.
Lanjutan…

c. Proses Adhesi
– Pada tekanan dan temperatur yang cukup tinggi, terjadi
penempelan material benda kerja pada bidang geram dikenal
dengan BUE (Build Up Edge). BUE adalah timbulnya mata
potong yang baru.

d. Proses Difusi
– Perpindahan atom metal dari daerah konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah karena material pengikat melemah pada
temperatur yang tinggi.
– Pada HSS, atom Fe dan C terdifusi sehingga Fe3C terkelupas.
– Pada pahat karbida, Co sebagai pengikat karbida terdifusi.
Lanjutan…
e. Proses Oksidasi
– Karena temperatur tinggi maka karbida akan teroksidasi
(bereaksi dengan oksigen) sehingga struktur pahat melemah
dan tidak tahan akibat deformasi akibat gaya potong.
– Cairan pendingin dapat menghindari proses oksidasi tersebut.

f. Proses Deformasi Plastis


– Keausan yang disebabkan oleh pembebanan yang dilakukan
benda kerja terhadap pahat, sehingga membuat pahat
terdeformasi.

g. Kelelahan dan Keretakan


– Keausan yang disebabkan oleh beban fatigue benda kerja yang
bergerak dinamis, sehingga membuat pahat lelah dan terjadi
keretakan.
MATERIAL PAHAT
Setiap pemesinan tentunya memerlukan pahat
dari material yang cocok agar terciptanya produk
dengan kualitas baik, karena pahat merupakan
salah satu komponen utama yang memegang
peranan penting dalam proses pemesinan. Untuk
itu, adapun kriteria sifat material pahat yang perlu
di perhatikan antara lain :

1. Kekerasan; yang cukup tinggi melebihi


kekerasan benda kerja tidak saja pada suhu
ruang melainkan juga pada suhu tinggi atau
memiliki hot hardness yang tinggi pada saat
proses pembentukan geram berlangsung.
Lanjutan…
2. Keuletan; yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang
terjadi sewaktu pemesinan dengan interupsi maupun sewaktu
memotong benda kerja yang mengandung partikel/bagian yang
keras (hard spot).
3. Ketahanan beban kejut termal; diperlukan bila terjadi perubahan
temperatur yang cukup besar secara berkala/periodik.
4. Sifat adhesi yang rendah; untuk mengurangi afinitas benda kerja
terhadap pahat, mengurangi laju keausan ,serta penurunan gaya
pemotong.
5. Daya larut elemen/komponen material pahat yang rendah;
dibutuhkan demi untuk memperkecil laju keausan akibat mekanisme
difusi.
Jenis-jenis Material Pahat
1. Baja Karbon
Mempunyai kandungan karbon yang relatif
tinggi yaitu 0,7% - 1,4% dan persentase unsur
lain yang rendah (Mn, W, Cr) serta memiliki
kekerasan permukaan yang sangat tinggi.
Baja karbon ini bisa digunakan untuk
kecepatan potong rendah (sekitar VC = 10
m/min) karena sifat martensit yang melunak
pada suhu sekitar 250⁰C. Pahat jenis ini
hanya dapat memotong logam yang lunak
ataupun kayu. Karena harganya yang relatif
murah maka sering digunakan untuk tap (untuk
membuat ulir).
Lanjutan…
2. HSS (High Speed Steel; Tools Steels)
Merupakan baja paduan tinggi dengan unsur
paduan Cr dan W. Melalui proses penuangan
kemudian diikuti penempaan baja dibentuk
menjadi batang atau silindris. Pada kondisi
lunak, bahan tersebut dapat diproses secara
pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat
potong. Setelah proses perlakuan panas
dilaksanakan kekerasannya akan cukup tinggi
sehingga dapat digunakan pada kecepatan
potong yang tinggi (sampai dengan tiga kali
kecepatan potong untuk pahat CTS), sehingga
dinamakan “Baja Kecepatan Tinggi”; HSS, High
Speed Steel.
Lanjutan…
3. Karbida
Karbida adalah pahat yang dibuat dengan cara
menyinter serbuk karbida (Nitrida & Oksida)
dengan bahan pengikat yang umum yaitu
Cobalt. Semakin besar persentase pengikat
Co maka kekerasan makin menurun dan
sebaliknya keuletannya membaik serta
memiliki modulus elastisitas dan berat jenis
yang tinggi. Memiliki koefesien muai setengah
dari baja dan konduktivitas panas sekitar 2
sampai 3 kali konduktifitas panas HSS.
Lanjutan…
4. Paduan Cor Nonferro (Cast Non ferrous
Alloys)
Sifatnya diantara HSS dan karbida, yang
digunakan dalam hal khusus di antara pilihan
dimana karbida terlalu rapuh dan HSS
mempunyai Hardness dan Wear Resistance
yang terlalu rendah. Jenis pahat ini dibuat
dalam bentuk toolbit (sisipan).
Paduan Non ferro terdiri dari 4 macam elemen
utama, yaitu;
- Co sebagai pelarut.
- Cr membentuk karbida.
- W pembentuk karbida.
- Carbon 1 %.
Lanjutan…
5. Keramik
Keramik adalah material paduan metalik dan
non metalik. Proses pembuatannya melalui
powder processing. Keramik secara luas
mencakup karbida, nitrida, borida, oksida,
silikon, dan karbon. Keramik mempunyai sifat
yang relatif rapuh.
Beberapa contoh jenis keramik sebagai
perkakas potong adalah :
a. Keramik oksida atau oksida aluminium
(Al2O3) murni.
b. Nitrida silicon (Si3N4) disebut kombinasi Si-
Al-O-N.
Lanjutan…
6. CBN (Cubic Boron Nitrides)
Dibuat dengan penekanan panas sehingga
serbuk grafit putih Nitrida Boron dengan
struktur atom heksagonal berubah menjadi
material kubik. Pahat sisipan CBN bisa dibuat
dengan menyinter serbuk BN tanpa atau
dengan material pengikat Al2O3, TiN, atau Co.
Lanjutan…
7. Intan
Merupakan pahat potong yang sangat keras
yang merupakan hasil proses sintering serbuk
intan tiruan dengan bahan pengikat Co (5%-
10%). Hot hardeness yang sangat tinggi dan
tahan terhadap deformasi plastis. Sifat ini
ditentukan oleh besar butir intan serta
persentase dan komposisi material pengikat.
Karena intan pada temperatur tinggi mudah
berubah menjadi grafit dan mudah terdifusi
dengan atom besi, maka pahat intan tidak bisa
digunakan untuk memotong bahan yang
mengandung besi.
Jenis-jenis pahat dan
tahun mulai penggunaannya
GEOMETRI (BAGIAN-
BAGIAN) PAHAT
Sudut-sudut
pada Pahat
FLUIDA PENDINGIN
(COOLANT)
Fluida pendingin (coolant) mempunyai
kegunaan yang khusus dalam proses
pemesinan. Cairan pendingin perlu dipilih
dengan seksama sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan dengan mesin
perkakas. Penggunaan cairan pendingin
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti disemprotkan, dikucurkan,
dikabutkan, dll. Efektivitas dari cairan
pendingin ini hanya dapat diketahui
dengan melakukan percobaan pemesinan.
Fungsi Coolant
Di dalam Proses Pemesinan, kita harus mengenal coolant
sebagai suatu cara untuk menambah atau memperpanjang
umur pahat.
Fungsi dari coolant secara umum adalah sebagai berikut :
- Menurunkan temperatur pahat pada saat pemotongan.
- Menurunkan gaya potong.
- Memperpanjang umur pahat.
- Melumasi elemen pengarah (ways).
- Memperhalus atau memperbaiki kualitas permukaan
benda kerja.
- Membersihkan geram dari bidang geram pada saat
proses pemotongan.
- Proteksi korosi pada permukaan benda kerja yang
baru terbentuk.
Jenis-jenis Coolant

1. Air Blow 2. Water Blow


Merupakan coolant berupa tiupan Merupakan coolant yang
udara yang dialirkan dari selang berbentuk cair. Coolant ini
khusus. Coolant jenis ini digunakan biasanya digunakan pada
untuk material yang cepat material yang laju perpindahan
menangkap dan melepaskan panas panasnya lambat.
(karbida).
Fluida pendingin (coolant) yang biasa dipakai dalam
proses pemesinan dapat dikategorikan dalam empat
jenis utama, yaitu sebagai berikut:

1. Cairan sintetik (synthetic fluids, chemical fluids)


Cairan yang jernih atau diwarnai merupakan
larutan murni (true solutions). Larutan murni
tidak bersifat melumasi tetapi hanya dipakai
untuk sifat penyerapan panas yang tinggi dan
melindungi dari korosi. Dengan menambah unsur
lain yang mampu membentuk kumpulan
molekul akan mengurangi tegangan permukaan
menjadi cairan permukaan aktif sehingga mudah
membasahi dan daya lumasnya naik.
2. Cairan emulsi (emulsions, water miscible fluids, water
soluble oil) yaitu air yang mengandung partikel minyak
(5–20 µm) unsur pengemulsi ditambahkan dalam
minyak yang kemudian dilarutkan dalam air. Bila
ditambahkan unsur lain seperti EP (Extreme Pressure
Additives) daya lumasnya akan meningkat.

3. Cairan semi sintetik (semi synthetic fluids) merupakan


perpaduan antara jenis sintetik dan emulsi. Kandungan
minyaknya lebih sedikit daripada cairan emulsi.
Sedangkan kandungan pengemulsinya (molekul
penurun tegangan permukaan) lebih banyak daripada
cairan sintetik. Partikel minyaknya lebih kecil dan
tersebar. Dapat berupa jenis dengan minyak yang
sangat jenuh (“super-fatted”) atau jenis EP (Extreme
Pressure).
4. Minyak (cutting oils)
Merupakan kombinasi dari minyak bumi, minyak
hewani, minyak ikan atau minyak nabati.
Viskositasnya bermacam-macam dari yang
encer sampai dengan yang kental tergantung
pemakaianya. Pencampuran antara minyak bumi
dengan minyak hewani atau nabati menaikkan
daya pembasahan (wetting action) sehingga
memperbaiki daya lumas.
Terima kasih
atas perhatiannya 

Anda mungkin juga menyukai