Anda di halaman 1dari 8

1.

Pemotongan Tegak (Orthogonal Cutting)

Sistem pemotongan tegak merupakan penyederhanaan dari sistem pemotongan


miring (obligonal Cutting) dimana gaya diuraikan menjadi komponennya pada suatu
bidang (Rochim, 1993). Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis model
tersebut adalah:

- Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak menggosok atau menggaruk benda
kerja,
-     Deformasi terjadi hanya dalam dua dimensi,
-     Distribusi tegangan yang merata pada bidang geser, dan
-    Gaya aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah sama besar dan segaris
(tidak menimbulkan momen koppel).

Karena sistem gaya dipandang hanya pada satu bidang (bukan ruang) maka
gaya total dapat diuraikan menjadi dua komponen gaya yang saling tegak lurus
(Rochim, 1993). Tergantung pada cara penguraian dalam hal ini dapat dikemukakan
tiga cara, yaitu:

Gaya total (F), ditinjau dari proses deformasi material, dapat diuraikan menjadi
dua komponen, yaitu:

Fs : Gaya geser yang mendeformasikan material pada bidang geser sehingga
melampaui batas elastik, dan
Fsn : Gaya normal pada bidang geser yang menyebabkan pahat tetap menempel
pada benda kerja.

Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan cara membuat
dynamometer (alat ukur gaya dimana pahat dipasang padanya dan alat tersebut
dipasang pada mesin perkakas) yang mengukur dua komponen gaya, yaitu:
Fv : Gaya potong, searah dengan kecepatan potong, dan
Ff : Gaya makan, searah dengan kecepatan makan.

Gaya total (F) yang bereaksi pada bidang geram (A y, face, bidang pada pahat
dimana geram mengalir) diuraikan menjadi dua komponen untuk menentukan
“koefisien gesek geram terhadap pahat”, yaitu:

Fy : Gaya gesek pada bidang geram, dan


Fyn : Gaya normal pada bidang geram.

 
Pemotongan Miring (Obligonal Cutting)
               
Dalam sistem pemotongan miring (obligonal cutting) gaya total pemotongan
(F) dianggap dalam ruang yang akan diuraikan menjadi tiga komponen dalam
sistem koordinat tertentu. Tiga macam sistem koordinat dapat dikemukakan
untuk menerangkan lokasi mata pahat relatif terhadap mesin perkakas, yaitu :

Koordinat normal, dengan sumbu Xn menempel pada mata potong mayor (S)
dan kedua sumbu lain yang saling tegak lurus, Yn dan Zn.

Koordinat tegak, dengan sumbu Xo menempel pada garis proyeksi mata


potong mayor pada bidang referensi (horizontal) dan kedua sumbu lain yang
saling tegak lurus, Yo dan Zo, dan

Koordinat mesin, dengan sumbu Zf berlawanan arah dengan vektor


kecepatan makan dan kedua sumbu lain yang saling tegak lurus, Xf dan Zf.

Gaya pemotongan total F pertama-tama ditinjau dalam sistem koordinat


normal yang dianggap berasal dari tiga komponen gaya yaitu Fxn, Fyn, dan Fzn.
Selanjutnya masing-masing komponen gaya tersebut diuraikan lagi menjadi
komponen gaya yang lain pada sumbu koordinat tegak dan koordinat mesin.
Sebagai contoh, Fxn xo (komponen Fxn pada sumbu Xo) dan Fxn, yo (komponen
Fxn pada sumbu Yo).
Dengan cara menguraikan dan menjumlahkan akhirnya akan ditemukan
komponen gaya pada koordinat mesin yang berasal dari komponen gaya pada
koordinat normal. Komponen gaya pada koordinat mesin perlu diketahui karena,
selain dapat diukur secara langsung dengan dynamometer, gaya tersebut
menentukan gaya pemotongan. 

2.
Penumpukan lapisan material tersebut dalam proses permesinan terkenal
dengan nama BUE (Built Up Edge) yang mengubah geometri pahat (sudut geram
γo ) karena berfungsi sebagai mata potong yang baru dari pahat yang
bersangkutan. BUE merupakan struktur yang dinamik, sebab selama proses
pemotongan pada kecepatan potong rendah berlangsung, BUE akan tumbuh dan
pada suatu saat lapisan atas atau seluruh BUE akan tergeser atau terkelupas dan
berulang dengan proses penumpukan lapisan metal yang baru. BUE yang
terkelupas sebagian akan terbawa geram dan sebagian lain akan menempel pada
benda kerja pada bidang transien (yang akan terpotong pada langkah/siklus
berikutnya) serta pada bidang yang telah terpotong (machined surface).
Permukaan (surface finish) akan menjadi lebih kasar dengan adanya penempelan
serpihan BUE yang relatif keras tersebut. Proses pertumbuhan dan pengelupasan
BUE tersebut terjadi secara periodik sehingga mata potong pahat akan cepat aus
dan pada suatu saat ujung pahat tidak kuat lagi untuk menahan gaya pemotongan
yang makin membesar sehingga terjadi kerusakan fatal.

3.
Area distribusi temperatur pada proses pemotongan terbagi manjadi tiga area,
yaitu area geram, pahat dan benda kerja. tiga area yang menyebabkan kenaikan
temperatur selama proses pemotongan berlangsung, yaitu primary shear zone,
secondary shear zone, workpiece-tool interface. Pada zona geser dimana
deformasi plastis utama terjadi, energi geser akan meningkatkan temperatur
geram (chip). Panas yang dihasilkan pada area ini mencapai 80-85%dari panas
total yang dihasilkan selama proses pemotongan. Panas ini terbawa oleh geram
ketika bergerak ke atas di sepanjang permukaan pahat.Pada zonatool-chips
interface, terjadi deformasi plastiksekunder karenagesekanantara geram dan
pahat. Hal ini menyebabkan kenaikan temperatur pada permukaan pahat 15-20%
dari total panas selama proses pemesinan dihasilkan dari zona ini.Sedangkan
sisanya dihasilkan dari workpiece-tool interface. Panas yang dihasilkan
selanjutnya terserap oleh geram mencapai 60%, 10-30% terserap oleh pahat dan
sisanya 10% terserap oleh benda kerja.
Cara menurunkan temperature dengan memanfaatkan penggunaan cairan
pendingin bertekanan tinggi (CPBT) merupakan salah satu cara yang efektif
untuk menurunkan temperatur pemotongan, gaya potong, keausan tepi pahat, dan
kekasaran permukaan serta meningkatkan umur pahat.

4.
Umur pahat merupakan salahsatu faktor yang penting dalam proses produksi,
karena waktu yang diperlukan untuk penggantian pahat dan penyetelan kembali
menyebabkan berkurangnya kemampuan pahat. Umur pahat adalah ukuran
lamanya suatu pahat yang mampu memotong dengan baik.

Saat proses permesinan berlangsung bahwa pahat telah mencapai batas


keausan yang telah ditetapkan (umurnya) dari kriteria berikut:
- Adanya kenaikan gaya potong,
- Terjadinya getaran/chatter,
- Penurunan kehalusan permukaan hasil permesinan, dan/atau
- Perubahan dimensi/geometri produk.

Umur pahat tidak hanya dipengaruhi oleh geometri pahat saja melainkan juga
oleh semua faktor yang berkaitan dengan proses pemesinan yaitu: jenis material
benda kerja dan pahat, kondisi pemotongan (kecepatan potong, 60 kedalaman
potong dan gerak makan), cairan pendingin dan jenis proses pemesinan (Rochim,
1993).
VT n = C

Keterangan :
V = kecepatan potong, (cutting speed) m/min
T = umur pahat, (tool life) menit
n = eksponen penyimpangan dari alur tergantung pada kondisi pemotongan
C = konstanta = penahanan pada poros kecepatan
Persamaan di atas dikenal dengan nama (Generalized Taylor’s Equation)
Persamaan Umur Pahat Taylor. Harga Konstanta C dan eksponen n diperoleh
dengan melakukan praktek pemotongan/permesinan material benda kerja.
Semakin kecil harga eksponen n, maka umur pahat yang bersangkutan sangat
dipengaruhi oleh kecepatan potong.

5.
Kualitas permukaan merupakan suatu karakteristik geometri yang
menyangkut permukaan secara keseluruhan yang membuat bentuk atau rupa yang
spesifik, misalnya permukaan lubang, permukaan poros, permukaan sisi dan lain-
lain yang tercakup pada elemen geometri ukuran, bentuk dan posisi.

faktor
a. Keahlian operator,
b. Getaran yang terjadi pada mesin,
c. Ketidakteraturan feed mechanisme,
d. Adanya cacat pada material.

Sebagai contoh Yoke flange adalah merupakan bagian dari komponen


otomotive pada transmisi penggerak roda belakang, yang salah satu bagian
permukaan perlu memenuhi kekasaran dengan spesifikasi tertentu. Dimana
permukaan komponen tersebut diperlukan suatu standar kekasaran permukaan
yang ditetapkan dalam perancangan yaitu menurut standar ISO R 1302 dengan
kode N8 dengan nilai Ra = 3,2 µm, begitu juga dengan komponen maupun benda
kerja lain yang memerlukan ukuran kekasaran tertentu.
Komponen akan cepat rusak karena yoke flange berfungsi untuk meneruskan
putaran dari transmisi kendaraan kebagian deftrential, notabenya berputar dengan
kecepatan tinggi yang memerlukan permukaan halus minim getaran.
6.
A Pisau Frais Rata (Plain Milling Cutter)
Pisau frais rata atau plain milling cutter merupakan pisau frais yang
berbentuk silinder yang memiliki gigi-gigi pemotong di bagian kelilingnya, tetapi
di kedua sisinya tidak terdapat gigi pemotong. Pada dasarnya pisau frais ini
digunakan unuk mengefrais rata permukaan benda kerja yang sejajar dengan
sumbu pisau. Pisau frais rata ada yang memiliki gigi lurus ada juga yang bergigi
heliks.
B Pisau Frais Samping (Side Milling Cutter)
Pisau frais samping mirip dengan pisau frais rata (plain milling cutter), tetapi
pada salah satu sisi atau kedua sisinya terdapat gigi pemotong.Pisau samping ini
dapat digunakan untuk mengefrais celah atau alur-alur yang besar pada
permukaan benda kerja.
C Pisau Frais Muka (Face Milling Cutter)
Pisau frais ini digunakan untuk meratakan permukaan benda kerja, di mana
posisi bagian muka pisau bersama arbornya tegak lurus terhadap bidang benda
kerja yang difrais.
D Pisau Frais Sudut (Angular Milling Cutter)
Pisau frais sudut tidak memmiliki bentuk yang silindris seperti kebanyakan
pisau frais yang lain, tetapi memiliki bentuk kerucut dengan gigi-gigi pemotong
pada bagian kelilingnya digunakan untuk penyayatan miring pada bagian tepi
benda kerja, pembuatan alur miring, chamfer dan gigi-gigi pada roda racet.
E Pisau Frais Bentuk
Pisau frais bentuk digunakan untuk mengefrais benda kerja dengan bentuk-
bentuk tertentu, seperti bentuk cekung, bentuk cembung dan lain-lain.
F Pisau Frais Roda Gigi
Pisau frais ini digunakan untuk menyayat atau membentuk gigi-gigi pada
roda gigi. Bentuk pisau frais roda gigi ada bermacam-macam ssesuai dengan jenis
roda gigi yang akan dibuat, misalnya pisau frais untuk roda gigi lurus (spur gear),
pisau frais untuk roda gigi kerucut (bevel gear), pisau frais untuk roda gigi cacing
(worm gear).
G Pisau Frais Alur-T (T-slot Milling Cutter)
Pisau ini digunakan untuk membuat alur yang berbentuk T seperti alur-alur
yang terdapat pada meja mesin frais, meja mesin bor dan meja-meja kerja sejenis
lainnya.
H Pisau Frais Belah (Slitting Saw Milling Cutter)
Bentuk pisau belah atau pisau pemotong memiliki bentuk piringan yang pada
bagian kelilingnya terdapat gigi-gigi pemotong. Pisau frais ini dapat digunakan
untuk membelah benda kerja atau untuk membuat alur.
I Pisau Alur Pasak (Keyseat Milling Cutter)
Pisau frais yang bertangkai ini digunakan untuk membuat alur pasak pada
benda kerja, membuat alur pasak pada poros atau alur pasak jenis woodruff.
J Pisau Frais Ujung (End Mill Cutter)
Pisau frais ujung dapat digunakan untuk pengefraisan muka, pengefraisan
samping, pengefraisan menyudut, pengefraisan melingkar, pengefraisan alur atau
pengefraisan profil.

7.
Grinding merupakan salah satu proses abrasive yang memilik tingkat akurasi
yang tinggi sehingga produk berkualitas dan toleransi ukuran pun sangat kecil.
Contoh dari produk hasil grinding berkisar dari bagian yang sangat besar seperti
part-part mesin maupun motor dan untuk bagian kecil bisa berupa lensa kontak
jarum serta komponen-komponen elektronik. Selain memiliki tingkat akurasi
yang tinggi, grinding juga menjadi salah satu alternative dalam memproses
material yang keras. Kemampuan mesin grinding yang dapat memproses material
sangat penting saat meningkatnya produk yang punya tingkat kekerasan yang
tinggi seperti yang digunakan pada mesin pesawat terbang.
Bonding Material Bahan pengikat akan memegang abrasive grain dan
menetapkan bentuk dan struktur dari grinding wheel. Sifat yang diinginkan dari
bonding material adalah kekuatan, ketanggujan, kekerasan dan ketahanan suhu.
Contoh bonding material adalah vitrified bond, silicate bond, rubber bond,
resinoid bond, shellac bond and metallic bond.
8.
Prinsip Kerja Abrasive Jet Machining Aliran bertekanan gas abrasif-sarat
dibawa dalam garis lurus tubing disukai diperpanjang ke arah vertikal, desirably
vertikal downwardly, dari sudut pengembangan aliran gas bertekanan ke lubang
pengiriman nozel abrasif digunakan. Hal ini membuat peningkatan luas mungkin
dalam tekanan dan kecepatan, tanpa Sejalan meningkatkan keausan pipa.ini
saluran pengiriman vertikal abrasif atau tubing terbentuk dari bahan kaku seperti
karbida atau logam, tanpa kerja dari setiap zona karet fleksibel. Dengan kerja
dengan garis lurus, sebaiknya downwardly diperpanjang tubing, pakaian kasar
untuk yang terkena pipa berkurang, bahkan pada tekanan tinggi.pemasangan
peralatan pembangkit jet abrasif dengan menyediakan mekanisme untuk
penyesuaian vertikal nozel dalam kaitannya dengan mendukung pekerjaan juga
ditujukan.
 Oleh sebab itu, penggunaan mesin-mesin non konvensional dibutuhkan
dalam proses produksi yang menggunakan material yang lebih kompleks lagi.
Penggunaan proses permesinan non konvensional yang efisien diperlukan
dipahami mengenai seluk-beluk dari permasalahan permesinan. Metode proses
permesinan non konvensional yang akan dipakai tidak dapat digantikan oleh
proses permesinan konvensional. Metode yang dipilih cocok atau tepat untuk
kondisi yang diberikan serta tidak akan efesien untuk kondisi yang lain. Macam-
macam mesin non konvensional terdiri dari Abrasive Jet
Machining (AJM), Chemical Machining (CHM), Electrochemical
Machining (ECM), Ultrasonic Machining (USM), Water Jet Machining (WJM), 
dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai