BAB I
CUTTING TOOL
A. Pendahuluan
Bahan-bahan yang digunakan untuk cutting tool pada proses pemesinan
merupakan faktor utama yang bisa mempengaruhi proses pemesinan itu sendiri.
Pada saat proses pemesinan, cutting tool mengalami kenaikan temperatur dan
tegangan akibat gesekan dengan benda kerja.
Beberapa karakteristik dalam menentukan bahan cutting tool antara lain :
1. Kekerasan (hardness)
Kekerasan merupakan karakteristik di mana bahan cutting tool harus lebih keras
daripada bahan benda kerja yang dikerjakan. Kekerasan bahan cutting tool akan
mempengaruhi kekuatan cutting tool pada saat proses pemesinan, khususnya pada
temperatur tinggi tinggi (>600 C) yang pada suhu tersebutmaterial logam akan
mencapai suhu austenit . Bahan yang digunakan cutting tool hendaknya dipilih
sesuai dengan temperatur saat proses pemesinan.
2. Ketangguhan (toughness)
Ketangguhan merupakan suatu karakteristik di mana ketahanan suatu cutting
tool dalam mengatasi gaya impak pada saat proses pemesinan, khususnya pada
proses yang berlangsung secara terputus-putus, misalnya pada proses pembuatan
poros spline dan roda gigi.
3. Ketahanan aus
Ketahanan aus merupakan karakteristik yang mempengaruhi umur cutting toolpada
proses pemesinan sebelum cutting tool tersebut diasah ataupun diganti.
4. Kestabilan kimiawi
Kestabilan kimiawi merupakan karakteristik yang harus dipenuhi oleh bahan benda
kerja yang bisa menyebabkan keausan.
= Gaya Tangensial
= Gaya Radial
Dalam operasi permesinan, gaya terpenting adalah Gaya Tangensial sebab secara
persentase, gaya ini yang paling besar. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Gaya potong tidak berubah secara signifikan dengan berubahnya kecepatan potong.
Makin besar hantaran (feed) perkakas, makin besar gaya yang diperlukan.
Makin dalam pemotongan, makin besar gaya yang diperlukan.
Gaya tangensial meningkat dengan membesarnya serpihan.
Gaya longitudinal menurun, bila jari-jari ujung pahat dibuat lebih besar, atau kalau sudut tepi
pemotongan sisi diperbesar.
Penggunaan media pendingin (coolant)
Dibawah ini dapat dilihat gambar ilustrasi dari approksimasi persentase dari distribusi
gaya-gaya potong yang terjadi pada pahat mata tunggal.
Keterangan: = 27 %
= 67 %
= 6%
Terlihat bahwa Gaya Tangensial; , mempunyai kontribusi gaya yang paling
besar, oleh karena itu gesekan dan panas akan lebih banyak timbul akibat gaya ini,
sehingga atensi dalam hal pendinginan (coolant), harus lebih di fokuskan di daerah tersebut.
Catatan: Terlihat bahwa ke-3 gaya tersebut seolah-olah mempunyai satuan persen
(%), pada hal, ini ingin mengatakan bahwa persentase itu merupakan perbandingan gaya-
gaya yang terjadi pada titik pusat pemotongan suatu benda kerja logam pada suatu proses
pembubutan.
Gaya pada cutting tool tergantung pada :
1. Gaya tangensial (FT) meningkat seiring dengan semakin besamya serpihan yang
dihasilkan.
2. Gaya longitudinal (FL) semakin menurun jika jari-jari ujung pahat dibuat lebih besar
atau jika sudut tepi pemotongan sisi diperbesar.
3. Semakin dalam pemotongan (feed), semakin besar gayanya.
4. Semakin besar hantaran cutting tool, semakin besar gayanya.
Keterangan :
Vs = kecepatan potong dalam m/menit
D = diameter pahat dalam mm
S = kecepatan putaran dalam rpm
Faktor yang mempengaruhi harga kecepatan potong :
Bahan benda kerja/material
Semakin tinggi kekuatan bahan yang dipotong, maka harga kecepatan potong
semakin kecil.
Jenis alat potong
Semakin tinggi kekuatan alat potong maka harga kecepatan potong semakion besar
Besarnya kecepatan penyayatan
Semakin besar jarak penyayatan maka kecepatan potong semakin kecil
Kedalaman penyayatan
Berikut ini kecepatan potong standart untuk berbagai jenis logam :
C. Bentuk dan Sudut Pahat
Pahat mata tunggal dibuat dengan cara digerinda sehingga berbentuk baji, di
mana sudut yang tercakup dalam proses penggerindaan disebut sudut potong.
Untuk mencegah terjadinya penggesekan pahat perlu dibuat sudut pengaman
samping antara sisi pahat dengan benda kerja yang biasanya hanya sekitar 6
sampai 8 derajat. Sudut potong pada pahat harus tajam agar menghasilkan
pemotongan yang baik dan tepinya harus kuat menahan gaya perkakas itu sendiri
serta untuk mengarahkan agar panas yang timbul bisa keluar.
Untuk dapat memotong dengan baik, sebuah cutting tool perlu adanya sudut
baji, sudut bebas dan sudut tatal sesuai ketentuan, yang semua Ini disebut dengan
istilah geometris alat potong. Sesuai dengan bahan dan bentuk pahat, geometris alat
potong untuk penggunaan setiap jenis logam berbeda. Secara umum cutting tool
terbagi dua yaitu mata potong tunggal (pahat bubut dan sekrap) dan mata potong
jamak (cutter frais dan gerinda) cara pengasahannya pun juga berbeda-beda.
Berikut ini berbagai geometris cutting tool dan cara pembentukan atau
pengasahannya :
Cara membentuk atau mengasah pahat rata kanan yang paling umum
dipakai adalah sebagai berikut :
1. Pertama kita akan menggerinda bagian depan batang HSS ini (bagian yang
berwarna kuning dari model diatas). Gunakan batu gerinda kasar. Posisikan pahat
agak miring ke kiri 10-15O. Hal ini akan membuat sudut bebas, agar tidak semua
bagian pahat bersentuhan dengan benda kerja nantinya.
langkah1.a
langkah1.b
pahatmenjadipanas
pendinginan
langkah 2.a
langkah 2.b
langkah 2.c
langkah 3.a
langkah 4.b
hasil akhir
Proses pembentukan pahat bubut alur dan potong adalah sebagai berikut :
1. Membentuk lebar mata pahat hingga menjadi 3mm untuk pahat alur atau
2mm untuk pahat potong sepanjang 15mm
2. Langkah kedua adalah membentuk sudut bebas muka sebesar 8 O sudut ini
yang akan berperan ketika pahat melakukan tusukan ke benda kerja.
3. Berikutnya adalah membentuk sudut relief sisi sebesar 3 O, fungsinya agar
pahat tidak terjepit di benda kerja ketika melakukan tusukan
4. Terakhir adalah membentuk sudut belakang sisi sebesar 15 O terhadap ujung
pahat untuk mengalirkan tatal meninggalkan benda kerja
Sebagai contoh dari pahat mata potong jamak adalah cutter frais.
Pisau fraisperlu diasah agar dapat digunakan dengan baik. Pengasahan dilakukan s
etelahpisau tersebut berkali-kali digunakan. Pangasahan pisau frais dilakukan pada
mesin gerinda universal, roda gerinda yang digunakan biasanya ada tiga bentuk,
1) roda gerinda rata,
2) roda gerinda berbentuk piring,
3) roda gerinda berbentuk mangkuk.
Pengasahan pisau frais dibagi menjadi tiga grup berdasarkan bentuk,
kegunaan dan bidang potong yang dimiliki yaitu sebagai berikut :
1. Pengasahan Pada Bagian Sampingnya
Pisau frais yang diasah pada bagian sampingnya ( bagian
helic ) adalahplain mills, helical mills, reamers .
Ada dua cara menggerinda pisau frais, kedua cara tersebut tergantung padaar
ah putar roda gerinda yang berhubungan dengan arah ujung pisau frais.
1. Pilih roda gerinda yang akan digunakan.
2. Tempatkan pisau frais pada tempatnya.
3. Lakukan langkah penyetelan roda gerinda untuk pemotongan.
4. Langkah penyetelan penahan gigi pisau frais.
5. Pastikan posisi siap untuk menggerinda.
6. Pengasahan dapat dimulai.
Pemeriksaan hasil gerindaan perlu dilakukan agar mendapatkan ujung pisau
yang tajam dan benar. Di bawah ini merupakan gambar bagian pisau yang harus
diasah pada bagian ujung atau depannya. Sudut bebas harus benar sesuai dengan
bahan benda kerja yang akan dipotong. Di bawah merupakan tabel sudut bebas
utama yang disesuaikan dengan material atau bahan benda kerja yang akan
digerinda.
Gambar 1.10. Posisi Pengasahan Sudut Bebas
Tabel Sudut Bebas gigi pisau frais
Arah pengasahan dan posisi pisau frais dapat dilihat pada gambar di bawah,
yaitu pengasahan menggunakan roda gerinda rata (plain), dan roda gerinda
mangkuk (cup). Perhatikan posisi penahan gigi pisau frais dan arah sisi potong pisau
frais.
2. Pengasahan
Pada Bidang Depan Atau Sudut Bebasnya DanLengkungannya Dari Ujung Pisa
u
Sedangkan yang pada bidang depan atau sudut bebasnya dan lengkungan
dari ujung pisau adalah face mills, shell mills, dan end mills, berikut ini geometri mata
potong untuk cutting tool dengan tipe seperti di atas
Gambar 1.11. Geometri End Mill Cutter
Pengasahan pisau frais yang sebentuk dengan end mill cutter harus melalui
beberapa tahap, yaitu :
3. Paduan tuang paduan bukan besi (Cast Nonferrous Alloy Tool Bits)
Paduan ini terutama mengandung chrom, cobalt dan wolfram yang dibentuk dengan
cara pengecoran. Paduan ini memiliki kecepatan potong 30% - 100% lebih tinggi
daripada HSS, kekerasannya tinggi, ketahanan terhadap keausan tinggi, sehingga
mampu digunakan sampai suhu 800 0C (1073 0K), tetapi sifatnya rapuh dan tidak
seulet HSS. Baja paduan ini mengandung 2% C. Nama yang biasanya digunakan
antara lain : Stellite, Tantung Rex Alloy, J Metal.
Kekerasan
Panas
Semakin tinggi
Kekuatan
Impak
Semakin berkurang
Katahanan
Aus
Semakin tinggi
Kecepatan
Pemotong
an Semakin tinggi
Harga
Material
Semakin tinggi
65 93
Nilai 5000 8000
60 HRC HR 65 HRC 90 HRC HRC/18 2100 HK
Kekerasan HK HK
C 00 HK
dimana : HRC = Nilai kekerasan Rockwell HK = Nilai kekerasan Knoop
E. Umur Pahat
Umur pahat merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi,
karena waktu yang diperlukan untuk penggantian pahat dan penyetelan kembali
menyebabkan berkurangnya kemampuan pahat. Umur pahat adalah ukuran
lamanya suatu pahat yang mampu memotong dengan baik. Umur pahat dapat
diukur dengan beberapa cara, antara lain :
1. Pada sisi pahat, yaitu suatu tepi yang kecil yang menonjol dari ujungnya terampelas
hilang. Kerusakan pahat terjadi jika tepi ini telah aus 1,58 mm dan pada pahat HSS
dan 0,76 mm pada pahat karbida.
2. Pada muka pahat dalam bentuk kawah kecil (depresi) di belakang ujungnya.
Depresi disebabkan adanya aksi pengampelasan dari serpihan sewaktu melewati
permukaan pahat.
Untuk pahat didefinisikan sebagai umur pahat dalam menit terhadap kecepatan
memotong dalam meter tiap menit atau dalam cm 3 dari logam yang dipotong, karena
umur pahat akan berkurang seiring dengan meningkatnya kecepatan memotong
pahat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan umur pahat antara
lain :
1. Penggerindaan tepi sudut pahat yang tidak tepat
Penggerindaan hendaknya disesuaikan dengan sudut potong pahat, di mana sudut
potong pahat tergantung pada bahan yang dipotong, dan nilainya sudah tercantum
pada buku acuan, literatur perusahaan, dan sumber-sumber lain.
2. Kekerasan pahat hilang
Hilangnya kekerasan pahat disebabkan timbulnya panas yang berlebihan pada tepi
pemotongan. Keadaan ini bisa dicegah dengan penggunaan media pendinginan
secara efektif atau pengurangan kecepatan potong.
3. Pematahan atau penyerpihan tepi pahat
Pematahan ini disebabkan oleh pemotongan yang terlalu berat atau karena sudut
potong yang terlalu kecil.
4. Aus alamiah dan pengampelasan
Semua pahat secara bertahap akan tumpul karena proses pengampelasan. Dalam
beberapa kasus, kejadian ini dipercepat dengan adanya pembentukan depresi di
belakang tepi potong. Dengan meningkatnya ukuran depresi yang terjadi akan
mengakibatkan tepi potong semakin lemah dan akhirnya pahat akan patah.
5. Pahat retak karena beban berat
Kejadian ini bisa diatasi dengan penggunaan pahat sesuai dengan kapasitasnya dan
pemasangan pahat secara tepat
F. Kemampumesinan (Machinability)
Kemampumesinan (machinability) merupakan kemudahan suatu benda kerja
untuk dipotong oleh cutting tool dalam proses pemesinan. Kemampumesinan
meliputi hal-hal yang biasanya merupakan daya cutting tool yang diperlukan untuk
memotong suatu benda kerja, umur cutting tool, biaya pekerjaan pemotongan, dan
permukaan benda kerja yang dihasilkan dari proses pemotongan tersebut.
Kemampumesinan sangat dipengaruhi oleh bentuk dan bahan cutting toolyang
digunakan untuk memotong benda kerja. Sehingga cutting tool yang digunakan
harus sesuai dengan benda kerja yang akan dipotong, agar hasil pekerjaan yang
diperoleh, bisa maksimal sesuai dengan yang direncanakan baik benda kerja yang
dihasilkan maupun umur cutting tool itu sendiri.
BAB II
CUTTING FLUID
A. Pendahuluan
Pada proses-proses pengerjaan logam, khususnya pekerjaan pemotongan
akan terjadi panas yang tinggi sebagai akibat adanya gesekan antara cutting
cooldan benda kerja yang dipotong. Jika temperatur kerja dan tekanan cutting
toolpada benda kerja tidak diatur, maka permukaan keduanya cenderung akan
menyatu. Untuk mengatur temperatur kerja dan tekanan cutting tool pada benda
kerja, maka perlu digunakan media pendingin.
Hal yang dilakukan pertama kali untuk merawat cairan pendingin adalah
menambah konsentrat atau air, membersihkan kebocoran minyak,
menambahbiocides untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan menyaring partikel-
partikel kotoran dengan cara Centrifuging ( Gambar 2.4 ).
DAFTAR PUSTAKA
Kalpakjian, S. 1995. Manufacturing Engineering and technology. New York : Addison
Wesley Publishing Company
Suhardi. 1997. BPK Teknologi Mekanik II. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Wijayanto, D.S., dan Estriyanto, Y. 2005. Teknologi Mekanik : Mesin Perkakas. Surakarta :
UNS Press
Widarto. 2008. Teknik Pemesinan Jilid 2 Untuk SMK. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Sunyoto, 2008. Teknik Mesin Industri Jilid 2Untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Sumbodo, W. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri Untuk Smk Jilid 1. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
Rahdiyanta, D. 2010. Buku 6 : Cairan Pendingin Untuk Proses Pemesinan. Jogjakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta