Anda di halaman 1dari 33

 Proses pemotongan logam (cutting process) adalah memotong logam untuk

mendapatkan bentuk dan ukuran serta kualitas permukaan potong yang


direncanakan. Proses pemotongan logam dilakukan
dengan tool (perkakas/pahat) yang khusus, sesuai dengan jenis proses
pemotongannya. Jadi tool untuk proses yang satu tidak dapat dipakai pada
proses yang lainnya, bahkan untuk proses yang sejenis tidak dapat
dipertukarkan toolnya bila rencana pemotongannya tidak sama.
 Gaya gesek adalah gaya yang arahnya berlawanan dengan gerak benda.

GESEKAN DALAM PEMOTONGAN


LOGAM
 Gaya gesek saat pemotongan logam terjadi antara pahat dan
permukaan benda kerja dapat menyebabkan :
- Panas
- Bunyi saat pemotongan
- Hasil pemotongan jelek

GESEKAN DALAM PEMOTONGAN


LOGAM
dengan : = Tegangan geser pada bidang geser
(N/mm2)

MENGHITUNG GAYA GESEK


Sistem pemotongan logam dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
A. Pemotongan Tegak (Orthogonal Cutting)
Sistem pemotongan tegak merupakan penyederhanaan dari sistem
pemotongan miring (obligonal Cutting) dimana gaya diuraikan menjadi
komponennya pada suatu bidang (Rochim, 1993). Beberapa asumsi yang
digunakan dalam analisis model tersebut adalah:
 Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak menggosok atau menggaruk
benda kerja,
 Deformasi terjadi hanya dalam dua dimensi,
 Distribusi tegangan yang merata pada bidang geser, dan
 Gaya aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah sama besar dan
segaris (tidak menimbulkan momen koppel).

JENIS SISTEM PEMOTONGAN LOGAM


Karena sistem gaya dipandang hanya pada satu bidang (bukan ruang) maka
gaya total dapat diuraikan menjadi dua komponen gaya yang saling tegak lurus
(Rochim, 1993). Tergantung pada cara penguraian dalam hal ini dapat
dikemukakan tiga cara, yaitu:

1. Gaya total (F), ditinjau dari proses deformasi material, dapat diuraikan
menjadi dua komponen, yaitu:
Fs : Gaya geser yang mendeformasikan material pada bidang geser sehingga
melampaui batas elastik, dan
Fsn : Gaya normal pada bidang geser yang menyebabkan pahat tetap
menempel pada benda kerja.

.
2. Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan
cara membuat dynamometer (alat ukur gaya dimana pahat
dipasang padanya dan alat tersebut dipasang pada mesin
perkakas) yang mengukur dua komponen gaya, yaitu:
Fv : Gaya potong, searah dengan kecepatan potong, dan
Ff : Gaya makan, searah dengan kecepatan makan
3. Gaya total (F) yang bereaksi pada bidang geram (Ay, face,
bidang pada pahat dimana geram mengalir) diuraikan menjadi
dua komponen untuk menentukan “koefisien gesek geram
terhadap pahat”, yaitu:
 Fy : Gaya gesek pada bidang geram, dan
 Fyn : Gaya normal pada bidang geram.
 B. Pemotongan Miring (Obligonal Cutting)
Dalam sistem pemotongan miring (obligonal cutting) gaya total pemotongan (F)
dianggap dalam ruang yang akan diuraikan menjadi tiga komponen dalam sistem
koordinat tertentu. Tiga macam sistem koordinat dapat dikemukakan untuk
menerangkan lokasi mata pahat relatif terhadap mesin perkakas, yaitu
1. Koordinat normal, dengan sumbu Xn menempel pada mata potong mayor (S) dan
kedua sumbu lain yang saling tegak lurus, Yn dan Zn.
2. Koordinat tegak, dengan sumbu Xo menempel pada garis proyeksi mata potong
mayor pada bidang referensi (horizontal) dan kedua sumbu lain yang saling tegak
lurus, Yodan Zo.
3. Koordinat mesin, dengan sumbu Zf berlawanan arah dengan vektor kecepatan
makan dan kedua sumbu lain yang saling tegak lurus, Xf dan Zf.
Gaya pemotongan total F pertama-tama ditinjau dalam sistem koordinat
normal yang dianggap berasal dari tiga komponen gaya yaitu Fxn, Fyn, dan Fzn.
Selanjutnya masing-masing komponen gaya tersebut diuraikan lagi menjadi
komponen gaya yang lain pada sumbu koordinat tegak dan koordinat mesin.
Sebagai contoh, Fxn xo(komponen Fxn pada sumbu Xo) dan Fxn, yo (komponen
Fxn pada sumbu Yo).
Dengan cara menguraikan dan menjumlahkan akhirnya akan ditemukan
komponen gaya pada koordinat mesin yang berasal dari komponen gaya
pada koordinat normal. Komponen gaya pada koordinat mesin perlu
diketahui karena, selain dapat diukur secara langsung dengan dynamometer,
gaya tersebut menentukan gaya pemotongan.
ADAPUN PARAMETER PEMOTONGAN TERSEBUT
ANTARA LAIN:
1. KEDALAMAN PEMOTONGAN (MM)
2. HANTARAN PEMOTONGAN (MM/PUTARAN)
3. KECEPATAN PEMOTONGAN (M/MENIT)
 Berdasarkan analisa geometrik yang ditunjang ilustrasi gambar
lingkaran gaya ( Merchant ), gaya potong Fv dapat dirumuskan
sebagai:

GAYA POTONG TEORITIS


 Rumus teoritik gaya potong tersebut diatas digunakan dalam analisa proses
ortogonal, hal ini berarti bahwa sudut potong utama ( kr ) berharga 90 derajat
dan sudut kemiringan ( s ) berharga 0 sehingga pada kondisi tersebut hanya
ada dua komponen gaya potong. Maka gaya potong adalah seperti rumus
diatas dan gaya makan dapat ditulis sebagai berikut:
 Dalam penelitian ini pengukuran gaya pemotongan dan gaya pemakanan
dilakukan dengan menggunakan dinamometer yang dipasang pada
gagang pahat ( tool post ). Dari alat ini akan dihasilkan berupa tegangan
listrik yang nantinya akan dijadikan masukan kedalam sistem akuisisi data.
Dengan kalibrasi tertentu harga tegangan akan dikonversikan menjadi
harga gaya pemotongan dan gaya pemakanan yang dapat langsung
dibaca pada layar monitor komputer.
DAYA DAN EFISIENSI PEMOTONGAN
Daya sama dengan jumlah energi yang dihabiskan per
satuan waktu. Dalam sistem SI, satuan daya adalah joule
per detik (J/s), atau watt untuk menghormati James Watt,
penemu mesin uap abad ke-18. Daya adalah besaran
skalar.
Daya pemotongan dalam proses pembentukan geram ditentukan oleh
gaya pemotongan dengan kecepatan pemotongan. Gaya tersebut dapat
diukur dengan menggunakan dinamometer. Karena salah satu
komponen gaya tersebut umumnya tidak melakukan gerakan, maka
daya pemotongan ( daya pembentukan geram ) adalah:
Daya pemotongan diatas adalah daya yang dipakai dalam proses pembentukan
geram. Selain daya pemotongan, motor mesin perkakas juga harus memikul daya yang
hilang karena terpakai untuk menggerakan komponen mesin dan karena gesekan pada
sistem transmisi daya pada mesin perkakas yang bersangkutan. Maka daya yang dipakai
dalam proses pemesinan adalah:

dimana:
Nc = daya potong yang merupakan hasil pengukuran dengan dinamometer (kW)
Nml = daya yang hilang (kW)
Efisiensi (daya guna) didefinisikan sebagai hasil bagi keluaran
dan masukan dikali seratus persen dan secara matematis
ditulis dengan persamaan sebagai berikut.

Oleh karena itu, efisiensi pemesinan dapat ditentukan


sebagai berikut:
GAMBAR GAYA-GAYA PEMOTONGAN
FR : GAYA PADA KEDALAMAN PEMOTONGAN
FT : GAYA PADA KECEPATAN POTONG
FL : GAYA PADA PEMAKANAN (GERAK MAKAN)
GAYA PEMOTONGAN DALAM PROSES
MENGGURDI
GAMBAR SKEMATIS PROSES GURDI/DRILLING
GAYA PEMOTONGAN DALAM PROSES MILLING
 Keterangan :
 Benda kerja :
w = lebar pemotongan; mm
lw = panjang pemotongan ; mm
lt = lv+lw+ln ; mm
a = kedalaman potong, mm
 Pahat Frais :
d = diameter luar ; mm
z = jumlah gigi (mata potong)
χr = sudut potong utama ( 90o)untuk pahat
frais selubung
 Mesin frais :
n = putaran poros utama ; rpm
vf = kecepatan makan ; mm/putaran
Deepth (a) : 2 mm = 0,079 in Feed (f) : 0,08 mm = 0,0031 in
Defleksi (D) : 0,04 mm
Diameter (d) : 40 mm = 0,04 m
Putaran (n) : 235 rpm
maka,

TOH AL
 • Kecepatan potong :
v = nxdx3,14
1000
= 29,52 m / mnt
= 96,84 feet / min
 • Massa pada defleksi
 m = 100gr x D
 Drata-rata
 = 7,54 gr = 0,0075 kg
 • Gaya potong
 F = r v2 x m
 = 328.75N
 = 73,91 lb
 • Horse Power

Hp = v x F
33000
= 0,22s hp
 Dari data waktu permesinan dalam berbagai kondisi
pemotongan, maka perhitungan daya dan efisiensi
pemotongan sebagai berikut :
 Untuk perhitungan awal digunakan data teoritik sebagai berikut :
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai