Anda di halaman 1dari 7

Keausan Dan Umur Pahat

A. Keasusan
HSS (HightSpeed Steel) merupakan salah satu dari material pahat yang
mempunyai keuletan yang relatif baik sehingga masih sering digunakan.
Sifat hot hardness dan recorvery hardness yang cukup tinggi pada HSS
dapat dicapai berkat adanya unsur paduan W, Cr, V, Mo dan Co. Pengaruh
unsur tersebut dengan unsur dasarnya besi (Fe) dan karbon (C) adalah :
v Tungsen/Wolfram (W)
Unsur ini dapat membentuk karbida yaitu paduan yang sangat keras
(Fe4W 4C) yang menyebabkan kenaikan temperature untuk proscs
hardening dan tempering. Dengan demikian hot hardness dipertinggi.

v Chronium (Cx)
Menaikkan hardenability dan hot hardness. Chrom merupakan elemen
pembentuk karbida, akan tetapi Cr menaikkan sesitivitas terhadap
overhearing.

v Vanadium (V)
Menurunkan sensitivitas terhadap overhearing serta menghaluskan besar
butir. Vanadium juga merupakan elemen pembentuk karbida.

v Molybdenum (Mo)
Mempunyai efek yang sama seperti W akan tetapi lebih terasa (2% W dapat
diperhatikan oleh 1% Mo). Dengan menambahkan 0,4% sampai 0,9% Mo
dan HSS dengan paduan utama W (W-HSS) dapat dihasilkan HSS yang
mampu dikeraskan di udara (air hardening properties). Selain itu Mo-HSS
lebih liat sehingga mampu menahan beban kejut.

v Cobalt (Co)
Bukan elemen pembentuk karbida. Ditambahkan dalam HSS untuk
menaikkan hot hardness dan tahanan keausan. Besar butir menjadi lebih
halus sehingga ujung ujung yang runcing tetap terpelihara selama heat
treatment pada temperature tinggi.

Keausan dan kerusakan pada pahat terjadi akibat suatu factor atau
gabungan dari beberapa factor dominan berupa proses abrasive, proses
kimiawi, proses adhesi, oksidasi, proses deformasi plastic dan proses
keretakan dan kelelahan, Jenisn keausan pada pahat terdiri atas keausan
kawah (creater wear) yang terjadi pada bidang geram dan keausan tepi
(flank wear) yang terjadi pada bidang utama pada pahat.
Semakin besar keausan yang terjadi pada pahat maka kondisi pahat
akan semakin kritis. Jika pahat tersebut masih tetap digunakan maka
pertumbuhan keausan akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung
pahat sama sekali akan rusak untuk menghindari hal tersebut ditetapkan
suatu batas harga kehausan (dimensi dari keausan tepi atau keausan
kawah) yang dianggap sebagai batas kritis dimana pahat tidak boleh
digunakan. Berdasarkan pengalaman batas keausan yang diijinkan bagi
suatu jenis pahat yang digunakan. Ditujukan table berikut :

Gambar 1 Batas Keausan Kritis pahat dan benda kerja yang dimensi

Gambar 2 Keausan Kawah dan Keausan Tepi Pahat Mata Tunggal


Bidang Aktif Pahat yang Mengalami Kerusakan/Keausan
Selama proses pembentukan geram berlangsung,pahat dapat mengalami
kegagalan dari fungsinya yang normal karena berbagai sebab antara lain:
a. Keausan yang secara bertahap membesar(tumbuh) pada bidang aktif
pahat.
b. Retak yang menjalar sehingga menimbulkan patahan pada mata potong
pahat.
c. Deformasi plastik yang akan mengubah bentuk/geometri pahat.
Jenis kerusakan yang terakhir di atas jelas disebabkan tekanan temperatur
yang tinggi pada
bidang aktif pahat dimana kekerasan dan kekuatan material pahat akan
turun bersama naiknya
temperatur.
Keausan dapat terjadi pada bidang geram (Aγ)
dan/atau pada bidang utama (Aα) pahat (Gambar 3).
Keausan dibedakan jadi 2 macam yaitu:
- Keausan kawah (crater wear)
- Keausan tepi (flank wear)

Mekanisme Keausan & Kerusakan Pahat


Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai keausan dan kerusakan pahat
dapat disimpulkan
bahwa penyebab keausan dan kerusakan pahat dapat merupakan suatu
faktor yang dominan atau
gabungan beberapa faktor tertentu. Faktor-faktor penyebab tersebut antara
lain:
- Proses Abrasif
- Proses Kimiawi
- Proses Adhesi
- Proses Difusi
- Proses Oksidasi
- Proses Deformasi Plastik
- Proses Keretakan, dan Kelelahan

B. Umur Pahat
umur pahat dapat didefinisikan sebagai lamanya waktu yang diperlukan
untuk mencapai batas keausan yang ditetapkan. Saat proses permesinan
berlangsung bahwa pahat telah mencapai batas keausan yang telah
ditetapkan (umurnya) dari kriteria berikut:
- Adanya kenaikan gaya potong,
- Terjadinya getaran/chatter,
- Penurunan kehalusan permukaan hasil permesinan, dan/atau
- Perubahan dimensi/geometri produk.
Dengan menentukan kriteria saat habisnya umur pahat seperti di atas,
maka umur pahat dapat
ditentukan yaitu mulai dengan pahat baru (setelah diasah atau insert telah
diganti) sampai pahat yang bersangkutan dianggap tidak bisa digunakan
lagi. Dimensi umur dapat merupakan besaran waktu, yang dapat dihitung
secara langsung maupun secara tidak langsung dengan mengkorelasikan
terhadap besaran lain. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
prosedur perhitungan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Umur pahat merupakan seluruh waktu pemotongan (tc) sehingga
dicapai batas keausan yang telah ditetapkan (VB maks = 0,2 mm).
Pertumbuhan keausan pahat pada kecepatan potong yang berbeda sampai
batas kritis keausan pahat Karbida. Umur pahat dapat ditentukan secara
Analisis Empiris yakni dengan menggunakan persamaan umur pahat
Taylor, selain itu juga dapat diperkirakan dengan Analisis Pendekatan
secara grafis.
Bahwa dengan meningkatnya kecepatan potong (Vc) maka keausan
pahat akan meningkat juga dan umur pahat akan menurun. Jadi dengan
semakin landai grafik hasil pengujian maka umur pahat akan semakin
panjang, begitu juga sebaliknya semakin tajam grafik hasil pengujian maka
umur pahat akan semakin pendek.
Umur pahat dapat ditentukan dari kecepatan potongnya. bahwa
semakin besar kecepatan potong maka umur pahat semakin pendek.
Dimana dari grafik terlihat umur pahat yang paling panjang terjadi pada
kecepatan potong rendah (Vc = 54,259 m/min) dan umur pahat yang paling
singkat terjadi pada kecepatan potong yang tinggi (Vc = 170,816 m/mm).
Kekasaran permukaan benda kerja bergantung pada kecepatan
potongnya. semakin besar kecepatan potong maka kekasaran permukaan
benda kerja semakin kecil. Bila kecepatan potong (Vc = 170,816 m/mm)
maka nilai kekasaran permukaannya (Ra = 0,8 μ m). Sedangkan kecepatan
potong (Vc = 54,259 m/min) maka nilai kekasaran permukaannya (Ra =3,2μ
m).

Metoda Pengukuran
a. Pengaruh variasi kecepatan potong terhadap umur pahat
Dilakukan dengan cara mengukur keausan untuk setiap variasi kecepatan
potong. Hasil pengukuran dapat ditampilkan berupa grafik. Grafik yang
dihasilkan merupakan hubungan antara dimensi keausan VB (sumbu Y)
dan waktu pemotongan tc (sumbu X). Penentuan umur pahat (T1) pada
kecepatan potong (v1) dimana kriteria saat berakhirnya umur pahat adalah
harga keausan tepi (VB mak) = 0.2 mm.

b. Penentuan harga eksponen n dan konstanta CT


Dapat dilakukan dengan menggunakan analisa pendekatan secara grafis
dengan menggunakan grafik hubungan antara umur pahat dengan
kecepatan potong dengan menggunakan skala
dobel logaritma. Konstanta CT ditentukan secara ekstrapolasi yaitu pada
harga T=1 minit dan
harga eksponen n merupakan kemiringan garis regresi liner.

c. KeausanTepi
Alat yang digunakan untuk mengukur keausan tepi pahat adalah Mitutoyo
Toolmaker Microscope. Pengukuran keausan tepi dilakukan dengan
meletakkan dasar pahat pada meja ukur, dimana bidang mata potong Ps
diatur sehingga tegak lurus sumbu optik. Dalam hal ini besarnya keausan
tepi dapat diketahui dengan mengukur panjang VB (mm), yaitu jarak antara
mata potong sebelum terjadi keausan (mata potong terdekat dipakai
sebagai referensi) sampai ke garis rata-rata bekas keausan pada bidang
utama.

d. Keausan Kawah
Keausan kawah dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kekasaran
permukaan. Dalam hal ini jarum/sensor digeserkan pada bidang geram
dengan sumbu pergeseran diatur sehingga sejajar dengan bidang geram.
Cara pengukurannya adalah benda kerja diletakkan di meja mesin
kemudian sensor alat ukur digerakkan di atas permukaan yang akan diukur.
Pengukuran dilakukan dibeberapa tempat/ daerah sebanyak tiga kali dan
hasil pengukuran dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan dengan arah sudut
90° terhadap arah pengasahan/ penggerindaan permukaan bidang geram.

Penentuan umur pahat didasarkan persamaan umur pahat yang


dikemukakan oleh F.W Taylor (1970) yang dituliskan sebagai berikut,
vT = Ct
dimana :
v = Kecepatan potong, m/min
T = Unsur pahat, menit
n = Pangkat untuk umur pahat
Ct = Konstanta Taylor (umur pahat)

Dari hasil penelitian dengan menggunakan berbagai macam


kombinasi pahat dan benda kerja serta dilakukan pada berbagai kondisi
pemotongan, secara lebih umum konstanta Taylor dapat dituliskan seperti
rumus empiric berikut :
Ct = Ctvb(VB)m
Hp.bq
Dimana :
VB = Keauasan tepi yang dianggap sebagaibatas saat
berakhirnya umur pahat,mm
m = Pangkat untuk batas keausan
h = Tebal geram sebelum terpotong (=f), mm
p = Pangkat untuk tebal sebelum terpotong
b = Lebar pemotongan (=a), mm
q = Pangkat bagi lebar pemotongan
Crvb = Kecepatan potong ekstrapolatif (m/min) yang secara teoritik
menghasilkan unsur pahat sebesar 1 menit, untuk VB = h = b = 1 mm.

Bilapersamaan (a) dan (b) digabungkan,akan menjadi relasi berikut :


vT = CTVB(VB)mh-pb-q
dimana :
v = Kecepatan potong
T =Umur pahat,menit
n = Pangkat untuk unsur pahat
VB = Keausan tepi yang dianggap sebagai batas saat berakhir
umur pahat,mm
m = Pangkat untuk batas keausan
h = Tebal geram sebelum terpotong(gerak makan;f), mm
p = Pangkat untuk tebal sebelum terpotong
b = Lebar pemotongan (Kedalaman potong; a),mm
q =Pangkat lebar pemotongan
CTVB = Kecepatan potong ekstrapolatif (m/min) yang secara teoritik
menghasilkan unsur pahat sebesar 1 menit, untuk VB = h = b = 1 mm.

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA


PROSES DRAY MACHINING

Abstract

Temperatur pemotongan merupakan data pemesinan yang sangat penting


dalam suatu proses pemotongan logam. Laju kenaikan temperatur
pemotongan yang tinggi menyebabkan pendeknya umur pahat yang
mengakibatkan proses pemesinan menjadi tidak ekonomis. Temperatur
pada area kontak antar muka pahat dan benda kerja diprediksi melalui
simulasi pemotongan untuk mengetahui distribusi temperatur pada pahat
dan benda kerja sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam
perencanaan proses pemesinan. Dalam penelitian ini dijelaskan simulasi
proses pemotongan mekanik pada baja AISI 1045 menggunkan material
pahat HSS. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pengaruh variasi
kedalaman pemotongan terhadap distribusi temperatur pada pahat dan
benda kerja. Variasi kealaman pemotongan yang digunakan adalah 0.5
mm,1.0 mm,1.5 mm sedangkan parameter lainnya konstan. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa semakin tinggi kedalaman potong dan panjang
pemotongan menghasilkan temperatur pemotongan yang semakin tinggi.
Pemakaian kedalaman 1.5 mmdan panjang pemotongan 35 mm
menghasilkan temperatur tertinggi mencapai 380,4 K pada area rekahan
geram, 341,7 K pada permukaan benda kerja dan 345,7 K pada pahat.
Validasi temperatur dilkakukan melalui pengukuran temperatur secara
langsung pada proses machining pada kondisi pemotongan yang sama
dengan bantuan infrared thermometer. Tempertaur yang terukur adalah
315,13 K, 322,67 K dan 359,23 K.
TEMPERATUR
Temperatur pemotongan mempunyai pengaruh besar terhadap umur pahat dan
permukaan benda uji, Oleh karena itu dalam proses pemesinan temperatur
mempunyai korelasi terhadap laju keausan pahat yang merupakan salah satu
parameter dalam menentukan umur pahat tersebut. Dari uraian latar belakang
dapat dirumuskan bahwa: (1)Proses pemotongan logam menghasilkan panas
akibat gesekan antara pahat dengan benda kerja (2)Kedalaman potong
mempengaruhi panas pada proses pembubutan yang terjadi pada mata pahat
HSS dan benda uji. Adapun tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa
besar rambatan temperatur pada mata pahat HSS dan benda uji. Material yang
digunkan pada penelitian ini adalah baja karbon sedang dengan menggunakan
mata pahat HSS, jumlah benda uji yaitu 10 buah dengan ukuran ∅2 Inci dan
panjang 70 mm. Penelitian ini dilakukan pada 8 titik pengukuran dimana pada mata
pahat HSS dan Mesin Bubut Knuth Compass Type 250/1000 B yang dipusatkan
pada bed dan spindel yang merupakan bagian penting pada saat mesin berkerja.
Pengujian pada titik 1-6 dilakukan pada saat benda kerja di bubut dan pada titik 7-
8 dilakukan pada saat putaran spindel di hentikan, setelah itu mengukur
temperatur pada setiap titik, alat ukur temperatur yang digunkan adalah
thermocople type K dengan 8 chanel. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat dilihat distribusi temperatur terhadap kedalaman makan pada proses bubut
yaitu temperatur tertinggi pada proses pemakanan 2 mm tanpa menggunakan
cairan pendingin sebesar 40,1 ℃ dan terendah pada kedalaman makan 0,1 mm
sebesar 32,7 ℃. Hasil peelitian ini dapat disimpulkan bahwa cairan pendingin
dapat menstabilkan distribusi temperatur. Kata kunci: Distribusi Temperatur, Pahat
HSS, Baja Karbon Sedang.

Anda mungkin juga menyukai