Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRATIKUM

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU


ACARA I
PENYIAPAN SAMPEL

Oleh :
Nama : Joviani Cahyanissa
NIM : 22/504793/KT/09988
Co-Ass : Dhimas Ardi Putro Utomo
Kelompok : 12

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS


KAYU
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
ACARA I
PENGAMBILAN SAMPEL

I. TUJUAN
Pratikum ini bertujuan untuk:
1. Memahami proses pembuatan sampel uji fisika, mekanika, dan
kimia kayu.
2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
pembuatan sampel uji sifat fisika, mekanika, dan kimia kayu.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan di
alam, termasuk vegetasi hutan. Tumbuhan yang dimaksud ialah pohon-
pohon (Moeljono, 1974). Kayu merupakan bahan yang terdiri atas sel-
sel terstruktur yang memberikan kayu memiliki banyak sifat dan ciri
yang unik. Sifat-sifat kayu yang unik tersebut sudah melekat dalam
bentuk struktur anatomi dan sel-sel penyusunnya (Bodig and Jayne,
1982). Seperti yang dikemukakan oleh Listyanto (2018), kayu tersusun
atas sel-sel berongga dan kompleks yang memberikan kayu banyak
sifat dan karakteristik yang khas. Keunikan dari kayu dapat diketahui
dari sifat-sifat dasar dari kayu tersebut, karena sifat-sifat itu nantinya
akan berpengaruh terhadap keunikannya. Sifat-sifat dasar kayu itu
meliputi sifat fisika, sifat mekanika, dan sifat kimia kayu.
Sebagai dasar penentuan penggunaan akhir suatu jenis kayu, sifat
fisika merupakan sifat yang perlu diketahui seperti kadar air, berat
jenis, dan perubahan dimensi (Marsoem, 1996). Kadar air (Moisture
content) dalam kayu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
sifat mekanis kayu (Matan and Kyokong, 2003). Sifat mekanis kayu
merupakan sifat yang terkait hubungannya dengan kekuatan kayu
dalam menahan gaya luar yang bekerja pada kayu tersebut, dimana ada
kecenderungan gaya untuk mengubah bentuk dan ukuran kayu tersebut
(Bowyer et al. 2003).
Penyiapan sampel kayu perlu diperhatikan apalagi saat
pengambilan sampel. Pengambilan sampel dipilih berdasarkan kondisi
pohon sebelum ditebang dan bagian-bagian yang bisa digunakan dalam
penyiapan sampel. Pohon yang dipilih sebagai contoh uji ini berupa
pohon yang masih sehat dengan ketentuan tidak terserang hama
ataupun penyakit, bentuknya lurus dan tidak tumbuh pada lokasi yang
miring (kayu reaksi). Untuk bagian pengambilan sampel dibagi
menjadi 3 kedudukan aksial yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung,
kemudian untuk 3 kedudukan radial yaitu bagian dekat hati, tengah,
dan dekat kulit. Pengambilan sampel kayu untuk pengujian sifat fisika,
mekanika, dan kimia kayu dapat mempermudah penelitian mengenai
sifat-sifat kayu yang hubungannya dengan penggunaan kayu pada
akhirnya karena memiliki ukuran yang spesifik pada setiap uji sifatnya.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pensil
2. Penggaris
3. Timbangan analitik
4. Table saw
5. Kaliper
6. Plastik
7. Wadah sampel
8. Alat tulis

Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah sebagai berikut:


1. Disk kayu Trembesi (Samanea saman)
2. Air/aquades
IV. CARA KERJA
Cara kerja pada pratikum ini adalah sebagai berikut:
Disk kayu trembesi disiapkan di atas meja

Empulur pada kayu dicari dan kemudian dibuat garis membagi disk kayu
menjadi dua dengan empulur sebagai patokan

Ditarik titik sejauh 1 cm untuk bagian atas dan bawah dari garis tengah
lalu digaris

Dari dekat empulur digaris vertikal sebagai patokan dan kemudian garis
vertikal lagi setelahnya sejauh 2 cm hingga sebelum kulit

Garis kotak yang sudah ada itu diberi kode angka untuk bagian kanan
empulur dan huruf untuk bagian kiri empulur

Disk kayu itu digergaji sesuai garis dengan ukuran 2x2x2 cm dan
4x2x2 cm untuk uji sifat fisika kayu

Serbuk kayu dari sisa penggergajian disimpan ke dalam plastik untuk uji sifat
kimia kayu yang pada kondisi kering akan dapat ukuran serbuk 40-60 mesh

Sampel kayu ukuran 2x2x2 cm dan 4x2x2 cm ditentukan arah radial,


tangensial, dan longitudinal lalu diukur panjangnya dengan kaliper

Sampel ukuran 2x2x2 cm ditimbang agar didapatkan hasil berat basah


dan volumenya (dengan air)

Sampel ukuran 4x2x2 cm ditimbang agar didapatkan hasil berat basah


Pertama-tama alat dan bahan disiapkan termasuk disk kayu yang
akan diamati letak empulurnya sebagai patokan untuk membagi
menjadi 2 bagian pada disk kayu. Pada disk kayu trembesi tersebut
dibuat garis lurus, kemudian dari garis tersebut tarik 1 cm ke atas dan 1
cm ke bawah untuk dibuat garis baru. Setelah itu, garis awal vertikal di
samping kanan dan kiri empulur sekitar 1 cm jaraknya dengan panjang
total 2 cm mengikuti batas dari atas ke bawah. Dengan garis awal
tersebut, garis vertikal kembali di sebelahnya dengan jarak 2 x 2 cm
tiap kotak yang dihasilkan. Garis itu diusahakan tidak sampai pada
bagian kulit, apabila mengenai maka tidak terhitung sebagai sampel.
Garis-garis yang membentuk kotak itu diberi kode angka untuk bagian
kanan empulur dan huruf untuk bagian kiri empulur. Kemudian disk
kayu digergaji sesuai garis yang telah dibuat yang akan dihasilkan
ukuran 2 x 2 x 2 cm dan 4 x 2 x 2 cm untuk uji sifat fisika kayu. Untuk
sisa serbuk kayu saat pengergajian disimpan pada wadah utuk sampel
uji kimia kayu yang saat kondisi kering udara nanti akan didapatkan
ukuran serbuk 40–60 mesh. Sampel kayu ukuran 2 x 2 x 2 cm dan 4 x
2 x 2 cm ditentukan arah radial, tangensial, dan longitudinal kemudian
diukur panjangnya setiap arah dengan kaliper. Untuk sampel ukuran 2
x 2 x 2 cm ditimbang agar didapatkan hasil berat basah dan volumenya
dengan air. Lalu sampel ukuran 4 x 2 x 2 cm ditimbang untuk
didapatkan berat basahnya tanpa mengukur volume.
V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN
Pada pratikum ini diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Gambar sampel kayu untuk pengujian sifat fisika, mekanika dan
kimia kayu

Gambar 1. Sampel
Sifat Fisika Ukuran Gambar 2. Sampel
2 x 2 x 2 cm Sifat Fisika Ukuran
4 x 2 x 2 cm

Gambar 3. Sampel Sifat Mekanika Ukuran


30 x 2 x 2 cm

Gambar 4. Sampel Sifat Kimia Ukuran


Serbuk 40–60 mesh
2. Hasil pengukuran disk kayu
Tabel 1. Pengukuran Disk Kayu
Bagian Tebal atau Rerata Luas Persentase
diameter (cm2) (%)
(cm)
Teras D1 16 7,875 194,7290625 31,083
D2 15,5 (a)
T1 4
Gubal T2 2,5 5,25 346,185 55,259
T3 6 (b)
T4 8,5
T1 1
Kulit T2 1 1 85,565 13,658
T3 1 (c)
T4 1
Total disk 626,4790625

Keterangan:
D = Diameter
T = Tebal
a = Rerata jari-jari teras
b = Rerata tebal gubal
c = Rerata tebal kulit

Hasil Perhitungan:
RERATA
 Rerata jari-jari teras (a) =

= 7,875

 Rerata tebal gubal (b) =

= 5,25
 Rerata tebal kulit (c) =

=1

LUAS

 Luas total disk = (a + b + c)2 . π

= (7,875 + 5,25 + 1)2 . π

= (14,125) 2 . π

= 199,515625 π

= 199,515625. 3,14

= 626,4790625 cm2

 Luas teras = a2 . π

= (7,875)2 . π

= 62,015625 π

= 62,015625. 3,14

= 194,7290625 cm2

 Luas gubal = [(a + b)2 . π] – (a2 . π)

= [(7,875 + 5,25)2 . π] – (7,8752 . π)

= [(13,125)2 . π] – (7,8752 . π)

= 172,265625π – 62,015625π

= 110,25π

= 110,25 . 3,14

= 346,185 cm2

 Luas kulit kayu = Luas total – Luas teras dan gubal

= [(a + b + c)2 . π] – [(a + b)2 . π]


= [(7,875+5,2 +1)2 . π] – [(7,875+5,25)2 . π]

= [(14,125)2 . π] – [(13,125)2 . π]

= 199,515625π – 172,265625π

= 27,25π

= 27,25 . 3,14

= 85,565 cm2

PERSENTASE

 Persentase teras = . 100%

= . 100%

= 31,083091863105%

= 31,083%

 Persentase gubal = . 100%

= . 100%

= 55,258829978855%

= 55,259%

 Persentase kulit = . 100%

= . 100%

= 13,658078158039%

= 13,658%
VI. PEMBAHASAN
Kayu trembesi (Samanea saman) merupakan salah satu jenis kayu
dari hutan yang biasanya dimanfaatkan sebagai pohon pelindung di
Indonesia. Kayu ini memiliki potensi menjadi kayu industri atau
komersial sebagai furniture, kerajinan maupun hiasan untuk interior
rumah karena memiliki tekstur kayu lebih lembut, kuat dan juga
terang. Dan untuk menggali potensi tersebut perlu meneliti lebih lanjut
dalam mengenal sifat-sifat dasar yang ada pada kayu trembesi ini,
seperti dari sifat fisika, mekanika, dan kimia kayu.
Rata-rata ketinggian pohon trembesi dapat mencapai 30–40 m
dengan lingkar pohon sekitar 4,5 m dan mahkota pohon mencapai 40–
60 m. Kemudian batangnya tidak beraturan karena terkadang bengkok
ataupun menggelembung besar. Dalam pratikum ini menggunakan disk
kayu pohon trembesi yang memiliki bentuk kayu sedikit cacat karena
posisi empulur, kayu teras dan kayu gubalnya tidak seimbang dan bisa
dipastikan pertumbuhan pohon trembesi ini terjadi pergerakan sudut
kemiringan.
Kayu reaksi memiliki ciri fisik yang berbeda dibandingkan dengan
kayu normal. Oleh karena itu diprediksi memiliki sifat mekanik yang
berbeda. Kayu reaksi terjadi akibat dari adanya gaya tekan atau gaya
tarik pada bagian batang yang terjadi karena gaya gravitasi bumi. Kayu
reaksi yang terbentuk pada bagian sisi atas atau sisi tarikan batang
pohon yang miring merupakan definisi dari kayu tarik (Haroen dan
Dimyati, 2006). Pada batang bawah pohon yang miring akan
menghasilkan kayu tarik dengan posisi empulur kayu berada pada sisi
bagian dalam kayu miring dan bagian tengah kayu normal. Semakin
miring posisi batang maka kandungan galaktinnya semakin tinggi
terutama pada lapisan sekunder ketiga (S3). Pada pratikum acara 1 ini,
disk kayu trembesi sebagai sampel disebut sebagai kayu reaksi ataupun
kayu tarik karena posisi empulurnya tidak proporsional di tengah
sebagaimana kayu normal. Oleh karena posisi empulurnya ada di
pinggir, maka pengukuran yang dilakukan pun dilakukan dengan
melihat proporsi yang pas antara kayu gubal dan kayu terasnya
sebagaimana yang telah terlampir pada gambar 2. Hal ini kurang sesuai
dengan ketentuan pohon sebagai contoh uji.
Kayu trembesi ini terdapat empulur, kayu teras, kayu gubal, dan
kulit kayu. Namun, empulur dan kulit tidak bisa disebut kayu. Empulur
merupakan jaringan parenkim atau jaringan gabus yang letaknya di
bagian di tengah batang, sedangkan kulit kayu sifatnya telah berbeda
dengan kayu di dalamnya karena letaknya di paling luar sehingga telah
terkena pengaruh dari faktor-faktor eksternal. Disk kayu trembesi ini
memiliki tipe empulur eksentris. Hal itu dikarenakan letaknya yang
cenderung ke arah samping, padahal empulur pada umumnya terletak
di pusat batang dengan posisi yang proporsional. Letak empulur
dipengaruhi oleh arah cahaya yang mana semakin tinggi persaingan
cahaya dengan tumbuhan/pohon lain maka semakin eksentris pula
letak dari empulurnya. Hal tersebut didukung oleh Mulyaningsih et al.
(2007) dimana jaringan empulur tidak dipengaruhi secara nyata oleh
adanya perbedaan intensitas cahaya akan tetapi dipengaruhi oleh arah
cahaya.
Bagian kayu yang memiliki nilai lebih dalam bidang pemanfaatan
yaitu kayu teras karena sifat warna dan keawetan alaminya yang tinggi
dibandingkan dengan kayu gubal. Kayu gubal tersusun atas sel-sel
yang masih hidup dan terletak di dalam kambium yang fungsinya
untuk menyalurkan cairan dan tempat penimbun zat-zat makanan.
Sedangkan secara fisiologis, kayu teras tidak berfungsi lagi tetapi
berfungsi dalam menunjang pohon secara mekanis (Haygreen and
Bowyer, 1982). Untuk sifat yang paling mencolok dari keduanya, kayu
teras memiliki warna yang lebih gelap daripada kayu gubal karena
adanya kandungan zat ekstraktif di dalamnya yang menyebabkan
perbedaan juga dalam segi keawetan dan ketahanan dari organisme
perusak kayu.
Dari perhitungan disk kayu yang telah dilakukan didapatkan hasil
persentase setiap bagian kayu yang berbeda-beda tergantung luas
masing-masing. Salah satu pembentukan kayu teras yaitu proses
penuaan (aging process) dimana semakin tua suatu pohon, maka
persentase kayu teras yang terbentuk akan semakin besar (Pandit,
1996). Keberadaan kayu teras yang semakin banyak akan sangat
menguntungkan karena bagian kayu teras lebih awet dibandingkan
kayu gubal sebagaimana sifat-sifat kayu gubal dan kayu teras. Pada
dasarnya, persentase kayu teras dan kayu gubal menunjukkan hasil
yang berlawanan dengan pertambahan kelas umur pohon. Seiring
bertambahnya kelas umur pohon, maka presentasi kayu teras semakin
bertambah sedangkan presentasi kayu gubal akan menurun. Persentase
kayu teras pada pratikum ini didapatkan sebesar 31,083% dan untuk
kayu gubal sendiri sebesar 55,259% yang dimana dapat diartikan pada
pohon trembesi yang digunakan ini persentasi kayu teras lebih kecil
daripada kayu gubal. Hal itu dikarenakan luas dari kayu teras sendiri
yaitu 194,7290625 cm² yang tidak lebih besar dari luas kayu gubal
yang sebesar 346,185 cm². Dari data tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwasanya umur dari pohon trembesi yang diambil
sebagai contoh uji belum terlalu tua sehingga sel-sel yang masih hidup
cenderung masih banyak tetapi kandungan zat ekstraktif dalam kayu
tersebut tidak begitu banyak.
Pada disk kayu trembesi yang berdiameter 29 cm dan 27,5 cm ini,
kayu masih didominasi oleh kayu gubal. Hal ini itu menunjukkan berat
jenis kayu pada bagian dekat empulurnya lebih rendah daripada di
bagian dekat kulit yang dikatakan memengaruhi sifat mekanika kayu
(Supriyati et al, 1994). Untuk kayu yang lebih tua atau yang
diasumsikan dari kelas diameter besar, cenderung memiliki nilai
mekanika yang besar karena telah terbentuknya kayu teras (Supriyati et
al, 2014; Hadjib et al, 2008). Untuk itu, disk kayu trembesi ini dapat
dikatakan memiliki nilai mekanika yang lumayan dilihat dari
perbandingan presentase antara kayu teras dan gubal yang tidak terlalu
jauh.
Pemotongan disk kayu pada pratikum ini dibuat menjadi beberapa
sampel yang akan membedakan sifat-sifat dasar kayu karena dari
ukurannya saja telah berbeda. Untuk sampel uji sifat fisika kayu terdiri
atas ukuran 2 x 2 x 2 cm yang akan digunakan untuk menentukan berat
jenis dan kadar air yang ada dalam kayu dan ukuran 4 x 2 x 2 cm yang
akan digunakan untuk menentukan besarnya perubahan atau
penyusutan dimensi kayu. Lalu untuk sampel uji sifat mekanika kayu
yang berukuran 30 x 2 x 2 cm yang digunakan untuk menentukan
keteguhan lengkung statis kayu, tetapi dalam pratikum ini belum ada
wujud fisiknya. Kemudian untuk sampel uji sifat kimia kayu itu berupa
serbuk kayu hasil gergajian yang berukuran 40–60 mesh (dalam
keadaan kering udara) yang digunakan untuk menentukan kadar
ektraktif dalam kayu. Sampel-sampel tersebut diukur setiap arah radial,
tangensial, dan longitudinal, dan ditimbang untuk data acara-acara
berikutnya.
VII. KESIMPULAN
Pada pratikum ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pembuatan sampel kayu pengujian sifat fisika kayu yaitu
sifat fisika, mekanika, dan kimia dapat dilakukan dengan
ketentuan-ketentuan sesuai dengan uji yang dilakukan. Untuk uji
sifat fisika kayu yaitu pengukuran kadar air dan berat jenis kayu
menggunakan sampel berukuran 2 x 2 x 2 cm dan perubahan atau
penyusutan dimensi menggunakan sampel berukuran 4 x 2 x 2 cm.
Kemudian untuk sampel kayu uji sifat mekanika kayu
menggunakan sampel berukuran 30 x 2 x 2 cm. Dan yang terakhir
yaitu untuk uji sifat kimia kayu menggunakan serbuk hasil
penggergajian disk dengan ukuran serbuk 40–60 mesh.
2. Pembuatan sampel uji sifat fisika, mekanika, dan kimia kayu harus
memperhatikan kondisi disk kayu (dari pohon yang sehat). Selain
itu sampel kayu perlu dalam keadaan segar yang tidak terpengaruh
oleh faktor-faktor yang dapat memengaruhi sifat kayu seperti air
dan udara, sehingga disk kayu yang digunakan diletakkan dalam
wadah plastik sebelum akan digunakan. Kemudian, pengukuran
dan pemotongan disk kayu untuk mendapatkan sampel perlu
diperhatikan mengenai proporsi yang baik. Bagian empulur dan
dan bagian yang mendekati kulit perlu dihindari dalam menentukan
sampel kayu.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Bodig, J., and Jayne, B.A. 1982. Mechanics of Wood and Wood
Composites.Van Nostrand Reinhold Company. New York,
Toronto, London, Melborne.
Bowyer, J.L., Shmulsky, R., and Haygreen, J.G. 2003. Forest Product
and Wood Science: An Introduction. 4th edition. Iowa State
University Press, USA.
Hadjib, N dan Sulastiningsih, I.M. 2008. Sifat Fisis dan Mekanis
Kayu Jati Muna. Prosiding Seminar Mapeki XI.
Palangkaraya: Mapeki.
Haroen, W.K. dan Dimyati, F. 2006. Sifat Kayu Tarik, Teras dan
Gubal Acacia Mangium Terhadap Karakteristik Pulp.
Jurnal Selulosa. Vol 41(1) : 1–7.
Haygreen, J.G. and Bowyer, J.L. 1982. Forest Product and Wood
Science: An Introduction. Iowa State University Press,
Ames. USA.
Listyanto, T. 2018. Teknologi Pengeringan kayu dan Aplikasinya di
Indonesia. Yogyakarta: UGM PRESS.
Marsoem, S.N. 1996. Sifat-Sifat Kayu untuk Bahan Baku Industri.
Diklat Manager Industri Kayu Kerjasama Fakultas
Kehutanan UGM dan PT. Focus. Yogyakarta.
Matan, N and Kyokong, B. 2003. Effect of Moisture Content on Some
Physical and Mecanical Properties of Juvenile Rubberwood
(Hevea brasiliensis Muell. Arg.), Songklanakarin J. Sci.
Technology, Vol. 25(3).
Moeljono, S.B. 1974. Pengantar Perkayuan, Yayasan Kanisius,
Yogyakarta.
Mulyaningsih T, Sumarjan & Parman. 2007. Pengaruh Intensitas
Cahaya Proses Sitologi Pembentukan Gubal, Lingkaran
Tahun dan Jaringan Kayu yang Baru di sekitar Lubang
Inokulasi pada Pohon Gaharu Gyrinops versteegii (Gilg.)
Domke. Laporan Penelitian Fundamental. Mataram.
Pandit, I.K.N. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu.
Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan. Program
Pascasarjana IPB Bogor.
Supriyati, W., Prayitno, T.A. Sumardi, Marsoem, S.N. 2014. Proporsi
Kayu Teras dan Sifat Fisik Mekanik pada Tiga Kelas
Diameter Kayu Gelam (Melaleuca sp) dari Kalimantan
Tengah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol 12(1)
: 56–64.
Supriyati, W., Sudarmadji, Mahali. 1994. Variabilitas Sifat Fisika
Kayu Tumeh (Combretocarpus rotundatus Dans) dan Kayu
Bangkirai (Shorea leavis Ridl.) pada Arah Radial.
Universitas Palangkaraya. Skripsi.
IX. LAMPIRAN

Gambar 5. Proses Gambar 6. Hasil


penggarisan disk kayu penggarisan disk kayu

Gambar 8. Serbuk kayu Gambar 7. Proses


uji sifat kimia kayu dari penggergajian disk
hasil penggergajian kayu

Gambar 9. Gambar 10. Sampel


Penggarisan arah kayu uji fisika kayu
radial, tangensial, dan
longitudinal pada
sampel kayu
Gambar 12. Gambar 11.
Pengukuran arah Pengukuran arah radial
tangensial sampel kayu sampel kayu

Gambar 13. Gambar 14.


Pengukuran arah Penimbangan sampel
longitudinal sampel ukuran 2 x 2 x 2 cm
kayu untuk volume

Gambar 15.
Penimbangan berat
basah sampel ukuran
4 x 2 x 2 cm

Anda mungkin juga menyukai