Anda di halaman 1dari 6

Kuau Raja (Argusianus argus)

1.1. Taksonomi

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Argusianus
Spesies : A. argus

1.2. Morfologi

Kuau Raja (Argusianus argus Linnaeus, 1766) tergolong ke dalam famili Phasianidae.
Burung ini memiliki bulu dengan corak khas. A.argus memiliki bulu yang indah, bulu sayap
lebar dan bulu ekor yang panjang dengan bintik-bintik besar menyerupai mata (Rafi dkk.,
2017). Kuau Raja mempunyai bulu berwarna coklat kemerahan dan kulit kepala berwarna
biru. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 200cm. Di
atas kepalanya terdapat jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Burung jantan dewasa
juga memiliki bulu sayap dan ekor yang sangat panjang, dihiasi dengan bintik-bintik besar
menyerupai mata serangga atau oceli. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan,
panjangnya sekitar 75cm, dengan jambul kepala berwarna kecoklatan. Bulu ekor dan sayap
betina tidak sepanjang burung jantan, dan hanya dihiasi dengan sedikit oceli. Populasi Kuau
Raja tersebar di Asia Tenggara. Spesies ini ditemukan di hutan
tropis Sumatra, Borneo dan Semenanjung Malaysia. Nama binomial spesies ini diberikan
oleh Carolus Linnaeus, berdasarkan dari raksasa bermata seratus bernama Argus di mitologi
Yunani.

1.3. Habitat
Burung Kuau Raja atau Kuau Besar ini bahkan telah ditetapkan menjadi “Fauna Identitas
dari Provinsi Sumatera Barat”. Akan tetapi jenis burung berukuran besar dan juga berbulu
indah ini merupakan salah satu burung langka yang ada di Indonesia.  Sementara IUCN
Redlist memasukkannya dalam kategori Near threatened. Kuau raja termasuk satwa yang
dilindungi di Indonesia ( PP No. 7 Th 1999 dan PERMENHUT No. 57 Th 2008). Kuau raja
tersebar pada daerah Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia (Rafi dkk., 2017).

1.4. Aktifitas
1.Membersihkan (clearing)
Menyingkirkan ranting atau serasah pada mating ring dengan menggunakan paruh
maupun sayap dan bulu ekor oleh kuau raja jantan.
2.Berjalan (walking)
Aktivitas berpindah tempat dengan menggunakan kaki di lantai hutan

.
3.Waspada (vigilance)
Diam sejenak sambil menggerakkan kepala ke segala arah dan mengamati lingkungan sekitar
4.Makan (feeding)
Mencari makanan dengan mematuk-matuk makanan di permukaan tanah, kemudian
mengangkat kepala sambil menelan makanan
5.Menelisik (grooming)
Aktivitas menggaruk-garukkan paruh atau kaki ke bagian tubuh dan menngetarkan tubuhnya
6.Istirahat (resting)
Kuau raja tidak melakukan aktivitas kecuali diam atau tidur baik dalam keadaan berdiri
maupun duduk selama waktu tertentu.
7. Bersuara (calling)
Menggeluarkan suara dari tenggorokan sambil membuka paruh biasanya berupa lengkingan
8. Menari ( dancing)
Aktivitas menggembangkan serta menggetarkan bulu sayap dan ekor yang dilakukan oleh
kuau raja jantan untuk menarik perhatian betina. Aktivitas ini berawal saat kuau raja jantan
berjalan mendekati betina.

Kuau raja jantan maupun betina umumnya beraktivitas pada pagi hari dan mencapai
puncak aktivitasnya diantara pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.00 WIB. Aktivitas tersebut
berlansung dengan durasi yang relatif singkat. Hal ini dikarenakan pada pagi hari kondisi
lingkungan seperti suhu yang tidak terlalu tinggin, kelembapan tinggi dan cuaca yang tidak
terlalu panas sangat mengguntungkan kuau raja untuk melakukan aktivitasnya (Rafi.,2017).
Aktivitas yang paling banyak dilakukan jantan adalah clearing yang bertujuan untuk
membersihkan mating ring dari serasah maupun ranting pohon yang jatuh di lantai hutan
1.5. Makanan
Kuau raja lebih menyukai makanan yang terdapat dipermukaan tanah. Jenis makanan
yang di temukan di beberapa mating ring yaitu smut biji-bijian, dan disetiap mating ring
selalu terdapat pohon yang sama. Kuau raja memakan jenis serangga terutama semut,
daun, biji-bijian, dan buah-buahan yang terdapat di permukaan tanah (Rafi dkk., 2017).
1.6. Keadaan In Situ
Kuau Raja memiliki aktivitas yang aktif pada pagi hari yaitu pada jam 07.00 – 08.00 WIB
karena pada jam segitu lah udara tidak terlalu panas. Dalam keadaan in situ kuau raja
memiliki Mating ring merupakan area yang penting bagi kuau raja terutama selama musim
kawin.

1.7. Keadaan Ex situ TMSBK


Dalam keadaan TMSBK ini memiliki 5 ekor burung kuau raja yang dibagi menjadi 2
kandang yaitu kandang atas dan kandang di bawah. Pada kandang bawah terdapat sepasang
burung kuau raja dan burung kuau raja ini memiliki seekor anak dan kandang atas memiliki 2
ekor burung kuau raja jantan. Pada keadaan kandang bawah ini memiliki kandang dalam
yaitu kandang untuk kuau raja untuk bertelur, keadaan kandang bawah selalu dibersihkan
dan memiliki ukuran kandang yang cukup luas untuk menampung 3 ekor burung kuau raja
tersebut dan memiliki tempat persediaan air yang cukup serta tempat meletakkan makanan.
Pada pemberian pakan untuk kuau raja ini diberikan pada setiap hari yaitu pada pagi hari dan
satu kali sehari, pakan yang diberikan ini cukup untuk seharian yaitu berupa biji-bijian,
sayur-sayuran dan buah-buahan.

Di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan memiliki 5 kesejahteraan pada hewan, yaitu:

1. Bebas dari rasa haus dan lapar (Freedom from hunger and thirst)

2. Bebas dari rasa ketidak nyamanan/ penyiksaan fisik (Freedom from discomfort)

3. Bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease)

4. Bebas untuk mengekspesikan perilaku alamiah (Freedom to express normal


behaviour)

5. Bebas dari ketakutan dan rasa tertekan (Freedom from fear and distress)
Konservasi adalah langkah-langkah pengelolaan tumbuhan dan/atau
satwa liar yang diambil secara bijaksana dalam rangka memenuhi kebutuhan
generasi saat ini dan generasi masa mendatang. Konservasi ex-situ adalah
konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan di luar habitat
alaminya. Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik
berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah. Lembaga
konservasi untuk kepentingan umum adalah lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik
berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah yang dalam
peruntukan dan pengelolaannya mempunyai fungsi utama dan fungsi lain
untuk kepentingan umum.

Lembaga konservasi untuk kepentingan khusus adalah lembaga yang


bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar
habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-
pemerintah yang dalam peruntukan dan pengelolaannya difokuskan pada
fungsi penyelamatan atau rehabilitasi satwa. Izin lembaga konservasi adalah
izin yang diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada pemohon yang telah
memenuhi syarat-syarat sesuai ketentuan perundang-undangan untuk
membentuk lembaga konservasi.

Kebun binatang adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya


3 (tiga) kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) hektar dan pengunjung tidak menggunakan kendaraan bermotor (motor
atau mobil). Taman satwa adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-
kurangnya 2 (dua) kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya
2 (dua) hektar.

Lembaga Konservasi mempunyai fungsi utama pengembangbiakan


terkontrol dan/atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya.

Lembaga konservasi juga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan,


peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk
mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Kriteria Kebun Binatang terdiri atas :


a. memiliki satwa yang dikoleksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas taksa baik
satwa yang dilindungi, satwa yang tidak dilindungi atau satwa asing;
b. memiliki luas areal sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hektar;
c. memiliki sarana pemeliharaan dan perawatan satwa, sekurang-kurangnya
terdiri atas:
1) kandang pemeliharaan;
2) kandang perawatan;
3) kandang pengembangbiakan;
4) kandang sapih;
5) kandang peragaan;

6) areal bermain satwa;


7) gudang pakan dan dapur;
8) naungan untuk satwa; dan
9) prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain;

d. memiliki fasilitas kesehatan, sekurang-kurangnya terdiri atas:


1) karantina satwa;
2) klinik;
3) laboratorium; dan
4) koleksi obat.
e. memiliki fasilitas pelayanan pengunjung, sekurang-kurangnya terdiri atas:
1) pusat informasi;
2) toilet;
3) tempat sampah;
4) petunjuk arah;
5) peta dan informasi satwa;
6) parkir;
7) kantin/restoran;
8) toko cindera mata;
9) shelter;
10) loket; dan
11) pelayanan umum;
f. memiliki tenaga kerja permanen sesuai bidang keahliannya, sekurang-
kurangnya terdiri atas:
1) dokter hewan;
2) kurator;
3) tenaga paramedis;
4) penjaga/perawat satwa (animal keeper);
5) tenaga keamanan;
6) pencatat silsilah (studbook keeper);
7) tenaga administrasi; dan
8) tenaga pendidikan konservasi;
g. memiliki fasilitas kantor pengelola; dan
h. memiliki fasilitas pengelolaan limbah.
Daftar Pustaka
Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Kuau_raja
Rafi, M., W. Novarino.,Rizaldi dan A. Ardiyanto. 2017. Aktifitas kuau raja (Argusianus
argus Linnaeus, 1766) pada Mating ring di hutan konservasi kalaweit supayang, Solok,
Sumatera Barat. Jurnal Metamorfosa IV (1):58-64 (2017).

Anda mungkin juga menyukai