OLEH :
NIM : 209012435
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan pada
anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai
kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan
dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta kecepatan peningkatan suhu tubuh,
termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap bangkitan kejang demam lebih
banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).
2. Etiologi
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga menganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit
mendasar yang membahayakan (Sylvia A.price dalam NANDA NIC NOC,
2015).
Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat dan
mungkin terdapat predisposisi familia. Dan beberapa kejadian kejang dapat
berlanjut melewati masa anak – anak dan mungkin dapat mengalamikejang non
demam pada kehidupan selanjutnya.
Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan terulang.
d. Lamanya demam sebelum kejang. Semakin pendek jarak antara mulainya
demam dengan kejang , maka semakin besar resiko kejang demam terulang.
a. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas,
Proses demam
Keseimbangan potensi
Suhu tubuh membrane ATP, ASE
meningkat
Resiko
cidera
5.
6. Klasifikasi
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu; kejang parsial
sederhana dan kejang parsial kompleks.
Kesadaran tidak terganggu dapat mencakup satu atau dua hal sebagai
berikut;
a. Tanda-tanda motoris; kedutan pada wajah, tangan atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
b. Tanda atau gejala otonomik; muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
c. Gejala sematosensoris atau sensoris khusus; mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
d. Gejala psikik; dejavu, rasa takut, visi panoramik.
2. Kejang parsial kompleks, lama kejang > 15 menit
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik;
mengecap ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang
berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa
otomatisme tatapan terpaku (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2012).
7. Gejala Klinis
Gejala umum kejang demam :
a. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 sampai dengan 15 menit, bisa juga lebih.
b. Takikardia ; pada bayi frekuensi sering diatas 150 sampai 200 per menit.
c. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
akibat menurunnya curah jantung.
d. Gejala bendungan sistem vena : hepatomegali dan peningkatan tekanan
vena jugularis.
Gejala sesuai klasifikasi :
Kejang Karakteristik
Pasial Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah, fokus disatu
bagian tetapi dapat menyebar kebagian lain.
1. Parsial a. Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),
sederhana sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu
yang abnormal), automik (takikardia, bradikardia,
takipneu, kemerahan, rasa tidak enak diepigatrium),
psikik (disfagia, gangguan daya ingat).
b. Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit.
2. Parsial Dimulai sebagai kejang parsial sederhana ; berkembang
kompleks menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh :
a. Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme
(mengecap ngecapkan bibir, mengunyah, menarik –
narik baju).
b. Beberapa kejang parsial kompleks mungkin
berkembang menjadi kejang generalisata.
c. Biasanya berlangsung 1 – 3 menit.
8. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi : kepala pasien tampak normocepalus, amati rambut pasien
(warna, kelebatan, distribusi dan adakah tanda kerontokan). Pasein
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, dengan
warna rambut kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala pasien, raba adakah adakah
tanda - tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti ubun – ubun besar
cembung, dan raba ubun – ubun besar apakah sudah menutup atau belum.
2. Wajah
Inspeksi : pada pasien dengan paralisis fasialis menyebabkan asimetris
wajah, sisi wajah yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa,
sehingga tertarik ke sisi sehat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan.
3. Mata
Inspeksi : saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, amati adakah
perdarahan pada mata pasien.
Palpasi : raba area mata pasien adakah peningkatan tekanan intra okular,
tidak teraba adanya nyeri tekan.
4. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak ada kelainan aurikula, tidak
tampak adanya lessi atau nodul pada area aurikula, tidak ada seruman,
cairan ataupun darah dari lubang telinga
Palpasi : Pinna lunak, ujung pinna sejajar dengan kantus mata, tidak ada
nyeri tekan pada area arikula.
5. Hidung
Inspeksi : pada pasien dengan gangguan pernafasan, akan tampak
mengguankan otot bantu pernafasan, penggunaan nafas cuping hidung,
adanya sekret.
Palpasi : tidak adanya pembengkokan sinus, tidak teraba adanya polip,
ataupun nyeri tekan, tidak adanya lesi
6. Mulut
Inspeksi : amati jumlah gigi pasien yang telah tumbuh, amati juga jika
sudah ada gigi pasien yang tanggal. Mukosa bibir pasien lembab, tidak
ada stomatitis, lidah tampak bersih, tidak ada labiosisis, labiopalatosisis,
labiogenatosisis.
7. Leher
Inspeksi : bentuk leher normal, tidak ada tampak adanya nodul, tidak
tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : nadi carotis teraba kuat dan irreguler, tidak adanya pembesaran
kelenjar tiroid ataupun pembesaran vena jugularis, tidak adanya nyeri
tekan, tidak teraba adanya nodul.
8. Dada & punggung
Inspeksi : bentuk dada simteris, tidak ada kelainan bentuk dada, bentuk
payudara simetris tidak ada kerutan pada area payudara/ tanda – tanda Ca
Mamae.
Palpasi : tidak teraba adanya nodul, ataupun pembesaran kelenjar limfa,
sternum utuh, tidak adanya celah pada sternum, tidak ada kelainan pada
costa, costa lengkap tidak ada celah, tidak ada nyeri tekan.
1. Patu – paru
Inspeksi : tidak tampak adanya pembesaran paru – paru, tidak adanya
penggunaan otot bantu nafas, tidak ada peningkatan diameter thoraks.
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran paru –paru, lapang paru
teraba pada ICS II – VIII, tidak ada nyeri tekan, tidak ada takipnea.
Pekusi : terdengar suara sonor diseluruh lapang paru.
Auskultasi : Terdengar vesikuler pada ICS II,IV,VI kuat irreguler.
2. Jantung
Inspeksi : tidak tampak adanya hematomegali.
Palpasi : tidak teraba adanya hematomegali, letak jantung pada ICS II
lateral dekstra, pulpasi ictus kordis teraba pada line midclacula ICS V
sinistra dengan luas 3cm teraba kuat dan irreguler.
Perkusi : terdengar dullnes pada ICS II lateral dextra – line
midclavicula ICS V
Auskultasi : S1 terdengar kuat dan irreguler dan S2 terengar kuat,
tidak ada suara tambahan
Punggung :
.......................Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk punggung atau tulang belakang,
tidak ada skoliosis, lordosis dan kifosis, tidak tampak adanya ruam.
Palpasi : tidak teraba adanya celah pada spina, tidak teraba kelainan
pada vertebra posterior ataupun costa pada area posterior, tidak teraba
adanya benjolanAbdomen
Inspeeksi : bentuk abdomen datar, umilikal mendelep, tidak adanya
lessi ataupun luka bekas post op.
Auskultasi : suara bising usus 30x/menit.
9. Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen datar, tidak adanya pembengkakakan, umbilikal
tampak menonjol, tidak adanya lessi ataupun bekas luka .
Auskultasi: Bising usus hiperaktif 30x/menit
Perkusi: terdengar suara tympani pada abdomen, tidak adanya suara pekak
pada area abdomen
Palpasi: tidak adanya pembesaran hepatomegali, ginjal teraba simitris
anatara kanan kiri, tidak adanya nyeri tekan.
10. Ekstremitas
Atas :
Inspeksi : Bentuk tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada edema, nadi
radialis teraba kuat irreguler dan nadi brachialis teraba, tidak adanya
kelainana jari yaitu polidaktili atau sidaktili, tidaka danya cllubing fingers,
tidak adanya sianosis pada perifer.
Palpasi : Nadi Radialis dan Brachialis teraba turgor kulit elastis, akral
teraba hangat, CRT <2detik.
Bawah :
Inspeksi : betuk kaki simetris kanan dan kiri, tidak adanya kelainan bentuk
kaki atau tulang kaki, tidak adanya sianosis perifer, tidak adanya
polidaktili atau sindaktili.
Palpasi: turgor kulit kurang elastis, akral teraba hangat, CRT<2 detik.
11. Genetalia
Pada pasien pada umunya tidak menggunakan kateter urine.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada anak dengan kejang
demam yaitu sebagai berikut (Pudjiaji, 2010) :
1). Elektro encephalograft (EEG)
atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG
tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan
infeksi.
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang
masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Jika yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi lumbal dilakukan pada:
3). Darah
200 mq/dl)
c. Elektrolit : K, Na
4). Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
5). Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi.
6). Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
xifoid.
bisep (terjadi fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku),
kaki), apabila hiper refleks berarti ada kelainan pada upper motor
motor neuron.
3). Pemeriksaan tanda meningeal antara lain kaku kuduk dengan cara
pasien diatur posisi terlentang kemudian leher ditekuk apabila
terdapat tekanan dagu dan tidak menempel atau mengenai bagian
dada maka terjadi kaku kuduk.
4). Pemeriksaan keempat adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
dengan menilai pada bagian ekstremitas, dengan cara memberi
tahanan atau menggerakan bagian otot yang akan dinilai. (Hidayat,
2019).
1). Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
b. Atau 5 mg untuk BB <10 jg dan dosis 7,5 mg untuk anak >3 mg,
2). Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 –
dengan baik.
3). Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
1). Antipiretik
kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek
2). Antikonvulsan
a. Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada
c. Kejang lokal
11. Komplikasi
Menurut Betz & Sowden (2012), komplikasi kejang demam yaitu :
a. Pneumonia
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
b. Sirkulasi
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
d. Eliminasi
e. Neurosensori
1). Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat
g. Pernafasan
h. Interaksi Sosial
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
b. Eleminasi
1). Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon
4). Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah
7). Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15
e. Kenyamanan
f. Keamanan
Kolaborasi :
5. Evaluasi
Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, proses penyakit (misalnya infeksi, kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan
suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebih,
penggunaan inkubator.
a. Suhu tubuh dalam rentan normal (36,5-37,5oC)
b. Frekuensi ejang mengalami penurunan dengan skor 5
c. Nadi dalam rentan normal 80-120x/menit
d. RR dalam rentan normal 18-24x/menit
e. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
DAFTAR PUSTAKA
Amid dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : PPNI