2. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Congenital
2. Obesitas
3. Ibu hamil
4. Mengejan
5. Pengangkatan beban berat
3. Faktor Presdisposisi
a. Aktivitas berat
b. Bayi premature
c. Kelemahan dinding abdominal
d. Intrabdominal tinggi
e. Adanya tekanan
4. Patofisiologi
Hernia disebabkan oleh faktor pencetus seperti aktivitas berat, bayi premature,
kelemahan dinding abdimonal, intraabdominal tinggi dan adanya tekanan. Pada hernia ada
lima yaitu hernia umbilikalis kongenital, hernia para umbilikalis, hernia inguinalis, hernia
insisional (kantung hernia memasuki celah bekas insisi) dan heatus hernia (kantung hernia
memasuki rongga thorak). Hernia umbilikalis kongenital yaitu masuknya omentum organ
intestinal ke kantong umbilikalis sehingga terjadi gangguan suplai darah ke intestinal yang
menyebabkan nekrosis intestinal. Pada hernia para umbilikalis yaitu kantung hernia melewati
dinding abdomen sehingga prostusi hilang timbul yang menyebabkan ketidak nyamanan
abdominal sehingga intervensi bedah relative/konservatif. Nekrosis intestinal dan intervensi
1
bedah relative/konservatif menjadi insisi bedah sehingga terjadi resti pendarahan dan resti
infeksi dan terputusnya jaringan syaraf sehingga mengakibatkan adanya nyeri. Pada hernia
inguinalis yaitu kantung hernia memasuki celah inguinal sehingga dinding posterior canalis
inguinal menjadi lemah dan terdapat benjolan pada region inguinal dan pada bagian atas
ligamentum inguinal mengecil bila berbaring, karena adanya benjolan makan akan dilakukan
pembedahan sehingga terjadi insisi bedah, asupan gizi kurang dan mual, asupan gizi kurang
mengakibatkan peristaltic usus menurun, jika mual akan mengakibatkan nafsu makan
menurun makan intake makanan inadekuat sehingga terjadi ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
5. Pathway
Hernia umbiikalis
Hernia para umbilikalis Hernia inguinalis
kongenital
Dinidng posterior
Gangg. Suplai darah ke Prostusi hilang timbul
canalis inguinal yang
intestinal lemah
Ketidaknyamanan
Benjolan pada region
abdominal
Nekrosis intstinal inguinal
Intervensi bedah
Diatas ligamentum
relative/konservatif
inguinal mengecil bila
berbaring
2
Pembedahan
Ketidakseimbangan
Nyeri
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
6. Klasifikasi
a. Berikut adalah beberapa penjelasan hernia menurut letaknya:
1. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun,
melewati diagfragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks).
2. Hernia epigastric terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastric biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam ketika pertama
kali ditemukan.
3
3. Hernia umbilical berkembang di dalam dan sekitar umbilikis (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak
menutup sepenuhnya. Orang jawa sering menyebutnya “wudel bodong”. Jika kecil
(kurang dari satu centimeter), hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap
sebelum usia 2 tahun.
4. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero”
atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang
sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Jika Anda merasa ada benjolan di
bawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, Anda
mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan.
5. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
6. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
7. Hernia nucleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang
belakang. Di antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap
goncangan cakram dan meningkatan elastisitas dan mobilitas tulang belakang.
Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menyebakan
saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya terjadi punggung bawah pada tiga vertebra
lumbar bawah.
4
maka biasanya yang kanan juga terbuka .dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang
tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra–abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat ): yakni hernia yang timbul karena
berbagai factor pemicu.
7. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan di lipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di
atasnya menjadi merah dan panas.
5
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di
bawah sela paha.
6. Hernia diagfragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertamah besar.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada hernia tergantung saat penderita datang, apakah
reponibilis, irreponibilis atau inkarserata.
a. Reponibilis
Posisi penderita berdiri
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : raba cincin eksterna (longgar)
Masukan ujung jari telunjuk ke canalis inguinalis kemudian minta penderita
maneuver Valsava/meniup lengan
- bila teraba impuls isi abdomen di ujung jari berarti hernia inguinalis
lateralis
- bila teraba impuls pada samping jari berarti hernia inguinalis medialis
Minta melakukan monuver Valsava
Bila keluar sampai ke skrotum berarti hernia inguinalis lateralis/skrotalis bila
benjolan tidak sampai skrotum berarti hernia inguinalis medialis atau hernia
inguinalis lateralis yang belum sampai ke skrotum
Bila benjolan dibawah ligamentum inguinal berarti herniafemoralis
irreponibilis
b. Irreponibilis
Posisi penderita tidur
Benjolan keluar dari annulus inguinalis ekstema atau segitiga hesselbach
Batas atas/ “pool” atas tidak dapat diraba, karean benjolan merupakan usus
atau isi abdomen
Tidak ada tanda-tanda gangguan pasase usus/ileus obstruksi
c. Inkarserata
Posisi pederita tidur
6
Benjolan keluar dari annulus inguinalis eksterna atau segitiga hasselbach
yang tidak dapat masuk kembali
Batas atas/”pool” atas tidak dapat diraba, karena benjolan merupakan usus
atau isi abdomen
Ada tanda-tanda gangguan pasase usus/ileus obstruksi: kembung, peristaltik
usus (jarang), tidak ada nyeri tekan/nyeri lepas pada abdomen
d. Strangulata
Posisi penderita tidur
Benjolan keluar dari annulus inguinalis eksterna atau segituga hasselbach
yang tidak dapat masuk kembali
Batas atas/ “pool” atas tidak dapat diraba, karena benjolan merupakan usus
atau isi abdomen
Ada tanda-tanda gangguan passae usu/ileus obstruksi dan strangulasi:
kembung, peristaltic usus (jarang), benjolan merah, nyeri, nyeri tekan/nyeri
lepas pada abdomen
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstuksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
10. Penatalaksanaan
Penangannan hernia ada dua macam :
a. Konservatif (townsend CM)
Pengobatan konserfatif terbatas pada tidakan melakukan reposisi dan pemakaaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahan kan isi hernia yang telah direposisi.
Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali, terdiri atas :
Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isis hernia ke dalam cavum
peritini atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakuan pada
pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan . Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak.
Suntikan
7
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kini di daerah sekitar
hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.
Sabuk hernia diberi pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi
b. Operatif
Operatif merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada ;
1. Hernia reponibilis
2. Hernia irreponibilis
3. Hernia strangulasi
4. Hernia incarserata
Hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi dua yaitu ;
Anak berumur kurang dari 1 tahun menggunakan teknis Michele benc
Anak berumur lebih dari 1 tahun menggunakan teknik POTT
8
Tanda dan gejala: atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan yang perlu
mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defeksi adanya inkontinensia atau retensi
urin.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala tanda dan gejala: cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan,
kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam, semakin
memburuk dengan batuk.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah panggung yang baru saja terjadi
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (missal
waspada, posisi menghindar
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
9
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal
Subjektif Objektif
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen 2. Obat pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Subjektif Objektif
1. Mengeluh tidak nyaman 1. Gelisah
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur 1. Menunjukkan gejala distress
10
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kediginan/kepanasan 2. Tampak merintih/meringis
4. Merasa gatal 3. Pola eleminasi berubah
5. Mengeluh mual 4. Postur tubuh berubah
6. Mengeluh lelah 5. Iritabilitas
d. Resiko perdarahan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisibedah/operasi
11
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikasi
tindakan penurunnya nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
2. 2. Setelah dilakuakan asuhan 1. Monitor kalori dan asupan
keperawatn selama…x 24 jam makanan
diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Anjurkan pasien terkait
pasien terpenuhi dengan kriteria dengan kebutuhan makanan
hasil: tertentu berdasarkan
1. Asupan gizi terpenuhi perkembangan atau usia
2. Asupan cairan terpenuhi (misalnya peningkatan
3. Berat badan kembali asupan serat untuk
ideal mencegah konstipasi)
3. Edukasi klien dengan
berikan pilihan makanan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
mengenai diet pasien
3. 3. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kulit terutama
keperawatan selama…x 24 jam daerah tonjolan tubuh
diharapkan pasien merasa lebih terhadap adanya tanda-
nyaman dengan kriteria hasil: tanda tekanan atau nutrisi
1. Relaksasi otot 2. Posisikan pasien untuk
2. Posisi pasien yang memfasilitasi
nyaman kenyamananan (misalkan
gunakan prinsip-prinsip
keselarasan tubuh, sokong
dengan bantal, dan
imbolisasi bagian tubuh
12
yang nyeri)
3. Ciptakan lingkungan yang
tenag dan mendukung
4. Edukasi klien dengan
memberikan sumber-
sumber edukasi yang
relevan dan berguna
mengenai manajemen
penyakit dan cidera pada
pasien dan keluarga
4. 4. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor dengan ketat
keperawatan selama…x 24 jam terjadinya perdarahan pada
diharapkan tidak terjadi risiko pasien dengan mengkaji
perdarah dengan kriteria hasil: tekanan darah pasien
1. Tekanan darah tetap 2. Lindungi pasien dari
normal trauma yang dapat
Sistol 100-139 mmHg menyebabkan perdarahan
Diastol 60-99 mmHg 3. Edukasi klien untuk
2. Kulit dan membrane menghindari konsumsi
mukosa tidak pucat aspirin atau obat-obatan
antikoagulan
4. Intruksi klien untuk
memonitor tanda-tanda
perdarahan dan mengambil
tindakan yang tepat jika
terjadi perdarahan
(misalnya lapor kepada
perawat)
5. 5. Setelah dilakuakan asuhan 1. Kaji luka pasien untuk
keperawatan selama…x 24 jam melihat ada tidaknya tanda-
diharpka tidak terjadi resiko tanda infeksi
infeksi dengan kiteria hasil: 2. Lakukan teknik perawatan
1. Tidak ada kemerahan luka yang tepat
2. Tidak ada cairan (luka) 3. Edukasi klien dan keluarga
13
yang berbau busuk mengenai bagaimana cara
menghindari infeksi seperti
melakukan cuci tangan
efektif
4. Delegatif pemberian terapi
antibiotic yang sesuai
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan yaitu:
a. Mencapai asupan nutrisi yang adekuat
Makan sedikit dan sering
Makan sedikit disertai dengan minum air
Mempertahankan berat badan yang diinginkan
b. Bebas dari nyeri atau mampu mengotrol nyeri dalam tingkat yang dapat ditoleransi
Menghindari makanan banyak dan makanan pengiritasi
Menggunakan obat-obatan sesuai resep
Mempertahankan posisi duduk tegak setelah makan selama 1-4 jam
Menyatakan bahwa terdapat sedikit sendawa dan nyeri dada
c. Merasa nyaman dan rileks
d. Terhindar dari resiko perdarahan
e. Terhindar dari resiko infeksi
14
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Yogjakarta: Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
15