PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang dibawa Rasulullah saw. dengan sebuah agama
yang sempurna, murni, harmoni, dan begitu luhur akan keestetikaan budaya dan
yang mulia, bersifat sederhana dan suka melakukan kebaikan dengan sesama
makhluk. Ciri Rasulullah ini telah memberi keamanan dan rahmat bagi seluruh
alam. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al-Anbiya ayat 107 yang
berbunyi:
seseorang yang diharapkan dimuka bumi dan merupakan rahmat bagi seluruh
alam. Kemudian dalil tersebut diperkuat kembali dalam surat At-Taubah ayat 33
yang berbunyi:
ق لميِه ل
ُظمهنرهه نعنلىَ اللديِّمن هكللمه نولنلو ههنوُ اللمذيِ أنلرنسنل نرهسوُلنهه مباَللههندىَٰ نومديِّمن اللنح ل
نكمرهن اللهملشمرهكوُنن
1
Artinya: “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa
petunujuk Al-Qur’an dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala
sebagai manusia, anak perempuan, sebagai istri, ibu, maupun sebagai anggota
masyarakat. Hal tersebut tidak lain ditujukan agar martabat wanita tetap utuh.
Belakangan ini studi tentang wanita semakin ramai dibicarakan. Banyak para
intelek, ilmuan, dan para ulama yang tertarik untuk mengkaji tentang wanita,
bahkan media baik cetak maupun elektronik yang mempublikasikan isu ini
wanita.
Seperti yang kita ketahui pada masa jahiliyah derajat wanita sangatlah rendah.
Pada saat itu lahirnya anak perempuan merupakan aib bagi mereka dan mereka
hanya sebagai simbol penderitaan kaum laki-laki. Kita lihat saja pada Zaman
Yunani Kuno, wanita dianggap sebagai sumber bencana dan malapetaka sehingga
mereka dianggap layak menjadi hanya “makhluk kedua” yang statusnya berada di
dikalangan masyarakat.
2
Setelah Islam datang pandangan kepada wanita sedikit demi sedikit mulai
perhatian dari para intelektual. Terutama para intelektual muslim yang mulai
(memberikan kerahmatan bagi seluruh alam). Para mufassir (ulama tafsir) tidak
ada yang memiliki pemahaman yang berbeda tentang hal ini. Tetapi problem
muncul seketika para mufassir memahami ayat-ayat lain dalam Al-Quran dan
diberi taklif (tugas) dan tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki yang
kelak akan mendapatkan pahala atau siksaan sebagai balasan. Tugas yang mulia
diberikan Allah kepada manusia bukan khusus laki-laki saja, melainkan juga
untuk wanita.
yang dimiliki diantaranya wanita memiliki suara yang identik lebih lembut
mendoktrin bahwa suara wanita dirisaukan sebagai aurat. Hal tersebut lantaran
3
merayu hingga mengakibatkan pikiran kaum laki-laki sentak pecah terpicu
syahwat.
Bukan hal baru jika seorang wanita bernyanyi di hadapan khalayak ramai
meskipun lagu yang dibawakan bersifat Islami maupun bukan Islami. Berikutnya
bukan hanya kaum laki-laki yang bisa menjadi qari, kaum wanita pun bisa
menjadi qari’ah. Bahkan kondisi tersebut lantas dituangkan dalam wadah MTQ
antar sekolah, daerah, hingga tingkat nasional yang tentunya dapat disimak dan
juga dapat dilihat kaum laki-laki. Terlebih lagi di era globalisasi ini begitu banyak
lenggok menari di hadapan khalayak ramai, atau hal tersebut lebih dikenal dengan
sebutan girl band yang lagi-lagi tidak lepas dari pandangan dan pendengaran
kaum laki-laki. Hal tersebut begitu lumrah dan tidak asing lagi untuk disibak.
Adapun saat mengucapkan kalimat talbiyah (dalam ibadah haji) tidak hanya
kaum laki-laki saja yang dapat melontarkan kalimat illahi dengan suara lantang,
kaum wanita pun begitu tak nampak asing ketika melakukan hal yang sama
makna kalimat talbiyah. Dalam urusan berpidato atau orasi-orasi telah banyak
ditemukan kaum wanita yang turut serta dalam hal tersebut. Eksistensi wanita
dalam hal suara memang cukup dikenal dan telah menjadi hal yang maklum
adanya.
4
Namun sebagian umat muslim meyakini bahwa alasan suara wanita aurat
berdasarkan sebuah dalil yang mengatakan bahwa wanita adalah aurat, maka
disimpulkan suara wanita pun masuk ke dalam aurat. Sebagaimana yang tertera
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
dalam Islam ?
C. Tujuan Masalah
5
2. Mengetahui kategori suara wanita yang dilarang dan dibolehkan
dalam Islam ?
D. Metode Pembahasan
1. Data dan Sumber Data
datanya dari literatur yang ada kaitannya dengan tema penelitian, baik yang
2. Metode Analisis
mengetahui perbedaan hasil penafsiran dari para ulama termasuk ulama fiqih dan
membahas tentang aurat dan wanita dalam perspektif Hadist maupun Al-Quran.
E. Sistematika Penulisan
Suara Wanita” ini penulis membagi menjadi beberapa bab, dan setiap bab terdiri
berikut:
6
Bab pertama: Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
penulisan.
Bab kedua: Tinjauan Pustaka, yang terdiri dari pengertian suara, kategori suara
wanita yang dilarang dalam Islam, kategori suara yang dibolehkan dalam Islam,
Bab ketiga: Pembahasan, mengenai hubungan suara wanita dengan aurat menurut
para ulama, wanita bernyanyi, dihadapan khalayak ramai, wanita menjadi qori’ah,
wanita dalam hal adzan dan iqomah, wanita meratap dan meraung, mengeraskan
suara saat talbiyah, dan tiga belas nasihat bersuara bagi wanita muslimah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Suara
7
Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia suara adalah bunyi yang
Dalam ilmu fisika suara adalah setiap fenomena yang melibatkan propagasi
dari gelombang elastis dalam bentuk (baik terdengar atau tidak). Biasanya melalui
cairan atau media elastis lainnya yang menghasilkan gerak getaran dari tubuh.
manapun, getaran dapat ditularkan melalui cara-cara yang berbeda, yang paling
kompresi, dan melalui padat dalam bentuk gelombang kompresi dan geser). Suara
dianggap secara lebih rinci melalui gelombang yang generik, yaitu frekuensi,
8
Allah swt. memberikan keistimewaan pada wanita, keistimewaan tersebut
yakni wanita memiliki suara yang identik lebih lembut dibandingkan kaum laki-
laki. Sebenarnya tidak ada satupun agama langit atau bumi, kecuali Islam, yang
sebagai anak perempuan, sebagai istri, sebagai ibu, serta melindunginya sebagai
anggota masyarakat.
Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas (taklif) dan
tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki, yang kelak akan mendapatkan
pahala atau siksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula diberikan Allah
kepada manusia bukan khusus untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, yaitu
apa-apa yang telah ditetapkan syara’. Padahal syariat Islam sendiri telah
menempatkan wanita pada proporsi yang sangat jelas, yaitu sebagai manusia,
sebagai perempuan, sebagai anak perempuan, sebagai istri atau sebagai ibu.
Hadist ini sebenarnya palsu (maudhu’). Tidak ada nilainya sama sekali
9
Yang benar, Nabi saw. pernah bermusyawarah dengan istrinya, Ummu
Salamah, dalam satu urusan penting mengenai umat. Lalu Ummu Salamah
sadar, dan ternyata dalam pemikiran Ummu Salamah terdapat kebaikan dan
berkah.
perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa “Wanita itu jelek segala-galanya, dan segala
Perkataan ini tidak dapat diterima sama sekali, ia bukan dari logika Islam,
Mereka juga mengatakan bahwa suara wanita itu aurat, karenanya wanita
tidak boleh berkata-kata kepada laki-laki selain suami atau mahramnya. Sebab,
suara dan tabiatnya yang merdu dapat menimbulkan fitnah dan membangkitkan
syahwat.
Ulama berbeda pendapat tentang hukum suara wanita. Sebagian ulama ada
yang menyatakan bahwa suara wanita adalah aurat. Namun, menurut pendapat
jumhur (mayoritas) ulama, suara wanita bukanlah aurat. Sehingga siapapun boleh
tidaklah termasuk hal yang terlarang dalam Islam. Ini adalah pendapat yang paling
10
melagukan dan mengeraskannya, walaupun dalam membaca Al Quran, dengan
a. Dalil Al Qur’an
Berikut ini diantara ayat al Qur’an yang menyebutkan secara tersurat maupun
Permintaan atau pertanyaan (dari para sahabat) itu sudah entu memerlukan
jawaban dari Ummahatul Mukminin. Mereka biasa memberi fatwa kepada orang
yang meminta fatwa kepada mereka, dan meriwayatkan hadits-hadits bagi orang
11
Pernah ada seorang wanita bertanya kepada Nabi saw. di hadapan kaum
laki-laki. Ia tidak merasa keberatan melakukan hal itu, dan Nabi pun tidak
ketika Umar sedang berpidato di atas mimbar. Atas sanggahan itu Umar tidak
Umar.”
kata, namun dengan perkataan dan cara yang baik. Dan tentunya perkataan
istri Nabi itu akan di dengar bukan saja oleh para shahabiyah tetapi juga
tetapi sudah maklum dan ma’fum dipahami, hukum ayat ini tentunya berlaku
12
3. Allah menceritakan wanita yang menggugat kepada Nabi
ام نو ل ه
ام يِّنلسممنمهع ك فمممي نزلومجهنمماَ نوتنلشمتنمكي إمنلمىَ ل م
اه قنلوُنل اللمتي تهنجاَمدلهمم ن
قنلد نسممنع ل
gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah.
Dan Allah mendengar hiwar (dialog) antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah
Dan tentu saja pengaduan wanita tersebut kepada Nabi saw. mengunakan
kata-kata, bukan dengan bahasa isyarat. Dan mustahil Rasulullah saw.akan mau
dengan dua wanita kakak beradik, yakni putri nabi Syu’aib, FirmanNya :
13
نولنلماَ نونرند نماَنء نملديِّننن نونجند نعلنليِمه أهلمةة ممممنن النلمماَ م
س يِّنلسممهقوُنن نونونجممند مممملن هدونممهممهم
نشليِةخ نكمبيِةر
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana
belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),
kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya."(Al Qashash : 23)
ال ل
ظاَلممميِنن
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. kamu telah
14
Demikianlah, masih banyak dalil dalam kitabullah yang menunjukkan
bahwa suara wanita bukanlah aurat. Baik dalil-dalil tersebut bersifat umum yang
Al-Quran juga menceritakan kejadian antara Nabi Sulaiman a.s dan Ratu
(Al-Ahzab:32)
wanita dengan setiap laki-laki. Seperti yang tertera pada ujung ayat dari surat di
atas:
Seperti para wanita berhak dan berwenang melakukan aktivitas jual beli (QS.
283), menyampaikan ceramah (QS. An-Nahl: 125; QS. As-Sajdah: 33), meminta
15
fatwa (QS.An-Nahl: 43), dan sebagainya.Yang kesemuanya itu hampir mustahil
Rasulullah Saw.
Banyak hadits yang menceritakan bahwa para shahabat wanita dahulu juga
tengah para sahabat laki-laki. Diantaranya adalah apa yang disebutkan dalam
مباَلنوُنفاَمء
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada
Rasulullah saw. lalu berkata : “Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk pergi
haji, tetapi dia meninggal sebelum berangkat haji, apakah saya bisa berhaji atas
nama ibu saya?” Beliau bersabda: “Ya, berhajilah untuknya, apa pendapatmu
jika ibumu punya hutang? Bayarlah hutang kepada Allah, sebab hutang kepada
16
2. Para Shahabat mendatangi ummul mukminin untuk bertanya
hukum agama.
Dan para sahabat sendiri juga pernah pergi kepada ummahatul mukminin
(para isteri Rasulullah) untuk meminta fatwa dan mereka pun memberikan fatwa
dan berbicara dengan orang-orang yang datang. Dan tidak ada seorang pun
mengatakan, “Sesungguhnya ini dari Aisyah atau selain Aisyah telah melihat aurat
yang wajib ditutupi,” padahal isteri-isteri Nabi mendapat perintah dengan keras
Al Ahnaf ibn Qais berkata : “Aku telah mendengar hadits dari mulut Abu Bakar,
Umar,Utsman dan Ali. Dan aku tidak pernah mendengar hadits sebagaimana aku
ت أننحةدا أنلف ن
صنح مملن نعاَئمنشةن نماَ نرأنليِّ ه
“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih fasih bicaranya daripada
17
Para ulama berpendapat bahwa suara wanita yang dilarang dalam Islam
ضلعنن مباَللقنلوُمل
نيِّاَ نمنساَنء النلبملي لنلستهلن نكأ ننحبد ممنن النلنساَمء ۚ إممن اتلقنليِتهلن فننل تنلخ ن
lain jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan
suara) dalam berbicara sehingga bangkit hawa nafsu orang yang ada penyakit
Para ulama berpendapat bahwa bentuk suara wanita yang dibolehkan dalam
Islam adalah tidak dibuat-buat, tidak mendesah, berkata apa adanya, tidak
ditinggikan, dan juga tidak terlalu rendah. Yang demikian tidak akan
menimbulkan syahwat.
نملن نكاَنن يِّهلؤممهن مباَلم نوالليِنلوُمم المخمر فنلليِنقهلل نخليِراة أةلو لميِن ل
صهم ل
ٌ نونملن نكاَنن يِّهلؤممهن،ت
18
ٌ نونملن نكاَنن يِّهلؤممهن مباَلم نوالليِنلوُمم المخمر فنلليِهلكمرلم،مباَلم نولاليِنلوُمم المخمر فنلليِهلكمرلم نجاَنرهه
ضليِفنهه
ن
Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik atau hendaknya dia diam”.
C. Pengertian Aurat
Aurat berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti celah, kekurangan,
sesuatu yang memalukan, atau sesuatu yang dipandang buruk dari anggota tubuh
cela.
Aurat adalah sesuatu yang terasa malu jika hal tersebut terjadi, seperti aib
seseorang yang dilihatkan maka ia akan malu, dan ada kalanya perkara itu
merupakan suatu yang wajib ditutup atau sesuatu yang haram dilihat.
19
Ulama berpendapat mengenai batas aurat wanita merdeka. Al-Hadi, At-
Qasim dalam satu dari dua pendapatnya, Imam Syafi’i dalam satu dari beberapa
pendapatnya, Abu Hanifah dalam satu dari dua riwayat darinya, dan Imam Malik
mengatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan.
seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan, dan kedua telapak kaki
sampai tempat gelang kaki. Adapun menurut sebagian murid Imam Syafi’i dan
riwayat Ahmad bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuhnya tanpa kecuali.
صاَمرمهلن نويِّنلحفن ل
ظنن فههرونجههلن نونل يِّهلبمديِّنن ضنن مملن أنلب ن نوقهلل لمللهملؤممنناَ م
ت يِّنلغ ه
ض ل
مزيِّننتنههلن إملل لمبههعوُلنتممهلن أنلو آنباَئممهلن أنلو آنباَمء بههعوُلنتممهلن أنلو أنلبنناَئممهلن أنلو أنلبنناَمء
بههعوُلنتممهلن أنلو إملخنوُانممهلن أنلو بنمني إملخنوُانممهلن أنلو بنمني أننخنوُاتممهلن أنلو نمنساَئممهلن أنلو نماَ
ت أنليِّنماَنهههلن أنمو اللتاَبممعيِنن نغليِمر هأوملي ا ل مللربنمة ممنن اللرنجاَمل أنمو الطللفمل اللمذيِّنن لنلم
نملننك ل
20
Artinya: “Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka
perhiasannya (aurat), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
(sesama Islam mereka), atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah
dihadapan mahram wanita tersebut. Selain itu, seorang wanita dilarang untuk
dihadapan kaum laki-laki. Hal tersebut diperintahkan Allah kepada wanita semata-
merupakan suatu kewajiban untuk dilakukan dari apa yang Allah perintahkan.
21
E. Hubungan Suara Wanita Dengan Aurat Menurut Para Ulama
Sejauh ini banyak orang yang beranggapan bahwasannya suara wanita sama
halnya dengan suara laki-laki yang tidak membangkitkan syahwat atau nafsu.
berpendapat bahwa suara wanita adalah aurat, namun ada pula sebagian ulama
yang lain berpendapat bahwa suara wanita tidak masuk ke dalam aurat.
a) Hanafiyah
aurat. Pendapat ini didasarkan atas beberapa dalil, misalnya etika wanita dalam
shalat jama’ah bersama kaum laki-laki yang mensyariatkan wanita untuk bertepuk
disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah yang ditanya tentang cara menegur
مللنلنساَمء
Artinya: “Barang siapa menjadi makmum lalu merasa ada kekeliruan dalam
shalat, hendaklah ia membaca tasbih. Karena jika dibacakan tasbih, dia (imam)
22
Jika memang bukan aurat pastilah wanita dapat melakukan hal yang sama
dengan pria, yakni mengucapkan subhanallah. Namun menurut ulama lain alasan
ini lemah dan penakwilan yang berlebihan, sebab apa yang wanita lakukan dengan
bertepuk tangan ketika meluruskan kekeliruan imam merupakan aturan baku yang
ada dalam shalat yang sifatnya ta’abudiyah yang tidak ada kaitannya dengan aurat
maupun bukan aurat. Dalil lainnya berdasarkan hadits Rasulullah yang berbunyi:
hiasinya”. (HR.Tirmidzi).
hadits umum yang menginformasikan secara umum bahwa tubuh wanita adalah
bahwa wajah, telapak tangan dan termasuk suara adalah yang dikecualikan.
Berikutnya berdasarkan potongan ayat dari surat An-Nur ayat 31 yang berbunyi:
23
Menurut madzhab Hanafiyah jika suara perhiasan di kaki (gelang) saja
dilarang untuk sengaja untuk diperdengarkan, apalagi suara asli dari wanita yang
Menurut para ulama lain, dalil dari ayat tersebut tidaklah tepat kaitannya
dengan suara wanita karena yang dilarang dari seorang wanita dalam ayat tersebut
wanita tentu tidak tepat karena suara manusia itu termasuk kebutuhan yang sangat
mengundang syahwat.
Pada dasarnya dalam ilmu fiqh telah diketahui adanya dalil yang
bersifat ‘aam (umum) dan dalil khos(khusus). Jadi sebuah dalil terkadang
firman Allah swt. dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang menjelaskan keharaman
أهمحلل ل
ت لناَ نميِتننتاَمن الجراد و الحوُ ه
ت
Artinya: “Dihalalkan bagi kami dua bangkai…… yaitu (bangkai) ikan dan
belalang”.
Mazhab Hanafi banyak dipakai di Arab Saudi, Yaman, dan beberapa negeri
24
dengan lawan jenis. Paham ulama setempat menyebutkan, Muslimah dilarang
c) Syafi’iyah
fitnah. Fitnah disini yakni tidak memperlihatkan hal yang dapat membangkitkan
syahwat, dapat berpakaian rapih, dan lagu yang dibawakan tidak mengakibatkan
aurat karena istri-istri Nabi dahulu juga bercakap-cakap dengan para sahabat.
25
Musa bin Thalhah Ra. Berkata:
ت أننحةدا أنلف ن
صنح مملن نعاَئمنشةن نماَ نرأنليِّ ه
Artinya: “Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih fasih bicaranya
Dalam hadits ini diidentifikasikan bahwa para sahabat nabi pada zaman
dahulu meminta fatwa dari Aisyah Ra. Maka tidak ada yang salah jika wanita
maupun fitnah. Juga bukanlah aurat apabila semua aktivitas itu berupa perkataan-
terkuat yakni pendapat yang mengatakan suara wanita tidak masuk kedalam aurat.
Hanya saja suara wanita dapat menjadi haram jika suara yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan apa adanya, seperti: mendesah, mendesis, merayu, meraung, dan
menimbulkan fitnah.
Dalam Islam
a. Wanita Bernyanyi Dihadapan Khalayak Ramai
Suara orang bernyanyi tentu berbeda dengan suara orang bicara secara
26
(tidak sopan) maka tidak diragukan bahwa hal tersebut haram, karena dapat
menimbulkan keinginan buruk dari kaum laki-laki, dan bukan tidak mungkin akan
mungkin. Tidak ada yang salah jika seorang wanita bernyanyi dengan sopan,
“Pada pagi hari Rasulullah datang ke pernikahan saya, kemudian beliau duduk
dikursi saya seperti halnya kamu duduk didepan saya sekarang ini. Lalu saya
dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan orang tua kami yang gugur pada
Perang Badar”. Mereka terus bernyanyi dengan syair yang mereka kuasai,
hingga salah seorang jariyah mengucapkan sebuah syair: “Diantara kita telah
hadir seorang Nabi yangmengetahui hari yang akan datang”. Maka Nabi
(HR.Bukhari: Shahih.)
bernyanyi. Adapun Rasul menanggapi syair tersebut karena tidak ada satupun
Islam tidak pernah mempersulit syariat hukum yang ada. Namun hal
tersebut bukan berarti dapat mudah disepelekan. Sebagai muslimah yang baik,
27
hendaknya terbuka untuk turut serta menyentuh syariat hukum yang ada agar
tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu”. ( QS. Al-
Ankabut : 43).
Qari’ah berasal dari kalimat ( قرأqara’a) yang artinya baca. Maka definisi
qari’ah merupakan pembaca Al-Qur’an wanita. Tidak hanya kaum laki-laki yang
dapat melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan nada yang indah didengar, kaum
wanita pun sudah tak asing lagi. Membaca Al-Qur’an dengan suara keras bagi
wanita dihadapan ajnabi bagi sebagian ulama menyatakan tidak haram selama
aman dari fitnah, namun makruh mengeraskan bacaan didalam shalat karena
Media qori’ah dapat dijadikan media dakwah Islam dan merupakan suatu
provinsi, maupun nasional yang sampai saat ini tidak ada pelarangan dalam hal
menjadi haram selagi konsisten pada syariat Islam, memakai pakaian rapih, dan
28
suara tidak dibuat berlebihan. Yang dilarang adalah apabila suara itu
Al-Qur’an. Apapun yang dilakukan jika hal tersebut merupakan hal positif, Allah
pun akan meridhai. Namun sebaliknya jika hal tersebut bersifat negatif maka
Allah pun tidak akan meridhoi dan tidak akan ada hikmah.
Seperti yang telah diketahui, adzan selalu dilantunkan oleh kalangan laki-
bersumber dari dalam masjid untuk kemudian disebar luaskan ke khalayak ramai
menggunakan sound system. Tentunya adzan akan didengar banyak orang. Para
ulama berpendapat bahwa diharamkan bagi wanita untuk beradzan, sebab bagi
beradzan). Hal ini memastikan tidak aman dari fitnah. Disamping itu orang yang
beradzan diharapkan melantunkan adzan dengan penuh penghayatan dan jika hal
ini dilakukan oleh wanita, bukan tidak mungkin akan menimbulkan fitnah dan
Sedangkan iqomah merupakan tanda akan dimulainya salat. Dal hal ini
tidak mengapa jika seorang wanita beriqamah dihadapan kaum wanita, jika
terdapat kaum laki-laki tentulah wajib bagi laki-laki tersebut untuk iqomah dan
wanita tidak boleh. Iqomah tidak perlu disebarluaskan ke khalayak ramai karena
29
Orang yang mau memperhatikan nash-nash umum yang menyuruh
َ أننولن أنهدلجُهكلم نعنلى.لن تنلدهخهلوُنن اللنجنلةن نحلتىَ تهلؤممهنوُا نولن تهلؤممهنوُا نحلتىَ تننحاَجُبوُا
beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian
suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai?
Pada dasarnya perintah Allah dalam firman tersebut untuk laki-laki dan
jawaban yang lebih baik atau minimal serupa. 1 Begitu pula sebaliknya, selama
nash-nash itu umum dan mutlak dan tidak ada dalil yang mengkhususkannya atau
1 Misalnya mengucapkan salam dengan “assalamualaikum”, maka jawaban yang lebih baik
dengan “wa’alaikumsalam warahmatullah” atau ditambah lagi dengan “wabarakatuh” atau
minimal dengan jawaban serupa “wa’alaikumsalam”.
30
Al-Hafizh berkata, “Dalam masalah ini juga terdapat hadist yang tidak
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati kami, kaum wanita lalu beliau
mengucapkan salam kepada kami.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi dan
Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah
no. 3701)
Hadist ini juga mempunyai syahid (penguat) dari hadist Jabir yang
Al-Hulaimi berkata, :Nabi saw. karena maksum beliau aman dari fitnah.
Karena itu, siapa yang percaya dirinya selamat dari fitnah, hendaklah ia memberi
salam (kepada perempuan), jika sebaliknya maka diam adalah lebih selamat.”
31
salam kepada laki-laki, karena mereka dilarang melakukan adzan, dan
(membahayakan).
bila ditimpa musibah atau sesuatu yang tidak diinginkan wanita lebih mudah
menangis apalagi ditinggal mati oleh orang yang disayangi, saat itulah wanita
Perilaku seperti itu sama sekali tidak mencerminkan wanita berakhlak baik.
Seorang muslimah diajarkan untuk dapat sabar dan tabah dalam menghadapi
musibah, sebab musibah yang menimpa itu sama sekali tidak lain dari kehendak
Allah swt. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Baik dan Maha sempurna,
Wanita yang meratap dan meraung-raung atas musibah yang menimpa yang
disebabkan oleh kemarahan dan ketidakrelaan pada takdir Allah, maka jelas ia
ت هأولٰنئم ن
ك لنههلم نملغفمنرةة نوأنلجةر نكمبيِةر إملل اللمذيِّنن ن
صبنهروا نونعممهلوُا ال ل
صاَلمنحاَ م
32
Artinya: “Kecuali, orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan
mengerjakan amal-amal salih. Mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang
ditimpa musibah, namun perkara yang dilarang saat menghadapi musibah dengan
tidak mengeluh akan menjadikan hidup penuh warna dan penuh percaya
suara saat talbiyah. Seorang wanita hanya boleh mendengarkan atau mengucapkan
kalimat talbiyah yang sekiranya hanya bisa didengar oleh wanita itu sendiri. Hal
ini dikatakan oleh imam Malik, Al-Awza’i, Atha, Ashab Al-Ra’yi (mazhab
rasionalis), dan imam Syafi’i. Pendapat ini didasarka pada sebuah riwayat dari
33
“Perempuan hendaknya tidak naik melebihi bukit Shafa dan Marwah dan tidak
saat talbiyah adalah wajib, baik bagi jama’ah laki-laki maupun perempuan.
melarangnya.
pendapat yang menyatakan bahwa wanita tidak boleh mengeraskan suara saat
talbiyah, karena sesuai dengan kodrat wanita yang mempunyai rasa malu lebih
besar, Selain itu, merendahkan suara di tengah-tengah laki-laki jauh lebih aman
bagi diri seorang wanita. Pendapat ini merupakan pendapat mayoritas fuqaha.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikaji oleh penulis pada bab-bab
Kategori suara wanita yang dibolehkan dalam Islam yakni jika suara yang
terlalu melemah lembutkan suara hingga menimbulkan fitnah. Jika hal tersebut
terjadi maka haram untuk didengar dan di khawatirkan akan terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan.
B. Saran
35
1. Tetap menjaga setiap perkataan yang diucapkan.
2. Tidak meninggikan dan tidak pula terlalu merendahkan suara
laki.
4. Lebih baik tidak bernyanyi di hadapan kaum laki-laki karena
Semoga karya ilmiah ini menjadi salah satu amal yang takkan terputus dan
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca (amiin).
36