Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH

Transtheoretical Model mulai dibentuk pada awal 1980-an yang diperkenalkan oleh James Prochaska dan
Carlo Diclemente mengenai konsep awal yang mereka sebut dengan SCM (Stage Of Change Model)
digunakan untuk memahami perilaku. Konsep ini kemudian diberi nama Transtheoretical Model yang
merupakan gabungan dari konsep yang dikembangan oleh Velicer, Fava, Norman, dan Redding (1996),
Transtheoretical Model (TTM) memiliki point-point yang dikhususkan untuk memfasilitasi dan
mengakselerasi perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, baik perilaku adiktif maupun
perilaku non adiktif (Prochaska, et.al, 1994)

DEFINISI

Transtheoretical Model (TTM) adalah salah satu teori tentang perubahan perilaku yang telah
dikembangan oleh W. F. Prochaska yang merupakan seorang psikoterapis. Teori ini fokus pada pengaruh
sosial dan biologis. Konstruk utama dari model ini adalah proses perubahan, hasil perimbangan
keputusan dan juga skala rangsanagan dimana model ini melibatkan pengambilan keputusan, emosi, dan
kepercayaan diri.

KOMPONEN

Transtheoretical Model (TTM) terdiri dari empat komponen yaitu stage of change, processes of change,
decisional balance dan self-efficacy.

1. Stage of Change

Transtheoretical Model (TTM) berbicara mengenai perubahan terjadi secara bertahap, terdapat lima
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan perilaku yang sempurna, yaitu:

1. Pre-contemplation
Tahap awal dimana individu belum siap menghadapi perubahan. Mereka masih belum menyadari
kebutuhan untuk berubah. Pada tahap ini individu belum memilki niatan untuk berubah dalam waktu
dekat. Tahapan ini diperlukan stategi bagi individu untuk belajar lebih banyak mengenai perilaku hidup
sehat, memikirkan pro mengenai perubahan perilaku.

2. Contemplation

Individu yang berada dalam tahap ini sudah mulai berpikir untuk berubah dalam waktu dekat. Strategi
yang diperlukan pada tahap ini adalah individu membayangkan dampak positif atau manfaat ketika
mereka sudah melakukan perubahan perilaku, individu juga belajar mengurangi kontra terhadap
perubahan perilaku.

3. Preparation

Individu telah siap melakukan perubahan dalam jarak dekat. Mereka sudah mengambil langkah-langkah
untuk berubah. Dalam tahap ini dibutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat mereka, individu juga
dapat mengatakan kepada orang lain mengenai rencana perubahan perilakunya dan berpikir tentang hal-
hal positif yang akan dia dapatkan.

4. Action

Individu telah melakukan perilaku sehat dalam waktu dekat. Individu telah membuat komitmen untuk
berubah. Strategi yang diperlukan adalah mengganti kegiatan yang berkaitan dengan perilaku sehat
dengan hal-hal positif, menghargai diri sendiri dan menghindari situasi dan orang lain yang berpotensi
untuk membawa mereka kembali ke perilaku sebelumnya.

5. Maintenance

Individu telah memelihara perilaku sehat dalam jangka panjang. Di tahap ini individu telah sadar
pentingnya perilaku sehat.

2. Processes of change

Terdapat sepuluh proses perubahan yang mempengaruhi disetiap tahapannya, yaitu


Consciousness raising (peningkatan kesadaran)

Peningkatkan kesadaran tentang penyebab, dampak dan penyembuhan untuk masalah perilaku yang
dialami individu. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dapat dilakukan dengan kampanye media.

Dramatic relief (penyuluhan dramatic)

Individu juga dapat meningkatkan kesadaran melalui pengalaman atau sesuatu yang membangkitkan
emosional individu, sehingga individu tergerak untuk adanya perubahan pada perilakunya. Contohnya
psikodrama.

Self-reevaluation (Evaluasi Diri)

Proses dimana membandingkan dirinya sendiri dengan role model atau panutan yang memiliki perilaku
sehat.

Environmental reevaluation (Evaluasi Lingkungan)

Penilaian kognitif dan afektif mengenai bagaimana kebiasaan individu yang tidak sehat, akan atau telah
mempengaruhi lingkungan sosial. Hal ini juga dapat meningkatkan kesadaran dirinya yang telah atau
sedang menjadi model yang baik atau buruk bagi oranglain. Contohnya kebiasaan merokok

Self-liberation (kebebasan pribadi)

Keyakinan bahwa individu mampu berubah dan memiliki komitmen atau niat untuk melakukannya.
Mudahnya seperti, resolusi di tahun baru atau membuat janji dengan kesaksian publik. Hal ini diyakini
dapat meningkatkan kekuatan kemauan seseorang

Social liberation (kebebasan sosial)

Ketersediaan, sarana atau alternatif untuk membantu merubah perilaku tidak sehat. Diperlukan
advokasi, prosedur pemberdayaan dan kebijakan yang tepat agar social liberation meningkat, contohnya
zona bebas asap dan juga peraturan dilarang merokok di tempat-tempat tertentu.
Counter conditioning (kondisi yang berlawanan)

Diperlukan pembelajaran perilaku sehat yang dapat menggantikan perilaku yang bermasalah. Contohnya
relaksasi sebagai counter stress, makanan bebas lemak sebagai pengganti makanan berkalori banyak
(Prochaska, J.O.,et all., 2013)

Stimulus control (pengendalian rangsangan)

Menghilangkan stimulus yang dapat meningkatkan kebiasaan yang tidak sehat, dengan cara menambah
alternatif anjuran yang lebih sehat.

Contingency management (pengelolaan kemungkinan)

Terdapat konsekuensi yang diperoleh individu ketika ia memutuskan untuk mengambil langkah
perubahan. Pemberian reward akan membuat individu untuk mengulangi perubahan perilaku yang sehat
dibandingkan dengan pemberian punishment. Dapat disimpulkan bahwa penguatan diperlukan agar
seseorang mau mengulang atau meneruskan perilaku sehatnya.

10. Helping relationship (kerjasama)

Dibutuhkan dukungan dari pihak-pihak disekitar individu yang ingin merubah perilakunya, seperti
kerabat dekat, sahabat, teman, atau orangtua. Dukungan dapat diwujudkan dalam netuk kepedulian,
kepercayaan, keterbukaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Dukungan dinilai dapat
meningkatkan usaha individu untuk berubah.

3. Decisional Balance

Merupakan sebuah konstruk yang membangun cerminan individu relative menimbang pro dan kontra
dari suatu peribahan. Terdapat 4 kategori pro yaitu keuntungan diri sendiri dan orang lain, dan
persetujuan/penerimaan dirinya dan orang lain. serta 4 kategori kontra yaitu biaya yang dikeluarkan diri
sendiri dan orang lain, dan penolakan diri sendiri dan orang lain (Janis & Manss, 1985).
4. Self-efficacy

Yaitu membangun keyakinan individu untuk dapat mengatasi resiko tanpa kembali ke perilaku tidak
sehat. Diadaptasi dari teori Bandura tentang Self-Efficacy. Situational Templation Measure merupakan
suatu dorongan untuk terlibat perilaku tertentu pada suatu kondisi beresiko tinggi. Self-Efficacy Measure
merupakan suatu kepercayaan untuk tidak terlibat dalam hal tertentu. (Velicer, Prochaska, Fava, &
Norman, 1998)

APLIKASI PENERAPAN

Ryan adalah seorang siswa SMA dengan kesadaran rendah mengenai kesehatannya, ia merupakan
perokok aktif yang berusaha untuk merubah perilakunya. Dalam proses perubahan perilaku merokok
menurut transtheoretical model terdapat tahap-tahap yang harus dilalui Ryan dalam perubahan
perilaku. Pertama, precontemplation dimana Ryan merasa bahwa dirinya tidak memilki permasalahan
terhadap perilaku yang ia tunjukan, Ryan tidak memiliki motivasi untuk mengubah perilaku. Ia tidak ingin
berhenti merokok karena ia merasa baik-baik saja dan tidak terdapat masalah pada dirinya. Pemikiran
Ryan tersebut mengakibatkan ia tidak ingin berhenti merokok. Kedua, contemplation yang merupakan
tahap dimana Ryan mulai menunjukkan kesadaran yang muncul dari dalam dirinya akan perilaku
tersebut. Tetapi hal tersebut hanya sebatas kesadaran sehingga Ryan belum dapat berkomitmen
merubah perilakunya. Ketiga, preparation merupakan kondisi dimana Ryan mulai membangun niat untuk
merubah perilakunya, ia membuat rencana minggu depan dirinya akan melepaskan rokok, dan membuat
strategi perlahan dengan cara mengurangi konsumsi rokok sampai akhirnya sama sekali tidak
mengonsumsi. Action, pada tahap ini Ryan berusaha secara perlahan menggantikan rokok dengan
permen. Ketika keinginannya untuk mengonsumsi rokok muncul, Ryan akan membeli permen dan
memakannya untuk mengalihkan rasa inginnya mengonsumsi rokok. Maintenance Ryan berusaha untuk
tetap menjaga perilaku memakan permen ketika merasa ingin mengonsumsi rokok.

Tahap terahkir adalah termination, dimana Ryan melupakan perilaku merokoknya, ia sudah tidak
lagi memiliki keinginan untuk mengonsumsi rokok, sekalipun ia berteman atau sedang berada dalam
situasi yang memungkinkan Ryan untuk kembali merokok.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

The Transtheoretical model (TTM) berhasil mengintegrasikan beberapa teori terdahulunya tentang
modifikasi perilaku dengan lebih lengkap dan kompleks. pola yang digunakan berbentuk pola umum,
sehingga teori ini sangat fleksibel untuk diterapkan di segala perubahan perilaku. Otomatis, teori ini
dapat digunakan oleh berbagai kalangan dan dapat digunakan untuk perubahan perilaku apapun. The
Transtheoretical model(TTM) melakukan perubahan perilaku secara bertahap sehingga individu yang
berkaitan tidak langsung berubah secara drastis. Hal ini berdampak lebih baik agar perilaku sebelumnya
ketika re-lapsing dapat diminimalkan.

Sedangkan kekurangan dari The Transtheoretical model(TTM) adalah teori ini berasumsi bahwa individu
akan dapat memodifikasi perilakunya dalam jangka waktu kurang lebih 6 (enam) bulan. Namun, belum
ada pembuktian empiris yang menjelaskan bahwa rentang waktu selama 6 (enam) bulan tersebut adalah
waktu yang cukup untuk pengubahan suatu perilaku. Selain itu, teori ini juga tidak menjelaskan
pengaruh dari faktor lain yang sebenarnya turut andil dalam perubahan perilaku seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (n.d.). The Transtheoretical Model of Health Behaviour
Change. American Journal of Health Promotion, 1997.

Velicer, W. F, Prochaska, J. O., Fava, J. L., Norman, G. J., & Redding, C. A. (1998). Smoking
cessation and stress management: Applications of the Transtheoretical Model of behavior change.
Homeostasis, 38, 216-233

KATERGORIPERILAKU SEHAT

DEFINISI TRANSTHEORETICAL MODEL


Transtheoretical Model adalah perubahan perilaku atas kesiapan individu untuk memiliki tindakan yang
lebih sehat, memberikan strategi, atau proses perubahan untuk memandu individu untuk berperilaku
sehat melalui tahapan perubahan dan pemeliharaan kesehatan. Model ini menjelaskan bagaimana
individu memodifikasi perilaku yang menjadi masalah dan memperoleh perilaku positif. Transtheorical
model adalah model yang fokus pada pembuatan keputusan oleh individu. Asumsi dasar model ini
adalah pada dasarnya individu tidak dapat merubah perilaku dalam waktu yang singkat, terutama pada
perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Terdapat lima tahapan menuju perubahan bagi individu:
Pre-contemplation, Contemplation, Preparation, Action, dan Maintanance.

Model transteoritikal merupakan model biopsikososial yang integratif, mengenai perubahan


perilaku yang disengaja.Tidak seperti model ataupun teori perilaku lainnya yang eksklusif hanya terfokus
pada dimensi tertentu, seperti pengaruh sosial atau biologi.

Model ini juga berupaya menyatukan dan mengintegrasikan konstruksi kunci dari beberapa teori
menjadi suatu model perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat digunakan dalam beragam
perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pencegahan, atau upaya pembuat kebijakan).

The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan DiClemente (1983) adalah suatu model yang
integratif tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun dari teori lain yang terintegrasi. Model ini
menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku
yang positif dari perubahan perilaku tersebut.

Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu keputusan dari individu
tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku, melibatkan pula suatu kepercayaan diri.

Model ini dikembangkan dari pengalaman dalam pelaksanaan program yang berhubungan dengan
perilaku merokok dan pemakaian obat-obatan terlarang. Program ini meneliti perubahan sebagai
sesuatu proses dan mengakui bahwa tiap orang memiliki tingkat kesediaan atau motivasi yang berbeda
untuk berubah. Transtheoretical model mengemukakan enam tahap (stage) terpisah. Melalui tahap-
tahap ini, seseorang dapat berubah ke arah perilaku sehat jangka panjang yang positif. Enam tahap
tersebut adalah:
1. Pra Kontemplasi (belum menyatakan/ belum siap untuk berubah)

2. Kontemplasi (mempertimbangkan untuk berubah)

3. Persiapan (komitmen yang serius untuk berubah)

4. Aksi (perubahan di mulai)

5. Pemeliharaan ( mempertahankan perubahan)

Tahap Perubahan menurut Transtheoretical model

Pra Perenungan (Precontemplation)

Pada tahap ini seseorang tidak peduli untuk melakukan aksi terhadap masa depan yang dapat
diperkirakan. Pengukuran biasanya diukur dalam enam bulan berikutnya.Rasa ketidakpedulian ini terjadi
disebabkan oleh kurang tahunya mengenai konsekuensi suatu perilaku.

Perenungan (Contemplation)

Pada tahap ini seseorang peduli untuk berubah pada enam bulan berikutnya.Individu lebih peduli
dalam kemungkinan perubahan.Akan tetapi, seringkali peduli terhadap konsekuensi secara akut.

Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini seseorang peduli melakukan aksi dengan secepatnya di masa
mendatang.Pengukuran dilakukan biasanya pada bulan berikutnya.Seseorang pada tahap ini secara
khusus melakukan beberapa aksi yang signifikan pada tahun sebelumnya.

Aksi (Action)

Tahap dimana seseorang telah melakukan modifikasi spesifik pada gaya hidupnya selama enam
bulan terakhir. Pada tahap ini aksi sudah dapat diamati. Dalam transtheoretical model, aksi hanya ada
sekali dari lima tahap dan tidak semua modifikasi perilaku disebut aksi.

Pemeliharan (Maintenance)

Pada tahap yang terakhir ini seseorang berupaya untuk mecegah munculnya perilaku yang tidak
diinginkan. Akan tetapi seringkali seseorang tidak menerapkan proses perubahan aksinya.

APLIKASI TRANSTHEORETICAL MODEL

Model ini sebelumnya telah diterapkan dalam berbagai masalah perilaku. Berhenti merokok,
olahraga, diet rendah lemak, pengujian radon, penyalahgunaan alkohol, mengontrol berat badan,
penggunaan kondom untuk perlindungan HIV, perubahan organisasi, penggunaan tabir surya untuk
mencegah kanker kulit, penyalahgunaan obat, kepatuhan medis, skrining mamografi, dan manajemen
stres. Salah satu contoh yang akan dijelaskan secara rinci adalah berhenti merokok.

Pra kontemplasi: Perokok cenderung menghindari membaca, berbicara atau berpikir tentang bahaya
rokok.

Kontemplasi: Orang tersebut (perokok) sudah mulai mengetahui atau menyadari bahwa perilaku yang ia
miliki adalah sebuah masalah dan mulai melihat keuntungan dan kerugian yang bisa ditimbulkan jika ia
tetap melakukan perilaku tersebut.
Persiapan: Orang tersebut sudah mulai memiliki keinginan untuk melakukan perubahan perilaku dan
mungkin ia mulai dari sesuatu yang kecil, seperti perlahan-lahan mengurangi jumlah rokok yang biasanya
dihabiskan

Aksi: Perokok sudah memulai untuk tidak merokok lagi.

Pemeliharaan: Perokok mempertahankan untuk tidak merokok lagi walaupun kadang terdapat godaan.

Aplikasi transtheoritical model juga dapat dilakukan pada program diet seseorang. Dengan tahap-
tahapannya adalah:

Pra kontemplasi: Awalnya orang yang memiliki bentuk tubuh kurang ideal dan memiliki permasalahan
dalam kesehatan tubuh menghindari segala promosi program diet. Bahkan, terkesan tidak percaya
dengan segala program diet yang ada.

Kontemplasi: Orang tersebut sudah mulai mengetahui atau menyadari bahwa perilaku yang ia miliki
adalah sebuah masalah dan mulai melihat keuntungan dan kerugian yang bisa ditimbulkan jika ia tetap
melakukan perilaku tersebut.

Persiapan: Orang tersebut sudah mulai memiliki keinginan untuk melakukan perubahan perilaku dan
mungkin ia mulai dari sesuatu yang kecil, seperti perlahan-lahan membenahi pola makan dan melakukan
olahraga meski belum rutin.

Aksi: Pemilik tubuh yng kurang ideal sudah memulai untuk mengatur pola makan dan melakukan
olahraga rutin.

Pemeliharaan: Orang tersebut mempertahankan untuk tetap mengatur pola makan yang baik dan
olahraga ketat, bahkan mungkin sampai menghitung kadar kandungan yang ada di tiap makanan.

Anda mungkin juga menyukai